• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUNGA RAMPAI PERENCANA KABUPATEN KUNINGAN KUNINGAN DAN PANDEMI COVID - 19 TIM PENYUSUN EDISI II JUNI 2020 PPPI KUNINGAN PRESS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUNGA RAMPAI PERENCANA KABUPATEN KUNINGAN KUNINGAN DAN PANDEMI COVID - 19 TIM PENYUSUN EDISI II JUNI 2020 PPPI KUNINGAN PRESS"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BUNGA RAMPAI

PERENCANA KABUPATEN KUNINGAN

“KUNINGAN DAN PANDEMI COVID - 19”

TIM PENYUSUN

EDISI II JUNI 2020

PPPI KUNINGAN

PRESS

(3)

II

BUNGA RAMPAI

(4)

III

BUNGA RAMPAI

“KUNINGAN DAN PANDEMI COVID - 19”

TIM PENYUSUN

EDISI II JUNI 2020

PPPI KUNINGAN

PRESS

(5)

IV

Hak cipta pada penulis dan dilindungi Undang-Undang Hak penerbitan pada PPPI Kuningan Press

Dilarang mengutip sebagian ataupun seluruh buku ini dalam bentuk apapun tanpa Izin dari Penulis dan Penerbit

Bunga Rampai : Kuningan dan Pandemi Covid - 19

Penulis : Pejabat Fungsional Perencana Kabupaten Kuningan Drs. H. Eka Komara, M.Pd

Ir. Haeruman

Iwan Mulyawan, S.Si., M.Sc Maman Sukiman, ST Esih Kurniasih, SE Yeni Seniawati, SE

Editor : Drs. Asep Budi Setiawan, M.Si Editor Abstract : H. Jajang Setiadi, S.Sos., MPA Desainer : Doni Muhammad Sirajuddini Cetakan II : Juni 2020

(6)

V SEPATAH KATA

Puji syukur kami panjatkan kepada Illahi Rabbi karena atas Rahmat dan Inayah-Nya buku bunga rampai edisi 2 hasil penelitian satu semester Pejabat Fungsional Perencana ini dapat diselesaikan. Tujuan dari penyusunan buku ini adalah sebagai implementasi pejabat fungsional dalam pengembangan profesi perencana serta sebagai upaya untuk melatih para perencana ahli dalam menyusun karya ilmiah dengan lokus kajiannya berada di Kabupaten Kuningan. Bunga rampai dengan tema “Kuningan dan Pandemi Covid - 19” merupakan kumpulan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan pendekatan dari beberapa aspek/sudut pandang keilmuan yang dimiliki oleh Perencana Ahli Kabupaten Kuningan.

Semoga buku bunga rampai ini bukan hanya menjadi dokumentasi tertulis para perencana, tetapi dapat menjadi pemicu bagi tulisan-tulisan ilmiah bagi para pejabat fungsional perencana dan pejabat administrasi perencana sebagai bagian dari proses peningkatan keilmuan secara terus menerus.

Seperti pepatah “Tak Ada Gading yang Tak Retak”, segala sesuatu tidak ada yang sempurna, begitu pula dengan buku ini masih jauh dari sempurna. Dengan kerendahan hati, komentar, kritik, dan saran demi perbaikan akan diterima dengan senang hati dan diucapkan terima kasih.

Kuningan, Juni 2020

(7)

VI DAFTAR ISI

Sepatah Kata Daftar Isi

Studi Kasus Pandemi Covid - 19, Pendapatan dan Perilaku Petani di Desa Windujanten - Kecamatan Kadugede - Kabupaten Kuningan (Juni 2020) Eka Komara ... 1 Studi Kasus Antisipasi Penanganan Dampak Wabah Covid-19 Sektor Pangan di Kabupaten Kuningan

Haeruman ... 11 Kajian Ketahanan Pangan dalam Menghadapi Pandemi Covid 19 di Kabupaten Kuningan

Iwan Mulyawan ... 21 Kajian Pemetaan Program pada Perangkat Daerah Lingkup Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah (IPW) Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kuningan

Maman Sukiman ... 38 Karakteristik Kondisi Demografi di Kabupaten Kuningan

Esih Kurniasih ... 61 Karakteristik Wisata Kuliner di Kuningan

(8)

1

STUDI KASUS :

PANDEMI COVID - 19, PENDAPATAN DAN PERILAKU PETANI

DI

DESA

WINDUJANTEN

-

KECAMATAN

KADUGEDE

-

KABUPATEN KUNINGAN (JUNI 2020)

Eka Komara

Perencana Ahli Madya

Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kuningan

INTISARI

Pandemi Covid - 19 tidak hanya masalah bidang kesehatan, tetapi sudah menjadi masalah sosial strategis karena menyangkut bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan negara. Terkhusus untuk bidang pertanian, dikhawatirkan akan berdampak pada kelangkaan bahan pangan. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris mengenai pengaruh Pandemi Covid - 19 di Desa Windujanten, khususnya terhadap Pendapatan dan Perilaku Petani Desa Windujanten. Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan metode penelitian kualitatif. Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara secara mendalam dan telaahan dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Windujanten termasuk daerah zona kuning (Aplikasi PeduliLindungi, Kominfo), sehingga masyarakat melakukan aktivitas sosial, khususnya para petani, dalam melakukan kegiatan bekerja di sawah seperti biasa normal. Petani penanam sayur palawija kena dampak Covid - 19, sedangkan untuk petani penanam padi tidak kena dampak. Berkurangnya pendapatan petani padi dikarenakan musim hujan, suatu kondisi alam yang kurang menguntungkan hujan disaat waktu panen. Pandemi Covid - 19 tidak memengaruhi perilaku kerja petani sehingga dalam bertani tidak mengikuti protokol kesehatan. Namun dalam perilaku sosial lainnya para petani mengikutinya. Para petani setelah menggiling padi lebih banyak menjual beras ke penggilingan. Pola hidup sehat petani membuat dirinya percaya diri untuk tetap beraktivitas dengan menjaga kesehatannya.

Kata Kunci : Pandemi Covid - 19, Pendapatan, Perilaku

ABSTRACT

Covid - 19 pandemic is not only a matter of health, but has become a strategic social problem because it involves the economic, politics, social, cultural, security and defense of a nation. Especially for agriculture, it is worried that it will have an impact on food scarcity. This study aimed at finding out empirically about the description of Pandemic Covid - 19 in Windujanten Village, Income and Behavior of Windujanten Farmers during the Covid Pandemic 19. To achieve this objective, the qualitative method is used. The data collection techniques was carried out by conducting in-depth interviews and completed documents. The results of the study showed that Windujanten was included in the yellow zone area (Application of PeduliLindungi, Kominfo) so that the community carried out social activities normally, especially farmers, in carrying out their work activities in the fields. Palawija vegetable growers were impacted Covid - 19, while rice growers were not affected. The decrease in rice farmers’ income is due to the rainy season, a natural condition that is less favorable to rain during harvest time. The Covid - 19 Pandemic does not affect farmers' work behavior so that farming does not follow health protocols. But in other social behaviors the farmers followed. Farmers after grinding rice sold more rice to the mill. The healthy lifestyle of farmers makes them confident to keep on the move by maintaining their health.

(9)

2 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pandemi Covid - 19 tidak hanya masalah bidang kesehatan, tetapi sudah menjadi masalah sosial strategis karena menyangkut bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan negara. Karena strategisnya masalah, tak heran jika Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, untuk menanggulanginya menggunakan paradigma “perang. Dengan alasan, India, Inggris, dan Amerika Serikat pun menggunakan istilah war on Covid.

Di bidang pertanian, Organisasi Pertanian Dunia (FAO) sudah memperingatkan potensi krisis pangan global. Rantai pasokan pangan dunia juga terancam di tengah pemberlakuan karantina wilayah, pembatasan sosial, dan larangan perjalanan.

Sehingga Pemerintah RI khawatir kelangkaan bahan pangan. Jangan sampai profesi penyedia pangan ini mengalami masalah besar . Penurunan harga komoditas pangan atau anjloknya harga komoditas pertanian sangat merugikan petani di tengah pandemi, terancam mengalami kerugian yang berakibat pada ketidakmampuan membeli bibit dan memperbaharui tanaman mereka.

Keberadaan petani pada golongan rentan merupakan fenomena yang unik, karena mereka merupakan produsen bahan-bahan pangan yang menjadi tumpuan semua orang. Pada masa pandemi ini, petani kecil tidak memiliki akses terhadap pasar yang luas, sehingga hasil produksi pertaniannya hanya dijual seadanya di pasar lokal dengan harga yang murah.

Akhirnya masyarakat banyak yang memercayai kehidupan para petani mendapat ancaman serius di masa pandemi Covid - 19 ini. Kondisi ini mendorong diri berminat untuk membuktikan sejauhmana realita permasalahan yang digaungkan media itu. Dengan suatu anggapan secara pribadi, kondisi para petani tidak separah yang digaungkan media.

Perumusan Masalah

Bertitik tolak dari paparan yang telah diuraikan pada latar belakang masalah di atas, maka dapat diambil rumusan masalah bahwa. Untuk lebih spesifik, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Pandemi Covid - 19 di Windujanten?

2. Bagaimana Pendapatan Petani selama Pandemi Covid - 19?

3. Bagaimana Perilaku Petani selama Pandemi Covid - 19 di Windujanten? Tujuan

Berdasarkan ruang lingkup permasalahan sebagaimana dirumuskan di atas kajian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris mengenai gambaran Pandami Covid - 19 di Desa Windujanten, Pendapatan dan Perilaku Petani Desa Windujanten selama Pandemi Covid - 19.

Sasaran

1. Tersedianya gambaran Pandemi Covid - 19, pendapatan dan perilaku petani selama pandemi Covid - 19.

2. Tersedianya rekomendasi untuk penanggulangan pandemi khususnya para petani

METODOLOGI

Adapun bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan kualitatif deskripstif. Penelitian ini sering berupa studi kasus atau multi kasus. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan. Partisipan ini adalah orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta memberikan data, pendapat, pemikiran, dan persepsinya.

Obyek penelitian dalam penelitian kualitatif, menurut Spradley, dinamakan situasi sosial yang terdiri dari tiga komponen,

(10)

3 yaitu : place (tempat), actor (pelaku), dan activities (aktivitas).1

Ade Heryana menyatakan bahwa pada dasarnya dalam penelitian kualitatif tidak mengenal istilah pengambilan sampel dan populasi karena penelitian ini tidak bertujuan untuk melakukan generalisasi terhadap populasi. Hasil dari penelitian kualitatif adalah mendapatkan informasi yang mendalam dari masalah penelitian yang dipilih. Pada penelitian kualitatif lebih dikenal istilah “informan”, bukan populasi dan sampel2

Penelitian ini membutuhkan 13 subyek yang akan diteliti agar mampu menjawab pertanyaan penelitian yang disiapkan oleh peneliti dan tentunya yang terkait dengan fokus peneliti. Adapun subyek dalam penelitian ini yaitu para petani Warga Windujanten.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban dari informan. Apabila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu sehingga datanya sudah tidak jenuh. Aktivitas dalam menganalisis data kualitatif , seperti yang dikemukakan Miles & A.M.Huberman (1992:19), tiga tahapan yang harus dikerjakan, yaitu (1) reduksi data (data reduction); (2) paparan data (data display); dan (3) penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/verifying).3

1Sugiyono, 2013,Metode Penelitian Pendidikan

Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D, Alfabeta Bandung

2Ade Heryana, 2018, Informan Dan Pemilihan Informan Dalam Penelitian Kualitatif, Prodi Kesehatan Masyarakat – Universitas Esa Unggul, Jakarta

KAJIAN PUSTAKA 1. Pertanian

Pertanian adalah kegiatan yang meliputi: a. Budi daya tanaman: padi, palawija, hortikultura (sayuran, buah-buahan, tanaman hias, dan tanaman obat),perkebunan,kehutanan (antara lain kayu-kayuan). b. Pemeliharaan ternak/unggas. c. Budi daya dan penangkapan ikan. d. Perburuan, penangkapan atau penangkaran satwa liar, pemungutan hasil hutan. e. Jasa pertanian.

Pertanian dalam arti luas adalah penerapan karya manusia kepada alam dalam budi daya tumbuhan dan binatang dan penangkapan/perburuan, sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar kepada manusia. a. Pertanian ekstraktif adalah pertanian yang pengusahaannya dengan mengambil hasil dari alam dan tanah tanpa usaha menyuburkan kembali tanah dan sebagainya untuk keperluan pengambilan pada kemudian hari. b. Pertanian generatif adalah pertanian yang memerlukan usaha pembibitan, pengolahan, pemeliharaan, dan sebagainya (pada tanaman dan hewan). c. Pertanian ladang/huma adalah corak usaha tani primitif dengan menebang pohon-pohonan untuk dibakar sehingga tanah dapat ditanami. d. Pertanian kering adalah pertanian tanpa irigasi di daerah yang curah hujannya terbatas. e. Pertanian komersial adalah pertanian yang bertujuan memenuhi keperluan perdagangan. f. Pertanian menetap adalah pertanian yang diusahakan secara menetap dengan menggarap bidang tanah yang sama dari tahun ke tahun. g. Pertanian monokultur adalah usaha pertanian untuk satu jenis tanaman pada sebidang lahan

3 Miles, M.B & A.M.Huberman, 1992. Analisa Data

Kualitatif: (Penerjemah Tjetjep Rohendi R). Jakarta: Universitas Indonesia Press.

(11)

4 Petani adalah orang yang melakukan kegiatan usaha pertanian atas resiko sendiri dengan tujuan untuk dijual, baik sebagai petani pemilik maupun petani penggarap (sewa/kontrak/bagi hasil). Orang yang bekerja pada usaha pertanian yang dimiliki orang lain dengan mengharapkan upah (buruh tani) bukan termasuk petani.(BPS,2012,hal 24)4

2. Pandemi Covid - 19

Wabah global yang menjangkit penyakitnmenular pada banyak orang dalam daerah geografis. Pandemi Koronavirus 2019–2020 atau dikenal sebagai pandemi COVID-19 adalah peristiwa menyebarnya penyakit korona virus 2019 (bahasa Inggris: coronavirus disease 2019, disingkat COVID-19) di seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan oleh korona virus jenis baru yang diberi nama SARS-CoV-2 Wabah COVID-19 pertama kali dideteksi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada bulan Desember 2019, dan ditetapkan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada 11 Maret 2020. Hingga 23 April 2020, lebih dari 2.000.000 kasus COVID-19 telah dilaporkan di lebih dari 210 negara dan wilayah, mengakibatkan lebih dari 195.755 orang meninggal dunia dan lebih dari 781.109 orang sembuh

Virus SARS-CoV-2 diduga menyebar di antara orang-orang terutama melalui percikan pernapasan (droplet) yang dihasilkan selama batuk. Percikan ini juga dapat dihasilkan dari bersin dan pernapasan normal. Selain itu, virus dapat menyebar akibat menyentuh permukaan benda yang terkontaminasi dan kemudian menyentuh wajah seseorang. Penyakit COVID-19 paling menular saat orang yang menderitanya memiliki gejala, meskipun penyebaran mungkin saja terjadi sebelum gejala muncul. Periode waktu antara paparan virus dan munculnya gejala biasanya sekitar lima hari, tetapi dapat berkisar dari dua hingga

4 BPS,2012

empat belas hari. Gejala umum di antaranya demam, batuk, dan sesak napas. Komplikasi dapat berupa pneumonia dan penyakit pernapasan akut berat. Tidak ada vaksin atau pengobatan antivirus khusus untuk penyakit ini.

Pengobatan primer yang diberikan berupa terapi simtomatik dan suportif. Langkah-langkah pencegahan yang direkomendasikan di antaranya mencuci tangan, menutup mulut saat batuk, menjaga jarak dari orang lain, serta pemantauan dan isolasi diri untuk orang yang mencurigai bahwa mereka terinfeksi

Upaya untuk mencegah penyebaran virus termasuk pembatasan perjalanan, karantina, pemberlakuan jam malam, penundaan dan pembatalan acara, serta penutupan fasilitas. Upaya ini termasuk karantina Hubei, karantina nasional di Italia dan di tempat lain di Eropa, serta pemberlakuan jam malam di Tiongkok dan Korea Selatan. Berbagai penutupan perbatasan negara atau pembatasan penumpang yang masuk, penapisan di bandara dan stasiun kereta, serta informasi perjalanan mengenai daerah dengan transmisi lokal. Sekolah dan universitas telah ditutup baik secara nasional atau lokal di lebih dari 124 negara dan memengaruhi lebih dari 1,2 miliar siswa.

Pandemi ini telah menyebabkan gangguan sosio-ekonomi global, penundaan atau pembatalan acara olahraga dan budaya, dan kekhawatiran luas tentang kekurangan persediaan barang yang mendorong pembelian panik. Misinformasi dan teori konspirasi tentang virus telah menyebar secara daring, dan telah terjadi insiden xenophobia dan rasisme terhadap orang Tiongkok dan orang-orang Asia Timur atau Asia Tenggara lainnya.5

3. Pendapatan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia pendapatan adalah hasil kerja (usaha atau

(12)

5 sebagainya). Sedangkan pendapatan dalam kamus manajemen adalah uang yang diterima oleh perorangan, perusahaan dan organisasi lain dalam bentuk upah, gaji, sewa, bunga, komisi, ongkos dan laba.6

Pendapatan seseorang juga dapat didefinisikan sebagai banyaknya penerimaan yang dinilai dengan satuan mata uang yang dapat dihasilkan seseorang atau suatu bangsa dalam periode tertentu. Reksoprayitno mendefinisikan: “Pendapatan dapat diartikan sebagai total penerimaan yang diperoleh pada periode tertentu”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah sebagai jumlah penghasilan yang diterima oleh para anggota masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atau faktor-faktor produksi yang telah disumbangkan.7

4. Perilaku

Menurut Skinner sebagaimana dikutip oleh Soekidjo Notoatmojo (2010: 21) perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap rangsangan dari luar (stimulus). Perilaku dapat dikelompokkan menjadi dua:

1. Perilaku tertutup (covert behaviour), perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum bisa diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservabel behavior´atau “covert behavior” apabila respons tersebut terjadi dalam diri sendiri, dan sulit diamati dari luar (orang lain) yang disebut dengan pengetahuan (knowledge) dan sikap (attitude). 2. Perilaku Terbuka (Overt behaviour),

apabila respons tersebut dalam bentuk tindakan yang dapat diamati dari luar (orang lain) yang disebut praktek

6 Kamus Besar Bahasa Indonesia

7 Reksoprayitno, Sistem Ekonomi dan Demokrasi

Ekonomi, (Jakarta: Bina Grafika, 2004))

(practice) yang diamati orang lain dati luar atau “observabel behavior”. Sedangkan menurut Soekidjo Notoatmojo (1997: 118) perilaku adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Dan pendapat diatas disimpulkan bahwa perilaku (aktivitas) yang ada pada individu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi akibat dari adanya rangsang yang mengenai individu tersebut.8

PEMBAHASAN

1. Gambaran Desa Windujanten Desa Windujanten terletak di Daerah Kawasan Kuningan, dengan luas Wilayah 149.837 Hektar yang terdiri dari 4 Rukun Warga (RW) dan 16 Rukun Tetangga (RT) yang merupakan salah satu Desa yang berada di wilayah Kecamatan Kadugede Kabupaten Kuningan. Secara Visualisasi, wilayah administratif dapat dilihat dalam Peta Wilayah Desa Windujanten sebagai berikut ; Desa Windujanten merupakan desa yang berada di daerah dataran tinggi. Sebagian besar wilayah Desa Windujanten adalah dataran yang tinggi, dimana hampir semua desa-desa yang berada di Kecamatan Kadugede merupakan dataran yang tinggi dan rata. Di sebelah timur dibatasi oleh Desa Cibinuang, dan disebelah selatan berbatasan dengan Desa Cipondok, sementara di sebelah barat dibatasi Desa Cipondok dan sebelah Utaranya dibatasi Kelurahan Cigadung.

Gambar 1

8 Soekidjo Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian

(13)

6 Penduduk Desa Windujanten berdasarkan data terakhir hasil Sensus Penduduk Tahun 2018 tercatat sebanyak 3008 jiwa terdiri dari Laki-laki 1.477 dan Perempuan 1.531. dengan jumlah Kepala Keluarga 918 Kepala Keluarga. Dimana yang bermata pencaharian sebagai petani penggarap berjumlah 183 orang.

Gambar 2

2. Gambaran Pandemi Covid - 19 Desa Windujanten

Menurut Aplikasi Lindungi Peduli dari Kementrian Komunikasi dan Informasi RI, Desa Windujanten termasuk kawasan zona Kuning. Selama Pandemi tidak ada yang terpapar Covid - 19. Selama masa Pandemi Covid - 19, masyarakat berpartisipasi membuat portal untuk masuk jalan desa dan gang. Masyarakat bergantian piket malam. Kegiatan piket berhenti setelah selesai pencabutan PSBB. Sedangkan untuk membantu masyarakat yang kurang Khoiroot membagikan sembakau sebayak 3 kali sampai Juni 2020. Aktivitas sosial masyarakat seperti sholat fardu dan Taraweh dilaksanakan di Mushola dan Masjid dengan mengikuti protokol kesehatan. Khusus kegiatan sholat Jum’at, yang tadinya terpusat di Masjid Jami Desa Masjid Istiqomah

Masyarakat adanya

Covid - 19, dari informasi TV dan media informasi lainnya. Hamid, “Saya mengetahui covid dan penyebarannya dari

TV” . Namun disayangkan dalam penayangan informasi tersebut ada yang kontraproduktif sehingga jadi masalah. Kusrata. “membosankan info covid dan sepertinya menakuti-nakuti masyarakat saja. Apalagi ada penayangan para medis yang pake baju ODP, ditolaknya mayat oleh

warga dan jumlah yang meninggal

bertambah. Informsi yang tidak mendidik” Ditambahkan oleh Kusrata, “Selama ini

temen-temen petani khususnya di

Windujanten tidak ada yang terpapar Covid - 19. Mereka bekerja seperti biasa di sawah dan di kebun. Andaipun pernah dengar ada yang terpapar Covid - 19 sampai meninggal di daerah Kuningan Selatan, bukan karena Covid - 19 semata. Namun sebelumnya punya penyakit kronis.Insha Alloh para petani sehat”.

3. Pendapatan Petani Selama Pandemi Covid - 19

Pandangan pendapatan petani selama Covid - 19 berbeda tergantung jenis pertanian yang digarapnya. Kalau menurut petani yang menanam padi, “ Pendapatan berkurang sekarang berkurang bukan karena adanya Covid - 19. Tapi karena faktor musim hujan. Sehingga tidak seperti biasanya.” Dikuatkan oleh pendapat Kusrata, “ Menurut saya panen padi berkurang karena musim, tidak terpengaruh oleh pandemi Covid - 19”. Menurutnya andaipun hasil panen gabah sekarang turun bukan karena pandemi Covid - 19, tapi faktor musim hujan. Dimana faktor cuaca ini telah membuat proses pembuahan menjadi tidak sempurna sehingga menghasilkan bulir padi yang “hapa” (bulir padi tidak ada isi). Kualitas gabah menurun, berdampak petani mengalami kerugian.

Pandemi Covid - 19 tidak berpengaruh pada petani yang memiliki domba dan itik. Karena menurutnya kambing masih banyak diminati oleh masyarakat yang mau melaksanakan aqiqah atau syukuran lainnya. Sedangkan kalau menurut pemilik itik, harga telur tetap tidak berubah, apalagi konsumen berdatangan sendiri ke rumah untuk membeli telur itik.

beruntung, khususnya Mushola Fastabiqul

dilakukan di mushola setiap kampung. mengetahui

(14)

7 Lain halnya dengan petani palawija, dirasakan sekali pengaruh kebijakan Covid - 19. Dimana menurut Indri,:” Pendapatan menurun hampir 50%. Karena harga sayur

turun. Karena berkurangnya pembeli.

dimana pasar lesu, rumah makan tutup dan acara hajatan tidak ada. PSPB menjadi susah untuk penjualan. Maka dari pada sayur mayur rusak, maka dirinya membuka reseler sayur mayur, beberapa titik.” Sekalipun harga yang ditawarkan pembeli murah, dirinya terpaksa menjual karena butuh untuk hidup sehari-sehari dan modal untuk menanam sayur berikutnya.

Pendapatan yang berkurang,bukan berarti tidak bisa makan. Turunnya bantuan stimulan dari pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten dan Pemerintah Desa telah membatu masyarakat dalam kehidupannya. Sehingga tidak terlalu resah dan tidak takut dengan permasalah sembakau lagi. Sehingga Totoh, ”Syukur ada Corona kami para petani dapat bantuan”. Ucapansyukur dikuatkan pula oleh Kusrata, “Syukur ada bantuan. Tanda kanyaah pamarentah ka rakyatna. ( tanda sayang pemerintah terhadap rakyat ).Namun bagi saya, kalau ada yang lebih

membutuhkan bantuan dari saya.

persilahkan petugas untuk memberikan kepada yang lebih membutuhkan.”

Walaupun pihak pemerintah sudah berupaya semaksimal mungkin memberi bantuan, dilapangan masih tetap ada kendala. Yang seharusnya berhak memperoleh bantuan dikarenakan persyaratan administrasi tidak lengkap, dirinya tidak memperoleh bantuan pihak pemerintah. Uti,”Saya belum mendapat batuan pemerintah karena kartu keluarganya masih bersatu dengan Kartu Keluarga anak. pada saat anak mendapat, saya tidak dapat. Maka saya sekarang memisahkan diri, membuat kartu keuarga tersendiri.Semoga

ke depan mendapat bantuan dari

pemerintah. Namun, alhamdulillah dari masjid kami mendapat paket sembako.”

Gambar 3

4. Perilaku Petani Selama Covid - 19 a. Protokol kesehatan

Pemerintah telah mengeluarkan sejumlah instruksi dan anjuran kepada masyarakat dalam upaya memutus rantai penyebaran virus Covid-19. Melalui Kementerian Pertanian, pemerintah pun menyiapkan protokol bagi para petani sehingga mereka tetap aman berproduksi.Namun apakah efektif protokol dimaksud untuk para petani.

Berkaitan dengan cuci tangan Kusrata : “Tak perlu diajari lagi. Karena sebelum corona cuci tangan sudah menjadi kebiasaan. Sebelum makan suci tangan dan jika tangan kotor cuci tangan. Berjemur sudah kebiasaan. Kami mandi sebelum subuh , duhur dan ashar bahkan kadang mandi lagi setelah pulang dari sawah”

Berkaitan Masker selama dipantau dilapangan tidak ada satupun di sawah para petani memakai masker selama mencangkul, tandur ataupun yang lagi istirahat setelah kerja. Dari mereka berangkat ke sawah tidak ada memakai masker. Para petani memakai masker apabila mau menyemprot tanaman. “Seharian kerja memakai masker itu menyiksa diri. Kami hidup di alam yang udaranya bersih.” Andaipun memakai maker kalau lagi menyemprot dengan peptisisda. karena dirinya tahu persis peptisida adalah racun.

Begitupun berkaitan dengan menjaga Jarak sosial. Selama dilapangan dalam pekerjaan mereka berjauhan masing-masing satu petak. Kalau di tempat kerja jelas, para petani berjauhan. Dalam berinterakasi

(15)

8 selama di sawah diantara mereka sangat akrab, sehingga apabila mereka bertemu jarang terlihat terjadi diantara mereka Mereka bersalaman bila dalam kehidupan bermasyarakat, “Bersalaman. Kita hanya bersilaturahmi, mengurangi dosa. andaipun yang diajak salaman tidak mau, tidak mengapa. Karena saya sadar nanti gara-gara setelah salaman, nanti ia sakit maka saya jadi terdakwa penyebar Covid - 19. kecuali kepada yang orang asing atau pendatang dari kota. Saya juga hati-hati tidak bersalaman”

Ahli Antropologi dari Fisip Universitas Padjajaran (Unpad), Erna Herawati menyampaikan terjadi perubahan perilaku masyarakat akibat pandemi Covid-19. Perubahan perilaku paling kentara kata dia terlihat dari banyaknya masyarakat yang mengikuti anjuran pemerintah menerapkan protokol kesehatan seperti menggunakan masker, rajin mencuci tangan, menjaga jarak dan protokol kesehatan lainnya. "Paling kelihatan

perubahan besar adalah kebiasaan

memakai masker. Dulu di jalanan, kita jarang melihat orang memakai masker, sekarang hampir semua memakai masker," (12 Juni 2020, On Air di Radio PRFM 107.5 News Channel,) Pendapat ahli ini tidak berlaku untuk para petani yang sedang melakukan kerja di sawah dan di kebun. b. Berpartisipasi mencegah penyebaran

Covid - 19

Peran masyarakat sangat penting untuk mencegah penularan, sehingga mulai di tiap RT/RW dan jalan desa terdapat pos ronda, dengan RT mengeluarkan jadwal piket portal, dimana setiap malam mengutus 6 orang perwakilan untuk memantau pintu masuk dan keluar permukiman. Setiap malam perwakilan bertugas mulai jam 21.00 sampai jam 24.00 malam bergilir. Dengan disetiap pos jaga tersedia termometer badan dan menyiapkan cairan disinfektan.

Inisiatif warga proteksi dari Covid-19 untuk Lockdown’ kampong. Dengan adanya

penutupan akses jalan keluar masuk, diharapkan warga lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, dan tamu kampung untuk masuk menjadi tertib. Para petani juga ikut berpartisipasi ikut piket mengikuti piket ronda di portal. Tapi kalau piket pake masker tidak seperti di sawah” c. Menjual Beras lebih banyak

Turun hujan merupakan anugrah, karena tidak perlu bersusah payah untuk meyiram tanaman dan para petani tidak perlu mengairi sawah. Namun suatu kekhawatiran musim hujan berbarengan dengan padi menguning, yang beberapa waktu lagi melakukan panen. Karena hujan akan berdampak hasil panen yang kurang menggembirakan, dimana padi akan terendam dan basah.Sehingga hasil panen rusak atau lapuk. Yang akhirnya harga jual gabah akan turun.

Kekhawatiran ternyata terbukti. Dimana pada musim panen mei tahun ini, bagi para petani Windujanten mendapat masalah. Panen dilakukan namun hasilnya kurang menggembirakan. Gabah bayak yang hampa pendapatan gabah kering. Dari rata-rata 1 kwintal, biasanya menjadi lebih dari 60 kg beras (=rendemen) sekarang menjadi berkurang. Sehingga kalau yang hampa juga dimasukan ke karung sekalian digiling karena membutuhkan ‘huut lembut’ (dedak) untuk pakan ayam, rendemennya berasnya sampai kurang 50 kg dari 1 kwintal.

Kondisi kerugian petani dikuatkan secara resmi oleh laporan Kepala BPS Suhariyanto, (4/5/2020) dari nilai tukar petani (NTP) dan harga gabah bahwa, ”NTP mengalami penurunan yang cukup dalam.” Penurunan NTP disebabkan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) turun sebesar 1,64 %, sedangkan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) naik sebesar 0,10 %.

Penurunan harga beras di tingkat penggilingan juga sudah terlihat dari harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani turun 6,82% menjadi Rp 4.600 per kg dan GKP di tingkat penggilingan naik 6,73% bersalaman. Mereka hanya bertegur semata.

di pos dan jaga portal, Kusrata “Saya juga

(16)

9 menjadi Rp 4.692 per kg. Lalu penurunan juga terjadi pada gabah kering giling (GKG) di tingkat petani sebesar 1,64% menjadi Rp 5.671 per kg dan di tingkat penggilingan turun 1,35% menjadi Rp 5.808 per kg.

Semasa bulan Mei-Juni para petani melakukan penggilingan padi. Namun ada Perilaku yang tidak seperti biasanya. Dimana dikemukan Dodon (pemilik penggilingan padi). “Yang menjual beras setelah menggiling beras lebih banyak, dibanding kondisi normal.”. Sepertinya para petani banyak memiliki cadangan simpanan berasnya dari panen sebelumnya walaupun panen gagal pada musim sekarang. Ternyata setelah ditanyakan langsung kepada para petani. karena merasa diuntungkan Mereka banyak yang menjawab lucu–nyeleneh-sambil tersenyum, “Untung ada pandemi Covid - 19, sehingga kami semua mendapat bantuan pemerintah. Tidak sekedar orang miskin. Mungkin ini yang disebut musibah

membawa berkah..”. Dimana untuk

konsumsi sehari-hari terpenuhi dengan bantuan sembakau dari pemerintah yang diberikan tiap bulan. Sedangkan khususnya yang miskin disamping mendapat bantuan dari pemerintah, juga mendapat santunan bantuan sembakau kegiatan sosial baik dari masyarakat sekitar dan masjid.

Sehingga pihak pabrik kesulitan menjual beras, kalau dijual ke pasar murah sedangkan masyarakat tidak membelinya. Menurut pemilik pabrik beras bahwa sekarang hanya 2 kwintal saja setiap harinya, itu pun upah giling dibagi 2 (dua) dengan karyawan, sehingga pendapatan hanya berkisar kurang Rp. 40.000,- per hari. d. Percaya diri

Direktur Eksekutif Voxpopuli Research Center Dika Moehamad Survei Voxpopuli dilakukan tanggal 26 Mei hingga 1 Juni 2020 , dalam salah satu kesimpulannya bahwa “Ada 25,3 persen

masyarakat memang masih

mengkhawatirkan tertular Covid-19.”

Kehawatiran ini membuat banyak orang yang tidak maksimal aktivitas

keseharianya. Karena banyak aturan yang membatasinya.

Disamping itu ada lagi yang menyatakan bahwa takut akan membuat imun diri menjadi lemah dan tidak berkembang. saja melakukan aktivitas seperti biasa. Pagi-pagi berangkat ke sawah bawa cangkul dan sore hari pulang. Setelah ditanyakan kepada salah seorang informan, menyatakan: Karna, ”Tong sadenge-dengena nu penting mah

sarehat terus bisa digarawe.”(Jangan

sembarangan mendengar yang penting sehat terus bisa bekerja). Karena menurutnya informasi yang beredar terlalu menakuti-nakuti. Kusrata : “Ketakutan masyarakat karena tidak tahu penyebaran virus yang sebanarnya dan perlakuan para medis terhadap pasien. Tapi setelah tahu ada obatnya kayu putih. Tak perlu khawatir. Saya anggap seperti penyakit biasa saja.” Tak perlu takut yang penting sehat dan punya daya imun yang baik, tidak akan terpapar Covid - 19. Selanjutnya Deden mengajak masyarakat yang ingin menjaga kesehatan, ”Coba seringlah main ke sawah dan kebun, insha Allah badan akan segar, sehat dan makan enak.”

Sikap prilaku Karna dan Kusrata sesuai konsep Kepercayaan diri, bahwa menurut Anthony ( 1992 ) yaitu sikap pada diri seseorang yang dapat/bisa menerima kenyataan, mengembangkan kesadaran diri, berfikir positif, memiliki kemandirian dan mempunyai kemampuan untuk memiliki segala sesuatu yang di inginkan.

KESIMPULAN

 Windujanten termasuk daerah zona kuning (Aplikasi PeduliLindungi, Kominfo) sehingga masyarakat melakukan aktivitas sosial seperti biasa.

 Para petani banyak mengetahui pandemi Covid - 19 dari media sosial, tapi dikeluhkan informasi yang diperoleh cenderung menakuti masyarakat.

 Petani penanam sayur palawija kena dampak Covid - 19, sedangkan untuk Namun ternyata para petani di lapangan tetap

(17)

10 petani penanam padi tidak kena dampak. Berkurangnya pendapatan petani padi dikarenakan musim hujan.

 Pandemi Covid - 19 tidak mempengaruhi perilaku kerja petani sehingga dalam bertani tidak mengikuti protokol kesehatan.Namun jika petani sedang mengikuti aktivitas kemasyarakatan maka aturan protokol kesehatan diikutinya.

 Bansos Covid - 19 dari pemerintah mempengaruhi prilaku para petani. Tidak seperti musim panen sebelumnya, pada musim panen sekarang banyak petani setelah menggiling padi menjual beras ke penggilingan

 Pola hidup sehat petani membuat dirinya percaya diri untuk tetap beraktivitas dan menjaga kesehatannya

REKOMENDASI

 Penyediaan koperasi sayur dan pelatihan penjualan sayur via online untuk para petani.

 Masyarakat mengikuti pola hidup sehat dan percaya diri para petani, diantaranya orang yang aktivitas di gedung perkantoran dianjurkan agar sering olah raga jalan pagi ke pesawahan.

 Meningkatkan kualitas dan kuantitas Jalan Usaha Tani (JUT) sehingga disamping sebagai menguatkan ekonomi petani juga sebagai tempat alternatif “destinasi wisata” perdesaan.

 Penambahan zonasi hijau Covid - 19 per desa di Kabupaten Kuningan

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penelitian ini, terutama kepada rekan-rekan Kelompok Jabatan Fungsional Keahlian Perencana Kabupaten Kuningan DAFTAR PUSTAKA

Ade Heryana, 2018, Informan Dan Pemilihan Informan Dalam Penelitian

Kualitatif, Prodi Kesehatan Masyarakat – Universitas Esa Unggul, Jakarta Anthony, R. 1992. Rahasia Membangun

Kepercayaan Diri. (terjemahan Rita. Wiryadi). Jakarta: Binarupa Aksara. Aplikasi PeduliLindungi, Kominfo

Dika Moehamad, Survei Voxpopuli, dilakukan tanggal 26 Mei hingga 1 Juni 2020

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Miles, M.B & A.M.Huberman, 1992. Analisa Data Kualitatif: (Penerjemah Tjetjep Rohendi R). Jakarta: Universitas Indonesia Press

Reksoprayitno, Sistem Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi, (Jakarta: Bina Grafika, 2004),

Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitif, Kualitatif, dan R&D, Alfabeta, Bandung Soekidjo Notoatmodjo. 1997. Pendidikan

dan Perilaku Kesehatan dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Soekidjo Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Suhariyanto, BPS, Melihat Tingkat Daya Beli Petani di Tengah Pandemi Covid-19, https://money.kompas.com/ read/2020/ Wikapedia

Informan yang diwawancarai : 1. Indri 2. Kusrata 3. Totoh 4. Karna 5. Uti 6. Tini 7. Maman 8. Deden 9. Suud 10. Elon. 11. Oman 12. Dodon 13. Hamid Drs. H. Eka Komara, M.Pd.

Bappeda Kabupaten Kuningan Perencana Ahli Madya Sosial (Bidang Kesejahteraan Sosial)

(18)

11

STUDI KASUS :

ANTISIPASI

PENANGANAN

DAMPAK

WABAH

COVID-19

SEKTOR PANGAN DI KABUPATEN KUNINGAN

Haeruman

Perencana Ahli Madya Keahlian Ekonomi

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Kuningan

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Kuningan

INTISARI

Hampir seluruh daerah berusaha untuk memenuhi kebutuhan pangan domestiknya sendiri sejak wabah COVID-19 mulai menyebar. Produksi lokal menjadi tumpuan utama bagi setiap daerah. Pemerintah sendiri telah berusaha untuk menjamin ketersediaan, stabilitas, dan serapan bahan pangan pokok, dengan cara memastikan stok bahan pangan tersedia hingga 3-4 bulan ke depan serta memastikan kelancaran sistem logistik pangan. Dengan adanya penyebaran Wabah Covid-19 yang semakin meluas beberapa kalangan merasa khawatir terhadap rawan pangan. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui antisipasi penanganan dampak penyebaran Covid-19 sektor pangan di Kabupaten Kuningan Jenis penelitian dilakukan adalah Deskriptif kualitatif dengan analisa data sekunder. Data-data yang disajikan meliputi data penerima bantuan pangan, data lahan non sawah yang bisa dimanfaatkan untuk menunjang penyediaan pangan dalam mengantisipasi dampak Covid-19, data sentra produksi tanaman pangan sebagai cadangan pangan non beras dan data target dan realisai produksi pangan untuk memastikan ketersediaan pangan di Kabupaten Kuningan. Setiap daerah mempunyai kebijakan tersendiri untuk menangani dampak dari adanya penyebaran wabah ini. Semua kebijakan pusat belum tentu bisa diterapkan di seluruh daerah. Di Kabupaten Kuningan melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian melakukan terobosan baru dengan cara melakukan upaya baik pada saat terjadinya pandemi maupun pasca pandemi. Pada saat pandemi memberikan bantuan langsung ke masyarakat yang paling terdampak Covid-19 melalui Bantuan Sosial Pangan ke daerah rawan pangan melalui Jaring Pengaman Pangan (JPP). Untuk mengantisipasi rawan pangan masih ada peluang meningkatkan produksi pangan melalui pemanfaatan lahan-lahan tidur, lahan hutan dan tadah hujan.

Kata Kunci : Antisipasi Dampak Wabah Covid-19, Bansos Pangan, Peningkatan produksi pangan,

ABSTRACT

Almost all regions have been trying to meet their own domestic food needs since the COVID-19 outbreak began to spread. Local production is the main foundation for each region. The government itself has made efforts to ensure the availability, stability and absorption of staple food, by ensuring food stocks are available for the next 3-4 months and ensuring the smooth running of the food logistics system. With the spread of the Covid-19 epidemic that is increasingly widespread, some people are worried about food insecurity. The aim to be achieved in this research is to know the anticipation of conducting the impact of the spread of Covid-19 in the food sector in Kuningan Regency. The type of research conducted is descriptive qualitative with secondary data analysis. The data presented includes data on food aid recipients, data on non-rice fields that can be used to support food supply in anticipation of the impact of Covid-19, data on food crop production centers as non-rice food reserves and data on targets and realization of food production to ensure food availability. in Kuningan

(19)

12

Regency. Each region has its own policy to deal with the impact of this outbreak. All central policies are not necessarily applicable to all regions. In Kuningan Regency The Food and Agriculture Security Service made new breakthroughs by making efforts both during the pandemic and post-pandemic. During the pandemic, it provided direct assistance to the people most affected by Covid-19 through Food Social Assistance to food insecure areas through Food Safety Nets (JPP). To anticipate food insecurity, there are still opportunities to increase food production through the use of idle lands, forest lands and rainfed lands.

Keywords: Anticipating the Impact of the Covid-19 Outbreak, Food Social Assistance, Increasing food production

PENDAHULUAN Latar Belakang

Ketahanan pangan merupakan topik yang akhir-akhir ini ramai diperbincangkan oleh banyak pihak sebagai konsekuensi dari dampak penyebaran COVID-19 yang semakin meluas. Setelah masalah kesehatan dan daya beli masyarakat, pasokan pangan menjadi isu sentral lainnya yang perlu penanganan sesegera mungkin. Pangan harus menjadi perhatian karena urusan ini merupakan kebutuhan paling dasar, selain sandang, dan papan. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling esensial untuk mempertahankan hidup dan kehidupan. Oleh karena itu kebutuhan manusia terhadap pangan menjadi prioritas utama yang pemenuhannya tidak dapat ditunda.

Hampir seluruh daerah berusaha untuk memenuhi kebutuhan pangan domestiknya sendiri semenjak wabah COVID-19 mulai menyebar. Produksi lokal menjadi tumpuan utama bagi setiap daerah. Pemerintah sendiri telah berusaha untuk menjamin ketersediaan, stabilitas, dan serapan bahan pangan pokok, dengan cara memastikan stok bahan pangan tersedia hingga 3-4 bulan ke depan serta memastikan kelancaran sistem logistik pangan nasional. Optimasi bahan pangan.

Tidak ada satu daerahpun yang siap secara menyeluruh menghadapi wabah tersebut, yang diusahakannya adalah dengan cepat dan tepat mengambil kebijakan untuk memperkecil kerugian dari sisi kehilangan

nyawa penduduk maupun dari sisi keterpurukan ekonomi. Selain isu kesehatan, pangan menjadi salah satu persoalan utama. Tidak hanya ketika wabah Covid-19 , tetapi juga penting diantisipasi adalah kelangsungan perekonomian suatu wilayah/ daerah setelah pandemi itu berakhir.

Untuk mencegah semakin meluasnya wabah, sejumlah daerah menerapkan karantina wilayah. Opsi ini mengharuskan ketersediaan pangan dalam jumlah besar di setiap wilayah, memastikan agar stok pangan tercukupi. Produksi lokal menjadi tumpuan utama bagi setiap daerah saat ini. Fasilitas produksi, seperti mesin dan peralatan pertanian, subsidi pupuk dan benih, serta fasilitas pendukung produksi lainnya, perlu menjadi prioritas bagi peningkatan produksi. Hal ini urgent untuk direalisasikan mengingat 93 persen mayoritas petani di Indonesia (FAO, 2018) adalah petani kecil (smallholder farmers). Rumusan Masalah

Dengan adanya penyebaran Wabah Covid-19 yang semakin meluas membuat beberapa kalangan khawatir terhadap adanya ancaman rawan pangan. Berdasarkan hal tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Strategi apa yang dilakukan dalam penanganan/pemulihan dampak wabah Covid-19 di Sektor Pangan dan Pertanian di Kabupaten Kuningan. 2. Bagaimana antisipasi menghadapi

(20)

13 Tujuan dan Sasaran

Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui antisipasi penanganan dampak penyebaran Covid-19 sektor pangan di Kabupaten Kuningan.

Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Tersalurkannya bantuan pangan kepada kelompok masyarakat yang yang terdampak langsung akibat adanya penyebaran Covid-19 di Kabupaten Kuningan.

2. Tersedianya data lahan non sawah yang bisa dimanfaatkan untuk menunjang penyediaan pangan dalam mengantisipasi dampak Covid-19 di Kabupaten Kuningan.

3. Tersedianya data sentra produksi tanaman pangan sebagai cadangan pangan non beras

4. Tersedianya data target dan realisasi produksi pangan sebagai antisipasi krisis pangan di Kabupaten Kuningan.

METODOLOGI

Jenis Penelitian adalah Deskriptif Kualitatif dengan analisa data sekunder. Data dalam bentuk angka yang terukur diolah. Pendataan dilakukan di Kabupaten Kuningan dengan melibatkan seluruh stake holder di Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian. Data yang disajikan adalah : 1. Data Penerima bantuan pangan untuk

kelompok masyarakat yang paling terpengaruh Dampak Wabah Covid-1 sektor pangan dan pertanian di Kabupaten Kuningan.

2. Data lahan non sawah yang bisa dimanfaatkan untuk menunjang penyediaan pangan dalam mengantisipasi dampak Covid-19 di Kabupaten Kuningan.

3. Data sentra produksi tanaman pangan sebagai cadangan pangan non beras di Kabupaten Kuningan

4. Data target dan realisasi produksi pangan sebagai antisipasi krisis pangan di Kabupaten Kuningan.

KAJIAN PUSTAKA

Menurut Istilah Epidemiologi, wabah adalah terjadinya suatu penyakit dalam masyarakat, di mana jumlah orang terjangkit lebih banyak daripada biasanya, pada komunitas tertentu atau di musim-musim tertentu. Wabah ini bisa terjadi secara terus menerus, mulai hitungan hari hingga tahun. Tidak hanya di satu wilayah, tetapi bisa juga meluas ke daerah atau negara lain.Menurut dr. Allert Benedicto Ieuan Noya Pandemi adalah wabah penyakit yang terjadi secara luas di seluruh dunia. Dengan kata lain, penyakit ini sudah menjadi masalah bersama warga dunia. Contoh pandemi adalah HIV/AID.

"Pembatasan Sosial Berskala Besar PSBB yaitu pembatasan kegiatan penduduk, (dalam wilayah) yang diduga ada infeksi Covid-19 untuk cegah kemungkinan penyebaran. Masyarakat masih dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari tapi kegiatan tertentu dibatasi," ucap Sekjen Kemenkes Oscar Primadi dalam konferensi pers melalui akun YouTube BNPB, Minggu, 5 April 2020. Dengan adanya PSPB, Ketahanan pangan menjadi hal utama

yang urgen untuk dijaga sehingga

masyarakat tetap dapat memperoleh dan mengakses pangan dengan mudah.

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang

diperuntukkan sebagai makanan dan

minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam

proses penyiapan, pengolahan atau

pembuatan makanan dan minuman.

Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996 menyatakan kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Sementara

(21)

14 USAID (1992) menyatakan kondisi ketika semua orang pada setiap saat mempunyai akses secara fisik dan ekonomi untuk memperoleh kebutuhan konsumsinya untuk hidup sehat dan produktif. Sedangkan FAO (1997) menyatakan situasi dimana semua rumah tangga mempunyai akses baik fisik maupun ekonomi untuk memperoleh pangan bagi seluruh anggota keluarganya, dimana rumah tangga tidak beresiko mengalami kehilangan kedua akses tersebut. FIVIMS (2005) menyatakan kondisi ketika semua orang pada segala waktu secara fisik, social dan ekonomi memiliki akses pada pangan yang cukup, aman dan bergizi untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi dan sesuai dengan seleranya (food preferences) demi kehidupan yang aktif dan sehat. Adapun Mercy Corps (2007) menyatakan keadaan ketika semua orang pada setiap saat mempunyai akses fisik, sosial, dan ekonomi terhadap terhadap kecukupan pangan, aman dan bergizi untuk kebutuhan gizi sesuai dengan seleranya untuk hidup produktif dan sehat

Berdasarkan definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ketahanan pangan memiliki lima unsur yang harus dipenuhi: (i) Berorientasi pada rumah tangga dan individu; (ii) Dimensi waktu setiap saat pangan tersedia dan dapat diakses; (iii) Menekankan pada akses pangan rumah tangga dan individu, baik fisik, ekonomi dan sosial; (iv) Berorientasi pada pemenuhan gizi; dan (v) Ditujukan untuk hidup sehat dan produktif (Nuhfil Hanani AR, 2008).

“Kerawanan Pangan” (food insecurity) diartikan sebagai kurangnya akses untuk kebutuhan makanan yang memadai. Secara konseptual, terdapat dua jenis kerawanan pangan, yaitu kronis dan sementara (chronic and transitory food insecurity) (Irawan, 2001).

Kerawanan pangan kronik (Chronic Food Insecurity) merupakan situasi ketika

sekelompok penduduk mengalami

ketidakmampuan atas kebutuhan dasar gizi

(minimum dietary needs) secara terus menerus yang umumnya disebabkan oleh

ketidakmampuan untuk memperoleh

kebutuhan pokok makanan. PEMBAHASAN

Ditengah upaya masyarakat global, termasuk Indonesia berusaha keras mengatasi semakin mewabahnya Covid-19 ini, masalah pangan menjadi persoalan utama, ketersediaan pangan bagi semua warga harus terjamin aman. "Dari 267 juta penduduk Indonesia, tidak boleh satu orang pun yang kekurangan pangan," kata Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, dalam berbagai kesempatan.

Menyadari betapa pentingnya masalah pangan, Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Agung Hendriadi pun berpikir dan bekerja keras, bagaimana agar pangan bagi penduduk Indonesia harus terpenuhi. Berbagai terobosan terus saja dilakukan seperti memutus panjangnya mata rantai distribusi pangan melalui Pasar Mitra tani, Pekarangan Pangan Lestari (P2L), dan satu lagi yang menarik adalah Pengembangan Industri Pangan Lokal (PIPL). Ide Agung Hendriadi untuk mengembangkan Pangan Lokal sangat strategis, dan yang dikembangkan salah satunya adalah komoditas Sagu.

Menteri Pertanian juga menganjurkan kepada masyarakat agar ada upaya yang harus dilakukan masyarakat dengan terus pelihara solidaritas dan bangun lumbung pangan lokal. Kawal penggilingan beras di desa, segera jemur gabah untuk persiapan darurat beras, galakkan beli langsung dari petani dan komunitas petani untuk memperpendek rantai distribusi. Terus bertani secara ekologis [agroekologi] untuk menghasilkan pangan yang sehat

Pemerintah melakukan langkah antisipasi baik oleh pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten. Dalam jangka pendek ditingkat pusat/nasional ada beberapa kebijakan dalam yang harusnya dilakukan. Menurut Azwar Hadi Nasution, peneliti INAgri [Institut Agroekologi

(22)

15 Indonesia], ada 4 kebijakan yang harus dilakukan yaitu Pertama, hentikan pangan sebagai bisnis. Pangan adalah hak yang harus dijamin pemenuhannya. Kedua, gerakkan BULOG untuk siaga nasional penyangga pangan. Ketiga, penyiapan pangan untuk wilayah yang ditutup maksimal. Keempat, stabilitas harga pangan. Ada juga upaya jangka panjang yang harus dilakukan pemerintah. Menurut Azwar Hadi Nasution, Pertama, membuat visi baru pertanian Indonesia. Kedua, menghidupkan kembali lumbung pangan yang dikelola masyarakat dan desentralisasi penyediaan pangan nasional. Ketiga, bangun sistem pangan lokal yang terintegrasi dan segera siapkan skema pemotongan rantai pasok dan distribusi yang panjang. Keempat, laksanakan amanat UU No 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, UU No 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan untuk mewujudkan kawasan pertanian pangan agro ekologis.

Setiap daerah mempunyai kebijakan tersendiri untuk menangani dampak dari adanya penyebaran wabah ini. Semua kebijakan pusat belum tentu bisa diterapkan di seluruh daerah. Di Kabupaten Kuningan melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian melakukan terobosan baru dengan cara melakukan upaya baik pada saat terjadinya pandemi maupun pasca pandemi. Pada saat pandemi memberikan bantuan langsung ke masyarakat yang paling terdampak Covid-19 ke daerah rawan pangan melalui Jaring Pengaman Pangan

(JPP) berupa bansos pangan dan berupaya melakukan peningkatan produksi pertanian khususnya pangan (padi menjadi tumpuan) sampai pasca pandemi diantaranya menggalakan kegiatan “Gurih” atau guyur benih yaitu memberikan fasilitasi kepada petani berupa bantuan benih yang disalurkan langsung kepada kelompok tani.

Pandemi ini memberikan tekanan yang berat terhadap sektor perekonomian yang terus melambat, hal ini berpotensi menaikan tingkat pengangguran. Salah satu solusi jangka pendek adalah dengan memberikan bansos pangan terhadap daerah yang terindikasi rawan pangan. Bansos pangan dilakukan dengan memberikan bantuan sembako yang dikhususkan bagi daerah terparah yang terkena dampak Covid-19. Bansos pangan merupakan upaya jangka pendek yang dilakukan untuk penanganan dampak Covid-19. Daerah yang mendapat bantuan pangan yaitu Kecamatan Ciawigebang yang berjumlah 22 desa, Kecamatan Japara meliputi 7 desa dan Kecamatan Garawangi yang meliputi 17 desa. Bantuan pangan yang diberikan berupa beras 25.000 kg, gula pasir 2.500 kg, minyak goreng 5.000 liter terigu 2.500 kg, Sarden 2.500 kaleng, biscuit 2.500 bungkus dan mie instan sebanyak 25.000 bungkus (sesuai SK Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Kuningan nomor 903/KPTS-1371/Diskatan/2020).

Berikut data desa yang menerima

bansos untuk daerah rawan pangan

di Kabupaten Kuningan :

Tabel 1. Bantuan Pangan terhadap masyarakat yang terdampak Covid-19

NO KECAMATAN DESA JUMLAH PENERIMA (orang) 1 Ciawigebang Mekarjaya 32 Cihirup 57 Lebaksiuh 17 Kapandayan 64 Pajawanlor 24 Cigarukgak 15

(23)

16 NO KECAMATAN DESA JUMLAH PENERIMA (orang) Cijagamulya 20 Sidaraja 51 Geresik 111 Kaduragama 17 Sukadana 15 Cihaur 85 Ciputat 83 Karamatmulya 22 Ciomas 76 Pangkalan 46 Padarama 10 Cikubangmulya 46 Ciawigebang 55 Ciawilor 151 Karaangkamulyan 52 Sukaraja 63 1.112 2 Japara Cengal 184 Cikeleng 18 Dukuhdalem 70 Garatengah 16 Japara 16 Kalimati 2 Rajadanu 21 327 3 Garawangi Cikananga 30 Cisitusari 32 Cirukem 58 Garawangi 111 Gewok 59 Kadatuan 47 Karamatwangi 49 Kutakembaran 73 Lengkong 129 Mancagar 36 Mekarmulya 50 Pakembangan 75 Purwasari 181 Sukaimut 16 Sukamulya 61 Tambakbaya 28 Tembong 23 1.058 TOTAL 2.497

Sumber : Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Tahun 2020 Kecamatan Ciawigebang merupakan

Kecamatan yang mendapat bantuan

terbanyak. Hal ini terkait posisi

kecamatan yang masuk zona merah dan rentan terhadap terhadap krisis pangan. Dalam rangka pemulihan bantuan khusus

(24)

17 diberikan kepada masyarakat yang terdampak Covid-19.

Selain bantuan pangan, Pemerintah Daderah Kabupaten Kuningan melalui Dinas Ketahanan dan Pertanian Kabupaten Kuningan juga memberikan bantuan berupa benih dan pupuk kepada kelompok tani. Tujuannya agar petani terpacu meningkatkan produksinya terutama produksi tanaman pangan. Bantuan yang diberikan berupa Benih padi sebanyak 6.875 kg dan pupuk NPK non subsidi sebanyak 27.500 kg. Selain benih padi, disalurkan juga benih Jagung kepada Kelompoktani yang tersebar di Kecamatan Cigugur, Maleber dan Darma. Bantuan benih Jagung yang disalurkan sebanyak 15.750 kg kepada 38 Kelompok Tani. Bantuan benih jagung yang disalurkan kepada kelompok tani diperuntukan bagi lahan seluas 1.050 Ha dengan rincian Kecamatan Cigugur seluas 180 Ha, Kecamatan Maleber 45 Ha dan Kecamatan Darma seluas 675 dan Kecamatan Selajambe seluas 150 Ha.

Pada anggararan perubahan tahun 2020 ini Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Kuningan telah mengajukan tambahan anggaran sebesar 5 milyar terkait kegiatan yang mendukung penanganan wabah Covid-19 dengan rincian satu milyar

paket bantuan hortikultura yang meliputi pengembangan bawang merah seluas 10 Ha, Cabe merah 10 Ha, Kentang 5 Ha dan sayuran daun 10 Ha. Untuk sektor tanaman pangan, bantuan di arahkan kepada pengembangan Padi Hibrida seluas 300 Ha termasuk pupuk organik, Perluasan Areal Tanam Baru (PATB) Jagung Hibrida seluas 500 Ha, padi gogo 25 100 Ha dan Kacang Tanah 150 Ha. Anggaran yang dialokasikan direncanakan sebesar 2 milyar. Selain tanaman pangan dan hortikultura bantuan yang sifatnya langsung diarahkan kepada bantuan pangan untuk masyarakat yang terdampak Covid-19. Rencana bantuan yasng akan diberikan berupa beras sebanyak 76.500 kg, terigu 10.200 kg, minyak goreng 10.200 lt, susu kental manis 10.200 kaleng, sarden 10.200 kg dan gula pasir 10.200 kg. Bantuan diberikan untuk 5.100 orang penerima.

Untuk mengantisipasi rawan pangan, masih ada peluang untuk meningkatkan produksi tanaman pangan dengan memanfaatkan lahan-lahan tidur, lahan hutan dan lahan tadah hujan. Diharapkan dengan memanfaatkan lahan tersebut bisa meningkatkan produksi karena ditunjang oleh masih adanya musim hujan. Berikut adalah lahan yang masih bisa dimanfaatkan. Tabel 2. Luas Baku Lahan Bukan Sawah

dan Bukan Pertanian Kabupaten Kuningan

No Kecamatan Lahan Pertanian bukan sawah

(Ha) Lahan Bukan Pertanian (Ha) Total (Ha)

1. Kuningan 934 1.555 3.423 2. Kramatmulya 314 527 1.155 3. Cigugur 1.098 2.261 4.457 4. Kadugede 1.095 394 2.584 5. Darma 6.500 582 13.582 6. Cilimus 3.077 673 6.827 7. Jalaksana 1.063 532 2.658 8. Mandirancan 1.155 277 2.587 9. Pasawahan 3.557 262 7.376 10 Garawangi 1.416 986 3.818 11 Lebakwangi 409 476 1.294 12 Ciniru 4.028 393 8.449

(25)

18 No Kecamatan Lahan Pertanian bukan sawah

(Ha) Lahan Bukan Pertanian (Ha) Total (Ha)

13 Ciawigebang 3.197 1.025 7.419 14 Cidahu 2.513 542 5.568 15 Luragung 1.679 618 3.976 16 Ciwaru 1.978 2.870 6.826 17 Cibingbin 5.897 309 12.103 18 Subang 1.910 1.521 5.341 19 Selajambe 2.891 925 6.707 20 Nusaherang 650 785 2.085 21 Pancalang 281 389 951 22 Cipicung 501 537 1.539 23 Japara 1.136 355 2.627 24 Hantara 1.775 1.213 4.763 25 Kalimanggis 1.228 438 2.894 26 Cimahi 3.355 315 7.025 27 Karangkancana 3.296 298 6.890 28 Cibeureum 989 359 2.337 29 Cilebak 2.698 350 5.746 30 Cigandamekar 874 473 2.221 31 Sindangagung 168 407 743 32 Maleber 3.562 437 7.561 65.224 23.084 88.084

Sumber : Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kab. Kuningan Dari tabel 2 diatas dapat kecamatan

yang wilayah daratnya luas diantaranya adalah Kecamatan Darma yang merupakan lahan tegalan yang ditanami tanaman pangan seperti ubi kayu, jagung dan hanjeli, Kecamatan Pasawahan didominasi oleh hutan negara, Kecamtan Ciniru didominasi hutan negara dan perkebunan yang bisa ditanami padi gogo, Kecamatan Ciawigebang didominasi tegalan, Kecamatan Cibingbin didominasi hutan negara yang bisa ditanami kedele dan jagung, Kecamatan Cimahi didominasi hutan negara dan tegalan dan Kecamatan Maleber didominasi oleh hutan negara.

Secara nasional ada ada enam jenis pangan yang harus menjadi perhatian serius selama pandemi COVID-19, yakni beras, jagung, kedelai, bawang putih, daging [berkaki empat], dan ayam. “Jika tidak diantisipasi, kelangkaan pertama akan datang dari beras dan bawang putih.

Dampaknya akan terasa mulai Maret-April 2020 dan puncaknya adalah

Agustus-September 2020.

Sedangkan di tingkat daerah/kabupaten yang menjadi perhatian dan sedang di usahakan adalah dengan melakukan Strategi meningkatkan produksi pertanian terutama tanaman pangan yang meliputi padi, jagung, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedele, ubi kayu dan ubi jalar. Padi merupakan komoditas tumpuan yang paling diandalkan.

Sebagai antisipasi kerawanan pangan, selain stok pangan padi, tanaman pangan lain juga perlu disiapkan diantaranya adalah komoditi jagung, ubi jalar, ubi kayu, kedele, kacang hijau dan kacang tanah. Komoditi tersebut mendukung swasembada pangan non padi yang bisa dikerjasamakan dengan pihak lain/investor.Selain sebagai stok pangan dapat juga digunakan sebagai bahan baku industri.

(26)

19

Tabel 3. Data Sentra Tanaman Pangan di Kabupaten Kuningan

No Jenis Komoditi Kecamatan Realisasi

(Ha)

Tanaman Pangan

1 Jagung (Ha) Darma 1.024

Cibingbin 853

Cimahi 212

2 Ubi Jalar (Ha) Cilimus 1.894

Jalaksana 846

Cigandamekar 994

3 Ubi Kayu (Ha) Darma 1.228

Cigugur 60

4 Kedele (Ha) Cibingbin 132

Cidahu 105

5 Kacang Tanah (Ha) Cibingbin 125

Kalimanggis 98

6 Kacang Hijau (Ha) Cibingbin 67

Cibeureum 20

Sumber: Dinas Ketahanan dan Pertanian Kab.Kuningan Untuk memenuhi ketersediaan pangan, pada tahun 2020 ini ditargetkan produksi berbagai komoditi tanaman pangan yaitu padi 337,896 ton, jagung 8.629 ton, Ubi jalar 81.787 ton, ubi kayu 24.682 ton, Kedele 783 ton, Kacang tanah 624 ton dan

Kacang Hijau 19 ton. Sampai bulan Mei 2020 , komoditi yang sudah

mencapai target yang ditetapkan adalah

jagung sudah mencapai 9.481 ton. Target-target tersebut optimis tercapai

mengingat realisasi masih bulan Mei 2020 dan sedang musim hujan sehingga mendukung pencapaian target yang ditetapkan. Data selengkapnya bisa dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Data Target dan Realisasi Produksi Komoditas Pangan di Kabupaten Kuningan Tahun 2020. No Jenis Komoditi Target Produksi Realisasi Keterangan

1. Padi (gabah) 337.986 166.621 Data realisasi

produksi s.d Bulan Mei 2020 2. Jagung 8.629 9.481 3. Ubi Jalar 81.787 40.110 4. Ubi Kayu 24.682 1.087 5. Kedele 783 96 6. Kacang Tanah 624 594 7. Kacang Hijau 19 135

Sumber: Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kab.Kuningan

KESIMPULAN

Untuk mengantisipasi penanganan dampak penyebaran Covid-19 sektor pangan di Kabupaten Kuningan dilakukan dengan cara melakukan upaya baik pada saat terjadinya pandemi maupun pasca pandemi. Pada saat pandemi memberikan bantuan

langsung ke masyarakat yang paling terdampak Covid-19 melalui Bantuan Sosial Pangan ke daerah rawan pangan melalui Jaring Pengaman Pangan (JPP). Untuk mengantisipasi rawan pangan masih ada peluang meningkatkan produksi pangan melalui pemanfaatan lahan-lahan tidur, lahan hutan dan tadah hujan.

(27)

20 REKOMENDASI

Dalam menghadapi situasi penyebaran dampak Covid-19, pemerintah Kabupaten Kuningan hendaknya fokus pada sektor pangan dengan cara :

- Penyaluran bantuan pangan harus tepat sasaran sehingga tidak terjadi gejolak di masyarakat

- Strategi penanganan dalam rangka antisipasi dampak wabah Covid-19 dilakukan dengan penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat yang terdampak Covid-19 serta melakukan peningkatan produksi pangan dengan memanfaatkan lahan –lahan tidur, lahan kehutanan, lahan tadah hujan dan lahan darat lainnya dengan memfasilitasi petani melalui penyediaan sarana dan prasarana pertanian.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penelitian ini terutama kepada rekan-rekan di Kelompok Jabatan Fungsional Perencana Kabupaten Kuningan, Petugas Data Statistik Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Kuningan dan UPTD lingkup Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar Hadi Nasution, peneliti INAgri [Institut Agroekologi Indonesia], April 2020

Alinea,Rawan Pangan, 16 Jan 2018.

Fajar B. Hirawan Peneliti, Departemen Ekonomi, CSIS Indonesia; Research Fellow Disaster Management Research Unit, CSIS Indonesia fajar.hirawan@csis.or.id Akita A. Verselita Founding Member, Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Chapter Milenial; Data and Research Analyst, Mongabay Indonesia contact@akitaverselita.com. Kebijakan Pangan di Masa Pandemi COVID-19 Fadlan Mukhtar Zain danTeuku Muhammad

Valdy Arief.Kompas.com "Jaga Ketahanan Pangan di Tengah Wabah, Lumbung Padi Desa Kembali Diaktifkan", https://regional.kompas.c om/read/2020/04/21/11370781/jaga- ketahanan-pangan-di-tengah-wabah- lumbung-padi-desa-kembali-diaktifkan?page=2.

Royke Sinaga , Menguji ketahanan pangan nasional di tengah wabah Corona,April 2020 .

Rahmaharumoktaviana,

www.kompasiana.com/kesenjangan-kemiskinan-Jember, 2019.

Wartaekonomi.co.id,kabar Idonesia, 6 April 2020

Ir. Haeruman

Dinas Ketahanan Pangan dan. Pertanian Kabupaten Kuningan Perencana Ahli Madya Ekonomi (Bidang Pertanian)

(28)

21

KAJIAN KETAHANAN PANGAN

DALAM MENGHADAPI PANDEMI COVID 19

DI KABUPATEN KUNINGAN

Iwan Mulyawan

Perencana Ahli Madya Keahlian Spasial

Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kuningan

INTISARI

Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan baik secara nasional, provinsi maupun kabupaten. Masalah ketahanan pangan menjadi sangat penting sekaligus rentan bermasalah pada situasi wabah penyakit seperti pandemi COVID-19. Kondisi pandemi COVID-19 mengakibatkan rendahnya ketersediaan akses terhadap makanan yang akan diperparah dengan semakin memburuknya pandemi itu sendiri serta larangan-larangan perpindahan penduduk. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi ketahanan dan kerentanan pangan di Kabupaten Kuningan serta mengetahui hubungan ketahanan pangan di Kabupaten dalam menghadapi pandemi COVID 19. Berdasarkan hasil analisis, dari 376 desa dan kelurahan di Kabupaten Kuningan, 56 desa masuk dalam kerentanan pangan tinggi (14,89 %), 57 kerentanan pangan sedang (15,16 %) dan 75 kerentanan pangan rendah (19,95%), sementara sisanya adalah desa-desa dengan ketahanan pangan rendah, sedang, dan tinggi. Selanjutnya tidak ada korelasi antara desa-desa yang memiliki ketahanan pangan dengan desa-desa yang terdampak adanya COVID-19. Rekomendasi yang dapat ditempuh melalui pemberian stimulus diantaranya relaksasi KUR sektor pertanian, dan mempercepat bantuan sarana dan prasarana pertanian, melakukan upaya dalam menggerakkan pasar mitra tani yang mampu memperpendek mata rantai distribusi; mendorong untuk menjalin kerja sama dengan Gojek dan penyedia jasa distribusi lainnya semakin memudahkan masyarakat mendapat bahan pangan di tengah imbauan pemerintah untuk tetap di rumah; dan melakukan optimalisasi pekarangan dan lahan melalui kegiatan Pertanian Keluarga dan Pekarangan Pangan Lestari.

Kata Kunci: Ketahanan Pangan, COVID-19

ABSTRACT

Food security is one of the priorities in development both nationally, provincial and regency. The issue of food security is very important and vulnerable to problems in epidemics such as the COVID-19 pandemic. The condition of the COVID-19 pandemic has resulted in the low availability of access to food and will be exacerbated by the worsening of the pandemic itself and restrictions on population movement. The objectives to be achieved in this study are to determine the conditions of food security and vulnerability in Kuningan Regency and to know the relationship of food security in the regency in the face of a COVID 19 pandemic. Based on the analysis results, of 376 villages and sub-districts in Kuningan Regency, 56 villages are included in high food vulnerability (14.89%), 57 moderate food vulnerabilities (15.16%) and 75 low food vulnerabilities (19.95%), while the rest are villages with low, medium and high food security. Furthermore there is no correlation between villages that have food security with villages that are affected by COVID-19. Recommendations that can be taken through the provision of stimulus include relaxation of the KUR agricultural sector, and accelerating the

Gambar

Tabel 1. Bantuan Pangan terhadap masyarakat yang terdampak Covid-19
Tabel 4. Data Target dan Realisasi Produksi Komoditas Pangan di Kabupaten Kuningan Tahun 2020
Gambar 1 : Kerangka Pemikiran Kerangka Pemikiran
Tabel 1. Indikator FSVA Kabupaten 2019
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pencapaian hasil pelaksanaan evaluasi terhadap peserta diklat dapat digunakan sebagai bahan untuk penentuan nilai akhir peserta, penyusunan peringkat, maupun pembuatan profil

Selain itu, kadar karbon tertambat dapat merefleksikan peringkat (rank) batubara, sehingga akan memberikan pengaruh yang sama seperti peringkat batubara terhadap kandugan

Dalam kaitannya dengan budidaya termasuk budidaya tambak udang GESAMP (2001), bahwa dalam banyak hal budidaya perairan merupakan suatu contoh klasik mengapa pengelolaan

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan ketepatan atau kesahihan suatu instrumen dalam mengungkap apa yang ingin diungkap. Suatu instrumen yang valid atau

Berdasarkan hasil kuesioner pada Tabel 5.11 dapat ditarik kesimpulan bahwa 30 responden kelas A,B dan C 4.70 bahwa aplikasi ini mudah untuk digunakan, 4.70 bahwa tidak

Bentuk sederhana dari grafika komputer adalah grafika komputer 2D yang kemudian berkembang menjadi grafika komputer 3D, pemrosesan citra (image processing),

Berdasarkan pemaparan di atas sangat jelas guru harus mampu merubah suasana pembelajaran di kelas, terutama dalam meningkatkan ketrampilan membaca pemahaman dalam

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan dan pengaturan otonomi daerah pasca reformasi dengan dikeluarkannya UndangUndang Republik Indonesia Nomor