• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN TUNGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG SENAM NIFAS DI BPM NY RUJI AMINAH POJOKSARI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG INTISARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN TUNGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG SENAM NIFAS DI BPM NY RUJI AMINAH POJOKSARI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG INTISARI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN TUNGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG SENAM NIFAS DI BPM NY RUJI AMINAH POJOKSARI KECAMATAN AMBARAWA

KABUPATEN SEMARANG

INTISARI

Nara Paranita1) Ari Andayani2), Eti Salafas3) Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Email: UP2M@AKBIDNgudiWaluyo

Senam nifas penting sekali di lakukan oleh ibu nifas supaya terhindar dari segala perasaan tidak nyaman, mengembalikan kebugaran tubuh pasca persalinan, serta mempertahankan bentuk tubuh agar tetap seperti sebelum hamil. Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan sampai hari ke sepuluh, terdiri dari gerakan tubuh yang dilakukan untuk mempercepat pemulihan keadaan ibu.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas tentang senam nifas di BPM Ny. Ruji Aminah Pojoksari, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang.

Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu mendeskripsikan atau menggambarkan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang senam nifas. Tekhnik pengambilan data dengan menggunakan kuesioner. Analisa statistik dengan menggunakan univariat. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Responden pada penelitian ini adalah 27 responden.

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa pengetahuan ibu nifas tentang senam nifas kategori kategori baik sebanyak 6 orang (22,2%), kategori cukup sebanyak 8 orang (29,6 %) dan kategori kurang sebanyak 13 orang (48,1%). Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu nifas tentang senam nifas di BPM Ny Ruji Aminah Pojoksari Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang sebagian besar dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 13 orang (48,1%).

Diharapkan ibu nifas dapat meningkatkan kesadaran untuk menambah banyak informasi tentang perawatan pada masa nifas terutama senam nifas.

Kata kunci : Pengetahuan, Senam Nifas PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Masa nifas adalah masa pulih kembali , mulai dari persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti prahamil. Sekitar 50 % kematian ibu terjadi 24 jam pertama postpartum. (Dewi, 2011 : 1).

Masa nifas adalah masa kritis bagi ibu, banyak komplikasi yang terjadi pada masa nifas. Yang disebabkan oleh ketidaksempurnaan pemulihan alat reproduksi, seperti sub involusi uteri, tromboplebitis, perdarahan, eklamsia, infeksi. Perdarahan pasca persalinan biasanya disebabkan oleh atonia uteri dan sisi plasenta (80%), laserasi jalan lahir (20%) serta gangguaan faal pembekuan darah pasca solusio plasenta eklampsia (24%), infeksi (11%), tromboplebitis (3%), komplikasi masa puerpureum (8%), dan lain-lain (11%). (Depkes, 2009).

(2)

Komplikasi tersebut akan berakibat pada kematian apabila tidak ditangani atau dicegah. Salah satu cara yang digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan mobilisasi dini, dan senam nifas. Pada masa nifas, terjadi perubahan-perubahan, endometrium, ligamentum, atau perubahan pada alat- alat reproduksi yang akan kembali seperti sebelum hamil,ibu juga mengalami masa menyusui atau laktasi, maupun perubahan psikologis menghadapi keluaga baru. Ibu pasca persalinan biasanya takut untuk banyak bergerak atau mobilisasi, karena takut, letih, dan sakit. Pada umumnya para ibu nifas enggan untuk berolahraga guna menunjang kesehatanya, dikarenakan rutinitas harian yang telah disibukan oleh buah hatinya .Selain rutinitas yang berhubungan dengan aktifitas sehari-hari, kebanyakan ibu nifas yang tidak mengetahui mengenai senam nifas. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan ibu nifas tentang senam nifas. (Anggraeni, 2010 ; 146).

Senam nifas penting sekali di lakukan oleh ibu nifas supaya terhindar dari segala perasaan tidak nyaman, mengembalikan kebugaran tubuh pasca persalinan, serta mempertahankan bentuk tubuh agar tetap seperti sebelum hamil. Untuk hasil pemulihan otot yang maksimal, sebaiknya latihan senam nifas dilakukan sedini mungkin, dengan catatan ibu menjalani persalinan normal dan tidak ada penyulit postpartum, dan dilakukan dalam waktu 24 jam setelah melahirkan, lalu secara teratur setiap hari. Manfaat senam nifas untuk mengencangkan otot-otot perut, liang senggama, otot-otot-otot-otot sekitar vagina maupun otot-otot dasar panggul dan memperlancar sirkulasi darah. (Dewi, 2011;81).

Masyarakat kurang menganggap penting dan kurang mengetahui mengenai senam nifas. Kebanyakan masyarakat masih mempercayai bahwa memakai gurita diyakini dapat melangsingkan perut. Tradisi tidak boleh keluar rumah dan tidak boleh melakukan aktivitas berat, padahal

pada masa ini penting sekali untuk dilakukan mobilisasi dini, untuk mampercepat proses involusi uterus. Hal ini menyebabkan banyak ibu nifas tidak melakukan senam nifas, walaupun sudah disarankan oleh bidan. Banyak Ibu beranggapan bahwa senam nifas merupakan aktivitas yang berat yang ditakutkan dapat mempengaruhi keadaannya. Kebanyakan ibu juga bekerja sehingga tidak ada waktu untuk melakukan dirumah.

Meskipun banyak manfaat dari senam nifas,tidak semua ibu nifas dapat melakukan senam nifas, tergantung dari rekomendasi dokter, dan kondisi ibu nifas itu sendiri, seperti komplikasi selama persalinan tentu tidak diperbolehkan melakukan senam nifas, demikian juga untuk kelainan-kelainan seperti jantung, ginjal, atau diabetes. (Anggraeni, 2010;146).

Dari studi pendahuluan yang dilakukan di BPM Ny. Ruji Aminah, Pojoksari, Ambarawa pada tanggal 10 Oktober 2013 didapatkan bahwa pada bulan Oktober – September tahun 2013 terdapat 30 ibu nifas yang melahirkan normal. Dari 30 ibu nifas hanya 6 orang yang pernah melakukan senam nifas, dan 24 orang tidak melakukan senam nifas. Hal ini dikarenakan 1 (4,2%) orang yang menderita sub involusi uteri, 3 (12,5%) orang mengeluh nyeri pinggang dan 20 ibu nifas yang lainnya enggan untuk banyak bergerak atau berolahraga, rutinitas sehari – hari yang disibukan oleh buah hatinya, lokasi yang jauh dan tidak ada yang mengantar, tidak adanya dukungan dari keluarga, dan kurangnya pengetahuan tentang senam nifas. Hasil wawancara dari 6 orang ibu nifas yang tidak melakukan senam nifas didapatkan hasil 2 (28,6 %) orang mengetahui tentang senam nifas meliputi tentang pengertian, manfaat, tujuan, kontraindikasi senam nifas, 4 (57,1%) orang tidak mengetahui mengenai senam nifas.

Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran pengetahuan

(3)

ibu nifas tentang senam nifas di BPM Ny. Ruji Aminah Pojoksari, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian Geografis dan Demografis

Lokasi penelitian ini adalah di BPM Ny. Ruji Aminah Di Desa Pojoksari Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang. Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Banyubiru, sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Lodoyong sebelah timur bersebelahan dengan desa Bejalen, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Ngampin. BPM Ny. Ruji Aminah berada di Tingkat Kecamatan letaknya ada di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa. BPM Ny. Ruji Aminah memiliki 1 tenaga kesehatan dengan pendidikan ahli madya kebidanan, sarana prasarana yang dikatakan cukup memadai antara lain 1 ruang periksa,1 ruang bersalin dengan 1 tempat tidur dan 1 ruang nifas. Pelayanan yang diberikan yaitu bersalin, ANC, KIA, KB, dan imunisasi. Waktu pelayanan umum dimulai pada pukul 06.00 WIB – 21.00 WIB, sedangkan pelayanan bersalin dilayani 24 jam.

Hasil Penelitian

Umur

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Ibu Nifas di BPM Ny Ruji Aminah Pojoksari, Kec. Ambarawa, Kab. Semarang, 2014

Umur Frekuensi Persentase

< 20 Tahun 20-35 Tahun > 35 Tahun 3 21 3 11,1 77,8 11,1 Jumlah 27 100,0

Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui bahwa dari 27 responden ibu nifas di wilayah BPM Ny. Ruji Aminah Pojoksari, Kec. Ambarawa, Kab.

Semarang, sebagian besar berumur 20-35 tahun, yaitu sejumlah 21 orang (77,8%). Pendidikan

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Ibu Nifas di BPM Ny Ruji Aminah Pojoksari, Kec. Ambarawa, Kab. Semarang, 2014

Pendidikan Frekuensi Persentase

PT SMA SMP SD 0 9 14 4 0 33,3 51,9 14,8 Jumlah 27 100,0

Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa dari 27 responden ibu nifas di wilayah BPM Ny. Ruji Aminah Pojoksari, Kec. Ambarawa, Kab. Semarang, sebagian besar berpendidikan SMP, yaitu sejumlah 14 orang (51,9%). Pekerjaan

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Ibu Nifas di BPM Ny Ruji Aminah Pojoksari, Kec. Ambarawa, Kab. Semarang, 2014

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) Tidak bekerja Petani Swasta Wiraswasta PNS 10 0 13 4 0 37.0 0 48,1 14,8 0 Jumlah 27 100,0

Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa dari 27 responden ibu nifas di wilayah BPM Ny. Ruji Aminah Pojoksari, Kec. Ambarawa, Kab. Semarang, sebagian besar bekerja sebagai karyawan/swasta, yaitu sejumlah 13 orang (48,1%).

(4)

Pengetahuan Ibu tentang Senam Nifas

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Ibu Nifas tentang Senam Nifas di BPM Ny Ruji Aminah Pojoksari, Kec. Ambarawa, Kab. Semarang, 2014

Pengetahuan Frekuensi Persentase

Baik Cukup Kurang 6 8 13 22,2 29,6 48,1 Jumlah 27 100,0

Berdasarkan tabel 4.4, dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu nifas tentang senam nifas di wilayah BPM Ny. Ruji Aminah Pojoksari, Kec. Ambarawa, Kab. Semarang, sebagian besar dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 13 orang (48,1%)

PEMBAHASAN Karakteristik Responden

Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa dari 27 responden ibu nifas di BPM Ny. Ruji Aminah Pojoksari, Kec. Ambarawa, Kab. Semarang, sebagian besar berumur 20-35 tahun, yaitu sejumlah 21 orang (77,8%), responden yang berumur < 20 tahun sebanyak 3 responden (11,1%), dan sisanya responden yang berumur > 35 tahun sebanyak 3 responden (11,1%). Diketahui bahwa distribusi frekuensi usia ibu nifas di BPM Ny Ruji Aminah yaitu sebagian besar berumur 20 – 35 tahun yaitu sebanyak 21 responden (77,8%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian ibu nifas masuk dalam usia reproduksi sehat, yang sesuai dengan teori dari Depkes RI (2011) yang mengatakan usia reproduksi sehat adalah yang berusia 20 – 35 tahun.

Menurut Elisabeth yang dikutip dari Nursalam (2003) umur individu yang terhitung dari saat dilahirkan sampai berulang tahun. Umur mempunyai peran penting dalam memperoleh pengetahuan karena daya ingat seseorang dipengaruhi oleh umur. Menurut pendapat Hurlock

(1998) dalam Wawan dan Dewi (2010) bahwa semakin cukup umur seseorang pola pikirnya akan semakin matang dan pengetahuanya semakin baik. Umur responden dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang karena semakin cukup umur seseorang maka pola pikir akan semakin matang dan tingkat pengetahuan semakin baik. Dengan demikian responden juga akan semakin mudah memahami pengetahuan tentang senam nifas.

Umur yang reproduktif tidak bisa menjamin akan pola pikir yang semakin matang dan tingkat pengetahuan yang tinggi. Tingkat pengetahuan seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh umur saja, namun masih banyak faktor yang mempengaruhi seperti pendidikan, pekerjaan, ekonomi, dan sosial budaya.

Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa dari 27 responden ibu nifas di BPM Ny Ruji Aminah, Pojoksari, Kec. Ambarawa, Kab. Semarang, sebagian besar berpendidikan SMP sebanyak 14 responden (51,9%), yang berpendidikan SMA sebanyak 9 responden (33,3%), dan yang berpendidikan SD sebanyak 4 responden (14,8%). Distribusi frekuensi pendidikan ibu nifas di BPM Ny Ruji Aminah, yaitu sebagian besar berpendidikan SMP sebanyak 14 responden (51,9%), dan terbanyak kedua adalah berpendidikan SMA sebanyak 9 responden (33,3%). Pengetahuan sangat erat kaitanya dengan pendidikan, karena

semakin tinggi pendidikan seseorang, akan semakin mudah menerima pengetahuan. Tingkat pendidikan terendah dimulai dari tidak tamat SD, hingga tingkat yang tertinggi adalah perguruan tinggi, namun pengetahuan dapat di dapat dari luar lingkup pendidikan, seperti melalui media elektronik, media masa, dan dari orang lain dilingkungan sekitar. Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi pengetahuan, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuan

(5)

yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang rendah akan menghambat sikap seseorang terhadap nilai – nilai yang baru diperkenalkan ( Notoadmodjo, 2010 ). Pendidikan yang rendah, akan mempengaruhi daya serap terhadap suatu informasi yang diterima. Tingkat pengetahuan seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan saja, namun masih banyak faktor yang mempengaruhi seperti umur, pekerjaan, ekonomi, dan sosial budaya.

Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa dari 27 responden ibu nifas di BPM Ny Ruji Aminah, Pojoksari, Kec. Ambarawa, Kab. Semarang, sebagian besar bekerja swasta sebanyak 13 responden (48,1%), yang tidak bekerja / IRT sebanyak 10 responden (37,0%), dan yang berwiraswasta sebanyak 4 responden (14,8%).

Distribusi frekuensi pekerjaan ibu nifas di BPM Ny Ruji Aminah sebagian besar bekerja sebagai karyawan swasta, yaitu sebanyak 13 responden (48,1%). Pekerjaan merupakan kegiatan utama yang dilakukan untuk mencari nafkah. Lingkungan pekerjaan dapat digunakan sebagai sarana dalam mendapatkan informasi yaitu dengan bertukar pikir dengan tetangganya ( Wawan dan Dewi 2010 ) Oleh karena itu status pekerjaan mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang senam nifas.

Gambaran Pengetahuan

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu nifas tentang senam nifas di wilayah BPM Ny. Ruji Aminah Pojoksari, Kec. Ambarawa, Kab. Semarang, sebagian besar dalam kategori kurang, yaitu 13 orang (48,1%), kategori cukup yaitu 8 responden (29,6%), dan kategori baik yaitu 6 responden (22,2%). Kurangnya pengetahuan responden tentang senam nifas bisa dipengaruhi oleh beberapa hal, kurangnya minat dan rasa ingin tahu ibu nifas terhadap senam nifas. Apabila semakin besar rasa ingin tahu seseorang, maka

makin cepat seseorang mencari tahu hal yang ingin diketahuinya tersebut dan sebaliknya semakin sedikit rasa ingin tahu seseorang, maka tidak ada keinginan untuk mencaritahu hal yang baru. Minat seseorang juga berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang. Tingginya minat seseorang akan sesuatu akan mendorong untuk mencari tahu akan hal yang ingin diketahuinya.

Kurangnya pemberian informasi mengenai senam nifas baik melalui penyuluhan, pendidikan formal maupun nonformal berpengaruh terhadap kurangnya pengetahuan ibu nifas itu sendiri. Responden yang hanya memperoleh informasi dari bidan atau tenaga kesehatan lain, responden tidak mendapatkan informasi dari sumber yang lain seperti media massa elektronik / cetak seperti internet, surat kabar, majalah. Walaupun ibu nifas telah mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan maupun dari media massa cetak / elektronik, tetapi apabila keinginan untuk mengingat informasi itu rendah maka akan menjadi informasi yang sekilas saja. Menurut Notoatmojo (2012). Ibu nifas yang telah mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan maupun dari media massa cetak / elektronik, tetapi tidak pernah melakukan senam nifas akan menjadi informasi yang sekilas saja. Kurang aktifnya peran serta ibu nifas di masyarakat juga dapat mempengaruhi wawasan mengenai senam nifas, dengan kurangnya bertukar pengalaman dan pikiran kapada masyarakat atau ibu nifas yang lain. Bertukar pengalaman akan menambah wawasan seseorang. Lingkungan sekitar sangat berpengruh terhadap pengetahuan ibu, lingkungan yang masih memegang erat adat istiadat bahwa ibu nifas tidak boleh melakukan aktivitas yang berat, lingkungan yang masih menganggap bahwa senam nifas merupakan aktivitas yang berat, bahwa ibu nifas tidak boleh keluar rumah.

Selain itu pengetahuan responden di BPM Ny Ruji Aminah dalam kategori

(6)

kurang, tidak terlepas dari kerakteristik responden yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, antara lain umur, pendidikan, dan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2010), yang mengatakan umur, pendidikan, pekerjaan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Sebagian besar karakteristik responden adalah berumur 20 – 35 sejumlah 21 responden (77,8%). Umur responden dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang karena semakin cukup umur seseorang maka pola pikir akan semakin matang dan tingkat pengetahuan semakin baik. Dengan demikian responden juga akan semakin mudah memahami pengetahuan tentang senam nifas. Umur yang reproduktif tidak bisa menjamin akan pola pikir yang semakin matang dan tingkat pengetahuan yang tinggi. Tingkat pengetahuan seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh umur saja, namun masih banyak faktor yang mempengaruhi seperti pendidikan, pekerjaan, ekonomi, dan sosial budaya.

Responden yang sebagian besar berpendidikan SMP yaitu sejumlah 14 responden (51,9%). Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi pengetahuan, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang rendah akan menghambat sikap seseorang terhadap nilai – nilai yang baru diperkenalkan (Notoadmodjo, 2010 ). Pendidikan yang rendah, akan mempengaruhi daya serap terhadap suatu informasi yang diterima.

Responden yang sebagian besar bekerja sebagai karyawan swasta sejumlah 13 responden (48,1%). Responden yang sebagian besar karyawan swasta, hampir menghabiskan sebagian waktunya untuk bekerja. Sedikit waktu untuk mencari tahu tentang informasi tertentu.

Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang senam nifas pada ibu nifas hari ke 1 sampai 1 minggu dalam kategori kurang yaitu sebanyak 3 responden (75%) dan

dalam ketegori cukup ada 1 responden (25%), ini karena ibu nifas hari ke 1 - 20 hanya sebatas mendapat informasi saja, belum pernah diajarkan senam nifas. Tingkat pengetahuan ibu nifas hari ke 8 sampai 42 dalam kategori baik sebanyak 6 responden (26,1%) , kategori cukup ada 7 responden (30,4%), dan kategori kurang ada 10 responden (43,5%). Ibu nifas hari ke 8 sampai 42 masih ada yang termasuk kategori kurang, hal ini bisa dikarenakan saat diadakan senam nifas responden tidak datang, tetapi apabila keinginan untuk mengingat informasi itu rendah maka akan menjadi informasi yang sekilas saja.

Dari kuisioner yang diberikan menunjukan bahwa masih ada responden yang menjawab salah pernyataan sebanyak 8 pernyataan, yaitu pada nomor 10, 12, 14, 16, 17, 20, 26, dan 28. Pernyataan nomor 10 yang berbunyi senam nifas dapat memperbaiki sikap dan tubuh setelah hamil dan melahirkan, pernyataan nomor 12 yang berbunyi pelaksanaan senam nifas harus dilakukan secara bertahap, sistematis, dan kontinyu, pernyataan nomor 14 yang berbunyi kerugian jika tidak dilakukan senam nifas dapat menimbulkan sumbatan vena oleh bekuan darah, pernyataan nomor 16 yang berbunyi kerugian jika tidak dilakukan senam nifas dapat menimbulkan infeksi karena involusi uterus yang tidak baik, pernyataan nomor 17 yang berbunyi kontraindikasi senam nifas adalah ibu dengan persalinan normal, pernyataan nomor 20 yang berbunyi alat yang dipersiapkan dalam senam nifas adalah matras, bantal, musik, dan pernyataan nomor 26 dan 28 yang berbunyi latihan tahap kedua, latihan mengangkat pinggul dengan, hirup nafas, kemudian menekan bokong dan pinggul ke atas, kemudian hembuskan nafas dan latihan tahap ketiga latihan merapatkan otot perut dengan menahan otot perut dengan tangan, angkat kepala dan pundak seolah hendak duduk. Padahal hal – hal tersebut penting untuk diketahui ibu nifas yang berkaitan tentang senam nifas.

(7)

Hal ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Selly Fadillah yang berjudul “ Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Manfaat Senam Nifas di RSB Budi Rahayu, Magelang tahun 2009” yang menyatakan bahwa ibu nifas memiliki tingkat pengetahuan yang rendah tentang senam nifas.

PENUTUP Kesimpulan

Dari hasil penelitian dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Senam Nifas di BPM Ny Ruji Aminah Pojoksari, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang “ Maka hasil penelitian yang didapatkan dari 27 responden dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Karakteristik responden berdasarkan umur ibu nifas di BPM Ny Ruji Aminah sebagian besar berusia 20- 35 tahun yaitu sebanyak 21 orang (77,8%).

2. Pendidikan ibu nifas di BPM Ny Ruji Aminah sebagian besar berpendidikan SMP yaitu sebanyak 14 orang (51,9%). 3. Pekerjaan ibu nifas di BPM Ny Ruji Aminah sebagian besar bekerja sebagai karyawan swasta yaitu sebanyak 13 orang (48/1%).

4. Pengetahuan responden tentang senam nifas di wilayah BPM Ny. Ruji Aminah Pojoksari, Kec. Ambarawa, Kab. Semarang, sebagian besar dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 13 orang (48,1%).

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas , saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

Diharapkan ibu nifas dapat meningkatkan kesadaran untuk menambah banyak informasi tentang perawatan pada masa nifas terutama senam nifas.

Diharapkan bidan untuk memberi informasi dan mengajarkaan senam nifas

sedini mungkin kepada ibu untuk menghindari terjadinya komplikasi – komplikasi pada masa nifas. Bagi instansi pendidikan : Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran sebagai sumber pembelajaran dan pemecahan masalah yang berkaitan tentang perawatan masa nifas terutama tentang senam nifas, sebagai acuan pembelajaran yang meliputi teori atau praktek di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Eni Retna,dkk. 2010. Asuhan

Kebidanan Nifas. Jogjakarta : Nuha

Medika

Anggraeni, Yetti. 2010. Asuhan

Kebidanan Masa Nifas.

Yogyakarta : Pustaka Rihama Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur

Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Dewi, Vivian Nanny Lia,dkk. 2011.

Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.

Jakarta : Salemba Medika

Mochtar, Rustam. 2005. Sinopsis Obstetric

: Obstetric Operatif, Obstetric Social, (edisi 2 ). Jakarta : EGC

Mochtar, Rustam. 2011. Sinopsis Obstetri

: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, (edisi 3 ). Jakarta : EGC

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Konsep dan

Penerapan Ilmu Keperawatan.

Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta :

Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Konsep dan

Penerapan Ilmu Keperawatan.

(8)

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta :

Rineka Cipta

Nursalam. 2003 .Konsep Dan Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta : Salemba

Medika

Prawirahardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka

Sarwono Prawirahardjo

Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah .

Semarang : Dinas Profinsi Jawa Tengah. 2011

Senam Memperlancar Proses Masa Nifas. 2005. Availabel from : Http://www.wedingku.com

Senam Nifas Kurangi Stress Saat

Melahirkan. 2005. Available from

:http://www.diffy.com/kesehatan/b erita sehat/detail.php?=14614 Tri Widiyanti, Anggriyana. 2010 . Senam

Kesehatan . Jogjakarta : Nuha

Medika

Varney, Helen, dkk. 2008. Buku Ajar

Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

Wawan, A dan Dewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika

Widyasih, Hesty, dkk . 2009 . Perawatan

Gambar

Tabel 4.1  Distribusi  Frekuensi  Berdasarkan Umur Ibu Nifas  di  BPM  Ny  Ruji  Aminah  Pojoksari,  Kec

Referensi

Dokumen terkait

Pada setiap puskesmas telah disediakan alokasi anggaran berupa bantuan operasional kesehatan (BOK) oleh pemerintah pusat sesuai yang tertera dalam juknis bantuan operasional

santri di Iftihatul Muballighin untuk pembinaan sebagai kader. Dari keempat hasil karya tulis ilmiah di atas yang dapat penulis himpun, memang tidak dapat dipungkiri

Zaradi tega stanje v Republiki Sloveniji glede finančnih preiskav, še daleč ni zadovoljivo, zato bi bilo potrebno, da si poleg kriminalistov za področje gospodarske kriminalitete,

Dari dua ratusan lebih riwayat yang dikumpulkan oleh Ibnu al-Muba&gt;rak di dalam Kita&gt;b al-Jiha&gt;d ini terlihat bahwa sebagian besar riwayat tentang jihad dan syahid

32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang

Risiko utama dalam usaha perseroan adalah risiko ketersediaan lahan yang dimiliki perseroan, jika perseroan tidak lagi memiliki lahan yang bisa dikembangkan maka akan berdampak

Pada Tabel 3 tekstur tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap perlakuan jenis penggunaan kemasan selama penyimpanan buah.. Buah salak yang baru dipetik

WTON memiliki indikator MACD , Stoc osc dan Rsi yang mengindikasikan pola uptrend, WTON berhasil menembus Resistance di level harga 960 sehingga terbuka peluang untuk