• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUJIAN PRODUK BARU DAN ANALISIS FAKTOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGUJIAN PRODUK BARU DAN ANALISIS FAKTOR"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUJIAN

FAKTOR

(Kasus : Produk

Produksi Lab Percontohan Pabrik Mini, Pusat Kajian Buah Tropika

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENGUJIAN PRODUK BARU DAN ANALISIS

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERMINTAAN

asus : Produk Fruit Talk Pineapple Soft Candy

Percontohan Pabrik Mini, Pusat Kajian Buah Tropika

SKRIPSI

REZA FAUZIAN H34096088

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

i

DAN ANALISIS

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Fruit Talk Pineapple Soft Candy,

Percontohan Pabrik Mini, Pusat Kajian Buah Tropika)

(2)

ii RINGKASAN

REZA FAUZIAN. Pengujian Produk Baru dan Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan (Studi kasus : Produk Fruit Talk Pineapple Soft Candy ProduksiLab Percontohan Pabrik Mini, Pusat Kajian Buah Tropika). Skripsi Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan MUHAMMAD FIRDAUS)

Sektor pertanian Indonesia terdiri dari enam sub sektor, yaitu sub sektor Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan dan Perikanan. Hortikultura terutama buah-buahan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mampu meningkatkan pendapatan petani dan penggerak pemulihan ekonomi pertanian di Indonesia. Pada tahun 2010, Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga yang berlaku dari subsektor hortikultura diproyeksikan mencapai Rp 88,851 triliun, dimana kontribusi dari produk buah-buahan sebesar Rp 46,721 triliun atau sekitar 52,6 dari total PDB subsektor hortikultura dibandingkan tahun sebelumnya. Dalam menunjang peningkatan konsumsi, mutu dan kualitas buah-buahan khususnya komoditas buah nenas dapat dilakukan dengan peningkatan terhadap pengolahan pasca panen agar komoditas tersebut mempunyai nilai tambah. Karena seiring berkembangnya waktu, tidak hanya kualitas buah yang menjadi tuntutan masyarakat, tetapi juga kepraktisan dalam mengkonsumsi. Selain itu, Berdasarkan data Ditjen Industri Agro dan Kimia pada tahun 2010, pemenuhan permintaan buah olahan domestik masih mengalami defisit sebesar 28.419 ton.

Dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan memperpanjang masa simpan buah nenas, Saat ini LPPM PKBT (Lab Percontohan Pabrik Mini Pusat Kajian Buah Tropika) yang merupakan salah satu pusat kajian di bawah Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor melalui kegiatan-kegiatan riset yang terpadu, intensif dan terintregatif telah menemukan salah satu produk olahan buah nenas dalam bentuk permen lunak buah (soft candy). Saat ini LPPM PKBT telah memproduksi dan mengembangkan produk permen lunak buah (soft candy) dalam kemasan dengan merek “fruit talk pineapple soft candy”. Permen lunak buah fruit

talk pineapple Soft Candy merupakan produk olahan buah nenas yang dapat

dikonsumsi langsung sebagai makanan ringan (cemilan) yang sehat atau produk antara untuk membuat produk olahan lain. Selain itu produk ini mempunyai nilai tambah yang lebih baik karena bentuk dan tampilannya lebih menarik, praktis mudah dibawa dan mudah dikonsumsi, serta memiliki rasa yang sama dengan produk buah segarnya.

Dalam melakukan kegiatan pengembangan dan mensosialiasikan produk

Fruit Talk pineapple Soft Candy sampai saat ini LPPM PKBT belum memiliki

sistem manajemen pemasaran produk Fruit Talk pineapple Soft Candy yang terorganisir dengan baik yang dilakukan oleh LPPM PKBT. Oleh karena hal tersebut menyebabkan proses produksi dan penjualan tidak berlangsung secara kontinu. Selain itu dalam melakukan kegiatan pengembangan produk Fruit Talk

pineapple Soft Candy LPPM PKBT belum mengetahui apakah atribut produk Fruit Talk pineapple Soft Candy sudah sesuai dengan harapan konsumen. Banyak

faktor yang menyebabkan kegagalan suatu produk dipasar sekalipun kualitas produk tersebut dikategorikan berkualitas, salah satu diantaranya adalah atribut produk dan minat konsumen.

(3)

iii Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penilaian responden terhadap setiap atribut dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan

Fruit Talk Pineapple Soft Candy. Dalam penelitian ini analisis data yang

digunakan ialah: 1) analisis Importance Peformance Analysis (IPA) untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepentingan suatu atribut produk serta seberapa besar tingkat persepsi kinerja terhadap atribut produk tersebut, 2) analisis

Costumer Satisfaction index yang bertujuan untuk mencari nilai kepuasan

konsumen terhadap produk dan tingkat kepuasan responden terhadap atribut produk Fruit Talk Pineapple Soft Candy. Atribut-atribut yang digunakan dalam penelitian ini ialah seluruh atribut yang ada pada produk fruit talk Pineapple soft

candy yang diantaranya adalah sebagai berikut rasa Manis, rasa asam, rasa khas

buah, aroma khas buah, bentuk & ukuran, warna, kekenyalan, tekstur, bentuk & desain kemasan, bahan kemasan, manfaat produk, volume produk / ukuran saji, harga, perizinan BPOM / kemenkes, kejelasan tanggal , kadaluarsa, label halal MUI dan harga. 3) Analisis regresi berganda untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan produk fruit talk pineapple soft candy, faktor-faktor yang di duga mempengaruhi frekuensi pembelian produk fruit talk pineapple soft

candy, yaitu harga produk, pendapatan responden, pekerjaan responden dan usia

responden.

Hasil pemetaan yang dilakukan pada diagram cartesius didapat hasil pada kuadran I sebagai priorotas utama adalah atribut bentuk dan desain kemasan, bentuk dan ukuran, harga, dan label halal MUI. Pada kuadran II prioritas pertahankan prestasi adalah atribut rasa manis, kekenyalan, manfaat produk, perizinan BPOM atau kemenkes, dan kejelasan tanggal kadaluarsa. Pada kuadran III prioritas rendah adalah atribut rasa asam, warna, dan volme produk/ukuran saji. Pada kuadran IV Berlebihan adalah atribut rasa khas buah, aroma khas buah, tekstur, dan bahan kemasan. Berdasarkan hasil analisi Costumer Satisfaction

Index diperoleh kepuasan konsumen terhadap produk fruit talk pineapple soft candy sebesar 65,8 persen. Hal ini berarti indeks kepuasan responden fruit talk pineapple soft candy yang dihitung berdasarkan atribut produk berada pada

kriteria puas. Sisanya 34,2 persen harapan konsumen belum mampu dipenuhi oleh LPPM PKBT.

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan produk fruit talk pineapple soft candy yaitu harga produk dengan nilai probabilitas 0.023 pendapat per bulan dengan nilai probabilitas 0.019. Sedangkan besarnya pengaruh harga produk, pendapatan responden, pekerjaan responden, dan usia responden, secara bersama-sama terhadap permintaan dapat diartikan bahwa pengaruhnya cukup kuat dan variasi dalam variabel harga produk, pendapatan responden, pekerjaan responden, dan usia responden dapat menjelaskan sebesar 71,3 persen dari variasi permintaan

fruit talk pineapple soft candy, sisanya 28,7 persen dipengaruhi oleh faktor lain

(4)

iv

PENGUJIAN PRODUK BARU DAN ANALISIS

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERMINTAAN

(Kasus : Produk Fruit Talk Pineapple Soft Candy,

Produksi Lab Percontohan Pabrik Mini, Pusat Kajian Buah Tropika)

REZA FAUZIAN H34096088

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

(5)

v Judul Skripsi : Pengujian Produk Baru dan Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Permintaan (studi kasus : Produk Fruit Talk

Pineapple Soft Candy Produksi Lab Percontohan Pabrik Mini

Pusat Kajian Buah Tropika) Nama : Reza Fauzian

NRP : H34096088 Disetujui, Pembimbing Muhammad Firdaus, Ph.D NIP. 19730105 199702 1 001 Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

(6)

vi PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengujian Produk Baru dan Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan (studi kasus : Produk Fruit Talk Pineapple Soft Candy Produksi Lab Percontohan Pabrik Mini Pusat Kajian Buah Tropika)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2011

Reza Fauzian H34096088

(7)

vii RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 6 Juni 1988. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Ir. Dedi Septian dan Ibunda Nining Setianingsih.

Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri Kiaracondong pada tahun 2000 dan pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 37 Bandung pada tahun 2003, pada tahun 2006 penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung.

Sejak tahun 2006-2009 penulis mengikuti pendidikan di D-III Agribisnis, program studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Kemudian penulis melanjutkan studi di Program Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009.

(8)

viii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengujian Produk Baru dan Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan (kasus : Produk Fruit Talk Pineapple Soft Candy Produksi Lab Percontohan Pabrik Mini Pusat Kajian Buah Tropika)”. Shalawat dan salam senantiasa tercurah dan limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah dan pemimpin terbaik bagi umat manusia.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis atribut produk fruit talk

pineapple soft candy yang dikembangkan oleh Lab Percontohan Pabrik Mini

(LPPM) Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) Institut Pertanian Bogor dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan produk fruit talk

Pineapple soft candy.

Skripsi ini diharapkan dapat berguna dan memberikan manfaat kepada semua pihak, baik peneliti, pengelola dan pembaca. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian ini dan penyusunan skripsi ini. Namun demikian, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang terkait.

Bogor, Desember 2011

(9)

ix UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan syukur kepada Allah SWT dan menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Muhammad Firdaus, Ph.D sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi, saran dan perhatiannya yang sangat berarti bagi penulis hingga penyusunan skripsi ini selesai.

2. Tintin Sarianti, SP, MM atas kesediaannya menjadi dosen evaluator dalam seminar proposal penelitian yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Suharno, Madev dan Ir. Neti Tinaprilla, MM selaku dosen penguji sidang dan dosen komisi pendidikan sidang yang telah memberikan masukan dan saran dalam hal penulisan skripsi yang baik dan benar.

4. Papah dan mamah tercinta yang selalu mendoakan, memberikan motivasi dan kasih sayang pada penulis.

5. Mella Hayati, Spd yang selalu sabar, mendoakan, memberi semangat dan membuat segalanya jadi indah dan ceria.

6. Teman-teman TM5 Wahyu, Ronal, Desma, Asept, Mas Arga, Erik, Oki, Satrio, Nanda, Zulia yang selalu memberikan keceriaan dan kebersamaan. 7. Pihak LPPM PKBT atas waktu, kesempatan, informasi dan dukungan yang

diberikan.

8. Seluruh Dosen dan staf Departemen Agribisnis yang telah banyak membantu penulis selama ini.

9. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman ekstensi Agribisnis angkatan 7. Serta semua pihak yang ikut andil dalam penulisan skripsi ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu

Bogor, Desember 2011

(10)

x

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv I. PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah ... 6 1.3. Tujuan Penelitian ... 8 1.4. Kegunaan Penelitian ... 8

1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Potensi Ekonomi Nenas Indonesia ... 10

2.2. Kecenderungan Global Industri Pengolahan Buah ... 13

2.2.1. Kecenderungan yang Telah Terjadi ... 13

2.2.2. Kecenderungan yang Akan Terjadi ... 13

2.2.3. Permasalahan yang Dihadapi Industri Pengolahan buah ... 14

2.3. Buah Nenas ... 15

2.2. Penelitian Terdahulu ... 18

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 22

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 22

3.1.1. Definisi Pemasaran ... 22

3.1.2. Manajemen Pemasaran ... 22

3.1.3. Perilaku dan Karakteristik Konsumen ... 23

3.1.4. Sikap Pembelian Konsumen ... 23

3.1.4. Definisi Kepuasan ... 28

3.1.5 Pengukuran Kepuasan Pelanggan ... 29

3.1.6. Produk ... 31

3.1.6.1. Definisi Produk ... 31

3.1.6.2. Atribut Produk ... 32

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 34

IV. METODE PENELITIAN ... 35

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 35

4.3. Metode Pengumpulan Data ... 35

4.4. Metode Penarikan Sampel dan Jumlah Sampel ... 36

4.5. Metode Pengolahan Data dan Analisis data ... 36

4.5.1. Analisis Deskriptif ... 37

4.5.2. Important and Performance Analysis (IPA) ... 37

4.5.3. Analisis Diagram Cartesius ... 38

4.5.4. Metode Costumer Satisfaction Index (CSI) ... 40

4.5.5. Analisis regresi ... 43

4.6. Pengujian Hipotesis ... 43 i

(11)

xi

4.6.1. Koefisien Determinasi ... 44

4.6.2. Uji-F ... 44

4.6.3. Uji-t ... 45

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN ... 47

5.1. Gambaran Umum LPPM PKBT ... 47

5.1.1. Visi, Misi dan Tujuan Usaha ... 48

5.1.2. Struktur Organisasi Perusahaan ... 48

5.1.2.1. Waktu Kerja dan Sistem Upah ... 49

5.1.3. Identifikasi Produk ... 49

5.1.4. Aktivitas Perusahaan ... 50

5.1.4.1 Aktivitas Pembelian Bahan Baku ... 50

5.1.4.2. Aktivitas Produksi... 50

5.1.4.3. Aktivitas Penjualan ... 52

5.2 Gambaran Umum Karakteristik Responden Fruit Talk Soft Candy ... 53

5.2.1. Umur/Usia ... 53

5.2.2. Status Pernikahan ... 53

5.2.3. Jumlah Anggota Keluarga ... 53

5.2.4. Tingkat Pendidikan ... 54

5.2.5. Status Pekerjaan ... 55

5.2.6. Penghasilan/Penerimaan per bulan ... 56

5.2.7. Pengeluaran untuk Konsumsi Makanan per bulan ... 57

VI. PEMBAHASAN ... 58

6.1. Analisis Penilaian Responden ... 58

6.1.1. Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja terhadap Masing- masingAtribut fruit talk pineapple soft candy ... 58

6.1.2. Analisis Diagram Cartecius ... 72

6.1.2.1. Kuadran 1 Prioritas Utama ... 72

6.1.2.2. Kuadran II Pertahankan Prestasi ... 74

6.1.2.3 Kuadran III Prioritas Rendah ... 76

6.1.2.4 Kuadran IV Berlebihan ... 77

6.1.3. Tingkat Kesesuaian Atribut Produk Fruit Talk Pineapple Soft Candy ... 78

6.1.4. Analisis Costumer Satisfaction Index ... 79

6.2. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Pembelian Produk Fruit Talk Soft Candy ... 81

6.2.1. Harga Produk Fruit Talk Soft Candy ... 83

6.2.2. Pendapatan Per Bulan ... 83

6.2.3. Pekerjaan Responden ... 84

6.2.4. Umur responden ... 84

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 85

7.1 Kesimpulan ... 85 7.2. Saran ... 86 DAFTAR PUSTAKA ... 87 LAMPIRAN ... 89 ii

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan Neraca Ekspor Impor Hortikultura, 2005-2009 (US $) ... 1

2. Produksi Buah-buahan Indonesia. Tahun 2005 – 2009 ... 2

3. Luas Panen Buah-Buahan Indonesia. Tahun 2005 – 2009 ... 3

4. Konsumsi Perkapita Hortikultura Tahun 2004-2008 ... 4

5. Perkembangan Konsumsi Buah-buahan di Indonesia Tahun 2004 – 2008... 4

6. Karakteristik Nenas Varietas Mahkota Bogor dan Delika Subang ... 17

7. Kandungan Gizi Buah Nenas Segar (100 gram bahan) ... 18

8. Proses Pembelian dan Hirarki Pengaruh yang Mungkin Terjadi ... 25

9. Rentang Skala Kepuasan Responden ... 43

10. Interpretasi Koefisien Determinasi ... 44

11. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 53

12. Karakteristik responden berdasarkan jumlah anggota keluarga... 54

13. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendiddikan ... 55

14. Karakteristik responden berdasarkan status pekerjaan ... 56

15. Karakteristik responden berdasarkan berdasarkan penerimaan perbulan ... 57

16. Karakteristik responden berdasarkan pengeluaran konsumsi bulanan... 57

18. Analisis mengenai atribut Rasa manis ... 59

19. Analisis mengenai atribut rasa asam ... 60

20. Analisis mengenai atribut rasa khas buah ... 60

21. Analisis mengenai atribut aroma khas buah... 61

22. Analisis mengenai atribut bentuk dan ukuran ... 62

23. Analisis mengenai atribut warna ... 63

24. Analisis mengenai atribut Kekenyalan... 63

25. Analisis mengenai atribut tekstur ... 64

26. Analisis mengenai atribut bentuk kemasan ... 65

27. Analisis mengenai atribut bahan kemasan ... 66

28. Analisis mengenai atribut manfaat produk ... 66

29. Analisis mengenai atribut Volume atau Ukuran saji... 67

30. Analisis mengenai atribut Label halal ... 68

(13)

xiii

31. Analisis mengenai atribut Perizinan BPPOM ataupun Kemenkes ... 69

32. Analisis mengenai atribut Perizinan Kejelasan Tanggal Kadaluarsa ... 69

33. Analisis mengenai atribut harga ... 70

34. Tabel Perhitungan Rata-rata Dari Penilaian Tingkat Kepentingan ... 71

35. Tingkat Kesesuaian Atribut Produk Fruit Talk Pineapple Soft Candy ... 79

36. Costumer Satisfaction Index Atribut Produk Fruit Talk Pineapple Soft Candy ... 80

37. Hasil Regresi Linear Berganda Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Produk Fruit Talk Pineapple Soft Candy ... 81

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Grafik Penjualan Soft Candy Bulan Juli 2008 - Desember 2010... 7

2. Kerangka pemikiran Operasional ... 34

3. Diagram Cartesius Importance Perpormance Analysis... 39

4. Struktur Organisasi LPPM PKBT ... 48

5. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Produk Fruit Talk Pineapple Soft Candy ... 72

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Pohon Industri Buah ... 89 2. Hasil Analisis Regresi Berganda ... 90 3. Kuesioner Penelitian ... 91

(16)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian Indonesia terdiri dari enam sub sektor yaitu sub sektor tanaman Pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Hortikultura terutama buah-buahan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mampu meningkatkan pendapatan petani dan penggerak pemulihan ekonomi pertanian di Indonesia. Pada tahun 2010, Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga yang berlaku dari subsektor hortikultura diproyeksikan mencapai Rp 88,851 triliun, dimana kontribusi dari produk buah-buahan sebesar Rp 46,721 triliun atau sekitar 52,6 persen dari total PDB subsektor hortikultura. Hal ini terjadi karena peningkatan produksi dan peningkatan luas areal panen disamping nilai ekonomi produk Hortikultura yang cukup tinggi dibandingkan komoditas lainnya.

Hortikultura, khususnya buah-buahan merupakan subsektor yang perlu terus dikembangkan, karena berdasarkan data Dirjen Hortilkultura Departemen Pertanian (2009), neraca ekspor impor hortikultura Indonesia masih negatif (Tabel 1), akan tetapi ekspor komoditas horlikultura terutama buah-buahan di pasar dunia tergolong pada kelompok high growth dengan laju pertumbuhan rata-rata 11 persen per tahun (FAO, 2009).

Tabel 1. Perkembangan Neraca Ekspor Impor Hortikultura, 2005-2009 (US $)

Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 Pertumbuhan ( % ) Ekspor Impor Neraca 252.577 397.908 -145.331 211.932 577.679 -365.747 240.349 760.386 -519.992 403.403 837.229 -433.826 303.542 929.660 -626.118 21,72 28,97 59,09 Sumber : Kementerian Perdagangan, 2009

Indonesia sebagai negara agraris yang memiliki iklim tropis memiliki potensi besar untuk dapat menghasilkan aneka macam buah-buahan. Berbagai jenis buah-buahan yang dihasilkan di Indonesia mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi produk olahan, seperti buah dalam kaleng, minuman sari

(17)

2 buah, selai dan produk olahan lainnya. Berdasarkan pada potensi buah dan peluang ekspor maka pengembangan industri pengolahan buah mendapatkan prioritas untuk dikembangkan sebagai upaya untuk peningkatan nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja. Pada lampiran 1 dapat dilihat pohon industri pengolahan buah.

Produk buah-buahan berpotensi untuk memasuki pasar domestik maupun internasional, hal ini dikarenakan jumlah produksi buah yang beragam dan berlimpah, oleh karena itu buah-buahan dapat dijadikan salah satu sub sektor unggulan baru untuk memperoleh devisa dari sektor pertanian. Di Indonesia buah-buahan merupakan komoditas yang strategis, baik dilihat dari keragaman jenisnya, keterlibatan masyarakat dalam proses on-farm dan off-farm, Selain itu, hal tersebut juga didukung dengan meningkatnya produksi buah Indonesia (Tabel 2) setiap tahunnya dan meningkatnya luas lahan panen buah-buahan (Tabel 3). Tabel 2. Produksi Buah-buahan Indonesia. Tahun 2005 – 2009

Sumber : Departemen Pertanian, 2010

Komoditi Produksi (Ton/Tahun)

2005 2006 2007 2008 2009 Alpukat 227.577 239.463 201.635 244.215 257.642 Belimbing 65.966 70.298 59.984 72.397 72.443 Duku 163.389 157.655 178.026 158.649 195.364 Durian 566.205 747.848 388.806 682.323 797.798 Jambu Air 110.704 128.648 94.015 111.495 104.885 Jambu Biji 178.509 196.180 179.474 212.260 220.202 Jeruk 2.214.020 2.565.543 2.625.884 2.467.632 2.131.768 Jeruk Siam 2,150,219 2,479,852 2,551,635 2,391,011 2.025.840 Mangga 1.412.884 1.621.997 1.818.619 2.105.085 2.243.440 Nangka 712.693 683.904 601.929 675.455 653.444 Nenas 925.082 1.427.781 2.237.858 1.433.133 1.558.196 Pepaya 548.657 643.451 621.524 717.899 772.844 Pisang 5.177.608 5.037.472 5.454.226 6.004.615 6.373.533 Rambutan 675.578 801.077 705.823 978.259 986.841

(18)

3 Tabel 3. Luas Panen Buah-Buahan Indonesia. Tahun 2005 – 2009

Sumber : Departemen Pertanian, 2010

Menurut laporan mengenai keberhasilan dan kinerja agribisnis Hortikulura. Peningkatan produksi terjadi sebagai akibat pertambahan luas areal tanaman, semakin banyaknya tanaman yang berpoduksi, berkembangnya teknologi produksi yang diterapkan petani, semakin intensifnya bimbingan dan fasilitas yang diberikan kepada petani dan pelaku usaha, semakin baiknya manajemen usaha yang diterapkan pelaku usaha, dan adanya penguatan kelembagaan agribisnis petani.1

Meningkatnya produksi dan luas lahan panen buah-buahan, diikuti juga dengan peningkataan konsumsi masyarakat terhadap buah-buahan dari tahun ke tahun (Tabel 4). Peningkatan tersebut terjadi seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kebutuhan gizi, dimana salah satunya dapat dipenuhi dengan cara mengkonsumsi buah-buahan.

Dengan peningkatan produksi yang tinggi seharusnya tingkat konsumsi buah-buahan di Indonesia sesuai dengan standar FAO (Food Agriculture

Organization), akan tetapi tingkat konsumsi buah-buahan masyarakat Indonesia

1 Keberhasilan dan Kinerja Hortikultura.http://www.hortikultura.deptan.go.id. [15 Februari 2011]

Komoditi Luas panen (Hektar/Tahun)

2005 2006 2007 2008 2009 Alpukat 17.133 15.629 17.224 19.802 19.979 Belimbing 2.554 2.590 2.439 2.906 2.898 Duku 21.886 13.656 22.021 19.041 20.547 Durian 45.556 48.212 47.674 56.655 61.849 Jambu Air 13.189 11.918 12.095 12.656 13.119 Jambu Biji 9.766 8.857 8.866 10.800 10.330 Jeruk 67.883 72.390 67.592 68.673 60.190 Jeruk Siam 62.578 67.152 63.431 63.983 55.425 Mangga 176.000 195.503 203.997 190.793 215.387 Nenas 9.962 21.368 18.957 14.271 12.611 Pepaya 7.879 8.021 7.984 9.388 9.571 Pisang 101.465 94.144 98.143 107.791 119.018 Rambutan 81.502 81.824 86.741 103.919 104.510

(19)

4 masih di bawah standar yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4 yang menunjukkan tingkat konsumsi buah-buhan per kapita dari tahun 2004-2008. Tabel 4. Konsumsi Perkapita Hortikultura Tahun 2004-2008

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2008

Menurut Food Agriculture Organization (FAO) idealnya dibutuhkan tiga porsi buah setiap harinya supaya manfaat buah didapatkan secara optimal dan untuk mencapai keseimbangan gizi makanan, maka paling tidak mengkonsumsi buah harus mencapai 75 kilogram per tahun per kapita.2 Dari data tersebut terdapat Gap sebesar 39,68 kg yang artinya tingkat konsumsi buah-buahan masyarakat Indonesia masih rendah, terutama konsumsi buah nenas yang tingkat konsumsinya cenderung semakin menurun (Tabel 5). Dibandingkan Negara lain di Asia Tenggara jumlah konsumsi buah di Indonesia termasuk rendah. Malaysia sudah mengkonsumsi buah 52 kg perkapita/tahun, Filipina 67 kg perkapita/tahun, sedangkan Thailand sudah mencapai 92 kg perkapita/tahun.

Tabel 5. Perkembangan Konsumsi Buah-buahan di Indonesia Tahun 2004 – 2008 No Komoditas Konsumsi per kapita (kg/kapita/tahun)

2004 2005 2006 2007 2008 1. Rambutan 5.72 6.66 0.26 5.10 5.98 2. Salak 1.04 1.61 1.04 1.09 1.09 3. Pisang 7.96 7.59 8.89 7.54 7.80 4. Durian 1.56 0.94 0.21 0.78 1.92 5. Jambu 0.21 0.16 0.21 0.21 0.42 6. Jeruk 2.44 2.70 6.14 3.07 3.85 7. Mangga 3.12 1.04 0.26 0.16 0.36 8. Rambutan 5.72 6.66 0.26 5.10 5.98 9. Nenas 0.47 0.52 0.47 0.42 0.31 10. Pepaya 2.44 2.34 3.28 2.03 1.61

Sumber : Ditjen Tanaman Hortikultura, Departemen Pertanian. 2009

2 http://www.sinarharapan.co.id/berita/0812/31/eko09.htmililiter. [15 Februari 2011]

No Kelompok

Komoditas

Konsumsi Perkapita (Kg/tahun)

2004 2005 2006 2007 2008

1. Buah-buahan 27,19 25,17 23,56 34,06 35,32

(20)

5 Buah Nenas merupakan salah satu jenis buah yang diproduksi dan tersedia setiap saat, namun kecenderungan konsumsi masyarakat terhadap buah nenas semakin menurun, akan tetapi produksinya semakin meningkat. Masalahnya karena ukuran, warna, citra rasa dan bentuknya yang belum sesuai dengan preferensi konsumen. Buah nenas merupakan buah yang mudah rusak,

voluminious, dan mudah busuk busuk seperti sifat produk pertanian pada

umumnya, akan tetapi buah nenas sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh karena memiliki kandungan vitamin A dan C yang berfungsi sebagai antioksidan bagi tubuh. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan konsumsi dan memperpanjang masa simpan (shelf live) buah-buahan terutama buah nenas sangat diperlukan.

Dalam menunjang peningkatan konsumsi, mutu dan kualitas buah-buahan khususnya komoditas buah nenas dapat dilakukan dengan peningkatan terhadap pengolahan pasca panen, agar komoditas tersebut mempunyai nilai tambah. Karena seiring berkembangnya waktu, tidak hanya kualitas buah yang menjadi tuntutan masyarakat, tetapi juga kepraktisan dalam mengkonsumsi. Selain itu, Berdasarkan data Ditjen Industri Agro dan Kimia pada tahun 2010, pemenuhan permintaan buah olahan domestik masih mengalami defisit sebesar 28.419 ton. Artinya hal ini merupakan peluang bagi petani dan industri pengolahan buah untuk meningkatkan produksi buah-buahan dan produk olahan buah nenas dengan kualitas yang sesuai dengan permintaan pasar, karena pada umumnya buah hanya dikonsumsi dalam kondisi segar dan masih sedikit yang dibuat dalam bentuk olahan.

Dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan memperpanjang masa simpan buah nenas (shelf live), saat ini LPPM PKBT (Lab Percontohan Pabrik Mini Pusat Kajian Buah Tropika) yang merupakan salah satu pusat kajian di bawah Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor melalui kegiatan-kegiatan riset yang terpadu, intensif dan terintregatif telah menemukan salah satu produk olahan buah nenas dalam bentuk permen lunak buah (soft candy). Saat ini LPPM PKBT telah memproduksi dan mengembangkan produk permen lunak buah (soft

candy) dalam kemasan dengan merek “fruit talk pineapple soft candy”. Permen

(21)

6 yang dapat dikonsumsi langsung sebagai makanan ringan (cemilan) yang sehat atau produk antara untuk membuat produk olahan lain. Selain itu produk ini mempunyai nilai tambah yang lebih baik karena bentuk dan tampilannya lebih menarik, praktis mudah dibawa dan mudah dikonsumsi, serta memiliki rasa yang sama dengan produk buah segarnya.

1.2. Perumusan Masalah

Dipasaran luas produk olahan nenas banyak dijumpai dalam berbagai macam produk misalnya jus, buah kaleng, puree, selai, jelly, dan manisan yang banyak dijual di pusat perbelanjaan dengan berbagai merek. Akan tetapi untuk Produk soft candy khususnya fruit talk pineapple soft candy nenas merupakan produk yang bisa dikategorikan sebagai produk baru yang masih belum ada di pasaran secara luas.

Dalam melakukan kegiatan pengembangan dan mensosialiasikan produk

Fruit Talk pineapple Soft Candy sampai saat ini LPPM PKBT masih memiliki

permasalahan diantaranya yaitu belum adanya sistem manajemen pemasaran produk Fruit Talk Soft Candy yang terorganisir dengan baik yang dilakukan oleh LPPM PKBT. Oleh karena hal tersebut menyebabkan proses produksi dan penjualan tidak berlangsung secara kontinu. Hal tersebut bisa dilihat pada Gambar 2 dimana penjualan itu penjualan produk Fruit Talk pineapple Soft Candy yang fluktuatif dari tahun 2008 sampai dengan 2011. Penjualan produk hanya terdapat di Serambi Botani yang ada di Botani Square Bogor dan penjualan curah dilakukan di Pabrik pembuatan Fruit Talk pineapple Soft Candy LPPM PKBT tajur.

Pada Gambar 2 yang merupakan grafik penjualan produk Fruit Talk

pineapple Soft Candy, dimana adanya kenaikan penjualan produk Fruit Talk pineapple soft candy yang paling signifikan terlihat pada bulan Agustus,

September dan November 2009. Hal ini dikarenakan pada bulan Agustus, September dan November 2009 LPPM PKBT mengikuti pameran yang diadakan di Kota Bogor dan Senayan, dalam pameran tersebut respon konsumen terhadap pembelian soft candy cukup baik sehingga hal ini berdampak pada penjualan soft candy yang mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2010 sampai

(22)

7 dengan bulan Mei 2011 dimana penjualan produk Fruit Talk pineapple soft candy terus mengalami penurunan penjualan.

Sumber : LPPM PKBT (2011)

Selain itu dalam melakukan kegiatan pengembangan produk Fruit Talk

pineapple Soft Candy LPPM PKBT belum mengetahui apakah atribut produk Fruit Talk pineapple Soft Candy sudah sesuai dengan harapan konsumen. Banyak

faktor yang menyebabkan kegagalan suatu produk dipasar sekalipun kualitas produk tersebut dikategorikan berkualitas, salah satu diantaranya adalah atribut produk dan minat konsumen. Maka dari itu hal tersebut perlu di perlu diketahui, terutama Produsen perlu sekali mengetahui alasan pada sikap ini, terutama pada atribut yang diinginkan konsumen seperti tipe ciri dan tipe manfaat. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mengetahui harapan konsumen terhadap setiap atribut produk Fruit Talk pineapple Soft Candy dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian produk Fruit Talk pineapple Soft Candy terutama di wilayah Bogor yang merupakan LPPM PKBT memproduksi dan mengembangkan produk tersebut.

Berdasarkan hal diatas maka perlu dilakukan studi untuk mengetahui apakah setiap atribut produk Fruit Talk pineapple Soft Candy sudah sesuai dengan harapan konsumen dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pembelian produk Fruit Talk pineapple Soft Candy. Dengan melakukan penelitian tersebut Gambar 1. Grafik Penjualan Soft Candy per Bulan Juli 2008 - Desember 2010.

(23)

8 diharapakan dapat diketahui penilaian dari setiap atribut produk dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi pembelian produk, yang kemudian dapat dijadikan sebagai bahan masukan kepada pihak LPPM PKBT. Untuk itu harus dilakukan studi, mencari dan mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan atribut produk, minat dan penilaian terhadap produk “Fruit Talk pineapple Soft Candy”.

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, secara sistematis perumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah penilaian konsumen terhadap atribut produk Fruit Talk

Pineapple Soft Candy ?

2. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan produk Fruit Talk

Pineapple Soft Candy?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Menganalisis penilaian konsumen terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut produk Fruit Talk Pineapple Soft Candy.

2. Menganalisis kepuasan terhadap atribut produk Fruit Talk Pineapple Soft

Candy.

3. Mengidentifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan Fruit

Talk Pineapple Soft Candy

1.4. Kegunaan Penelitian

Manfaat Penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut :

1. Bagi pihak LPPM PKBT diharapkan mampu memberikan kontribusi dan manfaat bagi penelitian dan proses pengembangan produk Fruit Talk

Pineapple Soft Candy.

2. Kegunaan penelitian bagi pembaca diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi penulis karya ilmiah ini adalah sebagai sarana untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dari kegiatan perkuliahan dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada

(24)

9 Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Sehubungan dengan terbatasnya waktu, biaya dan kemampuan dalam melakukan penelitian ini, maka ruang lingkup penelitian ini terbatas pada studi untuk mengetahui penilaian terhadap atribut produk fruit talk Pineapple soft

candy dan faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi pembelian produk fruit talk Pineapple soft candy.

(25)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Potensi Ekonomi Nenas Indonesia

Nenas merupakan salah satu dari empat komoditi buah tropika yang paling banyak diperdagangkan secara internasional. Produksi nenas dunia lebih dari 13 juta ton, dengan volume perdagangan internasional mencapai 1 juta ton. Volume perdagangan internasional nenas adalah terbesar kedua setelah pisang. Pada tahun 2000 produksi nenas dunia adalah sekitar 13,5 juta ton, dimana sepertiganya diolah dalam industri dan sebagian lagi dikonsumsi langsung secara segar.

Produsen utama nenas pada tahun 2005 adalah Thailand (2,28 juta ton), India (1,44 juta ton), Filipina (1,52 juta ton), Brazil (1,35 juta ton), dan Indonesia (925.000 ton). Perdagangan internasional nenas pada tahun 1999 mencapai 1,05 juta ton, dengan pengekspor utama adalah Kosta Rika (353.000 ton), Pantai Gading (183.000 ton) dan Filipina (127.000 ton). Ekspor nenas Indonesia baru mencapai seribu ton. Sedangkan negara pengimpor nenas terbesar adalah Uni Eropa (445.000 ton), Amerika Serikat (283.000 ton) dan Jepang (90.000 ton).

Selama tahun 2000 – 2005 perkembangan produksi nenas Indonesia rata-rata sebesar 6.145.382 ton dengan sedikit berfluktuasi, produksi tertinggi sebesar 925.000 ton terjadi pada tahun 2005 dan pada tahun 2007 produksi nenas terus mengalami peningkatan yang cukup besar dimana produksi nenas nasional sebesar 2,24 juta ton, dengan potensi produksi di Lampung sebesar 1,24 juta ton dan Jawa Barat dengan potensi produksi sebesar 0,54 juta ton.

Total ekspor nenas (yang terbagi dalam nenas segar dan nenas olahan), ekspor terbesar untuk nenas segar ditujukan ke negara Malaysia dengan share 74 persen, sementara ke Jepang 24,54 persen. Sementara untuk nenas olahan share terbesar berturut-turut adalah ke negara Amerika Serikat (22,62 persen), Belanda (15,19 persen), Singapura (13,94 persen), Jerman (13,86 persen), dan Spanyol (10,58 persen). Rata- rata volume ekspor ke Amerika sejak tahun 1999 – 2005 sebesar 52.054 ton dan relatif stabil setiap tahunnya, tetapi ekspor ke negara Belanda, Singapura dan Jerman serta Spanyol terus menunjukkan trend yang meningkat. Pada tahun 2007, Indonesia mengekspor buah dalam kaleng, terutama nenas dengan nilai US$ 144,3 juta dan sari buah sebesar US$ 22,12 juta. Namun

(26)

11 dalam tahun yang sama Indonesia juga mengimpor buah dalam kaleng dengan nilai U$ 0,43 juta dan sari buah sebesar US$ 7,6 juta.

Tanaman buah yang tidak menyukai air yang menggenang ini, kini ditanam luas di Indonesia. Daerah-daerah yang menjadi sentra produksi untuk komoditi nenas di Indonesia selama ini adalah Sumatera Utara, Riau, Jawa Barat (Bogor, Sukabumi, Subang dan Bekasi), Jawa Timur (Surabaya) NTT, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan dan Lampung. Adapun daerah yang mempunyai potensi untuk dikembangkan dalam upaya peningkatan produksi adalah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, NTT, NTB, Sulawesi Selatan dan Lampung. Propinsi Lampung merupakan daerah penanaman nenas utama, dengan beberapa pabrik pengolahan nenas juga terdapat di sana. Nenas (Anenas comosus (L) Merr) yang kerap dikonsumsi sebagai buah segar dapat tumbuh dan berbuah di dataran tinggi hingga 1.000 meter dpl.

Kabupaten Subang di Jawa Barat sebagai salah satu sentra produksi nenas di Indonesia. Berdasarkan informasi daerah setempat bahwa permintaan ekspor buah nenas asal Kabupaten Subang Jawa Barat, terus meningkat. Pada tahun 2007, jumlah ekspor nenas baru 95,663 ton. Pada Januari hingga Maret tahun 2011 adalah 124,160 ton. Beberapa bulan terakhir sudah meningkat sekitar 30 persen. Pangsa pasar tujuan negara ekspor adalah di Timur Tengah, Iran, Mesir dan Korea. Diharapkan dengan banyak permintaan pasar ekspor ini, para pelaku usaha agribisnis Indonesia untuk komoditas nenas dapat lebih baik lagi di dalam mutu dan standarisasi untuk pangsa ekspor.

Saat ini ragam varietas nenas yang dikategorikan unggul adalah nenas Bogor, Subang dan Palembang. Bagian utama yang bernilai ekonomi penting dari tanaman nenas adalah buahnya. Buah nenas dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, bahan pakan ternak, dan bahan baku industri. Buah nenas selain dikonsumsi segar juga diolah menjadi berbagai macam makanan dan minuman, seperti selai, buah dalam sirup dan beberapa produk lain seperti makanan kering dalam bentuk keripik. Konsentrat nenas untuk skala besar telah diproduksi di Kalimantan Barat. Di daerah Kubu Raya Kalimantan Barat telah dibangun pabrik konsentrat nenas berkualitas tinggi yang di ekspor ke China, Eropa, dan USA. Kubu Raya mempunyai kapasitas produksi nenas 450 ton per hari atau 30 ton per

(27)

12 jam, sedangkan pabrik tersebut dapat mengolah konsentrat nenas berkualitas tinggi 3 ton per jam. Bahan baku diperoleh dari inti seluas 3.000 ha dan lahan plasma seluas 650 ha dari luas keseluruhan 10.000 ha. Pengolahan nenas dapat menjadi alternatif pada saat produksi buah melimpah, sehingga harga jual tetap menguntungkan.

Rasa buah nenas manis sampai agak masam segar, sehingga disukai masyarakat luas. Disamping itu, buah nenas mengandung gizi cukup tinggi dan lengkap. Buah nenas mengandung enzim bromelain, (enzim protease yang dapat menghidrolisa protein, protease atau peptide), sehingga dapat digunakan untuk melunakkan daging. Enzim ini sering pula dimanfaatkan sebagai alat kontrasepsi Keluarga Berencana. Buah nenas bermanfaat bagi kesehatan tubuh, sebagai obat penyembuh penyakit sembelit, gangguan saluran kencing, mual-mual, flu, wasir dan kurang darah. Penyakit kulit (gatal-gatal, eksim dan kudis) dapat diobati dengan diolesi sari buah nenas. Kulit buah nenas dapat diolah menjadi sirup atau diekstrasi cairannya untuk pakan ternak.

Indonesia memliki potensi besar dalam pengembangan produk buah olahan yang dapat dijadikan produk andalan ekspor. Indonesia memiliki iklim tropis yang memungkinkan berbagai jenis tanaman buah dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, seperti : mangga, nenas, markisa, jeruk, jambu biji, sirsak dan rambutan. Ketersediaan lahan yang cukup tidak didukung oleh kepemilikannya oleh masyarakat yang masih dalam skala kecil, belum dalam skala perkebunan. Jika dilihat dari berbagai sisi maka terdapat faktor pendukung dan penghambat pengembangan produk olahan buah. Dari sisi permodalan, suku bunga pinjaman investasi relatif tinggi serta rendahnya minat investor untuk menanamkan modalnya di bidang perkebunan buah dan industri pengolahan buah menjadi faktor penghambat pengembangan industri produk olahan buah ini. Walaupun, peluang investasi untuk pengembangan industri pengolahan buah masih cukup besar.

(28)

13 2.2. Kecenderungan Global Industri Pengolahan Buah

2.2.1. Kecenderungan yang Telah Terjadi

Kecenderungan Yang Telah Terjadi pada industri pengolahan buah yaitu dimana total ekspor buah olahan Indonesia pada tahun 2006 menurut International Trade Centre adalah sebesar US$. 175,7 juta dan pada tahun 2007 turun menjadi US$. 171,8 juta turun sebesar 2,2. Sementara nilai ekspor buah olahan dunia pada tahun 2006 adalah sebesar US$. 31.615 juta dan meningkat menjadi US$.35.766 juta atau mengalami peningkatan sebesar 10 persen pada tahun 2007. Sehubungan dengan data tersebut maka share ekspor buah olahan Indonesia terhadap nilai ekspor buah olahan dunia baru mencapai 0,6 tahun 2006 dan turun menjadi 0,5 tahun 2007. Walaupun share ekspor buah olahan Indonesia masih kecil terhadap ekspor dunia maka dalam jangka panjang Indonesia dapat lebih meningkatkan ekspor buah olahan melalui peningkatan produksi buah-buahan dan lahan usaha perkebunan yang terpadu dengan industri pengolahan buah.

2.2.2. Kecenderungan yang Akan Terjadi

Sementara kecenderungan yang akan terjadi dimana permintaan buah-buahan tropis di masa depan cenderung meningkat baik dari kuantitas maupun kualitasnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah meningkatnya tingkat pendapatan per kapita penduduk dunia; meningkatnya jumlah penduduk dunia, dan meningkatnya penguasaan teknologi pengolahan buah. Dimasa yang akan datang juga akan terjadi perubahan permintaan berbagai produk buah, diantaranya seperti :

• Permintaan buah-buahan tropis organik (green product, Eco production), hal ini disebabkan meningkatnya kesadaran akan keamanan pangan dan kelestarian lingkungan. Hal ini merupakan peluang untuk Indonesia, karena sebagian besar masih diproduksi secara tradisional tanpa atau minimal penggunaan pupuk anorganik dan bahan kimia lainnya.

• Permintaan buah-buahan yang diproses minimal (minimally processed) yang masih mempunyai cita rasa asli buah tropis. Permintaan produk baru dari buah-buahan sebagai obat, minuman/makanan kesehatan dan bahan kosmetik.

(29)

14 Kecenderungan masyarakat sampai saat ini masih lebih menyukai mengkonsumsi buah dalam keadaan segar dari pada mengkonsumsi buah olahan, karena harganya yang mahal sehingga ada persaingan pasar antara sari buah olahan yang asli dengan minuman buah essence dengan harga yang relatif terjangkau. Hal untuk mengkonsumsi buah dalam bentuk segar dan diproses minimal merupakan peluang bagi petani untuk memproduksi buah dengan konsistensi di bidang mutu dan ukuran. Adanya perubahan perilaku masyarakat modern yang lebih menyukai buah dalam kemasan praktis khususnya kemasan kecil dan mempunyai masa kadaluarsa lebih lama dari pada buah segar yang panjang. Hal ini dapat menjadi peluang bagi petani buah untuk meningkatkan produksi buah-buahan dengan kualitas yang sesuai dengan permintaan pasar

2.2.3. Permasalahan yang Dihadapi Industri Pengolahan buah

Industri pengolahan buah saat ini didominasi oleh industri-industri skala besar dan masih terkonsentrasi di perkotaan, padahal sebagai motor penggerak pembangunan pertanian agroindustri diharapkan akan dapat memainkan peranan penting dalam kegiatan pembangunan daerah, baik dalam sasaran pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi maupun stabilitas nasional. Pengembangan industri pengolahan buah di wilayah pedesaan yang umumnya industri kecil tidak berjalan dengan baik disebabkan oleh berbagai tantangan, baik tantangan atau permasalahan berasal dari dalam wilayah itu sendiri ataupun berasal dari luar. Beberapa permasalahan industry pengolahan buah yang terjadi adalah sebagai berikut :

a. Bahan Baku

• Pasokan bahan baku tidak kontinyu karena produksi buah-buahan bersifat musiman, konsistensi mutu dan ukuran serta tingkat kematangan buah tidak merata disebabkan masih terbatasnya investasi budidaya perkebunan buah skala komersial.

• Sebaran peta potensi buah secara komprehensif terbatas pada produk buah-buahan tertentu di Indonesia.

(30)

15

• Terbatasnya penanganan teknologi pasca panen produksi buah-buahan dan penguasaan teknologi proses produksi di tingkat usaha skala kecil dan menengah masih rendah.

b. Produksi

• Rendahnya kemampuan inovasi produk di bidang pengolahan buah;

• Belum optimalnya peran litbang untuk kegiatan R & D bidang pengolahan buah.

• Buah olahan umumnya diproduksi oleh industri skala menegah kecil yang masih terkendala dalam kemasannya.

c. Pemasaran

• Kurangnya promosi pemasaran produk buah olahan di dalam negeri dan luar negeri.

d. Infrastruktur

• Rendahnya kemampuan penyediaan modal khususnya bagi pelaku industri skala kecil.

Rendahnya mutu buah-buahan Indonesia merupakan persoalan yang serius. Rendahnya mutu ini terkait sangat erat dengan sistem produksi buah-buahan, sistem panen, penanganan pasca panen dan terutama pasar yang dapat menyerap produk buah-buahan. Karena itu untuk bisa memenuhi permintaan pasar dalam negeri dan global, masalah mutu buah-buahan harus ditangani. Penerapan jaminan mutu terutama pasca panen buah-buahan harus dikembangkan agar dapat diterapkan oleh petani buah.

2.3. Buah Nenas

Nenas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah

Anenas comosus. Nenas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah di

domestikasi disana sebelum masa Colombus. Pada abad ke-16 orang Spanyol membawa nenas ini ke Filipina dan Semenanjung Malaysia, masuk ke Indonesia pada abad ke-15, (1599). Di Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman pekarangan, dan meluas dikebunkan di lahan kering (tegalan) di seluruh wilayah nusantara. Tanaman ini kini dipelihara di daerah tropik dan sub tropik.

(31)

16 Nenas (Anenas comosus (L) Merr) yang kerap dikonsumsi sebagai buah segar dapat tumbuh dan berbuah di dataran tinggi hingga 1.000 meter dpl. Tanaman buah yang tidak menyukai air yang menggenang ini, kini ditanam luas di Indonesia. Sentra produksinya terdapat di beberapa daerah seperti Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Jawa Barat, dan Jawa Timur.

Berdasarkan habitus tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal 4 jenis golongan nenas, yaitu : Cayene (daun halus, tidak berduri, buah besar), Queen (daun pendek berduri tajam, buah lonjong mirip kerucut), Spanyol/Spanish (daun panjang kecil, berduri halus sampai kasar, buah bulat dengan mata datar) dan Abacaxi (daun panjang berduri kasar, buah silindris atau seperti piramida). Varietas cultivar nenas yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan Cayene dan Queen. Golongan Spanish dikembangkan di kepulauan India Barat, Puerte Rico, Mexico dan Malaysia. Golongan Abacaxi banyak ditanam di Brazilia. Dewasa ini ragam varietas/cultivar nenas yang dikategorikan unggul adalah nenas Bogor, Subang dan Palembang.

Nenas yang dikembangkan di Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) LPPM IPB adalah varietas Mahkota Bogor dan varietas Delika Subang. PKBT didirikan sebagai peran serta IPB dalam mendukung pengembangan buah‐buahan Indonesia

melalui kegiatan‐kegiatan riset yang terpadu intensif dan terintegratif.

Peningkatan dayasaing buah nasional dilaksanakan melalui pengembangan varietas unggul dan teknologi untuk menghasilkan buah berkualitas serta membangun suatu sistem penelitian dan pengembangan jaringan kerjasama strategis yang mendukung agribisnis buah‐buahan unggulan Indonesia melalui

koordinasi dan penyatuan sumberdaya. Karakteristik nenas varietas Mahkota Bogor dan varietas Delika Subang dapat dilihat pada Tabel 6.

(32)

17 Tabel 6. Karakteristik Nenas Varietas Mahkota Bogor dan Delika Subang

Karakteristik Varietas

Mahkota Bogor Delika Subang

Tinggi tanaman (cm) 101 ± 10 101 ± 10

Lebar tajuk (cm) 86 ± 10 86 ± 10

Umur panen (bst) 16 ± 4 14 ± 2

Potensi hasil / Ha (ton) 50 ± 5 80 ± 8

Berat buah (gram) 1000 ± 300 2000 ± 500

PTT (˚Brix) 18 ± 2 16 ± 2 TAT ( ) 11,7 6,93 Rasio PTT/TAT 1,54 2,67 Ca‐oksalat (ppm) 640 704 Bromelain (unit/gram) 1,78 1,31 Sumber : PKBT LPPM IPB, 2009

Bagian utama yang bernilai ekonomi penting dari tanaman nenas adalah buahnya. Buah nenas selain dikonsumsi segar juga diolah menjadi berbagai macam makanan dan minuman, seperti selai, buah dalam sirop dan lain-lain. Rasa buah nenas manis sampai agak masam segar, sehingga disukai masyarakat luas. Disamping itu, buah nenas mengandung gizi cukup tinggi dan lengkap. Buah nenas mengandung enzim bromelain, (enzim protease yang dapat menghidrolisa protein, protease atau peptide), sehingga dapat digunakan untuk melunakkan daging. Enzim ini sering pula dimanfaatkan sebagai alat kontrasepsi Keluarga Berencana.

Buah nenas bermanfaat bagi kesehatan tubuh, sebagai obat penyembuh penyakit sembelit, gangguan saluran kencing, mual-mual, flu, wasir dan kurang darah. Penyakit kulit (gatal-gatal, eksim dan kudis) dapat diobati dengan diolesi sari buah nenas. Kulit buah nenas dapat diolah menjadi sirop atau diekstrasi cairannya untuk pakan ternak. Riset terkini menunjukkan nenas sarat dengan antioksidan dan fitokimia yang berkhasiat mengatasi penuaan dini, wasir, kanker, serangan jantung, dan penghalau stres. Sebagai salah satu famili Bromeliaceae, buah nenas mengandung vitamin C dan vitamin A (retinol) masing-masing sebesar 24,0 miligram dan 39 miligram dalam setiap 100 gram bahan (Tabel 7). Kedua vitamin sudah lama dikenal memiliki aktivitas sebagai antioksidan yang mampu melindungi tubuh dari berbagai serangan penyakit, termasuk kanker, jantung koroner dan penuaan diri.

(33)

18 Tabel 7. Kandungan Gizi Buah Nenas Segar (100 gram bahan)

No Kandungan Gizi Jumlah

1 Kalori 52,00 kal 2 Protein 0,40 g 3 Lemak 0,20 g 4 Karbohidrat 16,00 g 5 Fosfor 11,00 mg 6 Zat Besi 0,30 mg 7 Vitamin A 130,00 SI 8 Vitamin B1 0,08 mg 9 Vitamin C 24,00 mg 10 Air 85,30 g

Sumber : Buletin Teknopro Hortikultura Edisi 71 Juli 2005. Manfaat Nenas

Tingkat kematangan buah nenas yang baik untuk dikonsumsi dapat dilihat dari warna buahnya yaitu bila warna kuning telah mencapai 25 (dari total permukaan buah). Pada tingkat ini buah mempunyai total padatan terlarut yang tinggi dan keasamannya rendah. Demikian pula tingkat kematangan buah dapat dilihat dari warna pada mata dan kulit buah yaitu tidak kurang dari 20 tetapi tidak lebih dari 40 mata mempunyai bercak kuning. Umur simpan buah-buahan segar antara 1 sampai 7 hari pada 21,11oC, sedangkan buah-buahan kering umur simpannya dapat mencapai 1 tahun atau lebih, sedangkan kadar air buah kering antara 18 sampai 25 persen. Nenas tidak tahan lama disimpan, nenas yang dipanen pada tingkat setengah matang dapat disimpan pada suhu 7-13oC selama 2 minggu. Buah yang telah matang sebaiknya disimpan pada suhu sekitar 7oC, buah nenas dapat mengalami kerusakan dingin pada suhu lebih rendah dari 7 oC .

2.2. Penelitian Terdahulu

Mengkaji penelitian terdahulu merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi tentang penelitian yang pernah dilakukan. Penelitian terdahulu dapat dijadikan acuan dan bahan Informasi yang dibutuhkan yang berkaitan dengan topik yang akan diteliti, terutama yang berkaitan dengan topik penelitian yang sedang dilakukan. Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik yang akan diteliti adalah sebagai berikut.

Penelitian yang dilakukan oleh Emil Abdilla A (2009) dengan judul “Analisis Persepsi dan Kepuasan Anggota Terhadap Pelayanan KUD Giri Tani

(34)

19 Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat” dimana dalam penelitiannya Emil menggunakan metode peneltian Importance Performance Analysis (IPA) dan

Costumer Satisfaction Index (CSI) dimana hasil yang didapat dari penelitian

tersebut ialah dari pengukuran yang dilakukan terhadap persepsi anggota KUD Giri Tani bahwa tingkat kepentingan rata-rata terhadap atribut pelayanan KUD Giri Tani diperoleh nilai sebesar 4,27. Atribut yang memiliki skor tingkat kepentingan yang paling tinggi yaitu Jasa Inseminasi Buatan dengan skor terbesar ialah 4,27 dan tingkat kepentingan terendah ialah Penampilan (kerapian) pengurus dengan skor 3,81.

Pengukuran untuk tingkat persepsi kinerja seluruh atribut diperoleh hasil skor rata-rata sebesar 3,33. Atribut pelayanan yang mendapatkan skor paling tinggi yaitu, Waktu Ketersediaan Pakan, dengan skor kinerja mencapai 4,81. Atribut dengan skor yang paling rendah yaitu, Bantuan Kredit dari Koperasi yang mendapat skor sebesar 1,28. Sedangkan hasil pengukuran dari metode IPA dan CSI menunjukkan hasil yang konsisten. Jika pada pengukuran CSI terdapat selisih kepuasan yang cukup besar (33,32 persen) maka pada IPA menunjukkan hasil kinerja atribut (10 atribut) berada dibawah nilaii rata-rata tersebut.

Penelitian Hasanah (2007) dengan judul “Analisa Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Terhadap Restoran Ayam Bakar Ganthari (Studi Kasus Restoran Ayam Bakar Ganthari Cabang Panglima Polim, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan)”. Penelitian dilakukan dengan membagi responden menjadi dua, yaitu pelanggan baru (responden B) dan pelanggan tetap (responden A), tujuanya untuk mengetahui konsumen dengan kategori apa yang lebih sering berkunjung di restoran tersebut, selanjutnya dilihat perbandingan penilaian kedua jenis pelanggan terhadap restoran Ayam Bakar Ganthri. Menurut penelitian Hasanah, sebagian besar responden A maupun responden B adalah wanita dan belum menikah. Jakarta selatan adalah domisili dengan jumlah responden terbesar, dimana suku Jawa dan Sunda merupakan proporsi terbesar pada masing-masing responden A dan responden B. Kelompok umur dengan persentase terbesar adalah 16-22 dan 23-29 pada responden A, dan 23-29 pada responden B. Sebagian besar responden memiliki pendidikan terakhir sarjana. Citarasa dan masakan yang enak dan kondisi sedang lapar merupakan motivasi masing-masing responden A dan

(35)

20 responden B. Secara keseluruhan berdasarkan nilai indeks kepuasan pelanggan (Costumer Satisfaction index) baik responen A dan responden B puas terhadap restoran Ayam Bakar Ganthari. Hal ini tercermin dari banyaknya atribut yang telah memenuhi harapan konsumen, yakni 12 dari 26 atribut yang diuji. Dari keduabelas atribut tersebut terdapat kesamaan antar kedua responden, meliputi citarasa masakan, aroma masakan, kebersihan makanan dan perlengkapan makanan, porsi hidangan, harga yang murah, jaminan keamanan, kecepatan dan kemudahan transaksi pembayaran, kenyamanan ruang dan lokasi yang strategis. Konsumen restoran Ayam Bakar Ganthari termasuk konsumen yang loyaly, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya responden A yang termasuk kriteria clients dan advocates dimana dalam penelitian ini Hasanah menggunakan alat analisis

Costumer Satisfaction index, IPA dan validitas dan reabilitas.

Penelitian yang dilakukan oleh Wicaksana (2009) dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor buah-buahan Indonesia ke China. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan perkembangan ekspor beberapa buah-buahan Indonesia ke China selama dua belas tahun terakhir dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi apa saja yang mempengaruhi volume ekspor komoditi buah-buahan Indonesia ke China. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda, dengan kriteria pengujian statistik yaitu koefisien determinasi yang disesuaikan (Rsq adj), uji F dan uji t.

Hasil analisis menunjukan bahwa peluang potensi ekspor china untuk buah manggis dan mangga serta rambutan sangat besar dimasa yang akan datang. Penurunan ekspor terjadi pada buah jeruk dan papaya. Secara keseluruhan variabel yang berpengaruh nyata terhadap ekspor buah-buahan Indonesia ke China selama dua belas tahun terakhir adalah harga domestic, harga ekspor dan nilai tukar rupiah.

Penelitian yang dilakuakan oleh Juita (2008) dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan petani untuk berpartisipasi dalam Supply Chain

Management (SCM) Manggis. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi

kesediaan petani untuk berpartisipasi dalam SCM berdasarkan karakteristiknya serta menganlisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan petani untuk

(36)

21 berpartisipasi dalam SCM dengan menggunakan alat analisis deskriptif dan analisis regresi logistic (logit).

Berdasarkan karakteristik petani responden yang diteliti, diperoleh bahwa petani responden yang bersedia berpartisipasi dalam SCM berjumlah 25 orang dan yang tidak bersedia berjumlah 12 orang. Berdasarkan analisis regresi logistik diketahui bahwa ada lima variabel bebas yang mempengaruhi tingkat kesediaan petani untuk berpartisipasi dalam SCM yaitu jumlah tanaman manggis yang diusahakan (X1), harga yang diterima (X2), keanggotaan koperasi (X3), pendidikan terakhir (X4), dan jumlah tanggungan dalam keluarga (X5). Pada taraf nyata (α) sebesar lima persen, diketahui bahwa variabel yang mempengaruhi kesediaan petani untuk berpartisipasi dalam SCM adalah kenggotaan koperasi dan jumlah tanggungan keluarga. Hal tersebut didasarkan pada nilai p (p-value) lebih besar dari nilai taraf nyata (α) lima persen. Persentase kebenaran model sebesar 89 persen, artinya sebesar 89 persen kesediaan petani untuk berpartisipasi dalam SCM dapat dijelaskan oleh vaiabel harga yang diterima petani, keanggotaan koperasi, jumlah tanaman mangga yang di usahakan, jumlah tanggungan keluarga dan pendidikan terakhir. Sisanya sebesar 11 persen dijelaskan oleh faktor lain diliar model.

Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah alat analisis yang digunakan yaitu, menggunakan alat analisis Index Performance

Analysis (IPA), Costumer Satisfaction Index dan analisis regresi berganda.

Sedangkan untuk mengetahui karakteristik responden dilakukan dengan analisis deskriptif. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada beberapa metode dan alat analisis yang digunakan, selain itu variabel yang digunakan juga berbeda dengan penelitian lainnya, karena variabel penelitian ditentukan berdasarkan obyek yang diteliti.

(37)

22

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Pemasaran

Pemasaran sangat memegang peranan penting dalam daur produk dari produsen ke tangan konsumen. Pemasaran didefinisikan sebagai suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk serta nilai dengan pihak lain (kottler, 2000). Menurut Boyd (2000), pemasaran adalah suatu proses sosial yang melibatkan kegiatan-kegiatan penting yang memungkinkan individu dan perusahaan mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui pertukaran dengan pihak lain dan untuk mengembangkan hubungan pertukaran. Menurut kotler (2005), pemasaran (marketing) adalah proses penciptaan nilai dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan, dengan tujuan memperoleh nilai dari pelanggan sebagai imbalannya.

3.1.2. Manajemen Pemasaran

Manajemen pemasaran (marketing management) merupakan seni dan ilmu memilih target pasar serta menciptakan hubungan yang menguntungkan dengan target pasar tersebut. Dengan kata lain yaitu menemukan, menarik, mempertahankan, dan menumbuhkan pelanggan sasaran dengan menciptakan, memberikan, dan mengkomunikasikan keunggulan nilai bagi pelanggan (Kotler, 2005). Manajemen pemasaran didefinisikan sebagai analisis, perencanaan, implementasi, dan pengendalian program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran demi mencapai tujuan organisasi. Manajemen pemasaran berisi pengelolaan permintaan, yang akhirnya berisi pengelolaan hubungan dengan pelanggan.

Dewasa ini kegiatan pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia usaha. Pemasaran adalah fungsi bisnis yang mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan yang belum pernah terpenuhi, mengidentifikasi dan mengukur besarnya, menentukan pasar sasaran yang paling baik yang dapat dilayani, menentukan produk, jasa dan program yang sesuai untuk melayani

(38)

23 pasar-pasar ini dan meminta setiap orang dalam organisasi untuk berfikir dan melayani pelanggan.

3.1.3. Perilaku dan Karakteristik Konsumen

Menurut Engel et al. (2002), perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan tersebut. Perilaku konsumen sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka (Schiffman dan Kanuk. 2000. diacu dalam Hasanah 2007).

Menurut Guiltinan dan Paul (1994. diacu dalam Hasanah 2007) terdapat tiga karakteristik konsumen yang dapat digunakan untuk menguraikan konsumen dari segi bentuk produk, yaitu lokasi, demografis dan gaya hidup. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa tingkat pembelian dari berbagai bentuk produk dapat dipengaruhi keadaan lokasi dimana konsumen itu berada, keadaan lokasi tersebut antara lain, iklim, kerapatan penduduk, tradisi budaya dan faktor-faktor lain yang bervariasi menurut wilayah. Begitu juga faktor-faktor demografis seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan serta ukuran keluarga merupakan faktor-faktor yang dapat mencirikan pembeli atau konsumen dari bentuk atau kelas produk yang dibeli. Selain itu ukuran gaya hidup dapat digunakan untuk menentukan kesesuaian produk dengan pola hidup normal konsumen dengan cara menelaah bagaimana konsumen menggunakan waktu, apa yang penting menurut konsumen dan apa pendapat konsumen tentang dirinya sendiri dan lingkungannya. Ukuran gaya hidup tersebut mencerminkan pengaruh kekuatan sosial terhadap proses konsumsi.

3.1.4. Sikap Pembelian Konsumen

Proses pemasaran mengharuskan pemasar untuk memahami kebutuhan dan keinginan konsumen, sehingga dapat menawarkan berbagai jenis produk yang diminati oleh konsumen dan mengembangkan pesan-pesan promosi yang

(39)

24 akan menarik perhatian calon konsumen. Untuk alasan tersebut, mengapa perilaku konsumen sangat penting untuk dipelajari oleh seorang pemasar.

Perilaku konsumen mempelajari di mana, dalam kondisi macam apa, dan bagaimana kebiasaan seseorang membeli produk tertentu dengan merek tertentu. Kesemuanya ini sangat membantu manajer pemasaran di dalam menyusun kebijakan pemasaran perusahaan.

Kanuk dan Schiffman (2000) menjelaskan bahwa :

“Customer behavior can be defined as the behavior that customer

display in searching for purchasing, using and evaluating product, source, and idea which they satisfy their needs.”

Berdasarkan pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa perilaku merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan seseorang dalam rangka bereaksi terhadap rangsangan atau stimulus. Merupakan keinginan pemasar untuk mendapatkan tanggapan kognitif dan afektif untuk membentuk perilaku konsumen atas komunikasi pemasaran yang dilakukannya.

Salah satu perspektif riset yang digunakan sebagai pedoman pemikiran dan pengidentifikasian faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah perspektif pengalaman (experiental perspective). Perspektif pengalaman menyatakan bahwa pembelian akan dilakukan karena dorongan hati dan mencari variasi. Konsumen membeli produk atau jasa untuk memperoleh kesenangan, menciptakan fantasi, atau perasaan emosi saja. Akar dari pengalaman ini akan membentuk motivasi konsumen atas sikap pembelian konsumen.

Motivasi dimulai dengan timbulnya rangsangan yang memacu pengenalan kebutuhan. Rangsangan dapat berupa dari dalam diri konsumen (contoh : rasa lapar atau rasa ingin mencari sesuatu yang lain) dan rangsangan dari luar konsumen (contoh : store atmosphere).

Ada beberapa definisi tentang sikap, antara lain :

1. Menurut Rakhmat (2003), sikap merupakan kategorisasi objek pada rangkaian kesatuan evaluatif.

(40)

25 2. Menurut Swastha (2001), sikap merupakan inti dari rasa suka dan tidak suka bagi orang, kelompok, situasi, objek dan ide-ide tidak berwujud tertentu.

Dapat disimpulkan bahwa sikap pembelian konsumen akan tercipta akibat reaksi afektif pada diri konsumen. Afeksi (affect) atau perasaan, menurut Mowen dan Minor (2002), adalah fenomena kelas mental yang secara unik dikarakteristikkan oleh pengalaman yang disadari, yaitu keadaan perasaan subjektif, yang biasanya muncul bersama-sama dengan emosi dan suasana hati. Jadi, afeksi mencakup rasa marah, tertekan, takut, gembira, minat, keheranan dan masih banyak lagi bentuk perasaan positif (minat, heran, atau gembira) apabila konsumen terpuaskan dan menjadi negatif (marah, muak, terhina, atau tertekan) jika konsumen tidak puas akan rangsangan atau objek yang diciptakan pemasar.

Terdapat tiga mekanisme yang menjelaskan bagaimana sikap terbentuk secara langsung, antara lain proses pembelajaran perilaku, proses eksposure nyata, dan suasana hati. Jadi secara tidak langsung, sikap dapat membentuk perilaku pembelian konsumen. Hubungan ini membentuk hierarki pengaruh (hierarchies of effect) yang melukiskan urutan terjadinya kepercayaan, sikap, dan perilaku, yang membentuk proses pembelian.

Tabel 8. Proses Pembelian dan Hirarki Pengaruh yang Mungkin Terjadi

Proses Pembelian Hierarki Pengaruh

Keterlibatan Tinggi Hierarki pembelajaran standar Kepercayaan – afeksi – perilaku Keterlibatan Rendah Hierarki keterlibatan rendah

Kepercayaan – perilaku – afeksi Eksperiensial/imlusif Hierarki eksperiensial :

Afeksi – perilaku – kepercayaan Pengaruh Perilaku Hierarki pengaruh perilaku

Perilaku – kepercayaan - afeksi

Apabila konsumen berada dalam situasi keterlibatan tinggi, maka hierarki pembelajaran standar berlaku : perilaku terjadi setelah kepercayaan terbentuk dan sikap diciptakan. Pada keterlibatan rendah, perilaku hierarki

Gambar

Tabel 2. Produksi Buah-buahan Indonesia. Tahun 2005 – 2009
Tabel 4. Konsumsi Perkapita Hortikultura Tahun 2004-2008
Gambar 1. Grafik Penjualan Soft Candy per Bulan Juli 2008 - Desember 2010.
Gambar 2. Kerangka pemikiran Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Akhirnya penulis dapat mengetahui dan mengambil kesimpulan bahwa sistemp pembelajaran di SMPN 3 Patebon Kendal banyak sekali faktor pendukungnya dari materi

Menentukan tanda M atau C dengan menggunakan plasticity chart 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Liquid limit 0 10 20 30 P la st ic it y OH or MH CL OL ML or CL ML Plasticity chart.

Dalam tahapan studi literatur ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi yang bersifat teori dari jurnal lokal dan internasional, buku pengantar terkait dengan

Untuk saat ini terdapat 11 jabatan yaitu manajer produksi yang juga menjadi manajer pabrik sementara yang dijabat oleh Bp.Totok Sampurno, lalu ada manajer HRD

Berdasarkan Gambar 34, maka akan dijelaskan mengenai diagram alir kalibrasi yaitu sebagai berikut: Sinyal lurus dan sinyal kotak diperoleh dari situs di internet yang telah

Jos sitä mitä kutsutaan politiikaksi löytyy niin eri ”paikoista” kuin toimistakin, viittaa tämä sen lisäksi, että politiikassa on kyse kiistasta itse sanan

tetap harus dibayarkan walaupun visa tidak disetujui oleh Kedutaan, demikian juga jika terdapat biaya lain seperti pembatalan hotel, kereta dan atau tiket pesawat yang terjadi

Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat analitik dengan desain cross secsional, yang bertujuan untuk menjelaskan karakteristik responden (tingkat pendidikan