• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN SAINS DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN SAINS DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN SAINS

DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES

TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII MTs N 1 SEMARANG PADA MATERI POKOK KALOR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat Guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

FATCHUR ROCHMAN

NIM : 063611008

TADRIS FISIKA FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tanggal Tanda Tangan

Wenti Dwi Yuniarti, S.Pd, M.Kom. ___________ ___________ NIP. 19770622 200604 2 005

Pembimbing I

Drs. Wahyudi, M.Pd ___________ ___________ NIP. 19680314 1995 5 031

(3)

PENGESAHAN

Skripsi saudara : Fatchur Rochman

NIM : 063611008

Judul : Efektifitas Pembelajaran Sains dengan Pendekatan Ketrampilan Proses terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII MTs N 1 Semarang pada Materi Pokok Kalor.

Telah di munaqosahkan oleh dewan penguji Fakultas Tarbiah Insitut Agama Islam Negri Walisongo Semarang, dan dinyatakan Lulus dengan predikat

Kumloude/Baik/Cukup, pada tanggal 15 Desember 2010.

Dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar sarjana sastra 1 tahun akademik 2010/2011.

Semarang, 19 Desember 2010

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Fakrur Rozi, M.Ag Wenti Dwi Yuniarti, S.Pd, M.Kom NIP. 19691220 199503 1 001 NIP. 19770622 200604 2 005

Penguji I Penguji II

Andi Fadllan.M, Sc Saminanto, M.Sc

(4)

MOTTO

ö

N

s

9

r

&

t

s

?

y

#

ø

x

.

z

>

u

Ž

Ÿ

Ñ

ª

!

$

#

W

x

s

W

t

B

Z

p

y

J

Î

=

x

.

Z

p

t

6

Íh

Š

s

Û

;

o

t

y

f

t

±

x

.

B

p

t

7

Íh

s

Û

$

y

g

è

=

ô

¹

r

&

×

M

Î

/$

r

O

$

y

g

ã

ã

ö

s

ù

u

r

Î

û

Ï

ä

!

$

y

J

¡

¡

9

$

#

ÇËÍÈ

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah Telah membuat perumpamaan kalimat yang baik, seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan

cabangnya (menjulang) ke langit. ingat. (Q.S Ibrahim [14]: 24)1.

1

(5)

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan dan kebanggaan hati, kupersembahkan karya tulis yang sederhana ini untuk orang-orang yang telah memberi arti dalam hidupku:

1. Ayahanda dan ibunda tercinta ( Soekari Maskuri dan Kotidjah ), ini adalah bagian dari perjuangan, cita-cita, iringan doa restumu. Karena jasa dan kasih sayangmu aku akhirnya dapat menyelesaikan kuliah. Pengorbananmu sungguh luhur tiada tara.

2. Keluarga Besar Mbah H. Djailani dan Keluarga besar mbah H. Sanusi

3. Saudara Saudaraku(mas Munif, Mbak Likah, Mbak Hanik, Dek Alwi, Dek Fajar) do’a dan motivasi darimu semoga mengantarkan aku menuju gerbang kesuksesan.

4. Orang yang menjadi motivator dalam pembuatan skripsi ini (Inta, Hani’,Want, Mura, Arif, Najib).

5. Teman-temanku TF-06 senasib seperjuangan.

6. Seluruh kenshi-kensi dan Sinpe-Sinpe Dojo Miftahul Jannah IAIN WS yang telah mengajariku belajar menjadi Boshido.

7. Sahabat/i ku yang telah mengajariku arti hidup dan telah menjadi temen perjuanganku dikampus.

8. Semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa saya sebutkan

Pada akhirnya semua itu punya arti karenanya, kupersembahkan karya sederhana ini untuk segala ketulusan kalian semua.

(6)

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang,6 Desember 2010 Deklarator,

Fatchur Ruchman

(7)

ABSTRAK

Fatchur Rochman (NIM : 063611008). Efektifitas Sains dengan Pendekatan Ketrampilan Proses terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII MTs N 1 Semarang pada Materi Pokok Kalor. Skripsi Semarang: Program Strata 1 Jurusan Tadris Progam Studi Fisika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2010.

Pembelajaran Sains merupakan pembelajaran yang membutuhkan pemahaman konsep sebagai dasar untuk memperjelas tentang materi-materi pokok yang ada dalam Ilmu Fisika. Tuntutan kompetensi dalam kurikulum meliputi tiga aspek penting yang harus dimiliki siswa sebagai hasil belajar yaitu pemahaman konsep, keterampilan, dan sikap ilmiah. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan pembelajaran yang dapat mencakup ketiga aspek tersebut. Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dapat menumbuhkan sikap ilmiah, untuk mengembangkan keterampilan mendasar sehingga konsep yang dipelajari mudah dipahami. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui efektifitas hasil belajar ketiga aspek tersebut.

Pembelajaran yang dilakukan adalah dengan menggunakan pre test dan

pos test. Pemberian pre test dan pos test bertujuan untuk mengetahui seberapa efektif penggunaan model pendekatan ketrampilan proses terhadap hasil belajar peserta didik kelas VII MTs N 1 Semarand. model pembelajaran yang menitik beratkan pada peserta didik untuk mengetahui konsep-konsep tentang materi kalor melalui hasil kerja laboratorium. Dengan pembelajaran berbasis penemuan (discovery) ini yang tentunya akan bisa menuntun peserta didik memahami konsep konsep fisika dengan sebuah penemuan ataupun sebuah percobaan.

Dengan pembelajaran model ini akan lebih memahami tentang materi yang disampaikan, bahkan peserta itu bisa menerapkan gejala-gejala alam yang berhubungan dengan kalor ataupun materi materi Sains lainya. Dalam penerapan pembelajaran ini peserta didik dapat melakukan percoban sesuai petunjuk dan cara yang disampaikan oleh pendidik melalui Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disediakan pendidik.

Dari hasil penelitian yang didapat padapre test, bahwa nilai hasil belajar peseta didik adalah homogen dan berdistribusi normal setelah dilakukanpost test

didapatkan nilai rata rata kelas kontrol 55,69 sedangkan nilai rata-rata kelas eksperimen 65,63. dari hasil ini bisa dilihat bahwa ada perbedaan hasil belajar antar peserta didik yang diajarkan dengan model konvensional dan model pendekatan ketrampilan proses.

Kesimpulan Berdasarkan dari perhitungan uji perbedaan rata rata diperoleh t hitung = 4.542 dan t tabel= t (4.542)(66), dengan taraf signifikan, maka dikatakan rata rata post test kedua kelompok ada perbedaan karena t hitung > t tabel. Artinya hasil belajar kelompok eksperimen lebih baik dari kelompok kontrol. Sehingga bisa diklatakan bahwa: ada efektifitas pada hasil belajar peserta didik saat diterapkan model pendekatan ketrampilan proses di MTs N 1 Semarang.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berbagai nikmat, taufik, hidayah, inayah-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada sang revisioner Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikutinya di dalam kebaikan dan ketaqwaan.

Banyak pihak yang telah memberikan berbagai dukungan dan bantuan dengan caranya masing-masing dalam proses penyusunan skripsi yang berjudul, “Efektifitas Pembelajaran Sains dengan Pendekatan Keterampilan Proses terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII MTs N 1 Semarang pada Materi Pokok Kalor” dari permulaan sampai akhir. Oleh karena itu, dengan setulus hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak dan Ibu yang senantiasa menyertakan penulis dalam setiap munajatnya, kakak dan adik yang senantiasa memberikan motivasi kepada penulis.

Secara khusus penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. Suja’i, M.Ag., Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 2. Drs. H. Abdul Wahid, M. Ag., Ketua Jurusan Tadris yang telah merestui

pembahasan skripsi ini.

3. Wenty Dwi Y. S.Pd., M.Kom walikelas Paket TF-06

4. Joko Budi P. M.Pd (pembimbing I) dan Drs. Wahyudi, M.Pd (pembimbing II) yang telah memberikan bimbingan kepada saya hingga selesainya skripsi ini.

5. Drs. Amirudin Aziz.M.Pd., Keepala sdekolah MTs N 1 Semarang. 6. Nur Hidayah, S.Pd., Pengampu mata pelajaran IPA kelas VII MTs N 1

Karya ini dibuat sebaik-baiknya, tetapi di dalamnya masih banyak kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran sangat diharapkan demi kesempurnaan. Akhir kata, penulis berharap karya ini bermanfaat dan dicatat sebagai amal shalih. Amiin.

Semarang, Desember 2010 Penulis

(9)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... PERSETUJUAN PEMBIMBING ... PENGESAHAN PENGUJI...……… ABSTRAK ...……… DEKLARASI ...………... MOTTO...……….………. PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR ... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang... B. Identifikasi Masalah ... C. Pembatasan Masalah ...…….. D. Penegasan Istilah ... E. Perumusan Masalah ... F. Manfaat Penelitian ...

BAB II : LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi teori ... 1 Teori Belajar ... 2 Pendekatan Pembelajaran………... 3 Pendekatan Ketrampilan Proses ………. B. Hasil Belajar ... 1. Pengertian Hasil Belajar ………. 2. Beberapa Definisi Tentang Hasil Belajar ………... 3. Faktor Faktor yang Mempengaruh Hasil Belajar………

a. Faktor Luar (Eksternal)……….………. b. Faktor Dalam (Internal) ………... 4. Alat Alat untuk Mengukur Hasil Belajar ……...……... C. Tinjauan Materi Kalor ...

i ii iii iv v vi vii viii ix 1 4 5 5 8 8 10 10 12 13 17 17 19 20 20 21 21 22

(10)

1. Kalor ……….……… 2. Perubahan Wujud Akibat Kalor ….……….……….. 3. Asas Black ………..………... D. Penerapan Materi Kalor Dengan Pendekatan Ketrampilan

Proses ………... E. Kajian Penelitian yang Relavan ... F. Pengajuan Hipotesis ...

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian ... B. Waktu dan Tempat Penelitian ……….. C. Variabel Penelitian …………...……… 1. Variabel Bebas ………...………... 2. Variabel Terikat ………...……….………. D. Metode Penelitian ………...……….…... E. Populasi, Sempel, dan Tehnik Pengambilan Sempel ……...…… F. Tehnik Pengambilan Data ………..………...………..

1. Metode Test ……….………. 2. Metode Pengamatan ……….……… 3. Metode Dokumentasi ………... G. Tehnik Analisis Data ………..………. 1 Tehnik Analisis Data…….………...………. 2 Reabelitas Soal ………..……… 3 Tingkat Kesukaran Soal ………. 4 UJi Daya Pembeda Soal ………... H. Metode Analisis Data...

1. Pengujian Tahap Awal ……….…….. a. Uji Normalitas Data Awal………...…..… b. Uji Homogenitas……….……….. c. Uji Kesamaan Dua Rata Rata Data/Uji Beda…..……….. 2. Pengujian Tahap Akhir………...…….………...

a. Uji Normalitas Hasil Belajar ………..………...… 22 23 25 25 30 32 33 33 33 33 34 34 35 36 36 37 37 37 37 38 39 40 41 41 41 43 44 45 45

(11)

b. Uji Kesamaan Varian/Homogenitas ………..………… c. Analisis Uji Hipotesis ………..………..

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 1. Deskripsi Awal Pembelajaran ……….….………….. a. Pembelajaran pada Kelas Kontrol ……..……….. b. Pembelajaran pada Kelas Eksperimen ………. 2. Analisis Uji Instrumen ……….……...

a. Analisis Validitas ………..………..…… b. Analisis Reabelitas ………..….. c. Analisis Tingkat Kesukaran ………..………..………… d. Analisis Daya Beda ………. 3. Data Nilai Tes Awal (Pre Test)

a. Kelas Kontrol ………..………….….………….. b. Kelas Eksperimen ……… 4. Data Nilai Tes Akhir (Post Test)

a. Kelas Kontrol ………... b. Kelas Eksperimen ………..…………..….………….….. B. Pengujian Hipotesis ……….….………

1. Analisis Tahap Awal ……….…...……….. a. Uji Normalitas ………..……… b. Uji Homogenitas ……….………. c. Uji Kesamaan Dua Rata Rata ……….. 2. Analisis Tahap Akhir ………...……….

a. Uji Normalitas ………. b. Uji Homogenitas ……….………. c. Uji Kesamaan Rata rata (Pihak Kanan) ………... C. Pembahasan Hasil Penelitian ………...….………. D. Ketertbatasan Penelitian ……….………. 1 Kemampuan Penulis ………...………. 2 Keterbatasan Waktu ………...…… 46 46 47 47 49 50 51 51 51 51 52 52 565 3 54 54 55 55 55 56 56 57 57 58 58 58 61 61 62

(12)

3 Keterbatasan Tempat ………..………...………….

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... B. Saran-Saran……... 1. Bagi Peserta Didik ………. 2. Bagi Pendidik ……… 3. Bagi Sekolah ……….... C. Penutup………. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 62 636 4 64 64 64 65

(13)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5 Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran . Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14. Lampiran 15. Lampiran 16. Lampiran 17. Lampiran 18. Lampiran 19. Lampiran 20. Lampiran 21. Lampiran 22. Lampiran 23. Lampiran 24. Lampiran 25. Lampiran 26. Lampiran 27.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Soal Test Awal (Pre Test)

Kunci Jawaban Soal Test Awal (Pre Test) Soal Test Akhir (Post Test)

Kunci Jawaban Soal Test Akhir (Post Test)

Kelompok Peserta Didik Eksperimen Penerapan pendekatan Ketrampilan Proses

Lembar Kerja Siswa (LKS)

Perhitungan Validitas, Reabelitas, Tngkat Kesukaran,dan Daya Pembeda Butir Soal

Perhitungan Reabelitas

Perhitungan Tingkat Kesukaran Perhitungan Daya Pembeda Butir Soal Daftar Nama Kelas Uji Coba

Daftar Nama Kelas Kontrol Daftar Nama Kelas Eksperimen

Uji Normalitas Test Awal (Pre Test) Kelas Kontrol

Uji Normalitas Test Awal (Pre Test) Kelas Kelas Eksperimen Uji Homogenitas Nilai Awal (Pre Test)

Uji Kesamaan Dua Varians Data Post Test Antar Kelompok Kontrol dan Kelas Eksperimen

UJi Perbedaan Dua Rata-Rata Post Test Antar Kelompok Kontrol dan Eksperimen

Daftar Nilai Test Peserta Didik

Uji Normalitas Nilai Post Test Kelas Eksperimen Uji Normalitas Nilai Post Test Kelas Kontrol

Uji Homogenitas Awal Nilai Post Test Peserta Didik

Uji Kesamaan Dua Varians Data Pre Test Antar Kelompok Kontrol dan Kelas Eksperimen

UJi Perbedaan Dua Rata-Rata Pre Test Antar Kelompok Kontrol dan Eksperimen

(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengamatannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya2. Dengan belajar tersebut peserta didik melakukan kualitatif individu, sehingga tingkah lakunya berkembang selanjutnya akan bermanfaat bagi kehidupan kelak, belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan3. Oleh karena itu belajar berlangsung dengan aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan, semua aktifitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari proses belajar.

Kegiatan belajar dapat mengembangkan potensi-potensi yang dibawa sejak lahir. Komponen-komponen yang ada dalam kegiatan belajar di antaranya adalah guru dan peserta didik. Seorang guru dituntut mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang profesional dalam membelajarkan peserta didiknya. Sehingga belajar merupakan proses perkembangan manusia untuk bertambah dan berubah. Peretumbuhan seorang dalam melakukan perubahan itulah yang membuat seorang bertambah secara ilmu serta bertambah dan berkembang pengetahuanya. Dan perkembangan itu semua tidak terlepas dari adanya proses belajar. Sehingga belajar inilah yang menjadikan seorang menjadi berkembang.

Cara seorang untuk meningkatkan perubahan pada diri tidak akan terlepas dari pertumbuhan teknologi yang ada. Saat pertumbuhan ilmu inilah yang akan mempengaruhi pertumbuhan teknologi yang secara tidak langsung pertumbuhan dan perkembangan ilmu berkembang secara alami.

2

Slameto,Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm. 2

3

(15)

Perkembangan teknologi memberikan wahana yang memungkinkan Sains berkembang dengan pesat. Hal ini menggugah para pendidik untuk dapat merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah pada penguasaan konsep Sains, yang dapat bermanfaat dalam kegiatan sehari-hari di masyarakat. Untuk dapat menyesuaikan perkembangan Sains, kreatifitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk ditingkatkan. Jalur yang tepat dan sesuai untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui jalur pendidikan.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikembangkan dalam pendidikan saat ini, menuntut peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran dan mempersyaratkan kompetensi sebagai hasil belajar yang meliputi tiga ranah yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sesuai pusat kurikulum, di tingkat SMP/MTs diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep Sains dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana4. Peran serta guru dalam pembelajaran sebagai pembimbing dan peserta didik menemukan sendiri konsep atau fakta yang akan dipelajarinya sehingga muncul sikap ilmiah peserta didik. Proses penemuan sendiri akan lebih bermanfaat bagi peserta didik sehingga pengetahuan yang dimiliki sulit untuk dilupakan.

Pada realitanya permasalahan yang dihadapi peserta didik di MTs N 1 Semarang yaitu :

1. Pemahaman peserta didik MTs N 1 Semarang tentang konsep pelajaran Sains (fisika) masih rendah.

2. Perhtian peserta didik MTs N 1 Semarang terhadap pelajaran Sains (fisika) yang disampaikan guru masih rendah.

4

Pusat Kurikulum, Departemen Pendidikan Nasional, Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Madrash Tsanawiyah (MTs), 2005.

(16)

3. Anggapan sulit peserta didik MTs N 1 Semarang tentang pelajaran Sains (fisika).

4. Banyak dari hasil belajar pelajaran Sains (fisika) peserta didik MTs N 1 Semarang tidak mencapai 60 yang belum tuntas (sesuai KKM).

Hal ini yang mendorong bagi peneliti untuk mengubah cara penyampaian materi yang konvensional menjadi sebuah model pembelajaran yang berbasis praktek pembelajaran ini dinamakan pendekatan ketrampilan proses. Sebuah model pembelajaran yang diharapkan bagi peneliti agar pesertas didik mampu memahami konsep materi Sains (fisika) terutama pada materi pokok kalor.

Maka dengan model pembelajaran pendekatan ketrampiulan proses ini peneliti memberikan solusi dalam pembelajaran seperti:

1. Pendekatan ketrampilan proses merupakan suatu anutan cara berpikir peserta didik agar peserta didik lebih bisa memehami tentang konsep Sains (fisika) dengan mengetahui cara penemuanya karena ketrampilan proses ini penerapannya berupa percobaan dilaboratorium.

2. Pendekatan kietrampilan proses salah satu media pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk bisa mengerti dan memahami tentang apa yang harus dikerjakan didalam pembelajaran, karena disini peserta didik di tunyut untuk mengetahui, membuktikan, bahkan menemukan konsep dalam materi-materi Sains (fisika).

3. Pendekatan ketrampilan proses ini akan menuntut peserta didik untuk memperhatikan arahan dari guru untuk dasar mereka melakukan percobaan.

4. ketika peserta didik mengerti tentang konsep-konsep Sains (fisika) seperti yang tertuang dalam pembelajaran ini pasti akan bisa meningkatkan hasil belajar peserta didik secara umum.

Dalam pengelolaan pengajaran, peserta didik yang duduk dengan rapi dan diam juga tidak dapat dipastikan memperhatikan semua penjelasan guru bisa saja pandangan mata peserta didik terarah pada gerak sikap dan gaya mengajar. Bahkan kediaman peserta didik terkadang memang takut pada

(17)

Guru, takut di tunjuk, ditanya, dan apalagi kalau di suruh mengerjakan soal. Guru terkadang juga sadar bahwa pelajaran yang diberikan tidak semuanya dapat diserap peserta didik.

Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik adalah dengan mengubah cara penyampaian materi, salah satunya dengan model pembelajaran ketrampilan proses. Sehingga hasil belajar peserta didik bisa tumbuh dan merasa senang dengan pelajaran Sains terutama fisika yang mereka anggap pelajaran yang sulit.

Melihat problematika di atas seorang guru harus mempunyai suatu metode pengajaran yang bisa mengikat perhatian peserta didik dan membuat peserta didik menjadi senang dalam belajar fisika. Para ahli menganggap metodologi pengajaran sebagai ilmu bantu yang tidak dapat berdiri sendiri, tetapi berfungsi membantu bidang-bidang lain dalam proses pengajaran5. Untuk mengatasi problematika tersebut dengan menggunakan salah satu model pembelajaran yaitu model pendekatan ketrampilan proses.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana dideskripsikan diatas, maka masalah penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Pemahaman peserta didik MTs N 1 Semarang tentang konsep pelajaran

Sains (fisika) masih rendah. khususnya pada mata pelajaran Sains (fisika) mereka merasa kesulitan dalam memahami konsep-konsep dasarnya dan merasa jenuh dikarenakan model pembelajaran Sains (fisika) yang diterapkan guru mereka anggap membosankan.

2. Perhtian peserta didik MTs N 1 Semarang terhadap materi Sains (fisika) yang disampaikan guru masih rendah. Sehingga peserta didik merasa sudah cukup dengan mendengarkan pelajaran di dalam kelas yang diterangkan oleh guru yang membuat mereka mengabaikan penjelasa atas pelajaran yang disampaikan guru dan senang bermain.

5

(18)

3. Anggapan sulit peserta didik MTs N 1 Semarang tentang pelajaran Sains (fisika). Sehingga menimbulkan adanya rasa takut, sungkan, bahkan cagguh pada diri peserta saat menerima pelajaran Sains (fisika) karena merasa bingung dan mereka sudah menganggap bahwa pelajaran ini sulit. 4. Banyak dari hasil belajar peserta didik MTs N 1 Semarang yang belum

tuntas (sesuai KKM). Kurang variatifnya metode/model pembelajaran yang dikembangkan oleh pendidik menyebabkan peserta didik kurang terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran Sains (fisika).

C. Pembatasan Masalah

Berangkat dari permasalahan diatas, serta pertimbangan waktu dan biaya, maka penulis membatasi permasalahan ini sebagai berikut:

1. Sasaran penelitian terbatas pada peserta didik tingkat SMP/MTs.

2. Sasaran penelitian ditunjukkan kepada peserta didik kelas VII semester ganjil.

3. Sasaran penelitian terbatas pada materi pokok kalor.

4. Sasaran penelitian terbatas pada Tahun Pelajaran 2010/2011. 5. Sasaan penelitian tebatas pada pemahaman kognitif peseta didik.

D. Penegasan Istilah

Dalam penegasan istilah ini, agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam memberikan interpretasi serta memudahkan dalam pemahaman maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam skripsi ini:

1. Efektivitas

Efektivitas adalah ketepatgunaan, hasil guna, dan menunjang tujuan6. Jadi efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keberhasilan tentang usaha atau tindakan, yaitu keberhasilan pemberian model pembelajaran Sains dengan pendekatan keterampilan proses

6

Hendro Dermawan,dkk, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Bintang Cemerlang, 2010), hlm 114

(19)

terhadap hasil belajar peserta didik kelas VII MTs N 1 Semarang pada materi pokok kalor sesuai dengan harapan dan tujuan yang diinginkan. 2. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelaja ran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran tahap-tahap dalam pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas7.

3. Pendekatan Keterampilan Proses

Pendekatan Keterampilan Proses adalah wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri pembelajar8.

4. Hasil Belajar

Menurut Clifford T. Morgan yang dikutip Mustaqim dalam buku Ilmu Jiwa Pendidikan dijelaskan “learning is any relatively permanent change in behaviour that is a result of past experience“ (Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil pengalaman yang lalu)9.

Belajar merupakan proses individu yang berinteraksi dengan lingkungannya untuk mendapatkan perubahan perilaku, maka hasil belajar ini bisa dikatan sebuah proses yang dilalui individu dalam mencapai hasil sebuah proses dari perilaku sebelumnya. sehingga definisi belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku dari pengalaman yang telah didapat. Sedangkan hasil belajar adalah pencapaian tingkat

7

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Surabaya: Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 1

8

Dimyati dan Mudjiono,Belajar dan Pembelajaran,( Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999), hlm. 157

9

(20)

keberhasilan seseorang setelah memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai kepandaian atau ilmu.

5. Sains

Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang pokok bahasannya alam dengan segala isinya atau pengetahuan yang sistematis atau tersusun secara teratur, berlaku umum dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. dan obyektif serta dapat diteliti kebenarannya10.

6. Materi Pokok Kalor

Materi kalor merupakan salah satu materi yang di pelajari di MTs N 1 Semarang semester I (ganjil), dalam meteri ini banyak peserta didik merasa kurang bisa menguasai karena memang menurut sebagian dari mereka merasa kesukaran.

Dengan setandar kompetensi: Memahami wujud zat dan perubahanya, dan kepetensi dasar: Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

7. Kelas VII B MTs N 1 Semarang

Kelas VII B adalah salah satu kelas VII MTs N 1 Semarang yang terpilih sebagai sempel untuk diteliti dengan model pendekatan ketrampilan proses.

E. Perumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang masalah sebagaimana diungkapkan di atas, maka dapat difokuskan penelitian ini diarahkan atau dibatasi pada hal-hal berikut:

Apakah Pembelajaran Sains dengan Pendekatan Keterampilan Proses Efektif terhadap Hasil Belajar di MTs N 1 Semarang Kelas VII pada Materi Pokok Kalor?

10

Tim Penyusun, Standar Penilaian Buku Pelajaran Sains, (Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas, 2003), hlm. 1

(21)

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat penelitian ini adalah : a. Bagi Guru

1) Memberi gambaran bagi guru bidang studi Saians (fisika) mengenai pembelajaran pendekatan ketrampilan proses dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik.

2) Memberikan dan memperkaya model pembelajaran Sains (fisika) yang lebih sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

3) Meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar secara efektif dan efisien.

b. Bagi peserta didik

1) Membangkitkan kepercayaan diri dan memotivasi belajar Sains (fisika) yang terkesan sulit.

2) Membantu peserta didik dalam mengembangkan dan meningkatkan minat belajar Sains (fisika) untuk memperoleh hasil optimal dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran pendekatan ketrampilan proses.

3) Memberikan pengalaman langsung pada peseta didik dalam menemukan konsep-konsep Sains (fisika), dan merangsang mereka aktif, kreatif serta menumbuhkan sikap positif mereka terhadap bidang studi Sains (fisika) yang terkesan sulit.

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori

1. Teori Belajar

Dalam kerangka sistem belajar mengajar, terdapat komponen proses yakni keaktifan fisik, mental, intelektual, dan emosional dan serta keterpaduan komponen produk, yakni hasil belajar berupa keterpaduan aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor11. Secara lebih rinci kemampuan produk itu mencakup berbagai kemampuan yang membuat peserta didik menjadi aktif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran ini peserta didik dituntut untuk bisa mencapai kemampuan yang diharapkan, kemampuan itu meliputi mengamati, mengitepretasikan, meramalkan, mengkaji, menjeneralisasi, menemukan, mendiskusikan, dan mengkomunikasikan hasil penemuan yang telah ditemukan.

Dalam penemuan diperlukan langkah-langkah atau metode dan hasilnya akan sulit terlupakan karena peserta didik mengalaminya sendiri. Sehingga jika peserta didik menemukan sendiri dari apa yang dikerjakan maka akan membuat suatu pengalaman dan pengalaman itulah yang nantinya akan menjadi hasil dari sebuah proses belajar. Dimana dalam sebuah penemuan peserta didik akan bisa lebih paham dengan konsep-konsep yang ada. Karena sebuah penemuan pada dasarnya juga bisa membuktikan kebenaran sebuah konsep bahkan bisa mendapatkan konsep-konsep yang baru. Sehingga perlu bagi peserta didik untuk menemukan sebuah konsep tersebut dengan sebuah kerja laboratorium. Pembelajaran dengan penemuan (inquiry) merupakan satu

komponen penting dalam melakukan pendekatan konstruktivistik yang telah memiliki sejarah panjang dalam inovasi dan pembinaan pendidikan. Dalam pembelajaran dengan penemuan (inquiry), peserta didik didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri 11

(23)

dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendorong peserta didik untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk mereka sendiri. Cara belajar inquiry dan dicovery mendorong peserta didik untuk terlibat aktif terhadap konsep dan prinsip-prinsip sedangkan guru mendorong peserta didik agar memiliki pengalaman dan melaksanakan eksperimen yang memungkinkan peserta didik menemukan konsep untuk dirinya sendiri. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajaran12. Hal ini sesuai dengan apa yang terdapat dalam pendekatan ketrampilan proses, peserta didik diajarkan memahami konsep melalui sebuah percobaan didalam laboratorium.

Dengan demikian, belajar merupakan seperangkat taraf berpikir seseorang yang mengubah sifat stimulasi lingkungan melewati pengolahan informasi sehingga timbul kapabilitas baru. Belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi yang pertama, berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada peserta didik melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua, menyangkut cara bagaimana peserta didik dapat mengaitkan informasi yang telah ada.

Sehingga dalam belajar seorang akan merasakan adanya perubahan dalam dirinya. Ketika seorang itu sudah melualui proses dalam kegiatan belajar untuk mencapai sebuah perubahan dalam diri maka perlu bagi seorang untuk menerapkan prinsip-prinsip dalam perubahan dalam dirinya tersebut. Dalam menumbuhkan sikap ilmiah seorang, maka seorang akan mengalami sikap perubahan dalam dirinya, sehingga sikap

12

Dimyati dan Mudjiono,Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999). hlm 10

(24)

itulah yang nantinya akan menumbuhkan perubahan dalam hidup dan dari itu pula seorang mengfahami perubahan sikap dalam dirinya.

Kajian yang dilakukan seorang akan menumbuhkan tarafr berpikir seorang. Dimana pertumbuhan itulah seorang akan mengalami proses perubahan dalam tingkah laku, karena dari sini seorang mengalami perubahan untuk mencapai perubahan tingkah laku. Belajar bukan merupakan sesuatu yang bisa dilakukan dengan cepat tetapi lebih banyak pada proses. Belajar bukan hanya sekedar untuk mendapatkan sebuah hasil saja tetapi, proses belajar merupakan sebuah langkah untuk mendapatkan pengetahuan.

2. Pendekatan Pembelajaran

Ada beberapa metode yang cenderung untuk mengaktifkan peserta didik antara lain ceramah yang disertai tanya jawab, demonstrasi, diskusi, dan eksperimen13. Metode belajar akan lebih efektif jika disertai dengan pendekatan pembelajaran karena metode dan pendekatan pembelajaran memiliki peran yang penting dalam proses belajar mengajar.

Ada banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar. Pada dasarnya metode pembelajaran dapat dilihat melalui dua sudut pandang yaitu,Pertama peserta didik dipandang sebagai objek belajar, dalam hal ini pembelajaran menuntut keaktifan guru atau yang biasa disebut tutur dan kapur. Kedua, peserta didik sebagai subyek dan obyek belajar, peserta didik dituntut keaktifannya dalam proses belajar.

Dalam menerapkan pendekatan yang biasa dan cocok untuk menunjang keaktifan peserta didik diantaranya adalah pendekatan konsep dan pendekatan proses. Dimana pendekatan ini peserta didik diajarkan untuk memahami konsep dari sebuah penemuan atau discovery, yang

13

Memes, W,Model Pembelajaran Fisika di SMP, ( Jakarta: Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah (PGSM) IBRD, . 2000). hlm. 40

(25)

mana peserta didik akan lebih bisa memahami karena membuktikan konsep atau melakukan penemuan sendiri dari hasil ekperimennya.

Konsep adalah suatu ide atau gagasan yang digeneralisasikan dari pengalaman manusia dengan beberapa peristiwa benda dan fakta. Konsep itu adalah hasil berfikir manusia yang merangkum beberapa pengalaman14. Konsep dalam fisika sangat penting untuk memperoleh dan mengkomunikasikan pengetahuan. Dengan menguasai konsep-konsep kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan baru pada peserta didik tidak terbatas.

Pendekatan proses adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran IPA yang beranggapan bahwa IPA itu terbentuk dan berkembang melalui suatu proses ilmiah yang juga harus dikembangkan pada peserta didik sebagai pengalaman yang bermakna yang dapat digunakan sebagai bekal perkembangan diri selanjutnya15. Pemahaman konsep fisika tidak hanya hasilnya saja yang diutamakan tetapi proses mendapatkan konsep sangat penting untuk membangun pengetahuan peserta didik. Keterampilan dan sikap ilmiah memiliki peran yang penting dalam menemukan konsep fisika.

Keterampilan proses merupakan proses ilmiah sehingga sesuai untuk pelajaran sains khususnya fisika. Produk dari fisika berupa fakta, konsep, prinsip, teori, dan hukum sehingga sangat penting untuk diterapkan.

3. Pendekatan Keterampilan Proses

Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi hubungan timbal balik antara guru dengan peserta didik. Guru memberikan bimbingan dan menyediakan berbagai kesempatan yang dapat mendorong peserta didik belajar dan untuk memperoleh pengalaman sesuai dengan tujuan

14

Memes, W.Ibid,40 15

(26)

pembelajaran. Tercapainya tujuan pembelajaran ditandai oleh tingkat penguasaan kemampuan dan pembentukan kepribadian.

Proses pembelajaran melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang perlu dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh hasil belajar yang baik. Kesempatan untuk melakukan kegiatan dan perolehan hasil belajar ditentukan oleh pendekatan yang digunakan oleh guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran tersebut.

Suatu prinsip untuk memilih pendekatan pembelajaran ialah belajar melalui proses mengalami secara langsung untuk memperoleh hasil belajar yang bermakna. Proses tersebut dilaksanakan melalui interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. Peserta didik diharapkan termotivasi dan senang melakukan kegiatan belajar yang menarik dan bermakna bagi dirinya. Hal ini berarti bahwa peranan pendekatan belajar mengajar sangat penting dalam kaitannnya dengan keberhasilan belajar. Beberapa alasan yang melandasi perlunya diterapkan keterampilan

proses dalam kegiatan belajar mengajar yaitu :

a. Perkembangan ilmu pengetahuan yang berlangsung begitu cepat sehingga tidak mungkin lagi seorang guru memberikan semua fakta dan konsep kepada peserta didik.

b. Pada prinsipnya anak mempunyai motivasi dari dalam dirinya sendiri untuk belajar. Hal ini bisa disebabkan oleh rasa ingin tahu anak terhadap sesuatu.

c. Semua konsep yang telah ditemukan melalui penyelidikan ilmiah tidak bersifat mutlak sehingga masih terbuka untuk dipertanyakan, dipersoalkan dan diperbaiki.

d. Adanya sikap dan nilai-nilai yang perlu dikembangkan. Kegiatan belajar mengajar harus mengusahakan agar semua pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh peserta didik merupakan hasil pengalamannya sendiri.

Peserta didik melalui kegiatan penyelidikan dan pengamatan peserta didik sendiri ataupun melalui praktik kerja laboratorium sehingga

(27)

diharapkan mampu melatih keterampilan peserta didik dalam mengaplikasikan konsep fisika yang telah ada, sedangkan seorang guru hanyalah sebagai pembimbing dan motivator, serta fasilitator bagi peserta didik.

Hal ini sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran diarahkan pada kegiatan praktis yang mendorong anak melakukan kegiatan produktif seperti mengamati, merancang, melaksanakan percobaan, mengklasifikasikan dan kegiatan praktis lainnya. Pengamatan teoritis yang akan disajikan lebih diarahkan pada pencarian informasi maupun diskusi, tanya jawab dan membaca buku sumber.

Pendekatan keterampilan proses adalah suatu cara untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan yang menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan sikap dan nilai.

Pengajaran dengan pendekatan keterampilan proses dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Observasi

Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pengamatan yang terarah tentang gejala atau fenomena sehingga mampu membedakan yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan pokok permasalahan. Pengamatan di sini diartikan sebagai penggunaan indra secara optimal dalam rangka memperoleh informasi yang lengkap atau memadai.

b. Mengklasifikasikan

Kegiatan ini bertujuan untuk menggolongkan sesuatu berdasarkan syarat-syarat tertentu.

c. Menginterpretasikan atau menafsirkan data

Data yang dikumpulkan melalui observasi, perhitungan, pengukuran, eksperimen, atau penelitian sederhana dapat dicatat atau disajikan dalam berbagai bentuk, seperti tabel, grafik, diagram.

(28)

d. Meramalkan (memprediksi)

Hasil interpretasi dari suatu pengamatan digunakan untuk meramalkan atau memperkirakan kejadian yang belum diamati atau kejadian yang akan datang. Ramalan berbeda dari terkaan, ramalan didasarkan pada hubungan logis dari hasil pengamatan yang telah diketahui sedangkan terkaan didasarkan pada hasil pengamatan.

e. Membuat hipotesis

Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau pengamatan tertentu. Penyusunan hipotesis adalah salah satu kunci pembuka tabir penemuan berbagai hal baru.

f. Mengendalikan variabel

Variabel adalah faktor yang berpengaruh. Pengendalian variabel adalah suatu aktifitas yang dipandang sulit, namun sebenarnya tidak sesulit yang kita bayangkan. Hal ini tergantung dari bagaimana guru menggunakan kesempatan yang tersedia untuk melatih anak mengontrol dan memperlakukan variabel.

g. Merencanakan penelitian / eksperimen

Eksperimen adalah melakukan kegiatan percobaan untuk membuktikan apakah hipotesis yang diajukan sesuai atau tidak.

h. Menyusun kesimpulan sementara

Kegiatan ini bertujuan untuk menyimpulkan hasil dari percobaan yang telah dilakukan berdasarkan pada pola hubungan antara hasil pengamatan yang satu dengan yang lainnya.

i. Menerapkan (mengaplikasikan) konsep

Mengaplikasikan konsep adalah menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru atau dalam menyelesaikan suatu masalah, misalnya sesuatu masalah yang dibicarakan dalam mata pelajaran yang lain.

(29)

Kegiatan ini bertujuan untuk mengkomunikasikan proses dari hasil perolehan kepada berbagai pihak yang berkepentingan, baik dalam bentuk kata-kata, grafik, bagan maupun tabel secara lisan maupun tertulis16.

Praktik pengajaran dengan pendekatan ketrampilan proses menuntut perencanaan yang sungguh-sungguh dan berkeahlian, kreatif dalam pelaksanaan pengajaran, dan mahir dalam mendayagunakan aneka media serta sumber belajar. Jadi guru bersama peserta didik semakin dituntut bekerja keras agar praktik pendekatan ketrampilan proses berhasil efektif dan efisien.

B. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Sebelum membahas tentang hasil belajar perlu diketahui pengertian belajar itu sendiri. Banyak pengertian tentang belajar yang dikemukakan oleh para pakar pendidikan. Beberapa diantaranya mengatakan bahwa belajar adalah proses interaksi dengan lingkungannya. Hal ini berarti bahwa manusia belajar melalui interaksi dengan lingkungannya yang akan berlangsung seumur hidupnya, karena pada dasarnya manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial yang tidak lepas dari lingkungannya.

Sebagai makhluk sosial, maka manusia mempunyai tanggungjawab sebagai khalifah Allah di bumi. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 30:

ø ŒÎ)ur t A$s% š ••/u‘ Ï ps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ’ÎoTÎ) × @Ïã%y` ’Îû Ç Úö‘F{$# Z pxÿ‹Î=yz ( …. 16

Conny,Semiawan, Pendekatan Ketrampilan Proses , (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992), hlm. 16-19

(30)

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi…."17

Pengertian lain dari belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik18

Menurut Slameto “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”19.

Menurut Oemar Hamalik “belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing)”20.

Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses interaksi dengan lingkungannya yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan, baik dalam tingkah laku, pemikiran, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap yang baik sebagai hamba Allah maupun sebagai khalifah Allah.

Perubahan tingkah laku yang terjadi itu sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dicapai dari proses belajar. Karena belajar adalah suatu proses, maka dari proses tersebut akan menghasilkan suatu hasil dan hasil dari proses belajar adalah berupa hasil belajar.

17

Mahmud Yunus, Terjemah Al-Qur an Al-Karim, (Bandung: PT Al-Ma’arif, 1994), hlm. 6

18

Syaeful Bahri Djamarah,Psikologi Belajar,(Jakarta: Rhineka Cipta, 2002), hlm. 141 19

Slameto,Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,(Jakarta: Rhineka Cipta, 1995), hlm. 2

20

(31)

Istilah hasil belajar itu sama dengan prestasi belajar. Hasil belajar/prestasi belajar dapat diraih melalui proses belajar, belajar itu tidak hanya mendengarkan dan memperhatikan pendidik yang sedang memberikan pelajaran didalam kelas, atau peserta didik membaca buku, akan tetapi lebih luas dari kedua aktivitas diatas.

2. Beberapa Definisi Tentang Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya”21. Setiap pengalaman yang dilakukan seorang akan menumbuhkan sebuah hasil, Hasil perubahan sikap dan tingkah laku dalam hidup inilah yang merupakan sebuah proses dalam belajar yang merupakan hasil sebuah belajar untuk mencapai perubahan tingkah laku. Dari perubahan yang dialami seorang ini maka akan menumbuhkan sikap ilmiah seorang dalam mencapai perilaku hidupnya. Dalam pencapaian hasil belajar ini seorang akan mengalami perubahan tingkah laku dalam hidupnya. Perubahan yang dialami ini tidak akan terlepas dari sebuah proses yang dilakukan seseorang

Jadi, secara sederhana hasil belajar adalah penguasaan keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran yang ditunjukkan dengan tes atau nilai yang diberikan oleh guru dan kemampuan perubahan sikap/tingkah laku yang diperoleh peserta didik melalui kegiatan belajar.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar a. Faktor Luar (Eksternal)

Faktor luar yaitu merupakan faktor yang berasal dari luar dari peserta didik yang mempengaruhi proses dan hasil belajar diantaranya yaitu :

21

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006),Cet 11, hlm. 22

(32)

1) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu sebagai berikut:

(a) Lingkungan Alami

Lingkungan alam seperti keadaan suhu, kelembaban udara sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar peserta didik.

(b) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial baik yang berwujud manusia maupun yang berwujud hal-hal lain, langsung berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Kadang terdapat pengaruh kurang menguntungkan dari lingkungan pabrik dan hiruk pikuk lalu lintas22.

2) Faktor Instrumental

Faktor instrumental adalah faktor yang pengadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor instrumental antara lain yaitu : kurikulum, program, sarana, fasilitas, dan guru23.

b. Faktor Dalam (Internal)

Faktor dalam merupakan faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik yang mempengaruhi proses dan hasil belajar diantaranya, yaitu:

1) Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis meliputi kondisi fisiologis umum dan kondisi panca indera. Kondisi fisiologis umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Pada kondisi fisiologis umum, misalnya orang yang dapat keadaan segar jasmaninya dan berlainan belajarnya dari orang yang dalam

22

Syaiful Bahri Djamarah,Op. Cit., hlm. 142-145 23

(33)

keadaan kelelahan. Anak-anak yang kurang gizi, kemampuan belajarnya di bawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi, mereka cepat lelah, mudah mengantuk dan tidak mudah menerima pelajaran. Sedangkan pada kondisi panca indera yang paling berperan terutama adalah penglihatan dan pendengaran.

2) Faktor Psikologis

Faktor psikologis merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak dan yang mempengaruhi proses hasil belajar peserta didik. Faktor-faktor psikologis meliputi minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan berfikir.24

4. Alat-Alat untuk Mengukur Hasil Belajar

Kegiatan penilaian dan pengujian pendidikan merupakan salah satu mata rantai yang menyatu terjalin didalam proses pembelajaran peserta didik. bahwa cara melancarkan tes inilah yang paling banyak dilakukan oleh para pendidik dalam melakukan penilaian terhadap hasil belajar peserta didiknya. Dengan demikian peranan tes sebagai salah satu alat/teknik penilaian pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar sangat penting25.

Penilaian atau tes itu berfungsi untuk memperoleh umpan balik dan selanjutnya digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar, maka penilaian itu disebut penilaian formatif. Tetapi jika penilaian itu berfungsi mendapatkan informasi sampai mana prestasi atau penguasaan dan pencapaian belajar peserta didik yang selanjutnya diperlukan bagi penentuan lulus tidaknya seseorang peserta didik maka penilaian itu disebut penilaian sumatif26.

24 Ibid, hlm 155-156 25 Ibid, hlm. 2 26 Ibid, hlm. 11-12.

(34)

Jika dilihat dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu tes dan non tes. Tes ada yang diberikan secara lisan (menuntut jawaban secara lisan) ini dapat dilakukan secara individu maupun kelompok, ada juga tes tulisan (menuntut jawaban dalam bentuk tulisan), tes ini ada yang disusun secara obyektif dan uraian, dan tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk tindakan). Sedangkan non tes sebagai alat penilaiannya mencakup observasi, kuisioner, wawancara, skala sosiometri dan studi kasus27.

C. Tinjauan Materi Kalor

1. Kalor

Kalor adalah sesuatu yang dipindahkan di antara sebuah sistem dan sekelilingnya sebagai akibat dari hanya perbedaan temperatur28. Sehingga kalor sendiri bisa dikatakan energi yang dapat berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah. Akibatnya suhu benda yang kehilangan kalor akan turun dan suhu benda yang mendapatkan kalor akan naik. Dan suatu benda kemungkinan akan mengalami perubahan suhu dan perubahan wujud zat.

Dari yang dilakukan Jammes Prescount Joule secara teliti berulang-ulang inilah yang yang menemukan kalor merupakan bentuk energi sehingga hubungan antara satuan kalori dengan Joule sebagai berikut29:

1 kalori = 4,18 joule 1 joule = 0,24 kalori

Bila energi panas ditambahkan pada suatu zat, maka temperatur zat itu naik. Jumlah energi panas Q yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur

27

Nana Sudjana,Op.cit, hlm. 5 28

John Wiley dan Sons, Fisika, diterjemahkan oleh Pantur Silaban Ph.D, et al.,

(Bandung: Erlangga, 1985), cet. 3, hlm. 723.

29

(35)

Suatu zat adalah sebanding dengan perubahan temperatur dan massa zat itu. Jumlah energi panas Q juga bergantung pada sifat alami bahan; misalnya untuk menaikkan 1 kg air sebesar 1 C diperlukan 4190 J, tapi hanya 910 J untuk menaikkan 1 kg aluminium. Dengan menyatukan seluruh hubungan tersebut diperoleh30:

Q = m c T

dimana Q = jumlah energi panas (Joule)

m = massa zat (kg)

c = kalor jenis zat (J/kg C)

T = perubahan suhu ( C)

Kalor yang diberikan pada suatu zat dapat mengubah wujud zat. Zat yang berwujud padat dapat berubah menjadi cair. Jika kalor yang diberikan ditambah, maka zat yang berwujud cair dapat berubah menjadi gas. hal tersebut bisa dilihat seperti pada gambar 1.1.

2. Perubahan Wujud Akibat Kalor

Ada 6 istilah perubahan dari 3 zat, yaitu:

1) Membeku 3) Menyublim 5)

Mengembun

2) Mencair 4) Mengkristal 6) Menguap

Gambar .1.1

Dalam keadaan bebas ternyata tidak semua benda dapat mengalami ketiga tingkat wujud tersebut. Misalnya sesuatu balok kayu dipanaskan, ternyata balok tidak mencair seperti es dipanaskan. Begitu pula dengan

30

Paul A.Tipler,Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ke-Tiga, Diterjemahkan oleh Lea Prasetyo, et. al., dari “Physic for Scientis and Engineers, Third Edition”, Jilid I, (Bandung: PT Gelora Aksara Pratama, 2008), Cet. 9, hlm. 599.

(36)

kapur barus, dalam keadaan bebas selalu berubah menjadi gas yang dinamakan menyublim. Bahkan, sebutir telur akan mengeras apabila dipanaskan (direbus).

Dari contoh di atas ternyata ada kalor yang tidak dipergunakan untuk menaikkan suhunya melainkan digunakan untuk mengubah wujudnya. Selama proses perubahan wujud, kalor yang diterima tidak digunakan untuk menaikkan suhunya tetapi untuk mengubah wujud benda, kalor yang demikian dinamakan kalor laten (tersembunyi).

Apabila dinyatakan dalam bentuk persamaan menjadi sebagai berikut31: L= m Q atauQ = m.L Keterangan

Q = kalor (joule atau kalori)

m= masa (kg atau gr)

L = kalor laten (J/kg atau kal/gram) 3. Asas Black

Ketika bagian-bagian yang berbeda dari sistem yang terisolasi berada pada temperatur yang berbeda, kalor akan mengalir dari bagian dengan temperatur yang lebih tinggi ke bagian dengan temperatur yang lebih rendah. Jika sistem terisolasi seluruhnya, tidak ada energi yang mengalir ke dalam atau ke luar. Jadi, kekekalan energi memainkan peranan penting. Kehilangan kalor sebanyak satu bagian sistem sama dengan kalor yang didapat oleh bagian yang lain.

Jadi asas Black berbunyi sebagai berikut: kalor yang dilepas akan sama dengan kalor yang diterima32.

Bila dituliskan dalam rumus sebagai berikut:

31

Hugh D. Young,et. al., Fisika Universitas Edisi Ke-Sepuluh,diterjemahkan oleh Endang Yuliastuti dari “University Physic Tenth Edition”, Jilid 1, (Bandung: PT Gelora Aksara Pratama, 2006), Cet. 8, hlm. 470

32

Douglas C. Giancoli,Fisika Edisi Ke-Lima, Diterjemahkan oleh Yuhilza Hanum, dari “Physic Fifth Edition”, Jilid 1, (Bandung: PT Gelora Aksara Pratama, 2006), Cet. 8, hlm. 494.

(37)

m

k Q

Q =

Keterangan

k

Q : jumlah kalor yang keluar / dilepas

m

Q : jumlah kalor yang masuk / diterima

D. Penerapan Materi dengan Pendekatan Ketrampilan Proses

Pendekatan ketrampilan proses yang dilakukan dalam penerapanya dalam materi kalor ini yaitu dengan sebuah kerja laboratorium (discovery). model pembelajaran yang menitik beratkan pada peserta didik untuk mengetahui konsep konsep tentang materi kalor melalui hasil kerja laboratorium. Dengan pembelajaran berbasis penemuan (discovery) ini yang tentunya akan bisa menuntun peserta didik memahami konsep konsep fisika dengan sebuah penemuan ataupun sebuah percobaan.

Pembelajaran yang dilakukan yaitu berupa pembelajaran dengan melakukan percobaan untuk membuktika teori kalor yang ada dan untuk memudahkan peserta didik dalam memahami konsep Sains (fisika). Sehingga peserta didik diharapkan bisa memahami konsep Sains pada materi pokok kalor karena peserta didik menemukan ataupun membuktikan konsep yang telah ada.

Sains (fisika) erat kaitannya dengan kegiatan laboratorium. Konsep-konsep fisika yang sangat erat kaitannya dengan energi dan alam serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari perlu diuji kebenarannya melalui kegiatan laboratorium. Dalam proses pengajaran Sains (fisika) perlu adanya kegiatan-kegiatan laboratorium yang di dalamnya tidak lepas dari kelengkapan alat-alat percobaan fisika dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kegiatan laboratorium peserta didik akan melaksanakan proses belajar yang aktif, penyerapan pada materi pelajaran akan lebih tinggi.

Pembelajaran dengan kegiatan laboratorium sesuai dengan teori belajar konstruktivisme. Dalam kegiatan laboratorium peserta didik dapat membangun. pengetahuan atau pemahaman konsep sesuai data dan fakta yang diperoleh melalui kegiatan percobaan. Kegiatan laboratorium memiliki peran penting dalam pendidikan Sains (fisika), karena dapat memberikan cara berfikir ilmiah peserta didik. Peserta didik dilatih untuk membaca data secara objektif dan dari data yang diperoleh yang berupa fakta-fakta maka dapat diambil suatu kesimpulan.

Kegiatan laboratorium memungkinkan peserta didik untuk dapat menumbuhkan berfikir ilmiah. Melalui percobaan-percobaan dalam kegiatan laboratorium peserta didik akan melaksanakan proses belajar aktif memperoleh pengalaman langsung sehingga peserta didik dapat mengembangkan berbagai keterampilan psikomotorik yang sebenarmya sudah ada dalam diri peserta didik tersebut.

(38)

Sesuai prinsip pendekatan ketrampilan proses maka diterapkan langkah-langkah dalam ketrampilan proses ini dengan indikator sebagai berikut:

Langkah-langkah Pendekatan Ketrampilan

Proses

Indikator yang Ingin Dicapai

Melakukan pengamatan (observasi)

• Mengidentifikasi ciri-ciri suatu jenis benda.

• Mengidentifikasi persamaan dan perbedaan yang nyata pada objek atau materi dalam Sains (fisika)

• Membaca alat ukur. Menafsirkan

pengamatan (interpretasi)

• Mengidentifikasi fakta-fakta berdasarkan hasil pengamatan dalam percobaan.

• Menafsirkan fakta atau data menjadi suatu penjelasn yang logis dari sebuah pengamatan.

Mengelompokkan (klasifikasi)

• Mencari perbedaan atau persamaan, mengontraskan ciri-ciri, membandingkan, dan mencari dasar penggolongan suatu zat ataupun benda.

Meramalkan (prediksi)

• Mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecendrungan/pola yang ada.

Berkomunikasi

• Mengutarakan suatu gagasan berdasarkan percobaan yang dilakukan.

• Menjelaskan penggunaan data hasil penginderaan secara akurat suatu objek atau kejadian dalam pengamatan.

Berhipotesis • Memberikan gambaran yang logis dari suatu hubungan yang dapat diuji melalui percobaan.

(39)

Merencanakan percobaan/penyelidi kan

• Menentukan alat dan bahan, menentukan variabel atau perubah yang terlibat dalam suatu percobaan.

• Menentukan apa yang diamati, di ukur/ditulis, serta menentukan cara dan langkah kerja dalam percobaan.

Menerapkan subkonsep/prinsip

• Menggunakan subkonsep materi pokok kalor dalam situasi baru, dan menggunakan subkonsep pada pengalaman baru untuk menjalaskan apa yang telah dilakukan dalam percobaan.

Dan dalam menerapkan pendekatan ketrampilan proses dalam pembelajaran ini peneliti menggambarkan kerangka berpikir dalam pembelajaran sebagai berikut:

1. Guru menjelaskan makna yang terkandung dalam pendekatan ketrampilan proses yang akan di terapkan dalam pembelajaran.

2. Peserta didik dibagi atas enam kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6 peserta didik).

3. Setiap peserta didik diberi panduan praktek yang sudah guru siapkan sebagai bekal untuk merlakukan percobaan.

4. Guru menyiapkan delapan meja yang sudah disiapkan alat dan bahan untuk percobaan, meja disediakan menyesuaikan banyaknya percobaan yang ada pada buku panduan percobaan yang disediakan guru.

5. Pada setiap kelompok pertama mendapat satu percobaan yang telah ditentukan oleh guru dan peserta didik sebelumnya.

6. Dalam melaksanakan praktek setiap kelompok harus menyelesaikan percobaan sampai menjawab pertanyaan yang ada pada tiap percobaan. 7. Setelah menyelesaikan percobaan yang telah ditentukan,setiap kelompok

boleh berpindah kemeja peragaan yang kosong sesuai dengan panduan praktek yang ada, untuk melakukan percobaan yang lain.

8. Gambar siklus percobaan sesuai pendekatan ketrampilan proses yang di terapkan

(40)

Keterangan:

Ø Meja 1 Siswa dapat mengetahui hubungan antara kalor dan suhu.

Ø Meja 2 Siswa dapat mengetahui hubungan antar kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu benda yang massanya berbeda.

Ø Meja 3 Siswa mampu mengetahui hubungan antara kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda yang jenisnya berbeda.

Ø Meja 4 Siswa dapat mempelajari hantaran kalor secara konduksi.

Ø Meja 5 Siswa dapat menyelidiki perpindahan kalor secara konduksi pada berbagai jenis logam.

Ø Meja 6 Siswa dapat menyelidiki perpindahan kalor dengan penghantar air.

Ø Meja 7 Siswa dapat mengetahui perubahan wujud mencair, dan membeku.

1

2

5

3

4

8

7

6

MEJA PERAGA

(41)

Ø Meja 8 Siswa dapat mengetahui perpindahan kalor dan benda yang dapat melepas dan menerima kalor.

Dengan langkah, indikator, dan gambaran ini diharapkan bagi peserta didik benar-benar bisa memahami konsep Sains (fisika ) terutama pada materi pokok kalor.

E. Kajian Penelitian yang Relevan

Kajian Penelitian yang relevan merupakan deskripsi hubungan antara masalah yang diteliti dengan kerangka teoritik yang dipakai serta hubungannya dengan penelitian terdahulu yang relevan33.

Pada dasarnya urgensi kajian penelitian adalah sebagai bahan auto kritik terhadap penelitian yang ada baik mengenai kelebihan maupun kekurangannya sekaligus sebagai bahan perbandingan terhadap kajian yang terdahulu. Dan untuk menghindari terjadinya pengulangan hasil temuan yang membahas permasalahan yang sama dan hampir sama dari seseorang baik dalam bentuknya skripsi buku dan dalam bentuk lainnya. Maka peneliti akan memaparkan karya- karya yang relevan dengan penelitian ini.

1. Hasil penelitian yang dilakukan Subagyo, Yusup (2007) Pembelajaran Sains Dengan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik Sekolah Menengah Pertama Pada Pokok Bahasan Suhu dan Pemuaian. Skripsi. Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang .

Secara umum terjadi peningkatan hasil belajar kognitif, psikomotorik, dan sikap pada pembelajaran sains dengan pendekatan keterampilan proses. Pada aspek pemahaman konsep untuk pre test diperoleh hasil rata-rata sebesar 51% dan untuk post test dipeoleh hasil rata-rata sebesar 61,73%. Pada percobaan I diperoleh hasil rata-rata sebesar 54% dan percobaan II sebesar 76%. Peningkatan yang terjadi sebesar 0,478 meningkat pada percobaan II secara rata-rata menjadi 47%.

2. Hasil penelitian yang dilakukan Setyaningsih (2006) Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Mencapai Ketuntasan Belajar pada Pokok Materi Sistem Koloid bagi Peserta didik Kelas XI Semester II

33

Sujai, dkk,Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, ( Semarang Tarbiyah Press, 2007), Cet. 3, hlm. 41

(42)

SMA Islam Sultan Agung 1 Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006 (Studi Kasus Penelitian Tindakan Kelas). Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. sebagai pengukuran hasil belajar kognitif dapat diketahui bahwa secara klasikal yang mendapat kriteria belum tuntas 36,11 % dan tuntas 63,8 % dengan nilai rata-rata 64,91. nilai rata-rata hasil belajar afektif peserta didik adalah 78,11 %. Sedangkan observasi pada siklus I diperoleh hasil partisipasi keaktifan peserta didik dalam praktikum sebagai hasil belajar aspek psikomotorik peserta didik secara klasikal yang mendapat kriteria tuntas adalah 63,89 % dengan nilai rata-rata 70. Berdasarkan Siklus II hasil belajar peserta didik sebagai pengukuran hasil belajar kognitif dapat diketahui bahwa secara klasikal yang mendapat kriteria belum tuntas 25 % dan tuntas 75 % dengan nilai rata-rata 66,93. Nilai rata-rata hasil belajar afektif peserta didik adalah 79,22. Sedangkan hasil observasi pada siklus II diperoleh nilai ratarata hasil belajar psikomotorik peserta didik yaitu 70,67 dengan ketuntasan klasikal 77,78 %.

F. Pengajuan Hipotesis

Hipotesa berasal dari kata ”hypo” yang berarti dibawah dan ”thesa” yang berarti kebenaran. Hipotesis adalah suatu jawaban bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai akhir terbukti melalui data yang terkumpul34.

Dalam hal ini peneliti mengajukan hipotesis bahwa Pembelajaran Sains dengan Pendekatan Keterampilan Proses Efektif terhdap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII MTs N 1 Semarang.

34

Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Edisi Revisi Keenam, cet 13, hlm. 96

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1 Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik di MTs N 1 Semarang kelas VII pada materi pokok kalor.

2 Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran Sains dengan pendekatan keterampilan proses di MTs N 1 Semarang kelas VII terhadap hasil belajar peserta didik pada materi pokok kalor.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Untuk memperoleh data tentang efektivitas pembelajaran sains dengan pendekatan ketrampilan proses terhadap hasil belajar peserta didik kelas VII MTs N 1 Semarang pada materi pokok kalor, maka penelitian ini dilakukan: Waktu penelitian : Pada tanggal 18 Oktober 2010 s.d 13 November 2010 Tempat penelitian : MTs N 1 Semarang

Alamat : Jl. Fatmawati Raya Kel. Sendang Mulyo Kec. Tembalang Kota Semarang Kode Pos 50272

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian35. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu, variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable)

1 Variabel bebas yaitu variabel yang memberikan pengaruh. Variabel bebas berupa pembelajaran pendekatan ketrampilan proses, dengan indikator: a. Saling ketergantungan positif antar kelompok.

b. Tanggung jawab individu.

c. Tatap muka (kerjasama yang baik antar kelompok). d. Komunikasi antar anggota kelompok.

35

(44)

e. Evaluasi proses kelompok.

2 Variabel terikat yaitu variabel yang memberikan pengaruh variabel terikat berupa hasil belajar, dengan indikator:

a. Menumbuhkan sikap dan perilaku ilmiah menumbuhkan imajinasi peserta didik pada pelajaran (Sains) fisika.

b. Melatih daya pikir kreatif peserta didik untuk memahami konsep (Sains) fisika.

c. Mempengarusi tingkah laku dalam pemahaman pelajaran (Sains) fisik.

D. Metode Penelitian

Metode adalah suatu cara atau teknik yang dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian adalah upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dalam prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk menjawab kebenaran36. Jadi, metode penelitian adalah cara seseorang untuk mendapatkan fakta atau kebenaran yang sabar, hati-hati dan sistematis.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yang bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat, dengan cara memberikan perlakuan kepada kelompok eksperimen dan membandingkan hasilnya dengan kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan.

Rancangan penelitian yang digunakan adalahcluster random samping. Adapun desain penelitian eksperimen pada kedua kelompok dapat digambarkan sebagai berikut:

Kelompok Pre Test Treatment Pos Test

Kelompok eksperimen Kelompok kontrol T1 T1 X -T2 T2 36

Mardalis,Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), cet. VIII, hlm. 24

(45)

Keterangan:

Kelompok eksperimen: Kelompok sampel yang mendapatkan pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran pendekatan ketrampilan proses.

Kelompok kontrol : Kelompok sampel yang tidak mendapatkan pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran pendekatan ketrampilan proses. X : Perlakuan pengajaran dengan menggunakan

model pembelajaran pendekatan ketrampilan proses.

T1 : Pre Test

T2 : Setelah diberi perlakuan (Pos Test)

E. Populasi, Sampel, dan Tehnik Pengambilan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil yang diteliti37 . Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah siswa kelas VII MTs N 1 Semarang, terdapat 7 kelas dan 1 kelas unggulan yang semuanya berjumlah 280 siswa dengan perincian sebagai berikut :

Kelas VII A sebanyak 32 siswa (Kelas Unggulan) Kelas VII B sebanyak 32 siswa

Kelas VII C sebanyak 36 siswa Kelas VII D sebanyak 36 siswa Kelas VII E sebanyak 36 siswa Kelas VII F sebanyak 36 siswa Kelas VII G sebanyak 36 siswa Kelas VII H sebanyak 36 siswa

Adapun tehnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah random sampling, yaitu cara pengambilan sampel dengan semua obyek atau elemen populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih

37

(46)

sebagai sampel38. Sampelnya adalah satu kelas dan yang terpilih sebagai sampel adalah kelas VII B sebanyak 32 siswa.

Mengenai penelitian yang dilakukan berkaitan dengan banyak sedikitnya subyek yang diteliti Suharsimi Arikunto berpendapat yaitu apabila subyeknya kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua. Selanjutnya apabila jumlah populasi tersebut besar atau lebih dari 100 maka dapat di ambil 10-15 % atau lebih. Yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 11% dari jumlah populasi (100 Siswa), seperti yang diteliti Suharsimi Arikunto yaitu terdiri dari 36 siswa.

F. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data, maka penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut:

1 Metode Tes

Metode ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar fisika peserta didik kelas VII MTs N pada materi kalor. Metode tes ini di terapkan pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen, dalam bentuk pre test dan post test control grup design yang bertujuan untuk menyelediki kemungkinan sebab akibat, dengan cara memberikan perlakuan kepada kelompok eksperimen dan membandingkan hasilnya dengan kelompok yang tidak diberi perlakuan39.

2 Metode Pengamatan (Observasi)

Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan atau data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan40. Observasi yang dilakukan yaitu melakukan

38

Ibid, hlm. 6 39

Sukardi,Metodologi penelitian Pendidikan, (Jakarta: P.T. Bumi Aksara, 2004) hlm. 179

40

Anas Sudiyono,Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Gravindo Persada, 2006), hlm. 76

(47)

pengamatan dalam kelas VII MTs N 1 Semarang sebagai sumber informasi peneliti dalam melakukan penelitian.

3 Metode Dokumentasi

Metode dokomentasi merupakan metode yang digunakan dengan mencari data melalui peninggalan tertulis seperti arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori dan lain- lain yang berhubungan dengan masalah penelitian41. Dokumen yang dikumpulkan berupa hasil belajar peserta didik dan rencana pelaksanaan pembelajara, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan model pembelajaran pendekatan ketrampilan proses pada mata pelajaran kalor kelas VII MTs N 1 Semarang

G. Tehnik Analisis Data

1. Tehnik Analisis Data

Untuk menganalisis data yang telah terkumpul dari hasil penelitian yang bersifat kuantitatif ini maka penulis menggunakan analisis statistik dengan langkah- langkah sebagai berikut:

a. Uji Instrumen

Alat ukur dikatakan baik jika syarat-syarat validitas, realibilitas, tingkat kesukaran soal, dan daya pembeda soal yang baik.

1) Validitas Soal

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen (soal) dikatakan valid apabila instrument itu mampu mengukur apa yang hendak di ukur. Validitas soal dapat dicapai apabila terdapat 2 kejayaan antara skor butir soal tersebut dengan skor total, untuk menghitung validitas butir soal digunakan rumus:

Product Moment

41

S. Margono,Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 181

(48)

( )

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

y y N x x N y x xy N rxy − − − =

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi item soal N : Banyaknya peserta tes X : Jumlah skor item Y : Jumlah skor total

Kriteria rxy adalah sebagai berikut : 0,00 < rxy < 0,20 sangat rendah 0,20 < rxy < 0,40 rendah 0,40 < rxy < 0,60 cukup 0,60 < rxy < 0,80 tinggi 0,80 < rxy < 1,00 sangat tinggi42. 2) Reliabilitas Soal

Reliabilitas artinya dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas adalah suatu tes yang baik selain memiliki validitas yang tinggi juga harus memiliki realibilitas yang berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf kepercayaan yang tinggi jika perangkat tes tersebut dapat memberikan hasil yang tepat. Analisis reliabilitas tes ini menggunakan rumus KR 20 yang dikemukakan oleh Kuder dan Richardson.         − − =

1 1 11 1 V pq V K K r Keterangan:

r11 : Indeks korelasi (harga reliabilitas) K : Banyaknya butir soal

42

Gambar

Tabel 1.4 Data Tingkat Kesukaran Batir Soal
Tabel  1.5 Daftar Distribusi Frekuensi Dari Nilai Test Awal (Pre Test) Kelas Eksperimen
Tabel  1.5 Daftar Distribusi Frekuensi Dari Nilai Test Akhir (Post Test) Kelas Eksperimen
Tabel  1.7  Daftar Diagram Perbandingan
+7

Referensi

Dokumen terkait

The objective of this study is to see one’ personality development due to a certain factor as seen in the influence of Bushido in Nathan Algren’ personality development as the

Terkait kewajiban suami untuk mem- berikan nafkah kepada isteri, MFLO 1961 mengatur bahwa jika seorang suami gagal memberi nafkah kepada isterinya, atau tidak adil dalam

Terdapat tiga kegiatan yang harus dikelola dalam rantai pasok ikan bandeng segar Kota Bekasi, yaitu: (1) aliran fisik dari hulu ke hilir, merupakan

(1)Kepala Unit Pelaksana Tehnis Dinas mempunyai tugas membantu Kepala Dinas di dalam memimpin dan menyelenggarakan kegiatan operasionil khusus sesuai dengan

Dengan Efek dinamis angin juga merupakan masalah pada struktur bangunan gedung bertingkat banyak, karena adanya fenomena resonansi yang dapat terjadi.

Sijil ini dikeluarkan sejajar dengan pembayaran Sumbangan seperti yang ditetapkan dalam Jadual dan menurut kepada kenyataan yang telah dikemukakan di dalam

MDRN CIMBGNT S/A CIMB PRIVATE EQUITY SDN BHD (SLURPEE) 13 Th Floor Menara CIMB Jl. BERITA SATU PLAZA LT 7 JL. MAHKOTA GLOBAL INVESTAMA PT. MAHKOTA GLOBAL INVESTAMA Grand Slipi Tower

Di dalam masyarakat Kalimantan Barat, khususnya Kabupaten Sambas, berkembang kepercayaan masyarakat mengenai kemponan yaitu kepercayaan tentang adanya malapetaka (kejadian