• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPRESSION MANAGEMENT MAHASISWI PEROKOK (Studi Deskriptif Kualitatif Impression Management Mahasiswi Perokok Di Universitas Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPRESSION MANAGEMENT MAHASISWI PEROKOK (Studi Deskriptif Kualitatif Impression Management Mahasiswi Perokok Di Universitas Sumatera Utara)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

IMPRESSION MANAGEMENT MAHASISWI PEROKOK

(Studi Deskriptif Kualitatif Impression Management Mahasiswi Perokok Di Universitas Sumatera Utara)

JOHN HAGAI SIHOMBING 100904048

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Impression Management Mahasiswi Perokok di Universitas Sumatera Utara yang bertujuan untuk menggambarkan karakteristik, alasan, dan Impression Management mahasiswi perokok di Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis sebagai pendekatan. Teori- teori yang relevan adalah ; Teori Dramaturgi, Teori Disonansi Kognitif, Konsep Diri dan Komunikasi Intrapersonal. Informasi diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam (in depth interwiev) dan menggunakan metode Snow Ball Sampling. Karakteristik mahasiswi perokok di Universitas Sumatera Utara mengonsumsi rokok pada tahap kebutuhan (kecanduan), perokok biasa, dan yang tidak tergantung pada rokok. Informan mulai merokok sejak berada di bangku TK, SD, SMP dan juga SMA. Tidak ada informan yang mulai merokok ketika berada di bangku kuliah. Alasan mahasiswi merokok karena tiga faktor yaitu keinginan mencoba rokok, pengaruh dari orang lain, dan faktor stres atau masalah yang sedang dialami. Mahasiswi perokok di Universitas Sumatera Utara menggunakan Impression Management untuk mengelabui signification other. Usaha yang dilakukan diantaranya mendesain diri, sikap, gaya berbicara dan tampilan saat berada di front stage dan back stage. Terdapat tiga golongan mahasiswi perokok yang menggunakan Impression Management yaitu pemain drama ulung, pemain drama biasa dan pemain figuran. Namun tidak semua mahasiswi perokok yang menggunakan Impression Management.

Kata Kunci: Perokok, Impression Management, Mahasiswi, front stage, back stage.

PENDAHULUAN Konteks Masalah

Pada zaman modern ini, rokok bukanlah suatu benda asing lagi. Bagi mereka yang hidup di kota maupun di desa, umumnya mereka sudah mengenal rokok. Bahkan, bagi sebagian orang rokok sudah menjadi kebutuhan hidup yang tidak dapat ditinggalkan begitu saja dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa alasan yang jelas seseorang akan merokok baik setelah makan, setelah minum kopi atau teh, bahkan sambil bekerja pun seringkali diselangi dengan rokok. Rokok sudah menjadi budaya manusia

WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2020 penyakit yang berkaitan dengan tembakau menjadi masalah kesehatan utama di dunia yang menyebabkan 8,4 juta kematian setiap tahunnya dan separuhnya terjadi di Asia. Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) yang menyebutkan angka kematian akibat

(2)

2

rokok mencapai 200.000 jiwa pertahun, artinya 16.666 meninggal perbulan, 555 orang perharinya meninggal akibat penyakit yang disebabkan rokok. Di Asia, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, Indonesia menempati urutan ketiga terbanyak jumlah perokok yang mencapai 146.860.000 jiwa.

Menurut McWeeney, keinginan untuk merokok lebih besar pada wanita dari pada pria karena wanita lebih cepat merasa gelisah/kalut dan Iain-lain. Beberapa orang wanita yang fashionable, berpendapat dengan merokok mereka akan tetap langsing. Di negara maju, kebiasaan merokok pada wanita di tempat umum, jauh lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan di negara berkembang. Faktanya, wanita perokok juga terdapat di dunia pendidikan bahkan di lingkungan kampus. Mahasiswi perokok bukan sosok yang sulit yang ditemui

Keberanian seorang mahasiswi untuk merokok di depan umum menjadi hal yang sangat menarik untuk diketahui. Kebiasaan tersebut layaknya hal yang lumrah dan menjadi tontonan yang tidak asing lagi bagi orang-orang yang berada di lingkungan kampus. Apa yang menjadi alasan seorang mahasiswi memutuskan untuk merokok, dan bagaimana ia menunjukkan kebiasaan merokoknya di depan umum (front stage), serta bagaimana ia mendesain dirinya ketika berada di panggung belakang (back stage). Wanita adalah insan ciptaan yang memiliki sebuah kodrat yang istimewa, jika seorang wanita mulai merokok maka kodrat tersebut perlahan akan terkikis seiring berjalannya waktu. Wanita bukanlah mahluk yang lumrah untuk merokok

Lokasi yang ditentukan sebagai sasaran penelitian adalah di Universitas Sumatera Utara, karena Universitas Sumatera Utara sedang giat-giatnya untuk mensosialisasikan USU Bebas Rokok. Meskipun kegiatan tersebut mengandung pro dan kontra, namun USU tetap melaksanakan perintah Undang - Undang dengan membentuk Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di beberapa titik-titik di lingkungan Universitas Sumatera Utara. Undang - Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 pasal 115.

Impression management yang dibentuk sedemikian rupa, akan mengundang persepsi yang berbeda dari tiap orang.

Fokus Masalah

Berdasarkan uraian konteks masalah diatas, peneliti merumuskan bahwa fokus yang akan diteliti lebih lanjut adalah : “Bagaimana Impression Management mahasiswi perokok di Universitas Sumatera Utara?”

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menggambarkan karakteristik mahasiswi perokok di Universitas Sumatera Utara.

2. Untuk menggambarkan alasan mahasiswi menjadi perokok di Universitas Sumatera Utara.

3. Untuk menggambarkan Impression Management mahasiswi perokok di Universitas Sumatera Utara.

(3)

3 KAJIAN PUSTAKA

Teori Dramaturgi (Impression Management)

Manusia adalah aktor yang berusaha untuk menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain melalui “pertunjukan dramanya sendiri”. Dalam mencapai tujuannya tersebut, menurut konsep dramaturgi, manusia akan mengembangkan perilaku-perilaku yang mendukung perannya tersebut. Selayaknya pertunjukan drama, seorang aktor drama kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukan. Hal ini tentunya bertujuan untuk meninggalkan kesan yang baik pada lawan interaksi dan memuluskan jalan mencapai tujuan. Lebih jauh lagi, dengan mengelola informasi yang kita berikan kepada orang lain, maka kita akan mengendalikan pemaknaan orang lain terhadap diri kita. Hal itu digunakan untuk memberi tahu kepada orang lain mengenai siapa.

Teori Disonansi Kognitif

Teori yang berpendapat bahwa disonansi adalah sebuah perasaan tidak nyaman yang memotivasi orang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan. Sebagaimana Roger Brown (1965) katakan, dasar dari teori ini mengikuti sebuah prinsip yang cukup sederhana keadaan disonansi kognitif dikatakan sebagai keadaan ketidaknyamanan psikologis atau ketegangan yang memotivasi usaha-usaha untuk mencapai konsonansi. Disonansi adalah sebutan untuk ketidakseimbangan dan konsonansi adalah sebutan untuk keseimbangan. Konsep Diri

Salah satu faktor penentu atau gagalnya seseorang dalam menjalani kehidupan adalah konsep diri. Konsep diri yang ada pada seorang individu adalah sebagai bentuk keyakinan dirinya bahwa dia mampu dan bisa untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapinya. Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya dalam suatu lingkungan. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Konsep diri pada dasarnya merupakan pandangan kita mengenai siapa kita dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita.

Komunikasi Intrapersonal

Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi dengan diri sendiri. Ini merupakan dialog internal dan bahkan dapat terjadi saat bersama orang lain sekalipun. Walaupun beberapa orang berpendapat bahwa berbicara dengan diri sendiri adalah hal yang aneh, Virginia Satir (1988) berpendapat bahwa dialog-dialog internal ini dapat membantu individu-individu untuk memperkuat penghargaan diri (Self Esteem) seseorang yakni suatu orientasi positif yang dimiliki orang terhadap dirinya sendiri. Komunikasi intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri.

(4)

4 METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian dengan metode desktriptif merupakan penelitian yang menggambarkan situasi, proses atau gejala – gejala tertentu yang diamati. Peneliti menggunakan metode Snowball Sampling merupakan salah satu metode dalam pengambilan sampel dari suatu populasi, dimana snowball sampling ini adalah termasuk dalam teknik non-probability sampling, sampel dengan probabilitas yang tidak sama.

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan terhadap tujuh orang informan, penelitian ini mulai dilaksanakan pada hari Kamis, 16 Januari 2014 bertempat di beberapa lokasi kampus Universitas Sumatera Utara. Untuk memperjelas hasil penelitia akan dipaparkan lewat tabel berikut.

Tabel 1. Hasil Penelitian Informan /

Kategori

Alasan Merokok Frekuensi Konsumsi Rokok perhari Alasan tidak dapat berhenti Impression Management TL (Pengguna Biasa)

 Pertama kali Merokok karena ingin merasakan bagaimana rokok yang sebenarnya.  Memberikan efek nyaman dan memunculkan ide-ide baru. 5 – 10 batang Belum menemukan alasan yang kuat untuk berhenti. Pemain Drama biasa/ Sekadar menggunakan impression management MH (Pecandu Rokok)

 Pertama kali karena melihat rokok milik ayahnya, membuatnya penasaran lalu

mencobanya.  Rokok menjadi

kebutuhan baginya.  Rokok memberi efek

positif baginya. 20 – 30 batang Rokok telah melekat darinya, beberapa kali mencoba utnuk berhenti namun gagal. Tidak Bermain drama (Tidak terdapat impression management) LP (Pecandu Rokok)

Pertama kali merokok karena ingin mencoba rasa dari rokok. Rokok telah menjadi

kebutuhan yang vital baginya.

40 – 60 batang

Tidak alasan yang dapat menghentikan rokok.Merokok adalah keinginannya sendiri. Pemain Drama Figuran/ Sedikit menggunakan impression management.

(5)

5 AM

(Pengguna Aktif)

 Pertama kali, karena pengaruh dari teman yang juga perokok.  Masih nyaman

menggunakan rokok, karena rokok dapat menghilangkan stres.  Sulit meninggalkan

rokok.

10 – 20 batang

Karena tidak ada motivasi dari orang lain untuk berhenti. Pemain Drama Biasa/ Sekadar menggunakan impression Management. SH (Pengguna Aktif)

 Pertama kali tawaran yang datangnya dari teman laki laki saat dibangku SMA.  Rokok memberi efek

nyaman dan terasa manis di mulut. 10 – 20 batang Jika ia telah menemukan jati dirinya seutuhnya. Pemain Drama Biasa/ Sekadar menggunakan impression Management. WN (Pengguna Biasa)

Pertama kali, penasaran terhadap rokok yang digunakan oleh kakeknya. Mulai saat itu ia merokok.

5 – 10 batang

Tidak ada uang untuk membeli rokok.  Lupa karena kesibukannya yang padat. Aktor Utama/ Banyak menggunakan impression management. GH (Pecandu )

 Pertama kali mencoba, akibat pengaruh yang sangat kuat dari teman satu sekolah untuk mencobanya.

 Belum ada benda yang dapat menggantikan rokok

20 – 30 batang Tidak terdapat alasan untuk berhenti mengonsumsi rokok. Pemain Drama Figuran/ Sedikit menggunakan impression management Pembahasan

Dari proses wawancara yang telah dilakukan terhadap informan, maka peneliti membuat pembahasan yang akan dikaitkan dengan teori-teori yang telah dijelaskan sebelumya. Pada umumnya mahasiswi perokok di Universitas Sumatera Utara memulai konsumsi rokoknya tidak saat berada di bangku kuliah, LP memulainya sejak TK, WN ketika SD, lima informan sejak SMP dan Informan lainnya sejak SMA. Berdasarkan kebutuhannya terhadap rokok mahasiswi perokok di Universitas Sumatera Utara ada yang menggunakan rokok dikisaran jumlah satu hingga dua puluh batang perhari.

Peneliti menggolongkannya dalam klasifikasi pengguna biasa dan ada juga yang menggunakan di kisaran dua puluh hingga lima puluh batang perhari dapat diklasifikasikan sebagai pecandu. Jika dikategorikan maka mahasiswi perokok di Universitas Sumatera Utara masuk dalam kategori perokok aktif. Artinya dalam satu hari mahasiswi perokok selalu menggunakan rokok. Biasanya informan merokok di waktu-waktu khusus, seperti setelah makan, saat kumpul dengan teman, sebelum tidur, dan ketika buang air besar.

(6)

6

Beberapa dari Informan masih sangat hati-hati memilih tempat yang sesuai dengan kriterianyasaat merokok. Didalam Teori Dramaturgi dinyatakan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan merupakan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah tergantung dari interaksi dengan orang lain. Disinilah dramaturgi masuk, bagaimana kita menguasai interaksi tersebut. Tingkatan Impression Management yang dilakukan oleh mahasiswi perokok di Universitas Sumatera Utara juga berbeda-beda. Mahasiswi yang memiliki frekuensi merokok yang lebih banyak cenderung tingkat Impression Management yang lebih sedikit.

Alasan yang paling banyak ditemukan dari mahasiswi perokok di Universitas Sumatera Utara melakukan impression management adalah orang orang yang berada di front stage adalah mereka yang ditakuti atau pun disegani/ dihormati. Ada juga alasan lain karena ia tidak mau kekasihnya tahu bahwa ia seorang perokok. Beberapa alasan yang hampir sama tersebut dinyatakan oleh ketujuh informan saat melakukan Impression Management.

Ideal Diri adalah persepsi mahasisiwi perokok bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkannya atau sejumlah aspirasi, cita cita atau nilai yang ingin dicapainya. Ideal diri akan mewujudkan cita cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga,lingkungan) kepada siapa ia ingin melakukannya. Ideal diri pada informan keenam, empat, satu adalah meningkatkan impression management saat berada di front stage dan menguranginya saat berada di back stage.

Dari ke tujuh informan yang paling tidak nyaman saat kebiasaan merokok tersebut dilakukan di front stageadalah informan ke enam, ia tidak masuk dalam golongan candu terhadap rokok, karena baginya rokok adalah benda yang tidak menjadi prioritas. Sedangkan informan ke tujuh dan ketiga adalah mahasiswi yang merasa tidak nyaman melakukan Impression Management secara terus menerus. Menurut Teori Disonansi Kognitif keadaan disonansi dikatakan sebagai keadaan ketidaknyamanan psikologis atau ketegangan yang memotivasi usaha – usaha untuk mencapai konsonansi. Disonansi adalah sebutan untuk ketidakseimbangan dan konsonansi adalah sebutan untuk keseimbangan. Pada tahapan tersebut informan kedua yang paling berani memutuskan untuk merasa nyaman secara penuh. Ia tak perlu lagi direpotkan dengan kegiatan “menjadi orang lain”.

Alasan yang hampir sama ketika menggunakan rokok dari ke tujuh informan adalah karena rasa ingin tahu yang besar terhadap rokok. Rokok memberikan sensasi yang hampir sama bagi informan. Rata-rata dari informan mengatakan bahwa rokok dapat memberikan ketenangan dan kenyamanan setelah menghisapnya. Masalah yang dihadapi bisa terselesaikan dengan sekejap setelah mengonsumsi rokok.

Jadi secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa mahasiswi di Universitas Sumatera Utara melakukan Impression Management terhadap signification other dan ruang-ruang publik (front stage). Alasan secara umum melakukan pengelolaan kesan tersebut karena ingin menjaga citra diri yang baik dan masih menghormati/ takut kepada orang orang yang berada di front stage.

(7)

7

Sebaliknya, ketika berada di sisi lain (back stage) mahasiswi menunjukkan pribadinya secara utuh. Mereka akan cenderung nyaman merokok dengan kelompok-kelompok yang mendukungnya. Selain kelompok, beberapa diantaranya memaknai back stage adalah ruang lingkup privasinya.

Ada beberapa orang yang tidak nyaman merokok secara kolektif dan ada yang sangat nyaman secara berkelompok. Alasan yang paling sering dijumpai dari mahasiswi perokok di Universitas Sumatera Utara tetap merokok hingga kini adalah rokok tidak dapat dihentikan secara langsung. Butuh proses panjang, dan menurut beberapa informan yang masuk dalam golongan candu, rokok telah menjadi partner bahkan identitas bagi dirinya. Konsep diri tersebut menjadi identitas pelengkap yang baik menjadikan rokok sebagai asesoris untuk menambah kesan gagah, tegas dan berani.

Informan keenam adalah kategori pemain drama ulung atau aktor utama dalam pementasan dramanya. Ia mampu menutupi kebiasaan tersebut dari semua orang. Ruang privasi ditutup sangat rapat, membuatnya handal dalam memainkan tiap adegan pertunjukannya. Ia menjadi sangat total beraksi di panggung (stage) kehidupannya. Kategori pemain drama ulung tampak dari penggunaan penampilan (appaereance) dan gaya (manner). Informan keenam berusaha keras untuk menjaga penampilannya dengan baik, sehingga ia kelihatan fashionable dan modis di panggung depan (front stage).

Informan empat dan lima melakoni peran sebagai pemain drama biasa, mereka adalah golongan anak rumahan yang dikungkung oleh peraturan rumah, sehingga tingkat kenakalan yang disebabkan juga tidak terlalu besar. Proses impression management yang dimainkan juga hanya sebatas menjaga agar lingkungan rumah (signification other) agar tidak mengetahuinya sebagai perokok. Informan pertama juga masuk dalam golongan pemain drama biasa, meskipun ia hidup dengan orang tua yang keduanya perokok, namun ia tetap menggunakan impression management terhadap keluarganya. Ia melakukannya untuk menjaga nama baik keluarga, sebagai konsekuensi sebagai anak sulung yang dimilikinya.

Informan tiga dan tujuh adalah golongan pemain drama figuran, Artinya kedua informan tersebut setengah hati untuk memainkan peranananya. Ia tidak mendesain dirinya dengan baik, dan selengkap mungkin agar kebiasaaannya tersebut tidak diketahui oleh siapapun. Seakan-akan ada kerelaan diri, jika suatu saat nanti publik tahu dengan identitas diri mereka sebenarnya. Informan ketiga tampak dalam proses menuju golongan yang telah bosan bermain drama. Tidak menutup kemungkinan mahasiswi yang satu ini dapat bertahan memainkan peranannya karena ia tergolong pemain drama yang buruk.

Hanya informan dua yang tidak menggunakan Impression Management, hal ini disebabkan semua orang telah mengetahui bahwa ia adalah seorang perokok. Informan kedua pernah memainkan drama yang sama seperti informan yang lain, namun karena ia merasa bosan dan ingin tampil apa adanya, ia memutuskan untuk mengakhiri kepura-puraan mendesain diri di depan orang banyak. Baginya seluruh segmen kehidupannya, berada pada panggung belakang (back stage), dimana suatu keadaan ia bebas untuk merokok di semua tempat, keadaan, dan siapapun yang melihatnya.

(8)

8 PENUTUP ATAU SIMPULAN

Simpulan

1. Karakteristik mahasiswi perokok di Universitas Sumatera Utara adalah Kebanyakan dari mereka mengenal rokok sejak dini. Beberapa diantaranya ada yang mengenal rokok dari teman, pergaulan dan lingkungan dimana ia tinggal. Dimulai dengan mengenal dan akhirnya mencobanya, ada yang mulai merokok sejak TK, SD, SMP dan SMA.

2. Alasan merokok yang dikemukakan oleh mahasiswi perokok di Universitas Sumatera Utara diantaranya keinginan untuk mencoba dari diri sendiri, pengaruh dari orang lain (teman, komunitas, dan pacar), cara untuk menghilangkan depresi dan media untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi.

3. Impression Management (Pengelolaan Kesan) pada mahasiswi perokok di Universitas Sumatera Utara rata-rata pernah dilakukan. Mahasiswi perokok di Universitas Sumatera Utara berusaha untuk menutupi kebiasaan merokok dari ruang publik (Front Stage) dengan merancang sedemikian rupa dirinya, dan mereka merasa nyaman untuk merokok di ruang privasi (Back Stage). Impression Management yang dilakukan mahasiswi digolongkan pada posisi sederhana, artinya kegiatan impression management hanya dilakukan saat-saat tertentu saja. Impression managementyang dilakukan pada umumnya sebatas mendesain pakaian, gaya bahasa, sikap, dan kebiasaan yang dilakukan agar tidak ketahuan.

Saran

Adapun beberapa saran yang berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan diantaranya:

1.

Ada baiknya jika mahasiswi yang merupakan cerminan dari generasi emas bangsa menjaga intelektualitas baik secara etika dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

2. Sebagai perempuan sebaiknya mahasiswi tidak mengkonsumsi rokok apalagi hingga tahap kebutuhan.

3. Keluarga disarankan pro – aktif dalam mengontrol setiap tumbuh kembang anak, mulai dari pergaulan, kebiasaan, dan lingkungan dimana ia berada.

DAFTAR REFERENSI

Rakhmat, Jalaluddin. 2001. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ritzer, George et al. 2004. Teori Sosiologi Modern (Terj). Jakarta: Prenada Media.

Turner, West. 2008. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), Global Youth Tobacco Survey (GYTS) Tahun 2006 - 2009/Diakses 2 Desember 2013 pukul 19.30 WIB

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Chandrasari (2006), Stikes Kusuma Husada Surakarta dengan judul “Pengetahuan Remaja Putri tentang Anemia di Kelas XI SMA I

adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas nikmat dan rahmat- Nya penulis dapat menye lesaikan skripsi dengan judul “ Penggunaan Media COC (Caries On Catalog) dalam

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran sebagai berikut: (1) penerapan model kooperatif picture and picture

1) Variabel bebas yaitu tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap, dukungan orang tua, dukungan umi/nyai, dukungan teman dan pemanfaatan sarana prasarana. 2)

Project-based learning is a learning model that provides an opportunity for students to participate actively in making a project within the group or individual

Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program sanitasi total berbasis masyarakat pilar pertama ( Stop BABS) di Desa Purwosari Kecamatan Sayung Kabupaten Demak

Pelaksanaan pengamalan budaya agama Islam di sekolah tidak akan berjalan dengan baik jika tanpa dukungan dan komitmen dari segenap pihak, di antaranya