• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak bahasa diyakini sebagai sarana penting dalam memberikan informasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak bahasa diyakini sebagai sarana penting dalam memberikan informasi"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sejak bahasa diyakini sebagai sarana penting dalam memberikan informasi dan berkomunikasi di antara masyarakat yang berbeda-beda, kehadiran kajian terjemahan juga dianggap sebagai suatu media yang tidak kalah pentingnya untuk diketahui. Selain itu, dewasa ini bahasa asing sangat penting untuk dipelajari mengingat dunia komunikasi semakin meluas dan banyak sumber informasi yang disajikan dalam bahasa asing. Salah satunya dapat dilihat melalui dunia perfilman.

Dunia perfilman dari tahun ke tahun berkembang dengan pesat. Banyak film yang beredar di masyarakat, baik film lokal maupun film luar negeri, contohnya film dari Amerika, Inggris, India, Belanda, Cina, Korea, Jerman, dan lain sebagainya. Sehubungan dengan hal ini, di Indonesia terdapat undang-undang Penyiaran No.24 tahun 1997 pasal 33 ayat 6 yang menyatakan bahwa pada acara berbahasa asing untuk televisi dapat diberi narasi atau teks bahasa Indonesia. Peraturan ini menyebabkan banyak film berbahasa asing khusunya film berbahasa Inggris diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, baik dengan disulihsuarakan maupun diberikan teks terjemahan yang tercantum di bagian bawah layar televisi maupun layar bioskop.

(2)

(Karlina, 2010:1). Maka melalui teks terjemahan ini, masyarakat Indonesia yang menonton film tersebut dapat mengerti arti ucapan-ucapan yang terdapat pada film.

Penerjemahan yaitu pengubahan dari satu bahasa ke bahasa lain. Dalam penerjemahan dikenal dengan bahasa sumber (BSu) dan bahasa sasaran (BSa) (Simatupang, 1999: 4). Menurut Karlina (2010:2) dalam skripsinya menyatakan bahwa bentuk terjemahan dari media audiovisual (layar kaca atau layar lebar) dikenal dengan sebutan subtitle atau sous-titre. Pembuatan subtitle sebuah film bukanlah pekerjaan yang mudah karena dibatasi oleh ruang dan waktu. Pertama dalam hal ruang, berarti teks terjemahan akan ditampilkan di layar dengan ruang yang jauh lebih sempit daripada buku dan novel atau roman. Sementara itu mengenai waktu, berarti terjemahan dalam bahasa Indonesia tersebut harus ditampilkan tepat pada saat dialog film diucapkan. Ketika aktor atau aktris mengucapkan sebuah dialog, teks terjemahan harus muncul pada saat yang bersamaan.

Membuat subtitle (teks terjemahan) film yang ditayangkan di layar kaca ataupun layar lebar bukanlah pekerjaan mudah. Profesi ini tak sekedar mengalihbahasakan melainkan juga tengah menjembatani dua budaya yang berbeda. Dalam hal ini, seorang penerjemah harus paham terhadap film dan konteks yang akan diterjemahkan. Di samping itu, ada banyak aturan yang harus diperhatikan sehingga teks tidak mengurangi kenikmatan penonton menyaksikan sebuah tayangan. Hal ini sejalan dengan pendapat Halliday dan Hassan dalam artikel Machali. Menurut Halliday dan Hassan, sebuah teks merupakan suatu kesatuan bahasa yang

(3)

dipergunakan, salah satunya sebagai sarana komunikasi, di mana makna teks tersebut diperoleh berdasarkan konteks baik konteks situasi maupun konteks budaya. Oleh sebab itu, ketika berhadapan dengan sebuah teks yang akan diterjemahkan, seorang penerjemah pertama-tama akan dikaitkan dengan pengolahan teks yang dimulai dengan identifikasi makna teks sumber (TSu), kemudian rekonstruksi konteks untuk menghasilkan makna yang berterima pada bahasa sasaran (BSa).

Selanjutnya, sejak penerjemahan melibatkan bahasa sumber (BSu) dan bahasa sasaran (BSa), seorang penerjemah sebelum menerjemahkan perlu mengetahui hakekat suatu bahasa. Salah satunya yang perlu diperhatikan oleh seorang penerjemah yaitu bahwa bahasa adalah kontekstual dimana prinsip kontekstual bahasa mengimplikasikan bahwa bahasa merealisasikan dan direalisasikan oleh konteks yang berada di luar bahasa tempat bahasa itu digunakan. Ada hubungan timbal balik antara teks dan konteks sosial (Halliday & Martin, 1993:22). Dengan kata lain, bahasa mengekspresikan konteks dan konteks juga mendeskripsikan bahasa. Konteks bahasa ini mengacu pada konteks budaya dan konteks situasi.

Sehubungan dengan hal tersebut, Halliday dan Hasan (1985: 6) menambahkan bahasa adalah kontekstual karena pemahaman tentang bahasa terletak dalam kajian teks. Ada teks dan ada teks lain yang menyertainya: teks yang menyertai teks itu disebut konteks. Namun, pengertian mengenai hal yang menyertai teks itu meliputi tidak hanya yang dilisankan atau ditulis, tetapi juga meliputi kejadian-kejadian yang nonverbal lainnya pada keseluruhan lingkungan teks itu, baik dari segi

(4)

medan wacana (field), pelibat wacana (tenor), maupun sarana yang digunakan (mode). Misalnya, bahasa yang digunakan oleh seorang dosen dalam menyampaikan materi perkuliahan kepada mahasiswa di kampus berbeda dengan bahasa yang digunakannya pada saat ia berbelanja di pasar. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan konteks situasi tempat bahasa itu digunakan, pembicara dan lawan bicara seperti usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban dan sebagainya.

Konteks situasi yang merujuk pada partisipan (pembicara dan lawan bicara) atau yang disebut dengan istilah tenor of discourse juga turut mempengaruhi bahasa yang digunakan dalam suatu percakapan atau interaksi. Sebaliknya bahasa yang digunakan oleh seseorang atau sekelompok orang juga dapat menunjukkan peran dan status sosialnya dengan lawan bicara dalam suatu interaksi. Tenor (pelibat wacana) ini akan lebih akurat terlihat melalui percakapan atau wacana secara langsung. Salah satu bentuk wacana langsung adalah terwujud dalam dialog (percakapan) pada film baik film animasi, dokumenter, dan sebagainya.

Penelitian ini akan memusatkan perhatian pada unsur tenor atau pelibat wacana dalam suatu film berbahasa Inggris yang berjudul Alice in Wonderland. Film ini sudah memiliki subtitle (teks terjemahan) dalam bahasa Indonesia. Adapun alasan pemilihan film ini yaitu semata-mata karena topik yang menjadi kajian dalam penelitian ini banyak dijumpai pada film tersebut. Kemudian, film tersebut juga

(5)

merupakan film baru yang cukup diminati di kalangan anak-anak, remaja, dan orang tua.

Adanya kecenderungan perbedaan budaya Inggris dan Indonesia yang sangat berpengaruh di dalam penciptakan teks terjemahan yang berterima pada budaya Indonesia acapkali menjadi salah satu masalah dalam penerjemahan khususnya penerjemahan teks film yang memiliki beragam pelibat (pembicara & lawan bicara). Sehubungan dengan hal tersebut, menerjemahkan tenor of discourse (pelibat wacana) dengan benar dapat cukup menyulitkan. Hal ini tergantung pada apakah seseorang itu memandang tingkat formalitas tertentu sebagai hal yang benar dari sudut pandang budaya bahasa sumber (BSu) atau dari sudut pandang bahasa sasaran (BSa). Misalnya, seseorang anak remaja Amerika boleh menggunakan tenor yang sangat informal dengan orang tuanya dengan menggunakan nama depan dan bukan dengan panggilan ibu ataupun ayah. Namun, hal tersebut akan sangat tidak dapat diterima oleh kebanyakan kebudayaan lain misalnya Indonesia.

Pada dasarnya, unsur pelibat atau tenor erat kaitannya dengan penggunaan pronomina. Dengan kata lain, untuk menganalisis tenor atau pelibat ataupun yang sering disebut dengan partisipan dapat dilakukan dengan memperhatikan penggunaan pronomina misalnya I, you, he/she, they her, them, kamu, dia, mereka dan sebagainya dalam suatu interaksi komunikasi. Penerjemahan tenor atau pelibat (yang kerap kali diwujudkan dalam penggunaan pronomina ini) dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia kurang mendapat perhatian khusus di dunia penerjemahan khususnya

(6)

dalam pembuatan teks terjemahan film. Dalam hal ini, peneliti menemukan sebuah fenomena bahwa seringkali unsur tenor yang dipakai dalam sebuah film menjadi bergeser ketika dialihkan ke bahasa lain. Misalnya, secara umum kita dapat mengatakan bahwa padanan I adalah saya, you adalah kamu, dan sebagainya. Akan tetapi, bila kita mencoba mencari padanannya dalam suatu konteks wacana keadaannya akan menjadi berbeda. Adapun penelitian awal yang sudah dilakukan peneliti terlihat melalui beberapa contoh percakapan yang dikutip melalui sumber data berikut ini:

Adegan – 1:

1.Konteks situasinya: Di sebuah rumah tepatnya di dalam ruang tamu, Charles Kingsleigh dan dua orang temannya sedang berbincang-bincang.

Kolega- 1 : Charles, you have finally lost your senses. This venture is impossible.

(Charles, akhirnya kau kehilangan akalmu. Usulan bisnis ini mustahil)

Charles : For some. Gentlemen, the only way to achieve the impossible is to believe possible.

(Untuk beberapa orang. Satu-satunya cara mencapai hal mustahil adalah percaya bahwa itu mungkin.)

(7)

(Cara berpikir seperti itu dapat merugikanmu).

Charles : I’m willing to take that chance. Imagine trading posts in Rangoon,

Bangkok, Jakarta....

(Aku mau mengambil resiko itu. Bayangkan pos perdagangan di Rangoon, Bangkok, Jakarta....)

Pada interaksi percakapan yang berlangsung di atas, percakapan tersebut berlangsung di antara Charles Kingsleigh dan dua orang teman kerjannya (kolega). Pelibat atau partisipan di sini adalah Charles, Kolega-1 dan Kolega-2 yang berperan sebagai teman-temannya. Status Charles dan teman-temannya dalam hal ini sama yakni menggambarkan hubungan seseorang dengan relasi kerjanya. Selain itu, percakapan ini juga berlangsung dalam situasi informal karena tempat pelaksanaanya yaitu di sebuah ruang tamu di rumah Charles. Walaupun percakapan itu berlangsung pada situasi informal, masih tetap ada unsur saling menghormati di dalamnya. Hal ini terlihat dengan jelas melalui panggilan gentlemen yang ditujukan oleh Charles kepada kedua teman bisnisnya. Yang menjadi masalah di sini adalah tenor yang digunakan pada bahasa sumber (BSu) tidak seluruhnya sepadan dengan yang terdapat dalam bahasa sasaran (BSa). Hal tersebut dapat dilihat dengan jelas melalui penggunaan sapaan gentlemen pada BSu yang tidak memiliki padanan pada BSa. Selain itu, partisipan dalam teks BSa seolah-olah lenyap karena penerjemah tidak mengalihkan pronomina penyapa gentlemen tersebut.

(8)

2.Konteks situasi: Saat Charles dan teman-temannya sedang berbincang-bincang, putri Charles yang bernama Alice Kingsleigh melewati ruang tamu dan memandang ayahnya (Charles). Ia takut karena mimpi buruk yang dialaminya malam itu. Kemudian, Charles menghentikan pembicaraan sementara waktu dan membawa Alice ke kamarnya. Lalu, komunikasi di antara Alice dan ayahnya Charles berlangsung di kamar Alice.

Alice : I’m falling down a dark hole, then I see strange creatures.

(Aku jatuh ke lubang yang gelap, lalu aku melihat makhluk aneh).

Charles : What kind of creatures?

(Makhluk seperti apa?)

Alice : Well, there’s a dodo bird, a rabbit in waistcoat, a smiling cat. (Ada burung dodo, kelinci pakai jas, kucing yang tersenyum).

Charles : I didn’t know cats could smile.

(Aku tak tahu kucing bisa tersenyum).

Alice : Neither did I. And there’s a blue caterpillar. (Aku juga tak tahu. Dan ada ulat bulu).

(9)

(Ulat bulu).

Alice : Do you think I’ve gone round the bend?

(Menurutmu aku sudah gila?)

Percakapan di atas berlangsung di antara Charles Kingsleigh dan putrinya yang bernama Alice. Hubungan atau peran yang mengikat mereka berdua adalah hubungan seorang ayah dan putrinya atau dapat dikatakan hubungan sedarah. Kemudian, hubungan di antara mereka juga sangat akrab karena sang ayah rela meninggalkan perbincangan bisnis dengan teman-temannya demi menenangkan putrinya Alice yang bermimpi buruk malam itu. Selain itu, dari percakapan yang tergambar di atas, dapat disimpulkan bahwa percakapan tersebut berlangsung pada situasi informal. Hal ini terlihat jelas melalui struktur kalimat atau bahasa yang digunakan. Akan tetapi, ada sedikit keganjilan yang ditemukan oleh penulis saat membaca terjemahan kalimat yang diujarkan oleh Alice kepada ayahnya yaitu Do you think I’ve gone round the

bend?. Pertanyaan ini dialihkan menjadi Menurutmu aku sudah gila? You pada BSu (Inggris) yang menjadi kata pengganti untuk sang ayah dialihkan menjadi kau dalam BSa (Indonesia). Di sini, kata tersebut tidak dialihkan menjadi ayah. Dalam hal ini, konteks budaya tidak ikut diperhatikan oleh penerjemah saat mengalihkan tenor tersebut.

Melihat beberapa fenomena di atas, pemakaian unsur tenor atau pelibat dalam suatu bahasa terkait juga dengan budaya bahasa tersebut. Misalnya untuk

(10)

menerjemahkan you (bahasa Inggris) perlu dicermati apakah bentuk ini dapat dialihkan menjadi kau, engkau, kamu, Anda atau menjadi nama diri, pangkat,

jabatan, dan sebagainya.

Di samping itu, kajian penerjemahan yang meneliti tentang unsur tenor ini juga kurang mendapat perhatian khusus di bidang penerjemahan. Banyaknya unsur pelibat dalam TSu yang menjadi bergeser di dalam TSa seringkali terjadi, terutama dalam pembuatan subtitle (teks terjemahan) sebuah film. Di sini, padanan yang diberikan dalam TSa sering tidak sesuai dengan konteks yang berlaku di budaya BSa. Berangkat dari fenomena inilah penulis termotivasi untuk mengadakan penelitian kajian wacana dan terjemahan yang menitikberatkan pada pelibat.

1.2Perumusan Masalah

Peneliti menetapkan empat rumusan masalah yang telah diteliti, antara lain:

1. Bagaimanakah peran dan status di antara para pelibat (tenor) yang terealisasi dalam teks sumber (TSu) film Alice in Wonderland?

2. Jenis-jenis pergeseran apa yang terjadi dalam teks sasaran (TSa) film Alice in Wonderland?

3. Jenis fungsi ujar apakah yang terdapat dalam teks sumber (TSu) dan sasaran (TSa) film Alice in Wonderland?

4. Bagaimanakah kesepadanan jenis fungsi ujar yang direalisasikan dalam modus pada teks sumber (TSu) dan teks sasaran (TSa)?

(11)

1.3Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini diadakan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Memaparkan peran dan status para pelibat (tenor) yang terealisasi dalam teks sumber (TSu) film Alice in Wonderland

2. Memaparkan jenis-jenis pergeseran yang terjadi dalam teks sasaran (TSa) film Alice in Wonderland.

3. Memaparkan jenis fungsi ujar yang terdapat dalam teks sumber (TSu) dan sasaran (TSa) film Alice in Wonderland.

4. Memaparkan kesepadanan jenis fungsi ujar yang direalisasikan dalam modus pada teks sumber (TSu) dan teks sasaran (TSa).

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis:

1. Memperkaya kajian ilmiah penerjemahan dan khususnya bidang analisis wacana.

2. Sebagai bukti bahwa penerjemahan pelibat (tenor) dari bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa) bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan, tetapi memerlukan ketelitian agar makna BSu dapat dialihkan ke dalam BSa dengan tepat dan berterima.

(12)

Manfaat Praktis:

1. Untuk memenuhi tugas akhir (tesis) pada sekolah Pascasarjana Linguistik USU konsentrasi Terjemahan.

2. Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa dan peneliti yang ingin meneliti tetang penerjemahan khususnya melakukan penelitian dalam bidang analisis wacana.

1.5 Klarifikasi Makna Istilah

Klarifikasi makna istilah ini dibuat untuk menghindari kesalahpahaman akan makna istilah-istilah penting yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Penerjemahan adalah proses pengalihan pesan yang terdapat pada teks bahasa sumber (source language) dengan padanannya di dalam teks bahasa sasaran (target language).

2. Terjemahan adalah produk atau hasil penerjemahan.

3. Bahasa Sumber/BSu (Source Language) disebut juga bahasa asal atau bahasa asli yaitu bahasa yang dipergunakan oleh pengarang asal dalam mengungkapkan pesan, gagasan, atau keterangan pengarang bahasa asal itu tertuang. Dalam penelitian ini, yang menjadi bahasa sumber adalah bahasa Inggris.

(13)

4. Bahasa Sasaran/BSa (Target Language) adalah bahasa yg menjadi medium suatu amanat yang berasal dari bahasa sumber setelah melalui proses pengalihan. Bahasa sasaran (BSa) dalam penelitian ini adalah bahasa Indonesia.

5. Teks adalah bahasa yang fungsional. Maksud fungsional di sini berarti bahasalah yang melakukan pekerjaan yang sama dalam suatu konteks dan bukan kata-kata atau kalimat yang terisolir yang mungkin dituliskan seseorang di atas papan tulis.

6. Konteks adalah bagian dari suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan makna. Konteks juga dapat diartikan sebagai situasi yang ada hubungannya dengan suatu peristiwa.

7. Teks Sumber (TSu) adalah teks asli ataupun teks asal, teks sebelum diterjemahkan. TSu dalam penelitian ini adalah teks film dalam bahasa Inggris.

8. Teks Sasaran (TSa) adalah teks yang dihasilkan setelah melalui proses pengalihan (penerjemahan). Dalam penelitian ini, teks terjemahan dalam bahasa Indonesia yang menjadi teks sasaran (TSa).

9. Subtitle adalah teks terjemahan film yang tertulis di layar bagian bawah.

10.Bahasa Inggris adalah sebuah bahasa yang berasal dari Inggris, merupakan bahasa utama di Britania Raya (termasuk Inggris), Amerika Serikat, serta banyak negara lainnya. Teks yang diterjemahkan adalah teks bahasa Inggris dialek British (British English).

(14)

11.Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia.

12.Pelibat adalah konteks situasi yang merujuk pada hakikat relasi antarpartisipan, termasuk pemahaman peran dan statusnya dalam konteks sosial dan lingual. Untuk menganalisis pelibat wacana ada tiga hal yang perlu diungkap; peran agen atau masyarakat, status sosial, dan jarak sosial.

13. Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan salah-satu media komunikasi massa audiovisual yang dibuat berdasarkan asas sinematografi yang direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalamsegala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proseslainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengansistem proyeksi mekanik, elektronik, dan sistem lainnya.

Referensi

Dokumen terkait

Menghasilkan biodiesel dari minyak jelantah hasil adsorpsi menggunakan nisbah bobot campuran abu sekam padi dan sabut kelapa yang paling optimal sesuai baku

Strategi buy on rumors sell on news bisa juga dilakukan oleh investor yang sengaja menawar Efek dengan harga penawaran yang lebih tinggi daripada harga yang sebenarnya,

Sesuai dengan arahan Presiden, target yang harus dicapai dalam penanganan masalah sosial kemasyarakatan yang terkait dengan ganti rugi adalah terselesaikannya

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu analisis kekuatan mekanik komposit berpenguat serat kulit batang pohon waru dapat disimpulkan bahwa, Setelah

Tujuan penelitian adalah mengetahui lama penggunaan antibiotik oral klindamisin 300 mg (1-2 x sehari) pada pasien akne vulgaris sedang (AVS) yang memberikan

Peubah biologi yang diamati meliputi: 1) lama waktu perkembangan yang dibutuhkan sejak telur diletakkan oleh imago betina sampai menetas menjadi nimfa instar

Medical Surgical and Critical Care Nursing Community Health and Primary Care Nursing Geriatric Nursing. Room 2

Perluasan tambak yang tidak ramah lingkungan ini, terutama terjadi di Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah, serta Kabupaten Pohuwato dan Boalemo Provinsi