• Tidak ada hasil yang ditemukan

Limfoma non hodgkin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Limfoma non hodgkin"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

DEFINISI DEFINISI

Limfoma Non-Hodgkin adalah sekelompok keganasan (

Limfoma Non-Hodgkin adalah sekelompok keganasan (kanker kanker ) yang berasal dari s) yang berasal dari sistem kelenjar istem kelenjar  getah bening dan biasanya menyebar ke seluruh tubuh. Limfoma Non-Hodgkin. Dari

getah bening dan biasanya menyebar ke seluruh tubuh. Limfoma Non-Hodgkin. Dari

pemeriksaan fisik, dokter akan menemukan pembesaran kelenjar getah bening. Pemeriksaan pemeriksaan fisik, dokter akan menemukan pembesaran kelenjar getah bening. Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk melihat kemungkinan penyakit infeksi (juga dapat menyebabkan laboratorium diperlukan untuk melihat kemungkinan penyakit infeksi (juga dapat menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening). Diagnosis dibuktikan dengan biposi kelenjar getah bening pembesaran kelenjar getah bening). Diagnosis dibuktikan dengan biposi kelenjar getah bening yang membesar. Pemeriksaan penunjang lainnya adalah rontgen, CT-scan, PET-scan, dan biopsi yang membesar. Pemeriksaan penunjang lainnya adalah rontgen, CT-scan, PET-scan, dan biopsi sumsum tulang mungkin diperlukan untuk melihat apakah penyakit ini telah menyebar ke

sumsum tulang mungkin diperlukan untuk melihat apakah penyakit ini telah menyebar ke sumsum tulang. Limfoma non-Hodgkin terdiri dari 30 t

sumsum tulang. Limfoma non-Hodgkin terdiri dari 30 t ipe. Pemeriksaan laboratoriumipe. Pemeriksaan laboratorium immunophenotyping dapat membedakan limfoma non-Hodgkin jenis sel B atau sel T. immunophenotyping dapat membedakan limfoma non-Hodgkin jenis sel B atau sel T. Limfoma Hodgkin diklasifikaskan menjadi 4 stadium

Limfoma Hodgkin diklasifikaskan menjadi 4 stadium menurut tingkat keparahannya :menurut tingkat keparahannya : - Stadium I : Limfoma hany melibatkan satu

- Stadium I : Limfoma hany melibatkan satu daerah kelenjar getah bening saja.daerah kelenjar getah bening saja.

- Stadium II : Limfome melibatkan 2 atau 3 kelenjar getah bening setempat yang berdekatan. - Stadium II : Limfome melibatkan 2 atau 3 kelenjar getah bening setempat yang berdekatan. - Stadium III : Limfoma melibatkan beberapa daerah kelenjar getah bening di leher, dada, dan - Stadium III : Limfoma melibatkan beberapa daerah kelenjar getah bening di leher, dada, dan abdomen.

abdomen.

- Stadium IV : limfoma menyebar di kelenjar getah bening dan bagian tubuh lainnya, seperti - Stadium IV : limfoma menyebar di kelenjar getah bening dan bagian tubuh lainnya, seperti paru, liver, atau tulang.

paru, liver, atau tulang. Terapi

Terapi

Limfoma ditangani oleh dokter spesialis hematologi-onkologi dan mungkin dirujuk ke dokter  Limfoma ditangani oleh dokter spesialis hematologi-onkologi dan mungkin dirujuk ke dokter  spesialis lainnya jika dibutuhkan.

spesialis lainnya jika dibutuhkan. Limfoma Hodgkin. Terapi penyak

Limfoma Hodgkin. Terapi penyakit ini tergantung beberapa faktor, seperti stadium penyakit,it ini tergantung beberapa faktor, seperti stadium penyakit, umlah dan daerah mana saja kelenjar getah bening yang terlibat, usia, gejala yang dirasakan, umlah dan daerah mana saja kelenjar getah bening yang terlibat, usia, gejala yang dirasakan, hamil/tidak, dan status kesehatan secara umum. Tujuan terapi adalah menghancurkan sel kanker  hamil/tidak, dan status kesehatan secara umum. Tujuan terapi adalah menghancurkan sel kanker  sebanyak mungkin dan mencapai remisi. Dengan penanganan yang optimal, sekitar 95% pasien sebanyak mungkin dan mencapai remisi. Dengan penanganan yang optimal, sekitar 95% pasien limf

limfoma Hooma Hodgkin stadium I atau II dgkin stadium I atau II dapat bertahan hidup hingga 5 tahun atdapat bertahan hidup hingga 5 tahun atau lebih. Jika penyakitau lebih. Jika penyakit ini sudah meluas, maka angka ketahanan hdup 5 tahun sebesar 60-70%. Pilihan terapinya adalah ini sudah meluas, maka angka ketahanan hdup 5 tahun sebesar 60-70%. Pilihan terapinya adalah ::

§ Radiasi. Terapi radiasi diberikan jika penyakit

§ Radiasi. Terapi radiasi diberikan jika penyakit ini hanya melibatkan area tubuh tertini hanya melibatkan area tubuh tertentu saja.entu saja. Terapi radiasi dapat diberikan sebagai terapi tunggal, namun umumnya diberikan bersamaan Terapi radiasi dapat diberikan sebagai terapi tunggal, namun umumnya diberikan bersamaan dengan kemoterapi. Jika setelah rad

dengan kemoterapi. Jika setelah rad iasi penyakit kembali kambuh, maka diperlukan kemoterapi.iasi penyakit kembali kambuh, maka diperlukan kemoterapi. Beberapa jenis terapi radiasi dapat

(2)

kanker payudara atau kanker paru, terutama jika pasien berusia 55 tahun. - Ada keluarga yang menderita penyakit ini

- Jenis kelamin laki-laki

- Infeksi virus Epstein-Barr atau human T-cell lymphocytotropic virus (HTLV). HTLV menyebabkan limfoma sel T (T-cell lymphoma).

- Sistem kekebalan tubuh yang menurun, seperti pada penderita HIV/AIDS atau yang mendapat terapi imunosupresan.

Faktor risiko limfoma non-Hodgkin :

- Usia. Limfoma non-Hodgkin bisa terjadi pada usia berapa saja, namun tersering ditemukan pada usia 60-an.

- Sistem pertahanan tubuh yang menurun (imunosupresan), seperti yang telah menjalani transplantasi organ.

- Infeksi. Infeksi yang berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit ini adalah infeksi HIV. Infeksi malaria dan virus Epstein-Barr berhubungan dengan peningkatan risiko timbulnya

limfoma jenis Burkitt. Selain itu, infeksi Helicobacter pylori juga dapat meningkatkan risiko peyakit ini.

- Bahan kimia seperti pestisida atau herbsida.

Lebih lengkap disini: LIMFOMA | kumpulan askep askeb | download KTI Skripsi | asuhan keperawatan kebidanan

http://terselubung.cz.cc/

Beberapa dari limfoma ini berkembang sangat lambat (dalam beberapa tahun), sedangkan yang lainnya menyebar dengan cepat (dalam beberapa bulan).

Penyakit ini lebih sering terjadi dibandingkan denganpenyakit Hodgkin. PENYEBAB

Penyebabnya tidak diketahui, tetapi bukti-bukti menunjukkan adanya hubungan dengan virus yang masih belum dapat dikenali.

Sejenis limfoma non-Hodgkin yang berkembang dengan cepat berhubungan dengan infeksi karenaHTLV-I (human T-cell lymphotropic virus type I ), yaitu suatu retrovirusyang fungsinya menyerupaiHIV penyebabAIDS .

(3)

Limfoma non-Hodgkin juga bisa merupakan komplikasi dariAIDS . GEJALA

Gejala awal yang dapat dikenali adalah pembesaran kelenjar getah bening di suatu tempat (misalnya leher atau selangkangan) atau di seluruh tubuh.

Kelenjar membesar secara perlahan dan biasanya tidak menyebabkan nyeri.

Kadang pembesstsn kelenjar getah bening ditonsil (amandel) menyebabkan gangguan menelan. Pembesaran kelenjar getah bening jauh di dalam dada atau perut bisa menekan berbagai organ dan menyebabkan:

- gangguan pernafasan

- berkurangnya nafsu makan - sembelit berat

- nyeri perut

- pembengkakan tungkai.

Jika limfoma menyebar ke dalam darah bisa terjadileukemia. Limfoma dan leukemia memiliki banyak kemiripan.

Limfoma non-Hodgkin lebih mungkin menyebar ke sumsum tulang, saluran pencernaan dan kulit.

Pada anak-anak, gejala awalnya adalah masuknya sel-sel limfoma ke dalam sumsum tulang, darah, kulit, usus, otak dan tulang belakang; bukan pembesaran kelenjar getah bening.

Masulknya sel limfoma ini menyebabkananmeia, ruam kulit dan gejala neurologis (misalnya kelemahan dan sensasi yang abnormal).

Biasanya yang membesar adalah kelenjar getah bening di dalam, yang menyebabkan: - pengumpulan cairan di sekitar paru-paru sehingga timbul sesak nafas

- penekanan usus sehingga terjadi penurunan nafsu makan atau muntah - penyumbatan kelenjar getah bening sehingga terjadi penumpukan cairan.

Gejala Limfoma Non-Hodgkin

Gejala Penyebab Kemungkinan

timbulnya gejala Gangguan pernafasan

Pembengkakan wajah

Pembesaran kelenjar getah bening di

dada 20-30%

Hilang nafsu makan Sembelit berat

Nyeri perut atau perut kembung

Pembesaran kelenjar getah bening di

perut 30-40%

Pembengkakan tungkai Penyumbatan pembuluh getah bening di

selangkangan atau perut 10%

(4)

Diare

Malabsorbsi

Pengumpulan cairan di sekitar paru-paru

(efusi pleura)

Penyumbatan pembuluh getah bening di

dalam dada 20-30%

Daerah kehitaman dan menebal di kulit yang terasa gatal

Penyebaran limfoma ke kulit 10-20% Penurunan berat badan

Demam

Keringat di malam hari

Penyebaran limfoma ke seluruh tubuh 50-60%

Anemia

(berkurangnya jumlah sel darah merah)

Perdarahan ke dalam saluran pencernaan Penghancuran sel darah merah oleh limpa yang membesar & terlalu aktif  Penghancuran sel darah merah oleh antibodi abnormal (anemia hemolitik ) Penghancuran sumsum tulang karena penyebaran limfoma

Ketidakmampuan sumsum tulang untuk  menghasilkan sejumlah sel darah merah karena obat atau terapi penyinaran

30%, pada akhirnya bisa mencapai 100%

Mudah terinfeksi oleh bakteri

Penyebaran ke sumsum tulang dan kelenjar getah bening, menyebabkan berkurangnya pembentukan antibodi

20-30% DIAGNOSA

Harus dilakukanbiopsidari kelenjar getah bening untuk menegakkan diagnosis limfoma non-Hodgkin dan membedakannya dari penyakit non-Hodgkin atau penyakit lainnya yang menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening.

Menentukan stadium limfoma non-Hodgkin.

Limfoma non-Hodgkin dikelompokkan berdasarkan tampilan mikroskopik dari kelenjar getah bening dan jenis limfositnya (limfosit T atau limfosit B).

Salah satu dari pengelompokkan yang digunakan menghubungkan jenis sel dan prognosisnya: - Limfoma tingkat rendah, memiliki prognosis yang ba ik 

- Limfoma tingkat menengah, memiliki prognosis yang seda ng - Limfoma tingkat tinggi, memiliki prognosis yang buruk.

Pada saat terdiagnosis, biasanya limfoma non-Hodgkin sudah menyebar luas; hanya sekitar 10-30% yang masih terlokalisir (hanya mengenai salah satu bagian tubuh).

Untuk menentukan luasnya penyakit dan banyaknya jaringan limfoma, biasanya dilakukanC T  scanperut dan panggul atau dilakukanskening gallium.

PENGOBATAN

Beberapa penderit bisa mengalami kesembuhan total, sedangkan penderita lainnya harus menjalani pengobatan seumur hidupnya.

(5)

limfoma dan stadkum penyakit pada saat pengobatan dimulai.

Biasanya jenis yang berasal dari limfosit T tidak memberikan respon sebaik limfosit B. Angka kesembuhan juga menurun pada:

- penderita yang berusia diatas 60 tahun

- limfoma yang sudah menyebar ke seluruh tubuh

- penderita yang memiliki tumor (pengumpulan sel-sel limfoma) yang besar 

- penderita yang fungsinya dibatasi oleh kelemahan yang berat dan ketidakmampuan bergerak. Penderita pada stadium awal (stadium I dan II) seringkali diobati dengan terapi penyinaran yang terbatas pada sisi limfoma dan daerah di sekitarnya.

Terapi penyinaran biasanya tidak menyembuhkan limfoma tingkat rendah, tetapi dapat memperpanjang harapan hidup penderita sampai 5-8 tahun.

Terapi penyinaran pada limfoma tingkat menengah biasanya akan memperpanjang harapan hidup penderita sampai 2-5 tahun, sedangkan pada limfoma tingkat tinggi hanya 6 bulan sampai 1

tahun.

Jika dimulai sesegera mungkin, pemberian kemoterapi dengan atau tanpa terapi penyinaran pada limfoma tingkat menengah dan tingkat tinggi, bisa menyembuhkan lebih dari separuh

penderitanya.

Sebagian besar penderita sudah mencapai stadium lanjut (stadium III dan IV) pada saat penyakitnya terdiagnosis.

Penderita limfoma tingkat rendah mungkin tidak memerlukan pengobatan segera, tetapi harus menjalani pemeriksaan sesering mungkin untuk meyakinkan bahwa penyakitnya tidak  menyebabkan komplikasi yang serius.

Kemoterapi dilakukan pada penderita limfoma tingkat menengah.

Penderita limfoma tingkat tinggi memerlukan kemoterapi intensif segera karena pe nyakit ini tumbuh dengan cepat.

Tersedia beberapa sediaan kemoterapi yang sangat efektif.

Obat kemoterapi bisa diberikan tunggal (untuk limfoma tingkat rendah) atau dalam bentuk  kombinasi (untuk limfoma tingkat menengah dan t ingkat tinggi).

Pemberian kemoterapi disertai faktor pertumbuhan dan pen cangkokan sumsum tulang masih dalam tahap penelitian.

Pengobatan baru yang masih dalam penelitian adalahantibodi monoklonal yang telah digabungkan dengan racun, yang memiliki bahan racun (misalnya senyawa radioaktif atau protein tanaman yang disebutrisin), yang menempel di antibodi tersebut.

Antibodi ini secara khusus akan menempel pada sel-sel limfoma dan melepaskan bahan racunnya, yang selanjutnya akan membunuh sel-sel limfoma tersebut.

Pada pencangkokan sumsum tu lang, sumsum tulang diangkat dari penderita (dan sel limfomanya dibuang) atau dari donor yang sesuai dan dicangkokkan ke penderita.

(6)

dosis tinggi, sehingga penyembuhan berlangsung lebih cepat.

Pencangkokan sumsum tulang paling efektif dilakukan pada penderita yang berusia dibawah 55 tahun dan bisa menyembuhkan sekitar 30-50% penderita yang tidak menunjukkan perbaikan terhadap pemberian kemoterapi.

Tetapi pencangkokan sumsum tulang memiliki resiko, sekitar 5% penderita meninggal karena infeksi pada minggu pertama, sebelum sumsum tu lang membaik dan bisa menghasilkan sel darah putih yang cukup untuk melawan infeksi.

Pencangkokan sumsum tulang juga sedang dicoba dilakukan pada penderita yang pada awalnya memberikan respon yang baik terhadap kemoterapi tetapi memiliki resiko tinggi terjadinya kekambuhan.

ombinasi sediaan kemoterapi pada Limfoma Non-Hodgkin.

Sediaan Obat Keterangan

Obat tunggal Klorambusil Siklofosfamid

Digunakan pada limfoma tingkat rendah untuk  mengurangi ukuran kelenjar getah bening & untuk mengurangi gejala

CVP (COP)

Siklofosfamid Vinkristin (onkovin) Prednison

Digunakan pada limfoma tingkat rendah & beberapa limfoma tingkat menengah untuk  mengurangi ukuran kelenjar getah bening & untuk mengurangi gejala

Memberikan respon yang lebih cepat dibandingkan dengan obat tunggal

CHOP Siklofosfamid Doksorubisin (adriamisin) Vinkristin (onkovin) Prednison

Digunakan pada limfoma tingkat menengah & beberapa limfoma tingkat tinggi

C-MOPP Siklofosfamid Vinkristin (onkovin) Prokarbazin Prednison

Digunakan pada limfoma tingkat menengah & beberapa limfoma tingkat tinggi

Juga digunakan pada penderita yang memiliki kelainan jantung & tidak dapat mentoleransi doksorubisin M-BACOD Metotreksat Bleomisin Doksorubisin (adriamisin) Siklofosfamid Vinkristin (onkovin) Deksametason

Memiliki efek racun yg lebih besar dari CHOP & memerlukan pemantauan ketat terhadap fungsi paru-paru & ginjal

Kelebihan lainnya menyerupai CHOP

ProMACE/CytaBOM

Prokarbazin Metotreksat Doksorubisin (adriamisin)

Sediaan ProMACE bergantian dengan CytaBOM

(7)

Siklofosfamid Etoposid bergantian dengan Sitarabin Bleomisin Vinkristin (onkovin) Metotreksat MACOP-B Metotreksat Doksorubisin (adriamisin) Siklofosfamid Vinkristin (onkovin) Prednison Bleomisin

Kelebihan utama adalah waktu pengobatan (hanya 12 minggu)

Kelebihan lainnya menyerupai CHOP

PENDAHULUAN

Limfoma malignum merupakan salah satu di antara 10 jenis kanker yang tersering ditemukan di Indonesia. Kanker dibagi atas dua kelompok besar yaitu a) penyak:it Hodgkin, b) limfoma non-Hodgk in. Penyakit Hodgkin jarang ditemukan di Indonesia karena itu pada kesempatan ini akan dibahas limfoma non-Hodgkin saja.

Karena termasuk salah satu di antara sekitar 10 jenis kanker  yang dapat disembuhkan maka limfoma non-Hodgkin perlu dikenali oleh dokter yang bertugas di fasilitas kesehatan terdepan agar dapat dirujuk pada stadium yang dini ke rumah sakit dengan fasilitas yang memungkinkan penatalaksanaan penderita.

Limfoma non-Hodgkin adalah kanker dari kelenjar getah

bening karena itu mudah menjalar ke tempat-tempat lain disebabkan kelenjar getah bening dihubungkan satu dengan yang

lain oleh saluran-saluran getah bening.

Menurut golongan histologisnya limfoma dibagi atas 3 kelompok  besar yaitu :

LNH derajat keganasan rendah LNH derajat keganasan menengah LNH derajat keganasan tinggi

LNH derajat keganasan rendah tidak harus diobati sedangkan LNH derajat keganasan mencngah dan tinggi harus segera diobati karena dapat menimbulkan kematian dalam beberapa bulan saja. Karena itu pcncntuan golongan histologis dan stadium penyakit merupakan hal yang tcrpcnting dalam penatalaksanaan

(8)

GEJALALINILIMFOMA NON-HODGIN DEWASA Sekitar 50% pcndcrita LNH yang berobat di Subbagian

Hematologi-Onkotogi Medik Bagian Itmu Penyakit Dalam FKUIDibacakan pada: Simposium Lekemia dan Limfoma Malignum, Padang, 25 Juli

1992

RSCM berusia antara 40 sampai 60 tahun. Tidak ada perbedaan berarti antara jumlah penderita yang berusia an tara 40 sampai 50 tahun dan yang berusia antara 50 sampai 60 tahun. Pria lebih sering dijangkiti penyakit ini bila dibandingkan de ngan wanita, yaitu 1,7 kali lebih sering. Perbandingan antara pria dan wanita yang terlihat di Jakarta sesuai dengan apa yang terlihat pada orang Barat.

Tempat jangkitan pertama penyakit ini adalah seperti terlihat dari namanya, tentu saja kelenjar getah bening, yaitu pada

sekitar 73%. Pada 53% penderita yang berobat di FKUI-RSCM, penyakit ini mulai pada kelenjar Idler, pada 16% mulai pada

kelen jar getah bening inguinal, dan 4% mulai pada kelenjar getah baling aksila. Pada 19,0% penderita penyakit ini mulai pada

jaringan limfoid di luar kelenjar getah bcning yaitu 9% pada cincin Waldeyer, 10% pada traktus gastrointestinal (jejas

Peycri). Hanya pada 8% penyakit ini mulai pada jaringan nonlimfoid (jaringan orbita, tulang dan lain-lain).

Dalam perjalanan penyakit penderita, metastasis pada daerah intratorakal timbul pada 12,6% penderita, pembcsaran limpa tcrjadi pada 10,7%, metastasis tulang terjadi pada 8%. Pada 26,5% penderita, ukuran diameter sudah melebihi 10 cm. Lima puluh dclapan pencil (58%) pendcrita tidak dapat lagi mengerjakan pckerjaan schari-harinya dan harus berada di tempat tidur 

selama 50% dari waktunya atau lebih.

Gejala klinis, yaitu demam (38°C tanpa gejala infeksi) dan penurunan berg badan (10% dalam waktu 6 bulan), ditemukan pada 35% penderita.

CIRI KELENJAR GETAH BENING PADA LIMFOMA Ciri kelenjar getah bening dapat membantu untuk menentukan penyebab pembesaran kelenjar getah bening. Ciri kelenjar  getah bening pada limfoma dapat dibedakan dari penyebab lainnya(Tabel 1).

Tabel 1. Ciri kelenjar getah boning pada limfoma dibandingkan dengan

pada penyakit Iainnya

Limfoma K arsinoma Infoksi Respon imun Perabaan Inflamasi Fluktuasi Perlekatan dengan jaringan/ organ sekitar 

(9)

Bebas & mudah digerakkan Kenyal-keras seperti karet ±  ±  ±  + Keras + ±  Nyeri + +/±  Nyeri Biasanya ±  ± 

PENDEK ATAN DIAGNOSTIK PADA LIMFADENOPATI Pendekatan diagnostik penderita limfadenopati umumnya

sama dengan pendekatan penderita splenomegali dan/atau ke-.lainan leukosit/imunoglobulin. Penderita dengan pembesaran

kelenjar getah bening dapat disebabkanoleh (1) infeksi mikroorganisme (piogenik dan granulomatosa/parasit), (2) respon

imun terhadap infeksi atau terhadap bahan noninfeksius, (3) neoplasma (primer atau sekunder), dan (4) penyebab yang tidak jelas

(penyakit autoimin, reaksi obat, dan lain-lain).

Penderita limfadenopati mungkin tanpa keluhan, atau mungkin pula dengan gejala infeksi. Umumnya penderita

mengeluh demam tanpa terbukti adanya infeksi, lemah, pembesaran kelenjar atau teraba massa tumor, perdarahan abnormal,

berat badan menurun, nyeri tulang dan sendi, serta gatal-gatal

seluruh tubuh. Pada penderita dengan gejala di atas perlu dilakukan pemeriksaan fisik yang teliti, terutama pemeriksaan

kelenjar getah bening dan limpa. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan foto Rb toraks, analisis air seni, pemeriksaan darah

tepi, biopsi kelenjar getah bening, aspirasi sumsum tulang dan pemeriksaan Iainnya alas indikasi (Gambar 1).

PENATALASANAANPENDERITA LIMFOMA NONHODGIN Penatalaksanaan penderita LNH bergantung pada golongan

histologisnya. Karenapengobatannya bersifat simptomatis maka penderita LNH derajat keganasan rendah tidak perlu ditentukan

tingkat penyakitnya. Pengobatan hanya diberikan untuk menghilangkan gejala klinis akibat tumornya.

Penderita LNH derajat keganasan tinggi harus diobati dengan kemoterapi apabila penyakitnya telah mencapai stadium 2 atau lebih, karena itu prosedur diagnostik hanya dilakukan pada

(10)

mereka yang setelah pemeriksaan fisik dan laboratorium memberi kesan masih mungkin berada pada stadium 1.

Prosedur diagnostik lengkap dilakukan pada penderita LNH derajat keganasan menengah yang setelah pemeriksaan fisik dan laboratorium memberi kesan masih mungkin berada pad a stadium 2.

PENGOBATAN LIMFOMA NON-HODGIN

Pengobatan penderita LNH bergantung pads jenis

histolo-Gambar 1. Skema pendekatan diagnostik pada limfadenopati Tabel 2. Prosedur penetapan tingkat penyakit LNH

Tahap I a. Riwayat penyakit yang terinci

b. Pemeriksaan fisik yang lengkap dengan perhatian khusus pada cincin Waldeyer (diteliti kembali oleh Bag. THT) c. Pemeriksaan laboratorium lengkap :

± hemogram lengkap ± sediaan hapus darah tepi ± uji fungsi hati/ginjal rutin

d. Pemeriksaan radiologis toraks dengan pro yeksi posterior/ anterior dan survei radiologis kerangka.

e. Biopsi jarum dengan cara aspirasi pada kelenjar getah bening yang berada pada pihak diafragma lain yang dicurigai.

f. Uji kulit tuberkulin.

Tahap II Pada semua penderita yang seolah-olah berada pada tingkat

penyakit ke I LNH derajat keganasan tinggi atau tingkat

penyakit ke I dan II LNH derajat keganasan menengah, dilakukan biopsi sumsum tulang bilateral pada krista iliaka

posterior superior.

Tahap IIIPada penderita-penderita dengan jangkitan pada cincin Waldeyer 

yang seolah-olah masih berada pada tingkat penyakit ke I pada LNH derajat keganasan tinggi atau tingkat penyakit ke I dan II pada LNH derajat keganasan menengah setelah biopsi

sumsum tulang, dilakukan pe nelitian radiologis traktus gastrointestinal.

Tahap IVPada penderita yang seolah-olah masih berada pada tingkat

penyakit ke I pada LNH derajat keganasan tinggi atau tingkat penyakit ke I dan II LNH derajat keganasan menengah setelah prosedur-prosedur di alas dilakukan limfangiografi.

gisnya. Perlu diketahui bahwa berdasarkan gambaran histologis tumor LNH dibagi menjadi 3 kelompok besar yaitu :

± LNH derajat keganasan rendah ± LNH derajat keganasan menengah ± LNH derajat keganasan tinggi

Penelitian di Jakarta menunjukkan bahwa 10% penderita LNH yang berobat di FKUI-RSCM menderita LNH derajat keganasan rendah, 59% menderita LNH derajat keganasan menengah, 28% menderita LNH derajat keganasan tinggi, 3% menderita LNH yang tidal( dapat digolongkan dalam ketiga

(11)

kelompok di atas.

1) LNH derajat keganasan rendah

LNH follicular limfosit kecil berlekuk ( small cleaved cells)

adalah jenis yang paling umum pada LNH derajat keganasan rendah. Lebih kurang 90% penderita LNH-R berada pada tingkat penyakit III atau IV, dengan harapan hidup rata-rata 7 tahun. Pada kelompok ini bila tidak diberikan pengobatan, ternyata hanya separuhnya (50%) yang memerlukan pengobatan dalam waktu 3 tahun. Sisanya tidak memerlukan pengobatan sampai 10 tahun. Pengobatan radiasi lokal dan kemoterapi non agresif 

(klorambusil, siklofosfamida, vinkristin, prednison atau, interferon) hanyalah bersifat paliatif.

Sebaliknya LNH folikular sentro sitik-sentroblastik, yang merupakan LNH derajat keganasan menengah, memerlukan

pengobatan yang lebih cepat, karena harapan hidup dapat bertambah dengan pengobatan iradiasi tubuh total atau oleh kemoterapi

(CVP, C-MOPP dan sebagainya).

2) LNH derajat keganasan menengah

LNH difusa sel besar ( diffuse large cells) merupakan jenis yang paling sering ditemukan pada LNH derajat keganasan menengah, 30-45% di antaranya berada pada tingkat penyakitke I dan ke II, tetapi prognosisnya lebih buruk daripadaLNH derajat keganasan rendah. Program pengobatan yang aktif diberikan tanpa memandang tingkat pcnyakitnya.

Penderita LNH menengah tingkat penyakit ke I dapat disembuhkan dengan radioterapi. Penderita dengan tingkat penyakit ke

II, I11, dan IV harus diobati dengan kmoterapi kombinasi, seperti CHOP, BACOP, C-MOPP dan sebagainya. Pengobatan dengan regimen tersebut menghasilkan angka remisi sempurna berkisar  antara 40 sampai 60%, 30-50% di antara yang mengalami remisi sempurna bertahan hidup dalam jangka waktu yang lebih lama. Akhir-akhir ini telah dikembangkan regimen kemoterapi

yang lebih agresif, yang diperkirakan menghasilkan persentase remisi sempurna yang lebih tinggi dan kenaikan angka harapan

hidup. Pada penggunaan regimen generasi ke dua, seperti COPBLAM, Pro Mace-MOPP dan M-BACOD, telah dicapai angka

kesembuhan antara 55-60%. Sedangkan dengan regimen kemoterapi generasi ke 3 seperti COPBLAM III, Pro MACE-Cyta

BOM, MACP-B dapat mencapai angka kesembuhan 70%. Cara lain untuk mempertinggi harapan hidup adalah dengan

transplantasi sumsum tulang autologus atau alogenik pada penderita LNH yang sudah mengalami remisi sempurna.

3) LNH derajat keganasan tinggi

Limfoma imunoblastik sangat resisten terhadap baik iradiasi maupun kemoterapi yang ada. Angka harapan hidup ratarata berkisar 4'/Z bulan pada penelitian terhadap 54 penderita.

(12)

Limfoma limfoblastik hanya merupakan 4% dari limfoma pada orang dewasa. Kemoterapi konvensional pada jenis ini kurang memuaskan. Dari 32 kasus yang diobati dengan regimen CHOP, 34% mencapai remisi sempurna, tetapi lamanya re misi sempurna rata-rata 9 bulan. Jangkitan ulang pada susunan saraf  pusat terjadi path 42% kasus. Pengobatan dengan CHOP ditambah prednison kontinyu dan vinkristin pada fase induksi, memberikan angka kesembuhan yang lebih tinggi. Penggunaan protokol

pengobatan leukemia pada anak-anak pada penderita LNH derajat keganasan tinggi meninggikan persentase dan lamanya remisi, bahkan harapan hidupnya. Dengan menggunakan protokol tersebut pada limfoma limfoblastik, 94% di antaranya

mencapai remisi sempurna. Peneliti lain melaporkan bahwa dengan regimen tersebut 61,5% kasus limfoma limfoblastik  bertahan hidup lebih dari 4 tahun.

Limfoma sel kecil tidak berlekuk ( small non-cleaved cells);

termasuk limfoma Burkitt yang jarang pada orang dewasa tetapi sering pada anak-anak, merupakan jenis limfoma yang paling agresif dibandingkan dengan limfoma lainnya. Dengan pengobatan yang tepat dapat dicapai angka kesembuhan sebesar 

40-50%. Kemoterapi kombinasi dianjurkan untuk semua t ingkat penyakit. Regimen yang paling efektif adalah vinkristin, metotreksat dan siklofosfamida dosis tinggi. Tindakan bedah dan

iradiasi sangat menolong pada penderita dengan tumor intraabdominal.

KEPUSTAAAN

1. Chabner BA, Johnson RE, Young RC, Canellos GP, Hubbard SP et al. Sequential non surgical and surgical stag ing of non-Hodgkin's Lymphoma. Ann Intern Med 1977; 85 (2).

2. Coleman CN, Cohen JR, Rosenberg SA. Adult Lymphoblastic lymphoma. Result of a pilot protocol. Blood 1981; 4: 679-84.

3. Lennert K, Mohri N. Histopathology and Diagnosis of non-Hodgkin Lymphomas. Dalam: Malignant Lymphoma other than Hodgkin's Disease, eds.

Lennert K, H. Stein, N. Mohri, E. Kaiserling, UK Muller-Hemerlink. New York: Springer-Verlag : 111-469.

4. Portlock CS, Rosenberg SA. Chemotherapy of the non-Hodgkin's Lympho mas. The Stanford Experience. Cancer Treat Rep 1977; 61: 1049-55.

5. Reksodiputro AR. Limfoma non-Hodgkin dan saran mengenai altematif  penatalaksanaan di Indonesia. Tesis, Universitas Indonesia, Jakarta, 21 Juli 1984.

6. Voakes JB, Jones SE, Mc Kelvey EM. The Chemotherapy of  Lymphoblastic Lymphoma. Blood 1981; 57 (1).

7. Weinstein HJ, Vance ZB, Joffe N, Buck D, Sassady JR, Nathan DG. Improved prognosis for patients with mediastinal lymphoblastic

lymphoma. Blood 1979; 53: 687-694.

8. Wintrobe MM, Lee GR, Boggs DR et al. Diagnostic steps in the evaluation of the patient with abnormalities of leukocytes or immunoglobulin, or 

(13)

lymphadenopathy, splenomegaly, fever of unknown origin, or recurrent infection. Dalam: Clinical Hematology (ed. VII), ed. MM Wintrobe. Tokyo: Igaku Shoin Ltd, 1974, hal. 1255-65.

9. Wollner N, Exelby PR, Lieberman PH. Non-Hodgkin's Lymphoma in Children. A Progress report on the original patients treated with LSA2=L2 protocol. Cancer 1979: 44: 1992-99.

Referensi

Dokumen terkait

Gagne memberikan ketegori mengenai hasil belajar kedalam 5 (lima) macam adalah: (1) Informasi verbal yaitu adalah kemampuan yang dimiliki seseorang guna

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah- Nya kepada penulis sehingga penulis dapat dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengaruh

Skripsi Aplikasi Effective Microorganism (EM) Dalam Budidaya... ADLN Perpustakaan

mobile banking menggunakan metode Kano Model berdasarkan dimensi E-Servqual diketahui Atribut layanan mobile banking yang memberikan pengaruh besar pada kepuasan

Daya tarik dari Monkasel adalah monumen kapal selam ini sendiri kemudian memberikan kontribusi yang berarti banyak bagi masyarakat Surabaya, dengan adanya pendirian monumen

Bahwa Termohon (KPU) telah mengumumkan Penetapan Hasil Penghitungan Perolehan Suara pada tanggal 9 Mei 2014, dimana untuk hasil Pemilu anggota DPD RI Daerah pemilihan Kabupaten

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh laba bersih terhadap harga saham secara langsung dan tidak langsung melalui variabel dividen pada

Standar minimal yang ditetapkan adalah didasarkan pada skala yang digunakan untuk pengolah data, hasil pengolahan data kuisoner untuk prespektif proses bisnis