I
Volume
2Nomor'1,
Juni
2015Studi Variasi Tingkat Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Habitat
Di
Areal Konservasi Perkebunan Sawit PT. MSM, Wilmar Plantation, KaltengBelinda Hastari dan M. Arief Soendjoto
...
I -1 IAnalisis Pola Agroforestri Pada Kebun Petani
Fahruni
12-25Kajian Ekspansi Akasia DI Taman Wisata Alam Bukit Tangkiling
Siti Maimunah
...
26-34Respon Pertumbuhan Kedelai (Glycine mm (L.) Merr.) Terhadap Cekaman Kekeringan
Pienyani
Rosawanti
35-44Analisis Kepuasan Petani Terhadap Kegiatan Penyuluhan Pertanian di Kelurahan Kalampangan, Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah
Berkat dan Revi
Sunoryati..
45'53Pemanfaatan Abu Boiler Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhan Tajuk Tanaman Tomat
Nurul Hidoyati dan Asro' Laelani
Indrayonti
54-65Analisis Usaha TaniJagung (Zea mays) di Desa Kuwolu Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang
Belinda Hastori dan M. Arief Soendjoto, Studi Variasi Tingkat keanekaragaman Jenis Burung . . . .
STI]DI
VARIASI
TINGKAT KEANEKARAGAMAN
JEhIISB[IR['NG
PADA BERBAGAI TIPE
TIABITAT DI AREAL
KONSERVASI
PERKEBI.TNANSAWIT PT.MSM,
WILMAR PLANTATION, KALTENG
Belinda
Hastaril,
M.Arief
Soendjoto2
;' Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Palangkaraya
email : belinda.htari@gmail.com 2Fakultas
Kehutanan Universitas Lambung Mangkurag email : masoendjoto@gmail.com
Abstract
High Conservation Value Areas (HCVA) in palm oil plantation is one of the efforts to reduce the negative impoct of oil palm plantations on biodiversity. The purpose of this study was
to
to
identifybird
speciesin
dffirent
typesof
habitatsin
the conserration areaof
oil
palm plantations, calculate and compare the diversity of bird species and how is the relations
with
vegetation as habitat componen\ the study locationat
PT. MSM,
Wilmar PlantationCentral Kalimantan. The results showed the diversity value
of
birds and vegetation hos apositive
relationship. Forestedhabitat
v,ith heterogeneous vegetation presentinga
highervalue of diversity bird species than homogeneous vegetation hobitat. The highest diversity
of
bird species is the habitot of swampforests
$f
'j,70)
lowlandforest (H'i,69),
heathforest(I{
'3,59) and the lowest is the habitat
of
palm plantatioru(II'
2,60).Keyw o rds
:
b irds, b iodive rs ity, co r* erv at io nAbstrak
Ketersediaan
areal
konservasidi
perkebunansawig
yaitu
areal yang
bemilai konservasitinggi (High
Consertation
YolueArea),
merupakan salah satu upaya untukmengurangi dampak
negatif
dari
perkebunansawit
terhadap keanekaragamanhayati
disekitarnya. Tujuan peneiitian
ini
adalah untuk mengidentifikasijenis-jenis burungdi
berbagaitipe
habitat
di
areal
kouservasi perkebunansawit
menghitung
dan
membandingkan keanekaragamanjenis
burung
tersebut
sefta
mengamati keterkaitan vegetasi
sebagaikomponen habitamy4 dengan lokasi studi pada
PT.
MSM,
Wilmar
Plantation KalimantanTengah.
Hasil
penelitian menunjukkan antaratingkat
keanekaragamanjenis
burung danvegetasi
memiliki
hubungan yangpositif. Kondisi
habitat yang berhutan dengan vegetasi pen).usun heterogen menghadirkan keanekaragamanjenis
burung yang
lebih
tinggi dibandingkan habitat dengan vegetasihomogen.
Keanekaragamanjenis
burung tertinggi adalah pada habitat hutan rawa(
H'
3,70)diikuti
dataran rendah(H'
3,69), kerangas(H'
3,59) dan terendah adalah pada habitat perkebunan sawit(H'
2,60).Kata kunci : burung, keonekaragaman hoyati, konservasi
PEN'DAHIJ'LUAN
Habitat burung dapat
mencakupberbagai
tipe
ekosistem,
mulai
dari ekosistem alami sampai ekosistem buatan.Penyebaran yang luas tersebut menjadikan
burung
sebagai
salah
satu
sumber kekayaan hayati Indonesia yang potensial.Di
samping berperan dalam keseimbangai-iekosistem burung dapat menjadi indikator perubahan
linlkungan
(Hadinoto, Mulyadidan
Siregar, 2012).
Sebagaisalah
satukomponen ekosistem, burung mempunyai
hubungan
timbal
balik
dan
salingJurnal
&m,
Vol. 2 No. l, Juni 2015 :l-ll
dasar
peran
dan
manfaat
ini
maka kehadiran burung dalam suatu ekosistem perlu dipertahankan (Rusmendro, 2009).Pembukaan perkebunan
sepertisawit
seringkali harus
mengubah hutanalam menjadi habitat baru yang
jugaberakibat
pembentukan ekosistem baru.Kondisi habitat
dari
kawasan dengan tipevegetasi
yang
beranekaragam menjadivegetasi
monokultur
dapat
menurunkan keanekaragamanjenis
burungdi
kawasan tersebut.Tidak
dapat dipungkiri, ekspansi areal hutan menjadi perkebunan sawit turutberperan
dalam
pemusnahankeanekaragaman
hayati. Salah
satuindikator
seperti hilangnya
jenis-jenisburung tertentu
dari
lingkungan diyakinidapat menjadi
indikator
betapa buruknyamutu lingkungan tersebut bagi
komponen-komponen
yang
ada
didalamnya(Yoz4
2000).
Fitzherbert
et
al
(2008)
dalampenelitiannya menguraikan
bagaimanaperkebunan
sawit
melalui
pembukaanhutan
telah
menyumbang
penurunanspesies
keanekaragaman
hayati
danmenimbulkan
fragmentasi
h:bitat
danpolusi, termasuk emisi gas rumah kaca. Ketersediaan
areal
konservasi di perkebunan sawit, yaitu areal yang bernilaikonservasi
tinggi (High
Conservotion Value Area), merupakan salah satu upayauntuk
mengurangidampak
negatif
dari perkebunan sawit dengan mempertahankan ekosistem, habitat beserta spesies dan jasalingkungan
di
dalamnya
yang
bernilaipenting
dan
memberi manfaat
baik langsung maupun tidak langsung.Penelitian
ini
inengkaji keberadaanareal
konservasi
di
perkebunan
sawitdalam
upaya pelestarianburung
denganareal studi
kasusdi
PT.
Mentaya SawitMas
(MSI,rf),Wilmar
Plantation Group.Dari
luasan
areal produksi
PT.
MSM
terdapat 4243,41 ha areal konservasi yangdiperuntukkan
untuk
pengelolaan arealdengan berbagai nilai HCV.
Tujuan penelitian
ini
adalah untukmengidentifikasi
jenis-jenis
burung
diberbagai
tipe
habitatdi
areal
konservasisawit
Frf.MSM,
menghitung
danmembandingan
keanekaragaman jenisburung
tersebut
serta
mengamatiketerkaitan vegetasi sebagai
komponenhabitatnya.
Hasil
penelitian
diharapkandapat menjadi bahan
masukan
dalampenlusunan
rencana
kelola
areal konservasidi
perkebunansawit
ini
padakhususnya
serta
areal
konservasi
dikawasan konsesi lain pada umumnya.
METODOLOGI
Penelitian
dilakukan pada
bulanMei-Juni 2014. Lokasi
penelitian di
arealkonservasi perkebunan
sarvit
PT. MentayaSawit Mas
(MSM).
Wilmar
PlantationGroup,
kecamatan
Mentaya
Hulu,kabupaten
Kotarvaringin
Timur.Belinda Hastari dan M. Arief Soendjofo, Studi Variasi Tingkat keanekaragaman Jenis Burung . . . .
primer dilakukan dengan mempergunakan
metode
pengukuran
dan
pengamatan lapang (observasi)di
tiap tipe habitat yaitudi
hutan kerangas, hutan dataran rendah,hutan rawa
dan
di
areal
produksiperkebunan sawit.
Alat
yang
digunakan
dalampenelitian
ini
antaralain
binokuler,
peta kawasan, kompas, kamer4 pita meter (1,5m), pita ukur gulung (25 m), alat tulis, dan
tally
sheet. Pengamatan terhadap burungmenggunakan
metode transek
jalur.
Banyakjalur
yang dibuat tiaptipe
habitat adalah2
jalur
dengan panjang setiapjalur
I
km.
Pengamatan vegetasi menggunakanmetode
garis
berpetakyang
ditempatkan pada transek pengamatan burung. Jumlah petak yang dibuat pada tiapjalur
sebanyak20
petak
denganukuran petak
masing-masing mewakili tiap tingkatan vegetasi.Analisis
data
untuk
tingkatkeanekaragaman
jenis
burungmenggunakan
Indeks
kekayaan
jenisMargalef, indeks keanekaragaman
Shanon-Wiener
(H')
dan
Indeks
kemerataanEvenness
(E)
(Odum, 1993).
A,rraiisisvegetasi dilakukan
untuk
mengetahuikomposisi
dan
dominansi suatu
jenisvegetasi dengan
menggunakan IndeksNilai
Penting. lndeks}Jilai
Penting untuktingkat pohon dan tiang dianalisis dengan
menggunakan persamaan:
INPKR+FR+DR,
sedangkan
Indeks
Nilai
Penting untuk tingkat pancang, semai dan tumbuhan
bawah
digunakan persamaan:INP
=
KR+FR. Analisis
vegetasi akandilakukan pada
3
1tigaltipe
habitat yaituHutan
Dataran Rendah
(I{DR),
Hutan Kerangas(fil(),
dan Hutan
Rawa (FIR),sedangkan pada areal produksi perkebunan
sawit
(KS)
tidak
dilakukan
analisisvegetasi atas dasar
tingkat
pertumbuhan dan pertimbangan ekologis. Hasil analisis vegetasiakan
menunjukkan strulctur dankomposisi vegetasi yang berkaitan dengan
habitat dan jenis burung.
HASIL
DAIYPEMBAIIASA]Y
Kondisi
Habitat
Berdasarkan hasil analisis vegetasi pada
3
(tiga)tipe
habitat,jenis
tumbuhanyang
dapat diidentifikasi pada
ketiga habitat tersebut sebanyak 39jenis
dengan Jenls-Jenlsyang
mendominasisebagaimana pada Tabel I .
1. Hutan
dataran
rendahTingkat
keanekaragaman jenistumbuhan pada habitat
ini
tergolong tinggiyang difunjukkan
oleh
nilai
H'
sebesar3,22.
Secaratotal, jumlah
jenis
yangditemukan
sebanyak
30 jenis
denganjumlah
total
individu
sebanyak
977individu.
2.
Hutan
kerangasTingkat
keanekaragaman -jenisJurnal
@u,Yol.2
No. l, Juni 2015 : 1-l Isedang
yang
ditunjukkan
oleh
nilai
H'
sebesar
2,27.
Secaratotal,
jumlah
jenisyang ditemukan sebanyak 11
jenis
denganjumlah
total
individu
sebanyak
378 individu.3.
Hutan
rawaTingkat
keanekaragaman
jenistumbuhan
pada habitat
ini
tergolong sedangyang
ditunjukkan
oleh
nilai
H'
sebesar
2,37.
Secaratotal,
jumlah
jenisyang ditemukan sebanyak
l3 jenis
denganjumlah
total
individu
sebanyak
192individu.
4. Kebun Sawit
Tumbuhan
yang
mendominasiadalah
dari
jenis
tanaman bawah seperti rumput, pakis, ilalang maupun paku tanah.Tabel 1. Data Jenis Tumbuhan yang Mendominasi
Habitat Tingkat
Jenis
K
INP
HDR
Bintangur 2875
15,27HK
Semai Pancang Tiang Pohon Semai Pancang Tiang Pohon Semai Pancang Tiang Pohon Putat Mahang440
17,79Gerunggang
130
25,65Gerunggang
41,25
34,67 GalamTikus
37,92
37,92Gerunggang
33,52
33,52 GalamTikus
78,79
78,79Gerunggang
55,07
55,07 UbarMerah 1500
96,67Punak
360
51,58Putat
60
57,85 HR12"5
79.59Ket : HDR=Hutan Dataran Rendah,
HK:
Hutan Kerangas,flR:Hutan
RawaKeanekaragaman
Burung
Jumlah
jenis
yang ditemukan padatiap
habitat
berbeda-beda berdasarkankarateristik
dan
kondisi
habitat tersebut.Berdasarkan
hasil
penelitian
yangdilakukan
pada
3
tipe
habitat
areal konservasi dandi
areal produksi PT.MSMdapat
diidentifikasi
86
jenis
burungsebagaiman a pada T abel 2.
Dari
86
jenis
yang
ditemukanterdapat
l7
jenis
burung yang dilindungioleh
pemerintah
lndonesia
yang dituangkan dalam Peraturan Presiden No.7
tahun
1999 tentang Pengawetan JenisTumbuhan
dan
Satwa.
Selain
itu,tercantum
pula
dalam CITES
denganstatus
App
II
(10jenis), IUCN
Red ListData
Book dengan status 1 jenis terancampunah.
TerdaPat2
jenis
burung
Yangtermasuk endemik Kalimantan yaitu Tiong
Baru
Kalimantan
dan Ciong
Aircoreng Kalimantan.Kekayaan Jenis (Species Richness)
Indeks
KekaYaan Jenis meruPakanukuran
keaneka-ragamanhayati
yangpaling
sederhana
karena
hanYamemperhitungkan perbedaan
jumlah spesies pada suatu areal tertentu'Berdasarkan
gambar
1'
diketahuibahwa semra total burung yang ditemukan
di hutan dataran rendah sebanyak 59 jenis'
hutan kerangas sebanyak 50 jenis burung'
hutan
rawa 53 jenis
burung dan
kebunsawit
18jenis
burung' Tingginya jumlahjenis
burung yang ditemukan pada habitathutan
dataran rendah
dan hutan
rawa berkaitan dengan \etersediaan pakan yangcukup melimpah dan tersedianya walfare
factors yang
lain
yang
terdapat
padahabitat
tersebut'
Habitat hutan
dataran rendah menyediakan banyakjenis
pohon dengan berbagaitipe
pakan seperti buah'madq
seranggga
maupun
biji-bijian
Histogram lumlah tenis Burung Pada fiap Tipe Habitat 70 60 50
e40
cg30
E 1!E20
5 1o 0r
Jumlah Jenis I I I I I I L_Gai,rbar 1.Grafik Jumlah Jenis Burung pada Tiap Tipe Habitat HK
No Namllmiah N@lrkal
Jurnal
@m,Vol.
2 No. 1, Juni 2015 : l-1 1Tabell.
Daftar
Jenisdan
Status Perlindung'anBurung
di
Areal
Konservasidan
Arealhoduksi
Kebun Sawit PT.MSM
App. 1 3 4 6 7 8 9 lo ll 12 13 l4 l5 t6 l7 l8 l9 20 21 23 24 25 26 27 2A 29 30 3l 32 33 34 35 J6 37 38 39 40 4t 42 43 44 45 46 47 4a 49 50 51 52 s3 54 55 56 57 5a 59 & 6l 63 54 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 7A 79 a() 8l 83 84 Clconla ttofrl EIM @ntlw Spllomlt cheela Ildll6@ tndu fchilqpphaga h@llis Ixobrycha clMomeu Irobrychw Jfi@lcollts Miqohterulfunglllariw Cot@l, chlneNls Iophua erytlrophthdru Ponru1fusu Atucomlsph@nlaru Tleron olu Trercnvem Dudrla badla l)ucila erea Stepaotrlla chlneNls Ptin@ula longi@uda IaridlB Ealgulw Smicrlu lugubris Centoltut tlnenslt Ca@pu bengaltuit Collocalia.jfrclphagu Collocalla linchi I<ecrqo ket 4r./ Stlx leptogrffil@ Halfr.tesd@@lil Alcedo rcnlnting Pelargopt* cqxwts jfalqpn chlorts Me^Zrt philiwlnB Merops vlrTdit
E ao1rstomw ot7 enral ls
Anfltuc@eros mald)@@ Ailhrdc@elos albirosds 8betut rhin@eros Rht@pla ttgtl C aI o rhampt hu fu I i gi nos B Megalalru dtalis luleqalaltu rq1lesii IJemicir@ concreu fun&@lDsmol@effi Dr)DcoputjffiNis
Mul lerlpica ptlvemlenM Chryseolzptes lrcidw C)nbi rlDfrc h w rercrlonchu EuDidM @hrofralw CaL42romru iridit Ilirundo ahtdca Motacllla cinerea Pedo@rccifr@ofrew Pencr@w ignea Aeglthtna tlPhia AegithiM iddtssiru Chlorolxls somerti Pyfronots ze)/luitu P)@onotu @igdaer h@onotu euilotu Pyaonot6 golavier btaonorc bmmeu Pyaonow pluow Ianiu sclach PiOri$is gmn@phdla Copqehu mlabadcu Copq,thB sazlluls MaI@@incla sepiari@ Staclqvis malata Macronow bofne8is Mrcron@ ptllosw PriniaJ0@lvenHs ()rthotoM atogalds ()rthotomw mficeps Rhinomyi6 n4/i@ula R),tnomyi6 @br@ills I-!>poth)nis @nea l)i@w tigor?ostil4ru Dice@ chrysoftheum Anthreptes simplq Anrhreptes singaleNis Arehnothem lonprosrra Rhipidura J@mtca P ri onochl !w pe rctLts16 Lonchura malaca (>ioius @thonotE Etang tikug
Etang ula bido
Eleg bondol Etang iko keil El&nbega meE.l. Elmbmgmhitm Alap.alap epug hryuh botu Ssnpida mera} TikmMoah K@p€di Puai keil Pumi gading P€rgm guug Pagm hija Tekuku biaa
Elqt<t ekor pdjug Soindit rclayr
Kcdasi hitam Bubut besa
Bubut alag-alag wald ssfug putih
w'ald linci
Beluk ketupa
Kuku* Bcluk
Lutur puri
Rsja udea mainting
Pckal<a EI:u
Cekakak sugai Kirik-kirik [8d Kirik-kirik biru :fiong lmpu bie Kargtmghim Kaoglzmrg pqut putih
Enesilg cula Ragkong gading Taku ampis Takw hgAerst Takw nrun Caladi tikdok Catadi tilik Pelatuk ayfr
Pel-atuk kelabu bes
Pelatuk Mggir @
Scrnpu huja sungzi
S@pur hujan dsat
Madi hijau k€il Ia)dg-la)rang baN Kicuit batu Sepah keil Scfqh trnin Cipoh k2€t Cipoh-iuug Ci@daub6a Cucak awa Cucak kutilang Cucak rufitlai-tmaginA Mertr3h €rul<cuk
Mertah l@E r.6ah
Merhah tEluktr Bsrs kelabu
Tiong batu Kali,11ah Kuci.a h16
Kucica kmpung Peteduk ffial< TepE runggu mffih Ci@garr@lag Kalituh Ciugair fFngTrng
r'etqjak Bu.a
Cin66 trcluktr Cin€nh kelabu
SrkaEn nmba ekor merah
SikaBn nmba dad3 kelabu Kehicap ratinE
('abai bmp api Cabai rmts Bl'nng madu fDlos
tlurung madu hellrkar
t'ijutung krcil KifEen tElut Pcnris I)€laEti Ijond<,I ;zr+a Kcrudelg hu6 Dilindmgi Dilindwgi Dilindugi Difirdugi Tidak dilindmgi Tidak dilindugi Dilindugi Tidak dilindugi Tidak dilindmgi Tidak ditirdugi Tidak dilindugi Tidak dilindmgi Tidak dilirdmgi Tidak dilindugi Tidak dilindugi Tidak dilindugi Tidak dilindugi Tidak ditindugi Tidak dilindugi Tidak dilindugi Tidak dilindsgi Tidak dilindsai Tidak dilindmgi Tidak dilindugi Tidak diliodmgi Dilind@gi Dilindusi Dilindmgi Dilindugi Tidak di.lindugi Tidak diliidhgi Tidak diliddsgi Dilindugi Dilinduryi Dilinduagi Dilirdurgi Tidak diliDdugi Tidak dilindmgi Tidak dilildugi Tidak dilindugi Tidak dilindugi Tidak dilindmgi Tidak dilindungi Tidak dilindugi Tidak di.lindune:i Tidak dilindungi Tidak dilindugi Tidak dilindugi Tidak dilindmgi Tidak diliadmgi Tidak dilindEgi Tidak dilindugi Tidak dilindmgi Tidak dilindugi Tidak dilindungi Tidak dilindugi Ti.dak di.lirxtugi Tidak dilindmgi Tidak Cilindmgi Tidak dilindugi Tidak dilindmgi Tidak dilindugi Tidak oilindugi Tidak dilindungi Tidak dilindungi Tid:& dilindugi Tidak dilindugi Tidak dilindugi Tidal< dilindungr 'l'idak dilindungi -fidak dilindurrgi -I'idak dilindturgi "I'idal< dilindungi 'I-idak dilindungi f idak dilindungr Tidak dilindungi Dilinduai Dilindungi Dilindungi Dilindungi 'I'ida}: dilindungi 'I-idak dilindunB' 'l'idnk dilindungr NT tr ILt tr tr Noa App. Non App. tr Non App. Non App. Nd" app. Non App. Non App. N@App. Non App. NmApp. Non App. Non App. Non App. N@App-Non App. N*App. N6 App-Non App. N6App. Non App. Non App. Non App. Non App-Non App. No App. N@App. Non App. II fl tr tr Non App. Non App. Non App. Non App. N@ App. Ncn App, Non App. NoApp. Non App, N@ App. N6 ,.rpp, Non App. Non App. Nm App. N@ App. Non App. Non App. Non App. tr Noo App. Non App. Non App. Non App. Non App. Non App. N@ App. Non App. Nm App. Non App. Non App. Non App. Non App. Non App. Non App. Noa App Non App. Noo App. Non App. Non App. Non App Non App. Non App. Non App Non App. Non App Nofl App Non A.pp. NT NT NT NT NT \/U NT NT NT NT LC NT NT NT VU NT NT
Jurnal
&m,Yol.2
No. 1, Juni 2015 : l-11baik
serta masih
lemahnya
komitmen konservasioleh pihak
perusahaan, makakeanekaragaman
jenis
burung yang tinggiini
diperkirakan dapat menurun.Hlstogram lndeks H' Burung Pada Tiap Tipe Habltat
k
I (u !tg
4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 HK Tipe HabitatGambar 2. Grafik Indeks
H'
pada tiap tipe habitat. HRKemerataan (Evenness)
Nilai
Indeks Kemerataan Jenis @) dapat digunakan sebagai indikator adanyagejata dominansi diantara tiap
jenis
dalam komunitas.Nilai
Indeks Kemerataan yangdiperoleh berkisar antara
0,89
-
0,93.Indeks
Kemerataan Jenis terendah yaitu0,89 ditemukan pada habitat kebun sawit,
kemudian
habitat hutan
dataran rendah0,90.
habitat
hutan
kerangas0,92
dantertinggi
adalah padahutan
rawa
yaitu0,93.
Meskipun hampir mcrrdekati indeks kemerataan maksimum, secara umum nilai
indeks kemerakan
jenis
pada seluruh tipehabitat masih
menunjukkan
adanyadominansi pada beberapa jenis burung
Jenis Pakan
Burung
Berdasarkan
jenis
pakan,
jenisburung
pemakan serangga (insectivores) ditemukan pada setiap tipe habitat, denganjumlah tertinggi
dibandingkan
jenisburung
dengan
tipe
pakan
lainnya.Pengaruh
perubahan
habitat
terhadap komposisijenis
burung ditunjukkan pada keberadaanjenis-jenis burung
denganpakan tertentu
di
habitat yang
berbeda.Habitat hutan
dataran rendahdan
hutanrawa
tidak
ditemukan
jenis
burungpemakan
biji-bijian (g'cnivores)
seperti pada hutan kerangas dan kebun sawit. Dihutan
kerangasdan kebun sawit
tidakditemukan
jenis
burung
pemakan buahmurni
(frugivores) seperti pada
hutandataran rendah dan hutan rawa yang masih
banyak
ditemukanjyrris
pemakan buah..:...'.1,' "-:a' ' i,' ..,: ''t. ,i... ,
.':
..' .:-* j):l ..,.::.,Belinda Hastari dan M. Arief Soendjoro, Studi Variasi Tingkat keanekaragaman Jenis Burung . . . .
murni. Jenis burung di hutan kerangas dan
kebun sawit umumnya adalah jenis burung
yang
memiliki
shategi makanlebih
darisatu
tipe
pakan. Demikianpula
denganjenis
burung dengan makanan utama madu(nectarivores), setelah
hutan
mengalamiperubahan
menjadi
lebih
homogen vegetasinya maka burungjenis
pemakanmadu berkurang bahkan
tidak
ditemukandi kebun sawit.
Burung
jenis
camivores
masihterlihat
di
semua habitat termasuk kebunsawig
meskipun
tidak
tersedia tegakanhutan
yang tinggi
sebagai
tempatbertengger burung
jenis
ini.
Hama tikusdan
jenis-jenis
ular
tertentuyang
masihterdapat
di
areal
kebun
sawit
menjadiincaran burung
dengantipe
carnivorestersebut. Selain carnivores,
jenis
burungyang banyak ditemukan pada perkebunan
sawit
adalah jenis-jenis burung pemakanserangga.
Hubungan
Keanekaragaman Burung
dengan TipeHabitat
Habitat yang
terdiri
dari
unsurabiotik dan
biotik
dapat dikatakan baikapabila habitat
tersebut
mampumendukung segala
kebutuhan
burungseperti pakan,
sumber
air.
tempat berkembangbiak
dan tempat berlindung.Variasi
habitat
sangat
berpengaruhterhadap
tinggi atau
rendahnyakeanekaragaman
.icnis
pada
perkebunansawit.
Alikodra
(1990) menyatakan bahwafalctor
yang
membatasipopulasi
adalahkemampuan arau ketidakmampuan untuk menemukan sumber daya yang memadai.
Daya dukung
habitatdi
2
lokasi penelitianyaitu
hqtan dataran rendah danhutan rawa
tergolong
baik
berdasarkantingginya
keanekaragaman
jenistumbuhan,
tersedianyasumber
air
dantempat
untuk
berlinciung.
Hal
yang berbeda terdapat pada hutan kerangas dan areal produksi sawit yang memiliki kondisitanah
yang
miskin hara,
sehinggaproduktifitas tanaman rendah, homogenitas vegetasi
yang
menyebabkan keterbatasantipe
pakan, sumberair
yang kurang dankurangnya tempat untuk berlindung.
Perubahan
lahan
dari
hutan
ke perkebunan menyebabkan berkurangnyabahkan
musnahnya
jenis-jenis
burunghutan
(forest
interior
species alau forestdependent species.) yang hidup
di
semak-semak hutan dan dekat tanahsepertijenis-jenis
burungdari
suku Tinnaliidoe. Tipe vegetasiyang lebih
heterogendi
hutan dataran rerrdah, merryediakan habitat yang ideal bagi banyak jenis burung. Banyaknyajenis
pohon buah menjadi
daya
tarikkehadiran
jenis
burung pemakan buah di hutanini.
Demikian haln.va dengan burungpemakan serangga
dan
madu,
yangmengambil
keuntungandari
banyaknyaJurnal Qao4 Yol. 2No. 1, Juni 2015 :
l-l
IDari
hasil
Pengamatan diPeroleh bahwa jenis burung yang umum ditemukan dari perkebunan sawit adalah jenis burungpemakan serangga
dan
dengan
ukurantubuh
yang lebih kecil.
Hal
ini
jugadikatakan oleh Yoza (2000), bahwa
jenis-jenis
burung yang
akhimya
daPatberadaptasi dengan kondisi
di
perkebunanadalah
burung-burungberukuran
tubuhkecil, dapat bertahan hidup
di
daerah yangkondisi
vegetasitidak terlalu
rapat
dan tertutup dan pakannya tidak terbatas padasatu jenis makanan saja.
Pada kebun
sawit,
penurunan keanekaragamanjenis
burungjuga
terjadikarena
adanyacampur tangan
manusiaterutama
dalam
pengelolaan perkebunansawit
berupa
pembersihan
tumbuhanbawah
dan
penyemprotan
gulma,menyebabkan
hilangnya
habitat
burungyaitu
cover dan serangga sebagai sumberpakannya.
Hasil
penelitian menunjukkanantara
tingkat
keanekaragaman jenisburung
dan
vegetasimemiliki
hubunganyang
positif.
Artinya,
semakin
tinggi keanekaragamanhabitat
semakin
tinggipula
keanekaragamanjenisnya
(Forman dan Godron, 1980)SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Simpulan
yang
didapatkan dalampenelitian
ini
adalah
tipe
habitat
yangberbeda
akan
memiliki
keanekaragamanjenis burung yang berbeda. Kondisi habitat
yang berhutan dengan vegetasi penyusun heterogen menghadirkan keanekaragaman
jenis
burung
yang lebih
tinggidibandingkan
habitat
dengan
vegetasihomogen.
Keanekaragamanjenis
burungtertinggi adalah pada habitat hutan rawa (
H'
3,7)diikuti
dataran rendah(H'
3,69), kerangas(H'
3,59) dan
terendah adalah pada habitat perkebunan sawit(H'
2,6). SaranKeberadaan
areal
konservasidipandang
sangat
baik
dalam"menampung" sisa-sisa
jenis
burung yang pindah dari habitat yang terganggu. Pihak pengusaha perkebunan harus menghindari pembukaan lahan dengan cara pembakarandan
menyediakan
kebun
pelestarian plasma nutfah/kebun pembibitan tanaman asli hutan setempat sehingga memudahkanuntuk
rehabilitasi hutan nantinya.
Perlupenyediaan
cadangan
lahan
untuk menampung burung-burungyang
terkenadampak
dari
perkebunan sebagai usahauntuk membentuk koridor.
Belinda Hastari dan M. Arief Soendjolq Studi VariasiTingkat keanekaragaman Jenis Burung . . . .
DAF"TAR
PUSTAKA
Alikodra, H.S.
1990. Pengelolaan sdtwaliar
jilid
L
Bogor
:
PAU
lnstitutPertanian Bogor
Fitzherbert,
8.,
Matthew J., Alexandra M.,Finn
D.,
CarstenA.
Bruhl.,
PaulF.D.,
Ben Phalan. 2008.How
will
oil palm
expansion
affect biodiversity?. Trends in Ecology&
Evolutioq
23 :538-545Forman,
R.T.T.,
&,
lvl,
Gordon.
1986. Landscapeecologt. New
York
: John Wiley&
SonsHadinoto., Mulyadi,
A.,
Siregar,Yl.
2012. Keanekaragamanjenis
burungdi
hutan
kota
Pekanbaru.
.turnallinglangan, 6
(l):
25a2.
Odum,
E.P.
1993. Dasar-dosar ekologi.Yogyakarta
:
Gadjah
Mada UniversityRusmendro,
H.
2009.
Perbandingan keanekaragambn burung padapagi
dan sorehari di
empat tipe habitatdi
wilayah
pangandaran,
JawaBarat. Vis Vitalis,02(1): 8-16.
Yoza,
Defri.
200i0. Dampak perkebunankelapo sowit
terhadapkeanelenragoman
jenis
burung
di
oreal
perkebunanPT.
RamajayaPramukti,
Kabupaten
Dati
II
Kampar Propinsi
Dati
I
Riau).Tesis
Program
Studi
IlmuKehutanan
tPB.
Bogor
(tidakdipublikasikan)