• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Konsentrasi Ion Kalium dengan Jumlah Bakteri dm Sel Somatik dalam Susu Serta Skor California Mastitis Test pada Domba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Konsentrasi Ion Kalium dengan Jumlah Bakteri dm Sel Somatik dalam Susu Serta Skor California Mastitis Test pada Domba"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN : 1411 - 8927

Hubungan

Konsentrasi

Ion

Kalium dengan

Jumlah

Bakteri

d m

Sel

Somatik

dalam

Susu Serta Skor

California

Mastitis

Test

pada

Domba

(RELATIONSHIP

BETWEN

MILK

POTASSIUM ION CONCENTRATION AND

BACTERIAL CELL COUNT, SOMATIC

CELL

COUNT

AND

CALIFOWLA

MASTITIS

TEST

SCORE

IN LACTATING EWES)

l'FakuItas Peternakan, Universitas Jambi , Kampus Pinang Masak Krn 15. Mandalo Darat - Jambi. Telp. 0741-52907 dan 2' Fakultas Kedokteran Hewan, Institut

Pertanian Bogor, Bogor

Tiga puluh d m ekor domba laktasi blah diamati selama 12 minggu laktasi untuk melihat hubungan antara kmmntrasi ion Mium dRlnm susu dengan jumlah bakteri d m sel somatik (SCC) serta s b r d i f i n r i o mmstith Wf

I-

ddan upjy&- e u $ u metale alteraatif untuk mendeteksi mastitis au-

pagi hari selama 12 minggu bakteri dan jumlah sel so

menunjukkan bahw a peningkatan jumlah b&t& dengan konsentrasi ion kalium dalam sus

konsentrasi ion kalium melonjak secara drastis. mastitis klinis terdekteksi jauh lebih luas diba somatik. Disimpulkan bahwa konsentrasi i

alternatif untuk mendeteksi mastitis secara cepat.

h t a k-ci : Ion kaliurn, jurnlah sel somatik (SCC). jumlah bakteri, california mmtitb tegthdd laktasi

ABSTRACT

Thirty two lactating ewes were observed for 12 weeks to study the relationship between the concentration of milk potassium ion and the total bacterial count, somatic cell count and the scores of Californian mastitis test (CMT) in an effort to design an alternative method of detecting subdinical mastitis. Milk samples were collected weekly in the morning and tested for 12 weeks during lactation period. Parameters used in the study were the concentration of milk potassium ion, total bacterial ceIl count, somatic cell count, and CMT scores. The result showed that the increase in bacterial cell count and somatic cell count was closely related with the increase in the concentration of milk potassium ion (<0.01). When CMI score was positive, a dramatic increase in the concentration of milk potassium ion was detected as compared to that when the CMI score were negative. The variation in the concentration of milk potassium ion detected prior to the occurrence of clinical mastitis was greater than the total bacterial cell count and somatic cell count. In the conclusion, the concentration of milk potassium ion can be used as an alternative indicator for the occurrence of subdinical mastitis.

Keywords: Potassium ion, somatic cell count, bacterial cell count, california mastitis test, lactating ewes

(2)

.... - . , .., - - - . -

J. Vet 2006 7 (1) : 39

-

46

- . -. . . - -. - . . . - - . . - . . . - . . . . .. . ..

Mastitis m e r u p a k a n s a l a h s a t u p e n y a k i t yang paling banyak

menirnbulkan kerugian p a d a usaha t e r n a k perah. Di Amcrika kerugian akibat mastitis mencapai 2 milyar dolar per tahun (Hurley dan Morin, 2004), s e m e n t a r a di Indonesia penurunan produksi s u s u b i s a sampai 25% (Departemen Pertanian, 1984). Tingkat m a s t i t i s subklinis di Bogor berkisar a n t a r a 8 0 d a n 87% (Ananto, 1994). Pengobatan mastitis klinis secara tuntas m a s i h sulit dilakukan, dan biaya pengobatannya juga relatif mahal. Pada sapi perah, mastitis sudah sangat sering diteliti, dan beberapa metode standar untuk mendeteksi penyakit tersebut tersedia. Banyak metode yang u m u m digunakan untuk mendeteksi mastitis seperti perhitungan j u n ~ l a h sel somatik

( s o m a t i c cell c o u n t , SCC), califorlzia

mastitis test (CMT) (Peris e t al., 1990;

Gonzalo et a1

.,

1992; Gonzalez-Rodriquez, 1996; Fthenakis, 1996; Swartz, 2004)

Mastitis terbagi dua yaitu rnastitis klinis dan subklinis (Schalm et al., 1971; Ft,henakis, 1995), Mastitis klinis mudah terdeteksi karena terjadi perubahan pada a m b i n g d a n s u s u y a n g d i h a s i l k a n , scmentara pada mastitis subklinis tidak terdapat perubahan pada ambing, namun apabila dilakukan pemeriksaan air susu baru bisa diketahui adanya mastitis subklinis. Mastitis subklinis akan lcbih mudah diobati dibandingkan dcngan mastitis klinis. Agar mastitis subklinis bisa diketahui lebih awal, dilakukan p e n c a r i a n metode a l t e r n a t i f selain metode-metode yang sudah ada.

Konsentrasi ion kalium dalam susu dapat dijadikan sebagai indikasi untuk mendeteksi kejadian mastitis subklinis lebih awal, karena kandungan ion kalium intrascluler Iebih tinggi (140

-

157 meqA)

dibandingkan dengan ekstraseluler (5 - 14 meq/l) (Frandson, 1986; Ganong, 1989). J i k a sel epitel ambing mengalami kerusakan baik akibat infeksi maupun akibat luka, sel tersebut akan pecah dan ion kalium yang tadinya berada di dalam sel akan masuk ke lumen kelenjar susu d a n b c r c a m p u r dengan air s u s u . Masuknya ion kalium dari sel yang pecah ke dalam s u s u a k a n meningkatkan konsentrasi ion kalium dalam susu.

Penelitian ini d i r a n c a n g untuk mencari hubungan antara konsentrasi ion kalium dalam susu dengan jumIah sel somatik, jumlah bakt.eri dan california

m a s t i t i s test sebagai upaya u n t u k mengembangkan suatu metode alternatif yang lebih peka u n t u k mendeteksi mastitis subklinis pada ternak laktasi, dengan menggunakan domba sebagai hewan model.

MATER.1

DAN

METODE

Sebanyak 32 ekor domba Priangan laktasi telah diamati selama 3 bulan laktasi. Pengambilan sarnpel u n t u k pemeriksaan dilakukan sekali seminggu pada pemerahan pagi hari. Sebelum pemerahan, domba percobaan diinj eksi tcrlebih dahulu dengan 0.3

IU

oksitosin sccara intrarnuskuler untuk memas tikan bahwa semua susu yang ada di dalam kelenjar ambing dapat dipanen. Setelah penyuntikan, ambing dibersihkan dengan kain lap basah yang telah dicelupkan ke dalam larutan antiseptik untuk rnencegah agar susu tidak tercemar oleh rnikroba yang berasal dari sekitar puting dan ambing.

Pengambilan sampel susu dilakukan sekali seminggu. U n t u k uji mastitis dengan CMT, pengujian l a n g s u n g dilakukan di kandang pada saat akan memulai pemerahan. Kemudian

(3)

Andriani dan W. Manalu : Hubungan Konsentrasi Ion Kalium

-. . ,, --- - ., ..--... ? . .. - ... . --- . . - -. A ... -. - . ,.. .. . . . - . . . . . . . . -. . - . . . . . -

sebanyak 10 ml sampel susu diambil dari total susu yang diperah dari setiap ekor domba untuk digunakan dalam analisis SCC, jumlah bakteri dan konsentrasi ion k a l i u m . S a m p e l s u s u t e r s e b u t dimasukkan ke dalam tabung steril yang telah diberi label u n t u k identifikasi. T a b u n g y a n g berisi s a m p e l i t u dimasukkan ke dalam termos berisi es u n t u k mencegah perkernbangbiakan mikroorganisme sebelum analisis sampel. Kaliurn s u s u d i t e n t u k a n d e n g a n menggunakan a t o m i c a b s o r p t i o r ~

spectrophotometry MAS, Varian Type,

A430). Sepuluh rnililiter susu disentrifus dengan kecepatan 1000 .rpm selama 30 menit untuk memisahkan skim dan krim susu. Sebanyak 2 ml skim susu diambil kemudian ditambahkan dengan 2 ml TCA 24%. Campuran itu disentrifus lagi pada kecepatan 1000 rpm selama 30 menit u n t u k m e m i s a h k a n p r o t e i n s u s u . Supernatan yang diperol eh diencerkan

400 x dengan air bebas mineral (ion) dan diukur dengan menggunakan AAS pada panjang gelombang 766.5 nm.

J u m l a h sel sornatik d a n j u m l a h bakteri susu masing-masing dihitung dengan rnenggunakan metode Breed dan Prescott (Schalm tlt al., 1971) yaitu 0,01 ml susu diletakkan di atas gelas objek yang sudah bebas l e n ~ a k dan diberi tanda pengenal. Gelas ob*iek diletakkan di atas cetakan bujur sangkar 1 x 1 cm2 dengan

rnenggunakan sebuah ose siku. Contoh s u s u tadi discbarkan sesuai dengsn bidang I x 1 cm2. Kemudian dikeringkan di udara 10 - 15 menit dan difiksasi di a t a s api, kemudian preparat tersebut dicelupkan ke dulam alkohol ether (ana) sclama 5 rntlnit untuk membuang lenlak s u s u d a n d i w a r n n i d e n g n n l a r u t a n methy'len blue loeffler selama 3 menit.

Sccat'a hati-hati preparat yang telah diurarnai tersebut dibilas dcngan air. Preparat itu kemudian dicelupkan ke

dalam alkohol96% untuk membersihkan b a h a n p u l a s a n yang tidak t e r i k a t , kemudian dikeringkan di udara atau dengan k e r t a s penghisap u n t u k selanjutnya dilihat di bawah mikroskop d e n g a n p e m b e s a r a n 100 x (objektif) dengan menggunakan minyak imersi.

C a l ~ f o r n i a mastit is test ditentukan

dengan cara mereaksikan 2 rnl susu

dengan 2 rnl reagen C M T y n n g m e n g a n d u n g arylsulfonate di dalarn paddel. Kemudian campuran tersebut digoyang-goyang membentuk lingkaran horizontal selama 10 detik. Reaksi ini ditandai dcngan ada tidaknya perubahan p a d a kekentalan s u s u , kernudian ditentukan berdasarkan skoring CMT yaitu (-) tidak a d a pengendapan pada susu,

(+I

terdapat sedikit pengendapan pada susu,

I++)

terdapat pengendapan yang jelas namun jel belum terbentuk,

(+++) campuran menebal dan mulai

t e r b e n t u k jel, serta

( + + + + I

jeI yang t e r b e n t u k menyebabkan p e r m u k a a n menj adi cembung. Untuk memudahkan perl~itungan statistik maka lambang- lamhang tersebut diberi nilai masing- masing, untuk lambang (-) nilainya 1, (+) nilainya 2,

(++I

nilainya 3, (+++) nilainya 4 dan (++++) nilainya 5 untuk tiap puting susu.

Hubungan a n t a r a konsentrasi ion kalium dalam susu dengan jumlah sel somatik, jurnlah bakteri dan

CMT

diuji dcngan lncnggunakan regresi l i n i e r sederhana (Steel dan Torrie, 199:3?

M S I L DAN

PEMBAHASAN

Konsentrasi ion kaliurn da1am susu meningkat dengan peningka t an ju~nlc? h sel somatik (SCC) dalarn susu (P<0.01, dan r = 0.86) mengkuti persamaan

Y

=

7043.3

+

214.1 X Gambar 1).

(4)

J. Vet 2006 7 (11 : 39

-

46

. - - -. -.. -- -. ., - . - .- . , . - ... . . ,, . . . . . .. .- . . -- - .- - . . - . . . . , , . . - . . - . . - - .

Konsentrasi Ion Kalium [ppm)

I

Gambar 1. Hubungan antara konsentrasi ion kalium

dan

jumlah sel sornitik (SCC) dalam susu domba

D a r i s e l u r u h pengamatan dalarn sampel s u s u diperoleh kisaran konsentrasi ion kalium dari 21 1.2 sampai 789.5 ppm (dengan rataan 472.5 128.2

ppm). Sementara kisaran SCC adalah

24.3 sampai 364.5 x 1 0 ~ e l l m l (dengan rataan 105.7 59.1 x 10%eVml). Jumlah dan persen peningkatan S C C pada berbagai interval konsentrasi ion kalium dalam susu disajikan pada Tabel 1.

Pada Tabel 1 terlihat bahwa derajat perubahan konsentrasi ion kalium dalam susu lebih luas dibandingkan dengan p e n i n g k a t a n jumlah sel somatik. Peningkatan SCC per interval peningka- tan konsentrasi ion kalium yang sama

meningkat dengan semakin tingginya konsentrasi ion kalium. Peningkatan konsentrasi ion kalium sebesar 5 0 % diikuti dengan peningkatan jumlah

SCC

sebesar 1 0 . 3 sampai 25.5% (masing- masing dari interval konsentrasi ion kaliunl 201-301 d a n 701-800 p p m l . Dengan demikian konsentrasi ion kalium dalam susu lebih sensitif u n t u k rnendeteksi mastitis terutama mastitis subklinis.

Peningkatan ion kalium dalam susu s e j a l a n dengan k e r u s a k a n sel-sel sekretoris kelenj ar ambing baik karena infeksi m a u p u n akibat penuaan scl. Konsentrasi ion kalium intraseluler (140 Tabel 1. Jumlah Sel Somatik

(SCC)

dan Peningkatan SCC pada Berbagai Interval

Konsentrasi Ion Kalium dalam Susu Domba

Peningkatan SCC

(%I

10.3 12.1 13.6 15.6 22.9 25.5 Interval ion kalium (ppm)

201 - 300 301 - 400 401 - 500 501 - 600 601 - 700 701 - 800 SCC (X lO%el/ml) 75.6 93.3 102.1 112.3 167.4 186.7

(5)

Andriani dart W. Manalu : Hubungun Konsentraoi Ion Kalium

. - .-

- 157 mcq~l) lebih tinggi dibandingkan d e n g a n e k s t r a s e l u l e r (5- 1 4 meq/l) (Frandson, 1986; Ganong, 1989). Jika bakteri menginfeksi kelenjar ambing, sel

leukosit akan bergerak masuk

ke

lumen susu dengan cara merusak sel sekretoris kelenjar am bing (Collier, 1985; Nickerson, 1999; Akers, 2002), sehingga ion kalium y a n g tadinya ada di d a l a m sel akan keluar bergabung bersama susu di lumen yang m e n g a k i b a t k a n p e n i n g k a t a n konsentrasi ion kalium susu.

Penelitian Morgante et al. (1986) mengatakan bahwa pada domba yang tidak terinfeksi rataan

SCC

adalah 56.7

*

45.2 x l o 3 sellml, sedangkan pada domba yang terinfeksi rataaan SCC adalah 259.2 112.2 x

lo3

seVml. Jika mengacu pada penelitian ini, kisaran konsentrasi ion kalium pada domba yang tidak terinfeksi adalah 201 sampai 500 p p m , d a n domba y a n g herada ant,ara tidak terinfeksi dan terinfeksi adalah 501 sarnpai 600 ppm, sementara untuk domba yang terinfeksi kisaran konsentrasi ion kalium dalam susu adalah 601 sampai 800 ppm. Dari data ini kelihatan bahwa kisaran konsentrasi ion kalium dalam susu domba ynng tidak terinfeksi lebih luas dibandingkan dengan pada domba yang terinfeksi yang memberikan keteli- tian yang lebih tinggi dalam mendeteksi keadaan mastitis subklinis maupun klinis.

Konsentrasi ion kalium meningkat dengan peningkatan jumlah bakteri d a l a m s u s u (P<0.01, d a n r = 0 . 5 2 ) mengikuti persamaan Y = 436469 +3151

X (Gambar 2 ) . Dari seluruh pengamatan p a d a sampel susu dipcroleh kisaran konsentrasi ion kalium dari 211.2 sampai 789.5 ppm (dengan rataan 472.5

*

128.2 pprn). Sementara kisaran jumlah bakteri adalah 217.3 sampai 3354.4 x 10"eWml

Idcngan rataan 1040.9 k 653.3 x 10%el/

mI). J u m l a h dan pcrsen peningkatan jumlah bakteri pada berbagai interval konsentrasi ion k a l i u m d a l a m s u s u disajikan pada Tabel 2.

Pada Tabel 2 terlihat bahwa derajat perubahan konsentrasi ion kalium dalam susu lebih luas dibandingkan dengan

peningkatan jumlah bakteri. Peningkatan jumlah bakteri per interval peningkatan k o n s e n t r a s i ion kalium y a n g s a m a meningkat dengan semakin tingginya konsentrasi ion k a l i u m dalam s u s u . Peningkatan konsentrasi ion kalium sebesar 50% diikuti dengan peningkatan jumlah bakteri sebesar 6.7 sampai 2 8 . W (masing-masing dari interval konsentrasi ion kalium 201-301 dan 701-800 ppm). Dengan dcmikian, konsentrasi ion kaliurn daIam susu lebih sensitif untuk mende- teksi keadaan mastitis terutama mastitis subklinis bila dilihat dari jumlah bakteri dalam susu.

Tabel 2. J u m l a h Bakteri Susu dan Peningkatan Bakteri pnda Bcrbagai Interval Konsentrasi Ion Kalium daIam Susu Domba

Interval inn kalium ( P P ~ ) 201 - 300 301 - 400 401 - 500 501 - 600 601 - 700 701 - 800 Jumlah bakteri (X

lo3

selfml) 506.7 825.2 909.1 1152.9 1997.3 2202.0

Peningkatan j umlah bakteri

6.7 10.9 11.9 lr5.2 26.3 28.9

(6)

J. Vet 2006 7 ( 1 ) : 39

-

46

u I

0 200 400 600 800 1 OD0

Konsentrasi Ion Kalium [ppm)

I

Gambar 2. Hubungan antara konsentrasi ion kalium dan jumlah bakteri dalam susu domba

Konsentrasi ion kaliurn dalam susu meningkat sesuai dengan peningkatan keparahan mas titis menurut californiu

mastit is test dengan persamaan Y = - 1.8 +0.0082

X ,

r = 0 . 4 1 ( G a m b a r 3 ) . P e n i n g k a t a n C M T sejalan dengan peningkatan jumlah sel yang terdapat di dalam susu. CMT merupakan reaksi

a n t a r a r e a g e n yang mengandung arylsulfonate dengan DNA yang membentuk masa gel (Schalm et al., 1971; Fthenakis, 1995). J i k a mengacu pada penelitian Morgante et at. (1996) maka

kandungan ion kalium dalam susu di atas

6 0 1 ppm s u d a h t e r m a s u k

ke

dalarn ambing yang terinfeksi dengall nilai

CMT ++I+. Peningkatan konsentrasi ion

kalium yang tertingk6 terjadi pada saat CMT

++/+++

dan

+++/++

yaitu pada saat kedua puting sudah positif dua atau lebih

(Tabel 3). Dari data ini kelihatan bahwa konsentrasi ion kalium dalam susu juga sangat erat kaitannya dengan CMT.

Peningkatan CMT dari ++I+ menjadi ++I++ d i i k u t i dengan peningkatan konsentrasi ion kalium yang tinggi (dari

574.7 menjadi 622.7 ppm). Peningkatan C M T b e r i k u t n y a disertai dengan peningkatan ion kalium dalam susu yang secara konstan tinggi. Rasil ini sekali lag menunjukkan bahwa konsentrasi ion kalium dalam susu sangat sensitif untuk mendeteksi mastitis baik yang subklinis maupun yang klinis berdasarkan CMT. Dalam penelitian ini tidak ditemukan kasus mastitis dengan skor

+++/+++,

++++I+++ dan ++++I++++, sehingga data

konsentrasi ion kalium dalam susu untuk kasus tersebut tidak ada.

(7)

Andriani dan W. Manalu : Hubungan Konsentrasi Ion Kaliurn

- - -. - -- - .." . - - -

Konsentrasi Ion Kalium

[ppm)

Gambar 3. Hubungan antara konsentrasi ion kalium dalam susu d o n ~ b a dan skor california mastitis

test

Tabel 3. Skor CMT dan Rataan Konsentrasi Ion Kalium serta Peningkatannya dalam Susu Domba

*

Angka dalam kurung adalah skor yang digunakan untuk analisis regresi

Konsentreasi ion kalium dalam susu dapat dijadikan salah satu metode untuk mendeteksi mastitis subklinis dan klinis secara lebih awal dengan ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan dengan SCC, jumlah bakteri dan CMT. Perlu dilakukan penelitian lebih l a n j u t u n t u k

Pcningkatan ion kalium

12.2

15.4

16.5 17.5 19.0 19.4 Skor CMT -1- (1) +/- (2) +/+ (3) ++/+ (4)

++/++

(5)

+++/++

( 6 )

mengembangkan penggunaan deteksi konsentrasi ion kalium dalarn susu untuk mendeteksi mastitis dengan cara yang lebih praktis di lapangan.

Rataan

konsentrasi ion kalium

( P P ~ ) 401.96 503.72 542.16 574.16 622.69 637.65

UCAPAN

TERIMA KASIH Penelitian ini sebagian didanai oleh TMPD dan Proyek RUT 111. Untuk itu diucapkan tcrima kasih banynk.

(8)

J. Vet 2006 7 111 : 69 - 46

DAFTAR PUSTAKA

Akers, R.M.

2002. Lactation and t h e M a m m a r y G l a n d . I o w a State University Press1 Arnes.

Ananto, D. 1994. Prevalensi Mastitis Subklinis Beberapa Kecamatan di K a b u p a t e n Dati I1 Bogor dengan M e n g g u n a k a n Pereaksi IPB I d a n Breed. Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan. Institut P e r t a n i a n Bogor. Bogor.

Collier, R . J .

1955. N u t r i t i o n a l , metabolic, and environmental aspects of l a c t a t i o n . Dalam R.1,. Larson. L a c t a t i o n . I o w a S t a t e U n i v e r s i t y Press/ Ames. pp: 80-128.

Departemen Pertanian. 1984. Alas k a r e t u n t u k sapi perah. Warta P e n e l i t i a n d a n P e n g e m b a n g a n Pertanian. 6 (1): 1-3.

Frandson,

R.D.

1986. Anatomy and

Physiology of Farm Animals. 4"' cd. Lea and Febiger. Philadelphia.

Fthenakis, G . C . , 1995. California mastitis t e s t a n d whiteside test in diagnosis of subclinical m a s t i t i s of dairy ewes. Sr~lall Rumin. Res. 16271- 276.

Fthenakis, G.C. 1996, Soinatic cell counts in milk of Welsh-Mountain, Dorsct-Horn a n d Chaos e w e s throughout lactation. Small Rumin. Res. 20:155-162.

Ganong, W.F. 1989. Revirw of Medical Physiology. Appleton & Large. San E'rancisco.

Gonzalez-Rodrigues, M.C. and P.

Carmenes. 1996. Evaluation of t h e calif'ornin rnastitis test a s a c i i s c r i m i n u t r ~ m e t h o d t o detect subclinical mastitis i n ewes. Small

Rumin. Res. 21:245-250.

Gonzalo, C., J.A. Baro,

J.A.

Carriedo and F.S. Frimitivo. 1992. Use of the fossomatic m e t h o d t o d e t e r m i n e somatic cell counts in sheep milk.

J.

Dairy Sci. 76: 115-1 19.

Hurley, W . L and D.E. Morin. 2004,

Lactation Biology. http.//

elasses.acos.uiuc. edulAnSci.3081 Mastitisa.htm1. ( 12 Maret, 2004).

Morgante,

R.,

S. Ranucci,

M.

Pauselle,

C. Casoli and

E.

Duranti. 1996. Total and differential cell count in milk of p r i m i p a r o u s Comisana ewes w i t h o u t clinical s i g n s of m a s t i t i s . Small Rumin. Res. 21:245-250.

Nickerson, S.C. 1999. Host resistance m e c h a n i s m s t o m a s t i t i s . D a l a m H.H.V.

Horn

and C.J. Wilcox. Largc Dairy

Herd

Management. American Dairy Science Association. Sovay. pp: 464-474.

Yeris, C., P. Molina, N. Fernandez, M.

Kodriques and A. Torres. 1990.

V a r i a t i o n in s o m a t i c cell c o u n t , California rnasti tis test, and electrical conductivity among various fractions of ewes milk.

J.

Dairy Sci. 74:1563-

1560.

Schalm,

O.W., E.J. Carrol and N.C.

Jain. 1971. Bovine blastitis. Lea and Fe biger. Philadelphia.

Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1993. P r i n s i p d a n P r o s e d u r Statistika. Gramedia. Jakarta.

Swartz, H.A. 2004. Mastitis in the ewes, S t a t e S h e e p . G o a t a n d S m a l l Livestmck Specialist. htt_p:/lwwu~/cas~- a~warld.com/cAtv.Lurnast.htrnJ. (1 2 Maret 2004)

Gambar

Gambar  1.  Hubungan  antara  konsentrasi  ion kalium  dan  jumlah sel sornitik  (SCC)  dalam  susu domba
Gambar  2.  Hubungan  antara konsentrasi  ion  kalium  dan jumlah  bakteri  dalam susu  domba
Gambar  3.  Hubungan antara  konsentrasi  ion  kalium dalam susu  d o n ~ b a  dan skor  california  mastitis  test

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaannya disebut pelaksanaan penyaluran dari Titik Distribusi (TD) ke Titik Bagi (TB) yang tugasnya menerima dan menolak dan langsung mengembalikan kepada perum

Ciapus 1 untuk per unitnya, hal ini dapat terjadi karena Sungai Cihideung memiliki nilai TSS (mg/L) dan kekeruhan yang lebih tinggi dari Sungai Ciapus sehingga

Pendidikan dapat memasukkan kebudayaan khususnya budaya Jawa dalam proses pembelajaran maupun program- program yang diadakan di sekolah sehinnga nilai-nilai moral

Sistem pasar monopolistik cenderung sangat terbatas dalam melakukan improvisasi teknologi dan inovasi dikarenakan jika pada saat mendapat laba yang tinggi maka akan banyak

Bidayatuna, Vol. 02 Oktober 2020 | 175 diperoleh data peserta didik untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia hanya 25% peserta didik yang mendapatkan nilai tuntas dan

Secara rasionalitas kinerja pegawai pada BPSDM Provinsi Sulawesi Selatan diperhadapkan dengan permasalahan dalam menilai kinerja pegawai yang berdasarkan pengamatan masih

Perkiraan jumlah dan kepadatan penduduk beberapa desa berdasarkan angka pertumbuhan penduduk beberapa desa di daerah Hulu Sub DAS Cikapundung tertera pada Tabel 8,

bagian kepala, oleh karenanya untuk mendapatkan umur rel yang lebih panjang, bagian kepala diperbesar. Usaha lain yang dilakukan untuk mempertahankan ketahanan