• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Quantity Surveying

Quantity Surveying (QS) adalah suatu organisasi dalam bidang industri

konstruksi yang tugas utamanya memberikan jasa konsultasi tentang perhitungan

anggaran biaya rencana suatu proyek pembangunan (Construction Cost

Consultant), mengendalikan dan mengawasi biaya proyek agar sesuai dengan

budget yang telah direncanakan dan disetujui sebelumnya, dengan penggunaan

yang optimal atas biaya yang telah disediakan oleh Pemilik / Pemberi Tugas.

Quantity Surveying juga digunakan untuk penerapan secara efektif segala

sumber keterangan yang ada mengenai penghematan dalam pembangunan, baik

untuk pengarahan pemakaian keuangan untuk satu gedung saja maupun untuk

proyek yang bersifat nasional.

Quantity Surveying adalah seorang yang ahli dibidang ekonomi / teknik

bangunan atau Konsultan biaya konstruksi yang melakukan tugasnya dalam

bidang Quantity Surveying.

Quantity Surveying ini dapat memberikan jasa-jasanya pada

pembangunan-pembangunan proyek secara menyeluruh dalam hal administrasi

kontrak dan finansial proyek, seperti dalam perencanaan kota, pekerjaan sipil,

instalasi mesin dan listrik, pengelola proyek (project management) dan

pemeliharaan (maintenance). Pengertian Quantity Surveyors dikutip dari buku

(2)

2.1.1 Sejarah dan Perkembangan Profesi QS

Profesi ini berasal dari Inggeris dan sudah ada sejak abad ke-19 (tahun

1800-an), dan sekitar dekade 60-an, profesi ini menyebar ke negara-negara

persemakmuran Inggeris seperti Australia, Malaysia, Hongkong, Singapura, India,

Sri Langka dan lain-lain. Keberadaan di Indonesia sejak dekade 70-an, berawal

dari dilaksanakannya pembangunan proyek-proyek yang dibiayai dari bantuan

luar negeri seperti dari negara-negara Eropa dan Amerika.

Chartered QS atau RICS (The Royal Institution of Chartered Surveyor)

adalah anggota dari suatu organisasi profesi QS yang mempunyai kantor pusat di

London. Lembaga ini secara terus menerus memberikan pendidikan dan

memelihara standar-standar professional dari anggotanya.

Di negeri asalnya di Inggeris, pembangunan besar-besaran yang

dilaksanakan oleh pemerintah, diawasi dan dikelola oleh Quantity Surveyor.

Disana bahkan di pemerintah pusat-pun QS ditunjuk untuk melakukan

pengawasan pembiayaan proyek-proyek di daerah-daerah, dan berdasarkan

pengalaman terbukti bahwa cara ini mengurangi biaya dan menghasilkan

pengawasan yang lebih baik daripada sebelumnya (± 20 tahun yang lalu).

Pada tahun 1974, RICS ini telah membuat suatu standar rumusan

perhitungan / pengukuran kuantitas di Indonesia atau “Standard Methode of

Measurement for Use in Indonesia” yang pernah dipakai pada saat itu, tetapi tidak

dikembangkan karena bersamaan munculnya standar baru dalam kontrak

internasional yaitu Principle of Measurement yang bersifat lebih umum dan sering

(3)

Ingenieurs Conseils), yang adalah suatu lembaga konsultansi internasional yang

membuat kontrak pengadaan barang dan jasa secara internasional. Sejarah dan

Perkembangan Profesi QS dikutip dari buku “Practice and Procedure for the

Quantity Surveyor”.

2.1.2 Pengenalan Umum Profesi QS

Keahlian dan pengetahuan yang didapat oleh seorang QS selama

pendidikan maupun saat menjalani pelatihan keprofesian pada hakikatnya terbagi

2 bagian yaitu aspek keuangan dan aspek kontrak (legal). Pada aspek keuangan,

ahli QS hanya terbatas pada bidang pengelola keuangan proyek, dan bukan

sebagai ahli keuangan umum atau perbankan. Keahlian tersebut erat kaitannya

dengan kuantitas elemen-elemen bangunan itu sendiri, mengawasi dan

mengendalikan suatu anggaran yang sudah tersedia secara efektif. Pada aspek

kontrak biasanya dikaitkan dengan pasal-pasal yang terdapat dalam dokumen

kontrak tersebut dan berhubungan dengan prosedur hukum (legal aspec) secara

umum yang berkaitan dengan masalah konstruksi.

Berdasarkan pengalamannya di lain-lain proyek dan data-data yang

tersedia, QS secara cepat dan tepat dapat memberikan saran-saran tentang biaya

kepada klien sebelum si klien tadi mengambil keputusan, maka desainpun

disesuaikan dengan batas-batas pembiayaan itu.

Dari batas-batas yang diusulkan pada klien tadi QS membuat cost plan dan

(4)

dengan elemen-elemen yang ditetapkan dan mulai dari sini pengawasan biaya

terus dilakukan sampai penyerahan pekerjaan terakhir.

Di dalam administrasi tender / kontrak bangunan, QS juga dapat

mengusulkan sistem kontrak yang tepat untuk proyek-proyek tertentu, seperti

lump sum kontrak, kontrak yang berdasarkan pengukuran volume

(remeasurement), satu kontraktor yang mengerjakan seluruh proyek atau satu

main-kontraktor yang mengkoordinir sub kontraktor – sub kontraktor, kontrak

yang ditenderkan atau yang melewati negosiasi.

Bila pekerjaan diputus untuk ditenderkan, maka QS mempersiapkan

dokumen-dokumen tender, termasuk Bills of Quantities untuk memungkinkan

para kontraktor membuat tender secara kompetitif dan menjaga agar tidak ada

kontraktor yang melupakan sesuatu yang penting dalam tendernya. BQ ini sangat

berguna bagi penyelenggaraan tender dan administrasi proyek nantinya, dan

merupakan dokumen kontrak yang mengikat antara kontraktor dan pemilik.

QS juga masih membuat evaluasi tender, penawaran mana yang paling

tepat dan memberikan rekomendasi pada klien, kontraktor mana yang bisa

ditunjuk. Rekomendasi QS yang diberikan secara adil ini mengurangi

kemungkinan salah penunjukkan kontraktor dan akibat-akibatnya.

Selama pelaksanaan, pekerjaan QS pada waktu-waktu tertentu membuat

evaluasi pekerjaan yang sudah diselesaikan oleh para kontraktor dan membuat

sertifikat-sertifikat pembayaran.

QS didalam pembuatan dokumen tender menjaga baik-baik agar segala

(5)

Secara teratur QS mencatat dan mengawasi jalannya keuangan proyek dan

membuat proyeksi biaya terakhir yang senantiasa diperbaiki dan disesuaikan

dengan kenyataan. Pengenalan Umum Profesi QS dikutip dari buku “Practice and

Procedure for the Quantity Surveyor”.

2.1.3 Kedudukan QS dalam Organisasi Proyek

Peran dan kedudukan QS dalam organisasi proyek adalah berada diantara

Pemilik, Tim Konsultan dan Kontraktor, yang dalam manajemennya disebut

sebagai tim proyek.

Kedudukan QS dalam Tim Konsultan adalah untuk mendampingi arsitek

dan engineers dalam melakukan perancangan proyek dan memberikan saran-saran

(cost advice) mengenai harga-harga bahan, peralatan dan lain-lain yang tekait

dengan biaya proyek.

Kedudukan QS dalam Tim Manajemen Proyek dapat bertindak sebagai :

a) Staf Ahli Manajer Proyek

Dalam kedudukan ini QS diangkat langsung oleh pemilik proyek yang

diperbantukan kepada manajer proyek dan berperan sebagai penasihat

dibidang biaya dan administrasi kontrak.

b) Staf Ahli Manajemen Konstruksi

Dalam kedudukan ini QS menjadi bagian dari tim konsultan manajemen

konstruksi (MK). Baik secara kontrak maupun operasional mereka

(6)

disini mewakili konsultan MK sebagai ahli biaya dan kontrak di bagian cost

control yang menjadi bagian tugas konsultan MK tersebut.

c) Konsultan Independen dalam Tim Manajemen Konstruksi

Kedudukan konsultan QS disini sejajar dengan konsultan lain, dan hanya

bertanggung jawab pada pemilik proyek. Mengenai kedudukan QS ini dapat

dilihat bentuk organisasinya pada Bab III. Kedudukan QS dalam Organisasi

Proyek dikutip dari buku “Practice and Procedure for the Quantity Surveyor”.

2.2 QS Berfungsi sebagai Pengendali Biaya Dalam Proyek Pembangunan 2.2.1 Arti dan Kegunaan Pengendalian Biaya

Pengendalian biaya dalam industri konstruksi dapat diartikan sebagai suatu

tindakan pengawasan (pengaturan) terhadap setiap langkah kegiatan yang

diperlukan untuk mengetahui (memastikan) bahwa dana atau biaya proyek yang

disediakan (disetujui) tidak dilampaui, atau bisa juga diartikan berapa biaya yang

harus dibayar pada akhirnya untuk menutup seluruh pekerjaan dan jasa yang

dibutuhkan.

Kegunaan pengendalian biaya secara umum adalah untuk hal-hal sebagai

berikut :

a) Untuk membatasi pengepengeluaran pemilik proyek agar tetap berada diantara

nilai anggaran yang telah disetujui atau dengan kata lain, harga kontrak dan

perhitungan nilai kontrak proyek kira-kira sama dengan nilai rencana anggaran

(7)

b) Untuk mencapai suatu keseimbangan dari hasil rancangan final, diantara

elemen-elemen bangunan.

c) Untuk memberikan suatu nilai (nominal) kepada pemilik proyek yang

mungkin diperlukan dalam mempertimbangkan biaya total proyek.

Pengendalian biaya proyek pada dasa-warsa ini umumnya lebih sukar

dilaksanakan karena beberapa faktor. Salah satu sebabnya adalah keperluan dan

keinginan pemilik yang sudah lebih kompleks dan berciri khusus (spesifik) serta

mempunyai “cost limit” yang ketat, terutama bagi bagi mereka yang berada di

“public sector”, dan mengetahui bahwa investasi yang dikeluarkan adalah wajar

dan yang paling optimum sesuai dengan keinginan objek yang dibangun. Selain

itu perkembangan teknologi dalam industri konstruksi sudah semakin canggih dan

material (bahan-bahan) bangunan yang digunakan juga sudah semakin modern,

sehingga cara-cara atau teknik-teknik tradisional pembuatan perkiraan biaya

berdasarkan harga per meter persegi (Cost/m2) yang selalu digunakan sebagai

pembanding (patokan) sudah diperhitungkan.

Tekanan-tekanan yang perlu dipahami yang mempengaruhi ekonomi

(biaya) konstruksi dan pengendalian biaya, khususnya selama proses perencanaan

proyek, digambarkan seperti pada gambar 2.1 dibawah ini;

Tekanan-tekanan terhadap biaya ini harus disadari secepatnya sehingga

prinsip-prinsip pengendalian biaya dapat diaplikasikan sedini mungkin agar biaya

akhir proyek sesuai rancangan final tidak berbeda jika dibandingkan dengan

(8)

Gbr. 2.1. – Skema tekanan-tekanan terhadap biaya

Dikutip dari buku “Practice and Procedure for the Quantity Surveyor”.

2.2.2 Prinsip dari Pengendalian Biaya

Secara prinsip fungsi pengawasan dan pengendalian biaya proyek yang

sebenarnya berada ditangan pemilik dan para perencana, terutama arsitek, karena

dari merekalah awal datangnya pekerjaan-pekerjaan yang mengakibatkan

pengurangan dan penambahan (kenaikan) biaya. Kedudukan quantity surveyor

biasanya tidak berada pada posisi untuk melakukan pengendalian biaya itu sendiri,

kecuali pada kasus-kasus tertentu dimana mereka bertindak sebagai manajer

proyek yang mengendalikan proyek secara keseluruhan. Jadi fungsi sebenarnya

keterlibatan QS dalam hal pengendalian biaya umumnya terbatas hanya pada

“monitoring” dan “reporting” aktivitas proyek.

Prosedur pengendalian biaya yang dilakukan dalam prosesnya, adalah

sebagai berikut : Permintaan dan keinginan Organisasi pemilik semakin besar BIAYA Laju pembangunan bertambah cepat

Teknologi dan bahan-bahan lebih modern

(9)

1 Membuat perkiraan biaya awal (budget awal) dan rencana biaya sebelum

suatu rancangan detail dilakukan, dengan menggunakan metode “Functional

Unit Cost” atau “Elemental Cost Analysis”.

2 Membuat “Preliminary Cost Studies” (Perkiraan awal biaya), dengan

menghitung volume elemen-elemen kerja secara kasar (Approximate

Quantities), membandingkan material-material dan sistem yang digunakan

untuk menentukan harga, nilai pemeliharaan dan biaya depresiasi.

3 Melakukan pengecekan biaya (Cost Check) atas rancangan detail, biasanya

pengecekan ini dilakukan dengan menghitung elemen-elemen secara kasar

(Approximate Estimate on Quantities). Hal ini dilaksanakan agar semua “over

design” atau “under design” dapat diperbaiki sesuai dengan budget yang ada,

juga untuk menghindari keterlambatan bahkan kalau perlu membuang

rancangan yang telah dibuat.

4 Membuat dokumen-dokumen lelang termasuk gambar-gambar lelang,

spesifikasi, daftar satuan kerja (Bill of Quantity) sebagai pedoman kontraktor

dalam mengajukan penawaran.

5 Mengecek dan melaporkan penawaran yang responsive atau menyetujui lelang

secara negosiasi.

6 Mempersiapkan dan menyetujui perubahan-perubahan pekerjaan pada tahap

pra-kotrak dan membuat koreksi-koreksi antara hasil lelang dan budget.

7 Menganalisa penawaran yang diterima kedalam bentuk “Functional atau

(10)

8 Menghitung biaya total diakhir proyek. Perhitungannya dilakukan dalam dua

tahap :

8.1 Pertama adalah membuat perkiraan kasar dan melaporkannya agar suatu

laporan mengenai pengendalian biaya dapat dibuat

8.2 Kedua adalah membuat perhitungan/penilaian yang akurat atas semua

pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh kontraktor.

9 Memeriksa dan negosiasi dengan kontraktor atas semua tagihan / tuntutan

tambahan.

Dikutip dari buku “Practice and Procedure for the Quantity Surveyor”.

2.3 Lingkup Kerja Quantity Surveyor

Pada awal keberadaannya, lingkup kerja QS sangat terbatas sekali,

walaupun itu merupakan bagian terpenting untuk pengembangan proses

selanjutnya, yaitu sebagai pembuat bill of quqntity untuk proyek-proyek bangunan

gedung dan infrastruktur. Tetapi dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

keahlian serta tumbuhnya kepercayaan besar dari klien (pemilik proyek), maka

dalam waktu singkat tugas mereka bertambah dengan membuat penilaian

pembayaran interim (interim payment valuation) dan pembuatan perjanjian

perhitungan akhir (final account) dengan kontraktor, kemudian berkembang lagi

dengan membuat perencanaan biaya (cost planning) suatu rancangan proyek,

(11)

garis besar lingkup kerja dan jasa yang dilakukan oleh QS yang menunjukkan

aktifitasnya adalah seperti pada gambar 2.2 dibawah.

Dikutip dari buku “Practice and Procedure for the Quantity Surveyor”.

2.3.1 Lingkup Kerja dan Jasa Konsultan Quantity Surveyor

Secara umum lingkup kerja dan jasa konsultan quantity surveyor meliputi

masalah “cost engineering” dan “quantity surveying” yang diperlukan dalam

pelaksanaan pembangunan proyek, untuk jangka waktu yang telah disepakati

antara konsultan dengan pemilik proyek. Secara terperinci lingkup kerja dan jasa

diatas dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu tahap pra-tender, tahap tender dan

tahap post-tender.

Lingkup Pekerjaan Konsultan QS per tahap adalah sebagai berikut :

1. Tahap Pra-Tender

(12)

Dikutip dari buku “Practice and Procedure for the Quantity Surveyor”. Perkiraan Biaya awal Saran dan nasihat mengenai Penilaian Perencanaan Anggaran Perpajakan dan rencana Life cycle costing

Pemilihan Type Kontrak (contract Pembuatan Dokumen Kontrak Penerimaan penawaran Taksiran Anggaran Belanja (cash flow Perhitungan Biaya Akhir Value Engineering Taksiran pengeluaran (angagran belanja) Pemilihan Type Kontrak

Pembuatan harga Evaluasi Tender Pembuatan sertifikat pembayaran Pembuatan laporan keuangan Variasi-variasi Pek. Spesialist Fluktuasi Pekerjaan Klaim (tagihan) PROSEDUR TENDER : Bill of Quality Spesifikasi Teknik Skedul-skedul Analisa harga Perselisihan dan Pemeriksaan Teknis

(13)

b) Membuat estimasi biaya awal konstruksi berdasarkan atas harga per m2

terhadap luas kotor lantai bangunan (GFA) yang dihitung dari konsep

rancangan yang ada untuk mengetahui berapa perkiraan dana yang dibutuhkan

untuk pembangunannya.

c) Membuat estimasi anggaran biaya secara elemental berdasarkan

gambar-gambar skematik, garis besar (out-line) spesifikasi material dan peralatan,

informasi dari tim konsultan dan asumsi yang digunakan terhadap

factor-faktor yang berpengaruh terhadap biaya konstruksi secara keseluruhan.

d) Memberikan panduan tentang implikasi biaya kepada tim konsultan mengenai

denah (lay-out), bentuk rancangan (designs), pemilihan bahan-bahan dan

peralatan (specifications) agar konsep rancangan dan sistem konstruksi yang

akan digunakan sesuai dengan rencana anggaran biaya (budget yang telah

disetujui).

e) Membuat taksiran anggaran belanja (cash-flow forecasting) proyek dengan

metoda standar forecast.

f) Melakukan pemeriksaan biaya (cost-check) selama pengembangan rancangan

dan melaporkan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi serta memberi

petunjuk tindakan perbaikan yang harus dilakukan, termasuk juga melakukan

penelitian harga (cost studies) terhadap perubahan-perubahan rancangan

tersebut.

g) Memberikan saran mengenai dampak dari peraturan perekonomian pemerintah

(14)

h) Memberikan data-data mengenai keberadaan dan kemampuan para pensuplai

(supplier) dan kontraktor yang bergerak dibidang konstruksi.

i) Memeriksa dan memberi saran mengenai hal-hal yang mungkin terjadi dalam

pekerjaan pembangunan yang perlu ditutup oleh asuransi.

2. Tahap Tender

a) Membuat bill of quantity

b) Menyiapkan formulir-formulir, dan dokumen-dokumen tender

c) Membantu menyeleksi kontraktor dan sub-kontraktor yang akan ikut tender

d) Menyiapkan surat-surat undangan tender untuk para kontraktor

e) Membuat harga tender berdasarkan bill of quantity sebagai pembanding dan

mempermudah evaluasi

f) Membuat evaluasi tender dan memberikan rekomendasi untuk masalah biaya

dan administrasi (non-teknis)

g) Membantu pemilik dalam melakukan negosiasi harga dengan kontraktor

h) Membantu pemilik dalam menyusun daftar master list bersama konsultan lain

(pada umumnya input didapatkan dari konsutan mekanikal & elektrikal dan

lainnya) untuk mendapatkan fasilitas bebas bea masuk, jika ada (untuk proyek

ini tidak ada).

i) Menyiapkan/menjilidkan dan memeriksa dokumen kontrak untuk siap

ditanda-tangani antara Pemilik dan Pemborong.

Dalam tahap tender ini, bobot pekerjaan yang paling besar adalah

(15)

mungkin untuk memudahkan peserta tender (kontraktor) dalam mengisi harga

satuan pekerjaan, sehingga tidak terlalu banyak melakukan pemeriksaan ulang

atau membandingkannya dengan gambar dan spesifikasi teknis yang ada. Dalam

tahap ini efisiensi biaya dan waktu dapat di lakukan. Mengenai efisiensi jasa QS

akan akan dibahas lebih lanjut mengenai efisiensi tersebut pada Bab III.

3. Tahap Post Tender

a) Memeriksa dan menilai prestasi pekerjaan di lapangan (check progress on site)

b) Membuat Sertifikat (berita acara) Pembayaran kepada Pemborong termasuk

pembayaran atas material yang belum terpasang / material on site (umumnya

25% dari total material on site), terhadap kemajuan pekerjaan (umumnya

dilakukan monthly payment), sertifikat tersebut ditandatangani antara QS dan

Owner, Engineer (MK).

c) Membuat perhitungan Pekerjaan Tambah-kurang (Variation Order/VO)

berdasarkan perubahan gambar yang ada instruksinya dari Engineer (MK),

kemudian mengeluarkan sertifikat VO untuk diperiksa dan setelah tidak ada

perubahan, ditandatangani antara QS, Pemborong dan Owner Engineer (MK).

d) Perubahan (Variation Order), Penambahan dan Omisi

Dalam bahasa Inggris untuk hal tersebut disebut alterations, additions and

omissions, atau sering dirangkum dengan sebutan Variations (variasi), dengan

ketentuan sebagai berikut :

¾ Apabila dipandang perlu oleh pihak engineer, maka pihak engineer tersebut dapat membuat variasi atau menginstruksikan pihak kontraktor

(16)

untuk melakukan variasi tertentu yang berhubungan dengan bentuk,

kualitas atau kuantitas dari pekerjaan. Dalam hal seperti ini, pihak

kontraktor haruslah melakukan hal-hal yang tergolong ke dalam variasi,

yaitu sebagai berikut :

ƒ Menambah atau mengurangi jumlah pekerjaan sebagaimana disebutkan dalam kontrak.

ƒ Menghilangkan pekerjaan tersebut.

ƒ Mengubah sifat, kualitas atau jenis dari pekerjaan tersebut.

ƒ Mengubah level, baris, posisi dan dimensi dari bagian-bagian pekerjaan tertentu.

ƒ Mengerjakan pekerjaan tambahan jika diperlukan untuk menuntaskan pelaksanaan pekerjaan.

ƒ Mengubah urut-urutan atau waktu pelaksanaan pekerjaan atau bagian dari pekerjaan tersebut.

¾ Variasi tidak boleh bersifat membatalkan kontrak yang sudah ditandatangani. Dan apabila variasi dilakukan karena adanya wanprestasi

dari pihak kontraktor, maka biaya tambahan terhadap wanprestasi

tersebut haruslah dipikul oleh pihak kontraktor sendiri.

¾ Pada prinsipnya variasi baru boleh dilakukan jika diinstruksikan oleh pihak engineer. Akan tetapi, pihak kontraktor tanpa instruksi pihak

engineer dapat menambah atau mengurangi jumlah pekerjaan jika

jumlah tersebut ternyata tidak sesuai dengan yang ditentukan dalam Bill

(17)

¾ Biaya extra yang dikeluarkan dalam rangka pelaksanaan variasi mestilah ditambahkan kepada harga kontrak. Apabila ada penentuan harga khusus

dalam kontrak untuk variasi, harga tersebutlah yang akan diikuti.

Apabila tidak ada penentuan harga tersebut dalam kontrak, maka harga

kontrak haruslah dipakai sebagai dasar acuan dalam menilai harga untuk

variasi tersebut.

¾ Apabila harga kontrak tidak dapat dipakai atau tidak reasonable untuk dipakai sebagai dasar acuan terhadap penentuan harga ekstra terhadap

suatu variasi, maka setelah pihak engineer berkonsultasi dengan pihak

employer dan kontraktor, harga yang pantas mesti dimusyawarahkan

antara pihak engineer dan pihak kontraktor. Jika musyawarah tersebut

tidak menemukan hasil, maka pihak engineer dapat memutuskan sendiri

harga yang pantas untuk variasi tersebut. Sebelum dicapainya

musyawarah atau ditetapkan harga yang pantas tersebut, maka pihak

engineer dapat menetapkan harga sementara (provisional rate or price).

¾ Apabila dikeluarkan Taking – Over Certificate, secara menyeluruh seluruh variasi dan penyesuaian terhadap Bill of Quantity ternyata

melebihi 15% dari effective contract price, maka setelah pihak engineer

berkonsultasi dengan pihak kontraktor dan employer, haruslah ditambah

atau dikurangi terhadap contract price. Jika ada jumlah-jumlah

pembayaran selanjutnya haruslah dimusyawarhakan antara pihak

(18)

tersebut, maka ditetapkan secara sepihak oleh pihak engineer dengan

memperhatikan Contractor’s Site dan General over head cost.

¾ Mengenai daywork, maka jika menurut pertimbangan pihak engineer diperlukan, maka pihak engineer dapat memberikan instruksi bahwa

setiap pekerjaan variasi dilaksanakan dengan berdasar atas kerja harian

(daywork). Dalam hal ini, pihak kontraktor haruslah membayar terlebih

dahulu kepada pekerjaan daywork tersebut dan invoice-invoicenya,

priced statement dan labour, material and contractor’s equipment

diberitahukan kepada pihak Engineer, dan pihak kontraktor berhak untuk

membayar. (dikutip dari buku ”Kontrak Pemborongan Mega Proyek”).

e) Membuat laporan posisi keuangan terhadap biaya konstruksi (financial report)

f) Membuat laporan keuangan proyek kepada Bank atau penyandang dana yang

bukan (non) Bank, jika diperlukan oleh pemilik (dalam proyek ini tidak ada)

g) Membuat perhitungan akhir (final accounts) pengeluaran biaya konstruksi

secara keseluruhan.

Dalam tahap post-tender ini, biasanya QS akan ikut hadir dalam setiap

rapat lapangan (site meeting) yang erat kaitannya dengan biaya konstruksi.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa antara prinsip dan prosedur

pengendalian biaya konstruksi dan lingkup kerja dan jasa konsultan / QS dalam

suatu proyek adalah sama. Hal ini membuktikan bahwa setiap kegiatan yang

(19)

2.4 Bill of Quantity / BQ (Daftar Satuan Kerja dan Volume)

Bill of Quantity (BQ) merupakan sumber utama informasi biaya proyek,

yang berisi daftar satuan pekerjaan (bill of items), volume pekerjaan dan harga

satuan (unit rates) atau sering juga diartikan sebagai suatu dokumen tender yang

lengkap dimana didalamnya terdapat dokumen-dokumen lain.

2.4.1 BQ Sebagai Alat untuk Pengendalian Biaya

Fungsi dan kegunaannya sebagai alat untuk pengendalian biaya konstruksi

sangat banyak, khususnya pada tahap post-kontrak, antara lain adalah :

1. Memudahkan kontraktor dalam membuat harga penawaran pada saat ikut

tender (tahap tender).

2. Sebagai bahan rujukan dalam penilaian proyek.

3. Memudahkan QS dalam melakukan penilaian atas penawaran yang diajukan

oleh kontraktor.

4. Sebagai dasar untuk menilai prestasi pekerjaan kontraktor (progress work)

dalam pembuatan sertifikat pembayaran berkala (progress valuation

certificate).

5. Sebagai pedoman harga satuan untuk menghitung pekerjaan tambah-kurang.

6. Sebagai dasar untuk membuat taksiran pengeluaran keuangan proyek (cash

(20)

2.4.2 Format Bill of Quantity

Ada tiga (3) bentuk format bill of quantity yang biasa dipakai oleh

konsultan quantity surveyors, yaitu :

2.4.2.1 Trade Bills

Bentuk daftar satuan kerja ini mengikuti kelompok-kelompok pekerjaan

yang dijelaskan dalam perhitungan satuan kerja kelompok. “Trade Bills” ini

dikategorikan sebagai suatu daftar yang tradisional dan cenderung tidak terlalu

banyak dipakai di Indonesia, dimana daftar satuan pekerjaan terkait dengan

keahlian-keahlian tukang (craftsmen), misalnya harga kusen/pintu kayu

dipengaruhi oleh tukang kayu (carpenter) yang bisa berbeda-beda harganya.

Metoda ini banyak dikenal di Inggeris sejak QS dikenal, karena tukang kayu

(carpenter) dianggap sebagai tenaga ahli yang special.

2.4.2.2 Elemental Bills

Bentuk daftar satuan kerja ini mengikuti elemen-elemen yang ada di dalam

bangunan, contohnya pekerjaan struktur bawah (sub-structure), elemen pekerjaan

struktur atas (upper-structure), elemen pekerjaan dinding (masonry wall), dan

lain-lain. Bentuk ini sangat umum digunakan dalam pembuatan BQ, karena lebih

teratur dan mempunyai referensi yang jelas mengenai lokasi pekerjaan yang

dilaksanakan, dan nilai bobot tiap elemen pekerjaan dapat dilihat, sehingga

estimasi biaya maupun pengendaliannya lebih efisien dan akurat disbanding

(21)

2.4.2.3 Operational Bills

Bentuk daftar satuan kerja ini dibuat dengan mengikuti tahapan

pelaksanaan aktual yang dilaksanakan di lapangan (sectional completion), dan

tidak mengikuti kelompok kerja atau mengikuti elemen-elemen yang ada di dalam

bangunan. BQ ini biasanya digunakan untuk perencanaan dan pengendalian

aktivitas di lapangan dengan menggunakan “Network Analysis”.

2.4.3 Pembuatan Daftar Satuan Kerja

Setelah kita dapat menghitung semua satuan-satuan kerja yang akan

dibangun, tahap selanjutnya adalah membuat suatu daftar satuan kerja yang

komplit karena mencakup segala aspek. Daftar satuan kerja ini akan dirangkum ke

dalam bill of quantity yang akan dilelangkan (tender) untuk pengendalian biaya

proyek. Setelah semua perhitungan satuan kerja dilaksanakan, maka tahp

selanjutnya adalah menjumlahkan seua ukuran-ukuran satuan yang ada didalam

kolom ‘2’ dan kolom ‘3’ dan mengalikannya. Proses penjumlahan dan pengali ini

disebut sebagai proses “squaring”. Setelah proses squaring dilaksanakan, biasanya

para quantity surveyor akan meneliti kembali semua perhitungan mereka,

terutama memeriksa kembali BQ yang harus dihitung untuk memastikan apakah

semua item pekerjaan sudah terhitung. Pengecekan ini dapat dilakukan dengan

melihat kembali gambar-gambar yang ada.

Kemudian tahap selanjutnya adalah mengumpulkan satuan kerja

(22)

disebut dengan proses “billing”. Proses billing ini adalah memindahkan semua

jumlah-jumlah satuan kerja ke dalam daftar, sesuai format BQ yang diinginkan.

2.4.4 Dokumen dalam Bill of Quantity

Pada umumnya bill of quantity merupakan suatu rangkuman yang lengkap

dengan semua informasi-informasi yang diperlukan untuk melaksanakan

pekerjaan di lapangan, terkecuali gambar-gambar pelaksanaan di lapangan yang

ada pada kontraktor. Dokumen utama yang biasanya terdapat dalam bill of

quantity ini adalah :

1. Syarat-syarat Kontrak (Conditions of Contract)

Syarat-syarat kontrak adalah ketentuan-ketentuan yang menjelaskan

tentang hak dan tanggung jawab antara kontraktor dan pemilik dalam pelaksanaan

proyek. Ketentuan-ketentuan ini mengikat kedua belah pihak berdasarkan hukum

yang berlaku yang disepakati kedua belah pihak tersebut. Apabila terjadi

persengketaan (disputes) antara kedua pihak, dan tidak dapat diselesaikan dengan

jalan musyawarah, maka persengketaan itu dapat dibawa terlebih dahulu ke Badan

Arbitrase Nasional (di Indonesia disebut BANI), dan apabila tidak menyelesaikan

masalah juga, barulah dapat dibawa ke pengadilan.

2. Spesifikasi Teknis (Technical Specifications)

Biasanya disiapkan oleh konsultan perencana, QS hanya merangkum,

memberi komentar, dan membuat usulan jika isinya kurang menjelaskan standar,

(23)

3. Catatan Harga (Pricing Notes)

Catatan harga ini adalah suatu instruksi yang harus diikuti oleh kontraktor

dalam membuat harga satuan. Intruksi ini merupakan ketentuan mengenai

aspek-aspek yang harus tercakup dalam setiap harga satuan, misalnya aspek-aspek tenaga

kerja, peralatan, material, overhead dan biaya-biaya lain yang wajar. Maksud dari

instruksi ini adalah agar kontraktor mempunyai dasar yang sama dalam membuat

perhitungan harga satuan pekerjaan (unit rates analysis).

4. Pekerjaan Persiapan, Pra-Sarana dan Penunjang (Preliminaries)

Merupakan suatu daftar yang menguraikan pekerjaan persiapan dan mobilisasi

kontraktor di lapangan. Biasanya daftar ini mencakup pagar keliling proyek,

pengadaan air kerja, pengadaan listrik dan telepon, penjagaan dan pengawasan

lapangan / keamanan, dan lain-lain faktor yang diperlukan. Daftar ini dibuat

sedetail mungkin dan sudah mencakup semua aspek pekerjaan. Apabila kontraktor

merasa membutuhkan dana untuk pekerjaan persiapan ini, maka mereka hanya

mengisi pos-pos yang sudah tersedia.

Biasanya harga satuan untuk item-item pekerjaan ini bersifat lumpsum, yang

dapat dianalisa berdasarkan waktu konstruksi yang berjalan (running cost), masa

pemeliharaan (maintenance cost) dan pembongkaran (demolishing and

demobilization).

5. Prime Cost Sum (PC Sum) & Provisional Sum

Merupakan suatu daftar khusus yang mencantumkan harga/biaya yang

(24)

tender hal ini belum ditetapkan mengenai jenis maupun spesifikasinya. Daftar ini

juga mencakup pekerjaan-pekerjaan yang belum definitive, tetapi suatu pos biaya

harus disediakan. Contohnya pengadaan lift, escalator, dan lain-lain.

6. Daftar Satuan Kerja ( BQ )

Merupakan daftar satuan kerja yang akan dilaksanakan di lapangan. Para

kkontraktor akan memasukkan harga satuan kepada tiap-tiap pekerjaan.

Contohnya adalah pekerjaan beton mutu K-225, pembesian jenis U-24, bekisting

(fairfaced atau non fairfaced), dll.

7. Daftar Satuan Kerja Provisional (sementara)

Merupakan suatu daftar yang serupa dengan daftar diatas, tetapi daftar ini

belum mempunyai jumlah atau volume yang pasti (masih perkiraan).

Pekerjaannya tetap ada dan dihitung pada saat pelaksanaan selesai sesuai gambar

kerja di lapangan. Tujuan dari daftar ini adalah untuk mendapatkan harga satuan

yang volume pekerjaanya masih diperkirakan akibat gambar tender yang kurang

jelas, atau masih bersifat infomasi secara skematik saja.

2.5 Manajemen Konstruksi Profesional

Manajemen konstruksi profesional membentuk satu tim atas tiga

kelompok utama yaitu pemilik, perancang dan manajer konstruksi dalam suatu

hubungan yang tidak saling bertentangan dalam hal ini membuka kesempatan bagi

(25)

Struktur organisasi manajemen konstruksi professional dibagi atas dua

jenis pendekatan. Pendekatan yang pertama yaitu melalui penggunaan suatu

perusahaan konsultan sebagai pengawas pekerjaan para kontraktor, sedangkan

pendekatan yang kedua yaitu menggunakan jasa kontraktor utama sebagai

pengawas dari seluruh pekerjaan yang disubkontrakkan.

Dari segi waktu penyelesaian proyek, kualitas pekerjaan dan dari segi

pengawasan keuangan proyek maka penggunaan struktur organisasi manajemen

kontruksi professional melalui pendekatan pertama akan lebih kompetitif bila

dinbandingkan terhadap penggunaan struktur organisasi pendekatan kedua. Hal ini

disebabkan karena adanya perbedaan yang jelas antara tugas dan wewenang pada

masing-masing unsure. Lihat gambar 2.3 dan pada gambar 2.4.

Manajemen Konstruksi Profesional – Manajer Konstruksi

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Manajemen Konstraksi Profesional (Barrie dan Paulson, 1984)

Pemili Peranca ng/ Manajer Konstruksi Sejumlah kontrak

(26)

Manajemen Konstruksi Profesional – Kontraktor Utama

Gambar 2.4 Struktur Organisasi Manajemen Konstraksi Profesional (Barrie dan Paulson, 1984)

Peranca ng/ Pemili Kontraktor Utama sebagai Sejumlah sub

Gambar

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Manajemen Konstraksi  Profesional (Barrie dan Paulson, 1984)
Gambar 2.4 Struktur Organisasi Manajemen Konstraksi  Profesional (Barrie dan Paulson, 1984)

Referensi

Dokumen terkait

Variasi metode KNN ini melakukan penentuan kelas dari data objek baru tidak dengan cara melakukan voting mayoritas kelas pada K tetangga terdekat, melainkan

Oleh karena, itu perlu dicari alternatif untuk membuat alat peraga kimia yang bisa digunakan secara lebih praktis, mudah, murah, dan menggunakan sedikit bahan kimia, yang

Pada pendekatan ini pihak yang menjalankan promosi memanfaatkan audiens sebagai media promosi dengan cara mengajak audiens untuk mengikuti kontes membuat konten yang berkaitan

Hal ini membuat perusahaan yang mengalami kerugian fiskal biasanya tidak termotivasi untuk melakukan penghindaran pajak karena adanya kompensasi rugi fiskal

Oleh karena itu, untuk mengimbangi tingkat risiko yang tinggi, maka pihak manajemen akan melakukan perataan laba agar dapat menarik minat investor untuk berinvestasi,

berlakunya perjanjian hanyalah antara pihak-pihak yang membuat perjanjian saja, adapun syarat kecakapan diatur melalui Pasal 1330 KUHPerdata yang memberikan

Penyediaan jalur pejalan kaki tidak hanya digunakan untuk memberi kesan pada sebuah kota yang dilalui, tetapi juga perlu memperhatikan fungsinya sebagai tempat untuk melakukan

Emiten adalah pihak (perusahaan) yang melakukan penawaran umum dengan tujuan untuk memperoleh dana melalui pasar modal.. Sedangkan masyarakat memberikan dana kepada