• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ALIH AKSARA BUNYI KONSONAN SEPADAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II ALIH AKSARA BUNYI KONSONAN SEPADAN"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

39

Hasil pengamatan berdasarkan delapan majalah Alo Indonesia yang diteliti ditemukan adanya representasi fonem konsonan bA dan bI yang berbeda. Pengalihaksaraan konsonan yang ditemukan dalam majalah AI ada empat (4) varian. Varian pengalihaksaraan konsonan tersebut berdasarkan daerah titik artikulasi bunyi konsonan, yaitu (1) alih aksara bunyi konsonan sepadan, (2) alih aksara bunyi konsonan berdekatan, (3) alih aksara bunyi konsonan berbeda, dan (4) alih aksara gugus dan deret konsonan.

Konsonan dalam bI memiliki bentuk kesepadanan dengan konsonan yang ada dalam bA. Bentuk kesepadanan kedua bahasa ini biasanya memiliki sifat dan titik artikulasi yang sama persis. Hal inilah yang mendasari pemilihan kategori konsonan sepadan dalam pembahasan ini. Konsonan sepadan yang ditemukan dalam majalah AI ada sepuluh (10) konsonan, yaitu <b>  < >, <h>  < >, <r>  <

>

, <f>  < >, <q>  < >, <k>  < >, <l>  < >, <m>  < >, <n>  < >, dan <h>  < >. Berikut ini uraian bentuk grafem bI yang memiliki kesamaan titik artikulasi dengan bA yang terdapat dalam majalah AI.

A.

Representasi Grafem <b>  Grafem < >

Grafem <b> dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Kedua konsonan ini memiliki kesamaan karakteristik fonologis sehingga dapat dikatakan sebagai konsonan sepadan. Fonem /b/ dalam bI bersifat bilabial, hambat, dan

(2)

bersuara. Adapun fonem konsonan / / dalam bA bersifat bilabial, hambat, dan bersuara. Berikut ini adalah bentuk representasi grafem <b> yang dilambangkan menjadi grafem < > dalam majalah AI.

Grafem <b> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

6 Bantul Ba>ntu>l E.106h.16

7 Buru Bu>ru> E.106h.7

8 Bintaro Bi>nta>ru> E.110h.62

Grafem <b> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

9 Sukabumi Su>ka>bu>mi> E.113h.26

Grafem <b> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

10 Sumba Su>mba> E.111h.12

Sumba Sumba> E.107h.6

Tabel 13. Grafem <b>  Grafem < >

Grafem <b> yang terdapat pada tabel 13 menunjukkan representasi penulisan grafem < >. Representasi grafem <b> menjadi < > ini sesuai dengan pedoman transliterasi Arab-Latin MAMPK. Penulisan grafem < > dalam bA dapat dilafalkan menjadi bunyi [b] dalam bI. Bunyi [b] dalam tabel 13 yang berada di awal, tengah, dan akhir silabel selalu diikuti bunyi mad. Bunyi [b] yang diikuti bunyi mad [i:] terdapat pada contoh 8 ‘Bintaro’ < >. Bunyi [b] yang

(3)

diikuti bunyi mad [u:] terdapat pada kata ‘Buru’ < > dan ‘Sukabumi’ < >. Adapun bunyi [b] yang diikuti bunyi mad [a:] terdapat pada kata ‘Bantul’ < > dan ‘Sumba’ < >.

B.

Representasi Grafem <h>  Grafem < >

Grafem <h> digunakan untuk merepresentasikan grafem < >. Kedua konsonan ini memiliki sifat bunyi yang sama. Fonem / / dan fonem /h/ adalah konsonan frikatif (geser), faringal, dan tidak bersuara. Berikut adalah contoh yang menunjukkan representasi grafem <h> dengan grafem < >.

Grafem <h> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

11 Yohanna

Yembise

Yu>chna>n

Ya>mbi>si> E.110h.11 Tabel 14. Grafem <h>  Grafem < >

Pada tabel 14 menunjukkan bahwa grafem <h> direpresentasikan dengan grafem < >. Penulisan grafem < > yang diubah menjadi grafem <h> ini sudah lazim digunakan orang Indonesia. Hal ini dikarenakan pelafalan fonem / / dan /h/ bagi penutur nonArab itu sama (Kharusi, Nafla S. dan Amel Salman, 2011: 19). Menurut Hadi (2015: 69) pelafalan fonem / / ini berubah menjadi /h/ setelah terserap ke dalam bI. Pada penelitian ini, bentuk representasi fonem /h/ dengan / / hanya ditemukan di posisi tengah silabel.

(4)

C.

Representasi Grafem <r>  Grafem < >

Grafem <r> dapat direpresentasikan menjadi grafem < >. Fonem /r/ selalu direpresentasikan dengan bunyi [r] di semua posisi pada kosakata. Fonem / / dan fonem /r/ memiliki kesamaan karakteristik bunyi. Kedua fonem ini merupakan konsonan apiko-alveolar, getar, dan bersuara. Berikut ini adalah contoh yang menunjukkan adanya representasi grafem <r> dengan grafem < > dalam majalah

AI.

Grafem <r> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

12 Rambitan Ra>mbi>ta>n E.107h.7 13 Roro Kidul Ru>ru> Ki>du>l E.109h.16

Grafem <r> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

14 Korea Ku>riya>

E.106h.57; E.107h.19

Grafem <r> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

15 Tidore Ti>du>ra> E.106h.6

Tabel 15. Grafem <r>  Grafem < >

Pada tabel 15 menunjukkan bahwa grafem <r> direpresentasikan dengan grafem < > ditemukan di semua posisi, baik di awal, tengah, dan akhir silabel. Penggunaan grafem <r> menjadi grafem < > telah sesuai dengan pedoman transliterasi MAMPK. Penulisan fonem / / selalu diikuti bunyi vokal panjang bA (mad). Bunyi [r] yang diikuti bunyi mad [a:] terdapat pada contoh 12 ‘Rambitan’

(5)

< >. Bunyi vokal [o] dalam bA direpresentasikan dengan bunyi [u:] dan ditulis dengan huruf / /. Sebagai contoh yaitu pada contoh 13 ‘Roro’ < >. Bunyi vokal [e] dalam bA direpresentasikan dengan bunyi [i:] dan ditulis dengan huruf / /. Adapun contoh bunyi [r] yang diikuti bunyi mad [i:] terdapat pada kata ‘Korea’ < > dan ‘Tidore’ < >.

D.

Representasi Grafem <f>  Grafem < >

Grafem <f> secara umum direpresentasikan dengan bunyi [f]. Fonem /f/ dan fonem / / merupakan fonem konsonan sama-sama bersifat labio-dental, frikatif, dan tidak bersuara. Berikut ini adalah bentuk representasi grafem <f> dengan grafem < > dalam majalah AI.

Grafem <f> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

16 Ferry

Mursyidan Fi>ri> Mursyida>n E.110h.11

17 Flores Flu>ri>s E.107h.6;

E.111h.12

Grafem <f> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

18 Martafons Ma>rta>fu>ns E.106h.6

19 Afrika Afri>qiya> E.106h.10

Tabel 16. Grafem <f>  Grafem < >

Tabel 16 menunjukkan bahwa grafem <f> dapat direpresentasikan menjadi grafem < >. Representasi grafem <f> menjadi grafem < > sesuai dengan pedoman transliterasi MAMPK. Menurut Hadi (2015: 58) fonem /f/ merupakan

(6)

fonem pinjaman dan bukan fonem asli bI. Penggunaan fonem ini dapat ditemukan pada posisi awal dan tengah silabel. Kedua fonem ini memiliki titik artikulasi yang sama sehingga pelafalan kosakata pada tabel 16 dapat terbaca dengan jelas.

E.

Representasi Grafem <q>  Grafem < >

Fonem /q/ merupakan fonem konsonan serapan dari bahasa asing. Fonem /q/ jarang digunakan dalam penyebutan sebuah kosakata asli bI. Fonem /q/ dalam bI termasuk konsonan pungutan dari bA sehingga sifat bunyi yang dimiliki sama dengan fonem

/ /

. Fonem tersebut termasuk konsonan dorso-uvular, hambat, dan tidak bersuara. Berikut ini contoh kasus penulisan grafem <q> yang direpresentasikan dengan grafem < >dalam majalah AI.

Grafem <q> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

20 Gendang

Beleq Ji>nda>nj Bi>li>q E.106h.14 Tabel 17. Grafem <q>  Grafem < >

Tabel 17 menunjukkan contoh grafem <q> yang direpresentasikan dengan grafem < >. Penulisan grafem <q> menjadi grafem < > pada penelitian ini sudah sesuai dengan pedoman transliterasi MAMPK. Pada contoh 20 tersebut merupakan salah satu istilah kebudayaan yang terdapat di pulau Lombok. Penulisan fonem /q/ pada kata ‘Beleq’ merupakan bentuk penggunaan dialek khas masyarakat Lombok. Hal ini menyebabkan kata ‘Beleq’ dalam bA ditulis < >.

(7)

F.

Representasi Grafem <k>  Grafem < >

Grafem <k> dapat direpresentasikan menjadi grafem < >. Grafem /k/ dan fonem

/ /

adalah konsonan yang bersifat dorso-velar, hambat, dan tidak bersuara. Berikut ini contoh yang menunjukkan grafem <k> yang direpresentasikan dengan grafem < >.

Grafem <k> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

21 Kalimantan Ka>li>mantan E.110h.22

22 Kauman Ka>wma>n E.113h.16

Grafem <k> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

23 Pekalongan Bi>ka>lu>nja>n E.110h.17

Grafem <k> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

24 Maluku Ma>lu>ku> E.106h.6

25 Demak Di>ma>k E.113h.18

Tabel 18. Grafem <k>  Grafem < >

Tabel 18 menunjukkan bahwa penulisan grafem <k> direpresentasikan dengan grafem < >. Penggunaan grafem tersebut sesuai dengan pedoman transliterasi MAMPK. Penggunaan fonem ini dapat ditemukan di semua posisi, baik di awal, tengah, maupun akhir silabel. Penggunaan grafem < > pada tabel 18 tersebut merupakan bunyi [k] asli, bukan merupakan bunyi [k] yang berasal dari fonem /q/. Fonem konsonan

/ /

yang berada di akhir silabel terdapat pada kata ‘Demak’ < >. Adapun penulisan fonem konsonan

/ /

di awal dan tengah silabel selalu diikuti vokal panjang bA (mad). Bunyi [k] yang diikuti bunyi mad

(8)

[a:] terdapat pada kata ‘Kalimantan’ < >, ‘Kauman’ < >, dan ‘Pekalongan’ < >. Bunyi fonem [k] yang diikuti mad [u:] terdapat pada contoh 24 ‘Maluku’ < >.

G.

Representasi Grafem <l>  Grafem < >

Grafem <l> dapat direpresentasikan dengan grafem < >

.

Grafem <l> selalu direpresentasikan dengan bunyi [l] di semua posisi pada kosakata. Fonem /l/ dan fonem

/ /

memiliki kesamaan karakteristik bunyi, yaitu sebagai konsonan apiko-alveolar, lateral, dan bersuara. Menurut Verhaar (2006: 35) fonem /l/ termasuk konsonan sampingan. Tempat artikulasi konsonan sampingan adalah antara ujung lidah dan lengkung kaki gigi. Berikut ini adalah contoh representasi grafem <l> dengan grafem < > dalam majalah AI.

Grafem <l> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

26 Lampung La>mbu>nj E.107h.19;

E.110h.23

27 Legon Li>ju>n E.109h.8

28 Lombok Lu>mbu>k

E.107h.6; E.111h.12, h.13,

h.14

Grafem <l> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

29 Sulawesi Su>la>wi>si> E.110h.19, h.20, h.22; E.113h.32 30 Jusuf Kalla Yu>su>f Ka>la> E.110h.6, h.8,

h.21, h.36 31 Yasonna

(9)

Grafem <l> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

32 Sunan

Ampel Su>na>n Ambi>l E.113h.18

33 Bedugul Bidu>ju>l E.110h.18

Tabel 19. Grafem <l>  Grafem < >

Pada tabel 19 menunjukkan bahwa grafem <l> direpresentasikan dengan grafem < > dapat ditemukan di semua posisi, baik awal, tengah, maupun akhir silabel. Representasi grafem <l> menjadi grafem < > dalam penelitian ini sudah sesuai dengan pedoman transliterasi MAMPK. Penulisan grafem < > di awal dan tengah silabel selalu diikuti bunyi vokal panjang bA (mad). Bunyi fonem [l] yang diikuti bunyi mad [i:] terdapat pada kata ‘Legon’ < > dan ‘Laoly’ < >. Bunyi fonem /l/ yang diikuti bunyi mad [u:] terdapat pada contoh 28 ‘Lombok’ < >. Adapun bunyi fonem [l] yang diikuti oleh bunyi mad [a:] terdapat pada kata ‘Lampung’ < >, ‘Sulawesi’ < >, dan ‘Kalla’ < >. Grafem < > yang berada di akhir silabel terdapat pada kata ‘Ampel’ < > dan ‘Bedugul’ < >.

H.

Representasi Grafem <m>  Grafem < >

Grafem <m> dapat digunakan untuk merepresentasikan grafem < >. Grafem <m> selalu direpresentasikan dengan bunyi [m] di semua posisi pada kosakata. Fonem /m/ dan fonem

/ /

memiliki kesamaan karakteristik bunyi. Keduanya termasuk konsonan bilabial, nasal, dan bersuara. Berikut ini adalah

(10)

contoh yang menunjukkan adanya representasi grafem <m> dengan grafem < > dalam majalah AI.

Grafem <m> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

34 Madura Ma>du>ra>

E.107h.16; E.109h.13; E.113h.32 35 Moramo Mu>ra>mu> E.108h.14

Grafem <m> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

36 Sudirman Su>di>rma>n E.110h.9

Grafem <m> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

37 Batam Ba>ta>m E.109h.21

Tabel 20. Grafem <m>  Grafem < >

Pada tabel 20 menunjukkan bahwa grafem <m> direpresentasikan dengan grafem < > dapat ditemukan di semua posisi, baik awal, tengah, maupun akhir silabel. Penggunaan grafem <m> menjadi grafem < > ini sesuai dengan pedoman transliterasi MAMPK. Penulisan grafem < > di awal dan tengah silabel selalu diikuti bunyi vokal bA (mad). Bunyi [m] yang diikuti bunyi mad [a:] terdapat pada contoh 34 ‘Madura’ < > dan contoh 36 ‘Sudirman’ < >. Bunyi [m] yang diikuti bunyi mad [u:] terdapat pada contoh contoh 35 ‘Moramo’ < >. Adapun grafem < > yang berada di akhir silabel terdapat pada contoh 37 ‘Batam’< >.

(11)

I.

Representasi Grafem <n>  Grafem < >

Grafem < > dapat digunakan untuk merepresentasikan grafem <n>. Fonem /n/ selalu direpresentasikan dengan bunyi [n] di semua posisi pada kosakata. Fonem /n/ dan fonem

/ /

memiliki kesamaan karakteristik bunyi sebagai konsonan apiko-alveolar, sengau (nasal), dan bersuara. Bunyi sengau dihasilkan dari proses penutupan arus udara ke luar melalui rongga mulut yang terjadi antara ujung lidah dan ceruk (Verhaar, 2006: 35). Berikut ini adalah contoh representasi grafem <n> dengan grafem < > dalam majalah AI.

Grafem <n> di Awal Silabel

No. BI BA Transliterasi Sumber

38 Banda Neira Ba>nda> Ni>ra> E.106h.6 39 Narmada Na>rma>da> E.107h.7;

E.111h.12

Grafem <n> di Tengah Silabel

No. BI BA Transliterasi Sumber

40 Senayan City Sina>ya>n Si>ti> E.112h.21

41 Kartini Ka>rti>ni> E.109h.10

42 Konawe Ku>na>wi> E.108h.14

Grafem <n> di Akhir Silabel

No. BI BA Transliterasi Sumber

43 Jimbaran Ji>mba>ra>n E.110h.17

Tabel 21. Grafem <n>  Grafem < >

Pada tabel 21 menunjukkan bahwa grafem <n> direpresentasikan menjadi grafem < >. Representasi grafem <n> menjadi grafem < > tersebut sudah sesuai dengan pedoman transliterasi MAMPK. Penulisan grafem <n> menjadi grafem < > ini ditemukan di semua posisi, baik di awal, tengah maupun akhir silabel. Penulisan fonem

/ /

di awal dan tengah silabel selalu diikuti bunyi vokal panjang

(12)

bA (mad). Bunyi [n] yang diikuti bunyi mad [a:] terdapat pada kata ‘Narmada’ < >, ‘Senayan’ < >, dan ‘Konawe’ < >. Adapun bunyi [n] yang diikuti bunyi mad [i:] terdapat pada contoh 38 ‘Neira’ / / dan contoh 41 ‘Kartini’ < >. Grafem < > yang berada di akhir silabel terdapat pada contoh 43 ‘Jimbaran’ < >.

J.

Representasi Grafem <h>  Grafem <

>

Grafem < > digunakan untuk merepresentasikan grafem <h>. Fonem /h/ selalu direpresentasikan dengan bunyi [h] di semua posisi pada kosakata. Fonem /h/ dan fonem

/ /

termasuk sebagai konsonan glotal, frikatif, dan tidak bersuara. Berikut ini adalah contoh yang menunjukkan adanya representasi grafem <h> dengan grafem < > dalam majalah AI.

Grafem <h> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

44 Hangawera Ha>nja>wi>ra> E.106h.8 45 Halmahera Ha>lma>hi>ra> E.106h.6 46 Dani Hilan Da>ni> Hi>la>n E.109h.15

Grafem <h> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

47 Soeharto Su>ha>rtu> E.107h.28;

E.108h.9

Grafem <h> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

48 Tanah Lot Ta>na>h Lu>t E.110h.18

49 Muaralabuh Muwa>ra>la>bu>h E.109h.13 Tabel 22. Grafem <h>  Grafem < >

(13)

Pada tabel 22 menunjukkan bahwa grafem <h> direpresentasikan dengan grafem < >. Representasi grafem <h> menjadi grafem < > tersebut sudah sesuai dengan pedoman transliterasi MAMPK. Penulisan grafem <h> menjadi grafem < >

ini ditemukan di semua posisi, baik di awal, tengah, maupun akhir silabel. Penulisan grafem < > di awal dan tengah silabel selalu diikuti bunyi vokal bA (mad). Bunyi fonem [h] yang diikuti bunyi mad [a:] terdapat pada kata ‘Hangawera’ < >, ‘Halmahera’ < >, dan ‘Soeharto’ < >. Adapun bunyi fonem [h] yang diikuti bunyi mad [i:] terdapat pada contoh 46 ‘Hilan’ < >. Grafem < > yang berada di akhir silabel terdapat pada kata ‘Tanah’ < > dan ‘Muaralabuh’ < >.

Konsonan sepadan pada penelitian ini tidak mengalami adanya perubahan bunyi dalam pelafalannya. Hal ini terjadi karena bunyi konsonan-konsonan sepadan antara bI dan bA memiliki karakteristik bunyi yang sama. Representasi bunyi konsonan dari bI ke bA dalam penelitian ini juga sesuai dengan pedoman transliterasi MAMPK, meskipun pedoman transliterasi MAMPK merujuk pada pola tranliterasi Arab-Latin, sedangkan pada penelitian ini merujuk pada pola transliterasi Latin-Arab.

(14)

BAB III

ALIH AKSARA BUNYI KONSONAN BERDEKATAN

Analisis kedua yaitu mengenai alih aksara konsonan yang memiliki kemiripan titik artikulasi. Kemiripan bunyi konsonan ini telah disesuaikan menurut karakteristik yang dimilikinya. Kategori mirip dalam hal ini dianggap sama dengan istilah berdekatan. Pemilihan kata berdekatan dianggap lebih cocok pada pembahasan ihwal ini. Berikut ini uraian bentuk variasi bunyi fonem konsonan bI yang memiliki kedekatan titik artikulasi dengan bA yang terdapat dalam majalah AI.

Konsonan bI memiliki titik artikulasi yang berdekatan dengan beberapa konsonan bA. Hal ini menyebabkan konsonan bI yang direpresentasikan ke grafem bA menjadi bervariasi. Konsonan bI yang titik artikulasinya berdekatan dengan bA yaitu <p>  < >, <t>  < >, <j> <dj>  < >, <d>  < >, <dh>  < >, <s>  < >, <s>  < >, <t>  < >, <p>  < >, dan <k>  < >. Konsonan yang berdekatan dalam hal ini, maksudnya apabila suatu konsonan yang memiliki titik artikulasi sama tetapi cara artikulasi dan keadaan pita suaranya berbeda, begitu pula sebaliknya. Berikut ini pemaparan analisis masing-masing konsonan tersebut.

(15)

A. Representasi Grafem <p>  Grafem < >

Grafem <p> dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Representasi fonem /p/ dengan fonem / / dalam hal ini terjadi proses pergeseran bunyi konsonan. Menurut Zuvara (2008: 55) bergesernya konsonan tersebut adalah konsonan yang mirip dengan konsonan yang digantinya. Pergeseran yang terjadi pada fenomena ini termasuk pergeseran konsonan bilabial tidak bersuara /p/ menjadi bilabial bersuara / /. Ihwal perubahan bunyi konsonan tidak bersuara menjadi bersuara ini sesuai dengan perubahan bunyi Crowley, yaitu terjadi penguatan bunyi. Berikut ini adalah bentuk representasi grafem <p> yang dilambangkan dengan grafem < > dalam majalah AI.

Grafem <p> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

50 Pawon Ba>wun E.113h.9

51 Puan

Maharani Bu>wa>n Maharani> E.110h.11 52 Papua Ba>buwa> E.111h.7, h.49

Grafem <p> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

53 Purba

Hutapea Bu>rba> Hu>ta>biya> E.112h.23

54 Jepara Ji>ba>ra> E.106h.57

Tabel 23. Grafem <p>  Grafem < >

Berdasarkan tabel 23, terjadi kasus penguatan bunyi konsonan tidak bersuara /p/ menjadi bunyi konsonan bersuara / /. Penguatan bunyi merupakan

(16)

perubahan dari bunyi-bunyi yang lemah menjadi bunyi yang kuat (Hadi, 2015: 57). Hal ini terjadi karena di dalam bA tidak terdapat konsonan yang mewakili grafem <p>. Untuk itu, penggunaan grafem < > dalam kasus ini dijadikan sebagai representasi grafem <p> dalam bI. Penulisan fonem / / ini dapat dibaca menjadi bunyi [p] di posisi awal dan tengah silabel. Pada kasus ini, grafem <p> yang dilambangkan dengan grafem < > selalu diikuti fonem vokal panjang (mad) dalam bA. Bunyi [p] yang diikuti bunyi mad [a:] terdapat pada contoh 50 ‘Pawon’ < > dan contoh 54 ‘Jepara’ < >. Bunyi [p] yang diikuti bunyi mad [i:] terdapat pada contoh 53 ‘Hutapea’ < >. Adapun bunyi [p] yang diikuti bunyi

mad [u:] terdapat pada contoh 51 ‘Puan’ < > dan contoh 52 ‘Papua’ < >.

B. Representasi Grafem <t>  Grafem < >

Grafem <t> dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Fonem konsonan / / dalam bA bersifat apiko-alveolar, hambat, dan tidak bersuara. Adapun Fonem /t/ dalam bI bersifat apiko-dental, hambat, dan tidak bersuara. Berikut ini adalah bentuk representasi grafem <t> yang dilambangkan dengan grafem < > dalam majalah AI.

Grafem <t> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

55 Timor Ti>mu>r E.107h.6, h.8

56 Tambora Ta>mbu>ra> E.107h.6, h.8 57 Tuti

(17)

Grafem <t> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

58 Mataram Ma>ta>ra>m E.107h.6;

E.113h.14 59 Pattimura Ba>ti>mu>ra> E.106h.6

60 Banten Ba>ntin

E.107h.19; E.110h.16, h.17;

E.112h.8, h.9, h.21, h.33 Tabel 24. Grafem <t>  Grafem < >

Pada tabel 24 menunjukkan adanya bentuk representasi grafem <t> yang dilambangkan dengan grafem < >. Fonem / / dapat dilafalkan menjadi bunyi [t] di posisi awal dan tengah silabel. Bunyi [t] yang diikuti bunyi mad [a:] terdapat pada contoh 56 ‘Tambora’ < > dan 58 ‘Mataram’ < >. Bunyi [t] yang diikuti mad [i:] terdapat pada kata ‘Timor’ < >, ‘Banten’ / / dan ‘Pattimura’ < >. Adapun bunyi [t] yang diikuti mad [u:] terdapat pada contoh 57 ‘Tuti’ < >.

C. Representasi Grafem <j> dan <dj>  Grafem < >

Fonem /j/ dalam bI selalu direpresentasikan dengan bunyi [j]. Penulisan grafem <j> dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Fonem /j/ memiliki sifat medio-palatal, hambat, dan bersuara. Adapun fonem / / memiliki sifat apiko-palatal, afrikatif, dan bersuara. Menurut Muslich (2014: 109) ejaan fonemik /dj/ digunakan untuk melambangkan fonem konsonan /j/. Berikut ini merupakan

(18)

bentuk representasi grafem <j> dan <dj> yang dilambangkan dengan grafem < > dalam majalah AI.

Grafem <j> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

61 Jayabaya Ja>ya>ba>ya> E.112h.23

62 Jawa Ja>wa>

E.110h.16, h.23; E.111h.21; E.112h.27;

Jawa Ja>wa> E.113h.8

63

Jokowi Ju>kuwi> E.110h.13

Jokowi Ju>ku>wi> E.110h.9;

E.112h.17

Grafem <j> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

64

Rinjani Rinja>ni> E.107h.6

Rinjani Ri>nja>ni> E.107h.7

Rinjani Ri>nja>ni> E.107h.7;

E.111h.2

Grafem <dj> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

65 Djangga

Lubis Janjgha Lu>bi>s E.112h.60

Grafem <dj> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

66 Susi

Pudjiastuti Su>si> Bu>ji>astu>ti> E.110h.11

67 Bambang

Brodjonegoro

Ba>mba>nj

Bu>ru>ju>ni>ju>ru> E.110h.11 68 Padjadjaran Ba>ja>ja>ra>n E.111h.22;

E.112h.23 69 Tedjo Edhy

Purdjianto

Ti>ju> i>di>

Bu>rjiya>ntu> E.110h.11 Tabel 25. Grafem <j> dan <dj>  Grafem < >

(19)

Pada tabel 25 menunjukkan bentuk representasi grafem <j> dan <dj> yang dilambangkan dengan grafem < >. Bunyi [j] hanya dapat menduduki di posisi awal dan tengah kata saja. Bunyi [j] tidak dapat menduduki di posisi akhir kata. Seperti contoh dalam tabel 25, bahwa setiap bunyi fonem [ ] selalu diikuti vokal panjang dalam bA (mad), baik di awal maupun tengah kata. Bunyi [j] yang diikuti oleh bunyi mad [a:] terdapat pada kata ‘Jayabaya’ < >, ‘Jawa’ < >, dan ‘Rinjani’ < >. Adapun bunyi [j] yang diikuti oleh bunyi mad [u:] terdapat pada contoh 63 ‘Jokowi’ < >.

Bunyi fonem [dj] memiliki perkembangan sejarah yang sama dengan bunyi fonem [tj]. Penggunaan ejaan fonem konsonan [dj] dan [tj] dalam bI diresmikan pada tahun 1947 (Kurniawan, 2010: 8). Penulisan grafem <dj> yang berada di awal silabel tidak serta merta diikuti oleh fonem vokal panjang bA (mad), seperti pada contoh 65 ‘Djangga’ < >. Adapun grafem <dj> yang berada di tengah silabel selalu diikuti oleh fonem vokal panjang bA (mad). Bunyi [j] yang diikuti bunyi mad [i:] terdapat pada contoh 66 ‘Pudjiastuti’ < > dan contoh 69 ‘Purdjianto’ < >, bunyi [j] yang diikuti bunyi mad [u:] terdapat pada contoh 67 ‘Brodjonegoro’ < >, dan bunyi [j] yang diikuti bunyi mad [a:] terdapat pada contoh 68 ‘Padjadjaran’ < >.

D. Representasi Grafem <d>  Grafem < >

Grafem <d> dapat dilambangkan dengan grafem < >. Fonem / / adalah konsonan apiko-alveolar, hambat, dan bersuara. Adapun fonem /d/ adalah konsonan apiko-palatal, hambat, dan bersuara. Fonem /d/ dapat direpresentasikan

(20)

dengan bunyi [d] apabila berposisi di awal dan tengah silabel. Fonem /d/ juga dapat direpresentasikan dengan bunyi [d] dan [t] apabila berposisi di akhir silabel (Chaer, 2009: 79). Perubahan yang terjadi pada kasus bunyi [d] dan [t] tersebut dipengaruhi oleh lingkungan, Verhaar (2006: 85) menyebutnya dengan netralisasi. Berikut adalah contoh yang menunjukkan representasi grafem <d> dengan grafem < >.

Grafem <d> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

70 Diponegoro Di>bu>ni>ju>ru> E.108h.10

71 Dompu Du>mbu> E.106h.7;

E.111h.13, h.15 72 Denpasar Di>nba>sa>r E.111h.18

Grafem <d> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

73 Udayana U>da>ya>na> E. 111h.17

74 Medan Mi>da>n

E.106h.10; E.110h.16; E.112h.55

Grafem <d> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

75 Ubud ‘U>bu>d E.110h.17

Ubud Ubu>d E.110h.17

Tabel 26. Grafem <d>  Grafem < >

Fonem / / dalam bI dapat digunakan untuk merepresentasikan bunyi [d] apabila fonem / / berada di posisi awal dan tengah silabel. Pada tabel 26 tersebut menunjukkan bahwa setiap fonem / / yang berada di posisi awal dan tengal silabel selalu diikuti oleh vokal panjang (mad(. Bunyi [d] yang diikuti bunyi mad [a:] terdapat pada contoh 73 ‘Udayana’ < > dan contoh 74 ‘Medan’ < >.

(21)

Bunyi [d] yang diikuti bunyi mad [i:] terdapat pada contoh 70 ‘Diponegoro’ < >. Bunyi vokal [e] dalam bA direpresentasikan dengan bunyi vokal [i:], dapat dilihat pada contoh 72 ‘Denpasar’ < >. Bunyi [d] yang diikuti bunyi

mad [u:] terdapat pada contoh 71 ‘Dompu’ < >.

Fonem / / dalam bA juga dapat direpresentasikan dengan bunyi [t] apabila fonem / / berada di akhir silabel. Hal ini seperti yang terdapat pada contoh 75 ‘Ubud’ < > diakhiri dengan fonem / / dan pelafalan katanya adalah [ubut]. Fonem / / dalam bA yang direpresentasikan dengan bunyi [d] di akhir kata pada penelitian ini tidak ditemukan. Ihwal perubahan bunyi akhir fonem pada kata ‘Ubud’ termasuk bentuk netralisasi.

E. Representasi Grafem <dh>  Grafem < >

Grafem <dh> merupakan fonem yang dimiliki oleh bI. Grafem <dh> dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Menurut Verhaar (2006: 48) fonem konsonan /dh/ termasuk konsonan apiko-palatal, hambat, dan bersuara. Hadi (2015: 77) menyebutkan bahwa fonem konsonan /dh/ bersifat nonempatik setelah terserap ke bI. Penggunaan grafem <dh> ini ditemukan dalam nama diri orang Indonesia. Berikut ini adalah contoh yang menunjukkan adanya representasi grafem <dh> dengan grafem < > dalam majalah AI.

Grafem <dh> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

(22)

Grafem <dh> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

77 Susilo Bambang Yudhoyono Su>si>lu> Ba>mba>nj Yu>du>yu>nu> E.108h.21, h.22; E.110h.9; E.112h.34 Tabel 27. Grafem <dh>  Grafem < >

Pada tabel 27 menunjukkan bahwa representasi grafem <dh> yang dilambangkan dengan grafem < >. Bunyi [dh] termasuk bunyi konsonan letupan. Konsonan letupan fonem [dh] ini dihasilkan pada artikulasi antara ujung lidah dan langit-langit keras (Verhaar, 2006: 34). Fonem / / yang berposisi di awal dan tengah silabel sama-sama diikuti oleh huruf vokal dalam bA (mad). Bunyi [dh] yang diikuti bunyi mad [a:] terdapat pada contoh 76 ‘Dharu’ < >. Adapun bunyi [dh] yang diikuti bunyi mad [u:] terdapat pada contoh 77 ‘Yudhoyono’ < >. Bunyi [u:] dalam bA digunakan sebagai bentuk representasi bunyi vokal [o] dalam bI. Sebagaimana penggunaan fonem /dh/ pada kata ‘Dharu’ dan ‘Yudhoyono’ merupakan pengaruh bahasa asalnya, yaitu bahasa Jawa. Hal ini menyebabkan sifat fonem /dh/ termasuk konsonan letupan.

F. Representasi Grafem <s>  Grafem < >

Grafem <s> yang terdapat dalam majalah AI direpresentasikan dengan grafem < >. Fonem /s/ memiliki sifat sebagai konsonan lamino-alveolar, frikatif, dan tidak bersuara. Adapun fonem / / termasuk konsonan apiko-alveolar, frikatif,

(23)

dan tidak bersuara. Berikut ini merupakan bentuk representasi grafem <s> dengan grafem < > dalam majalah AI.

Grafem <s> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

78 Sanur Sa>nu>r E.110h.17

79 Soeharto Su>ha>rtu> E.107h.28;

E.108h.9 80 Surabaya Su>ra>ba>ya> E.110h.17, h.36; E.112h.40; E.113h.29

Grafem <s> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

81 Makassar Maka>sa>r

E.107h.26; E.108h.22; E.109h.18

Grafem <s> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

82 Sunan Kudus Su>na>n Ku>du>s E.113h.18

83 Andalas Anda>la>s E.111h.8

Tabel 28. Grafem <s>  Grafem < >

Pada tabel 28 menunjukkan bahwa grafem < > dapat ditemukan di semua posisi, baik di awal, tengah, dan akhir silabel. Bunyi [s] yang diikuti bunyi mad [a:] terdapat pada contoh 78 ‘Sanur’ < > dan 81 ‘Makassar’ < >. Bunyi [s] yang diikuti bunyi mad [u:] terdapat pada contoh 79 ‘Soeharto’ < > dan

(24)

80 ‘Surabaya’ < >. Grafem < > yang berada di akhir silabel terdapat pada kata ‘Kudus’ < > dan ‘Andalas’ < >.

G. Representasi Grafem <s>  Grafem < >

Grafem <s> dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Pada majalah AI ditemukan bahwa grafem <s> direpresentasikan dengan grafem < > pada posisi awal silabel. Menurut Junanah (2010: 47) fonem / / berubah menjadi fonem /s/ karena daerah artikulasi keduanya sama-sama frikatif. Fonem konsonan / / termasuk konsonan apiko-alveolar, frikatif, tidak bersuara, dan konsonan empatik (Hadi, 2015: 74). Setelah terserap ke dalam bI, konsonan / / berubah menjadi konsonan /s/ yang bersifat kebalikan dari konsonan / /. Konsonan empatik juga sering disebut konsonan faringal (Chacra, 2007: 6). Berikut ini contoh yang menunjukkan grafem <s> yang direpresentasikan dengan grafem < >.

Grafem <s> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

84 Solo Shu>lu> E.108h.22;

E.110h.13 Tabel 29. Grafem <s>  Grafem < >

Pada tabel 29, penulisan grafem <s> direpresentasikan dengan grafem < > dapat ditemukan di awal silabel. Penulisan grafem <s> yang direpresentasikan dengan grafem < > pada contoh tersebut diikuti oleh vokal panjang bA (mad). Bunyi vokal [o] dalam bI direpresentasikan dengan bunyi [u:] dalam bA dan dilambangkan dengan fonem / /. Sebagai contoh seperti yang terlihat pada kata 84 ‘Solo’ < >.

(25)

H. Representasi Grafem <t>  Grafem < >

Grafem < > dapat digunakan untuk merepresentasikan grafem <t>. Pada majalah AI ditemukan bahwa grafem <t> direpresentasikan dengan grafem < > di semua posisi. Fonem / / dalam bA termasuk fonem konsonan empatik, hambat, pangkal gigi, dan tidak bersuara (Hadi, 2015: 77). Setelah terserap ke dalam bI, fonem / / berubah menjadi fonem konsonan /t/ dengan sifat yang berkebalikan dengan fonem / /. Konsonan empatik merupakan konsonan yang ditemukan dalam bahasa-bahasa Semit yang bersifat apikal tetapi memiliki artikulasi sekunder, sering terjadi di daerah faring (Carr, 2008: 49). Berikut ini contoh yang menunjukkan grafem <t> direpresentasikan dengan grafem < >.

Grafem <t> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

85 Tokyo Thu>ki>yu> E.109h.20

Grafem <t> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

86 Sumatera Su>mathirah

E.107h.19; E.108h.12; E.110h.16, h.22

Grafem <t> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

87 Haryadi

Suyuti

Ha>rya>di>

Su>yu>thi> E.113h.15 Tabel 30. Grafem <t>  Grafem < >

Pada tabel 30 menunjukkan bahwa grafem <t> dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya kedekatan artikulasi antara fonem /t/ dan fonem / /. Contoh 85 ‘Tokyo’, pada dasarnya grafem <t> dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Akan tetapi, karena grafem <t>

(26)

tersebut terpengaruh oleh vokal setelahnya yaitu vokal /o/, maka konsonan yang terdekat dengan konsonan tersebut adalah fonem / /. Hal ini menyebabkan penulisan kata ‘Tokyo’ dalam bA ditulis menjadi < >. Bunyi fonem / / yang diikuti bunyi vokal [e] yang direpresentasikan dengan vokal [i] terdapat pada contoh 86 ‘Sumatera’ < >. Adapun bunyi fonem / / yang diikuti bunyi vokal [i] terdapat pada contoh 87 ‘Suyuti’ < >.

I. Representasi Grafem <p>  Grafem < >

Grafem < > ini dapat mewakili penggunaan grafem <p>. Hal ini dikarenakan dalam bA tidak memiliki konsonan bunyi [p]. Fonem /p/ merupakan fonem asli yang dimiliki bI (Hadi, 2015: 58). Fonem /p/ memiliki sifat sebagai konsonan bilabial, hambat, dan tidak bersuara. Adapun fonem / / termasuk konsonan labio-dental, frikatif, dan tidak bersuara. Berikut ini adalah bentuk representasi grafem <p> yang direpresentasikan dengan grafem < > dalam majalah AI.

Grafem <p> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

88 Pontianak Fu>ntiya>nak E.113h.26

89 Praya Fra>ya> E.111h.19

Tabel 31. Grafem <p>  Grafem < >

Tabel 31 menunjukkan bahwa grafem <p> dapat direpresentasikan dengan grafem < > di posisi awal silabel. Pada kasus ini terjadi pergeseran konsonan /p/ menjadi fonem

/ /

dalam bA (Zuvara, 2008: 57)

.

Bergesernya konsonan tersebut

(27)

dikarenakan adanya kedekatan daerah artikulasi. Hal inilah yang menyebabkan konsonan hambat bilabial /p/ bergeser menjadi

/ /

konsonan frikatif labio-dental. Sebagai contoh yaitu pada ‘Pontianak’ dalam bA ditulis menjadi < > dan ‘Praya’ ditulis menjadi < >.

J. Representasi Grafem <k>  Grafem < >

Grafem <k> dapat direalisaikan dengan fonem

/ /

. Grafem <k> merupakan konsonan dorso-velar, hambat, dan tidak bersuara. Adapun fonem

/ /

memiliki sifat dorso-uvular, hambat, dan tidak bersuara. Berikut ini adalah bentuk representasi grafem <k> yang direpresentasikan dengan grafem < > dalam majalah AI.

Grafem <k> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

90 Afrika Afri>qiya> E.106h.10

91 Edi Marzuki Nalapraya

I>di> Marzu>qi>

Na>la>bra>ya> E.112h.25

Grafem <k> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

92 Pondok

Indah Mall

Funduq Indah

Mu>l E.112h.21 Tabel 32. Grafem <k>  Grafem < >

Tabel 32 menunjukkan bahwa grafem <k> dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Penulisan grafem <k> dengan grafem < > dalam bA dapat

(28)

ditemukan dalam penulisan nama diri dan nama tempat. Fonem

/ /

yang telah diserap ke dalam bI berubah menjadi fonem /k/ menimbulkan terjadinya variasi pengucapan dan penulisan (Hadi, 2015: 85). Penggunaan fonem ini dapat ditemukan pada posisi tengah dan akhir silabel. Penggunaan fonem

/ /

dalam merepresentasikan grafem <k> pada contoh 90 ‘Afrika’ < > dipengaruhi oleh lingkungan bahasa Inggris. Kata ‘Afrika’ dalam bahasa Inggris ditulis Africa. Sementara itu, fonem

/ /

yang terdapat pada contoh 92 ‘Pondok’ merupakan pengaruh dari bahasa Arab sehingga ditulis menjadi Funduqun. Adapun kata funduqun dalam bahasa Indonesia berarti pondok atau hotel (Baalbaki, Munir dan Rohi Baalbaki , 2006: 695).

(29)

BAB IV

ALIH AKSARA BUNYI KONSONAN BERBEDA

A. Konsonan Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab yang Berbeda

Kategori bunyi konsonan selanjutnya yaitu konsonan yang memiliki titik artikulasi berbeda. Titik artikulasi yang dimiliki konsonan bI tentunya tidak sama atau tidak sepadan dengan konsonan yang dimiliki bA. Perbedaan titik artikulasi tersebut dikarenakan karakteristik kedua sifat bahasa yang berbeda. Bahasa Indonesia memiliki jumlah konsonan yang lebih sedikit dari pada bA. Terlebih lagi, dalam bI terdapat beberapa konsonan khas yang dalam bA tidak ditemukan bunyi konsonan tersebut. Berikut ini pemaparan analisis bunyi konsonan bI dan bA yang berbeda titik artikulasinya dalam majalah AI.

Perbedaan titik artikulasi fonem konsonan bI dan bA terlihat mencolok manakala digunakan dalam sebuah kosakata. Titik artikulasi pada bunyi konsonan menjadi penentu utama dalam hal perbedaan antara konsonan bI dan bA. Penggunaan fonem konsonan bA dalam merepresentasikan konsonan bI juga dapat mengakibatkan perubahan bunyi fonem konsonan menjadi bunyi fonem vokal. Bentuk pengalihaksaraan bunyi konsonan berbeda yang ditemukan dalam penelitian ini ada empat (4), yaitu <th>  < >, <ch>  < >, <a>  < >, dan <ch>  < >. Perbedaan konsonan-konsonan tersebut akan diuraikan lebih rinci pada pembahasan berikut ini.

(30)

1. Representasi Grafem <th>  Grafem < >

Pada majalah AI ditemukan adanya penggunaan grafem <th> dengan grafem < >. Fonem / / termasuk konsonan apiko-alveolar, hambat, dan tidak bersuara. Menurut Verhaar (2006: 70) fonem [t] dan [th] disebut alofon-alofon dari fonem /t/. Perbedaan alofonemis yang terjadi pada fonem /t/ dipengaruhi oleh lingkungan alofon tersebut. Berikut ini adalah bentuk representasi grafem <th> yang dilambangkan menjadi grafem < > dalam majalah AI.

Grafem <th> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

93 Thamrin Ta>mri>n E.108h.10;

E.112h.15, h.13 94 Thailand Ta>ila>nd E.113h.9

Grafem <th> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

95 Artha Gading

Mall Arta> Ja>di>nj Mu>l E.112h.21 Tabel 33. Grafem <th>  Grafem < >

Pada tabel 33 menunjukkan adanya representasi grafem <th> yang dilambangkan dengan grafem < >. Berdasarkan pengaruh lingkungan yang terjadi pada fonem /t/, bunyi [t] di awal kata yang diikuti vokal pelafalannya seperti mengandung bunyi /h/, sehingga pelafalan bunyinya menjadi [th]. Hal itu seperti yang terlihat pada contoh 93 ‘Thamrin’ < > dan contoh 94 ‘Thailand’ < >. Sementara itu, fonem /t/ yang tidak di awal kata pelafalannya menjadi bunyi [t], seperti pada contoh 95 ‘Artha’ < >.

(31)

2. Representasi Grafem <ch>  Grafem < >

Grafem < > dapat digunakan untuk merepresentasikan grafem <ch>. Grafem <ch> yang dimaksudkan pada pembahasan ini bukan konsonan bA asli. Representasi grafem <ch> dengan grafem < > biasanya disesuaikan dengan cara pelafalan kosakata tersebut. Penggunaan grafem < > ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Grafem <ch> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

96 Andrinof

Chaniago

Anadiri>nu>fu

Sya>niya>ghu> E.110h.11, h.22 Tabel 34. Grafem <ch>  Grafem < >

Pada tabel 34 menunjukkan bahwa grafem <ch> yang direpresentasikan dengan grafem < > hanya berposisi di awal silabel. Fonem / / dalam contoh tersebut diikuti oleh bunyi vokal panjang bA (mad). Penulisan fonem /ch/ dengan / / disesuaikan pada pelafalan kosakata tersebut. Menurut Gazali (2014b) huruf / / memiliki kedekatan fonetis dengan fonem /c/. Fonem / / tersebut merupakan bunyi dari langit-langit keras dengan sifat geseran tidak bersuara (Ryding, 2005: 14). Penggunaan fonem / / dalam melambangkan grafem <ch> ini dipengaruhi oleh fonem /c/ dalam bahasa Inggris. Bahasa Inggris melafalkan bunyi /c/ dengan [si:]. Representasi fonem /c/ dalam bahasa Inggris kuno dilambangkan dengan /ch/ (Wikipedia.org, 18 Mei 2016).

(32)

3. Representasi Grafem <a>  Grafem < >

Grafem < > dapat digunakan untuk merepresentasikan grafem <a>. Fonem / / ini bersifat faringal, frikatif, dan bersuara. Pada ihwal ini terjadi perubahan status dari fonem konsonan

/ /

berubah menjadi fonem vokal /a/. Penyesuaian fonem vokal ke fonem konsonan dalam bA terjadi karena disesuaikan dengan pengucapan orang Arab (Zuvara, 2008: 88). Berikut adalah contoh yang menunjukkan representasi grafem <a> dengan grafem < > dalam majalah AI.

Grafem <a> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

97 Pagar Alam Ba>ja>r ‘A>lam E.108h.12 Tabel 35. Grafem <a>  Grafem < >

Tabel 35 menunjukkan adanya kasus penulisan grafem <a> yang direpresentasikan dengan grafem < >. Contoh 97 merupakan bentuk proper

name yang berupa kosakata sebuah tempat. Penulisan kata ‘Alam’ dalam bA

diwujudkan dengan menggunakan fonem / /, bukan menggunakan huruf alif sehingga kata ‘Alam ‘ dalam bA ditulis menjadi < >.

4. Representasi Grafem <ch>  Grafem < >

Grafem < > dapat digunakan untuk merepresentasikan grafem <ch>. Pada majalah AI ditemukan bahwa grafem <ch> yang direpresentasikan dengan grafem < > pada posisi awal silabel. Berikut ini contoh yang menunjukkan grafem <ch> direpresentasikan dengan grafem < >.

(33)

Grafem <ch> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

98 Yuddy

Chrisnandi Yu>di> Kri>sna>dzi> E.110h.11

Tabel 36. Grafem <ch>  Grafem < >

Tabel 36 menunjukkan bahwa grafem <ch> dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Penggunaan fonem

/ /

ini dikarenakan pelafalan fonem /ch/ mirip dengan fonem

/ /

. Hal ini menyebabkan grafem <ch> pada contoh 98 ‘Chrisnandi’ dalam bA ditulis dengan fonem

< >

menjadi < >. Grafem <ch> ini jarang ditemukan dalam penggunaan kosakata asli bI.

B. Konsonan Bahasa Indonesia yang Tidak Dimiliki Bahasa Arab

Jumlah huruf konsonan dalam bI lebih sedikit daripada konsonan dalam bA. Bahasa Indonesia memiliki dua puluh dua fonem konsonan. Sementara itu, jumlah fonem konsonan dalam bA ada dua puluh delapan (Chacra, 2007: 1). Bahasa Indonesia memiliki beberapa konsonan yang tidak dimiliki oleh bA. Konsonan-konsonan tersebut di antaranya adalah grafem <c>, <g>, <ng>, dan <ny>. Grafem-grafem yang dimiliki bI tersebut akan diuraikan lebih lanjut pada pembahasan berikut ini.

1. Grafem <c>

Grafem <c> merupakan salah satu fonem yang tidak dimiliki bA. Untuk merepresentasikan dalam bA, grafem <c> dapat diwakili dengan beberapa

(34)

huruf konsonan dalam bA. Huruf-huruf bA tersebut di antaranya seperti grafem < >, < >, < >, dan < >. Berikut adalah uraian masing-masing konsonan tersebut.

a. Representasi Grafem <c>  Grafem < >

Grafem <c> dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Fonem /c/ dalam bI memiliki karakteristik sebagai konsonan medio-palatal, hambat, dan tidak bersuara. Adapun fonem konsonan / / termasuk konsonan apiko-dental, frikatif, dan bersuara. Kedua fonem tersebut memiliki perbedaan karakteristik yang sangat mencolok. Berikut ini adalah contoh yang menunjukkan representasi grafem <c> dengan grafem < >.

Grafem <c> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

99 Pecatu Bi>tsa>tu> E.111h.11

Tabel 37. Grafem <c>  Grafem < >

Pada tabel 37 menunjukkan bahwa grafem <c> dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Penggunaan grafem < > ini hanya ditemukan dalam posisi di tengah silabel. Penulisan grafem <c> dengan grafem < > pada contoh 99 ‘Pecatu’ < > merupakan pengaruh dari bahasa Bali. Bunyi /ca/ dalam penulisan aksara Bali digunakan untuk melambangkan bunyi /c/ dan /t∫/ (Wikipedia.com, 10 Mei 2016).

b. Representasi Grafem <c>  Grafem < >

Grafem <c> dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Fonem /c/ dalam bI merupakan konsonan medio-palatal, hambat, dan tidak bersuara.

(35)

Adapun fonem konsonan / / dalam bA termasuk konsonan apiko-alveolar, frikatif, dan tidak bersuara. Kedua fonem tersebut sama-sama sebagai konsonan tidak bersuara. Berikut ini adalah contoh yang menunjukkan representasi grafem <c> dengan grafem < >.

Grafem <c> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

100 Cisarua Si>sarwa> E.113h.52

Tabel 38. Grafem <c>  Grafem < >

Pada tabel 38 menunjukkan bahwa grafem <c> dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Penulisan grafem <c> dengan grafem < > pada kata ‘Cisarua’ < > dipengaruhi oleh bahasa Sunda. Cisarua merupakan salah satu kota yang terletak di kawasan Jawa Barat. Berdasarkan tabel 38, representasi grafem <c> dengan grafem < > hanya ditemukan di posisi awal silabel.

c. Representasi Grafem <c>  Grafem < >

Grafem <c> dalam bA juga dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Fonem /c/ dalam bI merupakan konsonan medio-palatal, hambat, dan tidak bersuara. Fonem / / memiliki karakteristik sebagai konsonan konsonan apiko-palatal, frikatif, dan tidak bersuara. Berikut ini adalah contoh yang menunjukkan representasi grafem <c> dengan grafem < > pada majalah AI.

(36)

Grafem <c> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

101 Cibubur Syi>bu>bu>r E.110h.9 102 Cianjur Syi>anju>r E.109h.11, h.15

Grafem <c> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

103 Ancol Ansyu>l

E.112h.12, h.13, h.21; E.113h.56

104 Puncak Bu>nsya>k E.110h.17, h.56

105 Kerinci Kiri>nsyi> E.109h.12, h.14 Tabel 39. Grafem <c>  Grafem < >

Pada tabel 39 menunjukkan bahwa grafem <c> dalam bA dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Penulisan grafem <c> dengan grafem < > dapat ditemukan di posisi awal dan akhir silabel. Adanya representasi fonem /c/ dalam bA pada kasus ini disebabkan oleh cara pelafalan kosakata tersebut (Ridwan, Muhammad dan Haryati, 2015: 145). Pelafalan fonem /c/ cenderung dipengaruhi oleh fonetis bahasa Inggris yang terdengar dengan bunyi [si] (Gazali, 2014b). Hal ini menjadikan representasi grafem <c> pada kasus ini diwakili dengan fonem / /.

Bunyi [c] yang diikuti bunyi mad [a:] terdapat pada contoh 104 ‘Puncak’ < >. Bunyi [c] yang diikuti mad [u:] terdapat pada contoh 103 ‘Ancol’ < >. Bunyi [c] yang diikuti bunyi mad [i:] terdapat pada kata ‘Cibubur’ < >, ‘Cianjur’ < >, dan ‘Kerinci’ < >.

(37)

d. Representasi Grafem <c>  Grafem < >

Grafem <c> dalam bA juga direpresentasikan dengan grafem < >. Menurut Gazali (2014b) silabel / / terdiri dari fonem / / dan / / yang secara umum untuk mentransliterasikan silabel /ch/ bukan /c/ tunggal. Berikut ini adalah contoh yang menunjukkan representasi grafem <c> dengan grafem < >.

Grafem <c> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

106 Cengkareng Tsyi>nka>ri>nj E.108h.8 107 Cirebon Tsyi>ri>bu>n E.109h.19 108 Carangsari Tsya>ranjsa>ri> E.111h.11

Grafem <c> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

109 Aceh

Atsyi>h E.111h.9 Atsyi>h E.111h.9 A>tsyi>h E.111h.9

Grafem <c> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

110 Kerinci Ki>ri>ntsya> E.109h.13 Tabel 40. Grafem <c>  Grafem < >

Tabel 40 menunjukkan bentuk representasi grafem <c> dengan grafem < >. Penelitian ini menemukan adanya grafem < > yang berada di semua posisi, baik awal, tengah, maupun akhir silabel. Penggunaan grafem < > pada kasus ini disesuaikan dengan bahasa asalnya. Hal itu

(38)

terlihat pada contoh 109 ‘Aceh’ < > dan contoh 110 ‘Kerinci’ < >. Kata ‘Aceh’ berasal dari bahasa Persia dan dieja ‘Achei’ (Rosmanuddin, 2015). Adapun kata ‘Kerinci’ berasal dari bahasa Tamil, yaitu ‘Kurintji’ yang berarti bunga kurinji (anak-qinchi.blogspot.com, 11 Mei 2016). Hal ini menjadikan penulisan grafem <c> dalam bA direpresentasikan dengan grafem < >. Bunyi [c] yang diikuti mad [i:] terdapat pada contoh 106 ‘Cengkareng’ < > dan contoh 107 ‘Cirebon’ < >. Adapun bunyi [c] yang diikuti mad [a:] terdapat pada contoh 108 ‘Carangsari’ < >.

2. Grafem <g>

Grafem <g> merupakan salah satu fonem yang tidak dimiliki bA. Untuk merepresentasikan dalam bA, grafem <g> dapat diwakili dengan grafem < > dan < >. Berikut adalah uraian masing-masing konsonan tersebut.

a. Representasi Grafem <g> Grafem < >

Grafem <g> dalam bA dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Fonem /g/ dalam bI memiliki karakteristik sebagai fonem konsonan dorso-velar, hambat, dan bersuara. Adapun fonem / / merupakan konsonan apiko-palatal, afrikatif, dan bersuara. Berikut ini adalah contoh yang menunjukkan representasi grafem <g> dengan grafem < >.

(39)

Grafem <g> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

111 Garut Ja>ru>t E.106h.12, h.24;

E.110h.62 112 Gambir Ja>mbi>r E.108h.9 113 Gresik Jri>si>k E.108h.33

Grafem <g> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

114 Bogor Bu>ju>r

E.107h.14; E.109h.15; E.110h.17

115 Legian Li>jiya>n E.110h.17;

E.111h.10

116 Legon Li>ju>n E.109h.10

Grafem <g> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

117 Salatiga Sa>la>ti>ja> E.106h.57

118 Berastagi

Bira>sta>ji> E.106h.11 Bira>sta>ja> E.110h.16 Tabel 41. Grafem <g>  Grafem < >

Tabel 41 menunjukkan bahwa grafem <g> dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Penggunaan grafem < > pada kasus ini ditemukan di semua posisi dalam suatu kosakata. Penggunaan fonem / / dalam merepresentasikan grafem <g> dipengaruhi oleh penggunaan dialek (Gazali, 2014a). Fonem / / dapat dilafalkan menjadi bunyi /ga/ apabila setelah fonem / / diikuti huruf mad alif / / /a:/ seperti pada kata ‘Salatiga’ < >, ‘Garut’ < >, dan ‘Gambir’ < >. Fonem / / dapat

(40)

dilafalkan menjadi bunyi /gi/ apabila setelah fonem / / diikuti huruf / / /i:/ seperti pada contoh 115 ‘Legian’ < > dan contoh 118 ‘Berastagi’ < >. Fonem / / dapat dilafalkan menjadi bunyi /gu/ apabila setelah fonem / / diikuti huruf / / seperti pada contoh 114 ‘Bogor’ < > dan contoh 116 ‘Legon’ < >. Adapun contoh bunyi [g] di awal silabel terdapat pada kata ‘Gresik’ < >.

b. Representasi Grafem <g> Grafem < >

Grafem <g> dalam bA dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Fonem /g/ dalam bI memiliki karakteristik sebagai fonem konsonan velar, hambat, dan bersuara. Adapun fonem / / merupakan konsonan dorso-velar, frikatif, dan bersuara. Berikut ini adalah contoh yang menunjukkan representasi grafem <g> dengan grafem < >.

Grafem <g> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

119 Gili Air Ghi>li> A>ir E.107h.6 120 Gamelan Gha>mi>la>n E.109h.10

Grafem <g> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

121 Bogor Bu>ghu>r E.110h.56; E.112h.34, h.50; E.113h.52 122 Agung Nugroho Aju>nj Nu>ghru>hu> E.109h.30 Tabel 42. Grafem <g>  Grafem < >

Tabel 42 menunjukkan bentuk representasi grafem <g> menjadi grafem < >. Titik artikulasi kedua fonem ini sama-sama dorso-velar.

(41)

Menurut Junanah (2010: 85) fonem /g/ memiliki alofon [gh] apabila berposisi di awal dan tengah silabel yang diikuti vokal. Adanya alofon [gh] tersebut dikarenakan pengaruh dari bahasa Jawa. Sebagai contoh yaitu pada contoh 120 ‘Gamelan’ < > dan contoh 121 ‘Bogor’ < >. Pelafalan bunyi /ga/ dalam bahasa Jawa termasuk bunyi /ga/ tebal sehingga pelafalan vokal /a/ seperti berbunyi vokal /o/. Fonem / / diikuti bunyi mad [i:] terdapat pada contoh 119 ‘Gili’ < >. Bunyi fonem /g/ pada contoh 112 ‘Nugroho’ dilafalkan tebal sehingga dalam bA ditulis menjadi < >.

3. Grafem <ng>

Grafem <ng> merupakan salah satu fonem yang tidak dimiliki bA. Untuk merepresentasikan dalam bA, grafem <ng> dapat diwakili dengan beberapa grafem bA. Grafem tersebut adalah < >, < >, < >, dan < >. Berikut adalah uraian masing-masing konsonan bA tersebut.

a. Representasi Grafem <ng>  Grafem < >

Grafem <ng> termasuk konsonan nasal (sengau). Fonem /ŋ/ dalam bI memiliki karakteristik sebagai fonem konsonan dorso-velar, nasal, dan bersuara. Adapun konsonan / / merupakan konsonan dorso-velar, frikatif, dan bersuara. Berikut ini adalah contoh yang menunjukkan representasi grafem <ng> dengan grafem < >.

(42)

Grafem <ng> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

123 Walisongo Wa>li>su>ghu> E.112h.10, h.27 124 Kadilangu Ka>di>la>ghu> E.113h.18

Tabel 43. Grafem <ng>  Grafem < >

Penggunaan grafem < > untuk merepresentasikan grafem <ng> didasari adanya kesamaan titik artikulasi kedua fonem tersebut. Kedua fonem ini sama-sama konsonan dorso-velar. Pada tabel 43 menunjukkan adanya representasi grafem <ng> dengan grafem < > ditemukan di posisi akhir silabel. Contoh 123 ‘Walisongo’ < > dan contoh 124 ‘Kadilangu’ < > merupakan kosakata yang berasal dari kawasan Jawa Tengah. Penulisan grafem <ng> yang terdiri dari grafem <n> dan <g> dalam bA diwakili dengan grafem < > ini dimaksudkan untuk mempermudah penulisannya dalam teks Arab. Hal ini mengingat bahwa grafem <ng> secara fonetis dilambangkan dengan /ŋ/ sehingga penulisannya dalam bA dapat diwakili dengan satu fonem yaitu fonem / /.

b. Representasi Grafem <ng>  Grafem < >

Fonem /ŋ/ dalam bI memiliki karakteristik sebagai fonem konsonan dorso-velar, nasal, dan bersuara. Fonem / / terdiri dari fonem / / dan / /. Fonem / / memiliki karakteristik sebagai konsonan apiko-alveolar, nasal, dan bersuara. Fonem / / termasuk konsonan apiko-palatal, afrikatif, dan bersuara. Berikut ini adalah contoh yang menunjukkan representasi grafem <ng> dengan grafem < >.

(43)

Grafem <ng> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

125 Ngurah Rai Nju>ra>h Ra>i E.111h.11

Grafem <ng> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

126 Manggar Ma>njja>ru E.107h.10, h.11

Grafem <ng> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

127 Belitung Bili>tu>nj E.107h.10 Bi>li>tu>nj E.107h.11 128 Semarang Sima>ranj E.113h.8, h.24 Sima>ra>nj E.113h.15, h.27

Grafem <ng> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

129 Katang Ka>ta>nj E.109h.9

Tabel 44. Grafem <ng>  Grafem < >

Penggunaan grafem < > sebagai representasi grafem <ng> ditemukan di semua posisi silabel. Menurut Zuvara (2008: 63) grafem <ng> dan < > memiliki kedekatan dalam hal artikulasi, yaitu nasal (sengau). Sifat sengau ini lebih cenderung karena pengaruh sifat fonem / /. Pemilihan grafem < > untuk merepresentasikan grafem <ng> merupakan bentuk umum pengalihaksaraan dalam bA. Hal ini dapat dilihat pada tabel 44, grafem <ng> digunakan di awal, tengah, dan akhir silabel. Hal tersebut tentunya berbeda dengan bentuk representasi fonem /ŋ/ lainnya yang hanya ditemukan di sebagian posisi silabel saja.

(44)

Fonem /ŋ/ yang berada di awal silabel pada contoh 125 diikuti oleh

mad /u:/ untuk merepresentasikan contoh 125 ‘Ngurah’ sehingga dalam bA

ditulis menjadi Nju>ra>h < >. Fonem /ŋ/ yang berada di posisi tengah silabel pada tabel 44 yaitu contoh 126 ‘Manggar’ < >. Pada kata ‘Manggar’, grafem < > dan grafem < > ditulis berdampingan sesuai bahasa aslinya. Hanya saja, pada grafem < > tidak diikuti bunyi mad yang menandakan bunyi vokal. Adapun fonem / / diikuti bunyi mad [a:] sebagai bunyi vokal [a]. Grafem < > yang berada di posisi di akhir silabel tidak mengalami kendala, karena grafem <ng> selalu direpresentasikan dengan < > seperti kata ‘Belitung’ < >, ‘Semarang’ < >, dan ‘Katang’ < >.

c. Representasi Grafem <ng>  Grafem < >

Fonem /ŋ/ dalam bI memiliki karakteristik sebagai fonem konsonan dorso-velar, nasal, dan bersuara. Fonem / / terdiri dari fonem / / dan / /. Fonem / / memiliki karakteristik sebagai konsonan apiko-alveolar, nasal, dan bersuara. Fonem / / termasuk konsonan dorso-velar, frikatif, dan bersuara. Berikut ini adalah contoh yang menunjukkan representasi grafem <ng> dengan grafem < >.

Grafem <ng> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

130 Hong Kong Hu>ngh Ku>ngh E.108h.27; E.109h.17 131 Minangkabau Mi>na>nghka>bu> E.107h.3

(45)

Grafem <ng> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

132 Serang Si>ra>ngh E.112h.9

Tabel 45. Grafem <ng>  Grafem < >

Penggunaan grafem < > sebagai representasi grafem <ng> dalam bA dapat ditemukan di posisi tengah dan akhir silabel. Penggabungan huruf / / dan / / menjadi fonem / / jika dilihat berdasarkan karakteristik fonem konsonan tersebut, maka fonem / / memiliki kemiripan sifat dengan fonem /ŋ/ dalam bI. Berdasarkan tabel 45 fonem / / yang berposisi di tengah silabel selalu diikuti oleh fonem konsonan. Sebagai contoh yaitu contoh 130 ‘Hong Kong’ < > dan contoh 131 ‘Minangkabau’ < >. Pada contoh 130 dan contoh 131 tersebut menunjukkan bahwa tidak ada penghilangan huruf konsonan setelah direpresentasikan ke bA. Fonem / / yang berposisi di akhir silabel seperti pada contoh 132 ‘Serang’ < > tidak mengalami kendala.

d. Representasi Grafem <ng>  Grafem < >

Grafem <ng> dalam bA dapat direpresentasikan menggunakan grafem < >. Fonem /ŋ/ memiliki sifat sebagai konsonan dorso-velar, nasal, dan bersuara. Fonem / / terdiri dari fonem / / dan / /. Fonem / / termasuk konsonan apiko-alveolar, nasal, dan bersuara. Fonem / / termasuk konsonan dorso-velar, hambat, dan tidak bersuara. Penggunaan grafem < > sebagai representasi grafem <ng> dapat ditemukan dalam majalah AI. Berikut ini contoh penggunaan grafem < > sebagai lambang dari grafem <ng>.

(46)

Grafem <ng> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

133 Sengkol Si>nku>l E.107h.7

134 Lengkuas Li>nkuwa>s E.107h.10,

h.11 135 Minangkabau Mi>na>nka>bu> E.107h.13, h.18; E.109h.23; E.110h.16 136 Sangkuriang Sa>nku>riya>nj E.109h.16

Tabel 46. Grafem <ng>  Grafem < >

Penggunaan grafem < > sebagai representasi grafem <ng> hanya ditemukan di posisi tengah silabel. Grafem < > sesuai tabel 46 dipengaruhi oleh huruf konsonan setelahnya. Kosakata dalam tabel 46 menunjukkan bahwa setelah fonem /ŋ/ selalu diikuti oleh fonem konsonan /k/. Hal ini menyebabkan penulisan grafem <ng> dalam bA direpresentasikan seperti bacaan tajwid bunyi ikhfa’. Pada bunyi ikhfa’ terjadi karena adanya huruf / / bertemu dengan salah satu huruf ikhfa’ yaitu huruf / / sehingga pada kasus grafem <ng> ditulis menjadi grafem < >.

Penulisan kosakata pada tabel 46 tersebut disesuaikan juga dengan cara pelafalannya, yaitu menggunakan hukum bacaan ikhfa’. Ihwal penulisan grafem < > seperti bunyi bacaan ikhfa’ yang merepresentasikan grafem <ng> pada kasus ini sesuai dengan perubahan bunyi Crowley, yakni asimilasi. Menurut Kridalaksana (2008: 20) asimilasi adalah perubahan bunyi yang mengakibatkan bunyi lain di dekatnya menjadi mirip atau sama. Contoh asimiliasi terdapat pada kata ‘Sengkol’ < >, ‘Lengkuas’ < >, ‘Minangkabau’ < >, dan ‘Sangkuriang’ < >. Pada

Gambar

Tabel 13. Grafem &lt;b&gt;  Grafem &lt; &gt;
Tabel 15. Grafem &lt;r&gt;  Grafem &lt; &gt;
Tabel 16. Grafem &lt;f&gt;  Grafem &lt; &gt;
Tabel 18. Grafem &lt;k&gt;  Grafem &lt; &gt;
+7

Referensi

Dokumen terkait

H1: The use of Dictogloss technique is effective to improve the mastery of simple past tense for the first grade students at SMK Bopkri I Yogyakarta..

Untuk mengukur tingkat kesesuaian model regresi yang digunakan adalah dengan melihat R Square (R 2 ) hasil permodelan dengan harga pendekatan R 2 adalah skala

Jenis gulma yang mempunyai nilai NJD terbesar berarti gulma tersebut merupakan gulma dominan. c) Bobot kering gulma per spesies, pengamatan dilakukan pada saat

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas mengenai obat golongan β 2 -agonis maka, diperlukan perhatian khusus dalam menggunakan obat tersebut mulai

Grebeg Kendalisodo dalam perkembangan tahun berikutnya hingga saat ini bertambah dengan diadakanya jamasan pusaka serta diaraknya hasil pertanian dan perkebunan atau

saat mamalia laut tersebut terdampar mati, proses dekomposisi sudah terjadi di dalam tubuh.. mamalia

(preparing), pengolahan (cooking), administrasi, penyimpanan bahan, dan lain sebagainya. Sebagai koordinator, Executive Chef ini mengatur serta mengawasi

 Buat feature produk untuk memenuhi keinginan customer  Tetapkan sasaran kualitas seperti yang diinginkan customer  Kembangkan proses yang menghasilkan feature produk tsb 