• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kebutuhan untuk Terhubung dengan Penggunaan Blackberry Messenger pada Mahasiswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Kebutuhan untuk Terhubung dengan Penggunaan Blackberry Messenger pada Mahasiswa"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Kebutuhan untuk Terhubung dengan

Penggunaan Blackberry Messenger pada Mahasiswa

(The Relationship between College Students’ Need for Relatedness

and Blackberry Messenger Use)

Imam Adhimulya Sri Fatmawati Mashoedi

Program Studi Reguler

Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

imamadhimulya@ymail.com

Abstrak

Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kebutuhan untuk terhubung (meliputi variabel kepuasan dan ketidakpuasan akan kebutuhan untuk terhubung) dengan penggunaan Blackberry Messenger (BBM). Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah alat ukur pemenuhan kebutuhan untuk terhubung yang merupakan adaptasi dari alat ukur yang dikembangkan oleh Sheldon dkk. (2011) dan Deci dan Ryan (2012). Untuk mengukur frekuensi penggunaan Blackberry Messenger, penulis mengembangkan alat ukur berdasarkan seberapa sering subjek menggunakan BBM dengan tujuan-tujuan komunikasi interpersonal yang dikemukakan oleh Devito (2011). Partisipan pada penelitian ini berjumlah 154 orang yang merupakan mahasiswa Universitas Indonesia pengguna perangkat Blackberry. Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan positif yang signifikan antara kepuasan akan kebutuhan untuk terhubung dengan penggunaan BBM. Temuan lainnya adalah tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara ketidakpuasan akan kebutuhan untuk terhubung dengan frekuensi penggunaan BBM.

Kata kunci:

kebutuhan untuk terhubung, kepuasan akan kebutuhan untuk terhubung, ketidakpuasan akan kebutuhan untuk terhubung, penggunaan Blackberry Messenger, kebutuhan dasar psikologis

Abstract

This research aimed to find the relationship between need for relatedness (consist of relatedness-need satisfaction and relatedness-need dissatisfaction) and the Blackberry Messenger (BBM) use. Need for

relatedness scale which developed by Sheldon et al. (2011) and Deci and Ryan (2012) was used in this research

to measure satisfaction and dissatisfaction of relatedness need. To measure the BBM use, the researcher developed the measurement instrument based on how often people use BBM for interpersonal communication aims that explained by Devito (2011). The participants are 154 college students of University of Indonesia who use Blackberry devices. The result shows that there is significant positive correlation between the satisfaction of relatedness-need and the frequence of BBM use. The other result shows that there is no correlation between the relatedness-need dissatisfaction and the frequence BBM use.

Keyword:

Need for relatedness, relatedness-need satisfaction, relatedness-need dissatisfaction, Blackberry Messenger Use, Basic Psychological Needs

(2)

Pendahuluan

SDT menjelaskan bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan dasar psikologis (basic psychological needs) yang harus dipenuhi. Kebutuhan dasar psikologis dijelaskan sebagai nutriments psikologis bawaan yang sangat penting untuk keberlangsungan pertumbuhan, integeritas, dan kesejahteraan psikologis seseorang. Kebutuhan dasar psikologis meliputi kebutuhan untuk kompeten (need for competence), kebutuhan untuk mandiri (need for autonomy), dan kebutuhan untuk terhubung (need for relatedness) (Deci & Ryan, 2000).

Sheldon dan Gunz (2009) menjelaskan bahwa dalam pemenuhannya, kebutuhan dasar psikologis dapat berperan sebagai motif dasar suatu tingkah laku dan juga sebagai hasil (berupa pengalaman positif) dari suatu tingkah laku. Sheldon dan Gunz membagi skala pengukuran pemenuhan kebutuhan dasar psikologis (basic psychological-needs satisfaction) menjadi dua dimensi, yakni kepuasan/satisfaction (skala dengan item berkalimat positif) dan ketidakpuasan/dissatisfaction (skala dengan item berkalimat negatif). Sheldon dan Gunz (2009) mengemukakan bahwa ketidakpuasan akan kebutuhan dasar psikologis memotivasi munculnya suatu tingkah laku, sedangkan kepuasan akan kebutuhan merupakan konsekuensi positif dari tingkah laku yang berhasil dieksekusi tersebut.

Kebutuhan untuk terhubung (need for relatedness) merupakan kebutuhan untuk merasa terhubung dengan orang lain, merasa diperhatikan dan dapat memerhatikan orang lain, serta memiliki rasa kebersamaan dengan individu lain atau komunitas tertentu (Ryan & Deci, 2002). Dalam konteks pemenuhan kebutuhan untuk terhubung Sheldon, Abad, dan Hinsch (2011) menggunakan istilah koneksi yang mengacu pada kepuasan akan kebutuhan untuk terhubung dan diskoneksi yang mengacu pada ketidakpuasan akan kebutuhan untuk terhubung.

Kebutuhan manusia untuk dapat saling berinteraksi ini didukung oleh kemajuan teknologi yang semakin berkembang pesat setiap harinya. Berbagai inovasi teknologi baru semakin mempermudah manusia untuk dapat berkomunikasi walau jarak yang terbentang begitu jauh. Melalui perangkat seperti komputer, ponsel, atau komputer tablet kita dapat mengetahui kabar dari teman atau keluarga di mana pun mereka berada, salah satunya melalui situs jejaring sosial Facebook. Sheldon, Abad, dan Hinsch (2011) melakukan penelitian mengenai hubungan antara penggunaan Facebook dengan kepuasan kebutuhan untuk terhubung dan

(3)

ketidakpuasan kebutuhan untuk terhubung (dipublikasikan melalui Journal of Personality and Social Psychology, American Psychological Association). Penilitian ini mengukur penggunaan Facebook (berdasarkan seberapa sering penggunaannya), kepuasan akan kebutuhan untuk terhubung, dan ketidakpuasan akan kebutuhan untuk terhubung. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa penggunaan Facebook berkorelasi secara positif baik dengan kepuasan maupun ketidakpuasan akan kebutuhan untuk terhubung, meskipun kepuasan dengan ketidakpuasan akan kebutuhan untuk terhubung berkorelasi secara negatif. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan Facebook memiliki keterkaitan baik dengan kepuasan maupun ketidakpuasan akan kebutuhan pemenuhan kebutuhan untuk terhubung. Untuk menjelaskan hasil penelitian tersebut, maka Sheldon dkk. melakukan kembali penelitian yang serupa dengan menambahkan dua variabel (disebut sebagai mediator), yang dapat menjelaskan kedua hubungan tersebut, yakni coping via Facebook (penggunaan Facebook sebagai media coping terhadap ketidakpuasan akan kebutuhan untuk terhubung) serta pengalaman positif saat menggunakan Facebook (kepuasan akan kebutuhan untuk terhubung yang timbul saat menggunakan Facebook).

Pada penelitan selanjutnya, Sheldon dkk. (2011) menemukan bahwa ketidakpuasan akan kebutuhan untuk terhubung berkorelasi secara positif dengan coping via Facebook, di mana coping via Facebook berkorelasi secara postif dengan penggunaan Facebook, kemudian penggunaan Facebook berkorelasi secara positif dengan kepuasan akan kebutuhan untuk terhubung yang timbul saat menggunakan Facebook, dan kepuasan akan kebutuhan untuk terhubung yang timbul saat menggunakan Facebook berkorelasi secara kepuasan akan kebutuhan untuk terhubung (di dunia nyata). Selanjutnya Sheldon dkk. menjelaskan bahwa hubungan antara ketidakpuasan akan kebutuhan untuk terhubung dengan penggunaan Facebook dapat dijelaskan dengan pengukuran coping via Facebook, di mana orang yang merasakan tidak puas akan kebutuhan untuk terhubungnya mungkin saja melakukan coping terhadap ketidakpuasan akan kebutuhan untuk terhubung (di duinia nyata) yang ia rasakan dengan menggunakan Facebook. Sedangkan hubungan antara kepuasan akan kebutuhan untuk terhubung dengan penggunaan Facebook dapat dijelaskan dengan pengukuran pengalaman positif (kepuasan yang dirasakan) saat menggunakan Facebook. Hal tersebut dijelaskan bahwa orang yang menggunakan Facebook mungkin saja merasakan suatu kepuasan akan kebutuhan untuk terhubung sebagai reward (pengalaman positif) dari penggunaan facebook itu sendiri. Kepuasan akan kebutuhan untuk terhubung juga dijelaskan sebagai hasil dari eksekusi tingkah laku penggunaan Facebook yang berhasil untuk mengatasi ketidakpuasan akan kebutuhan

(4)

untuk terhubung. Namun demikian, temuan ini masih bersifat cross-sectional sehingga untuk menguji hubungan kausalitas antarvariabel, Sheldon dkk. melakukan penelitian lanjutan berupa penelitian eksperimental dengan mengontrol penggunaan Facebook (partisipan diminta untuk tidak menggunakan Facebook selama dua hari). Lebih lanjut lagi Sheldon dkk. (2011) menjelaskan bahwa ketidakpuasan akan kebutuhan untuk terhubung memicu partisipan untuk menggunakan Facebook sebagai media coping terhadap ketidakpuasan tersebut, kemudian tingkah laku penggunaan Facebook yang berhasil dieksekusi untuk mengatasi ketidakpuasan akan kebutuhan untuk terhubung memunculkan kepuasan kebutuhan untuk terhubung. Sheldon dkk. (2011) menjelaskan mengapa ketidakpuasan akan kebutuhan untuk terhubung masih dirasakan oleh partisipan, karena partisipan hanya melakukan coping melalui dunia maya dan tidak berhasil menghilangkan ketidakpuasan akan kebutuhan untuk terhubung di dunia nyata

Penulis bermaksud melakukan replikasi dari penelitian Sheldon dkk. (2011), namun dengan mengubah konteks penelitian dari penggunaan Facebook menjadi penggunaan Blackberry Messenger di Indonesia. Penulis tertarik melakukan penelitian ini karena mengingat angka pengguna Blackberry yang sangat tinggi di Indonesia dan kegemaran mereka menggunakan fitur Blackberry Messenger atau biasa disebut BBM (www.suarapembaruan.com). Blackberry memiliki berbagai fitur canggih sebagai nilai jualnya, dan yang menjadi favorit pengguna Blackberry di Indonesia adalah BBM (tekno.kompas.com). Berdasarkan wawancara informal yang dilakukan penulis kepada beberapa orang pengguna Blackberry Messenger, pada umumnya alasan mereka menggunakan BBM adalah agar lebih mudah untuk saling terhubung, saling bertukar informasi, dan menjaga hubungan baik dengan teman, keluarga, kekasih, kerabat, rekan bisnis, dan sebagainya. Berdasarkan alasan yang dikemukakan tersebut, penggunaan BBM dapat dikaitkan dengan pemenuhan salah satu kebutuhan dasar psikologis menurut self-determination theory (SDT), yaitu kebutuhan untuk terhubung, yang sudah penulis jelaskan sebelumnya. Hal ini pula yang menjadi salah satu alasan penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini.

Adakah hubungan antara penggunaan Blackberry Messenger (BBM) dengan pemenuhan kebutuhan untuk terhubung, baik dengan kepuasan akan kebutuhan untuk terhubung maupun ketidakpuasan akan kebutuhan untuk terhubung? Apakah akan terjadi hubungan yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sheldon dkk. (2011) pada penggunaan Facebook? Hasil yang sama mungkin saja terjadi, mengingat kedua teknologi ini merupakan sarana

(5)

komunikasi. Namun demikian, mengingat karakteristik kedua teknologi ini yang berbeda, mungkin saja hubungan yang terjadi berbeda pula. BBM hanya dapat digunakan dan diakses oleh pengguna tablet atau ponsel pintar Blackberry (www.rim.com) sedangkan Facebook dapat digunakan melalui berbagai ponsel, komputer tablet, komputer, dan sebagainya (www.facebook.com). Selain itu informasi yang disajikan melalui Facebook lebih kaya dibandingkan Blackberry Messenger, melalui Facebook pengguna dapat melihat aktivitas sehari-hari temannya (yang dipublikasikan menggunakan Facebook) melalui timeline, dapat berupa status update, check-in pada tempat tertentu, unggahan berbagai foto dan video, dan sebagainya. Pengguna Facebook dapat melihat aktivitas harian, bulanan, bahkan tahunan temannya melalui fasilitas timeline ini (www.facebook.com). Pada BBM informasi yang dapat dibagikan lebih terbatas, penggunaan lebih terfokus pada aktivitas chatting.

Berdasarkan hasil wawancara penulis (kepada beberapa pengguna BBM) mengenai keunggulan BBM dibandingkan dengan Facebok, menunjukkan bahwa alasan mereka menggunakan BBM sebagai media komunikasi dibandingkan Facebook karena BBM lebih mudah diakses melalui perangkat Blackberry, sedangkan Facebook lebih sulit. Mereka menjelaskan bahwa percakapan/komunikasi via BBM lebih real time dan jarang terjadi error jika dibandingkan dengan Facebook yang sering terjadi jeda dan memakan waktu (loading) yang lebih lama saat diakses melalui ponsel/perangkat Blackberry, sehingga mereka lebih memilih (lebih sering) menggunakan BBM sebagai media komunikasi dibandingkan dengan Facebook.

Permasalahan dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara penggunaan Blackberry Messenger dengan ketidakpuasan akan kebutuhan untuk terhubung dan kepuasan akan kebutuhan untuk terhubung.

Tinjauan Teoretis

Self-determination Theory dan Kebutuhan Dasar Psikologis

Self-determination theory (SDT) merupakan pendekatan mengenai motivasi dan kepribadian dengan dasar pemikiran organismic-dialectic. Yang dimaksud dengan organismic-dialectic adalah manusia sebagai organisme merupakan hasil interaksi antara kecenderungan bawaan (nature) dan konteks sosial (nurture) (Ryan & Deci, 2002). Salah satu subteori dari SDT adalah mengenai kebutuhan dasar psikologis manusia (basic psychological needs) yang harus

(6)

dipenuhi (Ryan & Deci, 2002). Kebutuhan dasar psikologis ini mencakup tiga aspek, yaitu kebutuhan untuk mandiri (need for autonomy), kebutuhan untuk kompeten (need for competence), dan kebutuhan untuk terhubung (need for relatedness) (Ryan & Deci, 2002). Selanjutnya konsep organismic-dialectic juga dijelaskan dalam pemenuhan kebutuhan dasar psikologis, di mana kebutuhan dasar psikologis yang bersifat bawaan (innate), pemenuhannya sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial yang dapat menghambat atau mendukung pemenuhan kebutuhan dasar psikologis tersebut.

Manusia yang sehat secara psikologis akan berjuang untuk memenuhi ketiga kebutuhan dasar psikologis, baik secara sadar ataupun tidak (Deci & Ryan, 2002). Ada pun penjelasan ketiga kebutuhan tersebut, sebagai berikut:

1. Kebutuhan untuk Kompeten (Need for Competence)

Kompeten mengacu pada perasaan efektif yang ada pada diri seseorang saat sedang berinteraksi dengan lingkungannya dan berkesempatan untuk melatih dan mengekspresikan keahliannya (capacities) (Deci & Ryan, 2002). Kebutuhan untuk kompeten memicu seseorang untuk mencari suatu tantangan yang sesuai dengan kapasitasnya dan juga berusaha untuk mempertahankan dan mengembangkan keahliannya. Kompeten bukan merupakan usaha untuk mencapai suatu kapasitas atau keahlian, melainkan rasa percaya diri dan efektif ketika melakukan suatu keahlian (hal yang dikuasainya) tertentu (Deci & Ryan, 2002).

2. Kebutuhan untuk Mandiri (Need for Autonomy)

Kebutuhan untuk mandiri mengacu pada kebutuhan seseorang untuk memandang suatu tinggah laku sebagai sesuatu yang berasal atau bersumber dari dirinya sendiri (Ryan & Deci, 2002). Deci dan Ryan (2000) menitikberatkan kemandirian pada pengalaman dan kebebasan yang merupakan aspek yang penting fungsi kesehatan manusia.

3. Kebutuhan untuk Terhubung (Need for Relatedness)

Kebutuhan untuk terhubung merupakan kebutuhan seseorang untuk merasa terhubung dengan orang lain, memperhatikan dan diperhatikan oleh orang lain, dan mempunyai rasa saling memiliki baik dengan individu maupun dengan kelompok tertentu (Deci & Ryan, 2000). Konsep serupa juga dijelaskan oleh Baumeister dan Bushman (2011), yakni kebutuhan untuk memiliki (the need to belong) yang diartikan sebagai hasrat untuk membentuk dan menjaga hubungan yang dekat dan langgeng dengan individu lainnya. Need for relatedness juga biasa disebut need for belongingness (Klassen, Perry, & Frenzel, 2012) atau need for connectedness (Furrer & Skinner, 2003). Selanjutnya pada penelitian ini hanya kebutuhan untuk terhubung yang akan dibahas, karena hanya kebutuhan untuk terhubung memiliki relevansi dengan

(7)

penggunaan BBM. Selain itu Baumeister dan Leary (1995) menjelaskan bahwa perasaan puas, aman, inklusi, dan diterima dalam kehidupan sosial (hal-hal yang berkaitan dengan relatedness) merupakan prediktor kesehatan psikologis dan fisiologis yang paling kuat. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan untuk terhubung merupakan kebutuhan dasar psikologis yang paling mampu memprediksi kondisi kesehatan dan kesejahteraan psikologis seseorang.

Kebutuhan dasar psikologis dapat terpenuhi saat individu menampilkan tingkah laku tertentu, yang mana tingkah laku ini dapat bervariasi, berbeda-beda antar individu (dapat dipengaruhi budaya tertentu). Namun demikian, pemenuhan kebutuhan psikologis sangat penting pada tiap individu untuk perkembangan dan kesejahteraan psikologisnya (Deci & Ryan, 2000). Lingkungan sosial, seperti keluarga, teman, kantor, sekolah, dan sebagainya sangat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan dasar psikologis, sehingga dapat menghambat ataupun mendukung pemenuhan ketiga kebutuhan dasar psikologis ini (Deci & Ryan, 2002). Selain itu, penelitian di beberapa negara dengan berbagai macam latar budaya menunjukkan bahwa kepusan pemenuhan dasar psikologis mampu memprediksi kesejahteraan psikologis seseorang (Deci & Ryan, 2008). Orang yang sehat secara psikologis akan berusaha secara terus-menerus untuk memenuhi ketiga kebutuhan dasar psikologis ini dan cenderung mendekati situasi yang mendukung pemenuhan kebutuhan dasar psikologis tersebut (Deci & Ryan, 2002).

Sheldon dan Gunz (2009) menjelaskan bahwa dalam pemenuhannya, kebutuhan dasar psikologis dapat berperan sebagai motif dasar suatu tingkah laku dan juga sebagai hasil (berupa pengalaman) dari suatu tingkah laku. Sheldon dan Gunz membagi skala pengukuran pemenuhan kebutuhan dasar psikologis (basic psychological-needs satisfaction) menjadi dua variabel, yakni kepuasan/satisfaction (skala dengan item berkalimat positif) dan ketidakpuasan/dissatisfaction (skala dengan item berkalimat negatif). Sheldon dan Gunz (2009) mengemukakan bahwa adanya ketidakpuasan akan kebutuhan dasar psikologis memotivasi munculmya suatu tingkah laku. Selanjutnya, dijelaskan bahwa kepuasan akan kebutuhan psikologis merupakan konsekuensi positif dari tingkah laku yang berhasil dieksekusi dari ketidakpuasan akan kebutuhan dasar psikologis tersebut. Misalkan, apabila seseorang merasa tidak puas (tidak terpenuhi) akan kebutuhan untuk terhubungnya, ia akan melakukan suatu kegiatan yang mebuatnya lebih merasa terhubung dengan orang lain, kegiatan yang berhasil dieksekusi ini kemudian menghasilkan konsekuensi berupa kepuasan akan kebutuhan untuk terhubung. Dalam konteks pemenuhan kebutuhan untuk terhubung Sheldon dkk. (2011) menggunakan istilah koneksi yang mengacu pada kepuasan kebutuhan

(8)

untuk terhubung dan diskoneksi yang mengacu pada ketidakpuasan kebutuhan untuk terhubung.

Bartholmew, Ntoumanis, Ryan, Bosch, dan Thogersen-Ntoumani (2011) menjelaskan bahwa ketidakpuasan akan kebutuhan dasar psikologis (tidak terpenuhinya kebutuhandasar psikologis) terbukti menjadi prediktor akan ketidaksejahteraan psikologis (ill-being), sedangkan kepuasan akan kebutuhan dasar psikologis merupakan prediktor kesejahteraan psikologis (well-being). Ketidakpuasan akan kebutuhan untuk terhubung dapat memicu timbulnya loneliness dan depresi (Deci & Ryan, 2000) bahkan jika lebih parah lagi dapat memicu tindakan bunuh diri (Gunn III, Lester, Haines, & Williams, 2012). Kepuasan akan kebutuhan untuk terhubung menunjukkan kualitas hubungan yang baik dengan individu lainnya ataupun dengan kelompok tertentu (Deci & Ryan, 2002). Perasaan puas, aman, inklusi, dan diterima dalam kehidupan sosial (hal-hal yang berkaitan dengan relatedness) merupakan prediktor kesehatan psikologis dan fisiologis yang paling kuat (Baumeister & Leary, 1995). Deci dan Ryan (2002) menjelaskan bahwa terpenuhi atau tidaknya kebutuhan psikologis seseorang dipicu oleh konteks sosial. Lingkungan sosial dapat mendukung atau menghambat pemenuhan kebutuhan dasar psikologis, terutama kebutuhan untuk terhubung yang sangat terkait dengan keberadaan orang lain.

Penggunaan Blackberry Messenger

Penelitian yang penulis lakukan ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian Sheldon dkk. (2011) mengenai penggunaan Facebook. Sheldon dkk. (2011) menjelaskan penggunaan Facebook sebagai seberapa sering seseorang menggunakan Facebook. Pada panelitian ini penulis mengubah konteks penelitian menjadi penggunaan Blackberry Messenger, yang dijelaskan sebagai seberapa sering seseorang menggunakan Blackberry Messenger untuk melakukan komunikasi interpersonal. Blackberry Messenger merupakan sarana komunikasi dengan media berupa ponsel atau tablet Blackberry. Melihat dari media komunikasi yang berbasis teknologi, Blackberry Messenger dapat dikategorikan sebagai electronically-mediated communication (EMC). Waiten, Dunn, dan Hammer (2011) menjelaskan EMC sebagai komunikasi interpersonal yang menggunakan teknologi sebagai media penghubung (dengan menggunakan komputer, telepon selular, dan perangkat elektronik lainnya). Waiten dkk. juga menjelaskan bahwa pada zaman sekarang ini EMC sering kali digunakan sebagai pengganti komunikasi tatap muka secara langsung (face-to-face).

(9)

Karena BBM termasuk EMC, alat ukur penggunaan Blackberry Messenger mengukur seberapa sering seseorang menggunakan BBM sebagai media komunikasi interpersonal. Devito (2011) menjelaskan bahwa tujuan komunikasi interpersonal adalah to discover (untuk saling bertukar informasi), to relate (untuk menjaga hubungan baik), to help (untuk saling membantu), to persuade (untuk saling memengaruhi), dan to play (untuk saling menghibur). Alat ukur ini mengukur seberapa sering seseorang menggunakan BBM dengan tujuan-tujuan komunikasi interpersonal yang dijelaskan oleh Devito tersebut.

Metodologi Penelitian Variabel Penelitian

Pada penelitian ini diteliti dua variabel, yakni kebutuhan untuk terhubung dan penggunaan BBM. Variabel kebutuhan untuk terhubung dibagi menjadi dua dimensi, yakni kepuasan kebutuhan untuk terhubung dan ketidakpuasan kebutuhan untuk terhubung.

Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-eksperimental. Pada penelitian non-eksperimental, peneliti tidak melakukan kontrol langsung terhadap variabel bebas karena telah ada pada diri partisipan dan tidak dimanipulasi (Kerlinger & Lee, 2000). Pada penelitian ini, variabel-variabel bebas yang ingin diteliti merupakan hal-hal yang sudah melekat pada diri partisipan sehingga peneliti tidak melakukan kontrol atau manipulasi apapun.

Partisipan Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa S1 pengguna perangkat Blackberry, sedangkan sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa S1 Universitas Indonesia pengguna perangkat Blackberry. Partisipan terdiri dari 154 orang mahasiswa dari berbagai fakultas, dengan rentang usia 17-24 tahun.

Alat Ukur dan Prosedur Penelitian

Alat ukur pemenuhan kebutuhan untuk terhubung pada penelitian ini merupakan hasil adaptasi dari alat ukur pemenuhan kebutuhan untuk terhubung yang dikembangkan oleh Sheldon dkk. (2011) dan Deci dan Ryan (2012). Ada dua dimensi yang diukur pada alat ukur ini, yakni kepuasan akan kebutuhan untuk terhubung dan ketidakpuasan akan kebutuhan untuk terhubung (Sheldon dkk., 2011). Alat ukur ini bertujuan untuk melihat tinggi/rendahnya kepuasan dan ketidakpuasan akan kebutuhan untuk terhubung. Alat ukur ini terdiri dari 6 butir pernyataan kepuasan akan kebutuhan untuk terhubung, dan 6 butir pernyataan ketidakpuasan

(10)

akan kebutuhan untuk terhubung. Pada tiap butir pernyataan skala pengukuran kepuasan akan kebutuhan untuk terhubung dan ketidakpuasan akan kebutuhan untuk terhubung bersifat kontinu, meliputi “sangat tidak setuju” (1), “tidak setuju” (2), “ragu-ragu” (3), “setuju” (4), hingga “sangat tidak setuju” (5).

Untuk pengukuran penggunaan BBM, penulis kembangkan berdasarkan seberapa sering seseorang menggunakan Blackberry Messenger untuk tujuan-tujuan komunikasi interpersonal, yang meliputi to discover (untuk saling bertukar informasi), to relate (untuk menjaga hubungan baik), to help (untuk saling membantu), to persuade (untuk saling memengaruhi), dan to play (untuk bersenang-senang/ saling menghibur) (Devito, 2011). Skala pengukuran alat ukur penggunaan Blackberry Messenger, diadaptasi dari alat ukur penggunaan instant messaging oleh Recchiuti (2003), karena BBM juga merupakan aplikasi instant messaging. Skala pengukuran terdiri dari “tidak pernah” (1), “sangat jarang” (2), “kadang-kadang” (3), “sering” (4), hingga “sangat sering” (5).

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan secara online dengan menggunakan survei melalui Google Drive. Peneliti menyebarkan kuesioner online dengan menggunakan fasilitas Broadcast Message dari ponsel Blackberry untuk menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa S1 Universitas Indonesia yang merupakan pengguna perangkat Blackberry, peneliti juga menyebarkan melalui berbagai media sosial seperti Facebook dan Twitter, peneliti juga menyebarkan kuesioner melalui email.

Metode Pengolahan Data

Metode atau teknik statistik yang digunakan untuk pengolahan data hasil utama penelitian adalah sebagai statistika deskriptif, digunakan untuk melihat gambaran umum mengenai karakteristik dari sampel penelitian berdasarkan nilai rata-rata atau mean, frekuensi, dan persentase dari skor yang didapatkan. Selain itu juga digunakan pearson correlation untuk melihat signifikansi hubungan antara variabel-variabel dalam penelitian ini. Teknik ini digunakan untuk melihat signifikansi hubungan antara variabel penggunaan Blackberry Messenger baik dengan pemenuhan kebutuhan untuk terhubung dimensi kepuasan akan kebutuhan untuk terhubung, maupun ketidakpuasan akan kebutuhan untuk terhubung.

(11)

Hasil dan Analisis

Gambaran Umum Partisipan Penelitian

Berikut ini adalah tabel-tabel yang berisi data demografis partisipan penelitian:

Tabel 4.1 Gambaran Umum Partisipan Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase

Laki-laki 26 16,9 %

Perempuan 128 83,1 %

Tabel 4.2 Gambaran Umum Partisipan Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Presentase

17 tahun 7 4,5% 18 tahun 21 13,6% 19 tahun 36 23,4% 20 tahun 28 18,2% 21 tahun 29 18,8% 22 tahun 23 14,9% 23 tahun 8 5,2% 24 tahun 2 1,3%

Rata-rata Usia 20,5 tahun

Tabel 4.3 Gambaran Umum Partisipan Berdasarkan Asal Fakultas

Asal Fakultas Frekuensi Presentase

Fakultas Ekonomi 22 14,3%

Fakultas Farmasi 6 3,9%

Fakultas Hukum 3 1,9%

Fakultas Ilmu Keperawatan 9 5,8%

Fakultas Ilmu Budaya 10 6,5%

Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik 11 7,1%

Fakultas Kedokteran 5 3,2%

Fakultas Kedokteran Gigi 5 3,2%

Fakultas Kesehatan

(12)

Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam 4 2,6%

Fakultas Teknik 9 5,8%

Fakultas Psikologi 60 39%

Hasil Utama Penelitian

Pada penelitian ini digunakan teknik korelasi Pearson Product Moment untuk mengetahui hubungan pemenuhan kebutuhan untuk terhubung dan penggunaan Blackberry Messenger. Berikut ini adalah hasil perhitungan korelasi antara pemenuhan kebutuhan untuk terhubung dengan penggunaan Blackberry Messenger.

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Korelasi antara Pemenuhan Kebutuhan untuk terhubung dengan Penggunaan BBM

Variabel r Sig (p)

Ketidakpuasan 0.052 .259

Kepuasan 0.27 .000*

* Signifikan pada LoS 0.01

Tabel 4.4 memaparkan hasil perhitungan koefisien korelasi antara ketidakpuasan akan kebutuhan untuk terhubung dengan penggunaan Blackberry Messenger, yaitu r = 0.052 dan p = 0.259 yang menunjukkan korelasi yang tidak signifikan. Hubungan yang tidak signifikan ini membuat hipotesis nol diterima dan hipotesis alternatif ditolak, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara ketidakpuasan akan kebutuhan untuk terhubung dengan penggunaan Blackberry Messenger. Hal tersebut menunjukkan jika ada perubahan pada skor ketidakpuasan kebutuhan untuk terhubung tidak disertai dengan perubahan pada skor penggunaan Blackberry Messenger.

Hasil lain terjadi pada perhitungan koefisien korelasi antara kepuasan akan kebutuhan untuk terhubung dengan penggunaan Blackberry Messenger, yaitu r = 0.27 dan p = 0.00 yang menunjukkan korelasi yang signifikan (pada LoS= 0.01). Hasil perhitungan ini membuat hipotesis alternatif diterima dan hipotesis nol ditolak, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara kepuasan akan kebutuhan untuk terhbung dengan penggunaan Blackberry Messenger. Berdasarkan interpretasi tersebut, dapat disimpulkan jika ada perubahan pada skor kepuasan akan kebutuhan untuk terhubung akan disertai dengan perubahan pada skor ketidakpuasan akan kebutuhan untuk terhubung. Jika

(13)

skor kepuasan akan kebutuhan untuk terhubung meningkat akan diikuti dengan peningkatan skor penggunaan Blackberry Messenger, begitu pula sebaliknya.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara kepuasan akan kebutuhan untuk terhubung (koneksi) dengan penggunaan Blackberry Messenger. Hal ini berarti semakin tinggi kepuasan akan kebutuhan untuk terhubung, semakin tinggi pula penggunaan Blackberry Messenger. Selain itu juga ditemukan bahwa tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara ketidakpuasan pemenuhan kebutuhan untuk terhubung (diskoneksi) dengan penggunaan Blackberry Messenger. Hasil tersebut menunjukkan jika ada perubahan pada ketidakpuasan pemenuhan kebutuhan untuk terhubung, tidak diikuti oleh perubahan pada penggunaan Blackberry Messenger.

Diskusi

Penulis sadar bahwa penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan serta keterbatasan dalam pelaksanaannya. Hal tersebut mungkin saja menyebabkan hasil penelitian yang tidak sejalan dengan teori. Misalkan saja, saat pengambilan data, alat ukur pemenuhan kebutuhan untuk terhubung, variabel kepuasan akan kebutuhan untuk terhubung mengalami penurunan nilai koefisien realibilitas Cronbach’s Alpha, dibandingkan dengan saat tahap uji coba alat ukur, yakni sebesar 0,653. Namun demikan, menurut Kerlinger dan Lee (2000) koefisien reliabilitas antara 0.5-0.6 dapat diterima dengan syarat alat ukur tersebut memiliki validitas yang baik. Selain itu, pada butir pernyataan variabel kepuasan akan kebutuhan untuk terhubung no.10 menjadi tidak valid, dibandingkan pada saat tahap uji coba alat ukur. Hal ini mungkin dikarenakan tata bahasa yang perlu diadaptasi lebih baik lagi ke dalam bahasa Indonesia. Di sisi lain, alat ukur penggunaan Blackberry Messenger dan pemenuhan kebutuhan untuk terhubung variabel ketidakpuasan akan kebutuhan untuk terhubung menunjukkan validitas dan realibilitas yang baik.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa terjadi hubungan korelasional yang positif antara kepuasan akan kebutuhan untuk terhubung (koneksi). Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kepuasan akan kebutuhan untuk terhubung, akan disertai dengan peningkatan penggunaan Blackberry Messenger. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sheldon dkk. (2011) dalam konteks penggunaan Facebook. Berdasarkan teori

(14)

yang dikemukakan oleh Sheldon dan Gunz (2009), yang mengatakan bahwa kepuasan kebutuhan dasar psikologis merupakan hasil (berupa pengalaman positif) dari tingkah laku tertentu, penggunaan Blackberry Messenger mungkin saja memberikan pengalaman positif bagi penggunanya, sehingga meningkatkan kepuasan akan kebutuhan untuk terhubung sang pengguna. Namun demikian, untuk memastikan hubungan kausalitas perlu dilakukan penelitian eksperimental.

Hasil lain dari penelitian ini menunjukkan tidak adanya korelasi positif yang signifikan antara ketidakpuasan pemenuhan kebutuhan untuk terhubung dengan penggunaan Blackberry Messenger. Hasil penelitian hanya menunjukkan korelasi yang positif, namun tidak signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa jika ada perubahan pada tingkat ketidakpuasan akan kebutuhan untuk terhubung, tidak disertai dengan peningkatan/penurunan penggunaan Blackberry Messenger. Hasil ini bertolak belakang dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sheldon dkk. (2011), yang memaparkan bahwa ada korelasi positif yang signifikan antara ketidakpuasan akan kebutuhan untuk terhubung dengan penggunaan Facebook. Namun demikian, pada penelitian Sheldon dkk. (2011) mengenai Facebook, dijelaskan bahwa ketidakpuasan akan kebutuhan untuk terhubung partisipan tidak hilang karena partisipan hanya melakukan coping terhadap ketidakpuasan tersebut di dunia maya yang tidak menyelesaikan masalah yang sebenarnya di dunia nyata. Dalam penelitian ini penulis berasumsi bahwa mungkin saja ketidakpuasan akan kebutuhan untuk terhubung telah berhasil diatasi dengan penggunaan Blackberry Messenger, dan memnyelesaikan masalah ketidakpuasan di kehidupan nyata, sehingga menghasilkan kepuasan akan kebutuhan untuk terhubung. Tingginya penggunaan Blackberry Messenger mungkin juga dikarenakan pengalaman positif yang dirasakan pengguna karena menggunakan Blackberry Messenger, yaitu berupa kepuasan pemenuhan kebutuhan untuk terhubung (koneksi). Penulis berasumsi mungkin saja hubungan variabel kepuasan akan kebutuhan untuk terhubung dengan penggunaan BBM merupakan positive reinforcement. Ciccareli dan Meyer (2006) menjelaskan bahwa suatu tingkah laku cenderung diperkuat ketika diikuti dengan konsekuensi yang menyenangkan. Namun demikian, sekali lagi untuk menjelaskan hubungan kausalitas perlu dilakukan penelitian eksperimental, penggunaan BBM perlu dimanipulasi untuk dillihat efeknya terhadap pemenuhan kebutuhan untuk terhubung.

(15)

Saran

Penulis menyarankan beberapa hal berikut bila akan dilakukan penelitian lanjutan, dengan mengacu pada hasil penelitian yang didapat:

1. Jumlah sampel penelitian perlu diperbanyak, tidak terbatas hanya pada mahasiswa Universitas Indonesia saja, sehingga dapat lebih merepesentasikan mahasiswa sebagai populasi

2. Pengadaptasian alat ukur sebaiknya dilakukan lebih cermat lagi dengan memperhatikan konteks-konteks yang berpengaruh misalkan budaya pergaulan mahasiswa di Indonesia. 3. Pengukuran penggunaan Blackberry Messenger lebih dioperasionalisasikan lagi,

berdasarkan hal-hal yang sering dilakukan oleh pengguna BBM di Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan mewawancara pengguna mengenai aktivitas mereka dengan BBM.

4. Butir pernyataan mengenai to relate pada alat ukur penggunaan Blackberry Messenger sebaiknya lebih dioperasionalisasikan agar tidak tumpang tindih dengan butir-butir pernyataan lainnya

5. Untuk pengukuran yang lebih akurat dan operasional mengenai penggunaan BBM, dapat digunakan diary atau logbook mengenai aktivitas harian partisipan dalam menggunakan BBM.

6. Pengukuran variabel kepuasan dan ketidakpuasan akan kebutuhan untuk terhubung sebaiknya dilakukan secara terpisah, guna memastikan perbedaan hubungan korelasional dengan variabel penggunaan Blackberry Messenger.

7. Untuk menguji teori Sheldon dan Gunz (2009) (ketidakpuasan pemenuhan kebutuhan psikologis bisa menjadi motif dasar timbulnya tingkah laku dan kepuasan pemenuhan kebutuhan dasar psikologis merupakan hasil dari pengalaman positif yang di dapat dari melakukan suatu tingkah laku tertentu), perlu dilakukan penelitian eksperimental guna melihat efek kausalitas antarvariabel.

Hasil penelitian menunjukkan hubungan positif yang signifikan antara kepuasan pemenuhan kebutuhan untuk terhubung dengan penggunaan Blackberry Messenger. Hal tersebut menunjukkan apabila penggunaan BBM meningkat, maka kepuasan pemenuhan kebutuhan untuk terhubung juga turut meningkat. Penggunaan media komunikasi interpersonal seperti BBM menjadi penting untuk kesejahteraan dan perkembangan psikologis seseorang, mengingat pada zaman sekarang ini, mengingat aktivitas setiap orang semakin padat, sehingga waktu untuk saling berkomunikkasi secara langsung antar individu pun sangat

(16)

terbatas. Media serupa BBM dapat menjadi alternatif untuk dapat merasa terhubung dengan orang lain, memperhatikan dan mendapatkan perhatian dari orang lain, atau merasakan sense of belonging dari kelompok tertentu.

Daftar Referensi

Aiken, L. R., & Groth-Marnat, G. (2006). Psychological testing and assessment. (12th ed.). Boston: Pearson Education.

Anne, A. & Susan, U. (2009). Psychological Testing. New York: Prentice Hall.

Baumeister, R. F., & Bushman, B. J. (2011). Social Psychology and Human Nature (2nd Edition). California: Wadsworth.

Ciccarelli, S. K., & Meyer G. E. (2006). Psychology. New Jersey: Pearson.

Deci, E. L., & Ryan, R. M. (2000). The “what” and “why” of goal pursuits: Human needs and the self-determination of behavior. Psychological Inquiry, 11(4), 227-268. Diunduh dari http://www.jstor.org/.

Deci, E. L., & Ryan, R. M. (2012). SDT: Questionnaires: Basic psychological needs scales.

Di unduh tanggal 24 September 2012, dari

http://www.psych.rochester.edu/SDT/measures/needs.html

Devito, J. A. (2011). Human Communication: The Basic Course. Boston: Pearson.

Fiske, S. T. (2010). Social Beings: Core Motives in Social Psychology. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Fox, S., & Madden, M. (2005). Generations Online. Diunduh pada 4 Februari 2013, dari http://www.pewInternet.org/pdfs/PIP_Generations_Memo.pdf

Gagné, M. (2003). The role of autonomy support and autonomy orientation in prosocial behavior engagement. Motivation and Emotion. 27(3), 199-223.

Gravetter, F. J., & Wallnau, L. B. (2007). Statistics for the behavioral sciences (7thed.). USA: Thomson Learning. Inc.

Gunn III, J. F., Lester, D., Haines J., dan Williams, C. L. (2012). Thwarted Belongingness and Perceived Burdensomeness in SuicideNotes. Crisis, 33(3):178–181.

Junco, R., & Mastrodicasa, J. (2007). Connecting to the Net.Generation: What Higher Education Professionals Need to Know About Today’s Students. Washington, D.C.: National Association of Student Personnel Administrators.

Kaplan, R. M., & Sacuzzo, D. P. (2009). Psychological Testing: Principles, Applications, and Issues. California: Wandsworth.

(17)

Kerlinger, F. N., & Lee, H. B. (2000). Foundation of behavioral research (4th ed.). USA: Harcour, Inc.

Kumar, R. (2005). Research methodology: A step by step guide for beginners. London: SAGE Publications.

Lenhart, A., & Madden, M. (2007). Social Networking Web sites and Teens: An Overview.

Diunduh pada 9 Februari 2013, dari

http://www.pewinternet.org/pdfs/PIP_SNS_Data_Memo_Jan_2007.pdf

Rainie, L., & Tancer, B. (2007). Wikipedia Users. (diunduh pada 4 Februari 2013 dari http://www.pewInternet.org/pdfs/PIP_Wikipedia07.pdf.)

Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2002). Overview of self-determination theory: An organismic dialectical perspective. Dalam E. L. Deci & R. M. Ryan (Eds.), Handbook of self determination research (pp. 3-33). New York: University of Rochester Press.

Ryan, R. M., Kuhl, J., & Deci, E. L. (1997). Nature and autonomy: An organizational view of social and neurobiological aspects of self-regulation in behavior and development. Development and Psychopathology, 9, 7001-728.

Recchiuti, J. K. (2003). College Student’s Uses and Motives for E-mail, Instant Messaging and online Chat Rooms. Tesis: University of Delware.

Sheldon, K. M., & Gunz, A. (2009). Psychological Needs as Basic Motives, Not Just Experiential Requirements. Journal of Personality, 77 (5), 1467-1492. DOI: 10.1111/j.1467-6494.2009.00589.x

Sheldon, K. M., Neetu, A., & Hinsch, C. (2012). A Two-Process View of Facebook Use and Relatedness Need-Satisfaction: Disconnection Drives Use, and Connection Rewards It. Journal of Personality and Social Psychology, 100 (4), 766-775. Diunduh dari http://search.proquest.com/psyarticles.

Weiten, W., Dunn, D. S., & Hammer, E. Y. (2011). Psychology Applied to Modern Life: Adjustment in the 21st Century. California: Wadsworth.

http://www.facebook.com (diunduh 20 September 2012 pukul 19.00 WIB) http://www.rim.com/company/ (diunduh 27 September 2012 pukul 22.00 WIB)

http://uziyen.student.umm.ac.id/download-as-pdf/umm_blog_article_4.pdf (diunduh 27 September 2012 pukul 23.30WIB)

http://tekno.kompas.com/read/2012/09/03/0904417/Pengguna.BlackBerry.di.Indonesia.Terbes ar.di.Asia.Pasifik (diunduh 28 September 2012 pukul 02.00 WIB)

http://suarapembaruan.com/home/rim-2015-pengguna-blackberry-di-indonesia-capai-97-juta/15497 (diunduh 27 September 2012 pukul 23.00 WIB)

http://docs.blackberry.com/en/smartphone_users/deliverables/38421/ (diunduh 28 September 2012 pukul 04.00 WIB)

http://en.wikipedia.org/wiki/BlackBerry#BlackBerry_PIN (diunduh 28 September 2012 pukul 16.00 WIB)

http://tekno.kompas.com/read/2012/07/05/12095297/Di.Indonesia.BlackBerry.Cuma.Dipakai. BBM-an (diunduh 28 Sptember 2012 pukul 05.30 WIB)

Gambar

Tabel 4.2 Gambaran Umum Partisipan Berdasarkan Usia
Tabel  4.4  memaparkan  hasil  perhitungan  koefisien  korelasi  antara  ketidakpuasan  akan  kebutuhan untuk terhubung dengan penggunaan Blackberry Messenger, yaitu r = 0.052 dan p

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam kelompok peserta didik menyebutkan tentang perilaku disiplin di rumah dan sekolah, serta saling bercerita tentang kegemaran yang dilakukan sehari-hari dengan bahasa

[r]

Gejala Penurunan Daya Ingat Lupa wajar (Forgetfullness) Gangguan Fungsi Kognitif Ringan Dimensia

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari metode demonstrasi menggunakan alat

Model pemajanan untuk asap 6 rokok dilakukan dengan empat potong gorengan yang sama. Gorengan tersebut mengalami tahap persiapan untuk dianalisis logam beratnya

[r]

” 75 Untuk barang konsinyasi yang tidak laku terjual pihak supplier memberikan kebijakan kepada pihak distro untuk tetap menjadikan barang tersebut sebagai

The rules of a language are supposed to be the foundation of a language; however, in this case, the writer had only discussed the words (vocabulary). The second