• Tidak ada hasil yang ditemukan

PPT Epilepsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PPT Epilepsi"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

EPILEPSI

SELVI HELLY MONINGKA 91331491291. 0031

(2)

Takrif/pengertian

• epilepsi :

- gangguan SSP yang ditandai dg terjadinya bangkitan (seizure, fit, attack, spell) yang bersifat spontan (unprovoked) dan berkala

- kejadian kejang yang terjadi berulang (kambuhan)

• Kejang : manifestasi klinik dari aktivitas neuron yang berlebihan di dalam korteks serebral

• Manifestasi klinik kejang sangat bervariasi tergantung dari daerah otak fungsional yang terlibat

(3)
(4)

Epidemiologi

• Agak sulit mengestimasi jumlah kasus epilepsy 

pada kondisi tanpa serangan, pasien terlihat normal dan semua data lab juga normal, selain itu ada

stigma tertentu pada penderita epilepsy  malu/enggan mengakui

• Insiden paling tinggi pada umur 20 tahun pertama, menurun sampai umur 50 th, dan meningkat lagi setelahnya terkait dg kemungkinan terjadinya

penyakit cerebrovaskular

• Pada 75% pasien, epilepsy terjadi sebelum umur 18 th

(5)

Dampak penyakit

• Aspek psikososial (masalah medik, psikologis, sosial, dan ekonomi

• Aspek medik : meningkatnya biaya perawatan, perlunya tenaga terlatih yang terampil, fasilitas teknik dan tersedianya obat antiepilepsi (OAE)

• Aspek ekonomi : terbatasnya lapangan kerja, meningkatnya pengangguran

• Aspek psikologis : rasa cemas, kehilangan kepercayaan diri

• Aspek sosial : stigma negatif tentang penyakit dan penderita

(6)

Prognosis

• Prognosis umumnya baik, 70 – 80% pasien yang

mengalami epilepsy akan sembuh, dan kurang lebih separo pasien akan bisa lepas obat

• 20 - 30% mungkin akan berkembang menjadi epilepsi kronis  pengobatan semakin sulit  5 % di antaranya akan tergantung pada orang lain dalam kehidupan sehari-hari

• Pasien dg lebih dari satu jenis epilepsi, mengalami

retardasi mental, dan gangguan psikiatri dan neurologik

 prognosis jelek

• Penderita epilepsi memiliki tingkat kematian yg lebih tinggi daripada populasi umum

(7)

Lanjutan prognosis…

Penyebab kematian pada epilepsi :

• Penyakit yg mendasarinya dimana gejalanya berupa epilepsi misal : tumor otak, stroke

• Penyakit yg tidak jelas kaitannya dg epilepsi yg ada misal : pneumonia

• Akibat langsung dari epilepsi : status epileptikus, kecelakaan sebagai akibat bangkitan epilepsi dan sudden un-expected death

(8)

Etiologi

• Epilepsi mungkin disebabkan oleh:

– aktivitas saraf abnormal akibat proses patologis yang mempengaruhi otak

– gangguan biokimia atau metabolik dan lesi mikroskopik di otak akibat trauma otak pada saat lahir atau cedera lain

– pada bayi  penyebab paling sering adalah asfiksi atau hipoksia waktu lahir, trauma intrakranial waktu lahir,

gangguan metabolik, malformasi congenital pada otak, atau infeksi

– pada anak-anak dan remaja  mayoritas adalah epilepsy idiopatik, pada umur 5-6 tahun  disebabkan karena febril

– pada usia dewasa penyebab lebih bervariasi  idiopatik, karena birth trauma, cedera kepala, tumor otak (usia 30-50 th), penyakit serebro vaskuler (> 50 th)

(9)

Patogenesis

Kejang disebabkan karena ada

ketidakseimbangan antara

pengaruh inhibisi dan eksitatori

pada otak

Ketidakseimbangan bisa terjadi karena :

• Kurangnya transmisi inhibitori – Contoh: setelah pemberian

antagonis GABA, atau selama penghentian pemberian agonis GABA (alkohol, benzodiazepin)

• Meningkatnya aksi eksitatori 

meningkatnya aksi glutamat atau aspartat

(10)
(11)

Diagnosis

• Pasien didiagnosis epilepsi jika mengalami serangan kejang secara berulang

• Untuk menentukan jenis epilepsinya, selain dari gejala, diperlukan berbagai alat diagnostik :

– EEG

– CT-scan

– MRI

– Lain-lain

A CT or CAT scan (computed tomography) is a much more sensitive imaging technique than X-ray, allowing high definition not only of the bony structures, but of the soft tissues.

(12)

Klasifikasi epilepsi

• Berdasarkan tanda klinik dan data EEG, kejang

dibagi menjadi :

– kejang umum (generalized seizure)  jika aktivasi

terjadi pd kedua hemisfere otak secara bersama-sama

– kejang parsial/focal  jika dimulai dari daerah

(13)

Kejang umum terbagi atas:

Tonic-clonic convulsion = grand mal

– merupakan bentuk paling banyak terjadi

– pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas terengah-engah, keluar air liur

– bisa terjadi sianosis, ngompol, atau menggigit lidah

– terjadi beberapa menit, kemudian diikuti lemah, kebingungan, sakit kepala atau tidur

(14)

Abscense attacks = petit mal

– jenis yang jarang

– umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal remaja

– penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-kedip, dengan kepala terkulai

– kejadiannya cuma beberapa detik, dan bahkan sering tidak disadari

Myoclonic seizure

– biasanya tjd pada pagi hari, setelah bangun tidur

– pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba

– jenis yang sama (tapi non-epileptik) bisa terjadi pada pasien normal

Atonic seizure

– jarang terjadi

– pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan otot  jatuh, tapi bisa segera recovered

(15)

Kejang parsial terbagi menjadi :

• Simple partial seizures

– pasien tidak kehilangan kesadaran

– terjadi sentakan-sentakan pada bagian tertentu dari tubuh

• Complex partial seizures

– pasien melakukan gerakan-gerakan tak terkendali: gerakan mengunyah, meringis, dll tanpa kesadaran

(16)

Sasaran Terapi

Mengontrol supaya tidak terjadi kejang dan meminimalisasi adverse effect of drug

mencegah atau menurunkan lepasnya muatan listrik syaraf yang berlebihan  melalui

perubahan pada kanal ion atau mengatur

ketersediaan neurotransmitter

(17)

Prinsip umum terapi epilepsi:

– monoterapi lebih baik  mengurangi potensi adverse effect, meningkatkan kepatuhan pasien, tidak terbukti bahwa politerapi lebih baik dari monoterapi dan biasanya kurang efektif karena interaksi antar obat justru akan mengganggu efektivitasnya dan akumulasi efek samping dg politerapi

– hindari atau minimalkan penggunaan antiepilepsi sedatif 

toleransi, efek pada intelegensia, memori, kemampuan motorik bisa menetap selama pengobatan

– jika mungkin, mulai terapi dgn satu antiepilepsi non-sedatif, jika gagal baru diberi sedatif atau politerapi

– berikan terapi sesuai dgn jenis epilepsinya

– Memperhatikan risk-benefit ratio terapi

– Penggunaan obat harus sehemat mungkin dan sedapat mungkin dalam jangka waktu pendek

(18)

– mulai dengan dosis terkecil dan dapat ditingkatkan sesuai dg kondisi klinis pasien  penting :

kepatuhan pasien

– ada variasi individual terhadap respon obat antiepilepsi  perlu pemantauan ketat dan penyesuaian dosis

– jika suatu obat gagal mencapai terapi yang

diharapkan  pelan-pelan dihentikan dan diganti dengan obat lain (jgn politerapi)

– lakukan monitoring kadar obat dalam darah  jika mungkin, lakukan penyesuaian dosis dgn melihat juga kondisi klinis pasien

(19)

Monitoring kadar obat dalam serum (

TDM

= Therapeutic Drug Monitoring

)

Tujuan :

• Untuk mengevaluasi kepatuhan penderita

• Menilai faktor farmakokinetika dan farmakodinamika obat  menelusuri kemungkinan apabila terjadi kegagalan terapi

• Mengidentifikasi kadar obat yg efektif utk mengenali

perubahan2 yg mungkin dpt menimbulkan kejang/bangkitan atau efek samping

• Menentukan obat apa yg kemungkinan dpt menimbulkan efek toksik apabila digunakan lebih dari satu macam obat

Kendala :

(20)

Pendekatan monoterapi

• Tujuan utama : mengendalikan bangkitan epilepsi dg satu jenis obat

• Obat yg dipilih adl obat yg terbaik atau paling sesuai utk bangkitan tertentu dan penderita sendiri

• Apabila obat pertama jelas2 terbukti tdk efektif, maka obat jenis kedua harus diberikan

• Penghentian obat pertama secara mendadak tidak dianjurkan karena akan menimbulkan bangkitan ulang, penurunan dosis dianjurkan 20% dari dosis total harian setiap 5 kali waktu paroh obat

• Dalam praktek pendekatan monoterapi mungkin sulit diterapkan secara konsisten mengingat perlu tenaga profesional, fasilitas laboratorium yg mendukung serta kerja sama yg baik antara penderita dan keluarga

(21)

Tatalaksana terapi

• Non farmakologi:

– Amati faktor pemicu

– Menghindari faktor pemicu (jika ada), misalnya : stress, OR, konsumsi kopi atau alkohol, perubahan jadwal tidur, terlambat makan, dll.

(22)
(23)

Obat-obat anti epilepsi

Obat-obat yang meningkatkan inaktivasi kanal Na+:

• Inaktivasi kanal Na  menurunkan kemampuan syaraf untuk menghantarkan muatan listrik

• Contoh: fenitoin, karbamazepin, lamotrigin, okskarbazepin, valproat Obat-obat yang meningkatkan transmisi inhibitori GABAergik:

• agonis reseptor GABA  meningkatkan transmisi inhibitori dg

mengaktifkan kerja reseptor GABA  contoh: benzodiazepin, barbiturat

• menghambat GABA transaminase  konsentrasi GABA meningkat  contoh: Vigabatrin

• menghambat GABA transporter  memperlama aksi GABA  contoh:

Tiagabin

• meningkatkan konsentrasi GABA pada cairan cerebrospinal pasien  mungkin dg menstimulasi pelepasan GABA dari non-vesikular pool  contoh: Gabapentin

(24)

Pemilihan obat : Tergantung pada jenis epilepsinya

Kejang parsial

Kejang Umum (generalized seizures) Tonic-clonic Abscense Myoclonic,

atonic Drug of choice Karbamazepi n Fenitoin Valproat Valproat Karbamaze pin Fenitoin Etosuksimi d Valproat Valproat Alternativ es Lamotrigin Gabapentin Topiramat Tiagabin Primidon Fenobarbital Lamotrigin Topiramat Primidon Fenobarbita l Clonazepa m Lamotrigin Klonazepa m Lamotrigin Topiramat Felbamat

(25)

Diagnosa positif

Mulai pengobatan dg satu AED Pilih berdasar klasifikasi kejang

dan efek samping

Sembuh ? Ya

Efek samping dapat ditoleransi ?

Tidak Ya Turunkan dosis Kualitas hidup optimal ? Ya Tidak Lanjutka n terapi Tidak

Efek samping dapat ditoleransi ?

Tingkatkan dosis Turunkan dosis

Tambah AED 2 Tidak Ya Sembuh? Hentikan AED1 Tetap gunakan AED2 Pertimbangkan, Atasi dg tepat Ya Tidak lanjut lanjut ALGORITMA TATALAKSANA EPILEPSI

(26)

lanjutan Lanjutka n terapi Tidak sembuh Tidak kambuh Selama > 2 th ? ya tidak Hentikan pengobatan Kembali ke Assesment awal

Efek samping dapat ditoleransi ?

Ya Tidak

Hentikan AED yang tdk efektif,

Tambahkan AED2 yang lain

Tingkatkan dosis AED2, cek interaksi,

Cek kepatuhan Sembuh ?

Tidak Y

a

Lanjutkan terapi Rekonfirmasi diagnosis, Pertimbangkan pembedahan

(27)

Status epileptikus

• = kejang umum yang terjadi selama 5 menit atau lebih atau kejadian kejang 2 kali atau lebih tanpa

pemulihan kesadaran di antara dua kejadian tersebut

• Merupakan kondisi darurat yg memerlukan pengobatan yang tepat untuk meminimalkan

(28)

Etiologi

Tipe 1

(tidak ada lesi struktural)

• Infeksi

• Infeksi CNS

• Gangguan metabolik

• Turunnya level AED

• Alkohol

• Idiopatik

Tipe 2

( Ada lesi struktural)

• Anoksia/hipoksia • Tumor CNS • CVA • Overdose obat • Hemoragi • Trauma

(29)

Terapi ?

• Non-farmakologi:

– Tanda-tanda vital dipantau

– Pelihara ventilasi

– Berikan oksigen

– Cek gas darah utk memantau asidosis respiratory atau metabolik

– Kadang terjadi hipoglikemi  berikan glukosa

(30)
(31)
(32)

Profil obat

• Karbamazepin (carbamazepin)

Dimetabolisme di liver carbamazepin – 10, 11 – epoxide (metabolit aktif) 

Antikonvulsan

Neurotoksisitas  ES : mual, bingung, mengantuk, pandangan kabur, ataksia

ES jarang : agranulositosis

(33)

• Fenitoin

Terhidroksilasi di liver mell sistem penjenuhan enzim,

kec metab bervariasi antar individu

Diperlukan sampai 20 hari u mencapai kadar level stabil sesudah perub dosis shg perlu dicegah ↑ dosis secara gradual atau sampai tjd tanda gangg serebral (nistagmus, ataksia, pergerakan involuntar) Perlu monitoring kons serum scr ketat  ↑ dosis kecil menghasilkan kadar toksik obat dlm serum ES lain : hipertrofi gusi, jerawat, kulit berlemak, gambaran muka kasar dan hirsutism

(34)

• Lamotrigin

Dapat digunakan dlm btk tunggal, spt fenitoin dg ES < ES : pandangan kabur, bingung, mengantuk

(35)

• Fenobarbital

Kmk sama efektifnya dg karbamazepin & fenitoin pd pengobatan kejang tonik-klonik dan parsial, ttp ES sedatif >

Toleransi tjd pd pemakaian jangka panjang dan withdrawl scr tiba2 yg dpt memicu status

epileptikus.

ES : simptom serebral (sedasi, ataksia, nistagmus), mengantuk (pd dws), dan hiperkinesia pd anak2 Primidon dimetab mjd metabolit aktif antikonvulsan,

(36)

• Vigabatrin, gabapentin, dan topiramat

Digunakan sbg : “ add-on” drugs pd penderita epilepsi yg tdk mencapai efek baik dg obat antiepilepsi lain Vigabatrin sedikit / jarang digunakan krn dpt

mengurangi daerah pandang (visual fields) sampai 1/3 penderita

Gabapentin & karbamazepin juga digunakan utk

mengobati nyeri neuropatik (shooting & stabbing) yg krg berespon thdp analgesik konvensional

(37)

• Ethosuximide

Hanya efektif pd pengobatan kejang mioklonik (tanpa efek kehilangan kesadaran)

(38)

• Valproat

Keuntungan : risiko sedatif <, spektrum aktivitas luas & ES mual, peningkatan BB, perdarahan & rambut

rontok relatif kecil

Kerugian utama : kdg2 respon idiosinkratik

(39)

• Benzodiazepin : Clonazepam

Antikonvulsan poten, efektif pd absences, tonic-clonic seizures & myoclonic seizures

Bersifat sedatif dan toleransi kuat dimana tjd pada pemberian oral yg lama

(40)

Pemberian obat antiepilepsi pada anak

• Terjadi defisiensi kognitif spesifik akibat : bangkitan epilepsi, faktor etiologi, munculnya bangkitan pada usia dini, sering mengalami bangkitan, dan obat antiepilepsi

• Pengaruh beberapa obat antiepilepsi :

• Fenobarbital →hiperaktif

• Fenitoin (dosis tinggi)→enselofati progresif, retardasi mental dan penurunan kemampuan membaca

• Karbamazepin dan asam valproat →gangguan kognitif ringan

(41)

Efek obat antiepilepsi pada anak

• Jurnal Pediatr Neurol. th 2006 : obat2 antiepilepsi (asam valproat, carbamazepin, oxcarbazepin) dapat menurunkan densitas tulang pada anak.

• Perlu monitoring pemakaian jangka panjang pada anak, di samping perlu dipertimbangkan pemberian suplemen utk tulang.

(42)

Penatalaksanaan epilepsi pada lanjut usia

• Perlu pertimbangan : penyakit lain yg menyertai, polifarmasi yg menyebabkan interaksi obat,

perubahan fisiologi tubuh (absorpsi obat, ikatan protein, metabolisme dan eliminasi obat)

• Prinsip terapi : dosis tunggal atau dua kali sehari, tidak ada efek samping atau minimal, tidak ada

interaksi obat atau minimal, ikatan protein rendah, farmakokinetik linier, tidak berpotensi reaksi alergi atau idiosinkrasi, dan ada ketersediaan dlm bentuk parenteral

(43)

Pertimb pemakaian pd wanita

• Estrogen menghambat reseptor GABA, mempotensiasi aktivitas glutaminergik

• Progesteron efeknya berlawanan dg estrogen dan mempotensiasi aktivitas reseptor GABA &

mengurangi kec neuronal discharge

• Obat2 antiepilepsi terutama induser enzim metab hepatik juga pengaruhi hormon dg peningkatan metab hormon steroid & menginduksi produksi hormon seks terikat globulin shg menyebabkan penurunan fraksi hormon steroid yg tak terikat (unbond)  mengurangi efikasi hormon

(44)

Contoh aplikasi klinis

Obat2 antiepilepsi gol enzym – inducer misal topiramat menyebabkan kegagalan oral kontrasepsi pd wanita

(45)

• Sedang valproat, BZ dan sebag besar antiepilepsi baru yg non enzyme – inducer

 tidak punya efek tsb

Pd sebag besar wanita epilepsi kecenderungan kejang meningkat pd masa menstruasi (catamenial

seizures) dan saat ovulasi  hal ini berhub dg progesteron withdrawl & perub rasio estrogen – progesteron, pada kondisi ini lebih baik dg obat antiepilepsi konvensional

(46)

Pada kehamilan

Akibat epilepsi pd kehamilan :

Kejang maternal 25 – 30% penderita Komplikasi kehamilan

(47)

• Kejang maternal akibat efek lgs pd seizures

threshold dan penurunan kons obat antiepilepsi dlm serum terkait dg peningkatan klirens obat, protein binding, disposisi obat dll pd kehamilan

(48)

• Efek obat antiepilepsi pd kehamilan  malformasi kongenital

Barbiturat & fenitoin  congenital heart malformation, orofacial clefts & malformasi lain

Valproat & carbamazepin spina bifida (neural tube defect) & hypospadias

ES pd kehamilan yg bukan akibat obat antiepilepsi : hambatan pertumb, psikomotor, retardasi mental, BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah)

(49)

KIE pada wanita epilepsi yg hamil

• Intake asam folat (~0,4 – 1 mg/hari) pd prenatalmencegah efek teratogenik

• Obat antiepilepsi secara monoterapi, dosis serendah mgk mengurangi efek teratogenik

• Obat2 antiepilepsi yg lebih baru punya efek teratogenik <

• Pemberian vit K pd bulan terakhir kehamilan dg dosis 10 mg oral setiap hari mencegah koagulopati

(50)

KIE pada ibu menyusui

• Meski distribusi obat antiepilepsi dilaporkan rendah pada air susu, namun perlu diperhatikan efek pada bayi (sedasi, iritabilitas, poor feeding) terutama pada pemakaian barbiturat & benzodiazepin

(51)

Bagaimana pada wanita perimenopause

• Berpengaruh pd keparahan epilepsi kmk krn fluktuasi hormon seks (terutama yg memiliki riwayat

catamenial seizures)

• Efek HRT juga belum jelas pd pengontrolan kejang, namun perlu monitoring timbulnya kejang pd

(52)

Penghentian pengobatan epilepsi

• Tergantung jenis bangkitan / kejang dan prognosis epilepsi

• Jenis bangkitan untuk memperkirakan tingkat kekambuhan, misalnya :

• Epilepsi absence atau petit mal →tingkat kekambuhan rendah

• Berturut-turut makin tinggi tingkat kekambuhan : klonik atau mioklonik, kejang tonik-klonik, parsial sederhana dan parsial kompleks, selanjutnya kejang yang terdiri dari lebih dari satu jenis

(53)

Jika terapi farmakologi gagal, bagaimana ?

• Perlu dipertimbangkan terapi operatif (terutama utk epilepsi refrakter/kambuhan)

• Yang paling aman & efektif : reseksi lobus temporal bagian anterior, jenis yang lain : reseksi korteks otak, hemisferektomi, pembedahan korpus kalosum,

reseksi multilobar pada bayi

• Lebih kurang 70-80% penderita yg mengalami

operasi terbebas dari bangkitan, walaupun beberapa diantaranya harus tetap minum obat

(54)

Referensi

Dokumen terkait

Tindakan medis hanya dapat dilakukan apabila telah dilakukan informed consent, yaitu persetujuan atau penolakan pasien yang bersangkutan terhadap tindakan medis yang

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam novel Surga Yang Tak Dirindukan karya Asma Nadia, didalamnya terkandung pesan moral yang

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif korelasional, untuk mencari hubungan antara variabel kecerdasan emosional (x) dengan variabel strategi coping

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “CITRA JOKO WIDODO

Hasil penelitian ini berupa game edukasi yang telah diisi dengan materi-materi tentang penyelamatan korban bencana gempa bumi yang dibangun menggunakan

Strategi harga penetrasi adalah menentukan harga awal yang rendah serendah-rendahnya atau murah dengan tujuan untuk penetrasi pasar dengan cepat dan juga membangun loyalitas merek

Sumber Elvinaro 2010:115.. Komunitas merupakan istilah yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari pada berbagai kalangan. Dalam memaknakan komunitas pun berbagai

H ditolak dan H 1 diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan metode talking stick dengan kelompok