• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INFLASI, STRUKTUR MODAL, DAN KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP REAKSI PASAR SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH INFLASI, STRUKTUR MODAL, DAN KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP REAKSI PASAR SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INFLASI, STRUKTUR MODAL, DAN KEBIJAKAN

DEVIDEN TERHADAP REAKSI PASAR SAHAM DI BURSA

EFEK INDONESIA

Indah Asri Fadwanisah, Tri Lestari, Nurul Qomari

Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bhayangkara Surabaya [email protected]

ABSTRAK

Variabel independen inflasi diukur dengan tingkat inflasi pertahun, struktur modal diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER), dan kebijakan deviden diukur dengan Devidend payout Ratio (DPR). Sedangkan variable dependen reaksi pasar saham diproyeksikan dengan retur saham. Hasil pengujian koefisiensi regresi secara simultan diperoleh nilai f hitung sebesar 4.108 atau lebih besar dari f tabel sebesar 3.07, maka variabel bebas yang terdiri dari inflasi(X1), struktur modal (X2), dan kebijakan deviden (X3) memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap reaksi pasar saham. Pada pengujian koefisiensi regresi secara parsial diperoleh t hitung inflasi sebesar 2.179 dan kebijakan deviden 2.437 lebih besar dari f tabel 2.0796, artinya variabel bebas X1 dan X3 berpengaruh secara parsial terhadap variabel terikat. Kebijakan deviden merupakan faktor paling dominan dari hasil Koefisiensi Beta Standardized memiliki Beta paling tinggi sebesar 0.464 diantara variabel yang lainnya.

Kata Kunci: Inflasi, Struktur Modal, Kebijakan Deviden, dan Reaksi Pasar Saham

ABSTRACT

Independent variable of inflation is measured by yearly inflation rate, capital structure is measured by Debt to Equity Ratio (DER), and dividend policy is measured by Devidend payout Ratio (DPR). While the dependent variable stock market reaction is projected with stock returns.The result of regression coefficient test simultaneously obtained the value of f count equal to 4,108 or bigger than f table equal to 3,07, hence independent variable consist of inflation (X1), capital structure (X2), and dividend policy (X3) have influence together Against stock market reactions. In the regression coefficient test partially obtained t arithmetic inflation of 2.179 and dividend policy 2.437 greater than f table 2.0796, meaning free variables X1 and X3 partially affect the dependent variable. Dividend policy is the most dominant factor of Standardized Beta Coefficiency has Beta highest of 0.464 among other variables.

(2)

497 PENDAHULUAN

Banyak orang tertarik untuk menginvestasikan sebagian uang mereka di pasar saham (stock market). Adapun tujuan mereka berinvestasi adalah untuk mendapatkan return yang optimal dengan risiko yang minimal. Para investor dapat menginvestasikan uang mereka dengan berinvestasi langsung maupun tidak langsung. Investasi langsung berarti investor melakukan pembelian langsung aktiva keuangan suatu perusahaan, sedangkan investasi tidak langsung berarti pembelian saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan-perusahaan lain. Pembeli dan penjual akan berpartisipasi jika pasar modal bersifat likuid dan efisien.

Indonesia sering sekali mengalami inflasi, inflasi bukanlah saat harga-harga barang dikonsumsi naik. Kenaikan harga di pasar atau toko dan juga kenaikan harga listrik atau bensin, tidak bisa dikatakan sebagai inflasi. Kebutuhan bahan pokok dan juga bensin dipengaruhi oleh permintaan dan juga persediaan barang. Jika kenaikan bukan karena kelebihan suplai uang dipasaran tetapi lebih disebabkan oleh aturan yang buruk, contohnya seperti kenaikan harga bawang dan daging sapi saat ini, hal ini belum bisa dikatakan sebagai inflasi.

Inflasi terjadi saat dipengaruhi oleh goncanganya sebuah perekonomian, termasuk didalamnya kenaikan harga yang terjadi berkesinambungan. Naiknya inflasi tentu akan mempengaruhi naiknya biaya hidup. Namun tidak semua inflasi buruk, dalam batasan tertentu inflasi dapat berdampak positif bagi perekonomian. Bank sentral di setiap negara, jika di Indonesia adalah Bank Indonesia biasanya menargetkan tingkat inflasi. Tingkat inflasi yang normal adalah antara 2% hingga 3%, tidak pernah 0%.

Inflasi yang tinggi akan mengakibatkan penurunan harga saham, karena menyebabkan kenaikan harga barang secara umum. Kondisi ini mempengaruhi biaya produksi dan harga jual barang akan menjadi semakin tinggi. Harga jual yang tinggi akan menyebabkan menurunnya daya beli, hal ini akan mempengaruhi keuntungan perusahaan dan akhirnya berpengaruh terhadap harga saham yang mengalami penurunan

.

(3)

Struktur modal suatu perusahaan dijadikan sebagai salah satu bagian dari informasi laporan keuangan yang akan direspon oleh investor dalam kegiatan investasi yang akan dilakukan. Untuk itu, seorang investor harus bisa mengambil keputusan dalam memilih jenis sumber dana, baik yang diperoleh dalam perusahaan sendiri maupun dari luar perusahaan. Menurut Najmudin (2011:294) struktur modal berkaitan dengan penentuan tentang proporsi tertentu dari total modal yang dibutuhkan perusahaan yang akan didanai dengan utang dan ekuitas. Perusahaan harus bisa melakukan penentuan struktur modal secara optimal yang artinya dapat 4 meminimalkan biaya modal keseluruhan atau biaya rata-rata modal, sehingga tidak akan terjadi dampak yang buruk bagi perusahaan. Apabila perusahaan melakukan kesalahan dalam penentuan struktur modal, maka perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Dalam hal ini, investor tidak akan berminat untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut karena dinilai kurang terhadap penentuan struktur modalnya.

Rumusan Masalah

a. Apakah inflasi berpengaruh secara parsial terhadap reaksi pasar saham?

b. Apakah struktur modal berpengaruh secara parsial terhadap reaksi pasar saham? c. Apakah kebijakan deviden berpengaruh secara parsial terhadap reaksi pasar

saham?

d. Apakah inflasi, struktur modal dan kebijakan deviden berpengaruh secara simultan terhadap reaksi pasar saham?

e. Variabel manakah yang memiliki pengaruh dominan terhadap reaksi pasar saham?

TINJAUAN PUSTAKA 1. Inflasi

Inflasi merupakan kenaikan harga barang-barang secara umum yang disebabkan oleh turunnya nilai mata uang pada suatu periode tertentu. Nopirin (2009:25) “mendefinisikan inflasi sebagai proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus-menerus”. Terdapat berbagai jenis Inflasi.

(4)

499

Keown et. Al., (dalam Yulita, 2014:6) struktur modal (capital structure) adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditujukan oleh perbandingan utang jangka panjang terhadap sumber modal sendiri. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari sumber modal berasal dari modal saham, laba ditahan, dan cadangan.

3. Kebijakan Deviden

Martono dan Harjito (2013:270) “kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang”.

Kerangka Konseptual Kebijakan deviden Sumber: Peneliti (2017) Gambar 1 Kerangka Konseptual c

Reaksi Pasar Saham Struktur modal

Inflasi

(5)

Hipotesis Penelitian

Sugiyono (2009: 96) “hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah atau sub masalah yang diajukan oleh peneliti, yang diajabarkan dari landasan teori atau kajian teori dan masi bersifat sementara”. Berdasarkan rumusan masalah di muka, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bahwa inflasi memiliki pengaruh secara parsial terhadap reaksi pasar saham 2. Bahwa struktur modal memiliki pengaruh secara parsial terhadap reaksi pasar

saham

3. Bahwa kebijakan deviden memiliki pengaruh secara parsial terhadap reaksi pasar saham

4. Bahwa variabel inflasi, struktur modal, dan kebijakan deviden berpengaruh secara simultan terhadap reaksi pasar saham.

5. Diantara variabel inflasi, struktur modal, dan kebijakan deviden yang mempunyai pengaruh dominan adalah kebijakan deviden.

METODE PENELITIAN

Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi variabel terikat, baik itu secara positif maupun negatif, serta sifatnya yang dapat berdiri sendiri. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah inflasi (sub variabel X1), struktur modal (sub variabel X2), dan kebijakan deviden (sub variabel X3).

Metode pengambilan sampel dilakukan peneliti adalah dengan metode sensus data dari populasi yang dijadikan sampel adalah seluruh perusahaan pertambangan, energi, dan logam BUMN yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Penentuan kriteria-kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Perusahaan sampel adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI).

2. Menyediakan laporan keuangan dari priode 2011-2015.

3. Dalam penelitian yang akan saya buat , diperoleh data di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui web resmi www.idx.co.id.

(6)

501

Tabel 1

Daftar Sampel Penelitian

No Kode Nama Perusahaan Jenis Perusahaan

1 ANTM PT Aneka Tambang (persero) Tbk Pertambangan

2 PTBA PT Bukit Asam (persero) Tbk Pertambangan

3 TINS PT Timah (persero) Tbk Pertambangan

4 PGAS PT Perusahaan Gas Negara (persero) Tbk Energi

5 KRAS PT Krakatau Steel (persero) Tbk Logam

Sumber : Peneliti (2017)

ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil Analisa dan Pembahasan

Analisis statistik deskriptif memberikan informasi mengenai deskripsi dari variabel yang digunakan dalam penelitian. Informasi tersebut disajikan dari nilai minimum, nilai maksimum, nilai mean, dan nilai standar deviasi dari masing-masing variabel penelitian.

Tabel 2

Deskriptif Variabel Penelitian

Descriptive Statistics 25 3.35 8.38 5.6360 2.29892 25 .34 1.94 .8140 .36603 25 .00 803.60 139.6804 215.61204 25 1.36 2.38 1.8501 .24476 25 Inflasi (X1) Struktur Modal (X2) Kebijakan Deviden (X3) Reaksi Pasar Saham (Y) Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

Sumber : Peneliti (2017) 1. Uji Asumsi Klasik

Uji Asumsi Klasik yang meliputi: Uji Normalitas, Uji Autokorelasi, Uji Multikolinieritas, dan Uji Heteroskedastisitas.

(7)

Tabel 3 Hasil Uji Normalitas

One -Sam ple Kolm ogorov-Smirnov Test

25 .0000000 .19429780 .095 .061 -.095 .475 .978 N Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz ed Residual

T est distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

Sumber : Peneliti (2017)

Berdasarkan nilai Asymp. Sig (2-tailed) diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0.978 lebih besar dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang diuji berdistribusi normal. Hal tersebut diperkuat dihasil scatterplot pada gambar 2 dibawah ini yang sebaran data mengikut garis diagonal.

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Observed Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Expected C um Pro b

Dependent Variable: Reaksi Pasar Saham (Y) Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Sumber: Peneliti (2017)

Gambar 2

Scatterplot Normalitas

b. Uji Multikolinieritas

Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas adalah melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Hasil Uji Multikolinieritas, sebagai berikut:

(8)

503

Tabel 4

Nilai Tolerance dan VIF

No. Variabel Tolerance VIF

1 Inflasi (X1) 0.912 1.096

2 Struktur Modal (DER) (X2) 0.767 1.304

3 Kebijakan Deviden (DPR) (X3) 0.828 1.207

Sumber : SPSS (2017)

Berdasarkan pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa nilai toleransi dari masing-masing variabel Inflasi (X1), Struktur Modal (DER) (X2), dan Kebijakan Deviden

(DPR) (X3), di atas 0.1 dan nilai VIF di bawah 10. Hal tersebut menunjukkan bahwa

tidak terjadi gejala multikolinearitas, sehingga asumsi regresi terpenuhi.

c. Uji Heteroskedastistas

Uji Heterokedastisitas adalah varian residual, yang tidak sama pada semua pengamatan, dalam model regresi.

2 1

0 -1

Regression Standardized Predicted Value

2 1 0 -1 -2 -3 Regression Stude ntiz ed Residual

Dependent Variable: Reaksi Pasar Saham (Y) Scatterplot

Sumber : Peneliti (2017)

Gambar 2

Grafik Pengujian Heteroskedaktisitas

Berdasarkan Gambar 2, diketahui titik menyebar secara acak baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Jadi, tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi Heteroskedastistas.

(9)

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi adalah untuk melihat apakah antara anggota pengamatan dalam variabel-variabel bebas yang sama memiliki keterkaitan satu sama lainnya.

Tabel 5 Nilai Durbin Watson

Model Summ aryb

1.994a Model

1

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), Kebijakan Deviden (X3), Inflasi (X1), Struktur Modal (X2) a.

Dependent Variable: Reaksi Pasar Saham (Y) b.

Sumber : Peneliti (2017)

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil uji Durbin-Watson diperoleh nilai DW sebesar 1.994 (DW = 1.994) ; du = 1.654; 4 - du = 2.346. Karena nilai DW terletak pada range du – (4-du) = 1.654 ≤ dw ≤ 2.346, maka dapat disimpulkan tidak ada autokorelasi. Jadi pengujian autokorelasi dalam penelitian ini adalah tidak ada autokorelasi.

2. Uji Linier Berganda

Analisis regresi linear berganda ini bertujuan untuk meneliti bagaimana pengaruh masing-masing variabel bebas Inflasi (X1), Struktur Modal (DER) (X2),

dan Kebijakan Deviden (DPR) (X3) terhadap variabel terikat Reaksi Pasar Saham (Y)

pada penelitian ini.

Tabel 6

Hasil Uji Koefisien Regresi Berganda

Model Koefisien Regresi thitung Sig

Konstanta 1.534 10.582 0.000

Inflasi (X1) 0.042 2.179 0.041

Struktur Modal (DER) (X2) 0.007 0.050 0.961

Kebijakan Deviden (DPR) (X3) 0.001 2.437 0.024

Sumber : Peneliti (2017)

Dari data Tabel 5 persamaan regresi yang didapat adalah:

Y = 1.534 + 0.042 (X1) + 0.007 (X2) + 0.001 (X3)

3. Koefisien Determasi (R Square)

Hasil uji koefisien korelasi dan determinasi persamaan regresi linear berganda dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut :

(10)

505

Tabel 7

Koefisien Korelasi Dan Koefisien Determinasi

Model Summary .608a .370 .280 .20771 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), Kebijakan Deviden (X3), Inflasi (X1), Struktur Modal (X2)

a.

Sumber : Peneliti (2017)

Nilai koefisien determinasi atau R2 digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel tak bebas (Y) yaitu 0.370. Hal ini berarti sebesar 37.0% Reaksi Pasar Saham (Y) dapat dijelaskan oleh variabel Inflasi (X1), Struktur Modal (DER) (X2), dan Kebijakan Deviden (DPR) (X3).

Sedangkan sisanya 63.0% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model yang diteliti.

4. Hasil Uji Simultan (Uji F)

Tabel 8

Uji Simultan (Uji F)

ANOV Ab .532 3 .177 4.108 .019a .906 21 .043 1.438 24 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Kebijakan Deviden (X3), Inflasi (X1), Struktur Modal (X2) a.

Dependent Variable: Reaksi Pasar Saham (Y) b.

Sumber : SPSS (2017)

Dari Tabel 8 diperoleh nilai Fhitung sebesar 4.108 atau lebih besar dari Ftabel

sebesar 3.07 atau signifikan F ≤ 0,05 pada α = 0.05, maka H0 ditolak, sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel bebas yang terdiri dari Inflasi (X1), Struktur Modal (DER) (X2), dan Kebijakan Deviden (DPR) (X3) memiliki pengaruh secara simultan

terhadap variabel terikat yaitu Reaksi pasar saham (Y).

5. Hasil Uji Parsial (Uji t)

a. Uji Parsial Pengaruh Variabel Inflasi (X1) Terhadap Reaksi Pasar Saham (Y) Berdasarkan tabel 9 besarnya nilai thitung variabel bebas Inflasi (X1) adalah

(11)

Hal ini menunjukan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima sehingga variabel bebas

Inflasi (X1) memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap Reaksi Pasar Saham (Y).

b. Uji Parsial Pengaruh Variabel Struktur Modal (DER) (X2) Terhadap Reaksi Pasar Saham (Y)

Berdasarkan tabel 9 besarnya nilai thitung variabel bebas Struktur Modal (DER)

(X2) adalah 0.050 dengan nilai signifikan t sebesar 0.961, berarti nilai signifikansi t > 0,05. Hal ini menunjukan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak

sehingga variabel bebas Struktur Modal (DER) (X2) memiliki pengaruh tidak signifikan secara parsial terhadap Reaksi Pasar Saham (Y).

c. Uji Parsial Pengaruh Variabel Kebijakan Deviden (DPR) (X3) Terhadap Reaksi Pasar Saham (Y)

Berdasarkan tabel 9 besarnya nilai thitung variabel bebas Kebijakan Deviden

(DPR) (X3) adalah 2.437 dengan nilai signifikan t sebesar 0.024, berarti nilai signifikansi t ≤ 0,05. Hal ini menunjukan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima

sehingga variabel bebas Kebijakan Deviden (DPR) (X3) memiliki pengaruh

signifikan secara parsial terhadap Reaksi pasar saham .

6. Pembuktian Variabel Yang Dominan

Tabel 8

Tabel Nilai Korelasi Parsial Coefficie ntsa 1.534 .145 10.582 .000 .042 .019 .395 2.179 .041 .007 .132 .010 .050 .961 .001 .000 .464 2.437 .024 (Constant) Inflasi (X1) Struktur Modal (X2) Kebijakan Deviden (X3) Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: Reaksi Pasar Saham (Y) a.

Sumber: Peneliti (2017)

Variabel kebijakan deviden menunjukan beta yang paling tinggi sebesar 0.464 diantara variabel yang lainnya sehingga peneliti bisa membuktikan sesuai dengan hipotesa bahwa variabel kebijakan deviden memiliki pengaruh yang dominan terhadap reaksi pasar saham.

(12)

507 SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat ditarik beberapa kesimpulan guna menjawab rumusan masalah. Beberapa kesimpulan tersebut terdiri dari:

1. Inflasi, Struktur Modal, dan Kebijakan Deviden berpengaruh secara simultan terhadap Reaksi Pasar Saham Perusahaan Manufaktur BUMN yang bergerak di bidang pertambangan, energi dan logam yang terdaftar di BEI selama periode 2011-2015. Dan Inflasi, dan Kebijakan Deviden berpengaruh secara parsial terhadap Reaksi Pasar Saham Perusahaan Manufaktur BUMN yang bergerak di bidang pertambangan, energi dan logam yang terdaftar di BEI selama periode 2011-2015. Sedangkan Struktur Modal tidak berpengaruh secara parsial terhadap Reaksi Pasar Saham Perusahaan Manufaktur BUMN yang bergerak di bidang pertambangan, energi dan logam yang terdaftar di BEI selama periode 2011-2015.

2. Variabel kebijakan deviden (DER) berpengaruh yang paling dominan terhadap Reaksi Pasar Saham daripada variabel struktrum modal dan kebijakan deviden pada Perusahaan Manufaktur BUMN yang bergerak di bidang pertambangan, energi dan logam yang terdaftar di BEI selama periode 2011-2015.

SARAN

Adapun beberapa saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi investor hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap reaksi pasar saham, sehingga tingkat inflasi diharapkan dapat memberikan informasi yang dijadikan pertimbangan oleh investor sebelum melakukan keputusan investasi sehingga memberikan tingkat pengembalian (return) secara optimal.

2. Bagi investor hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa struktur modal (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap reaksi pasar saham diharapkan dapat menjadi evaluasi bagi investor sebelum melakukan keputusan investasi sehingga memberikan tingkat pengembalian (return) secara optimal.

(13)

3. Bagi investor hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa kebijakan deviden (DPR) berpengaruh signifikan terhadap reaksi pasar saham diharapkan dapat menjadi inforrmasi sebelum melakukan keputusan investasi sehingga memberikan tingkat pengembalian (return) secara optimal.

4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasar saham, sehingga dapat menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan di Universitas Bhayangkara Surabaya sebagai sumbangan pemikiran dibidang akuntansi yang nantinya dapat digunakan sebagai pertimbangan pembaca untuk menyelesaikan masalah serupa.

DAFTAR PUSTAKA

I Made Sudana 2011, Manajemen Keuangan Perusahaan, Erlangga, Jakarta.

Martono, dan A. Harjito 2013, Manajemen Keuangan, Edisi Kedua, Ekonisia, Yogyakarta.

Najmudin 2011, Manajemen Keuangan Syar’iyyah Modern, Andi Offset, Yogyakarta.

Nopirin 2009. Ekonomi Moneter, Buku II, Edisi ke-1, Yogyakarta: BPFE. www.idx.co.id

Yulita, N 2014, Pengaruh Struktur Modal, Kebijakan Deviden, Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan, Skripsi. Universitas Negeri Padang.

Gambar

Grafik Pengujian Heteroskedaktisitas
Tabel Nilai Korelasi Parsial

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat reaksi pasar saham sebelum dan sesudah stock split dan split factor tidak berpengaruh terhadap reaksi

Penelitian ini merupakan studi peristiwa yang bertujuan untuk menemukan bukti empiris ada atau tidaknya reaksi pasar modal Indonesia terhadap salah satu peristiwa politik

Sedangkan dengan uji parsial (uji t) menunjukan struktur modal berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan, pertumbuhan penjualan berpengaruh positif

investor akan dapat melakukan analisis tentang perkembangan harga saham dengan lebih baik.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi kepada investor dan calon investor yang melakukan investasi di pasar modal dalam mengetahui perilaku manajemen dalam

Kebijakan tax amnesty periode II yang dimulai 1 Oktober 2016 sampai 31 Desember 2017 tidak memiliki informasi yang bermakna investor saham-saham LQ45 namun reaksi

Penelitian ini merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar modal dengan mengamati pergerakan harga saham untuk mengetahui apakah ada abnormal return yang diperoleh pemegang

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wahyunigsih (2008) menunjukkan bahwa penurunan bond rating berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap