• Tidak ada hasil yang ditemukan

(Laporan PKL) Manajemen Pemeliharaan Sapi Potong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "(Laporan PKL) Manajemen Pemeliharaan Sapi Potong"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sapi potong adalah jenis sapi yang diarahkan untuk memproduksi daging, oleh karena itu penggemukan yang dilakukan bertujuan untuk mencapai bobot badan secara maksimal. Produk utama peternakan sapi potong adalah daging. Tinggi rendahnya produksi penggemukan tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik ternak itu sendiri dan faktor lingkungan.

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang berdampak langsung pada peningkatan pendapatan perkapita penduduk telah menyebabkan meningkatnya permintaan dan konsumsi daging, termasuk daging sapi. Hal ini tampak jelas dari pertumbuhan jumlah sapi yang dipotong maupun daging sapi yang dikonsumsi secara nasional beberapa tahun terakhir.

Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas daging sapi potong di dalam negeri, baik yang berasal dari sapi potong impor maupun sapi potong lokal, telah banyak berkembang akhir-akhir ini berbagai usaha penggemukan sapi potong yang dilakukan oleh para feedlotters ataupun para peternak kecil di Indonesia.

Peternakan milik Bapak Holiansyah merupakan salah satu usaha peternakan sapi potong yang memelihara sapi untuk digemukkan. Adapun jenis-jenis sapi yang dipelihara Peternakan milik Bapak Holiansyah adalah sapi Simmental, Limousin, Bali, dan Madura. Sehingga perlu kiranya mengetahui

(2)

bagaimana tatalaksana pemeliharaan sapi mulai dari pemilihan bibit, pemberian pakan, perkandangan, serta pemasaran ternak sapi.

Tingginya minat peternak untuk menggemukkan sapi potong dipicu oleh beberapa faktor. Faktor tingginya keuntungan menjadi daya tarik ketika peternak memutuskan untuk memulai usaha penggemukan sapi potong. Permintaan pasar akan daging sapi masih terus memperlihatkan adanya peningkatan. Selain pasar domestik, permintaan daging sapi di pasar luar negeri juga cukup tinggi. Akan tetapi produksi daging sapi dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan karena populasi dan tingkat produktivitas ternak rendah. Rendahnya populasi sapi potong antara lain disebabkan sebagian besar ternak dipelihara peternak berskala kecil dengan lahan dan modal terbatas. Untuk itu perlunya mahasiswa fakultas peternakan melakukan praktek kerja budidaya ternak potong agar mahasiswa selain memiliki kemampuan intelektual juga memiliki keterampilan dalam mengembangkan profesinya terutama dibidang ternak potong. Sehingga akan mampu dalam menghadapi tantangan yang semakin berat di masyarakat.

Penggemukan sapi potong merupakan usaha yang umumnya dilakukan dalam waktu singkat karena mempercepat perputaran modal. Ada beberapa sistem penggemukan sapi, namun yang biasa diterapkan di Indonesia adalah dry lot fattening yaitu sistem penggemukan sapi yang di tempatkan dalam kandang sepanjang waktu dengan pemberian pakan konsentrat sebagai porsi utama ransum yang diberikan.

(3)

Beberapa faktor yang sangat mempengaruhi sistem penggemukan pada ternak sapi adalah teknik pemberian pakan/ ransum, luas lahan yang tersedia, umur dan kondisi sapi yang akan digemukkan, serta lama penggemukan. Usaha penggemukan sapi perlu akan upaya untuk meningkatkan bobot sapi sebelum dijual. Banyak dijumpai para peternak tradisional mencari sapi yang telah pubertas, tetapi tubuhnya masih kurus. Tubuh yang kurus tersebut bisa jadi karena pemberian pakan yang kurang tepat.

Keuntungan usaha sapi potong didapatkan dari selisih bobot badan awal dibudidayakan dengan bobot badan akhir saat sapi potong siap dipasarkan. Artinya ada pertambahan berat badan sapi yang sangat ditentukan dari jenis sapi, umur, jenis kelamin sapi, ransum pakan yang diberikan dan pengelolaan sapi potong.

Oleh karena itu pemahaman terhadap tatalaksana peternakan sapi potong yang mencakup tatalaksana pemeliharaan harian, tatalaksana produksi dan tatalaksana pakan sangat diperlukan dalam membudidayakan sapi potong.

1.2. Tujuan

Tujuan dilakukannya praktek kerja budidaya ternak potong adalah untuk mengetahui tatalaksana pemeliharaan sapi potong di peternakan milik Bapak Holiansyah serta meningkatkan profesionalisme dan keahlian serta pengalaman kerja lapang mahasiswa pada bidang pemeliharaan sapi potong.

(4)

1.3. Kegunaan

Kegunaan dari Praktek Kerja Budidaya Ternak Potong ini adalah untuk membandingkan antara teori yang didapat di bangku kuliah dengan keadaan lapang, menambah pengetahuan tentang tatalaksana pemeliharaan sapi potong, untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian mahasiswa tentang tatalaksana pemeliharaan sapi potong, serta sebagai bahan informasi bagi yang memerlukan.

(5)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkandangan

Pada prinsipnya, kandang berfungsi sebagai pelindung bagi ternak dan penunjang produktivitasnya. Kandang melindungi ternak dari kondisi dari keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan maupun terhadap ancaman binatang buas dan gangguan pencuri sehingga ternak akan memperoleh kenyamanan (Santosa, 2009). Sementara sebagai penunjang produktivitas, kandang memudahkan dalam memelihara ternak sehari – hari khususnnya penanganan pengawasan terhadap ternak dapat dilakukan lebih teliti, baik menyangkut masalah kesehatan, produksi (termasuk laju pertumbuhan – perkembangan), dan reproduksi ternak. Manfaat kandang yang berkaitan dengan fungsi tersebut di atas adalah memudahkan pada waktu pengambilan, pengumpulan, dan pembersihan kotoran ternak berupa campuran antara feses, urine, dan sisa pakan yang berguna bagi lahan pertanian (Rianto dan purbowati, 2013).

Tipe kandang berdasarkan bentuknya ada 2, yaitu kandang tunggal dan kandang ganda. Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada tipe kandang tunggal terdiri satu baris kandang atau satu jajar yang dilengkapi lorong jalan dan selokan atau parit. Sedangkan kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan (head to head) atau saling bertolak belakang (tail

(6)

to tail) yang dilengkapi lorong untuk memudahkan pemberian pakan dan pengontrolan ternak

Persyaratan untuk mendirikan kandang yang langsung berhubungan dan berpengaruh pada kelangsungan hidup ternak dan tata laksana pemeliharaannya. Ada 4 faktor yang termasuk dalam persyaratan ini, yaitu faktor lingkungan (empironment), lokasi, tata letak (lay out), dan karakteristik kandang.

Beberapa persyaratan yang diperlukan dalam mendirikan kandang antara lain :

1) Lingkungan

Produksi ternak dipengaruhi oleh iklim setempat, baik secara langsung terhadap ternak maupun secara tidak langsung melalui lingkungan ternak. Faktor iklim yang secara langsung berpengaruh terhadap ternak adalah sinar matahari, suhu udara dan kelembaban udara.

Tipe bangunan kandang yang paling cocok dengan tingkat teknologi sederhana khusus untuk usaha ternak di Indonesia adalah kandang dengan dinding setengah terbuka. Kelebihan kandang tersebut adalah sirkulasi udara dapat berlangsung secara optimal sehingga udara panas, lembab, dan kotor dapat dikeluarkan dari dalam kandang.

2) Lokasi

(7)

- Topografi (struktur tanah, ketinggian permukaan tanah, dan profil tanah)

- Dekat dengan sumber pakan dan jalur transportasi

3) Tata Letak

Penempatan kandang hendaknya disesuaikan dengan arus alir udara, air dan lalu lintas kegiatan. Hal ini untuk menghindari terjadinya kontaminasi dan penularan penyakit. Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan., kandang harus terpisah dari rumah tinggal minimal jarak 10 m (Rianto dan Purbowati, 2013).

4) Karakteristik kandang

Persyaratan umum yang harus dipenuhi pada suatu kandang antara lain sebagai berikut :

- Luas ruang sesuai dengan bangsa sapi, umur, jenis kelamin, dan jumlah sapi yang dipelihara

- Spesifikasi disesuaikan dengan kondisi daerah setempat

- Bahan yang digunakan dipilih dan bahan yang relatif kuat, tidak terkontaminasi dengan bahan beracun, dan tahan lama

- Biaya relatife murah

(8)

- Bahan dan alat yang digunakan tidak menyulitkan dalam pembersihan dan sanitasi

- Dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat air minum

- Untuk kandang ganda (head to head), perlu dilengkapi dengan lorong untuk memudahkan lalu lintas kegiatan (Rianto dan Purbowati, 2013).

Hal tersebut juga di nyatakan oleh (Rasyid, 2007) Kontruksi kandang harus kuat dan tahan lama, penataan dan peralatan kandang hendaknya dapat memberikan kenyamanan kerja bagi petugas dalam proses produksi seperti memberi pakan, pembersihan, pemeriksaan birahi, pembuangan kotoran dan penanganan kesehatan, mempunyai permukaan yang lebih tinggi dari kondisi sekelilingnya sehingga tidak terjadi genangan air dan pembuangan kotoran lebih mudah, tersedia sumber air, dekat dengan sumber pakan, transportasi mudah terutama untuk pengadaan pakan dan pemasaran, serta areal yang dapat diperluas.

2.2 Pemilihan Bibit

Sapi potong lokal Indonesia mempunyai keragaman genetik yang cukup besar dan mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan tropis yang kering (udara panasdengan kelembaban rendah dan tata laksana pemeliharaan ekstensif, kuantitas dan kualitas pakan terbatas, relative tahan serangan penyakit tropis dan parasit, serta performans reproduksinya cukup efisien. Keunggulan tersebut berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai materi genetik dalam pengembangan sapi potong yang unggul.

(9)

Bibit sapi potong yang akan digunakan sebagai ternak bakalan sangat menentukan keberhasilan pengelolaan usaha penggemukan sapi potong. Petani ternak sapi potong idealnya juga harus tahu betul dengan pengetahuan pembibitan sapi potong dengan model penggemukan. Dalam menentukan pemilihan bibit sapi potong yang akan digemukkan dianjurkan memilih bibit sapi potong yang tercatat sebagai jenis ternak unggul lokal maupun sapi impor atau hasil persilangan.

Pemilihan bibit bakalan memerlukan ketelitian, kejelian dan pengalaman. Sapi-sapi dipilih berdasarkan genetik, tingkat pertumbuhan dan pencapaian berat badan pada umur tertentu yang tinggi serta tidak terdapat cacat tubuh yang dapat menurun, keserasian bentuk dan ukuran, berumur 1,5 – 2 tahun, jenis kelamin jantan, kondisi sapi sehat, ditunjukkan dengan mata yang bersinar, bulu halus , gerakan lincah, dan kondisi kotoran normal (Prabowo, 2007).

Menurut Drh. Harjuli Hatmono Msi dalam buku Model Agribisnis Sapi Pedaging yaitu jenis sapi unggul lokal yaitu sapi PO (Peranakan Ongole), sapi Bali dan sapi Madura. Sapi unggul impor atau hasil persilangannya yaitu sapi Brahman, sapi Angus, sapi Ongole dan sapi Simental yang merupakan hasil dari Inseminasi Buatan.

2.3 Pemberian Pakan dan Minum

Pakan yang baik adalah pakan yang mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Penggemukan dengan mengandalkan pakan berupa hijauan saja, kurang memberikan hasil yang optimal dan membutuhkan waktu

(10)

yang lama. Salah satu cara mempercepat penggemukan adalah dengan pakan kombinasi antara hijauan dan konsentrat (Prabowo, 2007).

Menurut Edi Rianto dan Endang Purbowati dalam Panduan Lengkap Sapi Potong (2013) menyatakan bahwa pakan utama yang diberikan pada sapi potong berupa hijauan pakan ternak yang berkualitas dan mampu memberikan nilai tambah pada pertambahan berat badan sapi potong.

Pakan tambahan atau penguat adalah pakan yang mempunyai kandungan gizi tinggi dengan kandungan serat kasar yang relatif rendah, mudah dicerna dan kaya nilai gizi. Sapi yang sedang digemukkan secara intensif (dikandangkan) perlu diberi pakan tambahan yang cukup, karena usaha penggemukan ditujukan untuk memperoleh tingkat pertumbuhan yang maksimal dalam waktu relatif singkat. Bahan pakan tambahan terdiri dari: dedak halus, jagung giling, bungkil kelapa, tepung ikan, garam, mineral dan lain-lain. Berbagai bahan pakan ini disusun sedemikian rupa untuk mendapatkan kandungan protein kasar 15%. Manfaat dari pakan tambahan ini adalah untuk mempertahankan hidup dan menjamin kesehatan sapi yang sedang digemukan dan pertumbuhan badan akan lebih cepat (umiyasih & Anggreany, 2007).

Dalam menyusun pakan ternak ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu tersedianya bahan baku pakan yang digunakan, kandungan zat-zat pakan dari bahan baku tersebut, dan kebutuhan zat pakannya. Pemberian zat pakan harus disesuaikan dengan kebutuhan ternak karena kebutuha zat pakan dan jumlah

(11)

konsumsi yang berlebihan dapat menyebabkan pertambahan berat badan tidak maksimal.

Pakan sapi potong harus memenuhi persyaratan, antara lain : tersedia sepanjang tahun, bernilai gizi tinggi, harganya relatif murah dan tidak mengandung racun atau zat anti nutrisi. Termasuk dalam rangkaian penyediaan pakan sapi adalah air minum yang bersih. Air minum diberikan secara ad libitum, artinya harus tersedia dan tidak boleh kehabisan setiap saat. Kebutuhan minum sapi per hari mencapai 30 – 50 liter. Jika kurang, bisa timbul gangguan pencernaan.

2.4 Pengendalian Penyakit

Kesehatan ternak merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha peternakan sapi potong. Kerugian yang besar seringkali disebabkan oleh timbulnya penyakit yang menyerang ternak – ternak yang ada.

Sapi potong sehat merupakan faktor penting dalam meraih keberhasilan usaha sapi potong. Karena itu perlu dilakukan pencegahan dan pengendalian penyakit. Pencegahan dan pengendalian penyakit adalah menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan sapi, sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan, mengusahakan lantai kandang selalu kering, serta memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk.

Penyakit yang umum menyerang sapi adalah cacingan, kutu, brucellosis, kembung, PMK (penyakit mulut dan kuku) dan diare. Hal ini disebabkan oleh

(12)

bakteri karena kurangnya menjaga kebersihan kandang, peralatan dan pemberian pakan yang tidak terkontrol.

Untuk tindak pencegahan yaitu : tetap menjaga kondisi kandang selalu bersih dengan melakukan desinfeksi pada kandang dan peralatan kandang, sanitasi lingkungan dengan baik, periksa kesehatan ternak secara teratur, vaksinasi ternak secara teratur terhadap penyakit yang diketahui sering timbul di daerah tersebut, isolasi sapi yang di duga kena penyakit agar tidak menular ke sapi yang lain (Hadi, 2009).

(13)

III. METODE DAN MATERI

3.1. Lokasi dan Waktu Praktek Kerja Budidaya Ternak Potong

Kegiatan Praktek Kerja Budidaya Ternak Potong ini dilaksanakan pada tanggal 03 juli 2105 sampai dengan tanggal 16 juli 2015, di Peternakan sapi potong milik Bapak Holiansyah di Pasar Baru Kec. Singkawang Tengah, Kalimantan Barat.

3.2. Materi Praktek Kerja Budidaya Ternak Potong

Materi yang digunakan dalam Praktek Kerja Budidaya Ternak Potong ini adalah 5 ekor sapi jantan Bali, 5 ekor sapi jantan Madura, 3 ekor sapi jantan Simental, 2 ekor sapi jantan Limousin, 2 ekor sapi betina Bali, dan 3 ekor sapi betina Madura serta sarana prasarana pemeliharaan.

3.3. Metode Praktek Kerja Budidaya Ternak Potong

Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Budidaya Ternak Potong ini adalah melakukan pengamatan lapangan dengan cara pengambilan data (deskriftif) dilakukan dengan cara mengamati secara langsung, wawancara dan ikut terlibat langsung dalam kegiatan pemeliharaan sapi potong.

(14)

3.4. Variabel yang Diamati Selama Praktek Kerja Budidaya Ternak

Potong

1. Keadaan Umum Lokasi 2. Perkandangan

3. Pemilihan Bibit

4. Pemberian Pakan dan Minum 5. Pemeliharaan Ternak

5. 1. Pemeliharaan pedet

5. 2. Pemeliharaan ternak dewasa / induk 6. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit 7. Penjualan ternak

(15)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Lokasi

Kota Singkawang memiliki luas 50.400 ha, yang dibagi menjadi 5 (lima) wilayah Kecamatan meliputi 26 Kelurahan. Secara geografis terletak pada posisi antara 1080 52’ 14,19’’ sampai dengan 1090 09’ 44,22 ’’ Bujur Timur dan 000 44’ 57,57’’ – 010 00’ 48,65’’ Lintang Utara. Berjarak ± 147 km dari Ibukota Propinsi (Pontianak) dan dapat dicapai melalui transportasi darat maupun laut (pelabuhan Singkawang). Kota Singkawang termasuk klasifikasi iklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata 2.819 mm/tahun atau 235 mm/bulan. Rata-rata kelembaban udara di kota Singkawang adalah 70%. Kota Singkawang memiliki wilayah datar dan sebagian besar merupakan dataran rendah antara 50 meter s/d 100 meter diatas permukaan laut. Kota Singkawang yang terletak pada 0° LS dan 109° BT, wilayahnya merupakan daerah hamparan dan berbukit serta sebelah Barat berada pada pesisir laut.

(16)

4.2. Perkandangan

a. Lokasi

Peternakan sapi potong milik Bapak Holiansyah terletak di daerah Pasar Baru, Kecamatan Singkawang Tengah, Kota Singkawang, Kalimantan Barat. Lokasi peternakan ini memiliki suhu berkisar antara 21,8 °C – 30,05 °C dengan luas areal peternakan yaitu sekitar 500 m2. Kota Singkawang memiliki iklim tropis dan rata-rata kelembaban udara di kota Singkawang adalah 70%.

Jarak antara kandang milik peternakan Bapak Holiansyah dengan pemukiman penduduk yaitu 3 – 8 m. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat (Rianto dan Purbowati, 2103) yang menyatakan lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan, kandang harus terpisah dari rumah tinggal minimal jarak 10 m. Karena jika kandang dekat dengan pemukiman penduduk dapat menyebabkan terjadinya pencemaran udara akibat bau yang ditimbulkan dari kotoran ternak yang dapat mengganggu lingkungan di sekitarnya. Akan tetapi, lokasi peternakan milik Bapak Holiansyah cukup strategis karena dekat dengan pasar dan pusat kota. Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat Rianto dan Purbowati, (2013) yang mengatakan bahwa salah satu syarat lokasi peternakan adalah dekat dengan jalur transfortasi, hal tersebut dapat mempermudah peternak untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak dan akses jalan yang baik.

b. Kandang

Kandang yang digunakan di peternakan milik Bapak Holiansyah adalah kandang tipe ganda saling berhadapan (head to head), dengan ukuran

(17)

kandang 13 x 7 meter untuk menampung 20 ekor sapi, kemiringan antara 4 – 5 cm dan tempat pakan 100 x 50 cm berbentuk persegi panjang/ekor sapi, yang mana diantara kedua jajaran kandang tersebut terdapat jalur untuk jalan, pemberian pakan dan pengontrolan ternak. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rianto dan Purbowati (2013) yang menyatakan bahwa untuk kandang ganda (head to head), perlu dilengkapi dengan lorong untuk memudahkan lalu lintas kegiatan.

Gambar 2. Kandang tipe ganda berhadapan (head to head)

Kontruksi kandang yang digunakan di peternakan Bapak Holiansyah adalah sebagai berikut :

a) Lantai kandang

Lantai kandang terbuat dari kayu/papan yang disusun (diberi sedikit celah) untuk memudahkan air urin mengalir ke bawah. Tetap pembuatan kandang

(18)

menggunakan lantai kayu/papan dapat menyebabkan sapi mudah terpeleset dan terjatuh karena apabila lantai papan tersebut terkena air urin sapi akan membuat lantai menjadi licin. Sebaiknya lantai dibuat rata, tidak kasar dan tidak juga licin, sehingga sapi terjamin kehidupannya dan ternak dapat berdiri dengan tegak di atas keempat kakinya yang kokoh, sehingga dapat berbaring dan istirahat dengan baik, dan dapat mempermudah dalam proses pembuangan kotoran ternak.

b) Dinding kandang

Kandang di peternakan milik Bapak Holiansyah tidak memiliki dinding yang dapat menutup bagian dalam kandang. Sehingga kondisi dalam kandang dapat dilihaat dari luar. Hal tersebut sangat baik terhadap sirkulasi udara yang berlangsung di dalam kandang. Tetapi, hal tersebut juga sangat berpengaruh terhadap keamanan ternak terhadap pencurian. c) Atap kandang

Atap kandang terbuat dari seng dengan ketinggian kandang yang tidak terlalu tinggi sehingga dapat menyebabkan kondisi sekitar kandang panas. d) Lantai kandang

Lantai kandang di Peternakan terbuat dari papan dengan kemiringan sekitar 4 – 5° yang dimana ini bertujuan agar air urin sapi dapat segera mengalir ke selokan sehingga air urin tidak terhenti dan menggenang serta bencampur dengan kotoran. Akan tetapi, kandang yang terbuat dari bahan kayu daya tahannya singkat dan lebih cepat rapuh dibandingkan dengan yang menggunakan semen. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Edi Rianto dan Endang Purbowati (2013) yang mengatakan bahwa bahan yang

(19)

digunakan dalam pembuatan kandang harus kuat dan tahan lama serta memudahkan dalam membersihan kotoran ternak.

Gambar 3. Pengukuran kandang

4.3. Pemilihan Bibit

Sapi potong adalah jenis sapi khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakeristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi-sapi ini umumnya dijadikan sebagai sapi bakalan, dipelihara secara intensif selama beberapa bulan sehingga diperoleh pertambahan bobot badan yang ideal untuk dipotong.

Peternakan sapi potong milik Bapak Holiansyah bertujuan untuk penggemukan. Untuk pemilihan bibit sapi potong yang ingin digemukkan didapatkan dari peternakan luar kota. Sapi-sapi dipilih berdasarkan genetik, tingkat pertumbuhan dan pencapaian berat badan pada umur tertentu yang tinggi serta tidak terdapat cacat tubuh yang dapat menurun, keserasian bentuk dan ukuran, berumur 1 – 1,5 tahun, jenis kelamin jantan, kondisi sapi sehat, ditunjukkan dengan mata yang bersinar, bulu halus , gerakan lincah, dan kondisi kotoran normal (Prabowo, 2007).

(20)

Sapi bakalan yang dipilih tidak hanya berasal dari satu jenis saja melainkan berasal dari berbagai jenis sapi misalnya sapi madura, simental, limousin dan bali.

Gambar 4. Pemilihan bibit sapi

4.4. Pemberian Pakan dan Minum

Pakan adalah bahan yang dapat dikonsumsi dan dicerna oleh ternak, yang mengandung kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan ternak. Fungsi pakan utama bagi ternak adalah :

- Sebagai bahan material untuk menyusun dan menjaga struktur tubuh. - Sebagai sumber energi.

(21)

Menurut Edi Rianto dan Endang Purbowati dalam Panduan Lengkap Sapi Potong (2013) menyatakan bahwa pakan utama yang diberikan pada sapi potong berupa hijauan pakan ternak yang berkualitas dan mampu memberikan nilai tambah pada pertambahan berat badan sapi potong.

Bahan pakan yang dipilih harus berkualitas dan memenuhi syarat yaitu tidak berjamur dan tidak berdebu. Konsentrat adalah pakan ternak yang berasal dari biji – bijian atau hasil samping dari pengelolaan produk pertanian seperti; bungkil kacang, bungkil kedelai, bungkil kelapa, dedak padi, ampas tahu, tetes dan sebagainya. Biasanya pakan konsentrat mengandung protein yang tinggi.

Tabel 1. Prosentase (%) Pemberian Bahan Pakan Ternak

Di peternakan sapi potong milik Bapak Holiansyah pakan diberikan dua kali sehari yaitu pada jam 10.00 dan 14.00 WIB. Sedangkan pemberian air minum diberikan secara ad libitum. Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat yaitu ampas kecap dan bungkil kelapa.

Bahan Pakan Pemberian

(kg) Prosentase (%) Hijauan 40 87,43 Bungkil kelapa 5 10,93 Ampas kecap 0,75 1,64 Jumlah 45,75 100

(22)

Hijauan diambil pada pagi hari dan diangkut menggunakan mobil bak terbuka milik Bapak Holiansyah sendiri. Hijauan yang diberikan berupa rumput lapang segar. Pemberian pakan rumput segar 10% dari berat badan dilakukan pada jam 10.00 WIB, sedangkan konsentrat diberikan 2% dari berat badan jam 14.00 WIB ditambah dengan hijauan. Ransum tambahan berupa bungkil kelapa dan ampas kecap yang diberikan dengan cara dicampurkan dan ditambah air. Diberikan sebelum pemberian hij auan sore hari. Selain itu, dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur dan kapur. Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan jumlah dan perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah ransum.

Gambar 5. Pemberian pakan hijauan, ampas kecap, Bungkil kelapa, dan air

Dalam menyusun pakan ternak ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu tersedianya bahan baku pakan yang digunakan, kandungan zat-zat pakan dari bahan baku tersebut dan kebutuhan zat pakannya. Pemberian pakan harus

(23)

disesuaikan dengan kebutuhan ternak karena kebutuhan zat pakan dan jumlah konsumsi yang berlebihan dapat menyebabkan pertambahan bobot badan tidak maksimal.

Dalam menyusun pakan ternak ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu tersedianya bahan baku yang akan digunakan, kandungan zat – zat makanan dari bahan baku tersebut dan kebutuhan zat makanannya. Pemberian pakan harus disesuaikan dengan kebutuhan ternak karena kebutuhan zat makanan dan jumlah konsumsi yang berlebihan dapat menyebabkan pertambahan bobot badan tidak maksimal.

Gambar 6. Pengukuran Berat Badan Sapi

4.5. Pemeliharaan Ternak

a. Pemeliharaan Pedet

Anak sapi (pedet) dapat berdiri kurang dari 30 menit setelah dilahirkan. Anak sapi yang sudah berdiri hendaknya langsung diarahkan untuk segera mencari puting susu induknya agar segera dapat memperoleh colostrum.

(24)

Colostrum adalah susu pertama yang dikeluarkan oleh sapi induk yang baru melahirkan.

Pemeliharaan pedet di Peternakan milik Bapak Holiansyah tidak memiliki perlakuan khusus pada pedet. Setelah dilahirkan, pedet mendapatkan colostrum langsung dari induknya tanpa adanya batasan pemberian.

Setelah dilahirkan seharusnya pedet disapih dan dipisahkan dari induknya. Akan tetapi, di Peternakan milik Bapak Holiansyah pedet tidak mendapat perlakuan khusus seperti dipisah di kandang khusus masa sapih serta mendapat pakan yang berkualitas tinggi. Pedet hanya dipelihara dengan cara melepas bebas pedet di area kandang pemeliharaan. Pedet memperoleh makanan hanya dengan menyusu pada induk dan makan hijauan mengikuti induknya.

b. Pemeliharaan Ternak Dewasa

Di Peternakan milik Bapak Holiansyah sapi yang dipelihara tidak hanya sapi pejantan, tetapi juga memelihara sapi betina. Sapi jantan dipelihara di kandang yang sama. Sapi dipelihara dengan sistem intensif (kreman), yaitu ternak dipelihara secara terus menerus sampai saat dipanen, kebutuhan sapi disuplai oleh peternak termasuk pakan dan minum.

Keberhasilan usaha pembibitan sapi potong salah satunya ditentukan oleh keberhasilan reproduksi. Apabila pengelolaan reproduksi ternak dilakukan dengan tepat maka akan menghasilkan kinerja reproduksi yang baik yaitu peningkatan angka kebuntingan dan jumlah kelahiran pedet. Perkawinan pada sapi potong bias dilakukan secara alami maupun kawin suntik (Inseminasi Buatan,IB).

(25)

Di peternakan milik Bapak Holiansyah, perkawinan sapi dilakukan dengan cara IB (Inseminansi Buatan). Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (spermatozoa atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut ‘insemination gun‘.

Keberhasilan dalam IB sangat dipengaruhi oleh keterampilan inseminator ketika menginseminasikan semen pada induk yang sedang birahi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam IB adalah pengambilan semen dari pejantan, penanganan semen beku dalam container, cara Thawing dan waktu IB, serta pelaksanaan IB di lapang.

Oleh karena itu untuk meningkatkan kinerja reproduksi ternak diperlukan manajemen reproduksi yang tepat antara lain :

 Pengamatan birahi dan waktu kawin,  Pola perkawinan yang tepat,

 Deteksi kebuntingan, dan  Penanganan kelahiran.

Sebelum melakukan IB (Inseminasi Buatan) pada sapi, alangkah lebih baiknya jika peternak terlebih dahulu mengetahui tanda-tanda sapi yang sedang birahi. Deteksi birahi yang dilakukan di lokasi praktek budidaya berdasarkan pada tanda-tanda sapi birahi secara umum, yaitu sapi gelisah, nafsu makan turun, menaiki sapi yang lain, vulva bengkak dan keluar lendir.

(26)

Gambar 7. Inseminasi Buatan (IB) oleh Dokter Hewan

Indikasi keberhasilan perkawinan dengan cara Inseminasi Buatan pada ternak adalah terjadinya kebuntingan pada indukan yang telah dikawinkan. Kebuntingan dapat dilihat dari tidak munculnya birahi pada ternak setelah dikawinkan. Jika birahi muncul kembali maka tidak terjadi kebuntingan dan akan dilakukan perkawinan kembali.

4.6. Pengendalian Penyakit

Pencegahan dan pengendalian penyakit di peternakan milik Bapak Holiansyah adalah dengan cara menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, mengusahakan lantai kandang selalu dalam keadaan kering, serta pemberian vitamin dan antibiotik pada ternak. Penyakit yang umum menyerang sapi adalah cacingan dan kutu. Hal ini disebabkan karena sapi yang jarang dimandikan. Lingkungan kandang yang bersih akan memberikan jaminan hidup yang sehat dan nyaman, sehingga pertumbuhan ternak bisa optimal. Hal ini disebabkan sapi

(27)

jarang dimandikan. Lingkungan kandang yang bersih akan memberikan jaminan hidup yang sehat dan nyaman, sehingga pertumbuhan ternak bisa optimal.

Gambar 8. Pengendalian dan Pencegahan Penyakit

Pemberian vaksin tidak dilakukan pada sapi penggemukan yang dipelihara di lokasi praktek budidaya ternak, dan hanya di berikan vitamin ataupun antibiotik apabila terjadi gejala penyakit. Pemberian vitamin ataupun antibiotik dilakukan oleh petugas kesehatan ternak setempat.

Di peternakan milik Bapak Holiansyah, pembersihan kandang sapi dilakukan dua kali sehari. Yaitu pada pagi hari jam 07.00 WIB dan sore hari jam 15.00 WIB. Pembersihan kandang meliputi pembersihan tempat pakan, lantai kandang, pembakaran sampah (sisa-sisa pakan) dan lingkungan sekitar kandang. Kotoran ternak hanya digunakan sebagai pupuk kandang, karena untuk pembuatan biogas lingkungan dan alat tidak memadai.

(28)

Untuk tindak pencegahan yaitu : kondisi kandang selalu bersih, isolasi sapi yang di duga kena penyakit agar tidak menular ke sapi yang lain, mengadakan tes kesehatan, khususnya penyakit Brucellosis dan Tuberculosis, desinfektan kandang dan peralatan dan vaksinasi teratur.

Usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan sapi adalah : pemanfaatan kandang karantina, menjaga kebersihan sapi bakalan dan kandangnya serta vaksinasi untuk bakalan baru.

4.7. Penjualan Ternak

Pemasaran adalah proses kegiatan atau aktivitas menyalurkan produk dari produsen ke konsumen. Harga jual harus mengikuti harga pasar yang berlaku.

Gambar 9. Pemotongan Sapi di RPH dan penjualan daging sapi di pasar tradisional.

Di peternakan milik Bapak Holiansyah peternak memasarkan secara langsung ke konsumen dalam bentuk daging di pasar ecer tradisional daerah

(29)

Singkawang. Ternak disembelih di Rumah Pemotongan Hewan setempat yang telah melalui pemeriksaan oleh Dokter hewan.

V. Setiap harinya Bapak Holiansyah menyembelih 1-2 ekor ternak sapi potong untuk memenuhi kebutuhan daging di daerah Singkawang, khususnya Singkawang Tengah. Penjualan dalam bentuk ternak hidup di

lokasi praktek budidaya tidak dilakukan oleh Bapak Holiansyah selaku pemilik peternakan.

(30)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Tatalaksana pemeliharaan sapi potong di Peternakan sapi potong milik Bapak Holiansyah Pasar Baru Kec. Singkawang Tengah, Kalimantan Barat dapat dikatakan baik, namun demikian perlu adanya beberapa perbaikan. Terutama dalam kontruksi bangunan kandang, pemberian pakan dan jumlah pakan yang diberikan untuk per ekor sapi agar sapi yang dipelihara dapat mencapai bobot badan yang diinginkan. Pemilihan sapi bakalan juga sudah cukup baik karena pemilihan bibit memiliki unsur genetik dan pertumbuhan berat badan yang baik. Pencegahan penyakit serta pengobatannya yang baik, penanganan limbah ternak lebih diperhatikan sehingga dapat memiliki nilai tambah. Pemasaran hasil ternaknya telah mengikuti standar dengan mengikuti beberapa aturan penyembelihan yang baik dan pemeriksaan kesehatan ternak yang dilakukan oleh dokter hewan sehingga daging yang di peroleh memenuhi standar ASUH ( Aman, Sehat, Utuh dan Halal).

5.2. Saran

Adapun saran yang penulis dapat berikan adalah :

 Untuk lebih memperhatikan dalam pembuatan kandang, bahan serta kontruksi kandang sesuai dengan syarat pembuatan kandang agar ternak dapat hidup dengan nyaman dan mudah dalam pembersihan.

(31)

 Sanitasi ternak, kandang dan penambahan peralatan dan pengendalian penyakit lebih ditingkatkan terutama dalam hal rutinitas memandikan ternak.

 Sebaiknya limbah tidak hanya di biarkan menumpuk perlu adanya pengolahan limbah kotoran ternak agar dapat nilai tambah dalam usaha peternakan.

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2015. Letak Geografis Menurut Lintang dan Bujur Singkawang.

E. Rianto dan E. Prabowati, 2013. Panduan Lengkap Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta

Hadi, P.U. dan N. Ilham. 2009. Problem dan Prospek Pengembangan Usaha Sapi Potong di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian.

Prabowo, A. 2007. Budidaya Penggemukan Sapi Potong dengan Nutrisi Organik. Http://kab.merauke.go.id/index.php?option=com_content&task =view&id=61&Itemid=9 Di akses tanggal 09 Desember 2015 Rasyid. 2007. Sapi Potong Lokal. Edisi Revisi. Penebar swadaya. Jakarta.

Santosa, U. 2009. Mengelola Peternakan Sapi Secara Profesional. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Umiyasih. U. dan Y.N. anggraeny (2007). Petunjuk Praktis Ransum Seimbang, Strategi Pakan Pada Sapi Potong. Badan Penelitian dan Pengembngan Peternakan. Departement Pendidikan. Jakarta.

(33)

Keterangan :

Nomor 1 = atap kandang 4 m x 2 2 = tinggi kandang 2 m

3 = tinggi kandang bagian depan 1,86 m 4 = lebar tempat pakan 86 cm

5 = lebar jalur untuk jalan 1 m 6 = tinggi tempat pakan 0,70 m 7 = lebar kandang 7 m

8 = lebar kandang setiap stall 3 m 9 = dalam tempat pakan/minum 0,5 m

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Bentuk kandang

Gambar 10. Kandang tampak dari depan

(34)

Keterangan :

Nomor 1 = lebar kandang 7 m 2 = panjang kandang 12 m 3 = lebar jalur untuk jalan 1, m 4 = lebar tempat sapi 2 m

5 = panjang setiap tiang ke tiang 1 m ( diisi 1 ekor sapi) 6 = tempat penyimpanan konsentrat

7 = Tempat penyimpanan peralatan

8 = Tong tempat penampungan air

Gambar 11. Kandang tampak atas

6 7 8 2 3 4 5 1

(35)

Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan

Gambar 12. Pengukuran sapi

Gambar 13. Pembersihan kandang dan pakan sisa

(36)

lampiran 3. Data Tabel dan Perhitungannya

Tabel 2. Data rata-rata bobot badan sapi (sampel 4 ekor)

No. Jenis Sapi Panjang Badan (cm) Lingkar Dada (cm) Bobot Badan (kg) 1 Limosin 160 206 519,84 2 Madura 107 144 275,56 3 Bali 135 182 416,16 4 Simental 146 190 449,44 rata- rata 137 180,5 415,25

A. Perhitungan Berat Badan

Penghitungan menggunakan rumus Schoorl denmark

= BB = (LD+22)^2/100

Contoh : BB = (206+22)^2/100

= (228)^2/100

= (51984)/100

= 519,84 kg

Rata-rata = (Bobot badan total)/jumlah data

= (519,84+275,56+416,16+449,44+...)/4

= (1661)/4

(37)

B. Perhitungan Kebutuhan Pakan Hijauan

Kebutuhan pakan hijauan per hari adalah 10% dari rata-rata bobot badan Sapi Limausin, Sapi Madura, Sapi Bali, dan Sapi Simental :

 Kebutuhan hijauan Sapi Limausin = 10/100* rata-rata bobot badan = 10/100*519,84

= 51,984 kg

 Kebutuhan hijauan Sapi Madura = 10/100* rata-rata bobot badan = 10/100*275,56

= 27,556 kg

 kebutuhan hijauan Sapi Bali = 10/100* rata-rata bobot badan = 10/100*416,16

= 41,616 kg

 kebutuhan hijauan Sapi Bali = 10/100* rata-rata bobot badan = 10/100*449,44

= 44,944 kg

Jadi total kebutuhan hijauan dari ke empat jenis sapi di atas ialah 166,1 kg  Kebutuhan hijauan = 10/100* rata-rata bobot badan

(38)

C. Perhitungan Kebutuhan Pakan Konsentrat

Kebutuhan pakan konsentrat per hari adalah 2% dari rata-rata bobot badan Sapi Limausin, Sapi Madura, Sapi Bali, dan Sapi Simental :

 Kebutuhan konsentrat sapi Limosin = 2/100* bobot badan = 2/100*519,84

= 10,39 kg

 Kebutuhan konsentrat sapi Maduara = 2/100* rata-rata bobot badan = 2/100*275,56

= 5,51 kg

 Kebutuhan konsentrat sapi Bali = 2/100* rata-rata bobot badan = 2/100*416,16

= 8,32 kg

 Kebutuhan konsentrat sapi Simental = 2/100* rata-rata bobot badan = 2/100*449,44

(39)

 Pemberian konsentrat rata-rata : Bungkil Kelapa = 5 kg Ampas Kecap = 0,75 kg

Total = 5,75 kg

 Prosentase = 5,75/415,25*100 = 1,38 %

Tabel 3. Hasil Perhitungan kebutuhan Hijauan dan Konsentrat Sapi Potong.

No. Jenis Sapi

Bobot Badan (kg) Kebutuhan pakan hijauan (kg) Kebutuhan pakan konsentrat (kg) 1 Limosin 519,84 51,984 10,39 2 Madura 275,56 27,556 5,51 3 Bali 416,16 41,616 8,32 4 Simental 449,44 44,944 8,98

Tabel 4. Data populasi sapi di kandang

Jenis Sapi Jenis

Kelamin Jumlah Prosentase (%)

Bali Jantan 5 25 Bali Betina 2 10 Limosin Jantan 2 10 Madura Jantan 5 25 Madura Betina 3 15 Simental Jantan 3 15 Total 20 100

(40)

Tabel 5. Daftar hijauan yang di berikan

Hari jenis hijauan

1 rumput lapang 2 rumput lapang 3 rumput lapang 4 rumput lapang 5 rumput lapang 6 rumput lapang 7 rumput lapang 8 rumput lapang 9 rumput lapang 10 rumput lapang 11 rumput lapang 12 rumput lapang 13 rumput lapang 14 rumput lapang

Tabel 6. Daftar Konsentrat yang di berikan

Hari Jenis Hijauan

1 Bungkil Kelapa + Ampas Kecap 2 Bungkil Kelapa + Ampas Kecap 3 Bungkil Kelapa + Ampas Kecap 4 Bungkil Kelapa + Ampas Kecap 5 Bungkil Kelapa + Ampas Kecap 6 Bungkil Kelapa + Ampas Kecap 7 Bungkil Kelapa + Ampas Kecap 8 Bungkil Kelapa + Ampas Kecap 9 Bungkil Kelapa + Ampas Kecap 10 Bungkil Kelapa + Ampas Kecap 11 Bungkil Kelapa + Ampas Kecap 12 Bungkil Kelapa + Ampas Kecap 13 Bungkil Kelapa + Ampas Kecap 14 Bungkil Kelapa + Ampas Kecap

(41)

Lampiran 4. Daftar Kegiatan Lapang

Tabel 7. Daftar Kegiatan Lapang setiap harinya

JAM KEGIATAN KETERANGAN

06.00-06.30 Pembersihan kandang

dan peralatan

Lantai dibersihkan dari kotoran serta peralatan dicuci dengan air hingga bersih, lingkungan sekitar kandang dibersihkan dari sisa-sisa rumput atau kotoran lainnya.

09.00-09.30 Pengangkutan rumput rumput lapang

diangkut ke lokasi pemeliharaan sapi potong dengan transportasi pick up.

09.30-10.00 Pemberian pakan Hijauan ± 20 kg,

14.00-15.00 Pemberian pakan Bungkil kelapa ± 5

kg, ampas kecap ± 0,75 kg (untuk bungkil kelapa dan

ampas kecap

dicampurkan dengan air minum)

15.00-15.30 Pemberian pakan Hijauan ± 20 kg

15.30-16.00 Pembersihan kandang

dan peralatan

Lingkungan sekitar kandang dari kotoran, membakar kotoran atau sampah untuk pengasapan sekitar

kandang dan

peralatan dicuci dengan air hingga bersih

Gambar

Gambar 1. Keadaan umum lokasi
Gambar 2. Kandang tipe ganda berhadapan (head to head)
Gambar 3. Pengukuran kandang  4.3.  Pemilihan Bibit
Gambar 4. Pemilihan bibit sapi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Program peningkatan kesehatan keluarga yang dilakukan dengan memberikan saran mengenai pola hidup bersih dan sehat serta menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat

Usaha penggemukan sapi potong pada prinsipnya adalah pemeliharaan sapi bakalan dalam suatu kandang yang disediakan peternak supaya terlindungi dari gangguan luar

Kegiatan jumat bersih ini berjalan dengan lancar dengan sebagai mana mestinya. Kegiatan ini bertujuan untuk dapat menjaga lingkungan sekolah agar tetap asri. dan

Kegiatan jumat bersih ini berjalan dengan lancar dengan sebagai mana mestinya. Kegiatan ini bertujuan untuk dapat menjaga lingkungan sekolah agar tetap asri dan

Kegiatan pengawasan sanitasi pesawat dilakukan dengan melakukan uji petik pesawat di lingkungan bandara yang diinspeksi dengan melihat kondisi sanitasi pesawat

melakukan tindakan pencegahan sedini mung- kin (promosi kesehatan) terhadap kejadian diare pada balita agar selalu menjaga kebersihan rumah agar tetap bersih, pemberian

Kegiatan penanggulangan sampah yang dilakukan bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang bersih dan tetap menjaga keindahan lingkungan sehingga menjadikan

Pencegahan yang dapat dilakukan tehadap parasit cacing adalah dengan menjaga lingkungan disekitar kandang tetap kering, binatang seperti siput dan cacing tanah harus