• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi kurikulum muatan lokal di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Turen Kabupaten Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi kurikulum muatan lokal di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Turen Kabupaten Malang"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)IMPLEMENTASI KURIKULUM MUATAN LOKAL DI MADRASAH TSANAWIYAH MIFTAHUL HUDA TUREN KABUPATEN MALANG SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S. Pdi.) Oleh: MARIANA ULFA NIM : 04110115. JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG April, 2008. i.

(2) HALAMAN PERSETUJUAN. IMPLEMENTASI KURIKULUM MUATAN LOKAL DI MADRASAH TSANAWIYAH MIFTAHUL HUDA TUREN KABUPATEN MALANG SKRIPSI Oleh: MARIANA ULFA NIM : 04110115. Telah Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing. Drs. H. Asmaun Sahlan, M. Ag. NIP. 150215372. Tanggal, 02 April 2008. Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam. Drs. Moh. Padil, M. Pdi. NIP. 150 267 235. ii.

(3) HAL PENGESAHAN. IMPLEMENTASI KURIKULUM MUATAN LOKAL DI MADRASAH TSANAWIYAH MIFTAHUL HUDA TUREN KABUPATEN MALANG SKRIPSI Dipersiapkan dan Disusun Oleh: MARIANA ULFA 04110115 Telah Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji Pada Tanggal 16 April 2008 Dan Telah Dinyatakan Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I). Panitia Ujian Ketua Sidang,. Sekretaris Sidang,. Drs. H. Asmaun Sahlan, M.Ag. NIP. 150 215 372. Abdul Aziz, S.Ag. NIP. 150 302 564. Penguji Utama,. Pembimbing,. Drs. H.M. Djumrahsjah, M.Ed. NIP. 150 024 016. Drs. H. Asmaun Sahlan, M.Ag NIP. 150 215 372. Mengesahkan, Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang. Prof. Dr. H. Muhammad Djunaidi Ghony NIP. 150 042 031. iii.

(4) MOTTO. Ÿ≅←Í $! 7t %s ρu $/\ θèã © ä Ν ö 3 ä ≈Ψo =ù èy _ y ρu  4 \s Ρ&é ρu 9 .x Œs ΒiÏ /3 ä ≈Ψo ) ø =n z y $Ρ¯ )Î ¨ â $Ζ¨ 9#$ $κp ‰š 'r ≈¯ ƒt ∩⊇⊂∪ ×7Î z y îΛ=Î ã t ©!#$ ¨β)Î 4 öΝ3 ä 9) s ?ø &r «!#$ y‰Ψã Ï ö/3 ä Βt t 2 ò &r ¨β)Î 4 (#θþ ùè ‘u $èy Gt 9Ï. Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. Al-Hujuraat: 13). iv.

(5) PERSEMBAHAN. Keteraturan kata tersusun dalam bait cinta yang terhatur dalam karya sedehana ini, yang kudedikasikan untuk kesempurnaan Islam agamaku, yang telah menjadi cahaya di kegelapan hidupku. Juga cinta kasih dari sepasang hamba yang sangat aku sayangi, Abi dan Umiku (H. Abd. Ghoni, Z.A. (Alm.) dan Hj. Siti Nur Hasanah). Setiap jengkal pikir dan langkah selalu ada do’a untukku atas keselamatan dan kebahagiaan hidupku. Inginku membalas semua pengorbanan itu, namun semua yang kusuguhkan tiada mampu menandingi kesejukan guyuran nasihat yang kalian berikan padaku. Demi Allah, aku hanya mampu abdikan seluruh sisa umurku untuk sebuah senyum kebanggaan dari kalian, karena tiada lagi yang mampu kulakukan demi membalas ketulusan kalian. Untuk mas dan nengku yang sangat aku kasihi (Mas Adi, Mas Zak, Mas Jun, Mas Is, Mas Put, dan Neng Uul), kupersembahkan karya ini demi kuatnya tali persaudaraan kita. Juga demi keindahan perilaku dan sikap yang telah kalian pahatkan padaku, sehingga aku sanggup menghadapi setiap badai cobaan kehidupan ini. Serta adikku Abdullah Faqih, atas semua semangat itu. Tidak terlepas juga, ucap syukurku pada Rabbku yang telah bermurah hati dengan menganugerahkan padaku shobat-shobat tersayang (Centil, Bude, Ido’, Amir, Roni, Tante Ratna, Bos, dan Abiek), terima kasih atas semua warna yang kalian berikan dalam alur hidupku dan telah membuatku selalu ceria menyambut hari-hariku. Buat Kakangku Ilham Mushtofa Akhyar, Lc., atas pelajaran hidup yang sangat berharga bagiku. Teruntuk Mas We (Alm.), atas kebahagiaan sesaat itu yang akan aku kenang selalu. Kawan2 di asrama khodijah (mbak Tsal, Depi, Rima, Lely, Lailis, Ulil, dan banyak lagi lainnya yang tak sanggup aku tuliskan semua di sini), atas semangat dan kerjasamanya dalam menapaki setiap jengkal kefanaan ini. Sahabatsahabati Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Chondrodimuko, Teman2 UKM Taekwondo Indonesia (TI), HIMMABA, serta segenap penghuni tetap kelas C angkatan 2004, terima kasih atas semua pengalaman yang kalian berikan, yang dapat membuatku bisa melihat dunia dari sisi lain. Dosen pembimbingku, bapak Asmaun Sahlan yang telah mengorbankan waktu dan tenaganya untuk membimbingku dalam proses pengerjaan skripsi ini. Tiada sanggup kuluapkan jutaan kata terima kasih kepada bapak, semoga Allah Ta’ala yang akan membalas kesabaran dan kebaikan bapak dalam menghadapi kejengahan dan kebodohanku, Amiin....!!!. v.

(6) SURAT PERNYATAAN. Yang bertanda tangan dibawah ini:. Nama. : Mariana Ulfa. NIM. : 04110115. Fakultas. : Tarbiyah. Judul. : Implementasi Kurikulum Muatan Lokal di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Turen Kabupaten Malang. Menyatakan bahwa skripsi tersebut adalah karya saya sendiri dan bukan karya orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah tesebutkan sumbernya. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi akademis. Malang, 02 April 2008 Yang Menyatakan,. Mariana Ulfa. vi.

(7) KATA PENGANTAR. Alhamdulillahi rabbin Alamiin, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang telah melimpahkan taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulisan skripsi ini terselesaikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kehadirat Baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing ummat manusia ke dalam hidup yang penuh dengan hikmah dan kebahagiaan hakiki. Dengan selesainya penulisan skripsi ini sebagai persyaratan guna memperoleh gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Program SI Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, maka penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. 2. Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. 3. Bapak Drs. Moh. Padil, M. Pd.I. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. 4. Bapak Drs. H. Asmaun Sahlan, M. Ag. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya dengan penuh pengertian, ketelatenan dan kesabaran memberikan bimbingan dan arahan dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini. 5. Almarhum Abiku tercinta, H. Abdul Ghoni, Z.A. yang telah memberikan banyak pelajaran dan pengalaman hidup sebagai bekal ananda untuk menyambut hari depan selalu dengan senyuman.. vii.

(8) 6. Umiku terkasih, Hj. Siti Nur Hasanah yang dengan tulus memberikan kasih sayang, motivasi dan do’a bagi kebahagiaan dan keselamatan ananda. 7. Seluruh kakak-kakakku tercinta (Drs. H. Adi Suryono, M. Zakariyah, S. Pd., M. Yusuf Junaidi, S.Ag., H. Hisbulloh Huda, M. Syaifuddin Zuhri, S.T kimia, dan neng Nur Diana Ulfa tercantik), atas segenap dukungan moral dan material, sehingga adindamu ini mampu menyelesaikan tugas akhir dengan sangat lancar dan tenang. 8. Dewan guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) Miftahul Huda Turen, beserta stafnya yang telah memberikan bantuan dalam perolehan data demi kelancaran penyusunan laporan skripsi ini. 9. Semua pihak yang tidak kuasa penulis sebutkan satu persatu yang turut berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Penulis sadar, bahwa dalam penulisan skripsi ini belumlah cukup sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan sumbangan pemikiran, saran dan kritik yang konstruktif demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, semoga segala bantuan dan amalnya diterima oleh Allah SWT. Amin Ya Rabbal Alamiin. Malang, 02 April 2008. Penulis. viii.

(9) DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGAJUAN ………………………………………………..i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………….ii HALAMAN PENGESAHAN………………..……………………………iii HALAMAN MOTTO ……………………………………………………..iv HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………v HALAMAN SURAT PERNYATAAN …………………………………..vi KATA PENGANTAR ……………………………………………………vii DAFTAR ISI ………………………………………………………………ix DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………..xiv ABSTRAK ………………………………………………………………..xv BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………………………………1 B. Rumusan Masalah ……………………………………………..6 C. Tujuan Penelitian………………………………………………7 D. Manfaat Penelitian……………………………………………..7 E. Penegasan Istilah ………………………………………………9 F. Sistematika Pembahasan ……………………………………..10 BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Pembahasan Tentang Kurikulum Muatan Lokal 1. Pengertian kurikulum muatan lokal …………………..….13 2. Landasan kurikulum muatan lokal ………………………18 3. Tujuan kurikulum muatan lokal ………………………….23. ix.

(10) 4. Ruang lingkup kurikulum muatan lokal ……………..…..25 5. Manfaat kurikulum muatan lokal ………………………...27 B. Pembahasan Tentang Madrasah Tsanawiyah 1. Pengertian Madrasah Tsanawiyah ………………………29 2. Karakteristik Madrasah Tsanawiyah……………………..31 3. Problematika Madrasah Tsanawiyah ……………………32 4. Performa Madrasah Tsanawiyah yang Ideal …………….34 5. Kurikulum Madrasah Tsanawiyah …………..………..…37 C. Implementasi Kurikulum Muatan Lokal 1. Pentingnya Implementasi Kurikulum Muatan Lokal ……38 2. Prinsip-Prinsip. Implementasi. Kurikulum. Muatan. Lokal…………………………………………….………..40 3. Langkah Operasional Implementasi Kurikulum Muatan Lokal …………………………………………………….44 4. Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal ………………50 5. Kendala-Kendala Dalam Implementasi Kurikulum Muatan Lokal ……………………………………………………..54 6. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi KendalaKendala Dalam Implementasi Kurikulum Muatan Lokal…56 BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ……………………………………..57 B. Kehadiran Peneliti …………………………………………58 C. Lokasi Penelitian …………………………………………..59 D. Data dan Sumber Data ……………………………………..59. x.

(11) E. Prosedur Pengumpulan Data ………………………………60 F. Analisis Data ………………………………………………63 G. Pengecekan Keabsahan Data ………………………………64 H. Tahapan Penelitian ………………………………………...66 BAB IV : PAPARAN DATA HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Turen Kabupaten Malang…………………………..……69 1. Sejarah. singkat. berdirinya. Madrasah. Tsanawiyah. Miftahul Huda Turen Kabupaten Malang……………....69 2. Visi dan Misi Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Turen Kabupaten Malang …...……….………………...79 3. Sarana dan Prasarana Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Turen Kabupaten Malang ……………………….80 4. Keadaan Guru Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Turen Kabupaten Malang …...…………………….…...81 5. Keadaan Siswa Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Turen Kabupaten Malang ……………………………...82 6. Struktur Organisasi Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Turen Kabupaten Malang ………....…………….83 B. Implementasi Kurikulum Muatan Lokal di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Turen Kabupaten Malang. 84 1. Identifikasi Keadaan dan Kebutuhan Lingkungan serta Satuan Pendidikan …………………...………………..84 2. Mata Pelajaran Muatan Lokal …………...……………87. xi.

(12) 3. Guru Mata Pelajaran Muatan Lokal ………………….89 4. Mengembangkan SKKD dan Silabus …………….…..90 5. Tujuan Implementasi Kurikulum Muatan Lokal di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Turen Kabupaten Malang …………………………………………….…...90 6. Manfaat implementasi kurikulum muatan lokal di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Turen Kabupaten Malang ……………….………......................................92 C. Kendala-Kendala yang Dihadapi Dalam Implementasi Kurikulum Muatan Lokal di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Turen Kabupaten Malang …………..….93 D. Upaya-Upaya Penanganan yang Dilakukan Oleh Pihak Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Turen Kabupaten Malang. Terhadap. Implementasi. Kendala-Kendala. Kurikulum. Muatan. Dalam. Lokal. di. Lembaganya………………………………………………97 BAB V : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Implementasi. Kurikulum. Muatan. Lokal. di. Madrasah. Tsanawiyah Miftahul Huda Turen Kabupaten Malang ……...99 B. Kendala-Kendala. Yang. Dihadapi. Dalam. Implementasi. Kurikulum Muatan Lokal di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Turen Kabupaten Malang ………………….. .………107 C. Upaya Penanganan yang Dilakukan Oleh Pihak Madrasah Tsanawiyah. Miftahul. Huda. xii. Turen. Kabupaten. Malang.

(13) Terhadap Kendala-Kendala Dalam Implementasi Kurikulum Muatan Lokal di Lembaganya…………..……………..……110 BAB VI : PENUTUP A. Kesimpulan ……………………………………………………….113 B. Saran ……………………………………………………………...114 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN. xiii.

(14) DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN I. : Bukti Konsultasi. LAMPIRAN II. : Surat Pengantar Penelitian. LAMPIRAN III. : Pedoman Interview, Dokumentasi dan Observasi. LAMPIRAN IV. : Data Informan. LAMPIRAN V. : Dokumentasi Penelitian. LAMPIRAN VI. : Daftar Riwayat Hidup. xiv.

(15) ABSTRAK Ulfa, Mariana. 2008. Implementasi Kurikulum Muatan Lokal di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Turen Kabupaten Malang, Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Pembimbing Drs. H. Asmaun Sahlan, M. Ag. Kata kunci: Implementasi, dan kurikulum muatan lokal. Implementasi merupakan upaya tindak lanjut dari sebuah teori yang telah disepakati kebenarannya dan keberadaannya. Pentingnya upaya implementasi ini juga berlaku pada kehidupan dunia pendidikan. Berlandaskan hal tersebut, maka peneliti merasakan sebuah desakan yang sangat kuat untuk mencoba mengangkat implementasi kurikulum muatan lokal di MTs Miftahul Huda Turen untuk dijadikan sebagai judul dalam skripsinya. Berangkat dari kenyataan tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1). Bagaimanakah implementasi kurikulum muatan lokal di MTs Miftahul Huda Turen? (2). Apa sajakah kendalakendala yang dihadapi dalam implementasi kurikulum muatan lokal di MTs Miftahul Huda Turen? dan (3). Bagaimanakah upaya-upaya penanganan yang dilakukan oleh pihak MTs Miftahul Huda Turen terhadap kendalakendala yang terjadi dalam implementasi kurikulum muatan lokal di lembaganya? Berangkat dari hal tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui implementasi kurikulum muatan lokal di MTs Miftahul Huda Turen, (2) Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi kurikulum muatan lokal di MTs Miftahul Huda Turen, (3) Untuk mengetahui upaya-upaya penanganan yang dilakukan oleh pihak MTs Miftahul Huda Turen terhadap kendala-kendala yang terjadi dalam implementasi kurikulum muatan lokal di lembaganya. Penelitian tentang Implementasi Kurikulum Muatan Lokal di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Turen Kabupaten Malang ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus, karena objek yang diteliti berlangsung dalam latar yang wajar dan bertujuan untuk mengetahui dengan seksama dan secara lebih detail, tanpa harapan akan adanya manipulasi data yang diperoleh peneliti. Dengan demikian, peneliti melakukan proses pengumpulan data dengan menggunakan 3 macam teknik yang dirasa sangat cocok dengan jenis penelitian tersebut, yaitu : (1) Pengamatan terlibat (participant observation), (2) wawancara mendalam (indepth interview), dan (3) Dokumentasi. Setelah data terkumpul secara keseluruhan, maka langkah selanjutnya adalah pengolahan data (data processing), lalu melakukan proses editing, dan kode (coding). Hal ini dilakukan secara runtut, supaya mudah dalam melakukan teknik analisis datanya. Setelah pengkodean, maka dilanjutkan dengan penyajian data, dan langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan. Pengecekan kebsahan datanya dilakukan dengan verivikasi terhadap data yang diperoleh, dan teknik triangulasi.. xv.

(16) Berangkat dari penelitian tentang implementasi kurikulum muatan lokal di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Turen Kabupaten Malang, maka peneliti telah dapat mengungkap bahwa implementasi kurikulum muatan lokal dilakukan dengan proses: (1) identifikasi keadaan dan kebutuhan lingkungan serta satuan pendidikan, (2) menentukan mata pelajaran muatan lokal, (3) menentukan guru muatan lokal, (4) mengembangkan SKKD dan Silabusnya, (5) merumuskan tujuan implementasi kurikulum muatan lokal, dan (6) merumuskan manfaat implementasi kurikulum muatan lokal. Berasal dari penelitian implementasi kurikulum muatan lokal tersebut, maka ditemukan adanya beberapa kendala dalam implementasi kurikulum muatan lokal di MTs Miftahul Huda Turen, yaitu: (1) minimnya sarana dan prasaran pendukung implementasi kurikulum muatan lokal, (2) minimnya tenaga pengajar yang mampu mengajar muatan lokal baik secara kuantitas maupun kualitasnya, (3) tidak adanya tindak lanjut dari implementasi kurikulum muatan lokal, (4) kurang adanya dukungan dari keluarga dan masyarakat terhadap implementasi kurikulum muatan lokal, terutama dalam mata pelajaran bahasa daerah, dan (5) mata pelajaran muatan lokal tidak diikutkan dalam Ujian Nasional. Melihat banyaknya kendala yang mengiringi implementasi kurikulum muatan lokal tersebut, maka pihak madrasah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, yakni: (1) menambah sarana dan prasarana secara bertahap, (2) mencari informasi seseorang yang sanggup mengajar muatan lokal lainnya melalui pendekatan dengan tokoh masyarakat sekitar, (3) pihak MTs Miftahul Huda Turen melakukan banyak pertemuan untuk membahas tindak lanjut dari muatan lokal ini, (4) bahasa daerah digunakan sebagai bahasa keseharian di sekolah, baik antar murid, antar guru, atau antara guru dan murid, dan (5) melakukan pembelajaran dengan menggunakan banyak strategi yang termasuk dalam daftar active learning dan cooperative learning. Temuan hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa implementasi kurikulum muatan lokal yang dilakukan oleh pihak MTs Miftahul Huda Turen berjalan dengan cukup baik dan lancar, serta sesuai dengan beberapa aturan dan prinsip yang telah ditentukan oleh pemerintah dalam upaya membimbing satuan pendidikan dalam langkah praktisnya.. xvi.

(17) BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kurikulum di dunia pendidikan mengalami banyak sekali perubahan, yang tentunya semua kebijakan tersebut mengarah pada hal yang positif, yakni memperbaiki sistem pendidikan yang sudah ada. Supaya pendidikan benarbenar bermanfaat bagi peserta didik khususnya dan masyarakat umumnya serta mampu mencapai tujuan pendidikan nasional. Misalnya saja KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), ia merupakan kurikulum baru yang menyempurnakan kurikulum KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi), dan masih berada dalam satu ranah pemahaman, yaitu menjunjung tinggi asas desentralisasi pendidikan. Desentralisasi pendidikan merupakan aplikasi dari otonomi daerah dalam dunia pendidikan, sehingga saat ini segala hal yang berkaitan dengan pendidikan tidak hanya ditangani langsung oleh pusat, namun sudah ada ikut campur dari daerah dan satuan pendidikan. Kurikulum desentralisasi ini diharapkan benar-benar mampu memberikan program pembelajaran yang mendekati sempurna dan mencetak lulusan yang siap dalam menghadapi konteks kehidupan nyata. Pemberdayaan pemerintah daerah dan satuan pendidikan dalam mengatur kegiatan pendidikan juga akan semakin membuat pembelajaran relevan dengan keadaan dan kebutuhan peserta didik dan lingkungannya.. 1.

(18) 2. Keberadaan kurikulum tersebut dalam pendidikan bukan hanya sebagai formalitas dalam sebuah proses pembelajaran, tetapi kurikulum merupakan suatu program dan isi dari suatu sistem pendidikan yang berupaya melaksanakan proses penjumlahan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari antargenerasi dalam suatu masyarakat.1 Dilihat dari definisi kurikulum di atas, maka peran kurikulum dalam dunia pendidikan bisa dianggap sebagai/ umpama buku panduan, dimana seorang guru akan sulit menemukan jalan untuk mencapai tujuan diadakannya pendidikan tanpa adanya kurikulum tersebut. Dalam sistem pendidikan di Indonesia, terdapat dua macam kurikulum yang mengiringi perjalanannya dalam mencapai tujuan nasional pendidikan, yaitu: kurikulum nasional (inti) dan kurikulum lokal (pilihan). Pada awalnya, dalam sistem pendidikan Indonesia tidak mengenal kurikulum lokal, yang ada hanya kurikulum pendidikan yang berisi kurikulum nasional saja. Namun lambat laun kurikulum nasional saja tidak lagi dirasa cukup, karena pendidikan terasa kurang berpijak pada keadaan nyata yang dibutuhkan di lapangan. Sehingga lahirlah kurikulum lokal, yang berusaha melengkapi kekurangan dari kurikulum nasional. Kurikulum nasional (inti) adalah kurikulum yang berlaku secara nasional, yang wajib memuat bahan kajian dan mata pelajaran yang telah ditentukan oleh pemerintah. Kurikulum nasional ini berisi mata pelajaran yang wajib ada pada setiap satuan pendidikan yang terdapat di nusantara ini. Bukan 1. Forum mangunwijaya. 2007. Kurikulum Yang Mencerdaskan (visi 2030 dan pendidikan alternatif). Jakarta: KOMPAS. hlm. 108.

(19) 3. hanya mata pelajarannya saja yang seragam, namun materi dan bahan kajian didalamnyapun terdapat kesamaan. Hal ini merupakan salah satu cerminan bahwa pemerintah menghendaki keseragaman pengetahuan sebagai bekal peserta didik dalam menapaki hidupnya. Sedangkan kurikulum lokal adalah kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan setempat, dan juga yang sesuai dengan karakteristik dari satuan pendidikannya dengan tanpa mengurangi kurikulum nasional dan tidak menyimpang dari tujuan pendidikan nasional tentunya. Kurikulum lokal (pilihan), saat ini lebih sering disebut sebagai kurikulum muatan lokal. Kurikulum muatan lokal merupakan sebuah langkah lanjutan dari adanya kebijakan desentralisasi pendidikan, dimana hak dan tanggung jawab pelaksanaan pendidikan dan segala yang berkaitan dengan pendidikan menjadi milik daerah atau satuan pendidikan. Kurikulum muatan lokal merupakan kurikulum yang berisi bahan pelajaran/ mata pelajaran yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan daerahnya. Hal ini sudah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia (UURI) No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pasal 38 ayat 1, yang menyatakan bahwa: Pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam satuan pendidikan didasarkan atas kurikulum yang berlaku secara nasional dan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan, serta kebutuhan lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan.2 2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989. Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) Beserta Penjelasannya. Bandung: Citra Umbara. hlm. 34.

(20) 4. Sementara itu, pemerintah juga mengeluarkan peraturan No. 28 Tahun 1990 tentang pendidikan dasar pasal 14 ayat 3, yang menyebutkan bahwa satuan pendidikan dasar dapat menambah mata pelajaran sesuai dengan keadaan lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan dengan tidak mengurangi kurikulum yang berlaku secara nasional dan tidak menyimpang dari tujuan pendidikan nasional. Untuk itu, pendidikan merupakan wadah yang tepat dan memang sudah disiapkan dalam usaha melestarikan budaya dan mendayagunakan potensi daerah setempatnya. Dikeluarkannya kebijakan tentang kurikulum muatan lokal tersebut tentunya mempunyai tujuan tertentu yaitu agar peserta didik mampu:3 1. Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya. 2. Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai. daerahnya. yang. berguna. bagi. dirinya. maupun. lingkungan masyarakat umumnya. 3. Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai atau aturan-aturan yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional. Kurikulum muatan lokal memang sudah didesain sesempurna mungkin guna memberikan kebebasan kepada daerah melalui satuan pendidikannya 3. Drs. Erry Utomo, M. Ed, dkk. 1997. Pokok-Pokok Pengertian dan Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 6.

(21) 5. untuk mengelola dan mengembangkan kurikulum muatan lokal tersebut. Hal ini diharapkan mampu memberikan hasil yang nyata bagi masyarakat sebagai bentuk perhatian pendidikan pada lingkungan sosial-budaya dan semesta alam di sekitarnya. Karena pendidikan bukan hanya mengantarkan peserta didik untuk memahami dan membekalinya dengan ilmu pengetahuan saja, tapi juga wawasan budaya serta kepekaan terhadap lingkungan, supaya mereka mampu menjadi pribadi-pribadi yang cerdas secara intelektual, emosional, spiritual, dan juga mempunyai etika berbangsa (beradab dan berwawasan budaya bangsa). Hal ini tercantum dalam tujuan pendidikan, yaitu membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beretika (beradab dan berwawasan budaya bangsa Indonesia), memiliki nalar (maju, cakap, cerdas, kreatif, inovatif, dan bertanggung jawab), berkemampuan komunikasi sosial (tertib dan sadar hukum, kooperatif, dan kompetitif, demokratis), dan berbadan sehat sehingga menjadi manusia mandiri.4 Dengan demikian, adanya kebijakan kurikulum muatan lokal merupakan pemberian kesempatan seluas-luasnya kepada pihak sekolah untuk mengisinya dengan materi-materi yang akan membekali peserta didik agar dapat berguna bagi masyarakat luas. Sehingga pendidikan relevan dengan kebutuhan masyarakat, dan bermakna bagi diri peserta didik, orang lain, dan nusa serta bangsa. Kurikulum muatan lokal menjadi sangat penting karena misi yang diusungnya sangat mulia dengan tanpa merendahkan peran mata pelajaran lainnya, Karena pelestarian budaya dan pemaksimalan penggunaan 4. Dr. E. Mulyasa, M.Pd., 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hlm. 21.

(22) 6. potensi daerah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan adanya pengakuan dari bangsa-bangsa lain di dunia. Sehingga Indonesia akan tetap terjaga eksistensinya di tengah gerusan arus modernisasi dan globalisasi. Berkaitan dengan realitas tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang implementasi kurikulum muatan lokal tersebut dalam kenyataannya di sekolah. Sehingga rasa ketertarikan tersebut, membuat penulis mengambil judul. “IMPLEMENTASI. MADRASAH. KURIKULUM. TSANAWIYAH. MUATAN. MIFTAHUL. LOKAL. HUDA. DI. TUREN. KABUPATEN MALANG”.. B. Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang sesuai dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah implementasi kurikulum muatan lokal di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Turen Kabupaten Malang? 2. Apa sajakah kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi kurikulum muatan lokal di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Turen Kabupaten Malang? 3. Bagaimanakah upaya-upaya penanganan yang dilakukan oleh pihak Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Turen Kabupaten Malang terhadap kendala-kendala dalam implementasi kurikulum muatan lokal di lembaganya?.

(23) 7. C. Tujuan Penelitian Berangkat dari rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui implementasi kurikulum muatan lokal di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Turen Kabupaten Malang. 2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi kurikulum muatan lokal di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Turen Kabupaten Malang. 3. Untuk mengetahui upaya-upaya penanganan yang dilakukan oleh pihak Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Turen Kabupaten Malang terhadap kendala-kendala dalam implementasi kurikulum muatan lokal di lembaganya.. D. Manfaat Penelitian Keberadaan penelitian tentang “Implementasi Kurikulum Muatan Lokal di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Turen Kabupaten Malang” ini diharapkan mampu memberikan manfaat yang luas kepada berbagai pihak yang mempunyai hubungan di dalamnya. Adapun manfaatnya yaitu: 1. Manfaat teoritis, yaitu menambah pengetahuan tentang kurikulum muatan lokal yang merupakan kebijakan baru dalam dunia pendidikan, baik yang berkenaan dengan teori maupun implementasinya. Hal ini akan sangat berguna bagi beberapa satuan pendidikan untuk dapat melihat gambaran.

(24) 8. secara nyata proses implementasi kurikulum muatan lokal di sekolah yang diteliti oleh penulis. 2. Manfaat praktis dari penelitian yang dilakukan di lembaga pendidikan MTs Miftahul Huda Turen, diharapkan mampu mengungkap secara tepat proses implementasi kurikulum muatan lokal, sehingga hasil dari penelitian tersebut dapat memberikan sumbangan baru yang berarti bagi lembaga pendidikan MTs Miftahul Huda Turen khususnya, dan seluruh lembaga pendidikan umumnya. Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah: a. Pihak MTs Miftahul Huda Turen dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan dari implementasi kurikulum muatan lokal yang telah diterapkan oleh lembaganya, sehingga pihak sekolah dapat melakukan pembenahan dan penyempurnaan yang diperlukan secara cepat dan tepat dalam proses implementasi kurikulum muatan lokal di lembaganya. b. Pihak MTs Miftahul Huda Turen sekolah dapat menggunakan hasil penelitian. ini. untuk. melakukan. pengecekan. ulang. terhadap. keberhasilan implementasi kurikulum muatan lokal yang diterapkan di lembaganya, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi guna mencapai ultimate goal dari lembaga pendidikannya tersebut..

(25) 9. E. Penegasan Istilah Pada sub bab ini akan dijelaskan tentang beberapa istilah yang dipakai pada penulisan skripsi, untuk menghindari kesalahan dalam memahami isi dari penelitian ini. Adapun definisi istilah dan batasan-batasannya yang diberkaitan dengan kajian penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Implementasi Merupakan sebuah pelaksanaan dari sesuatu yang sudah terkonsep sebelumnya. Sedangkan dalam kamus John M. Echols, kata implementasi merupakan kata serapan yang diambil dari kata dalam bahasa Inggris yaitu implementation, yang berarti pelaksanaan.5 2. Kurikulum Muatan Lokal Arti Kurikulum sendiri Menurut B. Othanel Smith, W.O Stanley, dan J. Harlan Shores, adalah sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat diberikan kepada peserta didik, yang bertujuan agar mereka dapat berpikir dan berkelakuan sesuai dengan masyarakatnya.6 Sedangkan yang dimaksud dengan kurikulum muatan lokal adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran yang ditetapkan oleh daerah sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing,. serta. cara. yang. digunakan. sebagai. pedoman. penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.7. 5. John M. Echols dan Hassan Shadily. 1996. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia. hal 313 6 Prof. Dr. S. Nasution, 1988. Asas-asas Kurikulum. Bandung: Jemmars, hlm. 11 7 Ibid. hal 273.

(26) 10. F. Sistematika Pembahasan Dalam rangka mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, maka penulis merincinya dalam sistematika pembahasan sebagai berikut: Bab I. Pendahuluan. Pada bab ini terdapat latar belakang masalah yang akan diteliti, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika pembahasan.. Bab II. Kajian Pustaka. Pada bab ini akan diberikan beberapa kutipan dari berbagai macam litaratur dan referensi yang di bagi ke dalam dua pokok bahasan yaitu: (1) konsep kurikulum muatan lokal, yang meliputi: definisi kurikulum muatan lokal, landasan kurikulum muatan lokal, tujuan kurikulum muatan lokal, serta manfaat kurikulum muatan lokal, (2) konsep madrasah tsanawiyah:. definisi. madrasah. tsanawiyah,. karakteristik. madrasah tsanawiyah, problematika madarasah tasanawiyah, serta performa madrasah tsanawiyah yang ideal, dan (3) implementasi kurikulum muatan lokal di madrasah yang meliputi: pentingnya implementasi kurikulum muatan lokal, prinsip-prinsip implementasi kurikulum muatan lokal, dan langkah operasional implementasi kurikulum muatan lokal, serta pengembangan kurikulum muatan lokal. Bab III Metode Penelitian. Pada bab ini akan diuraikan tentang metode penelitian yang meliputi: pendekatan penelitian, kehadiran penelitian, lokasi penelitian, data dan sumber data, prosedur.

(27) 11. pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahapan penelitian. Bab IV Hasil Penelitian. Pada bab ini akan disajikan bentuk penulisan yang terdiri dari dua sub bahasan, yaitu: penyajian dan temuan data, yang meliputi; sejarah singkat berdirinya MTs Miftahul Huda Turen, visi dan misi MTs Miftahul Huda Turen, keadaan sarana dan prasarana MTs Miftahul Huda Turen, keadaan guru MTs Miftahul Huda Turen, keadaan siswa MTs Miftahul Huda Turen,. struktur. organisasi. MTs. Miftahul. Huda. Turen,. implementasi kurikulum muatan lokal di MTs Miftahul Huda Turen, kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi kurikulum muatan lokal di MTs Miftahul Huda Turen, dan upaya-upaya penangan yang dilakukan pihak MTs Miftahul Huda Turen terhadap kendala-kendala dalam implementasi kurikulum muatan lokal di lembaganya. Bab V. Pembahasan Hasil Penelitian. Pada bab ini akan dibahas tentang temuan-temuan penelitian yang telah dikemukakan pada bab IV, yang meliputi: implementasi kurikulum muatan lokal di MTs Miftahul Huda Turen, kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi kurikulum muatan lokal di MTs Miftahul Huda Turen, dan upaya penanganan terhadap kendala-kendala dalam proses implementasi kurikulum muatan lokal di MTs Miftahul Huda Turen..

(28) 12. Bab VI Penutup. Pada bab ini berisikan kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran peneliti yang berhubungan dengan hasil penelitian yang telah didapat..

(29) BAB II KAJIAN TEORI. Dalam mengkaji implementasi kurikulum muatan lokal, maka peneliti akan mencoba memaparkan terlebih dahulu tentang seluk beluk yang diperlukan untuk diketahui tentang kurikulum muatan lokal, dan selanjutnya akan di bahas tentang implementasi kurikulum muatan lokal. Karena pemaparan ini akan sangat dibutuhkan untuk mengawali laporan skripsi ini, sehingga diharapkan dapat dijadikan sebagai landasan teoritis dalam menganalisis implementasi kurikulum muatan lokal di MTs Miftahul Huda Turen.. A. Pembahasan Tentang Kurikulum Muatan Lokal 1. Pengertian kurikulum muatan lokal Sebelum membahas tentang definisi kurikulum muatan lokal, maka akan lebih baiknya dijelaskan terlebih dahulu definisi dari kurikulum itu sendiri, yakni seperangkat rencana atau ketentuan yang mengatur tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara-cara yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan nasional.7 Selanjutnya definisi kurikulum muatan lokal yang merupakan salah satu kebijakan pemerintah dalam upaya pelestarian ciri khas dan jati diri bangsa serta pemaksimalan penggunaan 7. potensi daerah,. merupakan. Undang-Undang RI No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen serta Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS. Bandung: Citra Umbara. hlm. 74. 13.

(30) 14. seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran yang ditetapkan oleh daerah sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.8 Hal ini senada dengan definisi dari muatan lokal yang tercantum dalam surat keputusan. Menteri. Pendidikan. Republik. Indonesia. No.. 0412/U/1987, yaitu sebagai berikut:9 Muatan lokal adalah program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh siswa di daerah itu.. Yang dimaksud dengan lingkungan alam dalam kaitannya dengan muatan lokal tersebut adalah lingkungan geografis yang ada di sekitar lembaga tersebut, antara lain lingkungan pantai, dataran rendah, dataran tinggi, dan pegunungan serta segenap ekosistem didalamnya. Lingkungan alam ini termasuk segenap lingkungan yang ada di sekitar lembaga yang merupakan potensi geografis dari daerahnya, dan diharapkan mampu dikelola dengan baik oleh generasi. selanjutnya. agar. bermanfaat. untuk. meningkatkan. kesejahteraan masyarakat setempat. Lingkungan sosial adalah lingkungan yang mencakup hubungan (interaksi) antar manusia yang ada di sekitar lembaga yang sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Contoh lingkungan sosial yang 8. Dr. E. Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. hlm. 273 9 Dr. H. Nana Sudjana. 1996. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru Algesindo. hlm. 172.

(31) 15. dimaksud adalah lingkungan sekolah, lingkungan kelurahan, lembaga-lembaga formal seperti Koperasi Unit Desa, Puskesmas, Posyandu, dan masih banyak lagi yang lainnya. Muatan lokal berupaya untuk memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada peserta didik agar lebih mengenal kondisi lingkungan sosialnya, yang berguna bagi perkembangan pola pikir dan tingkah lakunya dalam komunitas lingkungan sosialnya. Sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan budaya adalah lingkungan yang mencakup berbagai unsur budaya yang dimiliki oleh masyarakat daerah tersebut, umumnya berkaitan dengan kebiasaan-kebiasaan, adatistiadat, dan norma-norma sosial yang tak tertulis (cara berpakaian, bergaul, berbicara dengan orang tua, penggunaan bahasa daerah dan kesenian daerah).10 Lingkungan budaya inilah yang sangat membutuhkan perhatian dan pemahaman dari peserta didik yang merupakan generasi penerus bangsa dalam prilaku kesehariannya, agar bangsa ini tidak kehilangan corak dan ciri khasnya dalam gerusan arus modernisasi dan globalisasi ini. Karena musuh yang sangat kuat saat ini bukanlah musuh nyata yang menyerang secara fisik, namun musuh maya yang menyerang moral dan pikiran putra bangsa melalui berbagai media elektroik yang menjamur di berbagai wilayah Indonesia dan ini yang menyebabkan degradasi moral prilaku anak usia sekolah. Hal ini pula yang menjadi momok bangsa ini dan kemudian menyebabkan banyaknya kecurangan dalam 10. Drs. H. M. Ahmad, dkk. 1998. Pengembangan Kurikulum. Bandung: CV. Pustaka Setia. hlm. 146.

(32) 16. kehidupan sehari-hari kita. Sehingga adanya kurikulum muatan lokal ini diharapkan mampu membalikkan pola pikir dan mengembalikan rasa kasih sayang serta cinta kita pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini. Dan inilah yang dibutuhkan bangsa kita saat ini, dimana tidak ada lagi kepentingan individu diatas kepentingan bersama, yang mengembalikan sikap tolong menolong dan cinta kasih kepada sesama sesuai dengan corak negeri nusantara selama ini di mata dunia. Kurikulum muatan lokal termasuk kegiatan kurikuler (kegiatan yang berkenaan dengan kurikulum) yang digunakan untuk mengembangkan kompetensi peserta didik yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah. Muatan lokal mempunyai jenis materi yang berbeda dengan mata pelajaran lain, sehingga muatan lokal harus menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri dan mempunyai alokasi waktu tersendiri.11 Secara terpisah, pengertian ’lokal’ pada kata muatan lokal bukan hanya dibatasi oleh tempat/wilayah geografis pemerintahan seperti: propinsi, kabupaten/kotamadya, kecamatan/desa saja, tetapi juga tergantung pada tujuan materi yang dipelajarinya dalam muatan lokal yang berkaitan dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan daerah setempat. Umpamanya saja: a. Untuk bahasa daerah yang cakupan penggunaannya sangat luas, misalnya saja bahasa Jawa, maka ia akan digunakan oleh 11. Susanto. 2007. Pengembangan KTSP (dengan perspektif manajemen visi). Matapena. hlm. 37.

(33) 17. beberapa propinsi di daerah Jawa yang menggunakan bahasa tersebut, yakni: Jawa Timur dan Jawa Tengah. Jadi, untuk materi bahasa Jawa, bisa digunakan oleh propinsi yang bersangkutan/ propinsi yang juga menggunakan bahasa daerah yang sama, dan begitu pula untuk bahasa daerah lainnya. Sehingga makna lokal disini bukan tergantung pada lingkup wilayah geografisnya tetapi terkait dengan kegunaan materi tersebut bagi kepentingan wilayah tertentu. b. Untuk bahan keterampilan, ia mempunyai lingkup lokal yang sempit ambil contoh bahan keterampilan rotan, yang dimaksud dengan lokal disini hanya desa yang memiliki potensi rotan yang cukup banyak. Sehingga yang dapat menggunakan materi muatan lokal keterampilan rotan hanya desa penghasil rotan, karena bahan yang dibutuhkan tersebut sangat mudah didapatkan di sekitar mereka. Selain itu, tentunya keterampilan rotan dibutuhkan oleh masyarakat tersebut guna mendayagunakan potensi rotan mereka dengan kreatifitas tinggi dan lebih inovatif lagi oleh generasi penerusnya kelak. Hal ini juga berlaku bagi beberapa daerah penghasil bahan keterampilan lainnya yang ada di wilayah nusantara ini. c. Untuk kesenian lokal, makna lokalnya meliputi beberapa desa yang terkenal dengan jenis kesenian mereka. Seperti kesenian reog. yang. berasal. dari. Ponorogo,. maka. yang. berhak. menggunakannya dalam materi muatan lokalnya adalah daerah.

(34) 18. yang memang mempunyai kesenian asli reog tersebut. Sehingga melalui muatan lokal ini, kesenian daerah tertentu tetap terjaga eksistensinya dan keotentikannya sebagai kebanggaan daerah yang memilikinya.12 Dengan demikian, maka materi yang akan diajarkan pada pelajaran muatan lokal ini diserahkan sepenuhnya pada masingmasing satuan pendidikan. Karena yang mengetahui secara pasti keadaan dan kebutuhan daerahnya adalah satuan pendidikan yang berada di lingkungan daerahnya sendiri. 2. Landasan kurikulum muatan lokal Seperti yang telah diketahui bahwa setiap kebijakan pastilah mempunyai landasan atau dasar atas pemberlakuannya. Begitu pula yang berlaku bagi kurikulum muatan lokal, ada tiga landasan yang dijadikan sebagai dasar atas kebijakan kurikulum muatan lokal, yaitu: a. Landasan hukum, adalah penggunaan kekuatan hukum yang ada untuk dijadikan sebagai dasar implementasi kurikulum muatan lokal yang ada saat ini. Berbagai peraturan dan Undang-Undang telah dikeluarkan oleh pemerintah dalam mendukung. implementasi. kurikulum. muatan. lokal,. diantaranya yaitu:13. 12. Drs. Erry Utomo, M. Ed, dkk. 1997. Pokok-Pokok Pengertian dan Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 2 13 Ibid. hlm. 4.

(35) 19. 1. Undang-Undang Republik Indonesia (UURI) No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pasal 38 ayat 1, yang menyatakan bahwa: ”Pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam satuan pendidikan didasarkan atas kurikulum yang berlaku secara nasional dan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan, serta kebutuhan lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan.” Pada UURI ini telah dinyatakan secara jelas bahwa kebijakan kurikulum pendidikan nasional juga mengacu pada kesesuaian antara ketetapan kurikulum nasional dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan daerah setempat serta karakteristik satuan pendidikannya. Sehingga pendidikan juga bertolak pada kontribusinya terhadap masyarakat sekitarnya. 2. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1990 tentang pendidikan dasar pasal 14 ayat 3, yang menyebutkan bahwa satuan pendidikan dasar dapat menambah mata pelajaran yang disesuaikan dengan keadaan lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan dengan tidak mengurangi kurikulum yang berlaku secara nasional dan tidak menyimpang dari tujuan pendidikan nasional. Peraturan pemerintah ini semakin memperkuat membebaskan. bahwa kepada. pendidikan satuan. di. Indonesia. pendidikan. untuk. memberikan kontribusi yang nyata kepada lingkungan.

(36) 20. sekitarnya, yakni melalui satu mata pelajaran yang bisa diisi dengan materi yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan lingkungannya yang saat ini disebut muatan lokal. 3. Undang-Undang. No.. 2. Tahun. 1989. Tentang. SISDIKNAS, pasal 37 yang menyatakan bahwa: kurikulum. disusun. untuk. mewujudkan. tujuan. Pendidikan Nasional, namun tetap menyelaraskannya dengan tahap perkembangan siswa, kesesuaiannya dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan setempat, kebutuhan pembangunan Nasional maupun daerah, perkembangan. ilmu. pengetahuan. dan. teknologi,. kesenian daerah, serta kesesuaiannya jika diadakan pada jenis dan jenjang pendidikan di lembaga tersebut. 4. Serta lebih lanjut, Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. No.. 060/U/1993. tentang. kurikulum. pendidikan dasar, bahwa kurikulum pendidikan dasar yang disesuaikan dengan keadaan serta kebutuhan lingkungan ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah (KAKANWIL). Departemen. Pendidikan. dan. Kebudayaan. Yang dimaksud kurikulum di atas adalah kurikulum muatan lokal, dan pemberian wewenang kepada. KAKANWIL. DEPDIKBUD. terhadap. penetapan kurikulum tersebut sesuai dengan kebijakan.

(37) 21. otonomi. daerah.. Dimana. segala. urusan. yang. menyangkut keperluan daerah telah dialihkan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, bahkan saat ini tanggung jawab dalam pengelolaan kurikulum muatan lokal telah diberikan pada masing-masing satuan pendidikan yang ada. b. Landasan teoretis, adalah dasar dari implementasi kurikulum muatan lokal yang disandarkan pada suatu teori yang menyatakan sesuatu yang sesuai dengan isi dan maksud atas adanya implementasi kurikulum muatan lokal. Terdapat dua landasan teoretis atas implementasi kurikulum muatan lokal, yaitu: 1. Tingkatan. berpikir. anak. usia. sekolah. yang. mengharuskan adanya penyajian bahan kerajinan yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir anak dari tingkatan berpikir konkret ke arah tingkatan berpikir abstrak. Sesuai dengan prinsip perkembangan anak usia sekolah, bahwa keterampilan (pelajaran yang menggunakan praktik langsung) akan semakin meningkatkan kecerdasan anak. 2. Pada umumnya anak usia sekolah mempunyai rasa ingin tahu yang sangat besar terhadap lingkungannya dan segala hal yang terjadi di sekitarnya. Berdasarkan teori ini, maka perkembangan anak akan semakin.

(38) 22. meningkat dan terdedikasikan dengan sangat baik jika ia diberi kesempatan untuk mempelajari hal-hal yang ada disekitarnya dengan bimbingan seorang guru yang kompeten di bidang tersebut.14 c. Landasan demografik, adalah dasar pendukung implementasi kurikulum muatan lokal yang disandarkan pada kondisi penduduk yang ada di daerahnya. Yakni keberagaman yang menjadi aset berharga bangsa Indonesia, (baik yang berkaitan dengan budaya, keadaan alam, flora-fauna, dan kehidupan sosialnya). sebagai. sebuah. alasan. yang. tepat. untuk. mengadakan sebuah kurikulum yang akan melestarikan dan mendayagunakannya dengan sebaik mungkin. Sehingga lahirlah kurikulum muatan lokal yang akan berusaha mewujudkan harapan sesuai dengan landasan demografis tersebut.15 Telah disebutkan di atas, beberapa landasan/ dasar untuk implementasi kurikulum muatan lokal, yang kesemuanya bertumpu pada satu kesimpulan bahwa pengenalan potensi dan keragaman budaya yang dimiliki oleh daerah setempat dan satuan pendidikan sejak dini sangat berguna sekali sebagai upaya masyarakat sekolah dalam mendukung pembangunan nasional maupun daerahnya.. 14 15. Drs. H. M. Ahmad, dkk. Op-Cit. hlm. 151-152 Drs. Erry Utomo, M.Ed, dkk. Op-Cit. hlm. 152.

(39) 23. 3. Tujuan kurikulum muatan lokal Keberadaan muatan lokal pada Kurikulum Nasional ini, tentunya tidak terlepas dari sebuah misi atau tujuan yang diharapkan akan terwujud dengan pelaksanaannya. Terutama hasil yang akan dicapai setelah pelaksanaannya yang diharapkan mampu mendorong peserta didik untuk lebih mengenal secara mendalam tentang potensi dan kebutuhan daerah atau masyarakat sekitarnya (termasuk di dalamnya kebutuhan peserta didik dan sekolah). Dengan demikian, secara terperinci tujuan kurikulum muatan lokal ini dibagi menjadi dua macam, yaitu: 1. Tujuan umum16 dari implementasi kurikulum muatan lokal adalah pemberian bekal kepada peserta didik sebagai generasi penerus bangsa yang berisi pengetahuan, wawasan, dan keterampilan tentang lingkungan alam (potensi alam/ sumber daya alam), lingkungan sosial (keadaan masyarakat), dan lingkungan budaya daerah setempatnya. Sehingga pendidikan yang ditempuhnya selaras dengan kebutuhan dan kondisi di daerahnya untuk mengoptimalkan potensi dan sumber belajar yang ada di sekitarnya, memperkenalkan dan menanamkan kehidupan sosial-budaya, serta nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang di masyarakat pada peserta didik sedini mungkin.. 16. Lampiran II Keputusan KAKANWIL DEPDIKBUD Propinsi Jawa Timur No.1702/104/M/94 2000. Kurikulum Muatan Lokal Propinsi Jawa Timur (landasan, program, dan pengembangan). hlm. 3.

(40) 24. a. Sedangkan Tujuan khusus pembelajaran muatan lokal adalah agar peserta didik: 1. Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya. Karena peserta didik adalah para pewaris lingkungan selanjutnya, maka sudah menjadi semacam kewajiban para orang tua untuk memberikan pemahaman secara lebih mendalam dan utuh kepada mereka sebagai upaya pelestarian dan penjagaan lingkungan yang juga akan diwariskan lagi kepada generasi setelahnya. Dan yang terpenting, supaya kondisi alam dan sosial-budayanya tidak rusak oleh ulah tangan manusia yang tidak memahami secara sempurna arti penting dari setiap sisi lingkungan di sekitarnya. 2. Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat umumnya. Peserta didik yang nota bene adalah para pemuda bangsa, sudah. seharusnya. mempunyai. kemampuan. untuk. mendayagunakan segenap potensi daerahnya, karena banyak potensi daerah yang belum tertangani secara maksimal oleh masyarakat saat ini. Potensi daerah merupakan aset berharga yang dimiliki oleh bangsa, sehingga akan lebih baik dan menguntungkan jika.

(41) 25. penanganannya masih berada di tangan bangsa kita sendiri tanpa dicampuri oleh bangsa asing. 3. Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilainilai atau aturan-aturan yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional. Karena pada kenyataannya saat ini, peserta didik yang memiliki sikap dan perilaku menjunjung tinggi nilai-nilai yang berlaku di masyarakat semakin berkurang, selanjutnya jika dibiarkan maka akan terjadi krisis sosial dan krisis nilai yang menyebabkan hilangnya jati diri bangsa.17 Secara keseluruhan, tujuan dicantumkannya kebijakan kurikulum muatan lokal dalam kurikulum nasional ini, tentu saja berkaitan dengan eksistensi jati diri dan ciri khas bangsa Indonesia. Dimana dipupuknya jiwa nasionalisme bangsa pada diri peserta didik untuk mencintai produk dalam negeri serta memprioritaskan kesejahteraan bangsa sendiri di atas segala kepentingan lainnya. Sehingga kedepannya, keadaan Indonesia akan semakin membaik dan sejahtera di segala bidang kehidupan. 4. Ruang lingkup kurikulum muatan lokal Ruang lingkup kurikulum muatan lokal adalah batasan wilayah pembahasan atas materi muatan lokal. Adanya ruang lingkup 17. Drs. H. Khaeruddin, M.A. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Konsep dan Implementasinya di Madrasah). Jogjakarta: Pilar Media. hlm.115.

(42) 26. tersebut, merupakan upaya lanjutan dari kebebasan yang diberikan pada satuan pendidikan untuk menentukan materi muatan lokal. Pentingnya keberadaan ruang lingkup ini, agar pembahasannya tidak keluar dari jalur dan melanggar batas yang telah diputuskan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, di bawah ini akan dijelaskan beberapa ruang lingkup dalam implementasi muatan lokal, yaitu: a. Lingkup keadaan dan kebutuhan daerah. Hal pertama yang harus dikaji dalam implementasi kurikulum muatan lokal adalah gambaran jelas dan menyeluruh tentang keadaan dan kebutuhan daerah sekitar satuan pendidikan terkait. Karena syarat penentuan materi muatan lokal adalah adanya pembahasan yang berkenaan dengan lingkungan alam, sosialbudaya yang menjadi ciri khas daerah setempatnya. Seperti yang telah disebutkan tentang keberadaan lingkup keadaan dan kebutuhan daerah, maka penting kiranya mengetahui definisi keduanya agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami dan menggunakannya. Pertama, Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tertentu yang berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial dan ekonomi, serta lingkungan budaya.18 Kedua, kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang dibutuhkan oleh masyarakat suatu daerah, khususnya untuk kelangsungan hidup dan peningkatan taraf 18. Hand out tanpa diberi tanggal dengan judul model mata pelajaran muatan lokal SD/MI/SDLB-SMP/MTS/SMPLB – SMA/MA/SMALB/SMK. Jakarta Pusat: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. hlm. 4.

(43) 27. kehidupan masyarakat tersebut, yang disesuaikan dengan arah perkembangan daerah serta potensi daerah yang bersangkutan.19 b. Lingkup isi/jenis muatan lokal adalah batasan dimana dalam memilih materi muatan lokal harus tetap sesuai dengan jenis/ materi yang telah ditentukan secara umum oleh pemerintah pusat. Dengan demikian, meski dalam menentukan jenis materi muatan lokal telah diserahkan sepenuhnya pada masing-masing satuan pendidikan namun ia tetap mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Hal ini merupakan jaminan mutu/ kualitas dari pemerintah terhadap implementasi kurikulum muatan lokal di masing-masing satuan pendidikan. Lingkup isi tersebut dapat berupa: bahasa daerah, bahasa Inggris, kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat (termasuk budi pekerti), dan pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan.20 5. Manfaat kurikulum muatan lokal Manfaat kurikulum muatan lokal lebih banyak terlihat pada perkembangan peserta didk, namun secara tidak langsung juga akan berimbas atau berdampak positif pada daerahnya. Karena daerah akan mendapatkan hasil langsung dari kurikulum muatan lokal yang dipelajari oleh peserta didik yang telah menyelesaikan satu pelajaran muatan lokal. Peserta didik yang telah menyelesaikan satu materi 19 20. Ibid, hlm. 4 Ibid, hlm. 115-116.

(44) 28. muatan lokal tentang kesenian daerah umpamanya, maka ia akan segera dapat membantu dalam usaha pelestarian kesenian daerah tersebut secara praktis tentunya, dan peserta didik tersebut bisa juga ikut dalam sebuah kelompok kesenian yang ada di daerahnya. Hal tersebut merupakan salah satu dari manfaat langsung yang di dapat oleh masyarakat setempat. Adapun manfaat lain yang berhubungan dengan perkembangan pengetahuan siswa telah dijelaskan oleh Erry Utomo dalam bukunya, yaitu: 21 a. Pengetahuan yang diperoleh siswa akan lengkap, utuh dan menyeluruh. Peserta didik bukan hanya memahami tentang materi yang diwajibkan dalam kurikulum nasional saja, tetapi juga mengenal sesuatu yang sangat penting yang berhubungan dengan kehidupan masa depannya, yaitu lingkungan milik mereka sendiri. Hal ini tentu saja mempunyai pengaruh pada sikap peserta didik terhadap kondisi lingkungannya, baik secara geografis, maupun kehidupan sosial-budaya, ekonomi, dll. Mereka menjadi lebih peduli dan segala tindakan mereka bukan hanya dimanfaatkan bagi dirinya sendiri, tetapi juga untuk memberikan. kontribusi. yang. berharga. bagi. lingkungan. sekitarnya. Karena rasa kepemilikan terhadap daerah dan segala potensi budaya serta kebutuhan daerahnya sudah mampu merubahnya menjadi pribadi daerah yang tangguh dan berdedikasi tinggi pada lingkungannya.. 21. Drs. Erry Utomo, M. Ed. Op-Cit. hlm. 6.

(45) 29. b. Peserta didik dalam muatan lokal akan dibekali dengan keterampilan yang dapat membantu orang lain, terutama orang tua, dan diri mereka sendiri jika mereka tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Yakni dengan mempraktekkan apa yang telah dipelajarinya pada muatan lokal dalam upaya pemaksimalan penggunaan sumber daya alam dan potensi yang dimiliki oleh daerahnya. Sehingga hal ini juga dengan sendirinya akan dapat mengurangi pengangguran dan membuka lapangan pekerjaan sendiri di daerahnya, sehingga tidak perlu melakukan urbanisasi (perpindahan dari desa ke kota) untuk mencari pekerjaan. Melihat banyaknya manfaat praktis dari pelaksanaan kurikulum muatan lokal tersebut, maka diharapkan mampu memberi semangat tertentu bagi peserta didik dalam melakukan pembelajaran yang bermutu untuk mata pelajaran muatan lokal.. B. Pembahasan Tentang Madrasah Tsanawiyah 1. Pengertian Madrasah Tsanawiyah Kata madrasah berasal dari bahasa Arab madrasatun (mufradnya) dari kata kerja dasar darasa (past tense). Dari kata dasar ini berubah menjadi kata dirasatun (to study), mudarrisun (guru), akhirnya menjadi kata madrasatun (tempat belajar), yaitu sekolah. Dalam bahasa Indonesia, madrasatun di baca madrasah. Yang mengajarkan mata pelajaran agama Islam dengan sistem.

(46) 30. klasikal dan disamping itu, madrasah juga mengajarkan ilmu pengetahuan umum.22 Tetapi ada juga madrasah yang hanya mengajarkan pelajaran agama Islam saja. Dari beberapa penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa madrasah adalah tempat untuk. mencerdaskan. para. peserta. didik,. menghilangkan. ketidaktahuan atau memberantas kebodohan mereka, serta melatih ketrampilan mereka sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya. Sedangkan yang dimaksud dengan madrasah tsanawiyah adalah tempat belajar tingkat lanjutan pertama dari madrasah ibtidaiyyah, yang juga dibangun oleh lembaga/ yayasan pendidikan Islam. Madrasah tsanawiyah ini setara dengan SMP/ SLTP pada sekolahan umum. Munculnya madrasah dilatarbelakangi oleh sekurang-kurangnya dua faktor, yaitu: pertama, adanya pandangan yang mengatakan bahwa sistem pendidikan Islam tradisional dirasakan kurang bisa memenuhi kebutuhan pragmatis masyarakat, kedua,. adanya. kekhawatiran. atas. kecepatan. perkembangan. persekolahan Belanda yang akan menimbulkan pemikiran yang sekuler. di. masyarakat.. Sehingga. dalam. upaya. untuk. menyeimbangkan perkembangan sekularisme, maka masyarakat muslim, terutama reformis berusaha melakukan reformasi melalui upaya pengembangan pendidikan dan pemberdayaan madrasah.23. 22. Taufik Abdullah, ed. 1996. Agama dan Perubahan Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. hlm. 328 23 Dr. H. Muhaimin, M.A. 2003. Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam: Pemberdayaan, Pengembangan Kurikulum, hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan. Bandung: Nuansa. hlm. 179.

(47) 31. 2. Karakteristik Madrasah Tsanawiyah Madrasah Tsanawiyah merupakan lembaga pendidikan lanjutan pertama yang mempunyai beberapa karakteristik dan membuatnya sedikit berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya. a) Madrasah adalah lembaga yang tafaqquh fid dien (sesuai dengan nilai-nilai agama Islam), karena madrasah adalah lembaga pendidikan yang bernaung di bawah panji-panji Islam dan didirikan oleh ‘Ulama-’ulama Islam pada masa dahulu. Tujuan mendirikannya madrasah adalah mentransfer nilai-nilai, pengetahuan tentang keIslaman kepada peserta didik namun juga tetap memberikan ilmu pengetahuan umum sebagai bekal di kehidupan dunia ini. b) Madrasah merupakan milik masyarakat terutama yang beragama Islam serta terbuka bagi semua lapisan sosial masyarakat, kenyataan ini tidak bisa terlepas dari sejarah awal berdirinya madrasah. Madrasah bisa berdiri sampai seperti sekrang ini juga berkat dukungan dari masyarakat, terutama dalam pengadaan sarana dan prasarana (bangunan, fasilitas belajar, dan gaji untuk guru). 24 c) Kurikulum madrasah adalah 70% untuk kurikulum umum/ nasional dan 30% untuk kurikulum agama Islam.25 Sehingga pengalokasian waktunya harus dibagi dengan cermat agar 24. Artikel yang ditulis oleh Husni Rahim tanggal 20 Desember 2007, dengan judul Visi Madrasah. hlm. 1 25 Artikel oleh Dr. Tobroni, M. Si. Tanggal 28 Mei 2007 dengan judul Percepatan Peningkatan Mutu Madrasah (Tanggapan Atas Kebijakan DIRJEN Pendidikan Islam DEPAG). hlm. 2.

(48) 32. sesuai dengan kebutuhan pengajaran dan dapat memenuhi SKKD masing-masing pelajaran dengan proporsi yang benar. d) Madrasah berkembang secara evolutif, bahkan sejak pertama berdiri lembaga ini sudah banyak sekali mengalami perubahan, yang awalnya merupakan sebuah pengajian di masjid/ mushollah, lalu menjadi madrasah diniyyah, dan akhirnya menjadi madrasah seperti sekarang ini (setara dengan pendidikan umum).26 Bahkan sekarang madrasah ada 3 tingkatannya, yaitu: Madrasah Ibtidaiyyah setara dengan SD, Madrasah Tsanawiyah setara dengan SMP, dan Madrasah ’Aliyah setara dengan SMA. 3. Problematika Madrasah Tsanawiyah Madrasah Tsanawiyah mempunyai beberapa keunggulan, namun juga memiliki banyak problematika yang dihadapinya dalam perjalanan madrasah, yaitu: a) Masih. banyaknya. guru. di. madrasah. secara. umum,. mempunyai pekerjaan sampingan (nyambi kerja lain) untuk membantu perekonomian keluarganya. Hal ini dikarenakan kurangnya kesejahteraan yang didapat seorang guru di madrasah, dan realitas tersebut menyebabkan guru tidak mempunyai loyalitas, kinerja, serta keprofesionalan yang tinggi pada profesi gurunya. Sehingga pembelajaran yang dilakukan terkesan hanya sebatas transfer of knowledge,. 26. Ibid, hlm. 3.

(49) 33. padahal pendidikan merupakan cara mendidik anak untuk dapat mengembangkan potensi. b) Sebagian besar madrasah yang ada masih kurang didukung oleh organisasi dan manajemen yang rapi, juga jaringan madrasah yang terbatas, serta kurang memiliki sumbersumber dana yang memadai. Hal ini tentu saja menghambat kemajuan madrasah dalam proses pendidikannya. c) Masih banyak guru di madrasah yang mengajar tidak sesuai dengan kualifikasi akademiknya, sehingga pembelajaran yang diadakannya hanya sebatas pengetahuan dan bukannya dibahas secara mendalam seperti layaknya guru yang kompeten di bidangnya. Dampak dari problem tersebut ada pada kualitas lulusan (output) madrasah yang berada di bawah standar umumnya, serta menyebabkan kurang mampunya lulusan madrasah bersaing dalam meraih kesempatan untuk sekolah di tempat yang favorit atau dalam dunia kerja. d) Kurikulum madrasah yang bisa dikatakan kurang fokus dan maksimal, yakni 70% untuk pelajaran umum, dan 30% untuk pelajaran agama. Jadi kemampuan yang diperoleh peserta didik kurang menyeluruh dalam dua hal tersebut, karena kurangnya kuota waktu untuk masing-masing pelajaran.27. 27. Ibid, hlm. 3.

(50) 34. Dari beberapa problematika yang telah disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa madrasah berada pada lingkaran setan (masalah) yang saling terkait dan tidak bisa dipecahkan, yaitu: rendahnya masukan/ input (guru, siswa), proses pembelajaran yang kurang efektif, lulusan/ output yang berkualitas rendah, sehingga menyebabkan masyarakat kurang percaya untuk mengambil lulusan madrasah sebagai pekerjanya. 4. Performa Madrasah Tsanawiyah yang ideal Madrasah. merupakan. tempat. dimana. peserta. didik. mendapatkan pengetahuan, wawasan, serta bekal dalam menapaki kehidupan di depan mereka. Keberadaan madrasah tsanawiyah sebagai lanjutan dari madrasah ibtidaiyyah harus benar-benar bisa memberikan pendidikan yang adil secara kualitas dan kuantitas pada peserta didiknya. Meskipun madrasah tsanawiyah ini berada di bawah naungan lembaga pendidikan agama Islam. Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa tingkat kecerdasan anak. pada. saat. dilahirkan. adalah. sama,. sedangkan. yang. menyebabkannya berbeda adalah langkah selanjutnya yang dipilih oleh manusia dewasa di sekitarnya. Jadi yang membentuk dan yang mengurangi kecerdasan anak-anak adalah orang dewasa dan lingkungan anak tersebut. Pada kehidupan manusia, ada tiga macam lingkungan yang sangat berpengaruh pada perkembangan anak manusia, yaitu: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah/ madrasah, dan lingkungan.

(51) 35. masyarakat. Karena setelah fase kelahiran, anak akan mendapat pengaruh tidak semuanya baik dari berbagai macam lingkungan tersebut, maka madrasah sebagai salah satu lingkungan pembentuk karakter anak harus bisa mendidik anak agar dapat menyaring informasi yang didapatnya terlebih dahulu sebelum diambil. Berdasarkan pada hal di atas, maka madrasah harus mampu membangun performa yang ideal untuk dijadikan tempat menimba ilmu, beberapa kriteria di bawah ini harus dimiliki oleh madrasah yaitu:28 a. Memiliki kultur yang kuat Kultur adalah sebuah karakter, ciri khas yang dimiliki oleh madrasah dalam proses memberikan makna bagi setiap kegiatan kependidikan dan yang menjembatani antara kegiatan dengan hasil yang dicapai. Dalam hal ini, kultur madrasah adalah kultur belajar, jadi bagaimana cara agar madrasah mampu menciptakan suasana belajar yang mendukung bagi peserta didik dan mendapat kepercayaan dari masyarakat untuk menjadi agen pencetak para tunas-tunas bangsa. b. Kepemimpinan kolaboratif dan belajar kolektif Kepemimpinan kolaboratif di madrasah adalah bentuk kepemimpinan dimana setiap orang/ lembaga yang terkait, ikut dalam satu struktur kepemimpinan tersebut dan melakukan pekerjaan dalam suasana kebersamaan dan saling mendukung. 28. Ahmad Zayadi (TIM). 2005. Desain Pengembangan Madrasah. Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. hlm. 62-65.

(52) 36. Hal ini tentu saja akan menyukseskan proses belajar-mengajar yang ada, karena pada dasarnya belajar adalah kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama (kolektif) dan tentunya dalam penanganan setiap kegiatannya juga membutuhkan banyak penggabungan pikiran, ide, dan pengetahuan serta pengalaman dari berbagai kalangan. Supaya pendidikan yang terselenggara adalah pendidikan yang mempunyai arah perkembangan yang bagus dan selalu progressif ke depannya. c. Membiasakan siswa menghadapi perubahan/ ketidakpastian Kehidupan dunia ini tidak akan pernah bisa berada pada posisi yang sama terus menerus, ia akan terus mengalami perubahan menuju kesempurnaan. Semua orang berpikir bagaimana mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari sekarang, sehingga mendatangkan banyak ide yang beragam tiap harinya. Inilah yang kemudian membuat perubahan secara terus menerus di kehidupan alam semesta ini. Sehingga. tugas. madrasah. selain. mendidik. juga. mempersiapkan peserta didiknya dalam menghadapi setiap perubahan. Jadi pembelajaran yang dilakukan di madrasah adalah cara menyelesaikan soal, bukannya memberikan jawaban soal. Inilah yang diperlukan oleh peserta didik, dan menjadikan madrasah tersebut memiliki daya tarik yang luar biasa dari khalayak umum..

(53) 37. 5. Kurikulum Madrasah Tsanawiyah Madrasah. tsanawiyah. merupakan. sebuah. lembaga. pendidikan setingkat dengan SMP (sekolah menengah pertama) yang bernaung di bawah panji agama Islam, sehingga segenap kebijakan yang diselenggarakan di madrasah tsanawiyah harus tetap berada di dalam garis nilai-nilai ajaran Islam. Namun madrasah tsanawiyah saat ini sudah mengalami banyak perubahan kebijakan, karena madrasah sudah memiliki status yang sama dengan pendidikan umum lainnya. Sehingga madrasah sekarang, menjalankan proses pembelajaran dengan mematuhi kebijakan dari pemerintah melalui Departemen Agama. Mengingat hal itu maka dalam pelaksanaan pembelajaran di madrasah tsanawiyah mempunyai kesamaan kurikulum dengan pendidikan umum setingkat dengannya, yaitu memiliki dua kurikulum pedoman pelaksanaan pembelajaran. Kedua kurikulum tersebut adalah kurikulum nasional (inti) dan kurikulum lokal (pilihan).29 Kurikulum nasional adalah kurikulum yang berlaku secara nasional bagi madrasah tsanawiyah/ sederajat SMP, yang wajib memuat bahan kajian dan mata pelajaran yang telah ditentukan oleh pemerintah. Isi dari kurikulum nasional (inti) meliputi mata pelajaran: pendidikan pancasila, pendidikan agama (qur’an hadist, akidah akhlak, fiqih, sejarah kebudayaan Islam, dan bahasa Arab), 29. Dr. Ali Riyadi. 2006. Politik Pendidikan (menggugat birokrasi pendidikan nasional). Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. hlm. 100-101.

(54) 38. pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia, membaca dan menulis, matematika, pengantar sains dan teknologi, ilmu bumi, sejarah nasional, kerajinan tangan dan kesenian, pendidikan jasmani dan kesehatan, menggambar, dan bahasa Inggris. Kurikulum lokal (pilihan) adalah kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan setempat, dan juga yang sesuai dengan karakteristik dari satuan pendidikannya dengan tanpa mengurangi kurikulum nasional dan tidak menyimpang dari tujuan pendidikan nasional tentunya.. C. Pembahasan Tentang Implementasi Kurikulum Muatan Lokal 1. Pentingnya implementasi kurikulum muatan lokal Pada. dasarnya. keberadaan. kurikulum. muatan. lokal. berlandaskan pada sebuah kenyataan bahwa Indonesia memiliki beraneka ragam budaya dan adat istiadat, kesenian, tata cara, tata krama dalam pergaulan, bahasa, serta pola hidup yang diwariskan turun menurun dari nenek moyang bangsa.30 Selain itu juga, Indonesia mempunyai berbagai macam potensi daerah yang berbedabeda di seluruh wilayahnya, baik secara ekonomi-bisnis maupun potensi wisatanya. Sehingga menjadi sebuah kewajiban dan tugas agung yang harus diemban oleh generasi selanjutnya untuk menjaga kelestariannya dan memaksimalkan pendayagunaan potensi di masing-masing daerahnya, agar ciri khas dan jati diri bangsa tersebut. 30. Dr. E. Mulyasa, Op-Cit. hlm. 272.

(55) 39. tidak hilang dan bisa diteruskan pada generasi selanjutnya. Pentingnya proses transmisi budaya yang tepat dan tersistematis pada generasi selanjutnya dikarenakan pada dasarnya bangsa Indonesia sudah berbudaya, contohnya saja hampir seluruh anak Indonesia adalah dwibahasan (bilingual) yakni menguasai dan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerahnya, hal ini merupakan sebuah representatif dari proses pembudayaan atau pewarisan budaya lokal.31 Oleh karena itu, muatan lokal disini berperan sebagai salah satu agen pembinaan budaya yang ruhnya sudah tertanam secara tidak sengaja pada diri masing-masing anak Indonesia. Dan upaya ini sangat efektif karena lembaga pendidikan merupakan tempat pembelajaran yang sangat penting sebagai bekal dalam kehidupan para generasi penerus bangsa ini. Seperti yang telah diketahui bahwa lembaga pendidikan formal (sekolah) merupakan bagian dari masyarakat (institusi sosial) yang menempati kedudukan ganda, yaitu strategis dan kritis.32 Dikatakan menempati posisi strategis karena pendidikan memegang kendali. penting. dalam. mempertahankan. dan. meningkatkan. kelanggengan kehidupan sosial. Sedangkan sekolah juga dikatakan menempati posisi kritis karena ia menjadi bagian dari institusi sosial dan harus melakukan langkah adaptif dan adoptif agar tetap dapat bertahan. Sehingga akan mempunyai dampak yang baik jika didalam. 31. Fuad Abdul Hamid & Dedi Supriadi. November 1996. The Indonesian Language, The Local Languages, and The Bilinguality of Indonesian Children. Bandung. 32 Moh. Irfan, dkk. 2000. Teologi Pendidikan (tauhid sebagai paradigma pendidikan Islam). Jakarta: Friska Agung Insani. hlm. 78.

(56) 40. kurikulum sekolahan juga diberikan satu mata pelajaran yang berupa pengenalan terhadap peserta didik tentang keadaan alam, budaya, sosial dan kebutuhan masyarakat daerah mereka. Hal ini diharapkan dapat memberikan rasa kepemilikan terhadap daerahnya dan mencegah sikap terasing pada daerah yang mereka tinggali. Berdasarkan kenyataan di atas, maka pemerintah kemudian mengeluarkan kebijakan yang berkenaan dengan upaya pelestarian keragaman budaya, bahasa, adat-istiadat dan juga potensi daerahnya, yakni berupa kurikulum muatan lokal. Kurikulum muatan lokal disini merupakan sebuah upaya untuk mengakomodasi dan sekaligus mengakui keragaman dan keunikan yang dimiliki oleh masingmasing daerah di wilayah Negeri Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang multietnik, multibudaya, dan multibahasa yang sebelumnya terabaikan karena obsesi yang sedemikian besar terhadap uniformitas kurikulum pendidikan di Indonesia.33 2. Prinsip-prinsip implementasi kurikulum muatan lokal Prinsip-prinsip implementasi kurikulum muatan lokal adalah beberapa aturan/ batasan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat dalam usaha implementasi kurikulum muatan lokal yang telah diberikan sepenuhnya dalam hal pengembangannya pada masingmasing satuan pendidikan. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk pengawasan yang sudah menjadi kewajiban pemerintah dalam implementasi kurikulum muatan lokal yang dijalankan oleh satuan 33. Prof. DR. Dedi Supriadi. 2005. Membangun Bangsa Melalui Pendidikan 2004. Bandung: PT. Remaja Roskarya. hlm. 205.

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan penerapan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana terjadi karena adanya peningkatan seluruh dimensi penerapan keselamatan pasien yang meliputi dimensi

Dengan memanfaatkan teknologi informasi, maka dapat memberikan potensi yang besar dalam meningkatkan pendapatan masyarakat, dalam hal ini ibu-ibu Majelis Talim

Kemampuan yang diawali dengan mengeluarkan suara seperti menangis, mendekut, mengoceh dan meniru kata-kata sebelum anak dapat berbicara dengan jelas sesuai artinya disebut dengan

Menetapkan pajar biaya perkara (dalam hal Penggugat atau Tergugat tidak mampu, Ketua dapat mengijinkan untuk beracara secara prodeo atau tanpa membayar biaya perkara).

Sedangkan kenyataan yang ada didalam masyarakat seseorang narapidana sekali saja dia dipidana karena melakukan tindak pidana tertentu, lalu ia di masukan ke suatu

Agar dapat mencapai tujuan dalam proes pendidikan yang baik, tidak terlepas dari permasalahan yang harus dipecahkan agar mencapai tujuan dan latar belakang masalah,

Tema sajroning novel Penganten iki yaiku panelangsane priyayi kang ora duwe anak kanthi amanat supaya manungsa ora gampang kagodha marang gumebyaring donya kang