• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Computer Based Information System

Dalam perkembangan teknologi yang sangat cepat ini telah banyak perusahaan yang telah mengembangkan sistem informasi untuk mendukung kegiatan operasionalnya. Perusahaan menggunakan sistem informasi tersebut bertujuan untuk dapat mendapatkan informasi, keperluan akan informasi tersebut yang akan membuat perusahaan dapat bergerak dengan cepat dalam hal menentukan strategi setiap perusahaan, agar perusahaan tersebut dapat merealisasikan peluang yang ada. Sehingga perusahaan dapat berkompetisi dengan para kompetitor bisnis tersebut.

Pada sistem informasi berbasis komputer diperlukannya arsitektur IT dan infrastruktur IT yang menjadi dasar dalam sistem informasi pada suatu organisasi. Suatu sistem informasi berfungsi untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi untuk suatu tujuan tertentu.

Sistem informasi berbasis komputer merupakan sebuah sistem yang menggunakan teknologi komputer untuk melakukan beberapa atau semua tugas yang ada dalam organisasi atau perusahaan.

Gambar 2.1 Piramida Sistem Informasi (A.Hall, 2007)

(2)

Pada gambar 2.1 merupakan gambaran piramida sistem informasi yang menjadi komponen dan gambaran penting dalam sistem informasi, pada piramida sistem informasi tersebut terdapat infrastruktur dari teknologi informasi yang menjadi dasar pada suatu sistem informasi itu dapat berjalan. Tujuan dari gambaran piramida sistem informasi ini adalah untuk memahami arah arus informasi dari proses operasional hingga eksekutif sesuai dengan kebutuhannya, sehingga dapat bermanfaat bagi perusahaan terhadap pengembangan apa yang masih dibutuhkan oleh perusahaan tersebut. Dalam memahami arus informasi pada perusahaan tersebut diperlukannya infrastrukur teknologi informasi yang menjadi dasar pada piramida sistem informasi tersebut. Pada infrastruktur teknologi informasi memiliki komponen yang menjadi dasar pada penerapan sistem informasi berbasis komputer. Komponen teknologi informasi tersebut antara lain hardware, software, dan communication technologies. Ketiga komponen tersebut merupakan fondasi untuk semua sistem informasi keseluruhan pada perusahaan. Komponen pada infrastruktur teknologi informasi tersebut digunakan oleh para personnel/pengguna untuk menghasilkan IT service yang mengandung manajemen data, pengembangan sistem, dan masalah keamanan pada sistem yang nantinya akan digunakan oleh tiap bagian dari sistem informasi organizational yang digambarkan pada piramida sistem informasi tersebut. bagian dari sistem informasi organizational tersebut dibagi menjadi lima bagian tingakatan manajemen anatara lain :

1. Manajemen Puncak : merupakan tingkatan strategi yang menetapkan suatu tujuan perusahaan dan bertanggung jawab atas perencanaan jangka panjang pada perusahaan.

2. Manajemen Menengah : bertanggung jawab atas segala aktivitas perencanaan dan dan menentukan tujuan jangka pendek yang menunjang kebutuhan manajemen tingkat puncak.

3. Manajemen Operasional : pada manajemen operasional secara langsung bertanggung jawab atas pengendalian operasional harian.

4. Personal Level : personal level merupakan penggerak dari proses bisnis perusahaan dan dilakukan melalui proses transaksi.

Pada piramida sistem informasi setiap area fungsional pada organisasi memiliki kumpulan aplikasi dan sistem informasi yang dapat digunakan untuk

(3)

menunjang kebutuhannya. Seperti contoh sistem informasi penjualan, sistem informasi keuangan, dan sebagainya. Transactional processing system yang mendukung pemantauan, pengumpulan, penyimpanan, dan pengolahan data dari transaksi bisnis dasar pada organisasi, dan masing – masing menghasilkan data. Sebagai contoh staff admin menjadi area untuk segala proses transaksi. Konsep piramida sistem informasi ini diterapkan dalam menentukan dekomposisi fungsi pada bab 3.4 sehingga dapat mengetahui apa yang masih dibutukan dalam melakukan pengembangan sistem. Pengembangan sistem tersebut akan didukung dengan sistem informasi itu sendiri, berikut merupakan tipe information system pada perusahaan, antara lain :

1. Executive Information System 2. Transaction Processing Systems 3. Management Information Systems 4. Decision Support System

Dari tipe sistem informasi ini dapat dipetakan sesuai dengan fungsi dan kebutuhan dari tiap level pada organisasi yaitu :

Tingkatan Organisasi Tipe SI Manajemen Puncak Executive Information System Manajemen menengah Decision Support System

Manajemen Operasional Management Information System Personal Level Transactional Processing System

2.2 Business Intelligence (BI) Business Intelligence (BI) 2.2.1 Pengertian Business Intelligence

Business Intelligence merupakan istilah umum yang mengkombinasikan dan menggabungkan arsitektur, tools, basis data, analytical tools, aplikasi, dan metodologi. (Turban, Sharda, & Delen, 2011). Tujuan utama dari BI adalah untuk memungkinkan dan menciptakan akses interaktif yang dapat bersifat realtime, sehingga dapat membantu area manajemen bisnis dan pendukung keputusan strategis pada perusahaan dalam menyelesaikan masalah yang ada dalam perusahaan.

(4)

BI bukanlah sebuah produk maupun sistem melainkan BI merupakan arsitektur dan operasional serta aplikasi pendukung keputusan terintegrasi yang menyediakan akses yang mudah ke data bisnis. (Larissa T.Moss, 2003). Dengan kata lain, business intelligence merupakan bentuk implementasi yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengolah data menjadi informasi, dan kemudian informasi tersebut diolah kembali menjadi intelligence sehingga dapat membantu proses analisis data perusahaan lebih efektif. Contohnya yaitu dengan BI perusahaan dapat melakukan forecasting terhadap penjualan dalam beberapa waktu mendatang dengan tujuan meningkatkan pendapatan dan mengurangi cost. BI merupakan bagian dari EIS, jadi untuk mencapai suatu penerapan EIS yang berkualitas memerlukan cara, dan BI yang menjadi solusi dalam penerapan EIS tersebut.

2.2.2 Komponen Business Intelligence

Business Intelligence memiliki 4 komponen utama yang mendukung suatu kinerja dari penerapan BI tersebut yaitu data warehouse, business analytics, Managers/executives BPM Strategies, dan user interface. (Turban, Sharda, & Delen, 2011).

Gambar 2.2 Alur kerja BI (Turban, Sharda, & Delen, 2011)

(5)

1. Data warehouse

Data warehouse merupakan kumpulan data yang telah diringkas dan terintegrasi dari data operasional maupun data external, bersifat berorientasi subjek, integrated, tidak mengalami perubahan dan mempunyai variasi waktu. Data yang mentah yang telah didapatkan tersebut dikumpulkan dalam media penyimpanan data warehouse, dan nantinya dilakukan pengolahan oleh tools BI. Hasil dari pengolaan data tersebut digunakan sebagai pendukung pihak manajemen dalam mengambil keputusan.

2. Business analytics

Pada business analytics ini memiliki fungsi untuk mengolah data yang telah disimpan oleh data warehouse. End user dapat mengolah data dan informasi dalam data warehouse dengan menggunakan tools dan teknik yang bervariasi (Turban, Sharda, & Delen, 2011).Tools dan teknik tersebut terbagi dalam 2 kategori utama yaitu :

1. Laporan dan queries : Business analytics termasul kedalam kategori reporting, semua tipe query, penemuan informasi baru, multi dimensional view, drilldown yang bersifat static dan dinamis.

2. Data, text, dan web mining dan perangkat statistik lainnya :

Merupakan tools yang berfungsi untuk melakukan pencarian relasi yang tidak diketahui dan informasi yang ada dalam database yang besar atau data warehouse.

3. Managers/Executives BPM Strategies

BPM memunculkan suatu portofolio dari aplikasi dan metodologi yang berisikan arsitektur BI. BPM mengembangkan monitoring, pengukuran, dan perbandingan antara penjualan, keuntungan, biaya, profitabilitas, dan indikator performa lainnya dengan memperkenalkan konsep manajemen dan feedback. BPM mencakup proses seperti perencanaan dan forecasting sebagai inti prinsip strategis bisnis. BPM menyediakan fitur top-down untuk mengembangkan strategi perusahaan.

(6)

4. User Interface

Dashboard merupakan salah satu bagian dalam user interface pada BI. Dashboard berfungsi untuk mendukung manajer dan pihak eksekutif dalam organisasi, dashboard menyediakan akses cepat untuk menyampaikan informasi terstruktur secara aktual dalam bentuk laporan. (Rainer & Cegielski, 2007).

Gambar 2.3 Contoh performance dashboard

(Dundas Software, demos1.dundas.com/DundasGauge/Marketing-Dashboard/Summary.aspx)

Menurut Eckerson (2006), dashboard memiliki fitur yang paling khas yaitu tiga lapisan atas informasi antara lain :

1. Monitoring : dalam fitur monitoring ini dapat menyampaikan status kinerja yang sedang terjadi secara real kepada user. Dalam fitur ini menyediakan gaugemeter yang berfungsi untuk mengamati perbandingan terhadap suatu pengukuran yang telah ditargetkan.

(7)

2. Analysis : pada fitur analisis ini berfungsi untuk membantu user dalam memantau performance dashboard dengan memberikan informasi berupa batasan terhadap suatu pengukuran tersebut, pada analisis ini juga meringkas dimensi data untuk menganalisis akar penyebab dari suatu masalah yang dihadapi.

3. Management : data operasional yang bersifat rinci yang dapat membantu eksekutif untuk mengidentifikasi terhadap langkah apa yang harus diambil untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam perusahaan tersebut.

Menurut Rainer & Cegielski (2007), dashboard yang merupakan evolusi dari EIS tersebut memiliki tujuh kemampuan utama dalam menyajikan informasi bagi para eksekutif, antara lain :

Tabel 2.1 Kemampuan performance dashboard

Kemampuan Penjelasan

Drill Down Kemampuan untuk memberikan detil

informasi pada beberapa level, dapat dilakukan pada beberapa menu atau query.

Critical success factors (CSFs) Faktor yang bersifat kritis yang

mendukung kesuksesan terhadap bisnis. Key performance indicators ( KPIs) Pengukuran spesifik dari CSF

Status Access Data terakhir yang tersedia dalam KPI. Idealnya tersedia secara realtime.

Trend Analysis Tren jangka pendek, menengah,

danjangka panjang suatu KPI yang diproyeksikan menggunakan metode forecasting.

Ad-hoc Analysis Analisis yang dilakukan setiap saat atas permintaan dan semua yang dibutuhkan.

Laporan Memberikan laporan yang menekankan

(8)

2.3 Data Warehouse

2.3.1 Pengertian Data Warehouse

Data warehouse merupakan kumpulan terintegrasi yang terdapat dari basis data yang bersifat beroientasi pada subjek yang dirancang untuk mendukung fungsi sistem pengambil keputusan, dimana setiap unit dari data relevan pada kejadian tertentu. Data warehouse mencakup data atomik dan simpulan data yang ringkas. (Inmon, 2005).

Dalam membuat data warehouse diperlukan proses ETL yang berfungsi untuk menyaring data, dan menghindari terhadap tidak konsistennya pada data operasional yang dipindahkan ke dalam suatu data warehouse. Sehingga dengan ETL data yang masuk ke dalam data warehouse merupakan data yang berguna dan memilki value dan konsisten. Jadi pada penerapan executive information system, business intelligence yang merupakan tools dari penerapan EIS tersebut memerlukan data source perusahaan, salah satu solusi untuk mendapatkan data source tersebut menggunakan data warehouse. Adapun karakteristik dari data warehouse yang akan dijelaskan pada subbab 2.3.2 mengenai karakteristik data warehouse.

2.3.2 Karakteristik Data Warehouse

Data warehouse memiliki karakteristik utama yang bersifat fundamental. (Inmon, 2005) antara lain :

1. Subject oriented : data diorganisir berdasarkan subjek secara detil, seperti penjualan, produk atau pelanggan. data warehouse dibangun untuk memenuhi kebutuhan analisis data berdasarkan subjek tertentu dan hanya berisikan informasi yang bersifat relevan untuk mendukung dalam pengambilan keputusan. Terdapat perbandingan antara subjek data pada data warehouse dengan subjek yang ada pada data kegiatan operasional yang dapat dilihat pada tabel 2.2

Tabel 2.2 Perbandingan subjek datawarehouse dengan Data operasional Perbedaan Data warehouse Dataoperasional Maksud perancangan Untuk kegiatan

analisis perusahaan

Untuk kegiatan opersaional

(9)

perusahaan. Lingkungan

perancangan

Terletak pada subjek utama

Terletak pada proses yang dilakukan perusahaan.

Data yang disimpan Data analisis dari kumpulan data operasional dan bersifat statis

Data detil dari hasil kegiatan perusahaan dan bersifat dinamis.

Pengguna Managerial user

dalam jumlah yang relatif sedikit.

Operasional user dalam jumlah yang relatif banyak.

2. Integrated :karena sumber data yang didapat dari sistem aplikasi enterprise yang berbeda-beda, sumber data ini sering tidak konsisten, misalnya memiliki format yang berbeda. Sumber data yang terintegrasi harus dibuat secara konsisten untuk menampilkan data yang terintegrasi satu sama lain kepada pengguna (Inmon, 2005).

(10)

Gambar 2.4 Contoh Integrasi (Inmon, 2005)

3. Time variant : Datawarehouse bersifat historical, data yang tersimpan pada data warehouse hanya valid pada waktu tertentu. Data yang digunakan untuk analisis berasal dari berbagai sumber dan berisikan beberapa titik waktu seperti harian, mingguan dan bulanan. Data historical tersebut digunakan untuk mendeteksi tren, deviasi, dan relasi jangka panjang untuk peramalan dan perbandingan yang nantinya akan digunakan untuk mendukung dalam pengambilan keputusan.

Gambar 2.5 Contoh Time Variancy (Inmon, 2005)

(11)

4. Nonvolatile : proses pengubahan tidak dapat dilakukan pada data warehouse, seperti update tidak dapat dilakukan secara real time melainkan dilakukan melalui refresh dari sistem operasional dalam basis regular. Data baru selalu ditambahkan sebagai tambahan. Database secara terus menerus akan mengambil data baru dan menggabungkannya dengan data sebelumnnya.

Gambar 2.6 Contoh Non-volatile (Inmon, 2005)

2.4 ETL (Extract, Transform, Load)

` Hal terpenting dari sisi teknis pada proses data warehouse adalah extract, transform, load (ETL). Proses ETL merupakan komponen integral pada proyek apapun yang sifatnya berpusat pada data. Pada proyek tersebut, proses ETL umumnya memakan waktu sekitar 70 persen.

Proses ETL terdiri dari extraction (yaitu membaca data dari satu atau lebih database), transformation (yaitu merngkonversi data yang diekstraksi dari bentuk sebelumnya ke bentuk data yang seharusnya agar dapat ditempatkan pada data warehouse ataupun database lainnya), dan load (yaitu memasukkan data ke dalam data warehouse). Proses transformasi terjadi dengan menggunakan aturan atau tabel acuan atau dengan mengkombinasikan data dengan data lainnya. Fungsi ketiga database diintegrasikan ke dalam satu tool untuk menarik data dari satu atau lebih database dan meletakkannya ke database lain, database terkonsolidasi atau data warehouse.

(12)

ETL tool juga berfungsi memindahkan data antara sumber dan target, mendokumentasikan bagaimana elemen data (misalnya metadata) berubah ketika elemen data tersebut berpindah antara sumber dan target, menukar metadata dengan aplikasi lainnya yang dibutuhkan, dan mengelola semua proses runtime dan operasi (misalnya, penjadwalan, manajemen kesalahan, audit log, statistik). ETL sangatlah penting untuk intergrasi data dan data warehousing. Tujuan dari ETL adalah untuk mengisi warehouse dengan data yang bersih dan terintegrasi. Data yang digunakan dalam proses ETL dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain aplikasi mainframe, aplikasi ERP, CRM tool, flat file, spreadsheet Excel, atau bahkan antrian pesan. (Turban, Sharda, & Delen, 2011). Penerapan ETL tersebut dilakukan pada tahap konstruksi pada Executive Information System Lifecycle, yaitu dengan tujuan untuk mentransformasi data baik data internal maupun eksternal menjadi data yang sesuai untuk digunakan oleh perusahaan khususnya pihak eksekutif pada perusahaan.

2.5 Meta Data

Metadata berfungsi untuk mengelompokan dan memberikan informasi yang dibuat dalam satu file dan berisi mengenai penjelasan file tersebut. (Inmon,2005). Fungsi pengelompokan pada metadata antara lain :

1. Membuat data menjadi dapat ditemukan dengan menggunakan pada kriteria yang sesuai dengan data yang ada dalam metadata.

2. Mengidentifikasi terhadap sumber data.

3. Mengelompokan data yang memiliki kriteria dan jenis yang sama. 4. Memberikan informasi mengenai lokasi data.

5. Membedakan data yang tidak memiliki kesamaan.

Metadata merupakan komponen penting dalam lingkungan data warehouse. Metadata menjadi pedoman terhadap end user untuk melakukan analisis dalam mengambil keputusan, dengan menggunakan metadata pengguna dapat dengan cepat mendapatkan data yang dibutuhkan.

2.6 Data Mart

Data mart memiliki perbedaan dari data warehouse, dimana data warehouse mengkombinasikan database pada seluruh enterprise, sementara data mart umumnya memiliki lingkup lebih kecil dan fokus pada subjek atau departemen

(13)

tertentu. Data mart merupakan subset dari data warehouse, dengan kata lain data warehouse dibangun yang terdiri dari area subjek tunggal (seperti marketing, operasi). Data mart dapat bersifat dependen maupun independen. Data mart dependen merupakan subset yang dibuat langsung dari data warehouse. Keuntungannya adalah penggunaan data model yang konsisten dan penyediaan data kualitas. Data mart dependen memastikan pengguna melihat versi data yang sama dengan yang diakses oleh seluruh pengguna data warehouse lainnya. Tingginya harga data warehouse membatasi penggunaannya untuk perusahaan besar. Sebagai alternatif, banyak perusahaan menggunakan versi data warehouse yang lebih murah, yaitu data mart independen. Data mart independen merupakan warehouse kecil yang dirancang untuk unit bisnis strategis. (Turban, Sharda, & Delen, 2011).

2.7 ERD (Entity Relationship Diagram)

Entity Relationship Diagram memiliki fungsi untuk memodelkan struktur data dan relasi antar data, ERD itu sendiri merupakan model untuk mendefinisikan hubungan relasi antar data pada basis data berdasarkan objek data. ERD digunakan untuk mengindentifikasi data yang akan disimpan, diolah, dan di ubah untuk mendukung aktifitas bisnis suatu organisasi (Conolly & Begg, 2005). ERD akan memudahkan pemahaman terhadap isi database secara keseluruhan.

Gambar 2.7 Contoh ERD (Conolly & Begg, 2005)

(14)

2.8 Star Schema

Star Schema merupakan sebuah struktur logis yang memiliki tabel fakta yang berisi data-data yang bersifat faktual ditengah dan dikelilingi oleh tabel dimensi yang berisi data referensi. (Conolly & Begg, 2005). Dimensional modelling star schema tersebut digunakan karena memiliki beberapa keuntungan dalam data warehouse. Keuntungan yang bisa didapatkan seperti efisiensi, pemprosesan query yang dapat diprediksi, kemampuan untuk menggambarkan model situasi bisnis yang umum. Star schema mengeksploitasi karakteristik data yang bersifat faktual, sehingga data yang dihasilkan ditujukan pada event yang terjadi di masa lalu.

Gambar 2.8 Contoh Star Schema (Conolly & Begg, 2005)

(15)

2.9 Executive Information System 2.9.1 Konsep EIS

Pihak eksekutif dan petinggi-petinggi perusahaan memiliki peranan penting dalam jalannya sebuah bisnis dalam perusahaan atau organisasi tertentu. Tak lepas peranan eksekutif yaitu sebagai pengambil keputusan terhadap suatu strategi yang direncanakan untuk mencapai keberhasilan perusahaan. Namun dalam mengambil keputusan tersebut, pihak eksekutif membutuhkan informasi yang akurat dan cepat. Sehingga dapat memberikan keputusan yang tepat dalam menentukan suatu strategi. Alat bantu yang dapat digunakan oleh pihak eksekutif seperi EIS yang dapat menyajikan informasi secara aktual dengan tampilan yang interaktif.

Executive Information System adalah usaha awal untuk menyampaikan informasi bisnis dan analisis bisnis untuk mendukung perencanaan manajemen dan mengkontrol aktivitas. EIS mengkombinasikan informasi dengan analisis bisnis untuk menyediakan solusi business intelligence yang dapat dirancangdengan mudah sesuai kebutuhan perusahaan. (Williams & Williams, 2007). Dalam membangun exeutive information system pada suatu organisasi pada umumnya menggunakan framework, sehingga pembangunan executive information system tersebut dapat memiliki arah dan memahami fungsi – fungsi untuk membangun executive information system. Pembangunan executive information system tersebut idealnya dibangun menggunakan lifecycle, sehingga dapat memahami segala proses dan alur yang menjadi dasar dalam pembangunan EIS pada perusahaan.

2.9.2 Kemampuan EIS

Executive information system menawarkan kemampuan utama yang berfungsi untuk mendukung pihak eksekutif dalam membuat perencanaan strategis (Turban, Aronson & Liang, 2007):

1. Drill Down : merupakan salah satu kemampuan EIS yang menyediakan rincian informasi yang diberikan. Informasi yang diberikan kepada pihak eksekutif merupakan summary dan rangkuman. Dengan teknik drill down ini pihak eksekutif dapat mendapatkan informasi yang lebih rinci dan detil terhadap kebutuhan informasi yang dibutuhkan, sebagai contoh pihak eksekutif ingin melihat penjualan produk mereka di Indonesia secara summarize dan dapat di analisis lebih detail lagi hingga per Provinsi ,

(16)

Kecamatan, bahkan sampe setiap cabang. Sehingga pihak eksekutif dapat mendapatkan informasi yang summarize hingga terdetail untuk pengambilan keputusan.

2. Critical Success Factor : merupakan faktor kunci yang harus diperhatikan oleh perusahaan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. Faktor-faktor tersebut dapat menjadi strategic, manajerial, atau operasional dan berasal berdasarkan lingkungan dari perusahaan. Misalnya sebuah perusahaan memiliki tujuan “Memberikan harga terbaik bagi para konsumen” untuk menentukan CSF, maka banyak tahap dari mulai evaluasi kandidat CSF, identifikasi bagaimana CSF dimonitor dan diukur, komunikasikan CSF dengan elemen penting perusahaan, serta keep monitoring and reevaluating CSF.

3. Status Access : EIS menyediakan kebutuhan informasi yang cepat, data yang terbaru yang dihasilkan ditandai oleh status key indicator dalam EIS dan dapat diakses kapanpun sesuai dengan kebutuhan.

Proses pengaksesan status ini mungkin saja terjadi setiap hari, setiap jam , bulan, bahkan mememungkinkan pelaporan secara real-time.

4. Analisis : analisis pada EIS bertujuan untuk menganalisis sehingga pihak eksekkutif dapat menggunakan kemampuan analitik yang disediakan EIS. Eksekutif dapat memilih isi dari database, output dari analisis yang diinginkan.

5. Exception reporting : pada exception reporting pihak eksekutif hanya akan dipanggil apabila ada kasus yang memiliki performa buruk atau sangat baik. Exception reporting ini akan mengefisiensikan waktu yang dibutuhkan bagi pembuat dan pembaca laporan. Sebagai contoh exceptional reporting salah satunya perbandingan tagihan dengan pembayaran yang akan menghasilkan exceptional reporting.

6. Komunikasi : komunikasi diperlukan dalam suatu organisasi maupun perusahaan untuk membagikan knowledge satu sama lainnya dalam perusahaan. komunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan e-mail, secara verbal, memanggil untuk melakukan meeting, dll.

7. Penggunaan warna dan audio visual : pada EIS dapat digunakan penggunaan warna dan audio visual untuk menginformasikan dan memberi pesan kepada pihak eksekutif untuk hal yang bersifat kritis dan dianggap penting misal

(17)

menggunakan warna merah untuk hal yang bersiftat kritis tersebut dan sebaliknya apabila pesan yang disampaikan tersebut merupakan hal yang sangat baik dapat menggunakan warna hijau. hal ini dapat membantu eksekutif pada waktu menggunakan executive information system.

8. Navigasi informasi : fasilitas ini memungkinkan eksekutif memiliki kemampuan yang memungkinkan untuk mengeksplorasi data dalam jumlah yang banyak dengan mudah dan cepat tanpa bantuan perantara.Contohnya dashboard yang menyajikan informasi yang ter-summarize dalam bentuk yang lebih mudah di pahami dan menarik.

2.9.3 Framework Executive Information System

Gambar 2.9 Framework Executive Information System (Kamaruddin & Razali, 2011)

(18)

Kerangka kerja atau yang biasa dikenal dengan framework sangat dibutuhkan dalam proses perancangan EIS. Kerangka kerja merupakan kumpulan komponen, fungsi, dan class dari prosedur dengan tujuan-tujuan yang siap digunakan.Pada framework EIS ini memiliki 4 (empat) faktor yang dapat mendukung suksesnya suatu pembangunan EIS, faktor-faktor itu antara lain lingkungan, people, proses, dan produk.Faktor framework EIS tersebut memiliki hubungan erat yang bilamana satu komponen tersebut tidak ada maka mungkin produk yang dihasilkan menjadi tidak sesuai bahkan tidak jadi sebuah EIS. Tujuan dari penggunaan framework dalam membangun executive information system adalah agar dalam pembangunan executive information system tersebut dapat memiliki arah sesuai tujuan dan kebutuhan yang dibutuhkan oleh perusahaan.

A. Environment

Setiap faktor dalam framework EIS ini memiliki komponen yang merupakan fungsi-fungsi dari pembangunan EIS tersebut.Dalam penggunaan framework ini diharapkan pengembang sistem dapat mempermudah dalam membangun EIS karena telah memiliki pola yang diharapkan dari tujuan pembangunan sistem.Faktor utama dalam framework EIS ini adalah lingkungan. Faktor lingkungan itu sendiri memiliki beberapa komponen antara lain :

1. Praktek manajemen

Praktek manajemen merupakan salah satu bagian dari lingkungan dimana terdapat kondisi finansial perusahaan, kegiatan operasional perusahaan tersebut, dan kebutuhan terhadap sumber sistem informasi.Praktek manajemen ini terdapat pada justification yang berfungsi untuk mengenal bagaimana sifat-sifat lingkungan berupa finansial, kegiatan operasional yang nantinya digunakan sebagai fungsi untuk menilai tekanan-tekanan yang ada dalam perusahaan.

2. Politik dan budaya perusahaan

Politik dan budaya sangat mempengaruhi kinerja organisasi, budaya yang baik perlu diciptakan oleh setiap individu karyawan untuk mendukung lingkungan yang kondusif. Mengenali nilai-nilai aturan politik dan budaya perusahaan merupakan prinsip, tradisi dan cara untuk melakukan pekerjaan dalam perusahaan tersebut. Dengan adanya politik dan budaya yang matang

(19)

ini diharapkan people yang berada dalam struktur organisasi akan menjadi siap dalam melakukan pembangunan sistem EIS tersebut.

3. Rencana dan Kebijakan

Pada komponen rencana dan kebijakan ini akan dilakukan perencanaan atau gambaran hasil dari sharing antar individu di lingkungan sekitar, para eksekutif membuat perencanaan dan kebijakan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan perusahaan tersebut. Dalam pembangunan EIS ini direncanakan terhadap penggunaan dashboard, KPI, menganalisis cost, dan menganalisis tujuan dan strategi bisnis dari peruahaan.

C. People

Faktor kedua dari framework EIS ini adalah faktor people.Pada faktor people ini menjelaskan mengenai tiap individu yang terlibat dalam pembangunan sistem SIE ini.People bertujuan untuk menentukan businessdrivers dari pembangunan EIS. Pada faktor people ini terdapat beberapa komponen yaitu pihak Eksekutif perusahaan, timdevelopment, dan personnel.

1. Eksekutif / top management

Para pihak eksekutif merupakan pihak yang berpengaruh besar dalam environment perusahaan.Pihak eksekutif mendukung dan terlibat dalam pembangunan dan pengembangan sistem. Pihak eksekutif yang nantinya akan mengambil peran dalam pengambilan keputusan.

2. Tim Pengembang (development)

Tim development ini didukung sepenuhnya oleh pihak eksekutif dengan pembagian knowledge, sharing pengalaman yang membantu timdevelopment dalam membangun sebuah sistem EIS. Tim pembangun sistem tersebut diharapkan memiliki kahlian secara teknikal maupun non-teknikal seperti soft skill, attitude sehingga mendukung secara penuh dalam membangun sebuah sistem.

3. Personnel (karyawan)

Tiap individu karyawan saling sharing informasi berdasarkan best practices baik secara tertulis dan tidak tertulis dan bersifat tangible serta

(20)

intangible sehingga menghasilkan saran-saran yang bermanfaat oleh pihak development dalam membangun sistem tersebut. ketiga komponen dalam people tersebut saling bekerja sama dalam berlangsungnya pembangunan sistem EIS.

B. Process

Faktor ketiga dari framework EIS ini adalah proses. Pada faktor proses ini menjelaskan proses-proses apa saja yang akan dilaksanakan dalam pembangunan sistem. Faktor proses ini juga terbagi atas beberapa komponen, yang pertama adalah proses perencanaan. Dalam proses perencanaan dapat dikategorikan sebagai tahapan dari planning dan business analysis dalam life cylcle EIS tersebut. Dalam proses perencanaan ini lebih banyak menganalisis kebutuhan infrastruktur baik hardware maupun software, menganalisis strategi, mengidentifikasi kebutuhan sistem, menganalisis biaya dan manfaat, serta melakukan monitoring terhadap proses tersebut. setelah semua perencanaan tersebut dilakukan dan keputusan telah diambil oleh pihak eksekutif tahap berikutnya adalah memasuki tahap proses perancangan dan eksekusi. Pada proses perancangan ini tim development khususnya desain melakukan perancangan basis data sesuai kebutuhan perusahaan, melakukan ekstraksi data-data. Setelah data-data tersebut di ekstraksi terhadap kebutuhan perusahaan maka timdevelopment melakukan pembangunan basis data, metadata, dan proses ETL.

A. Produk

Faktor yang keempat pada framework ini adalah faktor produk, setelah ketiga faktor lingkungan, faktor people, faktor proses tersebut diintegrasikan dengan baik. Maka faktor tersebut akan menghasilkan produk yaitu EIS. Komponen produk ini merupakan bagian akhir dari tahap life cycle EIS ini yaitu deployment dimana setelah produk tersebut dijalankan maka akan dilakukan evaluasi dan membuat laporan akhir terhadap pembangunan sistem EIS tersebut.

(21)

2.9.3 Executive Information System Development Life Cycle

Gambar 2.10 EIS Development Lifecycle (Lungu &Bâra, 2005)

Stage 1 : Justifikasi

Dalam melakukan pengembangan EIS diperlukan justifikasi untuk mengidentifikasi segala perencanaan dan aktivitas proyek. Justifikasi itu sendiri merupakan suatu proses mengidentifikasi suatu perencanaan proyek yang dilakukan dengan mendefinisikan masalah berdasarkan kondisi lingkungan, baik lingkungan internal maupun eksternal. Tujuan dari justifikasi ini yaitu memahami kondisi lingkungan pada perusahaan, dalam memahami suatu kondisi lingkungan pada perusahaan dapat menggunakan tools analisis value chain untuk memetakan proses kerja dalam perusahaan internal dan analisis Porter five force model untuk mengidentifikasi lingkungan eksternal. Proses justifikasi ini juga dilakukan analisis kebutuhan bisnis dan menentukan nilai-nilai yang menjadi biaya dan manfaat dalam pengembangan EIS. Justifikasi ini akan diidentifikasikan dalam business case assesment, dimana terdapat 11 aktivitas utama yang akan dilakukan dalam proses justifikasi, antara lain :

1. Introduction : memberikan penjelasan mengenai proposal yang

mengandung kunci objetif. Deskripsi tersebut harus komprehensif, jelas dan ringkas.

(22)

2. Strategies : mengidentifikasi aspek rencana organisasi dan perencanaan strategi yang akan digunakan.

3. Benefits : mendeskripsikan peluang yang dapat dijadikan menjadi manfaat bagi organisasi.

4. Implication of not undertaking proposal : Merupakan penjelasan terhadap masalah yang akan terjadi dan pemecahan masalah apabila proposal tidak disetujui.

5. Alternatif : merupakan usulan terhadap alternatif yang digunakan untuk mengatasi masalah.

6. Organizational area affected :menjelaskan mengenai bagian yang akan berpengaruh apabila pelaksanaan pembangunan terhadap proposal tersebut dilakukan.

7. Risks : pada tahap ini menjelaskan resiko yang mungkin terhadi dalam pengimplementasian proposal dan cara menanggulangi resiko tersebut.

8. Investment costs : merupakan pendeskripsian terhadap biaya investasi yang diperlukan terhadap pembangunan proposal.

9. Payback : menjelaskan terhadap bagaimana biaya terhadap pembangunan tersebut menghasilkan keuntungan. Pada bagian ini biasanya dideskripsikan menggunakan analisis cost dan benefit. 10.Timescales / phasing : jangka waktu dan batasan akhir dalam

pembangunan proposal. Pada bagian ini akan menentukan jangka waktu yang diperlukan dalam pembangunan proyek.

11.Decisions : pada bagian ini berisikan putusan pihak eksekutif yang telah ada, hal ini akan diisi setelah keputusan telah dibuat dan akan berisi rincian dari kondisi persetujuan.

Tujuan dari business case assesment yang dihasilkan tersebut adalah untuk mengidentifikasi kesiapan perusahaan apakah perusahaan tersebut siap atau tidak dalam menerapkan executive information system. EIS readiness tersebut ditentukan pihak eksekutif yang memberikan keputusan apakah EIStersebut akan diterapkan atau tidak pada perusahaan. Proses justifikasi tersebut memiliki empat komponen utama yang menjadi parameter dalam pelaksanaan business case assesment. Komponen-komponen tersebut terdiri dari :

(23)

Gambar 2.11 Komponen Justifikasi (Larissa T.Moss, 2003)

1. Business Drivers : mengidentifikasi penggerak bisnis, tujuan bisnis, dan tujuan aplikasi EIS. Memastikan bahwa tujuan aplikasi itu mendukung tujuan bisnis strategis.

2. Cost and benefit analysis : mengestimasi biaya untuk pembangunan dan pemeliharaan lingkungan sistem pendukung EIS yang sukses. Menentukan return of investment (ROI) dengan menentukan nilai nilai keuntungan tangible dan intangible pada perusahaan.

3. Business analysis issues : mendefinisikan isu isu bisnis dan kebutuhan informasi untuk menemukan strategi yang telah ditentukan dengan menjelaskan kebutuhan bisnis informasi tingkat atas.

4. Risk assessment : menilai resiko dalam hal teknologi, kompleksitas, integritas, organisasi, tim proyek, dan investasi finansial.

Stage 2 : Planning

Setelah melakukan justifikasi, tahap berikutnya akan dilakukan perencanaan terhadap infrastruktur yang dimiliki perusahaan dalam pengembangan EIS dan membuat perencanaan proyek secara keseluruhan. Pada tahapan analisis infrastruktur terdiri dari 2 bagian yaitu:

1. Technical infrastructure terdiri dari hardware, software, middleware dan database.

2. Non-technical infrastructure akan menentukan standar yang cocok pada perusahaan seperti standarisasi dan bisnis rule.

(24)

Selanjutnya dari tahapan perencanaan adalah melakuka perencanaan proyek, yang nantinya akan menjadi pedoman dalam pengembangan EIS.

Pada perencanaan proyek, memiliki 2 langkah yaitu: 1. Defining EIS project.

Dalam identifikasi proyek EIS akan mengidentifkasi objektif dan tujuan EIS.

2. Planning EIS Project

mempersiapkan perencanaan proyek seperti aktivitas dan tugas, estimasi pengembangan, project schedule.

Tujuan dari tahapan planning ini adalah memahami kebutuhan infrastruktur baik secara teknikal maupun non-teknikal terhadap kebutuhan akan penerapan EIS pada perusahaan tersebut.

Stage 3 : Business Analysis

Pada tahap business case analysis ini akan dilakukan analisis kebutuhan perusahaan yang bersifat aktual. Kebutuhan yang bersifat aktual pada perusahaan harus diidentifikasi dan dilakukan pendefinisian terhadap kebutuhan proyek. Pada tahap business analysis ini terdapat beberapa aktivitas, antara lain :

1. Mengidentifikasi kebutuhan bisnis dan kebutuhan proyek.

Pada aktivitas mendifiniskan kebutuhan bisnis ini biasanya dilakukan dengan menginterview dan melakukan meeting dengan para eksekutif dan manajer untuk mengetahui dan mengidentifikasi kebutuhan perusahaan tersebut. dalam mengidentifikasi kebutuhan bisnis diperlukan pengertian terhadap kebudayaan dan proses bisnis perusahaan yang berjalan.

2. Melakukan analisis terhadap data

Pada taham analisis data ini akan melakukan identifikasi dan merancang sumber data (data source) dengan mendesain ER diagram secara mendetail dengan atribut dan referensi antar data. Pada tahap ini jga dirancang berdasarkan logical model.

3. Membuat prototype

Dalam membangun prototipe bertujuan untuk mengetahui kebutuhan bisnis, prototipe diuji dalam rangka memvalidasi kebutuhan bisnis yang ada, setelah dilakukan pengujian hasil aporan tersebut harus memiliki

(25)

aspek positif dan negatif. Dalam pengembangan sistem protipe dapat dibuat dan diidentifikasi melalui sistem yang sedang berjalan sehingga dapat mengetahui kebutuhan terhadap sistem yang masih kurang sesuai. 4. Melakukan analisis terhadap metadata

Metadata dan data sources yang telah di rancang tersebut dipetakan kedalam struktur metadata.

Stage 4 : Design

Setelah mengetahui kebutuhan perusahaan dan requirement yang telah didiskusikan sebelumnya tahap brikutnya adalah tahap desain. Dimana pada tahap desain proyek EIS akan dilakukan perancangan sesuai kebutuhan yang telah direncanakan secara aktual. Aktivitas yang dilakukan pada tahap desain adalah :

1. Data design.

2. ETL process design. 3. Metadata repository desig.

Stage 5 : Construction

Pada tahap pembangunan ini, dilakukan pembangunan terhadap sesuatu yang telah dirancang pada tahap desain. Pembangunan yang akan dilakukan adalah membangun proses ETL, membuat metadata repository, dan membangun data mart.

Stage 6: Deployment

Pada tahap deployment ini akan dilakukan 2 aktivitas utama yaitu implementasi dan melakukan evaluasi. Aktivitas implementasi ini dilakukan menerapkan sistem yang telah dibangun dan melakukan training untuk para eksekutif. Setelah itu membuat buku panduan penggunaan sistem. Aktivitas berikutnya yaitu melakukan evaluasi, sistem yang telah dipakai tersebut didokumentasikan dan membuat laporan terhadap performance sistem sehingga dapat dilakukan evaluasi apakah sistem tersebut sudah cocok dengan sistem yang berjalan atau masih perlu ditingkatkan.

(26)

2.10 Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan identifikasi faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Pada Analisis SWOT ini setiap perusahaan harus bisa memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (opportunity) dan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). (Rangkuti, 2004). Pada analisis SWOT ini dilakukan pendekatan dan menyeimbangkan kekuatan dan kelemahan dari lingkungan internal dengan peluang dan ancaman lingkungan eksternal peruashaan yang ada.

Kekuatan adalah suatu kondisi perusahaan yang mampu untuk melakukan semua tugasnya secara baik dikarenakan semua sarana dan prasarana sangat mencukupi. (Rangkuti, 2004). Kekuatan yang diidentifikasikan ini bertujuan untuk mengetahui segala kelebihan-kelebihan yang dimiliki perusahaan dalam mempertahankan bisnisnya sehingga perusahaan dapat mengetahui apa saja yang perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan sebagai bekal untuk bersaing dengan kompetitor.

Kelemahan adalah suatu analisis lingkungan internal perusahaan yang membantu manajemen untuk menganalisis kelemahan-kelemahan penyimpangan yang membuat posisi perusahaan tidak menguntungkan sehingga mempengaruhi tingkat kemampuan untuk bersaing dengan para pesaing (Rangkuti,2004). Identifikasi kelemahan ini bertujuan untuk mengevaluasi kelemahan yang masih ada dalam perusahaan, sehingga perusahaan dapat membenahkan kelemahan tersebut dan memperbaikinya agar menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Peluang adalah bagian dari analisis lingkungan perusahaan yang membantu manajemen dalam menganalisis dan mengetahui apa saja yang menjadi peluang dan kesempatan bagi perusahaan dalam menjalankan proses bisnisnya, sehingga perusahaan dapat memperoleh pangsa pasar dan dapat meningkatkan keuntungan yang lebih besar. (Rangkuti,2004). Peluang harus diidentifikasikan dengan cepat oleh perusahaan karena dengan peluang perusahaan dapat mempersiapkan segala strategi untuk mencapai peluang, sehingga mencapai tujuan bagi perusahaan tersebut.

Ancaman merupakan bagian dari analisis pada lingkungan eksternal perusahaan yang membantu manajemen untuk mengetahui tantangan yang akan dihadapi perusahaan yang timbul karena adanya suatu kecenderungan dan perkembangan yang tidak menguntungkan di luar perusahaan. (Rangkuti,2004). Sehingga tujuan dari analisis SWOT ini adalah untuk memahami akan kekuatan,

(27)

kelemahan yang menjadi faktor internal persuahaan serta peluang dan ancaman yang menjadi faktor eksternal persuahaan, sehingga dengan pemahaman seperti itu perusahaan dapat menentukan perencanaan strategi yang bermanfaat untuk memperoleh keunggulan dalam persaingan dan memiliki produk yang sesuai dengan keinginan pelanggan.

2.11 Analisis Rantai Nilai (Value Chain)

Menurut Michael Porter (2007), Perusahaan menggunakan model Porter Competitive Forces untuk mendesain strategi umum. Untuk mengidentifikasi aktivitas secara spesifik perusahaan atau organisasi dapat menggunakan strategi kompetitif menggunakan analisis Value Chain untuk hasil yang terbaik. Perusahaan menggunakan analisis Value Chain bertujuan untuk memetakan seluruh proses dan kegiatan operasional yang terjadi dalam perusahaan. Pada Analisis Value Chain ini dibagi menjadi dua aktivitas, yaitu aktivitas utama dan aktivitas pendukung. Aktivitas utama adalah aktivitas bisnis yang berhubungan dengan produksi dan distribusi dari produk dan pelayanan perusahaan sehingga menciptakan dan menambah nilai terhadap produk atau jasa dimana pelanggan bersedia untuk membeli dan menggunakan jasa tersebut. Terdapat lima aktivitas utama yaitu :

1. Inbound Logistics (input) : merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan bahan baku, penerimaan barang dari supplier, dan penyimpanan barang (storing).

2. Operations (manufaktur dan pengujian) : mentransformasikan bahan baku menjadi barang jadi dan jasa.

3. Outbound logistics (penyimpanan dan distribusi) : aktivitas yang berhubungan dengan customer, dengan menyalurkan barang yang sudah di proses menjadi barang jadi dan jasa ke customer.

4. Pemasaran dan penjualan : aktivitas yang berhubungan dengan pemasaran dan bagaimana cara untuk mendapatkan pembeli.

5. Pelayanan after-sales : merupakan kegiatan yang mempertahankan dan meningkatkan nilai produk.

Aktivitas utama yang telah ditentukan tersebut ditopang oleh kegiatan pendukung. Tidak seperti aktivitas utama, aktivitas pendukung tidak langsung menambah nilai langsung ke produk atau jasa perusahaan. mereka saling berkontribusi dan

(28)

mendukung kegiatan utama. Adapun aktivitas pendukung yang mendukung kegiatan aktivitas utama dalam perusahaan antara lain :

1. Firm Infrastructure : merupakan infrastruktur yang terdapat pada perusahaan yang mendukung kegiatan operasional.

2. Human resource technology : aktivitas perekrutan dalam perusahaan, pelatihan, meningkatkan kesejahteraan karyawan.

3. Pengembangan teknologi : merupakan aktivitas yang mendukung kegiatan operasional dan berkaitan dengan teknologi.

4. Procurement : aktivitas yang melakukan pembelian barang maupun jasa dari dalam perusahaan seperti melakukan promosi dengan iklan, biaya delivery, pembelian bahan baku dari supplier.

Gambar 2.12 Analisis Value Chain (Rainer & Cegielski, 2007) 2.12 Analisis Porter’s Five Forces Model

Analisis Porter’s Five Forces Model merupakan suatu metode yang digunakan perusahaan untuk mengembangkan strategi yang dapat meningkatkan tingkat kompetitif perusahaan tersebut. (Porter,1985). Model Porter ini juga menunjukan bagaimana teknologi informasi dapat membuat persuahaan lebih kompetitif.

(29)

Gambar 2.13 Porter’s five force model (Porter,1985)

Model Porter ini mengidentifikasikan lima kekuatan utama yang dapat membahayakan atau meningkatkan posisi perusahaan dalam suatu industri tertentu. Berikut merupakan Porter’s five force model :

1. Ancaman yang datang dari pendatang baru : ancaman terhadap masuknya kompetitor baru ke dalam persaingan itu dianggap tinggi apabila tingkat kemudahan pendatang baru dapat dengan mudah untuk memulai bisnis tersebut. bagaimana tingkat kesulitan maupun kemudahan bagi para pendatang baru untuk masuk ke dalam suatu bisnis yang sama. Pada Porter's five force model ini dipengaruhi oleh kekuatan suatu produk (brand equity). Besarnya hambatan terhadap memasuki dalam suatu bisnis seperti cost advantage, skill tertentu, hak paten, dll.

2. Kekuatan pemasok : kekuatan pemasok akan menjadi tinggi apabila pelanggan hanya memiliki sedikit pilihan terhadap barang yang dibutuhkan. Sebaliknya apabila suatu produk yang diinginkan pelanggan tersebut banyak pilihan kekuatan pemasok akan menjadi rendah. Faktor yang mempengaruhi pemasok yaitu switching cost ke pemasok lainnya, jumlah pemasok, supplier concentrate.

(30)

3. Kekuatan pelanggan : kekuatan pelanggan akan menjadi kuat apabila pelanggan tersebut memiliki banyak pilihan terhadap varian produk yang dibutuhkan.

4. Ancaman terhadap barang atau jasa pengganti : apabila barang pengganti terhadap barang atau jasa yang dijual perusahaan tersebut banyak, maka tingkat ancamannya pun semakin tinggi, dan sebaliknya apabila barang atau jasa pengganti yang dijual perusahaan sedikit, maka tingkat ancamannya akan semakin sedikit. Diferensiasi produk sangat berpengaruh terhadap force ini karena apabila tingkat diferensiasi tersebut kecil maka pelanggan tidak akan berfikir lama untuk berpindah produk apabila pelanggan juga menemukan selisih harga yang sedikit.

5. Persaingan antara mitra bisnis yang sama : bagaimana tingkat persaingan yang terjadi pada perusahaan, apakah tingkat persaingan tersebut itu tinggi atau rendah. Tinggi rendahnya tingkat persaingan dapat diukur dari banyaknya kompetitor yang bergerak dalam bisnis yang sama, semakin banyak kompetitor bisnis maka akan semakin tinggi tingkat persaingan dan sebaliknya semakin sedikit kompetitor makan akan rendah tingkat persaingan dalam perusahaan tersebut. pada faktor ini dipengaruhi oleh jumlah pesaing, perbedaan kualitas, perbedaan harga, loyalitas pelanggan.

2.13 Key Performance Indicator

Key Performance Indicator (KPI) merupakan satu set langkah-langkah pengukuran yang berfokus pada aspek yang bersifat kritis terhadap kinerja organisasi demi kesuksesan untuk masa depan organisasi. (Parmenter, 2010)

(31)

Gambar 2.14 Empat Tipe Pengukuran Performa (Parmenter, 2010)

Pada KPI terdapat empat tipe dalam mengukur suatu performa kinerja dalam perusahaan, antara lain :

1. Key Result Indicators (KRIs) : KRI menunjukan apa yang telah dicapai terhadap critical success factor. KRI tersebut dapat dilihat dari kepuasan pelanggan, laba bersih sebelum pajak, profitabilitas pelanggan, kepuasan karyawan dan kembalinya modal yang telah digunakan.

2. Result Indicators (RIs) : result indicator menunjukan apa yang telah dicapai terhadap suatu kinerja tertentu. Contohnya laba bersih terhadap produk kunci, penjualan yang dilakukan kemarin, keluhan pelanggan. 3. Performance Indicators (PIs) : menujukan terhadap apa yang harus

dilakukan.

4. Key Performance Indicators (KPIs) : menunjukan apa yang perlu ditingkatkan terhadap pengukuran performa perusahaan.

Menurut Parmenter (2010) Key Performance Indicator memiliki 7 karakteristik antara lain :

1. Pengukuran bersifat non finansial (tidak dinyatakan dalam dollar, yen, pound,euro, dll)

2. Diukur secara teratur (frequently) contoh setiap hari atau tiap bulan. 3. Ditindak lanjuti oleh CEO atau tim manajemen tingkat atas.

4. Pemahaman terhadap pengukuran dan corrective action dilakukan oleh semua staf.

(32)

6. Memiliki dampak yang signifikan contoh mempengaruhi keberhasilan terhadap CSF.

7. KPI memberikan dampak positif bagi perusahaan.

2.14 Critical Success Factors

Critical Success Factor merupakan ketentuan dari lingkungan organisasi yang berpengaruh terhadap keberhasilan dan kegagalan objektif perusahaan. CSF dapat ditentukan apabila objektif suatu perusahaan telah dilakukan identifikasi terlebih dahulu. CSF memiliki tujuan untuk menggambarkan objektif perusahaan lebih jelas untuk menentukan kegiatan yang harus dilakukan dan informasi – informasi apa saja yang dibutuhkan untuk tercapainya objektif tersebut.

Gambar 2.15 Pengukuran performa dari visi dan misi (Parmenter, 2010)

Dalam melakukan pengukuran terhadap performa suatu perusahaan dapat sangat terlihat hubungan antara CSF dan KPI yang saling berhubungan. Pengukuran tersebut dilihat dari visi, misi, dan nilai perusahaan dan diturunkan menjadi strategi

(33)

pada setiap bidang perusahaan. Tiap bidang tersebut akan memiliki CSF yang menjadi kunci kesuksesan yang diturunkan menjadi KPI. Ketepatan suatu KPI dapat ditentukan berdasarkan CSF yang diperoleh. Semakin tepat CSF semakin tinggi tingkat ketepatan terhadap KPI tersebut.

2.15 UML (Unified Modeling Language)

Unified Modeling Language merupakan suatu kumpulan standar dari pembangunan dan notasi dari model yang dikembangkan dengan spesifik untuk pengembangan yang berorientasi objek. UML digunakan untuk pengembangan sistem yang terdiri dari berbagai diagram untuk menggambarkan dan menunjukan model dari sistem kepada pengguna (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010).

2.15.1 Use Case Diagram

Use case menjelaskan perspektif pengguna terhadap fungsionalitas dan deskripsi dari sistem yang berasal dari pandangan user. (Bennet, McRobb, & Farmer, 2010). Use case dapat digunakan untuk mendokumentasi ruang lingkup sistem dan pemahaman dari pembangun sistem tentang apa yang dibutuhkan user. Use case akan direpresentasikan secara grafis dalam bentuk use case diagram.

(34)

Gambar 2.16 Contoh Use Case Diagram (Bennet, McRobb, & Farmer, 2010)

(35)

2.15.3 Fully Developed Use Case Description

Fully developed use case description merupakan suatu metode yang paling formal untuk mendokumentasikan suatu use case. (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010). Tujuan dari fully developeduse case description adalah gambaran dari fungsi masing – masing use case yang ada dalam sistem dan dapat dideskripsikan dalam bentuk tabel deskripsi use case. Metode use casedescription fully developed tersebut sangat baik dalam menggambarkan aliran internal dari kegiatan untuk usecase.

Gambar 2.17 Contoh Fully Developed Use Case Description (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010)

(36)

2.15.4 Sequence Diagram

Sequence diagram menunjukan interaksi antara objek yang satu dengan objek lainnya dalam sebuah rangkaian waktu. Sequence diagram dapat menggambarkan dalam level detil dan tujuan yang berbeda. Sequence diagram secara khusus digunakan untuk merepresentasikan objek yang terjadi pada satu use case atau satu operasi. (Bennet, McRobb, & Farmer, 2010). Notasi yang digunakan dalam membuat sequence diagram yaitu actor, objek, lifeline, message, event, return.

Terdapat beberapa operator yang berfungsi sebagai interaksi dan biasa diletakan dalam suatu fragment. Operator tersebut antara lain :

1. Alt

Merupakan alternative yang dgunakan untuk menjelaskan behaviour suatu laternatif. Pilihan dari behavoiur tersebut ditunjukan terpisah. Dimana constraint dari interaksi dapat dinyatakan sebagai pilihan yang benar atau true.

2. Opt

Opt menjelaskan pilihan tunggal dari operand yang akan di eksekusi apabila constraint dari interaksi dinyatakan benar.

3. Loop

Loop digunakan untuk mengindikasikan suatu operand yang dilakukan berulang hingga constraint dari suatu interaksi tidak lagi dinyatakan true.

(37)

Gambar 2.18 Contoh Sequence Diagram (Bennet, McRobb, & Farmer, 2010)

2.16 Navigation Diagram

Navigation diagram merupakan hubungan dari transisi perpindahan antar window yang satu dengan window lainnya. Navigation diagram ini merupakan jenis diagram yang menampilkan user interface secara keseluruhan. Berikut merupakan notasi yang digunakan dalam navigation diagram.

(38)

Gambar 2.19 Contoh Navigation Diagram (Mathiassen, Munk-Madsen, Nielsen, & Stage, 2000).

2.17 Storyboard

Storyboard dapat digunakan untuk membuat desain sebuah proyek secara detil. Storyboard sering disebut sebagai outline grafis yang mampu menjelaskan proyek dengan kata-kata deskriptif dan sketsa untuk menjelaskan setiap gambar, suara, dan pilihan navigasi yang ada pada tampilan layar (Vaughan, 2011). Dalam mendesain biasanya pengguna akan melakukan banyak permintaan melalui pendekatan sehingga segala yang diinginkan oleh pengguna dapat terealisasikan dengan baik. Semakin baik perancangan pada storyboard semakin baik dan mempermudah dalam realisasi pengerjaan proyek tersebut.

2.18 Activity Diagram

Activity diagram merupakan jenis diagram alur kerja yang menggambarkan kegiatan pengguna dan alirannya secara sekuensial atau berurut. Activity diagram menggambarkan berbagai pengguna, kegiatan, orang yang melakukan aktivitas masing-masing dan aliran sekuensial dari aktivitas – aktivitas yang dilakukan. (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010).

(39)

Gambar 2.20 Contoh activity diagram

(Satzinger, Jackson, & Burd, Object-Oriented Analysis and Design with The Unified Process, 2010)

Activity diagram ini digunakan untuk menjelaskan bisnis dan alur kerja secara step-by-step dari komponen suatu system.

2.19 Deployment Diagram

Deployment Diagram merupakan penyebaran yang menunjukan pada penempatan suatu physical nodes yang berbeda. Sebuah node tersebut dapat dianggap sebuah device (komputer) yang mewakili sumber daya komputasi tunggal. (Satzinger, Jackson, & Burd, Object-Oriented Analysis and Design with The Unified Process,

(40)

2010). Tujuan dari penggambaran deployment diagram ini adalah menggambarkan bagaimana suatu komponen tersebut di deploy dalam infrastruktur sistem. Komponen pada deployment diagram tersebut terletak pada hardware dan yang bersifat fisikal adalah server.

Gambar 2.21 Contoh depoyment diagram (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010).

Gambar

Gambar 2.1 Piramida Sistem Informasi  (A.Hall, 2007)
Gambar 2.2 Alur kerja BI  (Turban, Sharda, & Delen, 2011)
Gambar 2.3 Contoh performance dashboard
Tabel 2.1 Kemampuan performance dashboard
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan yang ingin dipenuhi adalah untuk memperoleh keuntungan semaksimal mungkin dari penjualan 3 jenis makanan tradisional, sehingga koefisien fungsi tujuan

Dari perbedaan hasil penelitian tentang biaya mutu yang secara umum menghasilkan dua pendapat yang berbeda terhadap biaya mutu maka penulis tertarik untuk

Maka dari itu, Kelompok Studi Manajemen (KSM) sebagai organisasi yang menjadi salah satu wadah mahasiswa Program Studi Manajemen maupun mahasiswa Fakultas Ekonomika dan

Pelajar dapat mengemukakan, menghurai dan menganalisis aktiviti utama yang dilaksanakan bersesuaian dengan konteks dalam 4 aspek dan mencapai tahap maksimum

Berdasarkan temuan alat-alat batu yang ada menunJukkan bahwa penghuni Gua Macan memiliki keahlian teknologi yang baik, hal tersebut dibuktikan dengan kondisi

Berdasarkan teori-teori tersebut dapat didefenisikan secara sederhana bahwa hasil belajar matematika adalah kopetensi yang dimiliki siswa setelah melakukan kegiatan belajar

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat dipandang sebagai produk dan sebagai proses. Secara definisi, IPA sebagai produk adalah hasil temuan-temuan para ahli saintis,

Bagi Pemerintah Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Timur dpelaksanaan Survei Monitoring Jenis Ikan Terancam Punah, dilindungi/tidak dilindungi (Pari Manta) dapat menjadi masukan