• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya peristiwa kebakaran di Lumintang pada tahun 1998 dan adanya. perpindahan pusat Pemerintahan Kabupaten Badung dari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya peristiwa kebakaran di Lumintang pada tahun 1998 dan adanya. perpindahan pusat Pemerintahan Kabupaten Badung dari"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Terjadinya peristiwa kebakaran di Lumintang pada tahun 1998 dan adanya perpindahan pusat Pemerintahan Kabupaten Badung dari Denpasar ke Mangupura, hal tersebut membuat keberadaan beberapa bekas gedung milik Pemerintah Kabupaten Badung menjadi tidak terurus atau terbengkalai. Oleh karena itu, pada tahun 2003, Pemerintah Kota Denpasar semasih masa kepemimpinan Walikota Puspayoga berinisiatif untuk melalukan pendayagunaan terhadap gedung bekas SKPD Pemerintah Kabupaten Badung tersebut. Di samping karena sudah tidak terpakainya gedung tersebut oleh pihak pemerintah Kabupaten Badung, maka pihak pemerintah Kota Denpasar yang belum mempunyai cukup gedung untuk keperluan SKPD-nya menjadi alasan lain mengapa Pemerintah Kota Denpasar menginginkan gedung tersebut untuk didayagunakan kembali.

Demi mewujudkan keinginan tersebut, Pihak Pemerintah Kota Denpasar mengajukan surat permohonan kepada Bupati Badung mengenai permohonan izin pemanfaatan gedung-gedung tersebut. Setelah melalui proses birokrasi yang cukup panjang dari tahun 2003 hingga tahun 2010, tepatnya pada tanggal 20 April 2010, Pemerintah Kota Denpasar melalui Bagian Pengelolaan Aset Daerah Setda Kota Denpasar beserta seluruh jajaran SKPD Pemerintah Kota lainnya melakukan peninjauan ke lapangan terhadap gedung milik Pemerintah Kabupaten Badung tersebut.

(2)

Hasil peninjauannya di lapangan, Pemerintah Kota Denpasar mengusulkan 10 (sepuluh) unit gedung milik Pemerintah Kabupaten Badung agar dapat dimanfaatkan keberadaannya sebagai gedung untuk keperluan SKPD Pemerintah Kota Denpasar yang saat itu masih tersebar di beberapa wilayah. Adapun 10 (sepuluh) gedung yang dimaksud adalah:

1. Bekas gedung kantor Bapedda, BLH, DKP Badung, Jalan Mulawarman No. 2, Denpasar (akan dimanfaatkan untuk Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kota Denpasar dan DPU Kota Denpasar);

2. Bekas gedung kantor Badan KB dan KS, Jalan Mulawarman No. 5, Denpasar (akan dimanfaatkan untuk Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa);

3. Bekas gedung kantor Dinas Cipta Karya, Jalan Mulawarman No. 1, Denpasar (akan dimanfaatkan untuk BKD Kota Denpasar);

4. Bekas gedung kantor Dinas Kebudayaan, Jalan Kauripan No. 2, Denpasar (akan dimanfaatkan untuk Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Denpasar);

5. Bekas gedung kantor Dinas Dikpora, Jalan Ayani No. 112, Denpasar (akan dimanfaatkan untuk Dinas Kebudayaan Kota Denpasar);

6. Bekas gedung kantor Kesbanglinmas dan Pol, Jalan Majapahit No. 6, Denpasar (akan dimanfaatkan untuk Dinas Kesehatan Kota Denpasar);

7. Bekas gedung Disosnaker II, Jalan Mataram, Denpasar (akan dimanfaatkan untuk Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kota Denpasar);

8. Bekas gedung kantor Inspektorat, Jalan Mataram No. 2, Denpasar (akan dimanfaatkan untuk Inspektorat Kota Denpasar);

(3)

9. Bekas gedung Dinas Bina Marga dan Pengairan, Jalan Bliton No. 1, Denpasar (akan dimanfaatkan untuk Badan Kesbangpol dan Linmas Kota Denpasar); 10.Bekas gedung Dinas Kesehatan Badung, Jalan Kamboja No. 2, Denpasar

(akan dimanfaatkan untuk Puskesmas Denpasar Utara I).

Setelah dilakukan peninjauan di lapangan, Pemerintah Kota Denpasar menyatakan bahwa gedung-gedung tersebut masih layak untuk digunakan namun hanya diperlukan renovasi pada beberapa titik bangunan. Sebagai tindak lanjut dari peninjauan lapangan tersebut Pemerintah Kota Denpasar bercita-cita agar Lumintang dapat dijadikan civic centre Pemerintah Kota Denpasar.

Selanjutnya pada tahun 2011, Pemerintah Kabupaten Badung (selaku pihak pertama) bersama dengan Pemerintah Kota Denpasar (selaku pihak kedua) sepakat untuk membuat Perjanjian Sewa Menyewa atas Tanah dan/atau Bangunan Gedung. Dinyatakan di dalam perjanjian sewa-menyewa tersebut bahwa disewakannya 10 (sepuluh) unit gedung hasil peninjauan tahun 2010 lalu kepada pihak kedua oleh pihak pertama dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung mulai tanggal 25 April 2011 hingga 25 April 2016. Biaya dan teknis pembayaran sewa gedung tersebut juga secara rinci dijabarkan dalam perjanjian tersebut.

Apabila melihat dasar hukum nomor 2 dari pembuatan perjanjian sewa menyewa yang dibuat oleh kedua pihak yaitu Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, sewa barang milik daerah dapat disewakan kepada pihak ketiga dengan menerima imbalan uang tunai sedangkan para pihak di dalam perjanjian sewa gedung SKPD diatas adalah sesama pemerintah yaitu antara Pemerintah Kabupaten Badung dengan Pemerintah Kota Denpasar. Oleh karena sesama Pemerintah Daerah tidak dibenarkan seharusnya perjanjian sewa menyewa tersebut, pemanfaatan aset oleh

(4)

sesama Pemerintah Daerah dapat dilaksanakan dengan pola pinjam pakai menurut pasal 1 angka 20 dan pasal 35 Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 .

Berdasarkan latar belakang diatas dirasakan perlu untuk melakukan penelitian terhadap perjanjian sewa menyewa gedung milik pemerintah antara Pemerintah Kabupaten Badung dan Pemerintah Kota Denpasar .

Penelitian ini akan ditulis secara sistematis dalam suatu rangkaian tugas akhir/skripsi yang berjudul: “PROBLEMATIKA YURIDIS PERJANJIAN

SEWA MENYEWA GEDUNG MILIK PEMERINTAH ANTARA

PEMERINTAH KOTA DENPASAR DENGAN PEMERINTAH

KABUPATEN BADUNG” dengan harapan, jika terdapat kesalahan dalam perjanjian sewa menyewa tersebut agar dapat dibenahi guna mewujudkan kepemerintahan yang baik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, penulis dapat merumuskan 2 (dua) permasalahan yang akan dibahas pada tulisan ini, yaitu: 1. Bagaimana pola pemanfaatan aset daerah jika para pelaku pemanfaatannya

adalah sesama pemerintah?

2. Bagaimana status hukum dari perjanjian sewa menyewa bekas gedung SKPD yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Badung dan Pemerintah Kota Denpasar?

(5)

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Dalam setiap penulisan skripsi diperlukan adanya suatu ketegasan tentang materi yang diuraikan, hal ini dikarenakan untuk mencegah agar materi yang dibahas tidak menyimpang dari pokok permasalahan, agar tulisan ini memiliki kerangka yang jelas dan sistematis serta tidak keluar dari judul serta latar belakang permasalahan, penulis membatasi ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas pada tulisan ini.

Pada Bab I penulis mendeskripsikan keseluruhan peristiwa secara singkat pada latar belakang permasalahan kemudian merumuskan 2 (dua) permasalahan yang akan dibahas pada bab berikutnya. Kemudian pada Bab II penulis memberikan tinjauan umum mengenai Pemerintah Daerah, Kewenangan, Aset Daerah dan Perjanjian. Pada bab III penulis mulai membahas pengaturan pola pemanfaatan aset daerah. Pada bab IV penulis juga akan membahas status hukum dari perjanjian sewa menyewa bekas gedung SKPD yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Badung dan Pemerintah Kota Denpasar.Selanjutnya untuk melengkapi rangkaian tulisan ilmiah, pada bab V penulis akan memberikan kesimpulan-kesimpulan atas permasalahan yang dibahas lalu memberikan saran guna tercapainya tujuan dan manfaat dari penulisan skripsi ini.

1.4 Orisinalitas Penelitian

Dalam tulisan ini, penulis menggunakan 3 (tiga) skripsi ilmu hukum terdahulu melalui penelusuran di Ruang Koleksi Skripsi Fakultas Hukum Universitas Udayana dimana hal itu dimaksudkan sebagai referensi penulisan dan

(6)

untuk menghindari terjadinya plagiasi serta menyatakan bahwa tulisan ini memang hasil karya dan pemikiran penulis sendiri, adapun skripsi yang penulis maksud adalah:

No Judul Penulis Rumusan Masalah

1 Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik Sebagai Dasar Gugatan Dalam Sengketa Tata Usaha Negara

I Dewa Gde Natih Pradnya Prabhawa

1. Asas-asas Pemerintahan yang baik yang mana dapat dijadikan dasar gugatan terhadap

Keputusan Tata Usaha Negara? 2. Bagaimana penerapan Asas-asas

Umum Pemerintahan yang Baik dalam penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara?

2 Implementasi Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Goverment Dalam Upaya Mewujudkan Tata Kelola Kepemerintahan Yang Baik di Kabupaten Jembrana I Putu Oka Pratiwi Widasmara

1. Bagaimana tindakan hukum yang dilakukan kepala daerah Kabupaten Jembrana dalam menerapkan pengelolaan pemerintahan yang berbasis elektronik untuk mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik?

2. Faktor-faktor yang menjadi penghambat dan pendukung pelaksanaan pengelolaan

pemerintahan berbasis elektronik di Pemerintah Daerah Kabupaten Jembrana dalam mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik?

3 Tanggung Jawab Penyewa Dalam Perjanjian Sewa Menyewa Mobil Rent A Car Di Kota Denpasar Juliette Anne Mantovaya Pega 1. Bagaimana pelaksanaan

perjanjian sewa menyewa rent a car?

2. Bagaimanakah akibat hukumnya apabila pihak penyewa

(7)

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini merupakan karya tulis ilmiah yang wajib dilaksanakan dengan menggunakan kaidah dan metode ilmiah dalam pengembangan ilmu hukum, terkait suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. Tujuan penelitian pada hakikatnya mengungkapkan apa yang hendak dicapai oleh peneliti, adapun tujuan dari penelitian ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:

1.5.1 Tujuan Umum

1. Untuk mengamalkan ajaran Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya penelitian, yang dalam hal ini penulis melakukan penelitian dalam bidang hukum internasional sesuai dengan program kekhususan yang diambil.

2. Untuk memberikan kontribusi terhadap perkembangan dalam ilmu hukum. 3. Untuk melatih kemampuan penulis dalam bernalar dan beragumentasi hukum

kemudian menuangkannya dalam sebuah tulisan.

4. Untuk memenuhi komposisi jumlah Sistem Kredit Semester (SKS) dalam kelompok mata kuliah wajib nasional yaitu Tugas Akhir/Skripsi guna mendapatkan gelar sarjana hukum.

1.5.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pola pemanfaatan aset daerah secara umum

2. Untuk menganalisa dan mengetahui pengaturan pola pemanfaatan aset daerah jika para pelaku pemanfaatannya adalah sesama pemerintah..

(8)

3. Untuk menganalisa dan mengetahui status hukum dari perjanjian sewa menyewa bekas gedung SKPD yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Badung dan Pemerintah Kota Denpasar.

1.6 Manfaat Penelitian

Pada tulisan ini, penulis setidaknya mengharapkan tercapainya 2 (dua) jenis kemanfaatan, yaitu:

1.6.1 Manfaat Teoritis

1. Tulisan ini diharapkan dapat membantu memberikan penjelasan hukum pada pembaca tentang bagaimana pengaturan pola pemanfaatan aset daerah jika para pelaku pemanfaatannya adalah sesama pemerintah dan bagaimana status hukum terhadap perjanjian sewa menyewa bekas gedung SKPD yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Badung dan Pemerintah Kota Denpasar.

2. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan substansi disiplin di bidang ilmu hukum khususnya hukum pemerintahan.

1.6.2 Manfaat Praktis

1. Tulisan ini diharapkan dapat menjadi referensi sebagai bahan bacaan sehingga dengan demikian, mampu membuka pola pikir dan selanjutnya diharapkan dapat memberikan sumbangsih sebagai pedoman bagi penulisan karya ilmiah berikutnya, baik dalam bentuk makalah maupun dalam bentuk tulisan ilmiah lainnya.

(9)

2. Tulisan ini diharapkan dapat menjadi barometer implementasi hukum di kehidupan sehari-hari dalam masyarakat.

1.7 Landasan Teoritis

Dalam ilmu hukum sering ditemukannya istilah kekuasaan, kewenangan, dan wewenang. Kekuasaan sering disamakan begitu saja dengan kewenangan, dan kekuasaan sering dipertukarkan dengan istilah kewenangan, demikian sebaliknya. Bahkan kewenangan sering disamakan juga dengan wewenang. Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan dalam arti bahwa “ada satu pihak yang memerintah dan pihak lain yang diperintah”.1

Menurut Prajudi Atmosudirjo, yang dimaksud dengan kewenangan (authority gezag) adalah apa yang dimaksud dengan kekuasaan formal, yang berasal dari kekuasaan legislatif (diberi oleh Undang-Undang) ataupun dari kekuasaan eksekutif/administratif.2

Sedangkan yang dimaksud dengan wewenang (competence, bevoegdheid), masih dalam pendapat Prajudi Atmosudirjo adalah kekuasaan untuk melakukan suatu tindakan atau menerbitkan surat-surat izin dari seorang pejabat atas nama menteri, sedangkan kewenangannya masih berada pada tangan menteri (delegasi wewenang).3

Dalam kaitannya dengan Pemerintahan Daerah, kewenangan Pemerintah Daerah adalah hak dan kekuasaan yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah untuk

1

Miriam Budiardjo, 1998, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, h.35.

2

Prajudi Atmosudirjo, 1981, Hukum Administrasi Negara, Ghalia, Jakarta, h.73.

3

(10)

melakukan sesuatu. Para ahli hukum administrasi di tahun-tahun ini telah memberikan perhatian yang luas terhadap keputusan-keputusan yang bersifat umum, yakni rencana-rencana , peraturan-peraturan kebijaksanaan, juga peraturan pemberian kuasa (wewenang).4

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pengertian otonomi daerah adalahhak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan menurut Vincent Lemius otonomi daerah adalah kebebasan untuk mengambil keputusan politik maupun administrasi dengan tetap menghormati peraturan perundang-undangan.5

Meskipun dalam otonomi daerah ada kebebasan untuk menentukan apa yang menjadi kebutuhan daerah, tetapi dalam kebutuhan daerah senantiasa disesuaikan dengan kepentingan nasional, ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi kebijakan tersebutakan menghasilkan program-program sebagai upaya pemerintah yang nantinya merupakan merupakan wujud konkrit dari kebijakan tersebut. Melalui kewenangan ini diharapkan akan tumbuh prakarsa atau inisiatif dan kreatifitas daerah untuk mendayagunakan potensi setempat , dan menjadi semakin responsif terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi.6

4

Philipus M. Hadjon , et. Al., 1994, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, h.79.

5

Indroharto, 1994, Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, Citra Aditya Bakti, Bandung, h.65

6

Emil Salim, 1993, Pembangunan Berwawasan Lingkungan, Penerbit LP3ES, Cet. Ke-6, Jakarta, h.152

(11)

Menurut Philipus M. Hadjon Pemerintah dalam melakukan fungsi kerjanya mempunyai 2 (dua) peranan7 , yaitu selaku pelaku hukum publik (public actor) yang menjalankan kekuasaan publik (public authority) dan selaku pelaku hukum keperdataan (civil actor) yang melakukan pelbagai perbuatan hukum keperdataan (privaatrechtelijke handeling) seperti halnya melakukan perjanjian jual beli, sewa menyewa, pemborongan dan sebagainya.

Syarat-syarat sahnya perjanjian telah diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata yang menyatakan bahwa sahnya suatu perjanjian tergantung pada pemenuhan empat syarat yaitu8:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan diri; 2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian; 3. Suatu hal tertentu;

4. Suatu sebab yang halal.

Pemerintah Dalam membuat perjanjian jual beli, sewa menyewa, pemborongan dan lain sebagainya harus tetap memperhatikan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik agar kegiatan penyelenggaraan kepemerintahan di tingkat pusat ataupun di daerah berjalan secara tepat.

1.8 Metode Penelitian

Robert Bogdan dan Steven J. Taylor menyatakan bahwa Metode adalah proses, prinsip, dan prosedur dengan mendekati masalah-masalah dan mencari

7

Philipus M. Hadjon, dkk, 2005, Pengantar Hukum Adminsitrasi Indonesia(Introduction to the Indonesian Adminstrative Law), Gajah Mada University Press, Yogyakarta, h. 192.

8

Sri Soesilowati Mahdi, dkk, 2005, Hukum Perdata (Suatu Pengantar), Gitama Jaya Jakarta, Jakarta, h.141.

(12)

jawaban. Dalam ilmu-ilmu sosial istilah ini berlaku untuk bagaimana seseorang melakukan penelitian.9 Metode penelitian adalah cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Untuk dapat memahami obyek dari penelitian ini maka digunakan pendekatan dan metode tertentu sehingga dapat dhasilkan suatu karya ilmiah yang dapat di pertanggungjawabkan. Adapun metode yang digunakan adalah sebagai berikut:

1.8.1 Jenis Penelitian

Berdasarkan pemaparan latar belakang serta rumusan masalah di atas, maka penulis akan menggunakan jenis penelitian hukum empiris. Penelitian hukum empiris adalah mendekati masalah dengan melihat kenyataan-kenyataan yang terjadi di lapangan.

1.8.2 Jenis Pendekatan

Adapun jenis pendekatan yang digunakan dalam tulisan ini adalah pendekatan perundang-undangan (the statute approach) dan pendekatan kasus (the case approach).

Pendekatan perundang-undangan (the statute approach) merupakan jenis pendekatan yang mengkaji peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam masyarakat10, dalam hal ini pendekatan perundang-undangan dilakukan dengan mengkaji peraturan perundang-undangan yang terkait dengan permasalahan yang diangkat.

9

Soerjono Soekanto, op.cit, h. 46

10

Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, 2009, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Pustaka Belajar, Yogyakarta, h. 34.

(13)

Pendekatan kasus (the case approach) yaitu memusatkan perhatian pada kasus secara intensif dan mendetail, subyek yang diteliti terdiri dari satu unit yang dipandang sebagai kasus.11

1.8.3 Data Hukum

Sumber-sumber data hukum yang digunakan penulis guna menunjang penulisan skripsi ini dapat dibagi 2 (dua), yakni:

1.8.3.1Data Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber utama di lapangan. Data tersebut berasal dari pengamatan dan wawancara langsung dengan informan. Informasi yang diperoleh dari wawancara tersebut di dalamnya termasuk fakta-fakta, pendapat dan persepsi. Dalam tulisan ini, penulis menggunakan data primer yang diperoleh dari bagian Pengelolaan Aset Daerah Sekda Kota Denpasar berupa laporan hasil rapat, laporan hasil peninjauan lapangan, rekomendasi instansi terkait serta wawancara dengan pejabat serta staf di bagian tersebut.

1.8.3.2Data Sekunder

Yaitu suatu data yang bersumber dari penelitian kepustakan, yaitu data yang diperoleh tidak secara langsung dari sumber pertamanya, melainkan bersumber dari data-data yang sudah terdokumenkan dalam bentuk bahan-bahan hukum.12

Data sekunder terdiri dari : 1. Bahan hukum primer

Yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat terdiri dari peraturan perundang-undangan yaitu :

11

Winarno Surakhman , 1982, Pengantar Penelitian Ilmiah, Tarsito, Bandung , h. 143

12

M. Iqbal Hasan. 2002, Pokok-Pokok Materi Metode Penelitian dan Aplikasinya, Cet I, Ghalia Indonesia, Jakarta, h. 83

(14)

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan

4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan Negara

5) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

6) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

7) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;

8) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah

a. Bahan Hukum Sekunder yang digunakan berasal dari buku literatur, artikel dan makalah yang berhubungan dengan tulisan ini.

b. Bahan Hukum Tersier yaitu bahan rujukan yang diperoleh dari kamus-kamus yang berkaitan seperti Kamus Hukum serta Kamus Besar Bahasa Indonesia.13 1.8.4 Teknik Pengumpulan Data Hukum

Sesuai dengan sumber data seperti yang dijelaskan di atas, maka dalam penelitian ini akan diterapkan teknik wawancara dengan tatap muka yaitu usaha untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada informan di

13

(15)

lapangan (primer) serta menggunakan teknik studi dokumen yaitu dengan cara studi kepustakaan terhadap bahan-bahan hukum yang digunakan.

Penelusuran dalam studi kepustakaan yang dimaksud dilakukan dengan membaca dan melakukan penulusuran bahan hukum melalui media internet. Data kepustakaan ini digunakan untuk memperkokoh dan memperluas hasil-hasil penelitian dan juga sebagai bahan untuk mengadakan penilaian terhadap hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain.

1.8.5 Teknik Analisis

Bahan yang diperoleh baik dari penelitian lapangan maupun dari studi kepustakaan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas, maka data tersebut akan dianalisa secara kualitatif, yaitu dengan memilih data yang memiliki kualitas tinggi, berhubungan serta akurat guna menjawab permasalahan yang diajukan pada akhirnya akan disajikan secara deskriptif .14

14

Hadi Sutrisno dan Sri Diamuli, 1977, Metodelogi Research Jilid III, Gama University Press, Yogyakarta, h.159.

Referensi

Dokumen terkait

➢ Bila anak sudah mengenal berbagai karya dalam mencap sayur dan mau melakukan kegiatan itu tanpa bantuan orang tua. ❖ Bila anak tidak mau menunjukkan

Kelarutan dalam suatu obat yang bersifat asam atau basa tergantung pada pKa dari gugus fungsional yang mengion dan kelarutan intrinsik untuk bentuk terion dan bentuk tidak

4) riteria ren.ana pemban$unan %asilitas pela#anan umum seba$aimana dimaksud dalam 3asal 2 A#at (4) uru% e #an$ a"ib dilakukan Analisis Dampak Lalu Lintas diitun$.

Hasil penelitian ini diharapkan dapatdimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang berkenaan dalam mengembangan kurikulum tingkat satuan

Petunjuk B dipergunakan untuk menjawab soal nomor 23 sampai dengan nomor 26.. Protalium tumbuhan paku mempunyai

Di dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Kusumawati (2008) yang berjudul “ANALISIS PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KEPUASAN KERJA

Pengelolaan lingkungan yang mencekam komoditi panenan dilakukan sedemikian rupa sehingga produk tersebut masih dapat mampu mempertahankan hidupnya yang direfleksikan

Karakteristik morfometrik domba Kisar mirip dengan domba ekor tipis Jonggol, tetapi lebih kecil dari pada domba ekor gemuk Madura, domba ekor gemuk Indramayu, dan domba ekor