ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Arts and Culture
Berdasarkan jurnal Arts and Culture Briefing Paper (2011) oleh American Planning Association menjelaskan bahwa dalam seni dan budaya terdapat berbagai tingkat keterampilan dan keterlibatan dalam berpartisipasi.
Melihat kondisi yang terjadi di Kampung Palbatu, kawasan ini memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai pusat kegiatan seni dan budaya yang juga mendukung perekonomian setempat, dengan analisa sebagai berikut:
1. Dimension of Arts and Culture pada Kampung Palbatu
Tabel 4.1 Dimension of Arts and Culture pada Kampung Palbatu Degree of profesionalism: Vocational or Informal
Para pengrajin dan penggagas memiliki tujuan utama untuk melestarikan budaya yang menghilang melalui edukasi dan pelatihan
Type Product / Activity : Tangible
Aktivitas yang bersifat tetap adalah Jakarta
Batik Carnival, Produk yang dihasilkan
adalah Batik Betawi dan Palbatu dan juga Seni yang berhubungan dengan batik
Locations and Spaces : Nonarts Venue
Tempat berjualan batik biasa di dalam Rumah-rumah Warga, Kemudian tempat para pengrajin atau sanggar terdapat di Rumah-rumah Kontrakan
Level of Participation and Involvement: Creator & Consumer
Masyarakat dan pengunjung dapat terlibat langsung dengan Pengrajin Batik dalam pembuatan batik, sehingga terjadi interaksi dimana konsumen juga memberi saran dan dapat ikut terlibat dalam proses produksi
2. Daya Tarik
Kampung Palbatu memiliki beberapa daya tarik yang dapat menarik konsumen dan menjadikan potensi bagi kawasan sebagai berikut :
A. Lokasi kawasan terletak di Jakarta Selatan sehingga sesuai untuk dijadikan pusat kebudayaan dan juga strategis karena berdekatan dengan area komersil dan perkantoran
B. Peruntukkan lahan yang dikelilingi hunian menjadikan kawasan ini mudah dicapai oleh masyarakat sekitar dengan berjalan kaki
C. Dilalui oleh kendaraan umum, terletak tidak jauh dari halte bus terdekat dan juga pengembangan jalur MRT
D. Menyelenggarakan acara tahunan yang cukup besar dan menarik banyak pengunjung dalam beberapa pekan
Melalui analisa diatas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengrajin batik di Kampung Palbatu adalah kegiatan yang dikelola oleh masyarakat swadaya tetapi memiliki acara tahunan tetap dan kegiatan edukasi secara turun temurun sehingga menjadi poin utama mengapa dijadikan sebagai Kampung Batik. Kampung Batik ini juga memiliki potensi-potensi untuk dikembangkan sebagai daerah pusat kebudayaan.
Kegiatan seni dan budaya yang ada akan selalu berkembang dan bertumbuh seiring berjalannya waktu. Pertumbuhan ini menjadi acuan utama untuk memngembangkan kawasan menjadi pusat kebudayaan berikut akan dijelaskan lebih lanjut.
4.1.2 Analisa Community Engagement & Participation
Untuk mengetahui pertumbuhan pengrajin sebelumnya perlu diketahui bagaimana interaksi di dalam komunitas dan partisipasi masyarakat sehingga tercipta komunitas pengrajin batik atau bisa disebut Community Engagement & Participation di Kampung Palbatu.
Pada awalnya para pengrajin batik yang ada di Kampung Palbatu tidak berasal dari dalam kampung itu sendiri, tetapi migrasi para pengrajin di jawa yang kemudian beberapa diantaranya ada yang menetap dan ada yang tidak menetap. Kemudian para pengrajin yang ada melatih warga kampung untuk
45
menjadi pengrajin batik sehingga terlahir para pengrajin asli warga Kampung Palbatu.
Untuk itu pertumbuhan penduduk juga menjadi acuan utama untuk menganalisa pertumbuhan pengrajin batik di kawasan ini. Analisa lebih lanjut akan dijabarkan sebagai berikut :
1. Pertumbuhan Penduduk
Perhitungan pertumbuhan penduduk Kampung Palbatu selama 10 tahun ke depan dapat dihitung dengan cara: Diketahui: jumlah penduduk Kampung Palbatu pada tahun 2013 sebanyak 428 jiwa. Pertumbuhan penduduk di Jakarta Selatan per tahun diperkirakan 0,51% (BPS 2013). Maka jumlah penduduk pada 10 tahun kedepan sebesar:
428 (1+0,0051)10 = 450 Jiwa
Diperkirakan peningkatan jumlah penduduk pada tahun 2024 sebesar 32 jiwa.
2. Pertumbuhan Pengrajin Batik
Para pengrajin yang terdapat di Kampung Palbatu saat ini terdapat sebanyak 30 orang pengrajin dibagi dalam 3 sanggar batik dan 12 orang penjual dan asistennya di bagi di dalam 6 gerai batik.
Dari jumlah tersebut dapat disimpulkan dari 428 masyarakat (100%) kampung palbatu terdapat 30 orang pengrajin (14,2%) dan 12 orang penjual (3,5%). Dari data yang diperoleh dari Bapak Harry selaku narasumber dan penggagas Kampung Batik Palbatu setidaknya setiap tahun bertambah sekitar 2 atau 3 orang pengrajin dan masyarakat yang berminat untuk berjualan batik bertambah setidaknya 1 gerai batik setiap tahun. Tetapi usaha batik yang tidak stabil juga menyebabkan gerai yang tutup dan tidak berjualan lagi.
Maka di ambil acuan untuk memperhitungkan pertumbuhan 10 tahun kedepan mengacu kepada pertumbuhan yang stabil yaitu 3 orang pengrajin setiap tahun dan untuk gerai batik 5 gerai baru untuk 10 tahun kedepan. Sehingga perhitungannya menjadi :
30 + (10 x 3) = 60 Pengrajin Batik 7 + (10 x 0.5) = 12 Gerai Batik
Diperkirakan peningkatan jumlah pengrajin selama 10 tahun adalah 30 pengrajin dan jumlah penjual batik adalah 5 gerai batik baru.
Pertumbuhan penduduk dan pengrajin tersebut di jabarkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.2 Pertumbuhan penduduk dan pengrajin pada Kampung Palbatu
PERTUMBUHAN PENDUDUK
Kondisi Saat ini Pertumbuhan 10 Tahun ke depan
Jumlah Warga Kampung Palbatu : 428 Jiwa
Jumlah Warga Kampung Palbatu : 450 Jiwa
PERTUMBUHAN PENGRAJIN BATIK
Kondisi Saat ini Pengembangan 10 Tahun ke depan
3 Sanggar Batik :
Setiap sanggar terdiri dari 10 orang pengrajin
Total Pengrajin Batik = 30 orang
7 Gerai Batik :
Setiap gerai terdiri dari
1 orang penjual & 1 orang asisten Total Penjual & Asisten = 14 orang
6 Sanggar Batik :
Setiap sanggar memiliki kapasitas min untuk 10 orang pengrajin Total Kapasitas = 60 orang
12 Gerai Batik :
Setiap gerai memiliki kapasitas
untuk 1 orang penjual & 1 orang asisten Total Kapasitas = 24 orang
Tabel diatas menjadi acuan utama untuk pengembangan pusat kebudayaan dan area komersil batik.
4.1.3 Analisa Economy Vitality
Kegiatan seni dan budaya batik di Kampung Palbatu juga menyembabkan peningkatan ekonomi. Hal ini diungkapkan dalam teori Creative Strategies for Improving Economy Vitality dimana terdapat strategi- strategi kreatif untuk meningkatkan vitalitas ekonomi pada kawasan seni dan budaya. Berikut ini adalah strategi-strategi yang ada dan bagaimana bentuk aplikasi yang akan diterapkan:
47
Tabel 4.3 Creative Strategies for Improving Economy Vitality
Facility Centric Method
No Strategi Penerapan
1
Arts-oriented incubator
Menciptakan lapangan bisnis seni yang spesifik atau ruang murah dan layanan untuk mendukung seni, budaya, atau kreatifitas praktisi
Area Komersil
Terdiri dari tenant - tenant untuk gerai batik yang berfungsi sebagai sarana jual-beli barang seni yang berhubungan dengan batik
2
Districs live-work projects
Menciptakan kawasan seni, budaya, hiburan, sejarah atau pelestarian budaya dan memberikan dukungan ekonomi atau kemudahan peraturan untuk ruang hunian yang memiliki fungsi komersial bagi praktisi kreatif
Ruang Komunal
Area dimana dapat terjadi komunikasi dan interaksi sosial antara seniman atau pengrajin dengan masyarakat sekitar dan pengunjung
3
Urban design & Reuse
Menerapkan penggunaan kembali situs atau bangunan yang ada untuk seni dan budaya
Pemilihan Site
Menggunakan lahan kosong yang masih dalam satu lingkup kawasan
People-Oriented Approach
No Strategi Bentuk Aplikasi
1
Promotion of assets
Mempromosikan budaya dengan tujuan menarik investasi ekonomi dan pekerja terampil
Area Galeri Permanen
Sebuah area pameran permanen yang menunjukkan koleksi batik di jakarta dan di palbatu
2
Economic or Job Cluster
Menciptakan kawasan ekonomi atau pekerjaan sesuai dengan kegiatan kreatif, termasuk menghubungkan bisnis-bisnis dengan bisnis noncultural
Area Foodcourt / Restaurant
Tenant-tenant yang menjual makanan khas budaya jakarta yang dapat menarik pengunjung untuk datang
3
Education
Memberikan pelatihan,
pengembangan profesional, atau kegiatan lain untuk seni, budaya, atau pengusaha kreatif
Area Edukasi
Terdiri dari ruang-ruang kelas atau sanggar dimana terdapat fasilitas untuk mengajar dan belajar mengenai batik
Program-Based Approach
No Strategi Bentuk Aplikasi
1
Development
Mempromosikan pengembangan
masyarakat melalui kebijakan seni, budaya atau kreatif
Area Hunian
Difungsikan sebagai tempat menginap sementara untuk para seniman ataupun wisatawan
2
Branding
Mengembangkan elemen visual yang
mengkomunikasikan karakter
masyarakat, menggunakan
pengembangan logo dan desain grafis untuk periklanan, pemasaran, dan mempromosikan komunitas
Konsep Bangunan
Mengangkat konsep batik sebagai unsur utama dalam konsep fasad bangunan agar dapat menjadi pencitraan kawasan.
3
Events
Menggunakan perayaan atau festival untuk mengenalkan budaya suatu masyarakat atau komunitas
Akses Jalan
Bangunan terdapat dilokasi yang terhubung langsung pada kampung batik sehingga jalan dapat terintegrasi saat ada acara besar
4
Public Art
Mendukung pameran-pameran seni publik yang bersifat sementara atau permanen
Area Galeri Temporer
Sebuah area pameran temporer dan non- temporer sebagai sarana publikasi kepada masyarakat dan pengunjung
49
4.2 Analisa Urban Design
Berikut ini akan dijelaskan kondisi kawasan berdasarkan teori Hamid Shirvani (Shirvani, 1985:8) mengelompokkan domain elemen Urban Design.
4.2.1 Land Use
Gambar 4.1 Lokasi Tapak / Kampung Palbatu
Lokasi Kampung Batik palbatu terletak di Jl. Palbatu, Tebet, Jakarta Selatan.. Berikut ini adalah batasan Area Lahan :
1. Utara : Jl.Palbatu
Gambar 4.2 Batas Utara Tapak
Pada bagian utara batasan tapak adalah Jl.Palbatu dengan lebar jalan sebesar 10 meter. Jalan ini biasa dilalui oleh kendaraan pribadi,kendaraan umum dan sering kali dilewati oleh truk-truk yang cukup besar karena terdapat tempat pengumpul barang bekas dan tempat parkir truk.
Kemacetan sering kali terjadi pada saat pagi dan sore hari dimana banyak kendaraan pribadi yang melewati jalan ini sebagai jalan pintas dari Kasablanka menuju Tebet. Penyebab kemacetan selain meningkatnya jumlah kendaraan juga disebabkan oleh truk-truk yang parkir di tepi jalan.
2. Timur : Jl.Palbatu 1
Gambar 4.3 Batas Timur Tapak
Pada bagian timur batasan tapak adalah Jl.Palbatu 1 dengan lebar jalan sebesar 6 meter. Jalan ini merupakan akses utama menuju Kampung Batik Palbatu, oleh karena itu terdapat gapura selamat datang di Kampung Batik Palbatu saat memasuki jalan ini.
Kendaraan yang melalui jalan ini sebagian besar adalah kendaraan pribadi milik masyarakat di kampung ini. Namun pada jam- jam tertentu jalan terkadang padat.
3. Barat : Perumahan Kampung Palbatu, Akses ke Kampung
51
Pada bagian barat batasan tapak adalah Jl.Palbatu 2 dengan lebar jalan sebesar 6 meter. Jalan Palbatu 2 ini cukup sepi karena hanya dilalui oleh penghuni dan masyarakat sekitar kampung saja.
4. Selatan : Perumahan Kampung Palbatu
Gambar 4.5 Batas Selatan Tapak
Pada bagian selatan batasan tapak adalah Jl.Palbatu 4 dengan lebar jalan sebesar 6 meter. Jalan ini merupakan pusat kegiatan membatik di kampung ini. Banyak gerai batik yang terletak dijalan ini dan juga pada saat acara-acara besar seperti Jakarta Batik Carnival, Jalan ini ditutup dan dijadikan sebagai lokasi dari acara tersebut.
Gambar 4.6 Lebar Jalan disekitar Tapak
Seperti yang telah dijabarkan, lebar Jl. Palbatu yang terdapat di bagian Utara tapak memiliki lebar jalan sebesar 10 meter. Kemudian Jl.Palbatu 1,
Jl.Palbatu 2, Jl.Palbatu 4 yang berada di Timur, Barat dan Selatan tapak memiliki lebar jalan sebesar 6 meter. Analisa lebar jalan ini selanjutnya akan di bahas lebih mendalam pada Bab 4.4 mengenai peningkatan ekonomi.
4.2.2 Building form and massing
Kondisi disekitar kawasan merupakan daerah perumahan. Bangunan di sekitar tapak sebagian besar memiliki fungsi komersil, hunian dan kantor. Fungsi komersil seperti Mall Kota Kasablanka dan Balai Sudirman. Fungsi hunian terdapat pada Apartemen Casablanca dan Hotel Harris. Kemudian fungsi kantor adalah gedung kantor RPX dan Romindo. Berbagai fungsi tersebut sebagian besar adalah fungsi bagi kalangan menengah ke atas dan tidak terdapat fungsi yang diperuntukkan bagi kalangan menengah ke bawah.
A. Mall Kota Kasablanka B. Apartment Kasablanka C. Hotel harris
D. Kantor RPX E. Balai Sudirman F.Kantor Romindo
53
Pemilihan fungsi lahan pada tapak sebagai Kawasan Pusat Batik karena melihat potensi kampung batik palbatu yang ada tepat di depan tapak. Kawasan ini diharapkan dapat menghubungkan masyarakat kelas menengah keatas dengan masyarakat kelas menengah kebawah dengan fungsi kebudayaan batik yang umumnya batik dapat digunakan oleh siapapun.
Berikut ini akan dijelaskan lebih detail mengenai kelebihan serta kekurangan dari kegiatan disekitar tapak.
A. Mall Kota Kasablanka
Gambar 4.8 Mall Kota Kasablanka
Mall Kota Kasablanka dapat dimanfaatkan menjadi lokasi promosi untuk menarik pengunjung terutama dari kalangan kelas mengenah ke atas. Tempat ini juga dapat dijadikan sebagai penghubung ke Kawasan Pusat Batik karena letaknya berdekatan dalam hal ini yang dimaksud penghubunga adalah dapat bekerjasama agar para pengunjung dari Mall Kota Kasablanka bisa mendapat kendaraan seperti shuttle yang mengantar pengunjung ke Kawasan Pusat Batik di Kampung Palbatu sehingga terjadi integrasi antara Mall dan Kampung Palbatu.
Tetapi apabila pihak Mall Kota Kasablanka tidak bekerjasama dengan Kawasan Pusat Batik di Kampung Palbatu maka bisa saja tempat ini menjadi kompetitor dalam menarik pengunjung karena dari segi fungsi keduanya memiliki fungsi komersil.
B. Apartement Casablanca
Gambar 4.9 Apartment Casablanca
Apartement Casablanca dapat dimanfaatkan menjadi lokasi promosi untuk menarik pengunjung terutama dari kalangan kelas mengenah ke atas. Sehingga dengan melakukan promosi pada tempat tersebut para penghuni yang belum mengetahui keberadaan Kampung Batik Palbatu dapat tertarik untuk mengujungi karena lokasi yang sangat dekat.
C. Hotel Harris
Gambar 4.10 Hotel Harris
Hotel Harris dapat dimanfaatkan untuk lokasi promosi untuk menarik pengunjung terutama wisatawan asing. Dapat juga dimanfaatkan sebagai sarana menginap sementara untuk wisatawan baik dalam dan luar
55
negeri yang datang ke Kawasan Pusat Batik pada saat acara-acara tertentu sedang berlangsung selama beberapa hari.
D. Kantor RPX
Gambar 4.11 Kantor RPX
Kantor RPX juga dapat menjadi sarana promosi. Promosi ditujukan kepada karyawan di perusahaan tersebut. Tetapi dilain hal karena kantor ini merupakan kantor jasa pengiriman yang letaknya bersebrangan dengan Kampung Batik Palbatu, maka kendaraan truk-truk besar yang seringkali melewati jalan palbatu berasal dari kantor ini yang kadang menyebabkan jalan menjadi sempit tidak dapat dilalui dan lalu lintas menjadi padat.
E. Balai Sudirman
Gedung Balai Sudirman dapat dimanfaatkan sebagai sarana promosi dan juga sarana pendukung apabila terdapat acara-acara besar atau pertemuan penting dengan pihak-pihak tertentu.
F. Kantor Romindo
Gambar 4.13 Kantor Romindo
Kantor Romindo juga dapat menjadi sarana promosi. Promosi ditujukan kepada karyawan di perusahaan tersebut.
4.2.3 Circulation and parking
Pencapaian kota menuju kawasan Kampung Palbatu dapat ditempuh menggunakan kendaraan pribadi (mobil, motor) melalui 2 arah yaitu dari arah Casablanca dan Tebet. Tapak di kelilingi oleh 2 jalan primer (utama) dan jalan sekunder sehingga membentuk 2 simpul pertemuan.
57
4.2.4 Open space
Seperti yang telah dijabarkan, lebar Jl. Palbatu yang terdapat di bagian Utara tapak memiliki lebar jalan sebesar 10 meter. Kemudian Jl.Palbatu 1, Jl.Palbatu 2, Jl.Palbatu 4 yang berada di Timur, Barat dan Selatan tapak memiliki lebar jalan sebesar 6 meter. Analisa lebar jalan ini selanjutnya akan di bahas lebih mendalam pada Bab 4.4 mengenai peningkatan ekonomi.
4.2.5 Pedestrian ways
Gambar 4.15 Sirkulasi Pejalan Kaki di Sekitar Tapak
Sirkulasi pejalan kaki berpusat pada Jl.Palbatu. Pejalan kaki datang dari arah halte bus di Jl.Dr. Saharjo menuju ke Jl. Casablanca. Terdapat juga sirkulasi kendaraan umum angkutan kota yang datang dari arah Jl.Palbatu memasuki area dalam kawasan ke Jl.Palbatu 1.
4.2.6 Activity Support
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Putut Sumarwijoko selaku Kepala RW 02 Tebet Jakarta Selatan, Kawasan Kampung Palbatu terbagi dalam 3 Area. 3 area tersebut merupakan activity support bagi kegiatan pengrajin batik. Berikut adalah diagram yang telah di olah menjadi bentuk diagram lingkaran:
Gambar 4.16 Diagram kebutuhan ruang warga Kampung Palbatu
Dari diagram diatas dapat diambil kesimpulan terdapat 3 area dalam kawasan Kampung Palbatu. Berikut akan dibahas satu persatu mengenai area- area tersebut:
1. Area Hunian
Area hunian terbagi menjadi 2 tipe, yaitu hunian tetap berupa rumah dan hunian tidak tetap atau sewa berupa kontrakan. Bangunan eksisting yang terdapat di Kampung Palbatu adalah sebagai berikut:
• 120 Rumah
59
Gambar 4.18 Kondisi perumahan Kampung Palbatu
Hunian yang terdapat di Kampung Palbatu beragam luasannya, menurut hasil pengamatan sebagian besar adalah hunian yang memiliki luasan seperti rumah BTN. Dari hasil pengamatan tipe rumah yang diamati adalah tipe 60, tipe 45 dan tipe 36. Dengan luasan lahan berbeda- beda.
Gambar 4.19 Zoning gerai dan sanggar batik eksisting
Hunian yang juga berfungsi sebagai tempat berjualan dan produksi batik terdapat di bagian bawah Kampung Palbatu. Hunian yang berfungsi ganda tersebut berjumlah 7 rumah.
• 30 Kamar dalam 2 Bangunan & 7 Rumah Kontrakan
Gambar 4.20 Zoning bangunan kontrakan eksisting
Gambar 4.21 Kondisi kamar kontrakan di Kampung Palbatu
Kamar kontrakan di Kampung Palbatu umumya memilki 2 ruang. Ruang pertama digunakan sebagai tempat tidur dan ruang berkegiatan kemudian ruang kedua adalah kamar mandi. Namun di kampung ini juga terdapat Kamar kontrakan dengan 1 kamar dan untuk mck menggunakan mck umum. Bangunan kamar kontrakan berupa bangunan 1 atau 2 lantai dengan kamar kontrakan berderet memanjang.
61
Gambar 4.22 Salah satu rumah kontrakan di Kampung Palbatu
Kamar kontrakan di Kampung Palbatu umumya memilki 2 ruang. Ruang pertama digunakan sebagai tempat tidur dan ruang berkegiatan kemudian ruang kedua adalah kamar mandi. Namun di kampung ini juga terdapat Kamar kontrakan dengan 1 kamar dan untuk mck menggunakan mck umum. Bangunan kamar kontrakan berupa bangunan 1 atau 2 lantai dengan kamar kontrakan berderet.
2. Area Komersil
Area komersil yang ada adalah Gerai dan Sanggar Batik di bagian belakang kampung, Warung penjual makanan kecil dan kebutuhan sehari- hari yang dimiliki oleh penghuni setempat, Para pedagang keliling yang memang tinggal di Kampung Palbatu.
Kondisi yang terjadi saat ini, pengrajin batik di Kampung Palbatu berjualan di rumah sewa atau disebut juga kontrakan. Dari 7 rumah batik di kampung palbatu terdapat 2 rumah yang bukan merupakan hak milik pribadi. Pengrajin tersebut tinggal, memproduksi dan berjualan batik di rumah yang sama.
3. Area Fasilitas dan Lainnya
Area fasilitas yang ada di kondisi eksisting hanya sebuah masjid saja dan selain fasilitas terdapat beberapa lahan kosong tidak terpakai.
Gambar 4.24 Zoning ruang terbuka hijau eksisting
• Lahan tak terpakai
Gambar 4.25 Kondisi lahan tak terpakai eksisting
Lahan kosong yang berada di Kampung Palbatu digunakan sebagai lahan parkir truk dan juga terdapat lahan kosong yang belum dibangun. Dengan begitu lahan kosong ini tidak dimanfaatkan.
63
Sehingga cocok untuk dikembangkan sebagai sarana pusat kebudayaan bagi warga sekitar dan masyarakat jakarta.
• Masjid
Gambar 4.26 Masjid Al-Mukaromah Kampung Palbatu
Masjid Al-Mukaromah yang berada di Kampung Palbatucukup besar, memiliki 2 lantai dan biasa digunakan untuk beribadah sehari- hari dan ibadah besar seperti sholat jumat.
Analisa yang dapat diambil dengan adanya fasilitas masjid pada kawasan ini, maka tidak diperlukan pembuatan sarana masjid di dalam tapak.
4.2.7 Signage
Signage yang terdapat di kawasan kampung palbatu yang menandakan bahwa kampung ini adalah kampung batik palbatu tidak terlalu banyak. Berikut ini penjabarannya:
1. Gerbang pintu masuk
Gambar 4.27 Gerbang Pintu Masuk
Terdapat pintu gerbang yang menandakan bahwa anda telah memasuki kawasan kampung batik palbatu.
2. Dinding-dinding berlukis batik
Gambar 4.28 Dinding Batik
65
Terdapat dinding-dinding yang dicat batik oleh warga kampung palbatu, sebagai tanda bahwa kampung ini adalah kampung batik palbatu.
3. Sanggar dan Gerai Batik
Gambar 4.30 Sanggar Batik
Gambar 4.31 Gerai Batik
Setiap rumah-rumah yang merupakan gerai ataupun sanggar, pada bagian depan terdapat signage berupa nama dari sanggar dan gerai mereka, disertai dengan display produk batik ataupun karya-karya batik.
4.2.8 Preservation
Bangunan di Kampung Palbatu adalah bangunan berhak milik pribadi. Berdasarkan wawancara, seluruh penduduk Kampung Palbatu menetap di daerah tersebut sudah cukup lama dan mereka enggan apabila terdapat pembangunan skala besar yang dapat mengganggu aktifitas mereka sehari-hari.
Karena pada umumnya warga Kampung Palbatu sudah terbiasa dengan kondisi lingkungan yang ada.
Di dalam kawasan ini terdapat beberapa lahan kosong tidak terpakai. Seperti yang dijelaskan dalam gambar berikut:
Gambar 4.32 Zoning ruang terbuka hijau eksisting
• Lahan tak terpakai
Gambar 4.33 Kondisi lahan tak terpakai eksisting
Dari ketiga lahan kosong tersebut, dapat digunakan sebagai perencanaan pusat kegiatan untuk batik yang baru. Namun dikarenakan peruntukkan lahan dalam kawasan ini adalah perumahan, apabila terdapat fungsi baru yang akan dibangun seharusnya mengikuti peruntukkan yang ada dan juga dapat membaur dengan kondisi sekitar kawasan.
Kemudian lokasi tapak yang dipilih adalah tapak yang paling besar yang berada di pintu masuk utama kampung palbatu diantara Jl.Palbatu dan Jl.Palbatu 2. Lokasi ini dipilih guna dapat memaksimalkan fungsi baru yang akan dibangun dan memaksimalkan fungsi baru dengan potensi lahan.
67
Berikut ini akan dijelaskan kondisi tapak bangunan dengan analisa terhadap manusia, lingkungan dan bangunan. Ketiga hal tersebut berdasarkan pada aspek-aspek yang diungkapkan oleh Geoffrey Broadbent dalam buku “Design in Architecture” (1973).
4.3 Analisa Lingkungan 4.3.1 Kondisi Tapak
Gambar 4.34 Lokasi Tapak / Kampung Palbatu
Lokasi Kampung Batik palbatu terletak di Jl. Palbatu, Tebet, Jakarta Selatan. Kemudian untuk pembangunan kawasan pusat batik terletak pada lokasi yang sama. Pemilihan lokasi ini karena terletak berdekatan dengan Kampung Batik Palbatu sehingga memudahkan akses bagi para penduduk, pekerja dan juga wisatawan yang akan mengunjungi kawasan pusat batik dan juga Kampung Batik Palbatu.
Gambar 4.35 Lokasi dan Luasan Tapak
Kondisi tapak adalah sebagian tanah kosong dan juga perumahan. Berdasarkan keterangan yang di perolah dari tatakota jakarta lahan ini terbagi menjadi 2 bagian yang berfungsi sebagai Wsd / Wkc / D2. Yang dimaksud dengan WSD adalah Wisma Sedang, WKC adalah Wisma Kecil dan D2 adalah Deret dengan 2 lantai. Maka dari itu bangunan yang terdapat dalam tapak dapat beragam namum tetap sesuai dengan peruntukkan lahan yang diberlakukan oleh pemerintah Kota DKI Jakarta. Berikut ini adalah rincian dan perhitungan peruntukkan lahan secara lengkap :
• Peruntukkan Lahan : Wsd / Wkc / D2 Wisma Sedang / Wisma Kecil / Deret 2 Lantai
• Lokasi Tapak : Jl. Palbatu Tebet,Jakarta Selatan • • Luas Lahan KDB : 4840 m2 : 40%
Luas lantai dasar yang dapat dibangun : 40% x 4840 m2 = 1936 m2
• KLB : 2
Luas total bangunan yang dapat dibangun : 2 x 4840 m2 = 9680 m2
69
4.3.4 Pencapaian
Cara untuk memasuki tapak dan Kampung Palbatu dapat di akses melalui 2 jalan utama, yaitu Jl. Casablanca dan Jl. Prof. Dr. Sutomo. Kemudian terdapat Jl.Palbatu yang biasa digunakan sebagai akses utama menuju Kampung Batik Palbatu.
Gambar 4.36 Sirkulasi Kendaraan di Sekitar Tapak
Gambar 4.37 Sirkulasi Pejalan Kaki di Sekitar Tapak
Kedua jalan primer yaitu Jl. Casablanca dan Jl. Prof. Dr. Sutomo memiliki intensitas kepadatan lalu lintas yang cukup tinggi, terutama pada pukul 11 pagi sampai 3 sore yang biasa menyebabkan kemacetan dan polusi baik udara maupun suara. Begitu juga dengan jalan sekunder yaitu Jl. Palbatu yang kadang dijadikan jalan pintas bagi kendaraan yang berasal dari arah casablanca menuju tebet pada pukul 4 sore sampai 7 malam jalan ini terkadang
dipadati oleh kendaraan bermotor pada hari-hari tertentu seperti senin dan jumat.
4.3.5 Akses Kendaraan
Arah sirkulasi kendaraan pada jalan primer dan sekunder menjadi pertimbangan pemilihan jalur masuk ke dalam tapak. Berdasarkan pertimbangan terdapat 2 alternatif jalur masuk ke dalam tapak.
Pemilihan entrance untuk bangunan sarana kebudayaan harus mengutamakan kenyamanan dan keindahan pada saat memasuki bangunan agar image bangunan dapat terlihat dengan baik. Oleh karena itu pertimbangan yang di ambil pada saat penentuan jalur masuk ke dalam tapak berdasarkan kenyamanan dari pengguna jalan baik untuk kendaraan bermotor dan juga pejalan kaki.
71
Tabel 4.4 Perbandingan alternatif entrance ke dalam tapak
ALTERNATIF 1
Keuntungan Kekurangan
- Akses melalui jalan utama - Mendapat view ke arah jalan besar
Jl.Palbatu
- Akses mudah bagi kendaraan
- Sirkulasi kendaraan cukup menghabiskan sebagian tapak
- Akan terjadi crossing bagi lalu lintas dari arah jl. Casablanca
ALTERNATIF 2
Keuntungan Kekurangan
- Akses melalu jalan yang tidak padat - Akses dilalui angkutan umum
- Akses mudah bagi pejalan kaki
-Tidak bisa mendapat view ke arah jalan utama
Kesimpulan :
• Pemilihan entrance untuk kendaraan bermotor menggunakan alternatif 1 karena lebih mudah bagi kendaraan dan jalur keluar masuk kendaraan berada di jalan besar sehingga tidak menyebabkan kepadatan
• Pemilihan entrance bagi pejalan kaki menggunakan alternatif 2. Karena pejalan kaki lebih diutamakan dan membuat pejalan kaki dapat masuk langsung ke bagian dalam area bangunan.
4.3.6 Analisa Matahari
Gambar 4.38 Analisa Matahari
Matahari terbit dari bagian kanan tapak dan tenggelam di bagian kiri tapak. Sehingga dari arah matahari ini dapat dianalisa untuk kemudian menjadi acuan menetukan zoning dan juga orientasi pada masa bangunan. Berikut ini adalah hasil dari analisa dan menjadi 2 alternatif yang dapat di aplikasikan pada kawasan ini:
73
Tabel 4.5 Perbandingan alternatif zoning dan orientasi terhadap matahari
ALTERNATIF 1
Keterangan Kesimpulan
- Area komersil memanjang di sisi utara menonjolkan sisi komersil pada jalan
- Area Sanggar berada ditengah antara wisma dan komersil memiliki view yang sedikit
- Area Wisma berada di belakang memiliki view ke arah kampung palbatu
Alternatif 1 memiliki kelebihan dalam area komersil yang berada di jalan utama
Namun untuk karena area sanggar berada di tengah, memiliki view yang kurang baik
ALTERNATIF 2
Keterangan Kesimpulan
- Area komersil memanjang di timur sebagai lokasi yang paling menjual
-
- Area sanggar berada di bagian barat, karena memiliki fungsi untuk menjemur pada sore hari
- Area Wisma berada di belakang memiliki view ke arah kampung palbatu
Alternatif 2 mempunyai kelebihan dalam peletakkan area komersil di timur Area sanggar berada di barat sehingga seluruh bangunan mendapat sinar matahari barat
Kesimpulan :
• Alternatif ke 2 dipilih sebagai zoning utama bangunan. Karena posisi area komersil diutamakan di letakkan di bagian barat
• Area sanggar yang terkena matahari barat dapat ditanggulangi dengan meminimalisasi bukaan dan menggunakan shading sebagai fasad
4.3.7 Analisa Angin
Gambar 4.39 Analisa Angin
Di Kota Jakarta arah angin rata-rata berhembus dari barat laut menuju tenggara. Pada kawasan ini angin yang didapatkan dari arah barat laut adalah udara polusi yang di sebabkan oleh lalu lintas kendaraan pada flyover kasablanka yang terdapat pada bagian utara tapak.
Untuk itu perlu adanya penghijauan di sepanjang bagian utara tapak untuk memfiltrasi kualitas udara yang akan masuk ke dalam tapak dan bangunan dan juga sebagai penurun suhu udara di dalam tapak.
75
Tabel 4.6 Perbandingan alternatif dalam analisa angin
ALTERNATIF 1 Memberikan penghijauan sebagai filtrasi terhadap polusi udara Penghijauan juga berfungsi sebagai penurun suhu di dalam tapak ALTERNATIF 2 Memberikan bukaan pada bangunan agar angin dapat masuk dan keluar bangunan dengan mudah Memberikan shading dengan tanaman agar polusi udara yang masuk dapat di filtrasi
Dari kedua alternatif tersebut, yang paling memungkinkan untuk diterapkan adalah alternatif 1. Karena dengan adanya penghijauan disekitar tapak maka angin yang masuk ke dalam tapak akan terfiltrasi walaupun tidak seluruhnya dan juga sebagai penurun suhu didalam tapak.
4.3.8 Analisa Kebisingan
Gambar 4.40 Analisa Kebisingan
Kebisingan yang utama terjadi pada pagi hari hingga sore hari di Jl.Casablanca tepatnya di Flyover yang persis berada di sebelah utara tapak. Banyak lalu lintas kendaraan dan juga pada saat ini sedang terjadi pekerjaan pembangunan MRT pada jalan tersebut. Sehingga pada pagi dan sore hari dimana jumlah kendaraan bertambah terjadi kemacetan. Tetapi pada kemacetan hanya terjadi pada jalur dari dan menuju flyover casablanca dengan begitu jalan yang berada tepat di utara tapak tidak terjadi kemacetan.
Kemacetan juga kadang terjadi di Jl.Palbatu yang berada di sebelah selatan tapak. Tetapi kemacetan ini jarang terjadi, hanya pada saat-saat tertentu saja. Apabila terjadi kemacetan biasanya terjadi pada sore hari pada saat jam pulang kantor.
Selain kendaraan, sumber kebisingan juga terdapat di sebelah barat tapak karena terdapat kegiatan perkantoran dan banyak keluar masuk kendaraan besar seperti truk.
77
Tabel 4.7 Perbandingan alternatif dalam analisa kebisingan
ALTERNATIF 1 Memberikan area ruang komunal sebagai buffer Ruang komunal juga menjadi pembatas antara area hunian dengan area komersil ALTERNATIF 2 Menempatkan ruang komunal di bagian tengah bangunan yang dapat menjadi wadah berkumpul Bagian barat dijadikan parkir mobil agar tehindar dari kebisingan jalan raya
Dari kedua alternatif tersebut, alternatif kedua lebih memiliki pengaruh untuk menanggulangi kebisingan yang ada diluar tapak dan juga dapat memberikan ruang terbuka di dalam tapak. Ruang taman tersebut dibuat cukup besar dan memanjang agar dapat menjadi pemisah antara area yang memiliki kebisingan tinggi dan area hunian yang harus dihindarkan dari kebisingan baik dalam tapak ataupun dari luar tapak.
4.4 Analisa Manusia 4.4.1 Penduduk Setempat
Berdasarkan data statistik dari Badan Pusat Statistik Jakarta. Pada kecamatan Tebet kepadatan penduduknya berjumlah 18,594 Orang/Km2 dengan begitu Kampung Batik Palbatu ini memiliki luasan sebesar 0,023 Km2 sehingga kepadatan Kampung Batik Palbatu kurang lebih sebanyak 428 jiwa. Berikut ini penjabaran secara terperinci mengenai jumlah penduduk di Kampung Palbatu:
18,594 x 0,023 = 428 Jiwa
- 62% Bekerja = 265 Orang
- 31% Bukan Angkatan Kerja = 133 Orang
- 7% Pengangguran = 30 Orang
Gambar 4.41 Analisa Jumlah Penduduk
Penduduk asli yang tinggal di Kampung Palbatu merupakan warga Betawi. Masyarakat atau Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antar etnis dan bangsa di masa lalu secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang betawi adalah keturunan kaum bedarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Dari percampuran tersebut membuat warga memiliki pemikiran pluralisme, sehingga warga terbuka bagi pendatang dari mana pun asalnya.
Warga di Kampung Batik Palbatu ini dapat di bagi menjadi 3 yaitu anak-anak, warga yang bekerja dan warga yang tidak bekerja. Berikut ini
79
eliagram analisa hasil wawancara dan observasi pada warga eli Kam pung Palbatu. AKTIVITAS 18 ANAK 06 AKTIVITAS AKTIVITAS UTAMA DIKAMPUNG - Bermaln ·Olahraga • Memban1u membatik 12 Sekolah AKTIVITAS 00 DIRUMAH 18 BEKERJ A 06 AKTIVITAS AKTIVITAS UTAMA OIKAMPUNG • Berkumpul dengan warg.a •Olahraga · Membantu membatik 12 Bekefja AKTIVITAS 18 TIOAK BEKERJA AKTIVlTAS AKTIVITAS UTAMA OIKAMPUNG Membantu ·Berkumpul dirumah dengan warga ·Berjualan - Membantu membatik 12
Gambar 4.42 Analisa PolaAklivitas Warga
Warga eli Kampung Palbatu terbiasa untuk berkumpul eli teras-teras rumah ataupun juga di sanggar-sanggar batik yang terdapat eli kampung ini.
Mereka terbiasa untuk bersosialisasi dengan sesama dan juga terkadang warga ikut membantu membatik dikala waktu luang. Maka dibutuhkan sebuah ruang penampung atau balai warga agar mereka dapat berkumpul, beraktivitas dan juga dapat membantu para pengrajin batik dengan tempat yang lebih layak.
G
ambar 4.43 Aktivitas Warga saat Jakarta Batik Carnival
Pada saat acara-acara tertentu seperti Jakarta Batik Carnival, Penduduk setempat ikut merayakan acara ini. Menurut keterangan pak Harry melalui wawancara, bila acara tersebut sedang berlangsung rumah-rumah para warga sering kali di pinjam terasnya sebagai wadah pengrajin batik ataupun penjual batik mendirikan gerai batiknya.
4.4.2 Pengrajin Batik
Menurut keterangan pak Harry sang pendiri Kampung Batik Palbatu, pengrajin di Kampung Palbatu ini masih sedikit jumlahnya yaitu hanya sekitar 10 orang. Jumlah yang sedikit ini dikarenakan tidak adanya wadah penampung bagi para pengrajin batik. Berdasarkan sejarah disekitar kawasan kuningan atau casablanca yang berdekatan dengan lokasi dulunya terdapat beberapa pusat pengrajin batik asli betawi. Begitu juga di beberapa daerah di jakarta lainnya. Kemudian muncul peraturan larangan bagi industri tekstil
81
untuk beroperasi di beberapa kawasan tersebut dengan alasan industri tekstil yakni batik menghasilkan limbah tekstil yang banyak dan dapat mencemari lingkungan sekitar. Karena jalur pembuangan di Kota Jakarta ini kurang begitu baik maka mau tidak mau para pengrajin batik sebagai sumber utama limbah tekstil tersebut gulung tikar.
Setelah berdirinya Kampung Batik Palbatu, mulailah terdapat beberapa gerai dan juga sanggar batik di Kampung ini. Karena batik yang dihasilkan oleh Kampung Batik Palbatu tidak mengandung banyak limbah tekstil maka aman untuk lingkungan sekitar.
Gambar 4.44 Gerai dan Sanggar Batik Palbatu
Kini terdapat 7 gerai batik dan 3 sanggar batik di kampung batik palbatu ini. Menurut keterangan dari pak Harry setiap tahunnya ada sedikitnya 4 acara tahunan yang diselenggarakan di Kampung Batik Palbatu. Acara tahunan ini kerap mengundang ratusan pengunjung setiap kali diadakan dan juga beberapa puluh pengrajin dari berbagai daerah datang untuk ikut serta dalam acara tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan wadah bagi para pengrajin tersebut untuk berjualan dan juga membuka sarana edukasi batik bagi para pengunjung.
Kini terdapat 7 gerai batik dan 3 sanggar batik di kampung batik palbatu ini. Menurut hasil observasi, berikut ini dapat di simpulkan pola aktivitas pengrajin batik.
Gambar 4.45 Analisa Pola Aktivitas Pengrajin
Dari diagram tersebut dapat diamati bahwa para pengrajin pada hari libur atau acara-acara besar tertentu para pengrajin juga beraktivitas mengajar batik di dalam kampung dan juga diluar kampung sesuai permintaan konsumen. Dalam buku Yuk,Mbatik! (2013) oleh Indra Tjahjani menjelaskan jalannya proses produksi membatik dengan skema berikut ini:
83
Gambar 4.46 Skema Proses Membatik
Seperti yang dapat diperhatikan dalam skema diatas, yang merupakan cara membatik yang terdapat di Kampung Batik Palbatu adalah batik colet. Berikut penjelasan beberapa langkah dalam membatik:
a) Mencuci
Sebelum memulai membatik, mori yang akan dibatik harus dicuci terlebih dahulu untuk menghilangkan kanjinya, kemudian dikeringkan. Kain yang sudah dicuci kemudian dibatik dengan menggunakan canting ukuran sedang.
b) Proses membatik
Proses ini didahului dengan membatik wowongan yaitu membuat kerangka dari motif yang ada dengan menggunakan canting tulis
kemudian membentuk tembokan yaitu mengisi motif-motif tertentu dengan lilin secara penuh dan tebal atau ada juga yang secara likasan yaitu cara membatik yang tidak mengikuti pola tertentu melainkan bebas.
c) Proses pewarnaan
Proses pewarnaan diawali dengan memberikan warna dasar batik tersebut, baru kemudian warna lain sesuai dengan motifnya. Setelah itu dimodel (diwarna), apabila sudah diwarnai kain ditiriskan di tempat yang terhindar dari matahari setelah agak kering kain diberi isen-isen, apabila menginginkan warna tersebut harus ditemboki, dimodel kedua kemudian ditiriskan setelah agak kering dilorot dan dijemur. Kain yang sudah diwarna dimasukkan kedalam air panas yang mendidih, disitu dibolak-balik sampai merata kemudian dimasukkan kedalam bak I dan dikucek sambil di kemplong, setelah itu dimasukkan kedalam bak II disitu dikucek, setelah itu ditiriskan dan dijemur.
d) Menghilangkan lilin (malam)
Untuk menghilangkan lilin (malam) dilakukan dengan dua cara yaitu menghilnagkan lilin dengan menggambarkan air mendidih sehingga lilin tersebut terlepas dari mori. Cara lainnya yaitu menghilangkan bagian tertentu dengan mengerok menggunakan pisau atau alat sejenisnya.
e) Menjemur
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal kain batik yang sudah dimasak harus dijemur lebih dahulu.
f) Pembungkusan atau pengemasan
Hasil produksi yang dihasilkan diusahakan dikemas sebaik mungkin. Setiap pembeli apabila menginginkan suatu barang tidak dilihat dan dibeli apa adanya, maka produk tersebut juga membutuhkan plastik sebagai pembungkusnya.
85
4.4.3 Pengunjung
Setiap harinya pengunjung yang datang mayoritas berasal dari dalam kota. Dari hasil observasi dan wawancara menunjukkan terdapat perbedaan jumlah pengunjung pada hari-hari biasa dan pada saat diselenggarakannya acara.
Pengunjung pada hari kerja : 2-3 orang/hari Pengunjung pada hari libur : 5-10 orang/hari Pengunjung pada saat acara : 20-50 orang/hari
Setiap harinya pengunjung yang datang mayoritas berasal dari dalam kota. Dari hasil observasi menunjukkan terdapat beberapa kategori pengunjung. Berikut ini dapat dilihat dalam bentuk persentase kedatangan pengujung setiap bulannya.
Gambar 4.47 Analisa Pola Aktivitas Pengunjung
Terkait dengan kawasan pusat batik warga sekitar cukup mendukung kegiatan ini sehingga banyak dari mereka yang turut membantu para pengrajin batik disela-sela waktu kosong mereka. Namun yang jadi pemikiran warga adalah usaha batik ini tidak terlihat berkembang dengan jumlah pengrajin yang sedikit, sehingga membuat sebagian dari masyarakat Kampung Palbatu ini tidak mendukung usaha batik tersebut.
Oleh karena itu menurut pak Harry sebaiknya bila dibangun sarana yang mewadahi warga tersebut berkumpul maka mereka dapat ikut mencoba
untuk membantu usaha batik ini. Sehingga harapan kedepannya mereka dapat turut membuka usaha batik dan Kampung Batik Palbatu ini dapat berkembang.
4.4.4 Pola Kegiatan
Analisis pola kegiatan akan diolah mengacu pada jenis-jenis pelaku dalam Pusat Kebudayaan Batik berdasarkan hasil yang didapatkan dalam analisis kegiatan pelaku.
1. Pengrajin Batik
87
2. Penduduk
Gambar 4.49 Analisa Pola Kegiatan Penduduk
3. Pengelola
4. Staff
Staff dalam hal ini meliputi bagian administratif, building management, dan bagian-bagian lainnya.
Gambar 4.51 Analisa Pola Kegiatan Staff
5. Service
• Cleaning Service
89
• Petugas Keamanan
Gambar 4.53 Analisa Pola Kegiatan Petugas Kemanan
6. Pengunjung
4.4.5 Analisis Kebutuhan dan Luasan Ruang
Berikut ini akan dijelaskan kebutuhan ruang dalam bangunan Pusat Kebudayaan Batik. Kebutuhan ruang bagi para pengrajin, pengunjung dan juga penduduk setempat. Acuan penentuan ruang apa saja yang ada diperoleh melalui hasil wawancara dengan Bapak Budi Dwi Hariyanto selaku pendiri Forum Komunikasi Pengembangan Kampung Batik Palbatu dan Bapak Putut Sumarwijoko selaku Ketua RW 02 Tebet. Berikut adalah ruang-ruang yang dibutuhkan dan penjelasannya:
1. Sanggar Batik
Gambar 4.55 Salah satu sanggar di Kampung Palbatu
Fungsi utama sanggar batik adalah sebagai wadah para pengrajin batik untuk membuat batik. Kampung Batik Palbatu menghasilkan batik tulis dengan teknik pewarnaan colet. Para pengrajin membutuhkan sedikitnya 2 ruangan dalam mengerjakan batik. Ruangan pertama difungsikan sebagai ruang menulis batik lalu kemudian ruangan kedua difungsikan sebagai ruang untuk mecolet dan melorot batik.
Dengan penjelasan diatas diambil kesimpulan bahwa sebuah sanggar harus memiliki area untuk kegiatan yang bersifat kering (membatik, pengemasan, menjemur) dan area untuk kegiatan yang bersifat basah (mencuci, pewarnan, menghilangkan lilin).
Sanggar yang dibutuhkan oleh para pengunjung adalah sebuah wadah dimana para pengunjung diberikan edukasi dalam
91
pembuatan batik dan juga ikut belajar serta melakukan proses membatik itu sendiri. Sehingga para pengunjung dapat belajar langsung dengan pengrajin batik.
2. Gerai Batik
Gambar 4.56 Salah satu gerai di Kampung Palbatu
Para pengrajin membutuhkan gerai batik yang difungsikan sebagai tempat berjualan batik. Produk yang dihasilkan usaha batik tulis Kampung Palbatu ada bermacam-macam bentuk atau model produk yang dihasilkan yaitu; kemeja, tas, kain, souvenir dan lain sebagainya.
Dari produk-produk tersebut tidak ada perbedaan dalam mutu dan kualitas hanya saja ini untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
3. Galeri Batik
Gambar 4.58 Contoh display galeri di gerai batik Palbatu
Menurut hasil wawancara batik betawi masih kurang diketahui keberadaannya oleh masyarakat di Jakarta. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah galeri dimana batik-batik betawi dapat disimpan dan ditunjukkan kepada publik. Hal ini juga sebagai sebuah usaha untuk melestarikan batik. Tidak hanya batik betawi saja tetapi bisa saja batik- batik dari daerah lainnya, sehingga masyarakat umum dan wisatawan dapat mengerti mengenai batik indonesia.
Ruang yang dibutuhkan adalah ruang galeri dimana terdapat koleksi-koleksi batik yang di pajang. Ruang tersebut dapat diakses oleh umum dan memiliki tempat penyimpanan sesuai standarisasi galeri tekstil pada umumnya.
93
4. Balai Pertemuan
Gambar 4.59 Contoh balai warga
Menurut warga kampung ini tidak memiliki balai pertemuan warga, dimana warga dapat berkumpul dan berinteraksi satu sama lain. Kegunaan balai pertemuan ini juga dapat berfungsi sebagai sarana serba guna apabila ada sebuah acara besar yang dilaksanakan.
Ruang balai pertemuan warga dapat diwujudkan tidak hanyak dengan ruangan tetapi bisa dengan memberikan ruang-ruang komunal disekitar bangunan. Ruang-ruang tersebut dikondisikan nyaman dan tetap menjadi bagian dari bangunan sehingga memberikan kenyamanan bagi para penggunanya.
5. Perpustakaan
Gambar 4.60 Contoh perpustakaan di Museum Batik Pekalongan
Selain ruang atau sarana untuk berkumpul ternyata penduduk setempat juga membutuhkan sarana perpustakaan. Perpustakaan ini dapat menjadi media bagi kalangan penggangguran dan anak-anak untuk dapat mengisi kekosongan waktunya dengan hal yang positif.
Selain itu dapat difungsikan sebagai sarana edukasi batik bagi pengunjung dan masyarakat sekitar. Seperti visi dari Kampung Batik Palbatu yang mengutamakan edukasi batik agar budaya dapat dilestarikan.
6. Pusat Kuliner
Gambar 4.61 Contoh pusat kuliner
(sumber: http://www.osyinrenz.blogspot.com di akses pada 13 Mei 2014)
Pengunjung yang datang ke Kampung Batik Palbatu baik saat acara-acara besar maupun tidak, membutuhkan area bagi mereka dapat beristirahat sejenak dan juga menikmati jajanan asli khas betawi. Karena pada saat acara-acara besar seperti Jakarta Batik Carnival kuliner ini menjadi salah satu daya tarik pengunjung untuk datang ke Kampung Batik Palbatu ini.
95
7. Wisma
Gambar 4.62 Contoh wisma tempat menginap
(sumber: http://www.shantywp.co.id di akses pada 2 Agustus 2014)
Pengunjung yang datang ke Kampung Batik Palbatu untuk belajar mengenai batik sering menghabiskan waktunya berhari-hari untuk mengikuti proses pembuatan batik. Pengunjung pada umumnya menghabiskan waktu 3 hari hingga 1 minggu untuk belajar di Kampung Batik Palbatu. Dengan adanya hal tersebut maka diperlukan tempat menginap sementara agar memudahkan para pengunjung dan juga pengrajin dalam mengajar batik.
Apabila terdapat sebuah wisma khusus untuk menginap 1-2 hari dapat menjadi penghasilan tambahan dalam penyewaan wisma tersebut dan juga membuat para pengunjung tertarik untuk belajar membatik.
Wisma yang diperlukan tidak terlalu besar, dalam 1 kali pengajaran batik biasanya berjumlah 10-15 orang setiap sesinya. Sehingga setidaknya wisma yang ada dapat menampung setidaknya 10 orang.
Berikut adalah tabel pelaku dan kegiatannya sehingga dengan begitu akan didapatkan kebutuhan ruang apa saja yang akan diperlukan dalam kawasan pusat batik ini beserta sifat ruang untuk penzoningan area dalam tapak :
Tabel 4.8 Kebutuhan Ruang Pusat Kebudayaan Batik
Pelaku Kegiatan Kebutuhan
Ruang Sifat Ruang Kategori
Pengrajin Batik
Membatik dan mewarnai
batik Ruang Pengrajin Semi Private
BATIK Mencuci dan melorot
kain batik
Ruang Sanggar
Semi Private Menjemur kain batik
yang sudah di lorot Semi Private
Pengemasan batik yang
akan dijual Semi Private
Mengajar sejarah batik Perpustakaan Semi Private
Menjual Batik Tenant Kios Batik Publik
Pengrajin Batik, Penduduk, Pengunjung Melihat-lihat koleksi batik Ruang Galeri
Batik Semi Private
Melihat pameran umum Ruang Galeri
Temporer Semi Private Belajar dan membantu
proses membatik Ruang Sanggar Semi Private
Berdiskusi dan belajar sejarah dengan pengrajin batik
Perpustakaan Publik
Workshop, Seminar, Pertunjukkan Musik, Seni dan lainnya
Amphiteather/
Ruang Komunal Publik
Melihat-lihat dan
membeli koleksi batik Tenant Kios Batik Publik Makan, minum, membeli
jajanan khas betawi
Foodcourt dan
Cafe Publik
PENUNJANG
Menginap sementara Wisma Private
Buang air, cuci tangan Toilet Publik
Beribadah Musholla Publik
Pengelola dan Staff
Mengontrol administrasi
gedung dan lainnya Ruang Kantor Semi Private
ADMINIS TRATIF Melayani dan
memberikan informasi
Ruang Informasi
dan Resepsionis Publik
Service
Meyimpan peralatan Ruang Service Private
SERVICE
Kontrol pompa air Ruang Pompa Air Private
Kontrol listrik Ruang Panel Private
Kontrol limbah Ruang STP Private
97
Tabel 4.9 Program Ruang Pusat Kebudayaan Batik
Ruangan Standar ruang
(m2) Kapasitas Luasan Ruang (m2) Jumlah Ruang Luas Total (m2) BANGUNAN SANGGAR Lobby 1.5 m2 / org 20 144 m2 1 144 m2
Ruang Informasi 1.5 m2 / org 20 36 m2 1 36 m2
Ruang Sanggar 7.2 m2 / org 10 72 m2 6 72 m2
Ruang Galeri Batik 5 m2 / org 30 144 m2 1 144 m2
Ruang Galeri Temporer 5 m2 / org 20 108 m2 1 108 m2
Perpustakaan 5 m2 / org 15 72 m2 1 72 m2
Foodcourt 2 m2 / org 100 216 m2 1 216 m2
Tenant Foodcourt 3 m2 / org 3 9 m2 10 90 m2
Toilet 2 m2 / org 10 20 m2 3 60 m2
Ruang Janitor 1 m2 / org 3 3 m2 3 9 m2
BANGUNAN WISMA
Kantor Pengelola 1.5 m2 / org 20 36 m2 1 36 m2
Kamar Wisma 3 m2 / org 1 9 m2 10 90 m2
Ruang Service - - 9 m2 1 9 m2
Ruang Pompa - - 9 m2 1 9 m2
Ruang Diesel - - 9 m2 1 9 m2
BANGUNAN GERAI
Cafe 4 m2 / org 20 72 m2 2 144 m2
Ruang Gerai 3 m2 / org 10 36 m2 12 432 m2
Toilet 2 m2 / org 10 20 m2 3 60 m2
4.4.6 Analisis Hubungan Ruang
Dalam kawasan ini terdapat 2 kegiatan inti yaitu kegiatan edukasi batik dan kegiatan jual-beli batik, sehingga hubungan makro antar ruang perlu direncanakan agar sifat-sifat ruang tidak berbentrokan satu sama lain. Berikut adalah hubungan antar ruang secara lingkup besar :
99
1. Hubungan Antar Ruang Museum
a. Hubungan ruang museum lingkup besar
Gambar 4.64 Hubungan Antar Ruang Museum
b. Hubungan antar ruang lobby
c. Hubungan antar ruang galeri
Gambar 4.66 Hubungan Antar Ruang Galeri
d. Hubungan antar ruang sanggar
101
e. Hubungan antar ruang perpustakaan
Gambar 4.68 Hubungan Antar Ruang Perpustakaan
f. Hubungan antar ruang serbaguna
g. Hubungan antar ruang kantor pengelola
Gambar 4.70 Hubungan Antar Ruang Perpustakaan
h. Hubungan antar ruang service
103
2. Hubungan Antar Ruang Gerai
a. Hubungan antar ruang lingkup besar
Gambar 4.72 Hubungan Antar Ruang Gerai
b. Hubungan antar ruang kios batik
c. Hubungan antar ruang food court
Gambar 4.74 Hubungan Antar Ruang Food court
4.5 Analisa Bangunan 4.5.1 Zoning Horizontal
Pada umumnya dalam menentukan zoning ruang dalam kawasan, yang harus diperhatikan terlebih dahulu adalah sirkulasi, orientasi matahari dan kebisingan.
105
Kesimpulan dari zoning horizontal pada bangunan pusat kebudayaan batik ini adalah :
• Bagian depan dibuat bukaan agar sedemikian mungkin membuat bentuk yang menarik pengunjung untuk masuk ke dalam tapak dan bangunan
• Bangunan gerai yang bersifat semi publik diletakkan di posisi yang strategis agar terlihat dari tepi jalan karena bangunan tersebut memiliki fungsi komersil
• Bangunan sanggar diletakkan memanjang kearah barat agar memiliki view utama kedalam tapak bukan keluar tapak
• Bangunan wisma yang berfungsi sebagai hunian terletak di belakang agar terhindar dari kebisingan
4.5.2 Zoning Vertikal
Pada bangunan ini terdapat 3 masa bangunan, yaitu bangunan sanggar, bangunan wisma dan bangunan gerai. Berikut ini adalah analisis zoning vertikal untuk ketiga masa bangunan tersebut:
1. Zoning Vertikal Bangunan Sanggar dan Wisma
Gambar 4.76 Zoning Vertikal Bangunan Sanggar & Wisma
• Bangunan ini memiliki akses langsung ke area parkir
• Pada tingkat pertama terdapat 2 area publik yang berfungsi sebagai pintu masuk dan ruang orientasi untuk mengarahkan pengguna. Area semi private merupakan area sanggar dan area kantor pengelola. Sedangkan area service diletakkan dibagian belakang bangunan tetapi memiliki akses langsung ke area parkir
• Pada tingkat berikutnya terdapat area semi publik yang merupakan galeri batik diletakkan di tingkat atas agar menjaga kualitas barang seni yang dipajang dari pengaruh matahari dan angin
• Di tingkat yang sama terdapat area sanggar dan di bangunan wisma area private merupakan kamar-kamar wisma. Bagian ini dipisahkan agar kamar-kamar wisma tidak terganggu dengan aktivitas di bangunan sanggar
• Pada tingkatan yang paling atas terdapat area semi publik yang merupakan foodcourt atau pusat kuliner. Diletakkan dibagian atas agar mengundang pengunjung dan mendapatkan view yang paling baik ke arah timur
2. . Zoning Vertikal Bangunan Gerai
Gambar 4.77 Zoning Vertikal Bangunan Gerai
• Pada bangunan gerai terdapat fungsi area publik yang berupa cafe di setiap tingkat berfungsi sebagai penarik pengunjung
• Bangunan terdiri dari 2 tingkat yang diisi dengan tenant-tenant gerai batik
• Terdapat area service yang merupakan toilet
4.5.3 Analisis Konfigurasi Masa
Berdasarkan analisis-analisis sebelumnya dapat disimpulkan bentukan massa sementara, permasalahan yang ditemukan diolah dengan cara menganalisis dan diselesaikan dalam skematik konsep. Salah satu elemen utama dalam menyelesaikan masalah-masalah tersebut adalah dengan gubahan massa bangunanan.
Pada proyek ini menggabungkan 3 buah fungsi yaitu antara bangunan komersil, bangunan edukasi dan bangunan hunian kemudian 3 fungsi tersebut disatukan oleh fungsi yang bersifat lebih sosial dan dapat berbaur sehingga menciptakan suatu sifat ruang yang komunal.
107
Gambar 4.78 Zoning Gabungan
Pada gambar diatas merupakan zoning gabungan dari ketiga masa bangunan. Kemudian selanjutnya untuk menghasilkan gubahan masa dilalu dengan berbagai analisis sebagai berikut:
Tabel 4.10 Analisa Gubahan Masa
PENGOLAHAN TAPAK
Bentuk awal site memanjang ke utara dan menghadap ke arah utara dan timur
Site diolah dengan luas lantai yang dapat dibangun adalah 9680m2, bangunan dibuat seperti panggung agar mendapatkan cahaya dan view yang optimal.
AKSES KENDARAAN DAN PEJALAN KAKI
Berdasarkan analisa arus kendaraan dihasilkan akses pintu masuk dan keluar sebagai berikut; Akses keluar masuk untuk mobil melalui Jl.Palbatu, Akses keluar masuk motor berada di Jl.Palbatu 2, Akses pedestrian terdapat dikedua jalan tersebut kemudian akses juga dibuat untuk menuju ke Kampung Palbatu
SIRKULASI DALAM TAPAK
Sirkulasi kendaraan dalam tapak diletakkan pada bagian barat untuk mobil dan selatan untuk motor agar tidak mengganggu bangunan, sedangkan untuk sirkulasi pedestrian memanjang di dalam tapak agar memudahkan pedestrian dan menciptakan ruang-ruang untuk bersosialisasi atau ruang komunal.
109
MASA BANGUNAN SANGGAR & WISMA
Lantai 1
Pada bagian depan bangunan sanggar diletakkan lobby utama untuk drop off. Kemudian masa bangunan memanjang yang terdiri dari ruang sanggar, toilet, ruang galeri temporer dan lobby kedua pada bagian belakang.
Lobby di bagian belakang berfungsi sebagai akses utama dari kampung palbatu bagi para pengunjung yang ingin mengunjungi kampung palbatu dan memudahkan akses bagi masyarakat Wisma dan Lantai 2
Bangunan wisma dan sanggar disatukan dengan musholla. Pada lantai 1 bangunan wisma hanya terdapat tangga, ruang service dan kantor pengelola. Masa bangunan wisma diletakkan dibagian belakang untuk memudahkan akses ke kampung palbatu dan terhindar dari kebisingan.
Masa bangunan sanggar berfungsi sebagai bangunan utama karena memiliki galeri batik di lantai 2. Diletakkan pada bagian terdepan berfungsi agar terlihat langsung dari arah jalan raya.
MASA BANGUNAN GERAI
Bangunan Gerai diletakkan pada bagian timur agar memiliki lokasi jual yang tinggi dan mudah terlihat dari jalan raya. Karena masa bangunan ini berfungsi sebagai area komersil.
Terdapat Connecting bridge Sebagai pengkoneksi masa bangunan sanggar dengan gerai agar jalur sirkulasi lebih memudahkan pengguna.
Pada bangunan sanggar di lantai 3 terdapat foodcourt agar mendapat view terbatik ke dalam tapak dan kearah kampung palbatu.
HASIL GUBAHAN MASA
Masa bangunan pusat kebudayaan batik dibuat sedemikian mungkin agar terlihat dinamis dan mengutamakan ruang-ruang terbuka bagi para pengrajin dan pengujung untuk berinteraksi sosial.
4.5.4 Struktur
Sistem stuktur ruang dalam Pusat Kebudayaan Batik ini tidak terlalu rumit dikarenakan oleh ketinggian bangunan 3 lantai dan masih dapat menggunakan struktur rangka yang terdiri dari kolom dan balok. Pola yang digunakan pola grid dengan bentang 6 meter dan trave 6 meter. Adapun luasan kolom yang digunakan adalah 1600 cm2 dengan dimensi yang berbeda-beda. Berikut contoh modul dan kolom yang digunakan:
111
Gambar 4.80 Modul 6x6 meter dengan kolom 20x80 cm
4.5.5 Utilitas
Sistem utilitas adalah segala sistem yang bersifat penunjang pada bangunan. Sistem utlitas tersebut terdiri dari:
1. Air Bersih dan Kotor
Gambar 4.81 Utilitas Air Bersih
Air bersih pada bangunan dan kawasan memiliki sumber dari PAM kemudian akan di salurkan ke dalam bangunan menggunakan pompa. Berikut ini adalah analisa mengenai kebutuhan air pada bangunan meliputi kebutuhan air hydrant dan air bersih.
Tabel 4.11 Analisa Kebutuhan Air
KEBUTUHAN AIR HYDRANT
∑Hydrant : L.Bangunan x 2 /800 ∑Hydrant: 9680 x 2 / 800 = 24
Vol Tangki Hydrant:
∑Hydrant x 18 x 30 Liter
Vol Tangki Hydrant: 24 x 18 x 30 Liter = 12.960 Liter KEBUTUHAN AIR BERSIH
Kebutuhan air bersih : L.Bangunan : 5
Kebutuhan air bersih : 9680/5 = 1936 Liter
Total Kebutuhan Air 12.960 + 1936 = 14.896 Liter
Volume tangki bawah tanah : 40% x Total Kebutuhan Air
Volume tangki bawah tanah :
5958
Volume tangki atas : 15% x Total Kebutuhan Air
Volume tangki atas :
2234
Air kotor pada bangunan berasal dari WC/KM dan juga limbah tekstil dari Sanggar batik. Air kotor tersebut akan dibuang ke riol kota.
113
2. Listrik
Listrik di bangunan ini memiliki sumber dari PLN. Mengenai jaringan listrik dalam bangunan akan dijelaskan dalam diagram berikut ini:
Gambar 4.83 Diagram utilitas listrik
4.6 Hasil Desain
Berikut akan dijelaskan kesimpulan dari bangunan Pusat Kebudayaan Batik yang di rancang berdasarkan teori Creative Strategies forImproving Economy Vitality.
Tabel 4.12 Kesimpulan
Facility Centric Method
No Strategi Penerapan
1
Arts-oriented incubator
Menciptakan lapangan bisnis seni yang spesifik atau ruang murah dan layanan untuk mendukung seni, budaya, atau kreatifitas praktisi
Area Komersil
Terdiri dari tenant - tenant untuk gerai batik yang berfungsi sebagai sarana jual-beli barang seni yang berhubungan dengan batik
115
Facility Centric Method
No Strategi Penerapan
2
Districs live-work projects
Menciptakan kawasan seni, budaya, hiburan, sejarah atau pelestarian budaya dan memberikan dukungan ekonomi atau kemudahan peraturan untuk ruang hunian yang memiliki fungsi komersial bagi praktisi kreatif
Ruang Komunal
Area dimana dapat terjadi komunikasi dan interaksi sosial antara seniman atau pengrajin dengan masyarakat sekitar dan pengunjung
3
Urban design & Reuse
Menerapkan penggunaan kembali situs atau bangunan yang ada untuk seni dan budaya
Pemilihan Site
Menggunakan lahan kosong yang masih dalam satu lingkup kawasan
People-Oriented Approach
No Strategi Bentuk Aplikasi
1
Promotion of assets
Mempromosikan budaya dengan tujuan menarik investasi ekonomi dan pekerja terampil
Area Galeri Permanen
Sebuah area pameran permanen yang menunjukkan koleksi batik di jakarta dan di palbatu
117
2
Economic or Job Cluster
Menciptakan kawasan ekonomi atau pekerjaan sesuai dengan kegiatan kreatif, termasuk menghubungkan bisnis-bisnis dengan bisnis noncultural
Area Foodcourt / Restaurant
Tenant-tenant yang menjual makanan khas budaya jakarta yang dapat menarik pengunjung untuk datang
3
Education
Memberikan pelatihan,
pengembangan profesional, atau kegiatan lain untuk seni, budaya, atau pengusaha kreatif
Area Edukasi
Terdiri dari ruang-ruang kelas atau sanggar dimana terdapat fasilitas untuk mengajar dan belajar mengenai batik
Program-Based Approach
No Strategi Bentuk Aplikasi
1
Development
Mempromosikan pengembangan
masyarakat melalui kebijakan seni, budaya atau kreatif
Area Hunian
Difungsikan sebagai tempat menginap sementara untuk para seniman ataupun wisatawan
2
Events
Menggunakan perayaan atau festival untuk mengenalkan budaya suatu masyarakat atau komunitas
Akses Jalan
Bangunan terdapat dilokasi yang terhubung langsung pada kampung batik sehingga jalan dapat terintegrasi saat ada acara besar
3
Public Art
Mendukung pameran-pameran seni publik yang bersifat sementara atau permanen
Area Galeri Temporer
Sebuah area pameran temporer dan non- temporer sebagai sarana publikasi kepada masyarakat dan pengunjung
119
Branding
Mengembangkan elemen visual yang
mengkomunikasikan karakter
4 masyarakat, menggunakan pengembangan logo dan desain grafis untuk periklanan, pemasaran, dan mempromosikan komunitas
Konsep Bangunan
Mengangkat konsep batik betawi sebagai unsur utama dalam konsep fasad bangunan agar dapat menjadi pencitraan kawasan.