• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYYAH SEMARANG FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN 2009 ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS MUHAMMADIYYAH SEMARANG FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN 2009 ABSTRAK"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYYAH SEMARANG FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN 2009

ABSTRAK Kholilatul Izza*Trixie Salawati ** Dita Wasthu Prasida.**

PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA TERHADAP PEMERIKSAAN PAP SMEAR SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN TENTANG PAP SMEAR DI

RUMAH BERSALIN BUDI RAHAYU KELURAHAN TANDANG KECAMATAN

TEMBALANG KOTA SEMARANG TAHUN 2009 (iv + 73 halaman + 3 gambar + 16 tabel + 10 lampiran)

Latar belakang: Pap smear merupakan upaya pengambilan cairan dari mulut rahim untuk diteliti

adanya kelainan sel-sel sekitar leher rahim. Semakin dini sel-sel abnormal tersebut terdeteksi, semakin rendahlah resiko seseorang menderita kanker leher rahim. Pada kenyataannya masyarakat masih belum menyadari akan pentingnya pemeriksaan pap smear secara dini, karena rendahnya tingkat pengetahuan dan minimnya akses informasi kesehatan mengenai pemeriksaan pap smear. Oleh sebab itu perlu diadakan penyuluhan tentang pemeriksaan pap smear dengan harapan masyarakat menjadi tahu dan sadar akan pentingnya pemeriksaan pap smear secara dini, sehingga mampu menggunakan dan mengakses sarana pelayanan kesehatan yang telah tersedia dengan baik.

Tujuan: Berdasarkan hal tersebut, maka diangkat penelitian dengan tujuan untuk mengetahui

pengaruh pendidikan kesehatan tentang pap smear terhadap pengetahuan dan sikap wanita dalam pemeriksaan pap smear di RB Budi rahayu Semarang.

Metode:. Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperimen dengan menggunakan metode wawancara

dengan kuesioner serta pendekatan one group pre test and post tes design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita usia reproduksi yang periksa di RB Budi Rahayu Semarang yang kemudian diambil secara acak sederhana untuk menentukan sampel sehingga mendapatkan sampel sebanyak 49 responden. Variabel terikat pada penelitian ini pengetahuan dan sikap wanita dalam pemeriksaan pap smear, dan variabel bebasnya penyuluhan tentang pap smear. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji wilcoxon.

Hasil: Hasil penelitian diperoleh Tingkat pengetahuan responden sebelum penyuluhan sebagian

besar adalah kurang sebanyak 42 orang ( 85,7%), Sesudah penyuluhan pengetahuan responden meningkat menjadi baik sebanyak 44 orang (89,8%). Sikap responden sebelum penyuluhan sebagian besar adalah tidak mendukung sebanyak 29 orang (59,2%). setelah diberi penyuluhan sikap responden tentang pap smear adalah mendukung sebanyak 40 orang (81,6%). Ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan. Dengan nilai p value = 0,000. Ada perbedaan yang signifikan antara sikap sebelum dan sesudah penyuluhan. Dengan skor nilai p value = 0,000.

Kesimpulan : ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap wanita terhadap

pemeriksaan pap smear sebelum dan sesudah penyuluhan tentang pap smear.

Kata kunci : Penyuluhan Pap Smear, Pengetahuan dan sikap Kepustakaan : 16 (2000-2008)

(2)

MOTO

 Sesungguhnya bahagia ada di hati, kita tidak dapat menjadi hamba yang sempurna, namun kita mampu menjadikan diri kita yang terbaik dengan kekayaan jiwa yang penuh kebijaksanaan, jika hati belum mampu memberikan pencahayaan-Nya, maka jangan merefleksikan keburukan dalam tindakan.

 Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) maka bekerja keraslah (dalam urusan lain).

 Jangan takut akan kegagalan manakala telah kita rencanakan, tapi takutlah jika kita tidak pernah mau berusaha berbuat lebih baik lagi.

 Seseorang tidak diberi suatu anugerah yang lebih baik dan lebih luas dari kesabaran.  Jangan cepat puas dan bangga dengan apa yang telah diperoleh karena itu semua akan

(3)

LEMBAR PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya yang sederhana ini sebagai cinta kasihku pada :  Ayahanda tercinta

Ayah ...

Doamu adalah pelita dalam hidupku Nasehatmu adalah bekal hidupku

Setiap tetesan keringat yang keluar dari tubuhmu

Guna mencari sesuap nasi bak darah yang mengalir dalam tubuhku. Perjuanganmu tak dapat tergantikan dengan harta

Terima kasih ayah...  Ibunda yang tersayang

Bunda....

Kau ajarkan keadilan dengan kasih sayang Kau jadikan sayur murah terasa sedap Terimakasih bunda...

 Kakak-kakak dan adik-adikku yang selalu mendukungku memberiku semangat setiap saat.

 Sahabatku Endah, Asri, Wiji, Ning, Sari Cute, Eni, Mbak Hana yang selalu ada disaat aku senang dan duka.

 Teman2 seperjuangan di DIII Kebidanan UNIMUS Angkatan Pertama. Ayo terus berjuang, .Jalan kita masih panjang...

(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama Lengkap

: Kholilatul Izza

2. Tempat dan Tanggal Lahir

: Kudus, 25 Mei 1988

3. Jenis Kelamin

: Perempuan

4. Status Pernikahan

: Belum Menikah

5. Negara

: Indonesia

6. Agama

: Islam

7. Alamat

: Sidorekso, RT 03 RW 06 Desa

Sidorekso Kecamatan

Kaliwungu Kabupaten Kudus

Pendidikan

1. SD Negeri 02 sidorekso lulus tahun 2000.

2. MTs. Banat NU Kudus lulus tahun 2003.

3. MA. Banat NU Kudus lulus tahun 2006.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah dan karuniaNya, penyusun dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul

PERBEDAAN

PENGETAHUAN

DAN

SIKAP

WANITA

TERHADAP PEMERIKSAAN PAP SMEAR SEBELUM DAN

SESUDAH PENYULUHAN TENTANG PEMERIKSAAN PAP

SMEAR DI RB BUDI RAHAYU KECAMATAN TEMBALANG

KOTA SEMARANG TAHUN 2009 “

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang selama ini selalu memotivasi penulis, untuk itu perkenalkan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Seluruh ibu usia reproduksi di RB. Budi Rahayu Semarang yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

2. Bapak Prof. Dr. Soesanto, selaku Rektor Unimus Muhammadiyah Semarang. 3. Bapak Edy Susanto, S.Kep, selaku Dekan Unimus Muhammadiyah Semarang 4. Ibu Nuke Dewi Indrawati, SE, S.SiT, selaku Kaprodi DIII Kebidanan

Universitas Muhammadiyah Semarang

5. Ibu Trixie Salawati, S.Sos. M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan serta mencurahkan waktu dan tenaga pada penulis 6. Ibu Dita Wasthu Prasida, Amd.Keb, SKM selaku Dosen Pembimbing II yang

telah memberikan bimbingan serta mencurahkan waktu dan tenaga pada penulis

(6)

7. Dosen-dosen dan staf D III Kebidanan Universitas Muhammadiyah Semarang yang telah memberikan motivasi dan dukungannya

8. Ibu, Bapak, Kakak dan Adikku tercinta yang selalu memberikan semangat, dukungan dan bantuan baik secara moril, materiil serta doa kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

9. Teman-teman seperjuangan mahasiswa D III Kebidanan Universitas Muhammadiyah Semarang yang telah memberi motivasi dan kerja samanya 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu memberikan dukungan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin

Semarang, Nopember 2008

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang ... 1

B Perumusan Masalah ... 5

C Tujuan Penelitian ... 5

D Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ... 7

B. Kerangka Teori ... 38

(8)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan ... 40

B. Variabel Penelitian ... 41

C. Definisi Operasional ... 41

D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

E. Populasi, Sampel dan Tehnik Sampling ... 42

F. Instrumen / Alat Penelitian ... 45

G. Metode Pengumpulan Data ... 45

H. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 46

I. Jadwal Penelitian ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 51 B. Pembahasan... 64 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 70 B. Saran... 71 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN – LAMPIRAN

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Skema Proses Belajar dan Faktor yang mempengaruhi ... 26 Gambar 2.2. Kerangka Teori... 38 Gambar 2.3. Kerangka Konsep ... 39

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1: Tingkat Keganasan Klinik pada Kanker Leher Rahim

menurut FIGO tahun 1978 ... 23

Tabel 3.1: Definisi Operasional ... 41

Tabel 4.1: Distribusi Frekuensi Responden menurut Umur... 54

Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Responden menurut Tingkat Pendidikan . 55 Tabel 4.3 : Distribusi Frekuensi Status Pekerjaan Responden... 55

Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Status Responden ... 56

Tabel 4.5 : Distribusi Frekuensi Sumber Informasi ... 57

Tabel 4.6 : Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Sebelum Penyuluhan ... 57

Tabel 4.7 : Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Sesudah Penyuluhan ... 59

Tabel 4.8 : Distribusi Frekuensi Sikap Sebelum Penyuluhan ... 60

Tabel 4.9 : Distribusi Frekuensi Sikap Sesudah Penyuluhan... 62

Tabel 4.10 : Uji Kenormalan Pengetahuan dan Sikap ... 63

Tabel 4.11: Uji Wilcoxon pada Pengetahuan dan Sikap Pre dan Post Test ... 63

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian Lampiran 2 : Kuesioner

Lampiran 3 : Surat Ijin Pengambilan Data Lampiran 4 : : Surat Ijin Penelitian

Lampiran 5 : Lembar Permohonan menjadi Responden Lampiran 6 : Lembar Persetujuan menjadi Responden Lampiran 7 : Lembar permohonan pengisian kuesioner Lampiran 8 : Satuan Acara Penyuluhan

Lampiran 9 : Tabulasi Data Lampiran 10 : Frekuensi Data

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pap smear merupakan upaya pengambilan cairan dari mulut rahim untuk diteliti adanya kelainan sel-sel sekitar leher rahim. ( Aziz, F. 2006 ). Pada pemeriksaan ini, biasanya dapat ditentukan apakah sel-sel dimulut rahim masih normal, berubah menuju kanker, atau telah menjadi sel kanker. Selain itu inflamasi dan infeksi mulut rahim dapat ditentukan dari pemeriksaan ini. (http://www.wartamedika.com/2006/10/papsmear deteksi dini kanker serviks. Html.).

Perubahan pada sel-sel biasanya memakan waktu sampai bertahun-tahun sebelum sel-sel tadi berubah menjadi sel kanker. Selama jeda tersebut, pengobatan yang tepat akan segera dapat menghentikan sel-sel yang abnormal sebelum berubah menjadi sel kanker. Sel-sel yang abnormal dapat dideteksi kehadirannya dengan pap smear, sehingga semakin dini sel-sel abnormal tadi terdeteksi, semakin rendahlah resiko seseorang menderita kanker leher rahim.( Rama, 2008 ).

Kanker leher rahim merupakan kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim yang terletak antara rahim dengan liang senggama. Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti

(13)

statistik menunjukkan bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun. ( Bohme. C, 2001).

Faktor pemicu atau resiko terjadinya kanker leher rahim yang terjadi pada wanita meliputi usia pernikahan yang terlalu dini ( kurang dari 18 tahun ) atau memulai aktivitas seksual pada usia muda, wanita yang merokok, kebersihan genetalia yang buruk, wanita yang melahirkan lebih dari 3 kali, wanita dengan aktivitas seksual yang tinggi dan sering berganti-ganti pasangan. ( Rama, 2008 ).

Kondisi yang tersebut diatas akan mempengaruhi timbulnya infeksi menular seksual ( IMS ) seperti clamidia, herpes, dan kondiloma akuminata, yang merupakan faktor pemicu terjadinya kanker leher rahim. ( Rama, 2008 ). IMS dapat dideteksi keberadaanya dengan pemeriksaan pap smear. Apabila ibu-ibu cukup mengetahui bahaya kanker leher rahim dan manfaat pemeriksaan pap smear maka mereka akan menyadari pentingnya melakukan deteksi dini untuk mengetahui ada tidaknya kanker leher rahim pada dirinya.

Pada kenyataannya, masyarakat masih belum menyadari akan pentingnya pemeriksaan pap smear secara dini, karena rendahnya tingkat pengetahuan dan minimnya akses informasi kesehatan mengenai pemeriksaan pap smear. Sehingga angka kejadian kanker leher rahim semakin meningkat dari tahun ke tahun. (Yuni Purwati, Hendarsih. 2008 : 48-58)

Berdasarkan data Globocan, International Agency for Research on Cancer (IARC) Th. 2002, kanker leher rahim menempati urutan kedua dengan

(14)

dengan jumlah kematian 9,3% per tahun dari seluruh kanker pada perempuan di dunia.

Di Indonesia, diperkirakan 200.000 kasus kanker serviks setiap tahun. Di rumah sakit kanker Dharmais pada tahun 1999 sampai 2002 ada 710 kasus baru. Dari jumlah itu 65% berobat dalam stadium lanjut. Angka ketahanan hidup dalam 2 tahun untuk stadium lanjut berkisar 53,2% dan stadium awal hampir 90%. (Rama, 2008).

Berdasarkan laporan program yang berasal dari Rumah Sakit dan Puskesmas pada tahun 2005 di kota Semarang, kasus penyakit kanker serviks yang ditemukan sebanyak 1.115 kasus. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevelensi tumor di masyarakat sebesar 4,3 per 1000 penduduk.

Angka kejadian kasus IMS ( Infeksi Menular Seksual ) menurut laporan dari Puskesmas pada tahun 2005 didapatkan sebesar 113 kasus sedangkan data cakupan IMS dari Rumah Sakit pada tahun 2005 didapatkan 187 kasus yang terdiri atas candidiasis 61 kasus, condyloma acuminata 23 kasus, gonorhea 37 kasus, herpes genetalis 26 kasus, herpes simplex virus 14 kasus, sifilis 4 kasus dan trichoma vaginalis 2 kasus. Data ini belum menggambarkan seluruh kasus IMS yang ada, karena hanya 1 puskesmas yaitu Puskesmas Mangkang dan 1 Rumah sakit yang rutin melaporkan data tersebut. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Bersalin Budi Rahayu Semarang, pada periode bulan Januari sampai Maret 2008 tercatat 0,74% yang melakukan pemeriksaan pap smear di Rumah Bersalin

(15)

Budi Rahayu Semarang. Menurut keterangan dari bidan setempat, pasien yang telah melakukan pemeriksaan rata-rata berumur 30-60 tahun dengan keluhan sering keputihan, dan mereka belum sepenuhnya memahami manfaat pap smear. Hal ini dimungkinkan diantara wanita usia 30-60 tahun beresiko terserang penyakit kanker leher rahim, namun belum pernah terdeteksi, sehingga kemungkinan apabila terdeteksi di RS sudah dalam stadium lanjut. Sedangkan berdasarkan data yang diperoleh dari pendekatan secara langsung dengan tokoh masyarakat Kelurahan Tandang, bahwa selama ini belum pernah dilakukan penyuluhan tentang pap smear.

Salah satu upaya untuk mencegah resiko terserang kanker leher rahim pada masyarakat Kelurahan Tandang selanjutnya adalah dengan memberikan penyuluhan tentang pap smear. Bidan setempat sangat setuju dan memberikan dukungan untuk melakukan penyuluhan tentang pap smear.

Berdasarkan fenomena tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh penyuluhan tentang pap smear terhadap pengetahuan dan sikap wanita dalam pemeriksaan pap smear didaerah tersebut. Untuk itu, lokasi penelitian yang dipilih yaitu di Rumah Bersalin Budi Rahayu Semarang.

(16)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang akan diteliti dibatasi sebagai berikut : Apakah ada perbedaan pengetahuan dan sikap wanita terhadap pemeriksaan pap smear sebelum dan sesudah penyuluhan tentang pap smear.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan pengetahuan dan sikap wanita terhadap pemeriksaan pap smear sebelum dan sesudah penyuluhan tentang pap smear di RB Budi Rahayu Semarang.

2. Tujuan Khusus

a. Mendiskripsikan pengetahuan wanita tentang pap smear sebelum diberikan pendidikan kesehatan.

b. Mendiskripsikan sikap wanita sebelum diberikan penyuluhan. c. Mendiskripsikan pengetahuan wanita sesudah diberikan penyuluhan. d. Mendiskripsikan sikap wanita sesudah diberikan penyuluhan.

e. Menganalisis perbedaan pengetahuan wanita tentang pap smear sebelum dan sesudah penyuluhan.

f. Menganalisis perbedaan sikap wanita dalam pemeriksaan pap smear sebelum dan sesudah penyuluhan..

(17)

D. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari peneliti adalah : 1. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan pap smear.

2. Bagi Profesi

a. Menambah wawasan tentang pentingnya melakukan pemeriksaan pap smear.

b. Sebagai masukan bagi bidan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya dalam pemeriksaan pap smear.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menyediakandan memberikan informasi serta menambah pengetahuan kepeda peserta didik tentang pentingnya melakukan pemeriksaan pap smear pada wanita yang telah melakukan hubungan seksual.

4. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman serta penerapan teori yang diperoleh selama pendidikan di bangku kuliah mengenai pengaruh penyuluhan tentang pap smear terhadap pengetahuan dan sikap wanita dalam pemeriksaan pap smear.

5. Bagi Pengembangan Penelitian

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengetahuan a. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. (Notoatmodjo, 2007)

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni : indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2007)

b. Pentingnya Pengetahuan (Notoatmodjo, 2007)

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Over Behaviour).

Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru didalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan yakni:

1) Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

(19)

2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul

3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

4) Trial, sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang kehendaki oleh stimulus.

5) Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng

(long lasting). Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak didasari oleh

pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Jadi, pentingnya pengetahuan disini adalah dapat menjadi dasar dalam merubah perilaku sehingga perilaku itu langgeng. (Notoatmodjo, 2007) c. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2007), yaitu :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik,

(20)

diterima. Oleh sebab itu, "tahu" ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

Contoh : dapat menyebutkan tanda-tanda kanker leher rahim. 2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramaikan dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam penghitungan-penghitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus

(21)

pemecahan masalah (problem solving cycle) didalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

(22)

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas. (Notoatmodjo, 2007)

d. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku

Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia adalah suatu aktivitas daripada manusia itu sendiri. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulasi yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Blum (1986) menyatakan ada 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan pada manusia yaitu genetik (hereditas), lingkungan, pelayanan kesehatan, dan perilaku. (Notoatmodjo, 2007)

Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007) ada 3 faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku individu maupun kelompok sebagai berikut:

1) Faktor yang mempermudah (Predisposing factor) yang mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, norma sosial, dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu maupun masyarakat.

2) Faktor pendukung (Enabling factor) antara lain umur, status sosial ekonomi, pendidikan, dan sumber daya manusia.

(23)

3) Faktor pendorong (Reinforcing factor) yaitu faktor yang memperkuat perubahan perilaku seseorang yang dikarenakan adanya sikap suami, orang tua, tokoh masyarakat atau petugas kesehatan.

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan 1) Pengalaman

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman baik dari pengalaman pribadi maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran suatu pengetahuan.

2) Ekonomi (pendapatan)

Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih lebih tercukupi bila dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi pendidikan yang termasuk kedalam kebutuhan sekunder. 3) Lingkungan sosial ekonomi

Manusia adalah makhluk sosial dimana didalam kehidupan saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Individu yang dapat berinteraksi lebih banyak dan baik, maka akan lebih besar ia terpapar informasi.

(24)

4) Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam pemberian respon terhadap sesuatu yang datangnya dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang akan mereka dapatkan.

5) Paparan media massa atau informasi

Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, dan lain- lain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pemah terpapar informasi media massa.

6) Akses layanan kesehatan atau fasilitas kesehatan

Mudah atau sulitnya dalam mengakses layanan kesehatan tentunya akan berpengaruh terhadap pengetahuan khususnya dalam hal kesehatan.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden (Notoatmodjo,2007).

(25)

2. Sikap a. Definisi

Sikap merupakan reaksi / respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. ( Notoatmodjo, 2003 )

Sedangkan menurut Widayatun, 1999, sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik / terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya. Dari berbagai batasan tentang sikap dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Sedangkan New Comb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan suatu kesiapan / kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. ( Http:// www. F_buzz.com/2008/07/10 )

b. Komponen sikap

1. Kepercayaan ( keyakinan ), ide dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

(26)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh ( total attitude ). Dalam penentuan sikap ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Pengetahuan akan merangsang seseorang untuk berfikir dan berusaha untuk mencari penyelesaian sehingga sikap seseorang terhadap obyek menjadi baik. Sikap yang didasari dengan pengetahuan akan bertahan lebih lama daripada sikap yang tidak didasari oleh pengetahuan. c. Tingkatan sikap

Menurut Notoatmodjo ( 2003 ), tingkatan sikap terbagi menjadi 4 yaitu:

1) Menerima ( Receiving )

Menerima diartikan bahwa orang ( subyek ) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan ( obyek ).

2) Merespon ( Responding )

Memberi jawaban bila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan atau suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, berarti bahwa orang menerima ide itu.

3) Menghargai

Mengajak orang lain untuk mengerjakan / mendiskusikan suatu masalah / suatu indikasi sikap tingkat 3.

(27)

4) Bertanggung jawab

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Pap Smear a. Pengertian

Pap Smear test adalah suatu tes yang aman dan murah dan telah

dipakai bertahun – tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan – kelainan yang terjadi pada sel – sel leher rahim. Tes ini ditemukan pertama kali oleh George Papanicolou, sehingga dinamakan Pap

Smear test. ( Rama, 2008 )

Pap smear merupakan suatu metode dimana dilakukan pengambilan sel dari mulut rahim kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pada pemeriksaan biasanya dapat ditentukan apakah sel yang ada di mulut rahim masih normal, berubah menuju kanker, atau telah berubah menjadi sel kanker. Selain itu inflamasi dan infeksi mulut rahim juga dapat ditentukan dari pemeriksaan ini. Perubahan sel – sel leher rahim yang terdeteksi secara dini akan memungkinkan beberapa tindakan pengobatan diambil sebelum sel – sel tersebut dapat

berkembang menjadi sel kanker. (http://

www.wartamedika.com/2006/10/ papsmear deteksi dini kanker serviks. Html)

(28)

kanker, mengkaji efek pemberian hormon seks, serta mengkaji respon terhadap kemoterapi dan radiasi. ( Aziz alimul, 2008).

Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV dan prakanker serviks. Ketepatan diagnostik sitologinya ± 90% pada displasia keras (karsinoma in situ) dan 76% pada displasia ringan / sedang. Didapatkan hasil negatif jika palsu 5-50% sebagian besar disebabkan pengambilan sediaan yang tidak adekuat. Sedangkan hasil positif palsu sebesar 3-15%.

b. Manfaat pap smear

Pap smear berguna untuk mengetahui adanya radang pada rahim dan tingkatan radangnya, adanya kelainan degeneratif pada rahim, serta ada tidaknya tanda – tanda keganasan (kanker) pada rahim. Selain itu dengan melakukan pap smear, akan diketahui penyebab radang baik oleh parasit, bakteri maupun jamur. Pap smear juga digunakan untuk menentukan pola penanganan dan pengobatan penyakit yang tersebut. (Bohme, C. 2001.)

c. Sasaran pemeriksaan pap smear (Bohme, C. 2001)

Kaum perempuan yang perlu melakukan pap smear test ini adalah : 1) Perempuan yang menikah dibawah 20 tahun

2) Perempuan yang telah menikah dan berusia 30 tahun atau lebih 3) Perempuan yang telah melahirkan lebih dari 3 kali

4) Perempuan yang belum bisa menghentikan kebiasaan merokok termasuk jika pasangannya juga perokok (passive smoker)

(29)

5) Peserta KB yang sudah lebih dari 5 tahun (terutamadengan kontrasepsi hormonal atau IUD) dan

6) Mereka yang mengalami perdarahan setiap kali melakukan senggama (contact bleeding) atau mengalami keputihan kronis. Pemeriksaan dilakukan lebih dari setahun jika sudah mencapai umur 65 tahun atau tiga kali pemeriksaan berturut-turut sebelumnya. menunjukkan hasil normal. Pemeriksaan lebih sering dilakukan pada wanita yang mempunyai lebih dari satu pasangan, tetelah berhubungan seksual sejak remaja, mempunyai penyakit kelamin, merokok dan ada infeksi Human Papilloma Virus (HPV).

d. Interval Peneriksaan pap smear

Ada beberapa versi tentang interval pemeriksaan ini ( Ramli, 2002 ): 1) Menurut The British Columbia ( Canada ) melakukan test

setiap tahun pada wanita yang termasuk resiko tinggi yaitu yang melakukan hubungan seksual sebelum usia 20 tahun, mempunyai mitra sek lebih dari 2 orang sepanjang hidupnya. 2) American Cancer Society menyarankan hal yang sama tetapi

untuk kelompok yang tidak mempunyai resiko tinggi cukup 3 tahun 1 kali.

3) Menurut WHO umur juga merupakan pertimbangan dalam menentukan saat skrining dimulai di negara maju dan berkembang insiden kanker invasif meningkat sampai umur 35

(30)

menurun. Atas dasar hal tersebut diatas dengan pertimbangan

cost effective maka disarankan sebagai berikut :

1) Skrining setiap setahun sekal pada wanita berumur 35-40 th. 2) Kalau fasilitas tersedia, lakukan setiap 10 th pada wanita

berumur 35-55 th.

3) Kalau fasilitas tersedia lebih, maka dilakukan setiap 5 tahun pada wanita berumur 35-55 th.

4) Departemen Kesehatan menganjurkan bahwa semua wanita yang berusia 20-60 tahun harus melakukan pap smear paling tidak setiap 5 tahun.

Sedangkan Evennet ( 2004 ) menyebutkan bahwa The British

Medical Association Family Health menganjurkan bahwa seorang

wanita harus melakukan pap smear kedua 6-12 bulan setelah pap smear pertama (karena suatu perubahan kecil dapat menghilangkan suatu abnormalitas terhadap suatu pap smear ) dan hasil yang diberikan adalah normal pada selang waktu ( interval ) 3 tahunan selama hidupnya.

e. Petunjuk penapisan

Departemen kesehatan menganjurkan bahwa semua wanita yang berusia 20-60 tahun harus melakukan pap smear, paling tidak setiap 5 tahun sekali.

The Brithis Medical Association Family Health Encyclopedia

(31)

6 bulan setelah pertama kali melakukan hubungan seksual dengan pap smear yang kedua 6-12 bulan setelah pap smear yang pertama. Karena perubahan yang kecil dapat menghilangkan satu abnormalitas, dalam suatu pap smear dan hasil yang diberikan adalah normal pada selang waktu 3 tahunan selama masa hidupnya. Para ahli di Marie Stopes International menganjurkan agar kita melakukan pap smear setiap tahun (Evennet, 2004).

f. Kendala pap smear

Dikatakan diatas hanya. 5% perempuan di Indonesia yang bersedia melakukan pemeriksaan pap smear banyak kendala. Hal tersebut terjadi antara lain:

1) Kurangnya tenaga terlatih untuk pengambilan sediaan.

2) Tidak tersedianya. peralatan dan bahan untuk pengambilan sediaan.

3) Tidak tersedianya sarana pengiriman sediaan

4) Tidak tersedianya laboratorium pemrosesan sediaan serta tenaga ahli sitologi

(32)

g. Proses pelaksanaan pemeriksaan pap smear 1) Waktu

Pengambilan pap smear dilakukan 10 hari setelah bersih menstruasi dan 3 hari sebelum pengambilan dilarang melakukan hubungan seksual karena akan mengaburkan hasil pemeriksaan.

(Bohme, C. 2001) 2) Persiapan alat

a. Formulir konsultasi sitologi.

b. Spatula ayre yang dimodifikasi atau cytobrush.

c. Kaca benda yang satu sisinya telah diberi tanda atau label. d. Spekulum cocor bebek kering.

e. Tabung berisi larutan fiksasi alkohol 96 % 3) Cara pengambilan ( Evennet, 2004)

a. Tuliskan data klinis pasien yang jelas pada, lembar permintaan konsultasi meliputi: nama, umur, alamat, usia menikah, jumlah pernikahan, paritas, tanggal haid terakhir, kontrasepsi, riwayat radiasi / kemoterapi, keadaan klinisdan keluhan.

b. Bersihkan daerah vulva dari bagian yang terdekat sampai yang terjauh dengan menggunakan kapas DTT.

c. Pasang speculum cocor bebek untuk menampilkan serviks. d. Spatula dengan ujung yang pendek diusap, 360 derajat pada

(33)

e. Geserkan spatula pada kaca benda yang telah diberikan label dengan pensil gelas pada sisi kirinya sepanjang setengah panjang gelas dan geserkan sekali saja agar tidak terjadi kerusakan sel.

f. Spatula ayre yang telah dimodifikasi dengan ujung yang panjang agar bisa mencapai sambungan skuoma kolumner atau kapas lidi diusap 360 derajat pada permukaan endoserviks, kemudian digeserkan pada setengah sisanya.

g. Masukkan segera ke dalam fiksasi, jangan berada diudara lebih dari 10 detik karena dikhawatirkan terjadi artefak. Biarkan dalam Larutan fiksasi minimal selama 30 menit, keringkan di udara. Bila tempat pewarnaan jauh dari tempat praktek, masukkan sediaan dalam amplop atau pembungkus tidak pecah.

h. Interpretasi dan rekomendasi dari jawaban sitologi sebagai berikut ( evennet, 2003 ) :

1) Negatif : tidak ditemukan sel ganas. Ulangi pemeriksaan sitologi dalam satu tahun lagi.

2) Inkonklusif : sediaan tidak memuaskan. Bisa karena fiksasi kurang bagus, tidak ditemukan sel endoserviks, peradangan sel. Disarankan untuk mengulangi pemeriksaan sitologi setelah proses radang diobati.

(34)

3) Displasia : terdapat sel-sel diskariotik. Derajat ringan, sedang, sampai karsinoma in situ. Penanganan lebih serius dan harus diamati minimal 6 bulan berikutnya.

4) Positif : terdapat sel - sel ganas pada pemeriksaan mikroskopi. Penanganan harus dilakukan di rumah sakit.

5) HPV: pada pemeriksaan ini dapat ditemukan sediaan negatif atau displasia. Lakukan pemantauan ketat dan konfirmasi dengan kolposkopi dan ulangi pap smear.

i. Hasil pemeriksaan

Pada umumnya pembacaan pap smear yang banyak dipakai (khususnya di Semarang) menggunakan klasifikasi Papanicolau yang menggunakan klasifikasi sistem kelas, yaitu:

Kelas I berarti negatif ( tidak ditemukan sel ganas).

Kelas II berarti ada sel-sel atipik, akan tetapi tidak mencurigakan. Kelas III berarti ada sel-sel atipik, dicurigai keganasan.

Kelas IV ada kemungkinan tumor ganas. Kelas V berarti jelas tumor ganas

j. Kegunaan diagnostik sitologi 1) Evaluasi sitohormonal. 2) Mendiagnosis peradangan.

3) Identifikasi organisme penyebab peradangan. 4) Memantau hasil terapi

(35)

k. Pembagian tingkat keganasan

Tingkat keganasan klinik kanker leher rahim menurut klasifikasi FIGO, 1978 sebagai berikut :

Table : 2.1 Tingkat keganasan klink pada kanker leher rahim menurut FIGO,1978

Tingkat Kriteria

0 Karsinoma in situ ( KIS ) atau karsinoma intraepitel : membrane basalis masih utuh. I Proses terbatas pada serviks walaupunada perluasan ke korpus uteri.

Ia Karsinoma mikro invasif; bila membrane basalis sudah rusak dan sel tumor sudah memasuki stroma tak > 3 mm, dan sel tumor tidak terdapat dalam pembuluh limfa atau pembuluh darah.

Ib occ: ( I b occult = Ib yang tersembunyi ) ; secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada pemeriksaan histologik ternyata sel tumor telah mengadakan invasi stroma melebihi I a.

Ib Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik menunjukkan invasi kedalam stroma serviks uteri.

II Proses keganasan sudah keluar dari serviks dan menjalar ke 2/3 bagian atas vagina dan / ke parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul.

IIa Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masi bebas dari infiltrate tumor.

II b Penyebaran ke parametrium, uni atau bilateral tetapi belum sampai dinding panggul. III Pentebaran telah sampai ke 1/3 bagian distal vagina atau ke parametrium sampai

dinding panggul.

III a Penyebaran sampai ke 1/3 bagian distal vagina, sedang ke parametirum tidak dipersoalkan asal tidak sampai ke dinding panggul.

III b Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul ( frozen pelvic ) atau proses pada tingkat klinik I atau II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal.

IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa rektum dan atau kandung kemih ( dibuktikan secara histolgik ), atau telah terjadi metastasis keluar panggul atau ketempat-tempat yang jauh.

IV a Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah menginfiltrasi mukosa rektum dan atau kandung kemih.

IV b Telah terjadi penyebaran jauh.

Sumber : Sarwono, 2005

4. Konsep Penyuluhan Kesehatan a. Pengertian

Menurut Azrul Azwar dalam (Effendy, 1998: 232) penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara

(36)

saja sadar, tahu atau mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.

Menurut Wood (dalam Effendy, 1998: 233) penyuluhan adalah sejumlah pengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang ada hubungannya dengan kesehatan seseorang, masyarakat dan bangsa. Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penyuluhan kesehatan adalah kegiatan menyebarkan pesan atau pengetahaan sehingga masyarakat menjadi lebih tahu dan mengerti serta mau dan bisa melakukan anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.

b. Tujuan Penyuluhan Kesehatan

Menurut Effendy (1998: 233-234) tujuan penyuluhan kesehatan yaitu : 1) Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat

dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

2) Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian. 3) Menurut WHO adalah untuk merubah perilaku perseoranganan atau

masyarakat dalam bidang kesehatan. c. Proses Penyuluhan

(37)

Menurut Effendy (1998: 48) di dalam kegiatan belajar terdapat tiga persoalan pokok, yakni:

1) Masukan (input)

Persoalan masuk menyangkut subjek atau sasaran belajar itu sendiri dengan berbagai latar belakangnya.

2) Proses

Persediaan proses adalah mekanisme atau proses terjadinya perubahan kemampuan pada diri subjek belajar. Di dalam proses ini terjadi pengaruh timbal balik antara berbagai faktor, antara lain subjek belajar, pengajar atau fasilitator belajar, metode yang digunakan, alat bantu belajar dan materi atau bahan yang dipelajari. 3) Keluaran (output)

Keluaran merupakan hasil belajar itu sendiri, yang terdiri dari kemampuan baru atau perubahan baru pada diri subjek belajar. Proses kegiatan belajar tersebut dapat digambarkan pada bagan di bawah ini.

Metode Input (subjek belajar) Fasilitas Proses Belajar Output (hasil belajar) Alat-alat bantu Bahan

(38)

Skema 2.1 : Proses Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sumber : Effendy (1998: 48)

d. Sasaran Penyuluhan Kesehatan

Menurut Effendy (1998: 234) sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

1) Individu

Individu yang mempunyai masalah keperawatan dan kesehatan, yang dapat dilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas, rumah bersalin, posyandu, keluarga binaan dan masyarakat binaan.

2) Keluarga

Keluarga binaan yang mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan yang tergolong dalam keluarga risiko tinggi, diantaranya adalah :

a) Anggota keluarga yang menderita penyakit menular

b) Keluarga-keluarga dengan kondisi sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah.

c) Keluarga-keluarga dengan masalah sanitasi lingkungan yang buruk.

d) Keluarga-keluarga dengan keadaan gizi yang buruk.

e) Keluarga-keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang banyak di luar kemampuan kapasitas keluarga.

(39)

Kelompok khusus yang menjadi sasaran dalam penyuluhan kesehatan masyarakat, salah satunya adalah kelompok ibu nifas.

4) Masyarakat

a) Masyarakat binaan puskesmas b) Masyarakat nelayan

c) Masyarakat pedesaan

d) Masyarakat yang datang ke institusi pelayanan kesehatan seperti puskesmas, posyandu yang diberikan penyuluhan kesehatan secara massal.

e) Masyarakat luas yang terkena masalah kesehatan seperti wabah DHF, muntah berak dan sebagainya.

e. Materi

Menurut Effendy (1998: 236) pesan yang akan disampaikan kepada masyarakat hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dan keperawatan dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya.

Materi yang disampaikan sebaiknya :

1) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti masyarakat dalam bahasa kesehariannya.

2) Materi yang disampaikan tidak terlalu sulit untuk dimengerti oleh sasaran.

(40)

sasaran.

4) Materi atau pesan yang disampaikan merupakan kebutuhan sasaran dalam masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi. f. Metode penyuluhan kesehatan.

Metode yang dipakai dalam penyuluhan kesehatan hendaknya metode yang dapat mengembangkan komunikasi dua arah antara yang memberikan penyuluhan terhadap sasaran, sehingga diharapkan tingkat pemahaman sasaran terhadap pesan yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah dipahami.

Metode yang dapat digunakan dalam penyuluhan kesehatan masyarakat dapat dikelompokkan dalam dua macam metode, yaitu :

1) Metode Didaktik

Pada metode didaktik yang aktif adalah orang yang melakukan penyuluhan kesehatan, sedangkan sasaran bersifat pasif dan tidak diberikan kesempatan untuk ikut serta mengemukakan pendapatnya atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan apapun. Proses penyuluhan yang terjadi bersifat satu arah (one way method), yang termasuk dalam metode ini adalah :

a) Secara langsung : ceramah

b) Secara tidak langsung : poster, media cetak (majalah, buletin, surat kabar), media elektronik (radio, televisi).

(41)

Menurut Effendy (1998: 236-237) pada metode ini sasaran diberikan kesempatan mengemukakan pendapat, sehingga mereka ikut aktif dalam proses belajar mengajar, dengan demikian terbinalah komunikasi dua arah antara yang menyampaikan pesan disatu pihak dengan yang menerima pesan di lain pihak (two way metod). Yang termasuk dalam metode ini adalah :

a) Langsung: diskusi, curah pendapat, demonstrasi, simulasi, bermain peran (role playing), sosiodrama, simposium, seminar, studi kasus, dan sebagainya.

b) Tidak langsung: penyuluhan kesehatan melalui telepon, satelit komunikasi (Effendy, 1998: 236-237).

Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003: 57) metode penyuluhan dikelompokkan menjadi 3, yaitu :

(42)

1) Metode Pendidikan Individual (Perorangan)

Metode ini digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang mulai tertarik kepda suatu perubahan-perubahan perilaku atau inovasi.

2) Metode Pendidikan Kelompok

Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus diingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok yang besar metodenya akan lain dengan kelompok yang lebih kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidiakan.

3) Metode Pendidikan Massa

Metode pendidikan (pendekatan) massa cocok untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Oleh karena sasaran pendidikan ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. g. Alat Bantu Penyuluhan Kesehatan

1) Pengertian

Alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran. Alat bantu ini

(43)

sering disebut sebagai alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu di dalam proses pendidikan/pengajaran. 2) Manfaat

a) Menimbulkan minat sasaran pendidikan b) Mencapai sasaran yang lebih banyak

c) Membantu dan mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman. d) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan

yang diterima pada orang lain.

e) Mempermudah penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para pendidik/pelaku pendidikan.

f) Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan. g) Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih

mendalami, dan akhirnya medapat pengertian yang lebih baik. h) Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.

3) Macam-macam alat bantu pendidikan

Menurut Notoatmodjo (2003: 62-67) pada garis besar hanya ada tiga macam alat bantu pendidikan (alat peraga) yaitu :

a) Alat bantu lihat (visual aids) yaitu alat yang dapat membantu untuk menstimulasi indera mata (penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan.

b) Alat-alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu untuk menstimulasikan indera pendengar pada waktu

(44)

piring hitam, radio, pita suara, dan sebagainya.

c) Alat bantu lihat dengar, seperti televisi, radio cassette. Alat-alat bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan Audio Visual Aids (AVA).

Disamping pembagian tersebut, alat peraga juga dapat dibedakan menjadi dua macam menurut pembuatannya dan penggunaannya, yaitu:

a) Alat peraga yang complicated (rumit) seperti film-film strip slide dan sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor.

b) Alat peraga yang sederhana, yang mudah dibuat sendiri, dengan bahan-bahan setempat yang mudah diperoleh seperti bambu, karton, kaleng bekas, bekas koran dan sebagainya.

4) Sasaran yang dicapai alat bantu pendidikan

a) Yang perlu diketahui tentang sasaran, antara lain : (1). Individu atau kelompok.

(2). Kategori-kategori sasaran seperti kelompok umur, pendidikan, pekerjaan dan sebagainya.

(3). Bahasa yang mereka gunakan. (4). Adat istiadat serta kebiasaan. (5). Minat dan perhatian.

(6). Pengetahuan dan pengalaman mereka tentang pesan yang akan diterima.

(45)

b) Tempat memasang (menggunakan) alat-alat bantu/peraga : (1). Di dalam keluarga, antara lain di dalam kesempatan

kunjungan rumah, waktu menolong persalinan dan merawat bayi, atau menolong orang sakit, dan sebagainya.

(2). Di masyarakat misalnya pada waktu perayaan hari-hari besar, arisan-arisan, pengajian dan sebagainya serta juga dipasang di tempat-tempat umum yang strategis.

(3). Di instansi-instansi, antara lain puskesmas, rumah sakit, kantor-kantor, sekolah-sekolah dan sebagainya.

c) Alat-alat bantu/peraga tersebut sedapat mungkin dapat dipergunakan oleh:

(1). Petugas-petugas puskesmas/kesehatan. (2). Kader kesehatan.

(3). Guru-guru sekolah dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya. (4). Pamong desa.

h. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Penyuluhan

Menurut Effendy (1998: 247) banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan masyarakat, apakah itu dari penyuluh, sasaran atau dalam proses penyuluhan itu sendiri.

1) Faktor penyuluh a) Kurang persiapan

(46)

d) Bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran karena terlalu banyak menggunakan istilah-istilah asing.

e) Suara terlalu kecil dan kurang dapat didengar.

f) Penyampaian materi penyuluhan terlalu monoton sehingga membosankan.

2) Faktor Sasaran

a) Tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit mencerna pesan yang disampaikan.

b) Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah

c) Kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah tertanam sehingga sulit untuk mengubah.

d) Kondisi lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak mungkin terjadi perubahan perilaku.

3) Faktor Proses dalam Penyuluhan

a) Waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkan sasaran.

b) Tempat penyuluhan dilakukan dekat dengan tempat keramaian. c) Jumlah sasaran yang mendengarkan penyuluhan terlalu banyak

sehingga sulit untuk menarik perhatian dalam memberikan penyuluhan.

d) Alat peraga dalam memberikan penyuluhan kurang dapat mempermudah pemahaman sasaran.

(47)

f) Bahasa yang dipergunakan kurang dimengerti oleh sasaran. i. Penyuluhan Terstruktur

Menurut Azrul Azwar (dalam Efendy 1998: 232) yaitu kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saj a sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang berhubungan dengan kesehatan. Menurut kamus bahasa Indonesia, struktur, berarti tatanan/susunan, terstruktur berarti tertata/ tersusun/ terencana (Depdiknas: 2005). Jadi penyuluhan terstruktur yaitu kegiatan penyuluhan yang dilakukan dengan direncanakan/disusun secara matang sehingga dapat mencapai tujuan yang optimal.

j. Pengukuran Hasil Penyuluhan Kesehatan

Menurut teori Bloom 1908 (dalam Notoatmodjo, 2003: 121) hasil penyuluhan dapat diukur melalui pengetahuan (knowledge). merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Overt behavior)

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan

(48)

tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (Comprehension)

memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

(49)

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk pada kemampuan untuk meletakkan utau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluatioan)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas

(50)

B. Kerangka Teori

Berdasarkan landasan teori pada Bab II maka dapat disusun kerangka teori sebagai berikut :

Sumber : Notoatmodjo, 2003 Gambar : 2.1 Kerangka Teori

C. Kerangka Konsep

Gambar : 2.2 Kerangka Konsep Variabel Bebas

Penyuluhan tentang pap smear

Variabel Terikat Pengetahuan ibu tentang pemeriksaan pap smear

Faktor predisposisi - Pengetahuan - Sikap - Umur - Pendidikan -Faktor pendukung - Pelayanan tenaga kesehatan yang memadai - Penyuluhan Faktor pendorong - Dukungan keluarga - Tenaga kesehatan - Tokoh masyarakat Perilaku kesehatan Penyuluhan tentang Pap Smear Variabel Terikat Sikap ibu tentang pemeriksaan pap smear

(51)

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian (Notoatmodjo, 2002).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ada perbedaan pengetahuan ibu tentang pemeriksaan pap smear sebelum dan sesudah penyuluhan tentang pap smear.

2. Ada perbedaan sikap ibu tentang pemeriksaan pap smear sebelum dan sesudah penyuluhan tentang pap smear.

(52)

BAB III

METODE PENELITLAN

A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan.

Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperimen tanpa pembanding atau eksperimen pura-pura. Disebut demikian karena eksperimen jenis ini belum memenuhi persyaratan seperti cara dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu. ( Arikunto, 2006 )

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik one group pre test and post tes design, yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk menilai satu kelompok saja secara utuh (Notoatmodjo, 2005 ).

Rancangan penelitian ini adalah one group pre test and post test design tanpa menggunakan kelompok pembanding ( kontrol ), tetapi pada penelitian ini pengujian pertama (pre test ) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen ( program ). Pada penelitian ini, peneliti melakukan treatment yaitu penyuluhan tentang pap smear terhadap subyek penelitian dengan sengaja, terencana, kemudian dinilai pengaruhnya pada pengujian kedua ( post test ).

O X O

1 2

O1 : Pretest : sebelum diberi penyuluhan O2 : Postest : setelah diberi penyuluhan X : Intervensi : diberi penyuluhan

(53)

B. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas : Penyuluhan tentang pap smear.

2. Variabel Terikat : Pengetahuan dan sikap wanita dalam pemeriksaan pap smaer

C. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1. Bebas : Penyuluhan tentang pap smear Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan menyebarkan pesan atau pengetahuan sehingga masyarakat menjadi lebih tahu dan mengerti serta mau dan bisa melakukan anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan yaitu tentang pap smear. - - Nominal 2 3 Terikat : Pengetahuan Sikap Pengetahuan: Merupakan kemampuan ibu untuk menjawab pertanyaan tentang pengetahuan mengenai pap smear sebelum dan sesudah penyuluhan. Kemampuan ibu Dengan menggunak an kuesioner yang berjumlah 15 pertanyaan yang terdiri dari 3 item pilihan jawaban. Jawaban kuesioner diberi skor dalam bentuk angka, jika jawaban benar diberi skor 1, jika jawaban salah diberi skor 0, variabel pengetahuan diberi skor jawaban 0-15 Interval Interval

(54)

tentang sikap atau pendapat wanita mengenai pap smear sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan an kuesioner yang berjumlah 10 soal yang terdiri dari pertanyaan positif dan negatif.

bentuk angka, jika pertanyaan negatif untuk jawaban setuju diberi skor 0, dan jawaban tidak setuju diberi

jawaban 1.

sedangkan

pertanyaan positif untuk jawaban setuju diberi skor 1, dan jawaban tidak setuju diberi skor 0. Variabel sikap diberi skor jawaban 0-10

D. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di Semarang bulan Mei 2009. 2. Tempat Penelitian

Tempat dilakukannya penelitian ini adalah di RB Budi Rahayu semarang Kelurahan Tandang Kecamatan Tembalang Kota Semarang.

E. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling.

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang telah menikah dan sudah pernah berhubungan intim, lulus Sekolah Dasar, dan tinggal disekitar Rumah Bersalin Budi Rahayu Semarang. Jumlah populasi seluruhnya adalah 300 orang.

(55)

a. Kriteria inklusi meliputi: - Sudah menikah, janda - Tidak sakit kanker / tumor

- Belum pernah mengikuti penyuluhan pap smear. b. Kriteria eksklusi

- Wanita yang belum menikah.

- Sakit kanker atau tumor di organ reproduksi - Sudah pernah mengikuti penyuluhan pap smear

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel minimal size ( untuk menentukan batas minimal dari besarnya sampel ) sampel dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

n = 2 ) ( 1 N d N  n = besar sampel N= besar populasi

d= tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan. Perhitungan : n = 2 ) ( 1 N d N  = 2 ) 1 , 0 ( 300 1 300  = 75

(56)

Jadi, sampel penelitian ini berjumlah 75 responden yang telah memenuhi syarat inklusif dan eksklusi.

F. Instrumen / Alat Penelitian

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu terdiri atas 15 pertanyaan dengan 3 item pilihan jawaban. Sikap ibu terhadap pap smear diukur dengan menjawab pertanyaan kuesioner dari peneliti yang terdiri dari 2 item pertanyaan setuju dan tidak setuju, berjumlah 10 pertanyaan.

G. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:

1. Peneliti mengajukan ijin penelitian kepada Akademi Kebidanan UNIMUS dan Kepala Kelurahan Tandang Semarang untuk mengadakan penelitian. 2. Peneliti mengadakan pendekatan kepada, responden untuk membuat

kesepakatan yang menyatakan bahwa calon responden bersedia untuk menjadi responden pada penelitian ini dan menandatangani surat kesediaan menjadi responden.

3. Peneliti memberi penjelasan kepada responden tentang maksud dan tujuan penelitian ini.

4. Responden diberikan kuesioner untuk diisi sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan dalam kuesioner.

5. Peneliti mengambil kembali kuesioner yang telah dikembalikan responden sesuai dengan ternpat yang disediakan dan peneliti mengecek keseluruhan

(57)

6. Peneliti tidak mencantumkan identitas responden untuk menjaga kerahasiaan. Lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.

7. Kerahasiaan yang telah diberikan oleh responden telah dijamin oleh peneliti.

H. Metode Pengolahan Data dan Analisa Data.

1. Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini didasarkan pada teori menurut Azrul Azwar dan Joedo Prihartono ( 2003 ) yaitu setelah data terkumpul langkah-langkah pengolahan data dilakukan dengan editing, scooring, coding, tabulating, processing, dan cleaning.

a. Editing

Pada kegiatan editing penelitian ini dilakukan dengan cara peneliti mengecek ulang kelengkapan dan kejelasan jawaban responden.

b. Scooring

Pada kegiatan ini penilaian data dengan memberikan skor pada pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan responden. Jawaban benar diberi skor 1, dan jawaban salah diberi skor 0 dan memberikan skor pada pertanyaan yang berkaitan dengan sikap responden, jawaban setuju diberi skor 1 dan jawaban tidak setuju diberi skor 0.

1) Pengetahuan

(58)

2) Sikap

Setiap respon terhadap pertanyaan akan diberi skor sebagai berikut :

a) Untuk pertanyaan positif (Favourable)

Setuju : 1

Tidak setuju : 0

b) Untuk pertanyaan negatif ( Unfavourable)

Setuju : 0

Tidak setuju : 1

Sumber : Ircham Mahfoed, 2005 c. Coding

Setelah data terkumpul dan selesai diedit di lapangan, tahap berikutnya adalah mengkode data. Untuk mempermudah mengolah data jawaban diberi kode langsung pada lembar kuesioner.

1) Pengetahuan

Kategori penilaian pengetahuan ditentukan berdasarkan teori menurut, dengan kriteria penilaian sebagai berikut :

a) Kategori baik, 80% - 100% dari tabel nilai jawaban yang benar, diberi kode : 2

b) Kategori cukup, 65% - 79% dari tabel nilai jawaban yang benar, diberi kode : 1

c) Kategori kurang ≤64% dari tabel nilai jawaban yang benar, diberi kode : 0

(59)

2) Sikap

Dikategorikan menjadi : a) Kalau distribusi normal

≤mean atau rata – rata kurang mendukung kode 0 ≥mean atau rata – rata mendukung kode 10 b) Kalau berdistribusi tidak normal

≤median kurang mendukung kode 0

(60)

d. Tabulating

Kegiatan ini dilakukan mengelompokkan data dalam bentuk tabel menurut sifat-sifat yang dimilikinya, sesuai dengan tujuan penelitian agar selanjutnya mudah dianalisa.

e. Processing

Dalam kegiatan ini jawaban dari responden yang telah diterjemahkan menjadi bentuk angka, selanjutnya diproses agar mudah dianalisis. f. Cleaning

Kegiatan ini merupakan kegiatan pembersihan data denagn cara pemeriksaan kembali data yang sudah dientry, apakah ada kesalahan atau tidak. Pemeriksaan ini meliputi npemeriksaan ulang terhadap data, pengkodean, scoring

2. Analisa Data

Digunakan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan yaitu mempelajari hubungan antara variabel. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a) Analisa univariat

Analisa univariat merupakan analisa yang digunakan untuk menjelaskan karakteristik masing-masing variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini analisa univariat digunakan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan angka atau nilai karakteristik responden berdasarkan tingkat pengetahuan dengan sikap wanita terhadap pap smear.

(61)

b) Analisa Bivariat

Analisa ini merupakan analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi ( Notoatmodjo, 2002 ). Dalam penelitian ini, analisa bivariat digunakan untuk menganalisa perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap wanita dalam pemeriksaan pap smear antara sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan tentang pap smear. Sehingga dalam analisis ini dapat digunakan uji statistik uji t-test yaitu uji beda dua mean dependen. Uji dua mean dependen digunakan untuk menguji perbedaan mean antara dua kelompok data yang dependen.

Hasil analisa diambil kesimpulan :

a. Bila value ≤, Ho ditolak, berarti ada pengaruh pemberian penyuluhan tentang pap smear terhadap pengetahuan dan sikap wanita dalam pemeriksaan pap smear.

b. Bila value ≥, Ho gagal ditolak, berarti tidak ada pengaruh pemberian penyuluhan tentang pap smear terhadap pengetahuan dan sikap wanita dalam pemeriksaan pap smear.

I. Jadwal Penelitian

(62)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

1. Gambaran Lokasi ( Letak Geografis )

Rumah Bersalin Budi Rahayu merupakan RB yang dikelola oleh Bidan Sri Rahayu Soharsono, yang berdiri pada tahun 1986, bekerjasama dengan dokter spesialis obgine dan ginekologi. RB tersebut letaknya sangat strategi, yaitu di jalan Rogojembangan Raya no.150 Kelurahan Tandang Kecamatan Tembalang kota Semarang. Produk yang ditawarkan antara lain rawat jalan, pemeriksaan ibu hamil, pelayannan ibu bersalin, imunisasi, pelayanan keluarga berencana, pelayanan pemeriksaan pap smear, pelayanan perawatan anak sakit.

2. Wilayah Pelayanan

RB. itu secara formal tidak mempunyai batasan wilayah tertentu tetapi cakupan wilayah tersebut tergantung sejauh mana sebaran penduduk yang berkunjung di RB.tersebut. Dari data yang ada sebaran penduduk yang berkunjung berasal dari seluruh desa yang ada di Kecamatan Tembalang.

3. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RB.Budi Rahayu Kelurahan Tandang Kecamatan Tembalang Kota Semarang pada tanggal 30 Mei

(63)

sampai dengan 30 Juni 2009. Dalam penelitian ini responden datang sesuai keinginannya sendiri tanpa diundang oleh peneliti. Responden datang ke RB.tersebut untuk melakukan pemeriksaan kontrol KB. Penelitian ini dilakukan selama 10 kali dalam 1 bulan. Penelitian ini dilakukan secara individu, dengan cara peneliti datang ke RB.tersebut setiap 1 minggu 3 kali, dan setiap berkunjung peneliti memperoleh rata-rata 5 responden. Sebelum peneliti menanyakan pertanyaan yang ada dikuesioner peneliti menjelaskan terlebih dahulu tentang penelitian yang akan dilakukan mengenai tujuan, manfaat, dan petunjuk pengisian kuesioner. Untuk mengetahui peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan dilakukan pre test dan post test masing-masing dilakukan dalam 20 menit. Metode yang digunakan dalam penyampaian materi penyuluhan adalah metode ceramah, yang disampaikan setelah pelaksanaan pre test selama kurang lebih 30 menit. Alat bantu yang digunakan adalah booklet yang berisi mengenai pengetahuan tentang pap smear yang disertai dengan gambar bentuk rahim yang terkena kanker serviks, alat pemeriksaan pap smear dan proses pemeriksaan pap smear.

Pelaksanaan penelitian yang melibatkan 49 wanita usia subur yang ada di RB Budi Rahayu tersebut berjalan dengan lancar. Berlangsungnya kegiatan tersebut tampak para peserta yang antusias dalam mengikuti penyuluhan. Hal tersebut terlihat dari

(64)

tanggapan-tanggapan dan pertanyaan yang mereka ajukan sewaktu pelaksanaan penyuluhan.

4. Hambatan Dan Kelemahan Responden

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti memperoleh beberapa hambatan diantaranya :

a. Pelaksanaan penyuluhan yang dilakukan secara tidak serentak, tetapi secara individu, sehingga membutuhkan waktu yang lama. b. Keterbatasan waktu yang dimiliki oleh responden dalam mengikuti

penyuluhan.

Disamping hambatan, pelaksanaan penelitian ini juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya :

a. Pelaksanaan penelitian menggunakan angket dengan kuesioner, sehingga banyak hal atau informasi yang belum bisa tergali dari responden. Mungkin akan lebih baik jika menggunakan teknik wawancara mendalam, sehingga banyak informasi yang dapat tergali dari responden.

b. Tidak adanya kelompok kontrol untuk membandingkan hasil pengetahuan dan sikap responden tentang pemeriksaan pap smear. c. Tidak adanya uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner yang

(65)

B. Analisa Univariat 1. Umur Responden

Responden yang terpilih untuk mengikuti penyuluhan memiliki usia yang bebeda, berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi responden menurut umur :

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur

Responden No Umur ( tahun )

Jumlah ( orang ) Persentase (%)

1 20-35 48 98,0

2 >35 1 2,0

Jumlah 49 100,0

Tabel 4.1 menunjukkan hasil bahwa umur responden sebagian besar adalah 20-35 tahun sebanyak 48 orang (98,0%) dan yang terendah umur 37 tahun sebanyak 1 orang (2,0%).

2. Pendidikan Responden

Responden yang mengikuti penyuluhan memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda, itu terlihat dalam tabel distribusi frekuensi pendidikan sebagai berikut

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Responden

No Pendidikan

Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Tidak lulus SD /tidak sekolah 1 2,0

2 SD 13 26,5

3 SMP 20 40,8

4 SMA 12 24,5

5 Perguruan tinggi 3 6,1

(66)

sedangkan pendidikan responden terendah adalah tidak lulus SD sebanyak 1 orang (2,0%).

3. Pekerjaan Responden

Berdasarkan status pekerjaan responden, dapat digolongkan menjadi bekerja dan tidak bekerja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel distribusi frekuensi status pekerjaan sebagai berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Status Pekerjaan Responden

Responden No Status pekerjaan

Jumlah ( orang ) Persentase (%)

1 Bekerja 43 87,8

2 Tidak bekerja 6 12,2

Jumlah 49 100,0

Tabel 4.3 menunjukkan hasil bahwa sebagian besar peserta penyuluhan berstatus bekerja, dengan jumlah 43 orang (87,8%).

4. Status Responden

Responden yang mengikuti penyuluhan seluruhnya berstatus menikah. Lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel distribusi frekuensi status responden sebagai berikut:

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Status Responden

Responden No Status responden

Jumlah ( orang ) Persentase (%)

1 Menikah 49 100

2 Janda 0 0

Jumlah 49 100,0

Tabel 4.4 tersebut diatas menunjukkan bahwa seluruh peserta penyuluhan berstatus menikah.

Gambar

Gambar : 2.2 Kerangka KonsepVariabel Bebas
TABEL KARAKTERISTIK RESPONDEN Frequencies Statistics 49 49 49 49 49 0 0 0 0 0 29.82 3.06 1.12 1.00 3.80 30.00 3.00 1.00 1.00 4.00 3.887 .922 .331 .000 .979 21 1 1 1 2 37 5 2 1 5ValidMissingNMeanMedianStd

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Suparno (2007) model pembelajaran dengan demonstrasi diartikan sebagai model mengajar dengan pendekatan visual agar siswa dapat mengamati proses, informasi, peristiwa,

Judul : Pengaruh Pemberian Bahan Organik Terhadap Sifat Kimia Tanah Entisol.. dan Produksi Bawang Merah Di Desa Celawan

Penelitian ini bertujuan memperoleh bukti empris berkaitan dengan pengaruh proporsi komisaris independen, tingkat keragaman latar belakang profesional dewan

Respon Siswa terhadap penggunaan Modul Biologi Bermuatan IMTAQ dengan Model ADDIE pada Materi Ekosistem dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa .... Karakteristik

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jarak memiliki efek moderasi yang signifikant pada pengaruh nilai yang dipersepsikan pada toko serta komitmen hubungan antara

 Format GIF ini berukuran kecil dan mendukung gambar yang terdiri dari banyak frame sehingga bisa disebut sebagai gambar animasi

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Yang Maha Pengasih, karena atas berkat, rahmat dan anugerahNya memampukan penulis untuk menyelesaikan laporan skripsi

Gender yang berbeda tidak berpengaruh bagi potensi peserta didik terhadap kemampuan berpikir divergen peserta didik SMA Negeri di Kabupaten Kulon Progo dalam