• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR CENGKEH DI INDONESIA SKRIPSI. Syifa Rahmatunnisa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR CENGKEH DI INDONESIA SKRIPSI. Syifa Rahmatunnisa"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR CENGKEH DI INDONESIA

SKRIPSI

Syifa Rahmatunnisa 1112092000041

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

i ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

VOLUME IMPOR CENGKEH DI INDONESIA

Syifa Rahmatunnisa 1112092000041

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agribisnis Pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

ii ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

VOLUME IMPOR CENGKEH DI INDONESIA

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agribisnis Pada Program Studi Agribisnis

Oleh : Syifa Rahmatunnisa 1112092000041 Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II 11 1Hidayatullah

Dr. Ir. Edmon Daris, MS

(4)

iii PENGESAHAN PENGUJIAN

Skripsi berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Impor Cengkeh di Indonesia” yang ditulis oleh Syifa Rahmatunnisa NIM. 1112092000041, telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 09 Januari 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis.

(5)

iv PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Januari 2018

Syifa Rahmatunnisa NIM. 1112092000041

(6)

v DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Diri

Nama : Syifa Rahmatunnisa

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 23 Mei 1994

Agama : Islam

Alamat : Perumahan Bumi Indah, Tahap 1 Jl. Anyelir III Blok DB No. 1 RT 08 RW 06 Kutajaya, Pasar Kemis Kabupaten Tangerang

No. Hp : 082114778233

Email : syifa.nisa23@gmail.com Riwayat Pendidikan

1. 2012 – 2017 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. 2009 – 2012 : MA Negeri 2 Kota Serang

3. 2006 – 2009 : SMPs Boarding School Daar El Falaah Pandeglang 4. 2000 – 2006 : MI Al Husna Gembor Tangerang

5. 1999 – 2000 : TK Al Husna Gembor Tangerang Pengalaman Organisasi

1. 2003 – 2006 : Pasukan Inti Pramuka MI Al Husna Gembor Tangerang 2. 2005 – 2006 : Group Marching Band Salsabila Al Husna – Anggota Bell 3. 2006 – 2007 : Pasukan Inti Pramuka LKBB Pandeglang

4. 2007 – 2008 : Group Marching Band Gita Nada el falaah – Anggota Snair Drum

(7)

vi Hidayatullah Jakarta – Staf Ahli Divisi Kerohanian

6. 2014 – 2015 : Himpunan Mahasiswa Jurusan Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta – Staf Ahli Divisi Kewirausahaan

Pengalaman Kerja

1. 2013 – 2014 : SDIT Ibnu Arqom Tangerang – Guru

Prestasi

(8)

vii RINGKASAN

Syifa Rahmatunnisa. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Impor Cengkeh di Indonesia: Dibawah bimbingan Siti Rochaeni dan Junaidi.

Cengkeh merupakan salah satu komoditas penting dalam sektor perkebunan. Indonesia merupakan negara produsen cengkeh terbesar di dunia (Kementerian Pertanian, 2016). Sementara dua negara lain yang cukup potensial sebagai penghasil cengkeh adalah Madagaskar dan Tanzania (FAO, 2016). Peran utama komoditi cengkeh di Indonesia adalah sebagai bahan baku tambahan tembakau dalam pembuatan rokok kretek. Cukai rokok merupakan salah satu penerimaan negara dari beberapa sumber penerimaan negara lainnya (Kementerian Keuangan, 2016). Produksi cengkeh di Indonesia tidak sebanding dengan jumlah konsumsi cengkeh sehingga pemerintah mengambil keputusan untuk mengimpor cengkeh dari luar negeri.

Terjadinya kegiatan impor cengkeh yang berkelanjutan dikhawatirkan akan mengurangi devisa negara, terjadi ketergantungan cengkeh dari negara lain, serta mempengaruhi kesejahteraan petani cengkeh dalam negeri. Maka diperlukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap volume impor cengkeh di Indonesia. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh pada penelitian ini adalah harga rill cengkeh dalam negeri, harga rill cengkeh impor, nilai tukar rill rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, dan dummy kebijakan pengendalian impor cengkeh di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan model regresi linear berganda menggunakan data time series dalam kurun waktu tiga puluh tahun, mulai dari tahun 1986-2015. Berdasarkan analisis yang dilakukan didapatkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,5860. Hal ini menunjukan bahwa variabel bebas meliputi harga rill cengkeh dalam negeri, harga rill cengkeh impor, nilai tukar rill rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, dan dummy kebijakan pengendalian impor cengkeh sebesar 58,60% dapat menjelaskan variabel terikatnya yaitu volume impor cengkeh di Indonesia dan sebesar 41,40% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar penelitian. Hasil uji F menunjukan secara serentak (bersama-sama) variabel bebas yang diteliti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya. Faktor yang berpengaruh secara signifikan/nyata terhadap volume impor cengkeh di Indonesia dengan taraf nyata (α) lima persen adalah harga rill cengkeh dalam negeri, harga rill cengkeh impor, dan dummy kebijakan pengendalian impor cengkeh.

(9)

viii KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah wa shalatuwassalamu „ala rasulillah. Pertama-tama dengan

segala kerendahan hati penulis ucapkan puji serta syukur atas rahmat Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman, islam, serta kesehatan kepada penulis sehingga dengan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Impor Cengkeh di Indonesia” dengan baik. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan kita sebagai pengikutnya yang mudah-mudahan tetap istiqomah terhadap ajaran sunnah-sunnahnya hingga akhir zaman, serta selalu mengharapkan syafa‟atnya di yaumil

qiyamah.

Skripsi ini penulis lakukan sebagai bentuk tanggung jawab mahasiswa untuk turut serta dalam mengamalkan salah satu poin Tri Dharma Perguruan

Tinggi, yaitu melakukan penelitian. Penelitian ini bukanlah sesuatu yang instant,

melainkan berangkat dari proses yang panjang, menyita segenap tenaga, waktu, dan pikiran. Tanpa adanya motivasi, semangat, kesabaran, kerja keras, dan do‟a rasanya mustahil penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penulis menyadari dalam menyusun skripsi ini tidak terlepas dari kontribusi berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua penulis, Papah H. Lili Hambali dan Mamah Hj. Siti Zaojah, Aa Didi Khurdi, Teh Siti Aisyah, Dede Wildan Mukholladun, serta

(10)

ix seluruh keluarga Bani H. Saikin yang ada di Tangerang. Terima kasih atas segala cinta, kasih sayang, pengorbanan, perhatian yang tak terhingga, nasihat, dan dukungan baik moril maupun materil serta do‟a yang tiada hentinya kepada penulis. Terima kasih selalu memberikan semangat, kepercayaan, dan mengajarkan penulis untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Penyelesaian skripsi ini merupakan salah satu bakti serta wujud kasih sayang dan cinta penulis kepada Papah dan Mamah serta keluarga. Mohon maaf telah membuat Papah dan Mamah serta keluarga menunggu terlalu lama untuk penulis menyelesaikan tugas skripsi ini.

2. Ibu Ir. Siti Rochaeni, M.Si dan Bapak Ir. Junaidi, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan tenaga, energi, pikiran, waktu, serta memberikan ilmu, arahan serta dukungan yang besar kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sampai akhir.

3. Bapak Dr. Ir. Akhmad Riyadi Wastra, S.IP, MM dan Bapak Dr. Iwan Aminudin, M.Si selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan arahan serta ilmu kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini sampai akhir. 4. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS dan Bapak Dr. Iwan Aminudin, M.Si

selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis yang telah memberikan kesempatan dan dukungan kepada penulis untuk menuntut ilmu lebih dalam.

5. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, para wakil dekan I, II, dan III, beserta staf TU, Akademik, dan karyawan FST lainnya.

(11)

x 6. Bapak Ir. Mudatsir Najamuddin, MM selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, motivasi, serta dukungan kepada penulis selama masa perkuliahan.

7. Seluruh dosen Program Studi Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu, pengetahuan, wawasan, dan pengalaman kepada penulis hingga mendapatkan gelar Sarjana Agribisnis.

8. Seluruh staf Badan Pusat Statistik, Kementerian Pertanian, serta lembaga-lembaga terkait penelitian yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengambil data-data yang diperlukan dalam penelitian. 9. Sahabat-sahabat penulis (Feby, Iffah, Dena, Dewi, Kamila) yang selalu ada

menemani penulis dan mendengarkan keluh kesah penulis selama menyelesaikan skripsi ini. Khususon Feby yang telah menjadi teman pertama saat kuliah dan menemani penulis dari awal menjadi Maba (Mahasiswa Baru), KKN bersama, PKL bersama, menyelesaikan tugas akhir pun bersama. Terima kasih untuk kalian telah menemani penulis selama masa kuliah ini, semoga persahabatan kita tidak hanya sebatas teman kuliah yaa, tapi selamanya sampai di surga. Aamiin..

10. Kepada Grup Bajaj (Ratu dan Anis) terima kasih telah menjadi sahabat terbaik penulis mulai dari MAN hingga sekarang, setia mendengarkan keluh kesah serta tak henti-hentinya memberikan semangat pada penulis.

(12)

xi 11. Geng Kostan Wida (Dera, Nurul, Yuni) terima kasih telah menemani penulis dalam menjalani hidup di Ciputat semasa kuliah, semoga kita sama-sama sukses dunia akhirat, Aamiin..

12. KKN Satu Segi yang selalu memberikan perhatian dan semangat kepada penulis, semoga persahabatan kita tetap terjaga sampai nanti yaa..

13. Teman-teman seperjuangan, para pejuang skripsi, keluarga besar Agribisnis 2012 yang telah membantu penulis selama perkuliahan dan telah berbagi ilmu dan pengalaman selama di bangku perkuliahan.

14. Kakak-kakak senior yang selalu memberikan informasi mengenai seluk-beluk skripsi, serta adik-adik junior 2013, 2014, dan 2015.

Sebagai penutup hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan baik implementasi maupun penulisan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT meridhoi langkah serta amal ibadah yang telah kita lakukan. Aamin ya robbal „alamiin..

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb

Jakarta, Januari 2018

(13)

xi DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Tanaman Cengkeh ... 10

2.2 Teori Permintaan ... 10

2.3 Perdagangan Internasional ... 15

2.4 Teori Impor ... 19

2.4.1 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Impor ... 20

2.4.2 Definisi Harga... 21

2.4.3 Definisi Nilai Tukar ... 21

2.4.4 Kebijakan Pemerintah ... 22

2.4.5 Indeks Harga Konsumen ... 23

2.5 Penelitian Terdahulu ... 24

2.6 Kerangka Pemikiran ... 28

2.7 Hipotesis Penelitian ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31

3.1 Waktu Penelitian ... 31

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 31

3.3 Metode Pengumpulan Data... 32

(14)

xii

3.5 Metode Analisis Data ... 39

3.5.1 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 40

3.5.2 Uji Statistik ... 44

3.6 Definisi Operasional ... 46

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 48

4.1 Sejarah Cengkeh ... 48

4.2 Sentra Produksi Cengkeh di Indonesia ... 48

4.3 Perkembangan Harga Cengkeh di Indonesia ... 52

4.4 Perkembangan Volume Impor Cengkeh di Indonesia ... 54

4.5 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat .. 56

4.6 Perkembangan Kebijakan Pengendalian Impor Cengkeh ... 57

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 59

5.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Impor Cengkeh di Indonesia ... 59

5.1.1 Hasil Uji F ... 62

5.1.2 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 62

5.1.3 Hasil Pengujian Asumsi Klasik ... 63

5.2 Pengaruh Harga Rill Cengkeh dalam Negeri Terhadap Volume Impor Cengkeh di Indonesia ... 68

5.3 Pengaruh Harga Rill Cengkeh Impor Terhadap Volume Impor Cengkeh di Indonesia ... 70

5.4 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat Terhadap Volume Impor Cengkeh di Indonesia ... 71

5.5 Pengaruh Dummy Kebijakan Pengendalian Impor Cengkeh Terhadap Volume Impor Cengkeh di Indonesia ... 73

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 76

6.1 Kesimpulan ... 76

6.2 Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(15)

xiii DAFTAR TABEL

1. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Cengkeh di Indonesia ... 2

2. Perkembangan Ekspor dan Impor Cengkeh di Indonesia ... 5

3. Data dan Sumber Data Penelitian ... 32

4. Perkembangan Harga Cengkeh Impor dan Cengkeh dalam Negeri ... 53

5. Perkembangan Volume Impor Cengkeh di Indonesia ... 55

6. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat ... 57

(16)

xiv DAFTAR GAMBAR

1. Kurva Permintaan ... 14

2. Keseimbangan Parsial dalam Perdagangan Internasional ... 19

3. Kerangka Pemikiran ... 29

4. Sentra Produksi Cengkeh Perkebunan Rakyat di Indonesia ... 49

5. Kabupaten Sentra Produksi Cengkeh di Provinsi Sulawesi Selatan ... 50

6. Kabupaten Sentra Produksi Cengkeh di Provinsi Maluku ... 51

7. Kabupaten Sentra Produksi Cengkeh di Provinsi Sulawesi Utara... 52

(17)

xv DAFTAR LAMPIRAN

1. Indeks Harga Konsumen Indonesia 2012 = 100 ... 83

2. Indeks Harga Konsumen Amerika Serikat 2012 = 100 ... 84

3. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 85

4. Hasil Perhitungan Menggunakan Program Eviews 9 ... 86

5. Kebijakan Pemerintah Pada Industri Cengkeh di Indonesia ... 88

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cengkeh merupakan salah satu komoditas pertanian dalam sektor perkebunan di Indonesia. Indonesia merupakan negara produsen cengkeh terbesar di dunia. Hal ini selain dikarenakan cengkeh merupakan tanaman asli Indonesia, juga didukung oleh kondisi alam, iklim, dan topografi yang mendukung agribisnis cengkeh di Indonesia (Kementerian Pertanian, 2007 dalam Situmeang, 2008 : 3). Sementara dua negara lain yang cukup potensial sebagai penghasil cengkeh adalah Madagaskar dan Tanzania yang seluruh produksinya mencapai berkisar antara 20.000 – 27.000 ton per tahun (FAO, 2007 dalam Situmeang, 2008 : 3).

Peran utama komoditas cengkeh di Indonesia yaitu sebagai bahan baku tambahan tembakau dalam pembuatan rokok kretek. Perusahaan rokok kretek di Indonesia sangat menjanjikan dan memberi harapan bagi penerimaan negara melalui cukai rokok dan kegiatan ekspornya. Cukai rokok merupakan salah satu penerimaan bagi negara dari beberapa sumber penerimaan negara lainnya. Dilihat dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2016 kontribusi kapebeanan dan cukai dari total penerimaan negara adalah 12%, untuk porsi cukai sendiri telah menyumbang sebesar 78% atau setara dengan Rp. 146,4 triliun. (Kementerian Keuangan, 2016 : 12).

Selain sebagai bahan baku tambahan tembakau dalam pembuatan rokok kretek, cengkeh juga digunakan untuk kebutuhan makanan, kosmetik, penyulingan minyak cengkeh, dan kesehatan. Peran lain agribisnis cengkeh dalam

(19)

2 perekonomian adalah penyerapan tenaga kerja, penyumbang pendapatan petani, dan mendukung berkembangnya industri (Kementerian Pertanian, 2007 dalam Situmeang, 2008 : 4). Berikut data perkembangan produksi dan konsumsi cengkeh di Indonesia pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Cengkeh di Indonesia Tahun 1986 – 2015

Tahun Produksi (Ton) Konsumsi (Ton)

1986 50.628 79.576 1987 71.002 81.293 1988 81.224 85.011 1989 56.398 66.189 1990 66.912 77.905 1991 80.253 89.763 1992 73.124 87.616 1993 67.366 75.364 1994 78.379 92.104 1995 90.007 92.196 1996 59.479 60.661 1997 59.192 61.188 1998 67.177 68.761 1999 52.903 75.513 2000 59.878 80.751 2001 72.685 89.584 2002 79.009 80.080 2003 76.471 77.726 2004 73.837 74.942 2005 78.350 79.468 2006 61.408 62.202 2007 80.405 81.105 2008 70.536 71.206 2009 81.988 82.478 2010 98.385 98.662 2011 72.207 87.186 2012 99.890 107.054 2013 109.695 117.184 2014 110.576 117.528 2015 111.516 122.447

(20)

3 Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa produksi cengkeh di Indonesia pada tahun 1986 hingga 2015 berfluktuasi namun cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jumlah penurunan produksi cengkeh terbesar terjadi pada tahun 1989 dan 2011 yaitu 56398 ton dan 72.207 ton, dimana pada tahun sebelumnya 81224 ton pada tahun 1988 dan 98.385 ton pada tahun 2010. Kejadian tersebut dikarenakan pada tahun 1988 dan 2011 terjadi anomali cuaca yang menyebabkan hasil produksi cengkeh menurun drastis.

Penggunaan cengkeh yang semakin meluas dan beragam di Indonesia, baik sebagai bahan pangan maupun non pangan, turut mendorong kenaikan konsumsi cengkeh dari tahun ke tahun. Cerahnya peluang Indonesia untuk menghasilkan cengkeh tiap tahunnya dapat dilihat dari jumlah produksi dalam negeri. Seiring dengan bertambahnya jumlah produksi cengkeh dalam negeri membuat permintaan cengkeh dalam negeri terus bertambah.

Seperti yang terdapat pada Tabel 1 menjelaskan bahwa Indonesia merupakan negara produsen dan konsumen cengkeh terbesar di dunia. Dimana jumlah konsumsi cengkeh setiap tahunnya lebih tinggi daripada jumlah produksi cengkeh dalam negeri. Hal ini perlu diantisipasi demi menghadapi lonjakan konsumsi cengkeh pada tahun berikutnya.

Produksi cengkeh di Indonesia selain diekspor, juga diorientasikan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi cengkeh dalam negeri khususnya pada industri rokok kretek, karena berdasarkan penggunaannya yaitu sebanyak 85% - 95% konsumsi cengkeh dalam negeri digunakan untuk industri rokok kretek (Badan Pusat Statistik, 2016).

(21)

4 Namun, semakin meluasnya konsumsi cengkeh di Indonesia tidak diikuti dengan kualitas cengkeh yang baik dari tahun ke tahun. Hal tersebut dapat dilihat dari kualitas cengkeh dari petani yang sampai ke tangan industri rokok kretek. Cengkeh tersebut harus dilakukan pengeringan kembali sebelum dilakukan proses pembuatan rokok kretek. Dikarenakan cengkeh yang berasal dari petani dalam negeri memiliki tingkat kadar air yang masih lumayan tinggi. Meskipun mampu menghasilkan jumlah cengkeh yang banyak, jika dari segi pemanenan hasil cengkeh yang tidak diperhatikan akan membuat kualitas cengkeh menurun.

Hal tersebut membuat industri rokok kretek melakukan penambahan jumlah cengkeh dari luar negeri (impor) dengan tujuan untuk memenuhi permintaan konsumen, mendapatkan kualitas cengkeh yang lebih baik, dan berinovasi dari rasa cengkeh yang diterapkan pada rokok kretek. Selera penikmat rokok kretek semakin banyak seiring dengan bertambahnya penduduk di Indonesia, sehingga permintaan cengkeh dalam negeri semakin bertambah.

Sehingga hal tersebut membuat pemerintah Indonesia melakukan penambahan stock cengkeh dari luar negeri. Namun, selain melakukan impor cengkeh dari negara penghasil cengkeh yang lain, Indonesia tetap melakukan eskpor ke beberapa negara importir cengkeh di dunia guna menambah devisa negara sebagai negara yang dapat menghasilkan cengkeh lebih banyak. Kontribusi ekspor dan impor cengkeh selama tiga puluh tahun terakhir yaitu dari tahun 1986 hingga tahun 2015 cenderung fluktuatif seperti yang terlihat pada Tabel 2.

(22)

5 Tabel 2. Perkembangan Ekspor dan Impor Cengkeh di Indonesia Tahun 1986 –

2015 Tahun Ekspor Impor Volume (Ton) Nilai

(000US$) Volume (Ton) Nilai (000US$)

1986 1.818 3822 28.948 89276 1987 1.836 3044 10.291 41592 1988 622 542 3.787 14322 1989 398 375 9.791 49330 1990 360 215 10.993 68049 1991 388 102 9.510 60921 1992 316 81,076 14.492 120014 1993 297 49,969 7.998 70156 1994 319 156,307 13.725 47401 1995 230 47,905 2.189 7829 1996 356 220,97 1.182 504657 1997 20.157 14.115 1.996 14003 1998 1.776 1.635 1.584 6452 1999 4.655 8.281 22.610 40066 2000 6.324 10.669 20.873 52390 2001 9.400 25.973 16.899 17365 2002 15.688 24.930 1.071 2977 2003 9.060 16.037 1.255 1963 2004 7.683 14.916 1.105 2035 2005 11.270 23.533 1.118 2312 2006 14.093 33.952 794 1157 2007 4.251 7.251 700 1109 2008 5.142 5.586 670 1917 2009 6.008 12.580 490 1728 2010 5.397 16.304 277 1.336 2011 5.941 24.767 14.979 345.151 2012 5.177 25.399 7.164 110.793 2013 9.136 33.834 7.489 172575 2014 12.889 46.484 6.952 61473 2015 12.754 41.569 10.931 127.205 Sumber : UN Comtrade (2016)

Berdasarkan pada Tabel 2 dapat dilihat kontribusi ekspor cengkeh di Indonesia pada tahun 1986 hingga tahun 2015 cenderung fluktuatif. Disamping Indonesia melakukan ekspor cengkeh, Indonesia juga melakukan impor cengkeh

(23)

6 setiap tahunnya dengan jumlah yang tidak sedikit. Peningkatan volume impor yang sangat drastis terjadi pada beberapa tahun. Diantaranya pada tahun 1992, 1994, 1999, dan 2011. Untuk tahun 1992 Indonesia melakukan impor cengkeh sebanyak 14.492 ton yang pada tahun sebelumnya sebanyak 9.510 ton. Hal tersebut terjadi serupa pada tahun 1994, dimana Indonesia melakukan impor cengkeh sebesar 13.725 ton yang pada tahun sebelumnya sebesar 7.998 ton. Pada Tabel tersebut volume impor terus bertambah mulai dari tahun 1998 hingga tahun 2001. Tahun 1998 Indonesia mengimpor cengkeh sebanyak 1.584 ton, jumlah tersebut meningkat pada tahun selanjutnya di tahun 1999 sebesar 22.610 ton. Jumlah tersebut meningkat di tahun setelahnya dalam jumlah yang lumayan besar.

Sehingga hal tersebut membuat pemerintah memandang perlu untuk menetapkan ketentuan impor cengkeh pada tahun 2002, dalam rangka mengantisipasi lonjakan impor cengkeh yang mengakibatkan terjadinya penurunan harga cengkeh dan pendapatan petani di dalam negeri, yang diatur melalui Surat Keputusan Menperindag No.528/MPP/Kep/7/2002 tertanggal 5 Juli 2002 tentang pengendalian impor cengkeh. Kebijakan ini ditetapkan untuk meningkatkan kesejahteraan petani cengkeh dengan tetap memperhatikan kepentingan industri pengguna cengkeh. Pada tahap awal, impor baru akan diizinkan apabila harga cengkeh produksi dalam negeri sudah naik hingga mencapai titik harga tertentu. Ketentuan impor cengkeh ini mengakibatkan terjadinya penurunan volume impor cengkeh yang sangat signifikan pada tahun

(24)

7 2002 – 2008, yaitu pada tahun 2008 tidak melakukan impor hingga 0,796 ton pada tahun 2002.

Namun, ditetapkannya kebijakan ketentuan impor cengkeh hanya oleh importir produsen dan importir terbatas (Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.528/MPP/Kep/7/2002 tanggal 5 Juli 2002). Kebijakan ini memberikan hak oligopsonistik kepada pabrik rokok sehingga mampu mengendalikan harga cengkeh di tingkat petani. Dengan rasional untuk meraih laba sebesar-besarnya, industri rokok menghentikan impor cengkeh yang menjadi hak eksklusifnya sehingga harga cengkeh dunia menurun.

Menurunnya harga cengkeh pada tahun 2002 bersamaan dengan diberlakukannya kebijakan pengendalian impor cengkeh (Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.528/MPP/Kep/7/2002 tanggal 5 Juli 2002). Hal ini terjadi karena pada tahun-tahun sebelumnya industri rokok telah menumpuk stock yang sangat banyak sementara industri rokok juga diberikan hak untuk mengimpor cengkeh sehingga secara rasional industri rokok menghentikan impor cengkeh yang menjadi pemicu anjloknya harga cengkeh dunia dan tentunya juga di tingkat petani. Sehingga fluktuasi harga cengkeh dalam negeri konkruen, artinya searah dan sebanding dengan fluktuasi harga cengkeh dunia maupun impor Indonesia (Simatupang, 2003 : 298).

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi volume impor cengkeh di Indonesia dengan kejadian yang telah terjadi di Indonesia, sehingga dilakukan penelitian dengan

(25)

8 judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Impor Cengkeh di Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor cengkeh di Indonesia periode 1986 - 2015?

2. Seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap volume impor cengkeh di Indonesia periode 1986 - 2015?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka permasalahan yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor cengkeh di Indonesia periode 1986 - 2015.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor cengkeh di Indonesia periode 1986 - 2015.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain :

1. Bagi penulis

Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai aplikasi dari perkuliahan yang diterima selama ini dan juga sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian dari Program Studi Agribisnis.

(26)

9 Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan informasi bagi peneliti selanjutnya dengan materi dan topik yang sama.

3. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi, masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam penyusunan kebijakan yang terkait dengan kegiatan impor terutama impor komoditas yang diteliti. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Fokus dari penelitian ini adalah diarahkan untuk mengamati faktor-faktor yang memengaruhi aliran perdagangan impor. Adapun komoditas yang diteliti yaitu cengkeh. Cengkeh yang diimpor tidak dibatasi oleh varietas cengkeh maupun negara pengekspor cengkeh ke Indonesia. Penelitian ini menggunakan satu variabel terikat yaitu volume impor cengkeh Indonesia. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) harga rill cengkeh dalam negeri, (2) harga rill cengkeh impor, (3) nilai tukar rill rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, dan (4) dummy kebijakan pengendalian impor cengkeh. Dalam pengambilan data penelitian ini menggunakan kode HS 09071000. Periode waktu yang dianalisis dalam penelitian ini menggunakan data tahun 1986 sampai dengan tahun 2015. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif deskriptif dengan regresi linear berganda yang menggunakan alat analisis E-views9.

(27)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Cengkeh

Menurut Suwarto dan Yuke (2012 : 17) cengkeh dikenal dengan nama ilmiah Eugenia aromatica, Syzigium aromaticum. Cengkeh berasal dari Filipina. Namun, ada juga yang menyebutkan cengkih berasal dari Pulau Makian di Maluku Utara. Selain dari Maluku, cengkih dianggap berasal dari Papua.

Tanaman cengkeh sangat populer di Indonesia. Tanaman ini sangat berperan dalam beberapa industri. Cengkeh merupakan salah satu komoditas ekspor yang mempunyai prospek menjanjikan dan perolehan devisa negara. Bahkan, Indonesia tercatat pernah mengalami swasembada cengkih sekitar tahun 1990-an (Suwarto dan Yuke, 2012 : 18).

2.2 Teori Permintaan

Menurut Masyhuri (2007 : 76) permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu. Permintaan ada dua, yaitu permintaan individu (firm) dan permintaan pasar (market). Permintaan induvidu adalah permintaan sejumlah barang oleh konsumen pada berbagai tingkat harga barang. Sedangkan permintaan pasar adalah penjumlahan dari permintaan-permintaan individu, dengan kata lain kumpulan dari permintaan-permintaan individual membentuk permintaan pasar. Jadi permintaan adalah dua unsur harga dan jumlah barang yang diminta atau dibeli (quantety demanded) dengan asumsi jika tidak ada unsur lain yang ikut berpengaruh (cateris paribus).

(28)

11 Teori ini dalam ilmu ekonomi menerangkan faktor-faktor yang menentukan permintaan, dan bagaimana faktor-faktor ini mempengaruhi keseimbangan pasar. Permintaan seseorang atau sesuatu masyarakat kepada sesuatu barang ditentukan oleh banyak faktor (Sukirno, 2004 : 76).

Menurut Masyhuri (2007 : 77) faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ada sembilan, diantaranya adalah :

1. Harga barang itu sendiri

Jika harga barang murah, maka permintaan terhadap barang tersebut semakin bertambah, begitu sebaliknya. Asumsi faktor lain dianggap konstan (cetris

paribus). Jadi hubungan jumlah barang yang diminta dengan harga barang

adalah negatif (berlawanan arah).

2. Harga barang lain, barang substitusi dan barang komplementer.

Barang substitusi adalah barang pengganti seperti beras disubstitusi dengan jagung, daging ayam disubstitusi dengan daging kambing, dan sebagainya. Jika terjadi kenaikan harga beras, maka akan menyebabkan permintaan beras turun dan permintaan terhadap jagung naik, karena jagung merupakan barang substitusi yang baik terhadap beras, dengan asumsi harga jagung relatif tetap. Sedangkan barang komplementer adalah barang pelengkap, seperti kopi dan gula, garpu dan sendok, bensin dan mobil. Jika harga gula naik, maka permintaan terhadap gula turun dan permintaan terhadap kopi juga turun karena gula merupakan barang komplemen daripada kopi. Oleh karenanya, hubungan jumlah barang yang diminta dan harga barang lain ada dua; (i) jika

(29)

12 barang substitusi hubungannya adalah positif (searah), dan (ii) jika barang komplementer hubungannya adalah negatif.

3. Tingkat pendapatan konsumen

Tingkat pendapatan mencerminkan kemampuan beli (daya beli) konsumen. Makin tinggi pendapatan konsumen semakin besar permintaan terhadap suatu barang karena daya belinya meningkat. Karena jenis barang dalam kaitannya dengan pendaparan ini ada dua, yaitu barang normal dan barang inferior, maka bentuk hubungan jumlah barang yang diminta dengan pendapatan juga ada dua; (i) hubungan positif (searah) jika barang normal, dan (ii) hubungan negatif (berlawanan arah) jika barang inferior (barang yang permintaannya semakin berkurang apabila pendapat dari konsumen semakin naik).

4. Selera (taste) konsumen

Selera (taste) atau kebiasaan, akan mempengaruhi terhadap permintaan barang. Seperti selera atau kebiasaan mengkonsumsi beras, jagung, sagu dan sebagainya. Ukuran yang biasa dipakai dalam skala ordinal, misalnya 5; 1-10 (skala ini bisa dinamakan antara tidak suka hingga sampai yang sangat suka). Hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan selera adalah searah (positif).

5. Jumlah penduduk

Semakin banyak jumlah penduduk akan semakin besar permintaan suatu barang atau jasa. Penduduk disini dimaksudkan adalah konsumen potensial dalam mengkonsumsi barang. Hubungan variabel jumlah barang yang diminta dengan konsumen potensial adalah positif.

(30)

13 6. Usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan

Usaha dalam meningkatkan penjualan seperti adanya promosi dengan iklan akan mendorong untuk menambah jumlah barang yang diminta oleh konsumen. Rangsangan (insentif) berupa hadiah-hadiah, juga mendorong konsumen untuk meminta barang atau jasa tersebut. Demikian juga iklan, akan memberikan dampak yang positif terhadap jumlah barang yang diminta sehingga hubungan antara variabel jumlah barang yang diminta dengan iklan, hadiah, atau atribut adalah berbentuk positif.

7. Distribusi pendapatan

Artinya ada sebagian kelompok masyarakat yang „menguasai‟ perekonomian, yang menjadi mereka mempunyai daya beli lebih besar dibandingkan kebanyakan kelompok masyarakat umum sehingga daya beli mereka lemah dan berpengaruh pada permintaan suatu barang. Atau dapat dikatakan bahwa dengan harapan (expectacion) konsumen pada pendapatannya yang akan datang, akan menyebabkan permintaan terhadap barang akan naik, karena ia mempunyai suatu harapan yang lebih baik. Jadi hubungan antar variabel tersebut adalah positif.

8. Perkiraan (estimate)

Perkiraan disini adalah harapan konsumen pada harga dimasa yang akan datang pada suatu barang. Jika perkiraan harga barang di masa yang akan datang naik, maka ada kecenderungan saat ini permintaan terhadap barang tersebut akan naik. Jadi berhubungan secara positif.

(31)

14 9. Harapan (expectation)

Harapan konsumen disini yaitu harapan pada ketersediaan barang atau jasa yang akan datang. Ketersediaan barang dimasa yang akan datang dengan jumlah barang yang diminta adalah negatif. Artinya jika ketersediaan barang dimasa yang akan datang banyak, maka permintaan barang akan turun. Sebaliknya, jika ketersediaannya sedikit, maka permintaan terhadap barang akan naik. Kenyataan ini terjadi karena pada diri konsumen ada faktor kekhawatiran terhadap ketersediaan tersebut.

Jumlah komoditas total yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga meliputi jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas tersebut (Lipsey, 1997 : 62). Berdasarkan beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi permintaan tersebut, dapat digambarkan kurva permintaan sebagai berikut :

Gambar 1. Kurva Permintaan Sumber : Lipsey (1997)

(32)

15 Keterangan :

P = Harga Komoditas

Q = Jumlah Komoditas yang diminta

Gambar 1 menunjukan bagaimana hubungan antara harga dengan jumlah komoditas yang diminta. Suatu hipotesis ekonomi dasar menyatakan bahwa harga suatu komoditas akan berhubungan negatif dengan kuantitas yang akan diminta, dengan faktor lain tetap sama (ceteris paribus). Hal ini berarti semakin rendah harga suatu komoditas maka jumlah yang akan diminta untuk komoditas tersebut akan semakin besar, dan semakin tinggi harga suatu komoditas maka jumlah yang akan diminta untuk komoditas tersebut akan semakin kecil.

2.3 Perdagangan Internasional

Menurut Suparmoko (1999 : 285) perdagangan internasional adalah suatu perekonomian yang mengadakan hubungan perdagangan dengan negara lain, atau dapat dikatakan bahwa perekonomian merupakan perekonomian terbuka; sedangkan negara yang tidak melakukan hubungan perdagangan dengan negara lain merupakan negara yang perekonomiannya bersifat tertutup.

Teori perdagangan internasional membantu menjelaskan arah serta komposisi perdagangan antara beberapa negara serta bagaimana efeknya terhadap struktur perekonomian suatu negara. Di samping itu, teori perdagangan internasional juga dapat menunjukan adanya keuntungan yang timbul dari adanya perdagangan internasional (gains from trade) (Nopirin, 1999 : 7).

Menurut Basri (2010 : 32) tak ada satu pun negara yang sepenuhnya dapat mengisolasikan diri dari interaksi dengan luar negeri. Perkembangan teknologi

(33)

16 komunikasi dan informasi membuat batas-batas negara makin kabur. Kian menatanya kesadaran akan nilai-nilai universal turut memacu keterbukaan. Setiap negara tak akan dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri. Kalaupun dipaksakan pasti biaya yang ditanggungnya sangat besar. Melalui perdagangan dengan negara-negara lain, setiap negara bisa mencapai economics of scale dan selanjutnya dapat menyalurkan kelebihan produksi yang tidak dapat diserap oleh konsumen didalam negeri. Kelebihan produksi ini bisa diekspor. Devisa yang diperoleh dari ekspor inilah yang digunakan untuk membiayai impor sehingga dapat memenuhi berbagai kebutuhannya tanpa harus memproduksi seluruh yang mereka butuhkan tersebut.

Perdagangan memiliki peranan yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan manusia karena dapat menyalurkan barang hasil produksi dari produsen ke konsumen. Perdagangan antar negara atau yang lebih dikenal dengan perdagangan internasional sudah terjadi sejak zaman dulu namun dalam skala yang masih relatif kecil.

Menurut Basri (2010 : 33) terdapat beberapa teori dalam perdagangan internasional. Penjelasan teoritis dari perdagangan internasional adalah:

1. Teori Merkantilisme terjadi sekitar abad ke-16 sampai abad ke-18 di Inggris, Perancis, Belanda, Spanyol. Merkantilisme belum mengenal konsep keunggulan komparatif sebagai penentu pola perdagangan, dan karenanya juga memengaruhi struktur produksi dan distribusi pendapatan. Teori ini merupakan transisi menuju pemikiran klasik yang dimotori oleh Adam Smith. Konsep kesejahteraan dari teori ini didasarkan kepada kekayaan yang dinilai dari

(34)

17 banyaknya stock emas yang dimiliki oleh suatu negara. Stok emas ini diperoleh dari surplus perdagangan. Maka tak mengherankan jika hanya orang-orang yang memberikan kontribusi kepada surplus perdagangan saja yang dianggap sebagai produktif.

2. Teori Keunggulan Absolut (Adam Smith) mengajukan perdagangan bebas bagi semua negara di dunia. Dengan demikian setiap negara dapat berspesialisasi dalam produksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut, yaitu dapat memproduksi lebih efisien daipada negara-negara lain untuk diekspor. Kemudian negara tersebut mengimpor barang-barang yang kurang efisien diproduksi di negaranya daripada di negara lain.

Ringkasnya teori Adam Smith menyarankan perdagangan bebas, masing-masing negara berspesialisasi pada komoditi yang bisa berproduksi dengan lebih efisien, komoditi yang kurang efisien jika diproduksi di dalam negeri harus di impor, dan semua negara di dunia akan mendapat keuntungannya dari perdagangan luar negeri.

3. Kemudian teori keunggulan komparatif (David Ricardo) menyempurnakan teori yang dikemukakan oleh Adam Smith. Teori ini berpendapat bahwa walaupun suatu negara tidak memiliki keunggulan absolut dalam memproduksi dua jenis komoditas jika dibandingkan dengan negara lain, namun perdagangan yang saling menguntungkan masih dapat berlangsung, selama rasio harga antar negara masih berbeda jika dibandingkan tidak ada perdagangan.

Meskipun suatu negara mengalami kerugian atau ketidakunggulan absolut dalam memproduksi kedua komoditi jika dibandingkan negara lain, tetapi

(35)

18 masih bisa memproduksi dan mengekspor komoditi yang mempunyai kerugian absolut lebih kecil dan mengimpor komoditi yang mempunyai kerugian absolut lebih besar.

4. Teori Heckscher Ohlin adalah teori modern sebagai lawan teori klasik, bahwa negara-negara memiliki selera/taste yang sama, teknologi sama, skala pertambahan hasil yang sama (dalam kata lain, dengan presentase ke tingkatan tertentu dalam input akan meningkatkan output dengan presentase yang sama), tetapi berbeda dalam faktor pemberian alam yang akan mengakibatkan perbedaan harga relatif antara dua negara. Masing-masing negara akan mengekspor faktor-faktor yang relatif murah dan melimpah di negaranya.

Pada Gambar 2, secara teoritis dapat dilihat dimana negara 1 adalah negara pengekspor dan negara 2 adalah negara pengimpor. Negara 1 (eksportir) akan mengekspor suatu komoditi ke negara 2. Saat sebelum terjadi perdagangan, harga di negara 1 terletak pada P1 karena itu terjadi kelebihan penawaran (excess

supply). Adanya kelebihan penawaran dengan harga yang tergolong rendah

memberikan kesempatan kepada negara 1 untuk menjual kelebihan produksinya ke negara 2.

Negara 2 sebagai negara pengimpor (importir) mengalami kekurangan supply (penawaran) karena konsumsi domestiknya melebihi produksinya sehingga terjadi kelebihan permintaan (excess demand). Harga yang terbentuk menjadi lebih tinggi yaitu sebesar P3. Hal ini menyebabkan terjadinya perdagangan antarnegara. Kedua

negara melakukan perdagangan melalui pasar internasional sehingga terjadi keseimbangan, dan harga yang terbentuk di pasar internasional berada pada P2.

(36)

19 Gambar 2. Keseimbangan Parsial dalam Perdagangan Internasional

Sumber : Salvatore (1997) Keterangan :

Px/Py = Harga relatif komoditas X

P1 = Harga domestik komoditas X di negara 1, sebagai negara eksportir sebelum

terjadi perdagangan internasional

P2 = Harga yang terjadi di pasar internasional setelah terjadi perdagangan

internasional

P3 = Harga domestik komoditas X di negara 2, sebagai negara importir sebelum

terjadi perdagangan internasional 2.4 Teori Impor

Menurut Mankiw dkk (2012 : 184) impor (imports) adalah barang dan jasa yang diproduksi di luar negeri dan dijual di dalam negeri. Berdasarkan teori tersebut dan mengacu pada kurva perdagangan internasional, kegiatan impor terjadi akibat adanya kelebihan permintaan suatu barang di dalam negeri namun

(37)

20 barang tersebut tidak mencukupi, sehingga pemerintah mendatangkan barang tersebut dari negara lain agar dapat memenuhi permintaan dalam negeri.

Secara fisik, impor merupakan pembelian dan pemasukan barang dari luar negeri ke dalam suatu perekonomian. Aliran barang ini akan menimbulkan aliran keluar atau bocoran dari aliran pengeluaran dari sektor rumah tangga ke sektor perusahaan. Aliran keluar atau bocoran ini pada akhirnya akan menurunkan pendapatan nasional yang dapat dicapai. Besarnya impor yang dilakukan suatu negara antara lain ditentukan oleh kesanggupan barang-barang yang diproduksi di negara lain untuk bersaing dengan barang-barang yang dihasilkan di negara ini. Apabila barang-barang dari luar negeri mutunya lebih baik, atau harganya lebih murah daripada barang yang sama yang dihasilkan di dalam negeri, maka akan terdapat kecenderungan bahwa negara tersebut akan mengimpor lebih banyak barang dari luar negeri. Namun kecenderungan ini bergantung kepada kesanggupan penduduk negara itu untuk membayar impor tersebut. Ini berarti bahwa besarnya impor lebih dipengaruhi oleh besarnya pendapatan nasional daripada oleh kemampuan barang-barang luar negeri untuk bersaing dengan barang-barang produksi dalam negeri (Sukirno, 2004 : 203).

2.4.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor

Menurut Mankiw dkk (2012 : 185) berpendapat bahwa ada banyak faktor yang mungkin mempengaruhi impor suatu negara. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1. Selera konsumen untuk barang-barang produksi dalam dan luar negeri 2. Harga barang di dalam negeri dan di luar negeri

(38)

21 3. Nilai tukar di mana orang-orang dapat menggunakan mata uang domestik

untuk membeli mata uang asing

4. Pendapatan konsumen di dalam dan luar negeri

5. Biaya transportasi barang dari satu negara ke negara lain 6. Kebijakan pemerintah terhadap perdagangan internasional

Karena variabel-variabel ini berubah seiring dengan berjalannya waktu, jumlah perdagangan internasional juga berubah-ubah.

2.4.2 Definisi Harga

Kotler dan Amstrong (2004 : 79) menyatakan bahwa harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk tersebut. Suatu hipotesis ekonomi yang mendasar mengenai harga adalah bahwa untuk kebanyakan suatu komoditi, harga komoditi dan kuantitas atau jumlah yang akan ditawarkan berhubungan secara positif, dengan faktor yang lain tetap sama.

2.4.3 Definisi Nilai Tukar

Kurs (exchange rate) diantara dua negara adalah harga dimana penduduk kedua negara saling melakukan perdagangan. Para ekonom membedakan antara dua kurs, yaitu kurs nominal dan kurs rill. Kurs nominal adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Dalam kurs nominal digunakan istilah apresiasi dan depresiasi. Apresiasi adalah peningkatan nilai mata uang yang diukur oleh jumlah mata uang asing yang dapat dibeli. Sedangkan depresiasi adalah penurunan nilai mata uang

(39)

22 yang diukur oleh jumlah mata uang asing yang dapat dibeli. Deskripsi ini biasanya merujuk pada perubahan nilai tukar nominal terbaru. Ketika mata uang terapresiasi, mata uang tersebut dikatakan menguat karena dapat membeli mata uang asing lebih banyak. Begitu pula ketika suatu mata uang terdepresiasi, ia dikatakan melemah karena dapat membeli mata uang asing lebih sedikit. Kurs rill adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan barang dan jasa suatu negara dengan barang dan jasa negara lain (Mankiw, 2012 : 193).

Menurut Sukirno (2004 : 402) menyatakan perubahan dalam permintaan dan penawaran sesuatu valuta, yang selanjutnya menyebabkan perubahan dalam kurs valuta, disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya perubahan dalam citarasa masyarakat, perubahan harga barang ekspor dan impor, kenaikan harga umum (inflasi), dan perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi. Untuk perubahan harga barang ekspor dan impor adalah harga sesuatu barang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan apakah sesuatu barang akan diimpor atau diekspor. Barang-barang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga relatif murah akan menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspornya akan berkurang. Pengurangan harga barang impor akan menambah jumlah impor, dan sebaliknya, kenaikan harga barang impor akan mengurangi impor. Dengan demikian perubahan harga-harga barang ekspor dan impor akan menyebabkan perubahan dalam penawaran dan permintaan ke atas mata uang negara tersebut. 2.4.4 Kebijakan Pemerintah

Menurut Wahab (2012 : 13) kebijakan pemerintah adalah tindakan-tindakan, tujuan-tujuan, dan pernyataan-pernyataan pemerintah mengenai

(40)

23 masalah-masalah tertentu, langkah-langkah yang telah/sedang diambil (atau gagal diambil) untuk diimplementasikan, dan penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh mereka mengenai apa yang telah terjadi (atau tidak terjadi). Konsep kebijakan pemerintah, dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Kebijakan pemerintah lebih merupakan tindakan yang sengaja dilakukan dan mengarah pada tujuan tertentu, daripada sekedar sebagai bentuk perilaku atau tindakan menyimpang yang serba acak (at random), asal-asalan, dan serba kebetulan.

2. Kebijakan pada hakikatnya terdiri atas tindakan-tindakan yang saling terkait dan berpola, mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh pejabat-pejabat pemerintah, dan bukan keputusan-keputusan yang berdiri sendiri. 3. Kebijakan itu ialah apa yang nyatanya dilakukan pemerintah dalam

bidang-bidang tertentu.

2.4.5 Indeks Harga Konsumen

Menurut Mankiw (2012 : 26) Indeks Harga Konsumen adalah ukuran biaya keseluruhan barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen. Indeks harga konsumen digunakan untuk mengamati perubahan dalam biaya hidup sepanjang waktu. Indeks harga ini juga digunakan untuk menjadikan angka-angka ini menjadi ukuran daya beli yang bermakna. Ketika indeks harga konsumen naik, maka konsumen harus menghabiskan pengeluaran yang lebih banyak untuk menjaga standar hidup yang sama. Para ekonom menggunakan istilah inflasi untuk menggambarkan situasi saat tingkat harga perekonomian secara keseluruhan meningkat.

(41)

24 2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu digunakan oleh peneliti untuk dijadikan sebagai acuan untuk meneliti tentang faktor-faktor yang memengaruhi impor cengkeh di Indonesia. Sumber acuan yang digunakan yaitu skripsi-skripsi yang meneliti dengan berfokus pada faktor-faktor yang memengaruhi impor dan yang menggunakan metodologi yang sama. Berikut penelitian terdahulu yang dijadikan acuan oleh peneliti.

Iswahyuni (2015 : 4) melakukan penelitian dengan judul faktor-faktor yang memengaruhi impor komoditas apel Indonesia. Dengan tujuan penelitian mendeskripsikan perkembangan volume impor komoditas apel Indonesia tahun 2009-2013 dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi impor komoditas apel Indonesia. Metode yang digunakan adalah panel data statis dengan pendekatan gravity model dalam kurun waktu selama tahun 2009-2013 dari delapan negara pengekspor terbesar. Hasil penelitian menunjukan bahwa harga apel impor, harga apel domestik, produksi apel domestik, nilai tukar rill, GDP rill per kapita Indonesia. GDP rill per kapita negara pengekspor, dan jarak ekonomi memengaruhi volume impor apel Indonesia.

Manik (2012 : 5) melakukan penelitian dengan judul faktor-faktor yang memengaruhi aliran perdagangan impor bawang merah dan kentang Indonesia (periode 2001-2010). Tujuan pertama dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan kondisi dan kecenderungan impor komoditas bawang merah dan kentang Indonesia dan tujuan kedua yaitu menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi aliran perdagangan impor komoditas bawang merah dan kentang

(42)

25 Indonesia. Metodologi yang digunakan adalah gravity model. Berdasarkan hasil estimasi dengan menggunakan model gravitasi diketahui dari tujuh variabel yang digunakan hanya satu variabel yang tidak berpengaruh terhadap volume impor bawang merah dan kentang Indonesia. Adapun variabel yang berpengaruh terhadap volume impor bawang merah dan kentang Indonesia yaitu populasi negara pengekspor, populasi Indonesia, harga impor, jarak ekonomi, GDP rill Indonesia dan GDP rill negara pengekspor. Sedangkan variabel nilai tukar tidak memengaruhi volume impor bawang merah dan kentang Indonesia.

Namira (2013 : 8) melakukan penelitian tentang analisis faktor-faktor yang memengaruhi impor beras di Indonesia. Dengan tujuan penelitian mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi impor beras di Indonesia dan menganalisis pengaruh dari faktor-faktor tersebut terhadap impor beras di Indonesia. Metodologi dan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda menggunakan software SPSS. Hasil pengujian diperoleh nilai R2 sebesar 0,829, menunjukan bahwa 82,9% impor beras dapat dijelaskan oleh variabel bebas yang digunakan dalam model yaitu produksi beras, konsumsi beras, stok beras, harga beras dalam negeri, harga beras internasional dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Sedangkan sisanya 17,1%, dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian. Hasil pengujian secara bersama-sama menunjukkan variabel produksi, konsumsi, stok beras, harga beras domestik, harga beras internasional dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika berpengaruh terhadap impor beras di Indonesia dengan nilai probabilitas 0,000 < 0,05.

(43)

26 Purwanto (2009 : 4) melakukan penelitian dengan judul analisis faktor-faktor yang memengaruhi impor kacang kedelai nasional periode 1987-2007). Dengan tujuan penelitian untuk menganalisis perkembangan impor kacang kedelai nasional, faktor-faktor yang memengaruhi, dan besarnya pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap impor kacang kedelai nasional periode 1987-2007. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa impor kacang kedelai nasional selama periode 1987-2007 cenderung mengalami peningkatan tiap tahun, terutama setelah tahun 1999 ketika liberilasi perdagangan pada komoditas pangan mulai diberlakukan. Pada tahun 2007 tingkat ketergantungan Indonesia pada kacang kedelai impor telah mencapai 1,4 juta ton atau setara dengan kehilangan devisa negara sebesar Rp. 4,4 triliun per tahun. Dari enam faktor yang diduga memengaruhi impor kacang kedelai nasional periode 1987-2007, setelah dilakukan uji statistik diperoleh tiga faktor berpengaruh signifikan. Dengan menggunakan metode

backward dihasilkan model persamaan terbaik yaitu Y = -47,064,102 – 0,684

Produksi + 0,823 Konsumsi + 93,334 Harga lokal + e , dengan nilai adjusted R

square sebesar 0,975 yang berarti bahwa sebanyak 97,5 persen keragaman impor

kacang kedelai nasional selama periode 1987-2007 dapat dijelaskan oleh ketiga faktor penjelasan dan sisanya sebesar 2,5 persen dijelaskan oleh faktor lain. Model terbaik diperoleh setelah mengeluarkan faktor harga kacang kedelai impor, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat, dan harga kacang kedelai dunia dari persamaan regresi yang terbentuk sebelumnya. Faktor yang paling dominan memengaruhi impor kacang kedelai nasional adalah produksi dalam

(44)

27 negeri dengan nilai standardized coefficients beta sebesar -0,753, diikuti oleh faktor konsumsi nasional, dan harga kacang kedelai lokal.

Handayani (2013 : 6) melakukan penelitian dengan judul analisis faktor-faktor yang memengaruhi impor durian di Indonesia. Dengan tujuan penelitian menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor durian di Indonesia dan menganalisis respon (elastisitas) masing-masing faktor yang mempengaruhi impor durian di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu analisis deskriptif dan analisis kuantitatif dengan regresi linear berganda menggunakan program IBM SPSS. Hasil penelitian yang diperoleh pada penelitian menunjukan bahwa variabel harga durian impor berpengaruh negatif yang nyata dan signifikan pada taraf kepercayaan 90%. Variabel harga durian lokal memiliki nilai positif namun tidak berpengaruh nyata dan signifikan terhadap impor durian di Indonesia. Untuk variabel nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika memiliki nilai negatif namun tidak berpengaruh nyata dan signifikan terhadap impor durian di Indonesia. Tetapi dari hasil uji elastisitas, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika bersifat elastis, yang berarti konsumen respon akan perubahan nilai tukar Rupiah terhadap volume impor durian di Indonesia. Sedangkan variabel PDB berpengaruh positif yang nyata dan signifikan pada taraf kepercayaan 95%. Nilai elastisitas pada harga durian impor dan harga durian lokal bersifat inelastis, sedangkan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dan PDB bersifat elastis terhadap volume impor durian di Indonesia.

(45)

28 2.6 Kerangka Pemikiran

Cengkeh merupakan komoditas unggulan Indonesia dalam menambah jumlah devisa negara. Permintaan cengkeh meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk serta meningkatnya konsumsi cengkeh dalam negeri. Sehingga, produksi dalam negeri belum dapat memenuhi permintaan cengkeh dalam negeri.

Kebijakan pemerintah untuk memenuhi permintaan cengkeh dilakukan dengan cara mengimpor cengkeh dari beberapa negara penghasil cengkeh. Namun, jika kegiatan impor cengkeh terus menerus dilakukan, dikhawatirkan akan mengurangi devisa negara. Adanya cengkeh impor yang masuk ke Indonesia dengan kapasitas yang banyak juga akan mengancam sustainabilitas produksi cengkeh lokal serta menurunkan kesejahteraan petani cengkeh lokal. Maka dari itu diharapkan dapat diketahui faktor-faktor yang memengaruhi impor cengkeh guna meminimalisir kegiatan impor cengkeh Indonesia.

Kegiatan impor cengkeh dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendukungnya. Berdasarkan teori faktor-faktor yang memengaruhi impor dari Mankiw dkk (2012 : 184) dan penelitian terdahulu, maka beberapa faktor-faktor yang diduga mempengaruhi volume impor cengkeh Indonesia diantaranya harga rill cengkeh dalam negeri, harga rill cengkeh impor, nilai tukar rill rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, dan dummy kebijakan pengendalian impor cengkeh. Faktor-faktor tersebut kemudian menjadi variabel dependen dan variabel independen yang akan dianalisis secara kualitatif deskriptif dan kuantitatif dengan metode regresi linear berganda. Selanjutnya akan diolah dengan menggunakan

(46)

29 program Eviews 9. Hasil dari pengujian alat analisis tersebut akan diketahui faktor-faktor yang berpengaruh positif atau negatif terhadap impor cengkeh di Indonesia. Berikut kerangka pemikiran peneliti dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Kerangka Pemikiran

Permintaan cengkeh meningkat

Produksi cengkeh dalam negeri belum dapat memenuhi

permintaan

Impor Cengkeh

Teori faktor yang memengaruhi impor Mankiw (2012)

1. Selera konsumen

2. Harga barang di dalam negeri dan di luar negeri

3. Nilai tukar

4. Pendapatan konsumen di dalam dan luar negeri

5. Biaya transportasi barang dari satu negara ke negara lain

6. Kebijakan pemerintah

Faktor-faktor yang memengaruhi impor cengkeh di Indonesia

1. Harga rill cengkeh dalam negeri 2. Harga rill cengkeh impor

3. Nilai tukar rill rupiah terhadap dollar Amerika Serikat

4. Dummy kebijakan pengendalian impor cengkeh

Analisis regresi linear

berganda

(47)

30 2.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang sedang diteliti atau proposisi atau dugaan yang belum terbukti yang secara tentatif menerangkan fakta-fakta atau fenomena tertentu dan juga merupakan jawaban yang memungkinkan terhadap suatu pertanyaan riset (Sarwono, 2013 : 70). Hipotesis yang digunakan dalam variabel penelitian ini adalah :

1) Harga rill cengkeh dalam negeri berpengaruh positif terhadap volume impor cengkeh Indonesia.

2) Harga rill cengkeh impor berpengaruh negatif terhadap volume impor cengkeh Indonesia.

3) Nilai tukar rill rupiah terhadap dollar Amerika Serikat berpengaruh negatif terhadap volume impor cengkeh Indonesia.

4) Dummy kebijakan pengendalian impor cengkeh berpengaruh positif terhadap volume impor cengkeh Indonesia.

(48)

31 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi impor cengkeh Indonesia. Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan di wilayah Indonesia. Pengambilan data pada penelitian ini diperoleh dari beberapa lembaga yang terkait dengan penelitian. Lembaga-lembaga tersebut meliputi Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Pertanian, Direkorat Jenderal Perkebunan, UNCTAD, dan UN Comtrade. Waktu untuk pengumpulan data ini berlangsung pada bulan Maret – Oktober 2017.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data deret waktu (time series) selama tiga puluh tahun dari tahun 1986 hingga tahun 2015 karena dengan adanya data selama tiga puluh tahun sudah dapat memberikan gambaran tentang perkembangan impor cengkeh di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah volume impor dan nilai impor cengkeh Indonesia, harga rill cengkeh dalam negeri, harga rill cengkeh impor, nilai tukar rill rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, dan dummy kebijakan pengendalian impor cengkeh.

Berdasarkan sumbernya, data-data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber yang menerbitkan, bersifat siap pakai dan mampu memberikan informasi dalam pengambilan keputusan meskipun dapat diolah lebih lanjut (Nazir, 2009 : 174).

(49)

32 Sumber data sekunder diperoleh dari beberapa instansi yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Pertanian, dan Direktorat Jenderal Perkebunan, UN

Comtrade, dan UNCTAD yang ditelusuri menggunakan jaringan internet. Adapun

data-data yang dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Data dan Sumber Data Penelitian

No Data Sekunder Penelitian Sumber Data

1 Volume impor cengkeh di Indonesia (Ton)

UN Comtrade dengan mengakses website www.comtrade.un.org 2 Harga rill cengkeh dalam negeri (Rp) Kementerian Pertanian

3 Harga rill cengkeh impor (US$/ton) UN Comtrade dengan mengakses website www.comtrade.un.org 4 Nilai tukar rill rupiah terhadap dollar

Amerika Serikat (Rp/US$)

UNCTAD dengan mengakses website www.unctad.org

3.3 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah berbagai cara yang digunakan untuk mengumpulkan data, menghimpun, mengambil, atau menjaring data penelitian (Suwartono, 2014 : 41). Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan dalam peneliti untuk mengumpulkan data atau prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan data-data kurun waktu (time series) dengan skala tahunan mulai dari tahun 1986 hingga tahun 2015.

(50)

33 Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dan informasi lainnya yang menjadi pendukung dalam penelitian ini adalah :

1. Riset Kepustakaan (Library Research)

Riset Kepustakaan (Library Research) adalah teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari, mengkaji dan memahami sumber-sumber data yang ada pada beberapa buku yang terkait dengan penelitian.

Studi kepustakaan, selain dari mencari sumber data sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai ke mana ilmu yang berhubungan dengan penelitian telah berkembang, sampai ke mana terdapat kesimpulan dan degeneralisasi yang telah pernah dibuat, sehingga situasi yang diperlukan dapat diperoleh (Nazir, 2009 : 93)

Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengunjungi lembaga-lembaga yang terkait dalam pembuatan penelitian, seperti Perpustakaan (Institut Pertanian Bogot, Kementerian Pertanian, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Badan Pusat Statistik), kemudian mengumpulkan, memilih dan memahami dengan cara membaca laporan atau jurnal penelitian terdahulu, seperti skripsi dan jurnal-jurnal penelitian yang terkait dengan topik pembahasan penulis.

2. Penelitian Internet (Internet Research)

Penelitian Internet (Internet Research) adalah kegiatan penggunaan internet untuk penelitian. Terkadang literatur atau buku yang kita gunakan belum cukup untuk menunjang suatu penelitian dan biasanya sudah tidak sesuai dengan perkembangan, penulis melakukan penelitian dengan teknologi media internet

(51)

34 karena dapat ter up-date setiap saat, data yang diperoleh dari UN Comtrade dan UNCTAD.

3.4 Metode Pengolahan Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan informasi-informasi yang terkandung dalam data hasil analisis dan kecenderungan volume impor komoditas cengkeh Indonesia. Analisis kuantitatif digunakan untuk melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang memengaruhi aliran perdagangan impor komoditas cengkeh. Analisis kuantitatif pada penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda. Sunyoto (2010 : 195) menyatakan bahwa analisis regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh lebih dari satu variabel independen terhadap variabel dependen.

Data-data yang dibutuhkan untuk analisis kuantitatif dalam penelitian ini meliputi data volume impor cengkeh di Indonesia, harga rill cengkeh dalam negeri, harga rill cengkeh impor, nilai tukar rill rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, dummy kebijakan pengendalian impor cengkeh di Indonesia, dan indeks harga konsumen sebagai data penunjang dalam penelitian ini. Metode pengolahan data dalam penelitian ini yang meliputi beberapa variabel dijelaskan sebagai berikut :

1. Data volume impor cengkeh di Indonesia dengan satuan ton dalam skala tahunan mulai dari tahun 1986 hingga tahun 2015

2. Data harga rill cengkeh dalam negeri dengan satuan rupiah per ton (Rp/ton) dalam skala tahunan mulai dari tahun 1986 hingga tahun 2015. Harga rill

(52)

35 cengkeh dalam negeri diperoleh dari pembagian harga cengkeh dalam negeri dengan indeks harga konsumen (Indonesia tahun dasar 2012 = 100) (Lampiran 1) kemudian dikali 100. Berikut rumus untuk mendapatkan harga rill cengkeh dalam negeri :

Harga Cengkeh Dalam NegeriRill = Harga Cengkeh dalam negeri x 100

IHK Indonesia

Sumber : Pindyck, dkk (2007 : 14) (Diolah) Keterangan :

Harga cengkeh dalam negeriRill = Harga rill cengkeh dalam negeri (Rp/ton)

Harga Cengkeh dalam negeri = Harga cengkeh dalam negeri (Rp/ton)

IHK Indonesia = Indeks Harga Konsumen Indonesia tahun dasar 2012=100

3. Data harga rill cengkeh impor dengan satuan 000US$ per ton (000US$/ton) dalam skala tahunan mulai dari tahun 1986 hingga tahun 2015. Harga cengkeh impor didapatkan dari pembagian nilai impor cengkeh Indonesia dengan volume impor cengkeh Indonesia. Sedangkan untuk harga rill cengkeh impor didapatkan dari pembagian harga impor cengkeh Indonesia dengan indeks harga konsumen (Amerika Serikat tahun dasar 2012=100) (Lampiran 2). Indeks harga konsumen yang digunakan karena pada penelitian ini tidak memfokuskan negara yang dijadikan negara pengekspor cengkeh, sehingga digunakan indeks harga konsumen Amerika Serikat dikarenakan alat transaksi yang digunakan di pasar

(53)

36 international adalah dollar (US$). Berikut rumus yang digunakan untuk memperoleh harga rill cengkeh impor :

Harga ImporRill = Harga Impor

IHK Pengekspor Sumber : Pindyck, dkk (2007 : 14) (Diolah)

Keterangan :

Harga ImporRill = Harga rill cengkeh impor (000US$/ton)

Harga Impor = Harga cengkeh impor (000US$/ton)

IHK Pengekspor = Indeks Harga Konsumen Amerika Serikat tahun dasar 2012=100

4. Data nilai tukar rill rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dengan satuan rupiah per dollar Amerika Serikat (Rp/US$) dalam skala tahunan mulai dari tahun 1986 hingga tahun 2015. Nilai tukar rill rupiah terhadap dollar Amerika Serikat didapatkan dari nilai tukar nominal dikalikan dengan pembagian indeks harga konsumen negara pengekspor (IHK Amerika Serikat tahun dasar 2012=100) dengan indeks harga konsumen negara pengimpor (IHK Indonesia tahun dasar 2012=100). Indeks harga konsumen negara pengeskpor menggunakan IHK Amerika Serikat tahun dasar 2012=100 karena pada penelitian ini tidak memfokuskan negara pengekspor cengkeh ke negara Indonesia, sehingga digunakan IHK Amerika Serikat dikarenakan alat transaksi yang berlaku di pasar international yaitu US$. Berikut rumus yang digunakan untuk memperoleh data nilai tukar rill rupiah terhadap dollar Amerika Serikat :

Gambar

Tabel  1.  Perkembangan  Produksi  dan  Konsumsi  Cengkeh  di  Indonesia  Tahun  1986 – 2015
Gambar 1. Kurva Permintaan
Gambar  1  menunjukan  bagaimana  hubungan  antara  harga  dengan  jumlah  komoditas yang diminta
Gambar 3. Kerangka PemikiranPermintaan cengkeh
+6

Referensi

Dokumen terkait

(3) terdapat pengaruh antara kecerdasan spiritual dan penanaman budaya religius terhadap prestasi belajar mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti (PABP) siswa

persyaratan melampirkan contoh cetak, mohon untuk memperjelas materi yang akan dicetak.. Apakah materi yang akan dicetak, satu materi atau data

Penelitian mengenai konservatisme akuntansi dan good corporate governance sebagai variabel moderasi telah sering dilakukan dalam penelitian terdahulu.Penelitian

Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri Faktor yang

Dalam penelitian ini terdapat teori-teori yang digunakan seperti Business Process Modeling Notation (BPMN), Object Oriented Analysis and Design (OOAD), Consistency

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Dalam menganalisa target penjualan produk pada tahun 2008 hingga tahun 2013 , menggunakan metode trend least square dan metode trend kuadratik dapat dibandingkan dengan hasil

“KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) DR.. DJOELHAM BINJAI TAHUN 2014 – 2015”