• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH FAKTOR FAKTOR KECERDASAN EMOSI TERHADAP KOMUNIKASI INTERPERSONAL TELLER DENGAN NASABAH PADA BANK BRI UNIT KAPTEN MUSLIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH FAKTOR FAKTOR KECERDASAN EMOSI TERHADAP KOMUNIKASI INTERPERSONAL TELLER DENGAN NASABAH PADA BANK BRI UNIT KAPTEN MUSLIM"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Volume: 8 No. 2 - Desember 2019 PENGARUH FAKTOR FAKTOR KECERDASAN EMOSI TERHADAP KOMUNIKASI INTERPERSONAL TELLER DENGAN NASABAH PADA

BANK BRI UNIT KAPTEN MUSLIM Yustina Evelina Derita Rumahorbo

Politeknik Santo Thomas Medan

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor kecerdasan emosi terhadap komunikasi interpersonal teller dengan nasabah pada Bank BRI unit Kapten Muslim Medan. Aspek-aspek kecerdasan emosi adalah self awareness, self management, motivation, empati (social awareness), relationship management. Data yang diperlukan untuk menganalisa penelitian ini didapat dari Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber atau objek peneliti. Data primer diperoleh melalui kuisioner yang langsung di berikan ke pada responden. Kuisioner yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan lembaran angket yang berisi daftar pertanyaan kepada responden nasabah Bank BRI Unit Kapten Muslim. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Komunikasi Interpersonal pada bank BRI Unit Kapten Muslim. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa Kecerdasan Emosional mempunyai pengaruh terhadap Komunikasi Interpersonal, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000.

Kata kunci: kecerdasan, emosi, komunikasi, dan interpersonal I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Masyarakat atau nasabah sebagai konsumen atau pasar yang dituju oleh industry perbankan memiliki berbagai pertimbangan dalam memilih usaha jasa perbankan yang akan digunakannya, hal tersebut dapat dilihat dari faktor tingkat bunga yang ditawarkan oleh perbankan kepada masyarakat, tingkat kenyamanan yang dirasakan oleh masyarakat dalam hal penyimpanan uang pada bank tersebut, juga mengenai kemudahan dalam memperoleh pinjaman.

Faktor-faktor tersebut yang menjadi dasar pertimbangan masyarakat untuk memilih jasa perbankan, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat membentuk loyalitas pada diri masyarakat akan bank yang dijadikan sebagai pilihan yang dipercayainya. Keberadaan jasa perbankan dalam masyarakat memang lebih menguntungkan terutama pada sektor perekonomian, di mana para pelaku ekonomi lebih leluasa dalam menjalankan proses kegiatan ekonominya untuk menunjang kelangsungan hidup. Usaha jasa perbankan dalam masyarakat yang mengedepankan pelayanan yang baik demi memperoleh kepercayaan dari masyarakat sebagai nasabahnya akan menghadapi

berbagai macam keadaan atau pandangan yang timbul dari masyarakat sebagai ungkapan kepuasan atau ketidakpuasannya akan pelayanan yang diterimanya dari pihak bank yang dipercayainya.

Salah satu pelayanan yang diterima para nasabah adalah komunikasi, dan keberhasilan strategi komunikasi ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu: (a). Pesan, (b). Komunikator, dan (c). Channel.

Adapun jenis komunikasi yang digunakan dalam menghadapi nasabah secara langsung adalah komunikasi interpersonal. Yang dalam pelaksanaannya, keberhasilan suatu komunikasi sangat ditentukan oleh tingkat kecerdasan si komunikator. Penelitian ini bermaksud membahas keberhasilan komunikasi khususnya komunikasi interpersonal.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraikan diatas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah: “Bagaimana pengaruh faktor-faktor kecerdasan emosi terhadap komunikasi interpersonal teller dengan nasabah pada bank BRI unit Kapten Muslim.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh faktor faktor kecerdasan emosi terhadap komunikasi interpersonal teller

(2)

Volume: 8 No. 2 - Desember 2019

dengan nasabah pada Bank BRI unit Kapten Muslim

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberi manfaat pengetahuan dan pemikiran tentang pengaruh faktor faktor kecerdasan emosi terhadap komunikasi interpersonal.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi tentang teori-teori yang digunakan untuk mendukung pemba-hasan pengaruh faktor-faktor kecerdasan emosi terhadap komunikasi interpersonal teller. Teori-teori tersebut antara lain: Kecerdasan emosional, faktor-faktor kecer-dasan emosional, komunikasi interpersonal yang meliputi pengertian komunikasi interpersonal, proses komunikasi, macam-macam komunikasi, bentuk-bentuk komu-nikasi, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan komunikasi.

2.1 Kecerdasan Emosi

Goleman menyatakan bahwa kecer-dasan emosi adalah kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain serta menggunakan perasaan-perasaan tersebut untuk memandu pikiran dan tindakan, sehingga kecerdasan emosi sangat diperlukan untuk sukses dalam bekerja dan menghasilkan kinerja yang menonjol dalam pekerjaan. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Patton bahwa orang yang memiliki kecerdasan emosi akan mampu menghadapi tantangan dan menjadikan seorang manusia yang penuh tanggung jawab, produktif, dan optimis dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah, dimana hal-hal tersebut sangat dibutuhkan di dalam lingkungan kerja.

Kecerdasan Emosi dapat diukur dari beberapa aspek-aspek yang ada. Goleman mengemukakan lima kecakapan dasar dalam kecerdasan Emosi, yaitu:

a. Self awareness

Merupakan kemampuan sesorang untuk mengetahui perasaan dalam dirinya dan efeknya serta menggunakannya untuk membuat keputusan bagi diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis, atau kemampuan diri dan mempunyai kepercayaan diri yang kuat lalu mengkaitkannya dengan sumber penyebabnya.

b. Self management

Yaitu merupakan kemampuan menangani emosinya sendiri,

mengekspresikan serta mengendalikan emosi, memiliki kepekaan terhadap kata hati, untuk digunakan dalam hubungan dan tindakan sehari-hari.

c. Motivation

Motivasi adalah kemampuan menggunakan hasrat untuk setiap saat membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang lebih baik serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif, mampu bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.

d. Empati (social awareness)

Empati merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif orang lain, dan menimbulkan hubungan saling percaya serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe individu

e. Relationship management

Merupakan kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan menciptakan serta mempertahankan hubungan dengan orang lain, bisa mempe-ngaruhi, memimpin, bermusyawarah, menye-lesaikan perselisihan dan bekerja sama dalam tim.

2.2 Komunikasi

Komunikasi merupakan proses penyampaian ide, pemikiran, pendapat dan berita ke suatu tempat tujuan serta menimbulkan reaksi umpan balik. Agar komunikasi berjalan efektif harus memenuhi prinsip-prinsip dasar komunikasi. Adapun prinsip-prinsip dasar komunikasi itu antara lain :

1. Adanya Proses Komunikasi

Proses yang mendasar dalam komu-nikasi adalah penggunaan bersama atau dengan kata lain ada yang memberi informasi (mengirim) dan ada yang menerima informasi. Penggunaan bersama di sini tidak harus yang memberi dan yang menerima harus saling berhadapan secara langsung akan tetapi bisa melalui media lain, seperti tulisan, isyarat, maupun yang berupa kode-kode tertentu yang bisa dipahami.

2. Makna yang Dikandung Pesan

Makna adalah balasan terhadap pesan. Kita sudah mengetahui bahwa suatu pesan itu terdiri dari isyarat-isyarat atau simbol-simbol yang sebenarnya tidak mengandung makna. Makna baru timbul, jika ada seseorang yang menafsirkan isyarat atau simbol bersangkutan dan berusaha memahami artinya. Dari segi

(3)

Volume: 8 No. 2 - Desember 2019

psikologis, isyarat atau simbol bertindak selaku perangsang untuk membangkitkan balasan di pihak penerima pesan.

Adapun makna balasan itu terbagi dua, yaitu : a. Makna Penegas

Makna penegas adalah sejenis balasan yang menamakan atau menggambarkan objek yang ditujukan oleh suatu isyarat tertentu. Makna penegas mengenali, menunjuk dan memisahkan sesuatu. Misalnya : kursi. Kursi bukan meja, kursi bukan orang, kursi bukan rumah. Isyarat dari masing-masing objek ini menonjolkan dan membedakannya dari objek lainnya. Inilah yang dilakukan oleh makna penegas.

b. Makna Tambahan

Makna tambahan adalah sejenis balasan dari segi perasaan, yang menyebabkan timbulnya reaksi terhadap suatu isyarat tertentu dengan perasaan takut, yakin, tidak senang dan sebagainya. Reaksi ini terpisah dari gambaran yang timbul dalam pikiran.

3. Menuju Suatu Model Proses Komunikasi yang Umum dan Memusat.

Ada tiga model dalam proses komu-nikasi, yaitu :

a. Model Umpan Balik

Istilah “umpan balik” sering diperguna-kan bagi informasi yang didapat kembali oleh sumber dari penerima tujuan “umpan balik” ini adalah guna menilai pengaruh pesannya atau untuk melihat sampai seberapa jauhkah si penerima memahami makna yang ada pada diri sumber mengenai pesan yang digunakan bersama. Umpan balik ini dapat berupa wajah penerima yang kelihatan bingung atau berupa pulangnya kembali seorang pasien dalam waktu satu bulan ke klinik, mengikuti petunjuk untuk mendapatkan satu set pil anti hamil lagi. Kadang-kadang “umpan balik” terlambat sekali datangnya. Misalnya jika pasien baru datang kembali beberapa bulan kemudian, tetapi dalam keadaan hamil kembali.

Kadang-kadang sama sekali tidak terdapat umpan balik atau kalaupun datang sudah tidak berguna lagi; misalnya jika bom yang hendak diamankan meletus ketika sumbu ledaknya dicabut. Jika pihak yang diajak berkomunikasi tidak atau kurang memahami maksud kita, susunlah sandi yang mirip dengan masalah tetapi berlainan wujudnya, agar jangan sampai pemahamannya tidak memencar.

b. Model Timbal Balik

Pada model timbal balik, proses komunikasi tidak hanya terbatas pada penerimaan sumber terhadap informasi mengenai pengaruh pesannya (umpan-balik) pada diri penerima. Proses komunikasi ini tidak terhenti sesudah umpan balik, melainkan berbalik kembali ke peserta pertama. Dan pihak pertama ini menyusun pesan yang baru lagi. Jadi lingkarannya berulang kembali.

c. Model Komunikasi yang Memusat

Model komunikasi yang memusat, mirip wujudnya dengan model dua tahap, akan tetapi pada model komunikasi yang memusat perubahan arah yang diambil oleh peserta-peserta bergerak melingkar dan adanya pengertian bersama sebagai hasil akhir dalam proses komunikasi. Di sini, pengertian bersama diperlakukan sebagai arah yang ideal atau sebagai hasil akhir yang ideal dalam proses komunikasi.

2.3 Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal menurut Mulyana komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal. Komunikasi Interpersonal dapat terjadi antara anak dengan ayahnya, seorang pegawai dengan pegawai lainya, dua saudara, seorang dosen dengan mahasiswa, dua kekasih, dua teman dan lain sebagainya. Menurut Rogers (dalam Mulyana,) mendefinisikan komunikasi interpersonal adalah merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi. Sedangkan Barnlund (dalam Wiryanto) komunikasi antar pribadi diartikan sebagai pertemuan antara dua, tiga, atau mungkin empat orang, yang terjadi sangat spontan dan tidak berstruktur.

Dari definisi komunikasi interpersonal yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara dua orang yang terjadi dalam interaksi tatap muka yang semua orang dapat menangkap reaksi orang lain secara verbal maupun nonverbal.

Pengaruh Faktor-faktor Kecerdasan Emosi terhadap Komunikasi Interpersonal

Dibawah ini akan dibahas pengaruh faktor-faktor kecerdasan emosi terhadap komunikasi interpersonal.

1. Pengaruh Kesadaran Emosi terhadap Komunikasi Interpersonal

(4)

Volume: 8 No. 2 - Desember 2019

Emosi-emosi seseorang sangat mengganggu pikiran, emosi merupakan tamu yang tak diundang dalam kehidupan kita, namun emosi memberi informasi yang bila diabaikan akan mengakibatkan masalah-masalah serius. Jika kita menyadari keberadaan emosi ini, maka kita akan memperlakukan emosi ini dengan rasional, sehingga seseorang akan mampu melakukan komunikasi interpersonal dengan baik. Kurangnya kesadaran tentang aspek diri sen-diri akan mempengaruhi dalam berkomunikasi dengan orang lain. Peningkatan kesadaran diri akan menghasilkan komunikasi yang lebih produktif.

2. Pengaruh Pengendalian Emosi terhadap Komunikasi Interpersonal

Faktor kecerdasan emosi kedua yaitu pengendalian emosi mempunyai pengaruh terhadap komunikasi interpersonal. Orang yang mampu mengendalikan emosi, ia tidak menuruti hal-hal yang menghasilkan perilaku-perilaku yang tidak produktif, tetap tenang, berfikir positif dan tidak bingung, bahkan pada saat keadaan sangat sulit. Mereka mampu mengelola emosi yang menyusahkan dan mengurangi kecemasan pada saat mengalami emosi tersebut serta tetap stabil, berfikir tenang yaitu tetap terfokus meskipun berada dibawah tekanan sekalipun. Keadaan tenang dan stabil ini membuat seseorang dapat melakukan komunikasi interpersonal dengan orang lain. Berbeda dengan orang yang sulit mengendalikan diri, maka mereka akan melakukan hambatan dalam komunikasi interpersonal.

3. Pengaruh Motivasi Diri Terhadap Komunikasi Interpersonal.

Orang yang mampu memotivasi diri, mereka selalu bersemangat dalam kehidupannya, cara berfikirnya positif dan tidak berprasangka buruk pada orang lain, hal ini yang menimbulkan mereka mampu untuk berkomunikasi interpersonal dengan orang lain. Orang yang mampu memotivasi diri, mereka termasuk orang-orang yang mempunyai sikap optimis, mereka mempunyai pengharapan yang sangat kuat, berkeyakinan bahwa segala sesuatu akan beres, meskipun sedang dilanda masalah. Orang yang optimis memandang kegagalan disebabkan oleh sesuatu hal yang dapat diubah sehingga mereka dapat berhasil pada masa-masa mendatang. Orang yang optimis

merupakan orang yang cerdas emosi, mereka akan tetap melakukan komunikasi dengan orang lain meskipun sedang dilanda masalah.

4. Pengaruh Empati Terhadap Komunikasi Interpersonal

Orang yang empati mempunyai kepedulian yang mendalam atau penerimaan yang penuh terhadap orang lain serta mampu mendengarkan orang lain dengan sepenuhnya. Seorang teller yang mempunyai sikap empati ia akan memahami perasaan nasabah yang sedang mencari pertolongan. Teller yang empati akan mampu berkomunikasi interpersonal dengan nasabahnya, sehingga mereka akan menerima nasabah tanpa syarat, dan tanpa bias.

5. Pengaruh Hubungan Sosial terhadap Komunikasi interpersonal.

Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal adalah percaya pada orang lain. Apabila percaya bahwa orang lain tidak akan menghianati dan merugikan maka ia akan banyak membuka diri pada orang lain. Hubungan sosial akan menentukan efektivitas komunikasi. Kepercayaan meningkatkan komunikasi interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi, serta memperluas peluang komunikan untuk mencapai maksudnya. Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan sosial yang baik. Kegagalan komunikasi terjadi bila isi pesan kita dipahami, tetapi hubungan diantara komunikan menjadi rusak. Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila kita berkumpul dengan orang yang menyenangkan maka akan terjadi komunikasi yang menyenangkan. Setiap melakukan komunikasi interpersonal , kita tidak hanya sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonal. Perlahan-lahan studi komunikasi interpersonal bergeser dari isi pesan pada aspek relasional. Makin baik hubungan interpersonal maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut :

a. Makin terbuka seseorang mengungkapkan perasaannya

b. Makin cenderung meneliti perasaannya secara mendalam .

c. Makin cenderung mendengar dengan penuh perhatian dan bertindak.

(5)

Volume: 8 No. 2 - Desember 2019

Makin baik hubungan seseorang makin terbuka seseorang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan sampel

Populasi penelitian ini adalah nasabah Bank BRI Unit Kapten Muslim yang terletak di jalan Kapten Muslim Medan. Sampel ditentukan sebanyak 30 orang, jumlah ini hanya ditentukan oleh peneliti, karena jumlah nasabah Bank BRI Unit Kapten Muslim tidak diketahui jumlahnya. Dan ukuran yang layak dalam penelitian adalah antara 30-500 (Sugiyono: 129)

Metode penarikan sampel menggu-nakan metode insidental yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan penetliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono: 122). 3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data, mengguna-kan metode kuisioner. Adapun kuisioner yang digunakan menggunakan skala likert. Metode analisis data menggunakan metode regresi, dengan prosessing data dilakukan dengan analisis program SPSS.

Adapun hasil uji validitas dan reliabilitas terhadap angket yang digunakan, hasilnya sebagai berikut:

Uji validitas dan reliabilitas untuk variabel kecerdasan emosional

Ada dua syarat penting yang berlaku pada sebuah angket, yaitu keharusan sebuah angket untuk valid dan reliabel. Suatu angket dikatakan valid atau sah jika pertanyaan pada suatu angket mampu mengungkapkan suatu yang akan diukur. Sedangkan angket yang dikatakan reliabel adalah jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Pada tabel dibawah di bawah ini untuk variabel kecerdasan emosional, hasilnya adalah valid untuk ke dua belas butir butir pertanyaan dan tingkat reliabilitas yang dinyatakan dalam Cronbach’s Alpha sebesar 0,659 Reliability Statistics .659 .672 12 Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items Item Statistics 2.8667 .57135 30 2.6000 .77013 30 3.0000 .74278 30 2.8000 .92476 30 3.0333 .76489 30 2.6667 .47946 30 2.6333 .66868 30 2.8000 .66436 30 2.6667 .80230 30 2.8333 .69893 30 2.6667 .66089 30 2.6000 .81368 30 butir1 butir2 butir3 butir4 butir5 butir6 butir7 butir8 butir9 butir10 butir11 butir12 Mean Std. Deviation N

Uji validitas dan reliabilitas untuk variabel komunikasi interpersonal

Pada tabel dibawah di bawah ini untuk variabel komunikasi interpersonal, hasilnya adalah valid untuk ke sepuluh butir pertanyaan dan tingkat reliabilitas yang dinyatakan dalam Cronbach’s Alpha sebesar 0,717 Reliability Statistics .717 .737 10 Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items Item Statistics 2.4667 .57135 30 2.8667 .73030 30 2.6000 .49827 30 2.8000 .76112 30 2.6000 .81368 30 2.5000 .68229 30 2.4667 .62881 30 2.8333 .83391 30 2.6667 .84418 30 2.5333 .77608 30 butir1 butir2 butir3 butir4 butir5 butir6 butir7 butir8 butir9 butir10 Mean Std. Deviation N

Pada penelitian ini, yang diuji adalah tingkat reliabilitas dari angket yaitu tingkat konsistensi atau stabil dari waktu ke waktu dari jawaban seseorang terhadap pertanyaan yang terdapat dalam angket.

(6)

Volume: 8 No. 2 - Desember 2019 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal yakni distribusi data dengan bentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal yakni distribusi tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan. 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Observed Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Ex pe ct ed Cum P rob

Dependent Variable: Interpersonal Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Terlihat sebaran data bergerombol di sekitar garis uji yang mengarah ke kanan atas, dan tidak ada data yang terletak jauh dari sebaran data. Dengan demikian, data tersebut bisa dikatakan mempunyai distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 4.2 Uji Heteroskedastisitas 2.80 2.70 2.60 2.50 2.40

Regression Adjusted (Press) Predicted Value

3.00 2.50 2.00 In te rp er so na l

Dependent Variable: Interpersonal Scatterplot

Uji Heteroskedastisitas menguji dalam sebuah model regresi, yaitu ketidaksamaan varian dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian berbeda kita sebut heteros-kedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.

Dari grafik di atas terlihat titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar

baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas. 4.3 Uji Regresi Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 954(a) 909 906 07199 Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 954(a) 909 906 07199 Model Summary(b)

a Predictors: (Constant), Emosi b Dependent Variable: Interpersonal

Dari hasil uji regresi menunjukkan nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0.909. Hasil ini menunjukkan bahwa variable Kecerdasan Emosional mampu menjelaskan variable Komunikasi Interpersonal sebesar 0,909 dengan tingkat signifikansi 0,00. Artinya hubungan antara variabel Kecerdasan Emosional dengan variabel Komunikasi Interpersonal sangat kuat.

4.4 Uji Anova ANOVAb 1.454 1 1.454 280.492 .000a .145 28 .005 1.599 29 Regressio Residual Total Mode 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Emosi a.

Dependent Variable: Interpersonal b.

Dari uji Anova atau F test, diperoleh f hitung sebesar 280.492 dengan tingkat signifikansi 0,000. karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi Komunikasi Interpersonal 4.5 Persamaan Regresi Coefficientsa .380 .153 2.492 .019 .877 .052 .954 16.748 .000 (Constant Emosi Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: Interpersonal a.

(7)

Volume: 8 No. 2 - Desember 2019

Persamaan regresi

Komunikasi Interpersonal = 0,380 + 0,877 Kecerdasan Emosional.

Konstanta sebesar 0,380 menyatakan bahwa jika tidak ada penambahan kecerdasan emosional, maka komunikasi interpersonal sebesar 0,380. Koefisien regresi menyatakan bahwa setiap penambahan poin Kecerdasan Emosional sebesar 1, maka akan meningkatkan Komunikasi Interpersonal sebesar 1,257.

V. KESIMPULAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Komunikasi Interpersonal pada bank BRI Unit Kapten Muslim. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa Kecerdasan Emosional mempunyai pengaruh terhadap Komunikasi Interpersonal, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000.

DAFTAR PUSTAKA

Cangara, H. (2003). Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo persada.

Goleman, D, (2001), Emotional Intelligence Untuk Mencapai Puncak Prestasi, Alih Bahasa : Alex Tri K.W, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Mulyana, D. (2001). Ilmu komunikasi suatu

pengantar. Cetakan ke tiga.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sukarmi, Siti Azizah dan Siti Hamidah,

(2010), Strategi Komunikasi Dalam

Rangka Meningkatkan Kesadaran Tentang Hak Hak Nasabah Perbankan di Jawa Timur,

Lembaga Riset Perbankan Daerah Universitas Brawijaya

Sugiyono, (2008). Metode Penelitian

Bisnis, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Sri Mulyani, (2008), Analisis Pengaruh

Faktor-Faktor Kecerdasan Emosi Terhadap Komunikasi Interper-sonal Perawat Dengan Pasien di Unit Rawat Inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2008. Thesis Pasca Sarjana

Universitas Diponegoro Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yuliani. (2007) Hubungan Efisiensi

Operasional Dengan Kinerja Profitabilitas Pada Sektor Perbankan Yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta Jurnal

Manajemen & Bisnis Sriwijaya vol. 5 no 10 desember 2007.

Wiryanto. (2006). Pengantar ilmu komunikasi. Cetakan ketiga. Jakarta: PT.

Referensi

Dokumen terkait

Judul Penelitian Pengaruh tarif, Sosialisasi serta Pemahaman Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM di Kota Semarang Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak

Dari tabel di atas diketahui bahwa koefisien regresi dari variabel faktor psikologis (X) adalah 0,342 atau bernilai positif, sehingga dapat dikatakan bahwa faktor psikologis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh industri kecil genting yang berada di Desa Gelangkulon Kecamatan Sampung Kabupaten Ponorogo, dapat menyerap

Sistem pengolahan data keuangan siswa SMK Gajah Mada Bandar Lampung sudah memanfaatkan komputer, namun hanya menggunakan program Microsoft Excel, karena hanya

Pemisahan berkas perkara pencurian yang dilakukan oleh penuntut umum didasarkan pada Pasal 142 KUHAP yang menjelaskan, bahwa dalam hal penuntut umum menerima satu

In matter obtaining the objectives of the research, the writer used content analysis qualitative design; whereas the data of the research is Theme and the data source is background

Kualitas tanah merupakan suatu alat penilaian terhadap suatu praktek penggelolaan tanah secara kuantitatif, selain itu kualitas juga merupakan suatu gambaran

Data penanaman nilai-nilai kejujuran dalam pembelajaran Matematis Pada refleksi awal, diperoleh data bahwa dari 30 siswa kelas VIII SMPN 13 Padang persentase