• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS. keterikatan. Hal ini memaksa manusia perlu berkomunikasi yang menentukan. kelangsungan dan mencapai tujuan hidupnya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS. keterikatan. Hal ini memaksa manusia perlu berkomunikasi yang menentukan. kelangsungan dan mencapai tujuan hidupnya."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. Komunikasi

II.1.1. Pengertian Komunikasi

Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari hubungan satu sama lain, baik terhadap sesama maupun lingkungan di sekitarnya. Manusia ingin mengetahui apa yang terjadi di lingkungannya dan menunjukkan saling keterikatan. Hal ini memaksa manusia perlu berkomunikasi yang menentukan kelangsungan dan mencapai tujuan hidupnya.

Komunikasi adalah hal yang paling wajar dalam pola tindakan manusia, tetapi juga paling komplit dan rumit. Bagaimana tidak, komunikasi sudah berlangsung sejak manusia lahir, dilakukan secara wajar dan leluasa seperti halnya bernafas, namun ketika harus membujuk, membuat tulisan, mengemukakan pikiran dan menginginkan orang lain bertindak sesuai dengan harapan kita, barulah disadari bahwa komunikasi adalah sesuatu yang sulit dan berbelit-belit.

Dalam mendefinisikan atau menafsirkan komunikasi juga terjadi kesulitan. Kesulitan ini muncul karena konsep komunikasi itu sendiri adalah sesuatu yang abstrak dan mempunyai berbagai makna. Kesulitan lainnya karena makna komunikasi yang digunakan sehari-hari berbeda-beda dengan penggunaan komunikasi yang dimaksud oleh para ahli komunikasi untuk kepentingan ilmuwan.

Sejak tahun empat puluhan atau tepatnya era 1930-1960, definisi-definisi mengenai komunikasi telah banyak diungkap, ketika itu para ahli di Amerika

(2)

Serikat mulai merasakan kebutuhan akan “Science of Communication” di antaranya adalah Carl I hovland, seorang sarjana psikologi yang menaruh perhatian pada perubahan sikap. Menurutnya, ilmu komunikasi adalah suatu usaha yang sistematis untuk merumuskan secara tegas azas-azas dan atas dasar azas-azas tersebut disampaikan informasi serta dibentuk pendapat dan sikap (a systematic attempt to formulate in rigorous fashion the principles by which information is transmitted and opinions and attitudes are formed). Adapun mengenai komunikasinya sendiri, Hovland merumuskan sebagai “proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain (komunikan).

Sedangkan Wilbur Schramm, seorang ahli Linguistik, mengatakan communication berasal dari kata Latin communis yang artinya common atau sama. Jadi menurut Schramm jika kita mengadakan komunikasi dengan suatu pihak, maka kita menyatakan gagasan kita untuk memperoleh commones dengan pihak lain mengenai suatu objek tertentu (Purba, 2006:29).

Everett M Rogers mengemukakan bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Definisi kemudian dikembangkan oleh Rogers bersama D Lawrence Kincaid, sehingga melahirkan suatu definisi baru yang menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam (Cangara, 2005:19).

(3)

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan berupa lambang-lambang dengan satu pihak dalam membentuk serta merubah perilaku pihak lain sehingga mencapai saling pengertian yang dikehendaki.

II.1.2. Ruang Lingkup Komunikasi

Mempelajari dan menelaah komunikasi sangatlah luas ruang lingkup dan dimensinya. Oleh karena itu klasifikasi atau jenis-jenis komunikasi dapat dilihat berdasarkan konteksnya sebagai berikut :

Komponen Komunikasi 1. Komunikator (communicator) 2. Pesan (message) 3. Media (media) 4. Komunikan (communicant) 5. Efek (effect) Proses Komunikasi

1. Komunikasi secara primer yang berlangsung secara tatap muka atau langsung antara komunikator dan komunikan, adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang/simbol (bahasa, isyarat, gambar, warna, gesture) sebagai media.

2. Komunikasi secara sekunder atau disebut juga komunikasi tidak langsung, biasanya melalui media seperti telepon, surat, telefax, radio, tv dan media lainnya.

Bentuk/Tatanan Komunikasi

(4)

1. Komunikasi Pribadi (personal communication)

− Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication)

Komunikasi antar pribadi adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka.

− Komunikasi intra pribadi (intrapersonal communication)

Komunikasi dengan diri sendiri merupakan proses komunikasi yang terjadi dalam diri individu. Terjadinya proses komunikasi di sini karena adanya seseorang yang memberi arti terhadap sesuatu obyek yang diamatinya. Obyek dalam hal ini bisa saja berbentu bentuk, kejadian, alam, pengalaman atau peristiwa, yang terjadi di luar dalam diri seseorang.

2. Komunikasi Kelompok (group communication)

− Komunikasi kelompok kecil (small group communication) a. Ceramah (lecture)

b. Forum c. Simposium d. Diskusi panel e. Seminar

f. Curah saran (brainstorming)

− Komunikasi kelompok besar (large group communication/public speaking) 3. Komunikasi organisasi (organization communication)

4. Komunikasi massa (mass communication)

− Komunikasi massa cetak (printed mass communication) a. Surat kabar c. Buku, dll. b. Majalah

(5)

− Komunikasi massa elektronik (electronic mass communication)

a. Radio c. Film, dll.

b. Televisi

Sifat Komunikasi

Berdasarkan sifatnya maka komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Komunikasi verbal (verbal communication) a. Komunikasi lisan (oral communication) b. Komunikasi tulisan (written communication) 2. Komunikasi nonverbal (nonverbal communication)

a. Komunikasi kial (gestural/body communication) b. Komunikasi gambar (pictorial communication) 3. Komunikasi tatap muka (face to face communication) 4. Komunikasi bermedia (mediated communication)

Tujuan Komunikasi

Berdasarkan tujuannya, komunikasi terbagi empat, yaitu : 1. Untuk mengubah sikap (to change the attitude)

2. Untuk mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion) 3. Untuk mengubah perilaku (to change the behavior)

4. Untuk mengubah masyarakat (to change the society) Fungsi Komunikasi

(6)

2. Mendidik (to educated) 3. Menghibur (to entertain) 4. Mempengaruhi (to influence)

Metode Komunikasi

Kata metode berasal dari bahasa Inggris, artinya rangkaian yang

sistematis. Metode komunikasi berarti kegiatan-kegiatan yang terorganisasi yang meliputi :

1. Komunikasi informatif (informative communication) 2. Komunikasi persuasif (persuasive communication) 3. Komunikasi pervasif (perpasive communication) 4. Komunikasi koersif (coersive communication) 5. Komunikasi instruktif (instructive communication) 6. Hubungan manusiawi (human relations)

Model Komunikasi

1. Komunikasi satu tahap (one step communication) 2. Komunikasi dua tahap (two step communication) 3. Komunikasi banyak tahap (multi step communication)

(7)

Bidang Komunikasi

Berdasarkan bidangnya komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Komunikasi sosial (social communication)

2. Komunikasi organisasional/manajemen (organizational/management communication).

3. Komunikasi bisnis (business communication) 4. Komunikasi politik (political communication)

5. Komunikasi internasional (international communication) 6. Komunikasi antarbudaya (intercultural communication) 7. Komunikasi pembangunan (development communication) 8. Komunikasi tradisional (traditional communication) 9. Komunikasi lingkungan (environmental communication)

Teknik Komunikasi

Teknik berasal dari kata “technicon” bahasa Yunani, yang berarti keterampilan. Berdasarkan keterampilan komunikasi maka teknik komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Jurnalistik (journalism)

2. Hubungan masyarakat (public relations) 3. Periklanan (advertising)

4. Propaganda

(8)

Efek komunikasi

Ada beberapa efek komunikasi, yaitu :

1. Menciptakan persepsi tentang dunia di sekitar kita

Persepsi dunia kita berhubungan dengan dunia luar dan gambaran di kepala kita yang mendeskripsikan hubungan antara situasi (scene) dan tindakan (orang, tempat, tindakan dan seluruh fenomena yang mungkin ada), persepsi terhadap situasi tindakan dan respon berdasarkan persepsi.

2. Menentukan agenda

Diambil dari ide Walter Lippman tentang dampak media yang menyangkut apa yang kita pikirkan tentang sesuatu (apa yang kita ketahui tentang sesuatu) dan apa yang kita pikirkan (opini dan perasaan kita) sehingga ada dua konsep dalam penentuan agenda dalam Public Relations yaitu :

a). Issue salience (keutamaan dan penetrasi isu terhadap audien atau seberapa baikkah isu itu beresonansi dengan masing-masing publik.

b). Cognitive priming (pengalaman personal dan hubungan seseorang dengan isu) 3. Penyebaran informasi dan inovasi

Teori penyebaran informasi dan teori inovasi menyangkut ide-ide atau inovasi, lebih mudah diadopsi oleh audiens apabila lebih menguntungkan daripada situasi sekarang, kompatibel dengan pengalaman sebelumnya dan aspek situasi lainnya, sederhana, mudah dicoba, dan mudah diamati melalui hasil yang kelihatan.

4. Mendefinisikan dukungan sosial.

Dukungan sosial sesuai dengan teori spiral keheningan (Spiral of Silence) yaitu orang akan merespon fiksi dan realitas dengan cara yang sama kuatnya dan

(9)

dalam banyak kasus mereka membantu menciptakan fiksi yang kemudian mereka tanggapi.

II.1.3. Komunikasi Model Lasswell

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan pada tahun 1948 oleh Harold D Lasswell yaitu dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: “Who Says What in Which Channel to Whom With What Effect?”.

Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik (paradigmatic question) Lasswell ini merupakan unsur-unsur proses komunikasi, yaitu :

1. Who (Siapa): Komunikator; orang yang menyampaikan pesan.

2. Says What (Mengatakan Apa): Pesan; informasi yang dikirimkan dengan didukung lambang-lambang.

3. In Which Channel (Melalui Apa): Media; alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak.

4. To Whom (Kepada Siapa): Komunikan; orang yang menerima pesan.

5. With What Effect (Apa Akibatnya): Efek yang ditimbulkan untuk mengetahui berhasil tidaknya komunikasi yang diinginkan.

Dengan berpolakan paradigma Laswell itu, komunikasi didefinisikan sebagai “proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui suatu media yang menimbulkan efek” (Effendy, 2002:54). Laswell mengemukakan tiga fungsi komunikasi yaitu: pertama, pengawasan lingkungan-yang mengingatkan anggota-anggota masyarakat akan bahaya dan peluang dalam

(10)

lingkungan; kedua, korelasi berbagai bagian terpisah dalam masyarakat yang merespon lingkungan; dan ketiga, transmisi warisan sosial dari suatu generasi ke generasi lainnya. Selain itu, Laswell mengakui bahwa tidak semua komunikasi bersifat dua arah, dengan suatu aliran yang lancar dan umpan balik yang terjadi antara pengirim dan penerima. Dalam suatu masyarakat yang kompleks, banyak informasi disaring oleh pengendali pesan-editor, penyensor atau propagandis, yang menerima informasi dan menyampaikannya kepada publik dengan beberapa perubahan atau penyimpangan (Mulyana, 2002:136).

II.2. Opini Publik

Pengertian opini di kalangan ahli komunikasi belum didapati adanya kesepakatan yang pasti. Orang lebih mudah untuk mengamati efek dan bentuk yang ditimbulkannya daripada mendefinisikannya.

Opini berasal dari bahasa Latin, yaitu opinari yang berarti berpikir atau menduga. Opinion sendiri mengandung akar kata onis yang berarti harapan. Dalam bahasa Inggris, opinion berhubungan erat dengan kata option dan hope yang berasal dari bahasa Latin optio yang artinya pilihan atau harapan (Kasali, 1994:16).

Menurut Albig, opini berupa reaksi pertama di mana orang mempunyai rasa ragu-ragu dengan sesuatu, yang lain dari kebiasaan, ketidakcocokkan, dan adanya perubahan penilaian. Unsur-unsur ini mendorong orang untuk saling mempertahankannya (Sunarjo, 1984:31).

Latar belakang seseorang seperti agama, ekonomi, pendidikan, kebudayaan, dan lain-lain, memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap cara

(11)

berpikir seseorang dan opini yang akan dinyatakannya tidak akan terlepas juga dari hal tersebut. Karena pembentukan opini ada yang berdasarkan fakta, emosi, sentimen, harapan, keyakinan, pengalaman, agama dan latar belakang budaya, maka opini publik tidak selalu rasional dan sering kali bersifat subjektif.

Abelson menyebutkan unsur-unsur yang merupakan molekul dari opini, yaitu belief (kepercayaan tentang sesuatu), attitude (apa yang sebenarnya dirasakan seseorang), dan perception (persepsi) (Kasali, 1994:20).

Akar dari opini sebenarnya tidak lain adalah persepsi. Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita dan proses tersebut akan mempengaruhi perilaku kita. Persepsi ditentukan oleh faktor-faktor latar belakang budaya, pengalaman masa lalu, nilai-nilai yang dianut, dan berita-berita yang berkembang. Komponen ini sepertinya memberikan suatu rekaman di benak seseorang dan siap diputar di kemudian hari bila ia berhadapan dengan stimuli tertentu. Stimuli yang masuk akan dicocokkan dengan rekaman yang ada untuk memberi suatu interpretasi.

Interpretasi ini melahirkan pendirian/sikap (attitude) seseorang yaitu apa yang sebenarnya dirasakan oleh seseorang. Sikap juga merupakan opini yang masih tersembunyi di dalam hati seseorang. Sikap adalah suatu hal yang mempelajari mengenai seluruh tendensi tindakan, baik yang menguntungkan maupun yang kurang menguntungkan, tujuan manusia, objek, gagasan, atau situasi. Sikap mempunyai 3 komponen pembentuk yang secara sederhana dikenal sebagai cognition (pengertian), affect (perasaan/emosi), dan behaviour (perilaku).

(12)

Sikap yang diungkapkan dalam bentuk apapun (verbal, bahasa tubuh, simbol, raut wajah, ekspresi, warna pakaian yang dipakai, ruangan, dan waktu yang disediakan untuk bertemu), disebut opini (Kasali, 1994:23).

Nimmo (1978) mengemukakan bahwa opini adalah suatu respon yang aktif terhadap suatu stimulus, di mana respon yang dikonstruksikan melalui interpretasi pribadi yang berkembang daripada menyumbang image (Nasution, 1990:91). Setiap opini mencerminkan suatu kumpulan yang lengkap yang terdiri dari tiga komponen yaitu keyakinan, nilai-nilai dan ekspetasi.

Opini adalah respon yang diberikan seseorang yaitu komunikan kepada komunikator yang sebelumnya telah memberi stimulus berupa pertanyaan. Selama opini merupakan opini seseorang (individual opinion), tidak akan menimbulkan permasalahan. Permasalahan akan timbul apabila opini itu menjadi opini publik, menyangkut orang banyak karena berkaitan dengan kepentingan orang banyak.

Opini itu sendiri tidak memiliki tingkatan atau strata, namun mempunyai arah), antara lain:

1. Opini positif, jika opini yang ditampilkan secara eksplisit dan implisit mendukung obyek opini (individu memberikan pernyataan setuju).

2. Opini netral, apabila opini yang ditampilkan tidak memihak atau jika individu memberikan pernyataan ragu-ragu.

3. Opini negatif, jika opini yang ditampilkan secara eksplisit dan implisit menolak atau mencela obyek opini (individu memberikan pernyataan tidak setuju).

(13)

Auguste Comte, yang mendapat julukan sebagai bapak Sosiologi juga menaruh perhatian yang besar terhadap Opini Publik, kendati lebih memberikan arti dalam bentuk peranannya. Ia berpendapat, bahwa hari depan Negara dengan peningkatan pengaruh akan merupakan ajang dari Opini Publik. Dengan kata lain, bahwa tingkah laku kehidupan kenegaraan akan sangat dipengaruhi oleh tingkah laku Opini Publik.

Menurut Emil Devivat, karakteristik dari opini publik adalah : 1. Opini publik harus memiliki arah dan intensitas.

2. Bahwa opini publik itu menyangkut tentang suatu hal yang orang tidak sepakat (kontraversi).

3. Mempunyai volume (besaran), dimana kontraversi yang dimaksud tidak hanya mengenai orang yang menjadi bagian dari suatu sengketa melainkan juga orang yang berada jauh di luar sengketa tersebut.

4. Mempunyai sifat menetap (persisten), tidak dapat dipastikan berapa lama suatu kontraversi itu bertahan (Sunarjo, 1984:30).

Berdasarkan karakteristik di atas maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik utama dari opini adalah :

a. mempunyai arah c. Stabil

b. mempunyai isi informasi (content) d. Mempunyai intensitas

Publik adalah kumpulan orang-orang yang sama minat dan kepentingannya (interest) terhadap suatu isu dan bersifat lebih stabil. Publik ditandai oleh adanya sesuatu isu yang dihadapi dan dibicarakan oleh kelompok kepentingan yang dimaksud, yang menghasilkan opini mengenai isu tersebut, kemudian publik bersifat kontroversial dan di dalamnya terdapat proses diskusi.

(14)

Opini publik melukiskan kelompok manusia yang berkumpul secara spontan dengan syarat :

a. Dihadapkan pada suatu persoalan.

b. Berbeda pendapat tentang persoalan tersebut dan berusaha untuk menanggulangi persoalannya.

c. Sebagai akibat dari keinginan mengadakan diskusi dan mencari jalan keluar.

Welch dan Comer (1975) membuat definisi opini publik sebagai suatu opini yang menyangkut isu atau kejadian yang mengundang keprihatinan (concern) publik (Nasution, 1990:95).

Masih banyak ahli ilmu-ilmu sosial yang memberikan batasan pengertian terhadap opini Publik. Beberapa ahli yang mengkhususkan studi di bidang tersebut antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut : Leonard W. Doob yang sering dikutip oleh para ahli, mengemukakan : “..Publik opinion refers to people’s attitudes on an issue when they are members of the same sosial group”.

Leonard W. Doob selanjutnya memberi pegangan-pegangan dalam meneliti opini publik. Suatu opini publik dianggap kompeten atau mampu memenuhi syarat opini publik dalam arti khas apabila :

a. Fakta yang dipakai sebagai tolak ukur perumusan opini publik, yaitu adanya unsur “penilaian baik dan buruk” dari masyarakat.

b. Penggunaan fakta justru suatu sikap diambil karena tidak berdasarkan fakta, sampai pada suatu kesimpulan atau kesepakatan mengenai tindakan yang harus diambil untuk memecahkan suatu persoalan tertentu yang dihadapinya.

(15)

c. Syarat-syarat sebagai opini publik dalam arti khas itu dapat ditinjau dari fakta, nilai-nilai, opini publik, dan kompetensinya.

Dalam hubungan ini Leonard W. Doob mengemukakan pula batas-batas kemampuan opini publik antara lain :

a. Perhatian orang terhadap suatu masalah itu sangat bergantung pada pengetahuan dan pendidikannya masing-masing.

b. Kebijaksanaan tergantung juga dari penilaian serta seleksi publik terhadap fakta dan nilainya sendiri.

c. Pada kenyataannya bahwa setiap persoalan (masalah) mempunyai banyak segi sehingga untuk hal-hal yang kompeten yang menimpa masyarakat luas, opini publik yang kompeten itu terdiri dari banyak publik.

Tidak adanya standar atau ukuran dalam penyelesaian masalah terlebih masalah sosial di mana setiap masalah mempunyai ciri khas tersendiri. Hal ini tergantung pada mental, pengalaman, perasaan, kebudayaan, dan ide yang telah tersebar dalam masyarakat. (http//digilib.petra.ac.id)

Doob disini memberi tekanan kepada sikap (attitude) sebagai sesuatu yang bernilai psikologis terhadap sesuatu isu, manakala mereka (dalam arti “people”) menjadi anggota dari kelompok sosial yang sama. Lalu Doob mempertanyakan, kelompok mana yang terlibat, isu yang mana yang terlibat dan mengapa masyarakat memberi respon terhadap isu tersebut.

Secara historis istilah sikap (attitude) digunakan pertama kali oleh Herbert Spencer (1862) yang pada saat itu diartikan olehnya sebagai status mental seseorang. Di masa-masa awal itu pula penggunaan konsep sikap sering dikaitkan dengan konsep mengenai postur fisik atau posisi tubuh seseorang.

(16)

(http://markbiz.wordpress.com). Sikap dapat diekspresikan dengan berbagai cara, dengan kata-kata yang berbeda.

Tipe publik

Ada empat tipe publik menurut Grunig & Repper (1992) dalam bukunya “Strategic Management, public and issues”, yaitu :

1. All issue publics, bersikap aktif dalam berbagai isu.

2. Apathetic publics, tidak memperhatikan atau tidak aktif terhadap semua isu. 3. Single issue publics, aktif pada satu atau sejumlah isu terbatas.

4. Hot issue publics, baru aktif setelah semua media mengekspos hampir semua orang dan isu menjadi topik sosial yang diperbincangkan secara luas.

Gambar 3

Proses Pembentukan Opini Publik Faktor Penentu

- Latar belakang budaya

- Pengalaman masa lalu Persepsi Opini Konsensus Opini Publik - Nilai-nilai yang dianut

- Berita yang berkembang - Cognation Sikap - Affect

- Behaviour Sumber : (Ruslan, 1997:56)

Dalam bagan proses pembentukan opini di atas, digambarkan bagaimana persepsi seseorang yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, pengalaman masa lalu, nilai-nilai yang dianut dan berita yang sedang berkembang. Pada akhirnya membentuk opini publik. Proses inilah yang akan melahirkan suatu intrepretasi atau pendirian seseorang dan pada akhirnya akan terbentuknya opini publik, yang nantinya apakah bersifat mendukung, menentang atau berlawanan.

(17)

menjadi suatu konsensus (kesepakatan), dan terkristalisasi jika masyarakat dalam kelompok tertentu mempunyai kesamaan hingga nantinya akan terbentuk opini publik. Maka dapat disimpulkan bahwa persepsi dan sikap adalah dua faktor yang membentuk sebuah opini individu, karena apabila persepsi masih ada dipikiran manusia, sedangkan sikap berakhir dengan kecenderungan berperilaku, dimana masing-masing memiliki proses yang melatar belakangi pembentukannya, maka keduanya apabila diungkapkan akan menjadi opini.

Sikap individu terhadap opini. 1. Orientasi

Orientasi individual mencakup persepsi terhadap isu atau objek dalam lingkungan dan persepsi orang lain yang signifikan terhadap isu atau objek yang sama. Model orientasi menyangkut masalah penilaian terhadap objek berdasarkan pengalaman dengan sumber nilai, yaitu :

a) Kemenonjolan (salience), yaitu perasaan tentang suatu objek yang berasal dari pengalaman individu dari situasi sebelumnya.

b) Relevansi (pertinence) yaitu nilai relatif dari sebuah objek berdasarkan perbandingan objek dengan objek berdasarkan atribut yang sama.

c) Sikap adalah predisposisi atau preferensi lintas situasional berkenaan dengan sebuah objek yang berhubngan dengan empat komponen : kerangka referensi evaluatif (nilai dan kepentingan), kognisi (pengetahuan dan keyakinan), afektif (perasaan) dan kecenderungan, dan niat perilaku (cognation).

(18)

2. Koorientasi

Individu itu berada dalam keadaan koorientasi ketika dua atau lebih orientasi individu mengarah pada isu atau objek yang sama. Model koorientasi mencakup tahapan Konstruk Intrapersonal, yaitu :

a) Congruention, sejauhmana pandangan seseorang sesuai dengan perkiraannya tentang pandangan orang lain mengenai isu yang sama.

b) Kesepakatan (agreement), sejauhmana dua orang atau lebih memberikan evaluasi yang sama terhadap sebuah isu yang menjadi perhatian bersama. c) Pemahaman (understanding), mengukur kemiripan dalam definisi dari dua

orang atau lebih.

3. Konsensus Koorientasi a. Konsensus monolitik

Merupakan tingkat kesepakatan aktual yang tinggi yang secara akurat dikenali oleh mereka yang terlibat.

b. Konsensus semu

Ketidaksepakatan aktual tetapi mayoritas mereka yang terlibat didalamnya beranggapan bahwa mereka semua sepakat.

c. Konsensus penuh

Serangkaian pemahaman timbal balik yang terus menerus antar anggota dari kelompok yang membahas isu tersebut.

Secara sederhana opini publik merupakan kegiatan untuk mengungkapkan atau menyampaikan apa yang diyakini, dinilai dan diharapkan oleh seseorang pada masyarakat tertentu untuk kepentingan mereka dari situasi tertentu (isu diharapkan dapat menguntungkan pribadi atau kelompok).

(19)

Dalam praktik di lapangan, menurut Emory S. Bogardus, terdapat beberapa pengertian tentang opini publik, antara lain yaitu :

1. Personal opinion (opini personal)

Opini berdasarkan penafsiran individu atau setiap orang akan berbeda pandangannya terhadap suatu masalah.

2. Private opinion (opini pribadi)

Opini ini merupakan landasan bagi opini personal, karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari opini pribadi.

3. Group opinion (opini kelompok)

Opini kelompok ini, terbagi menjadi opini mayoritas dan opini minoritas. Opini kelompok ini mendekati dengan opini publik.

4. Coalition opinion (opini koalisi)

Opini ini adalah penggabungan dari beberapa kelompok opini minoritas dan menjadi opini mayoritas. Penggabungan opini tersebut dinamakan opini koalisi.

5. Concersus opinion (opini konsensus)

Opini ini melalui suatu proses perundingan untuk mencapai kesepakatan bersama (konsensus), dan merupakan opini terbentuk opini mayoritas berdasarkan kesepakatan bersama (dealing).

6. General opinion (opini umum)

Bentuk opini ini bersifat pendapat umum, yang berakar dari nilai-nilai yang berkembang dan berlaku di masyarakat/kelompok tertentu berdasarkan adat istiadat, kebiasaan, kebudayaan dan norma-norma yang dianut oleh masyarakat yang bersangkutan (Ruslan, 1997:63).

(20)

Bernard Hennessey dalam bukunya yang berjudul Pendapat Umum (Olii, 2007:20) mengemukakan lima faktor pendapat umum (opini publik), yaitu : adanya isu (Presence of an issue), harus ada kelompok yang dikenal dan berkepentingan dengan persoalan itu (Nature of publics), pilihan yang sulit (Complex of preferences), mengacu pada totalitas opini para anggota masyarakat tentang suatu isu, suatu pernyataan atau opini (Expression of opinion), berbagai pernyataan bertumpuk sekitar isu dan jumlah orang terlibat (Number of persons involved), opini publik adalah besarnya (size) masyarakat yang menaruh perhatian terhadap isu.

Pendekatan prinsip terhadap kajian opini publik dapat dibagi menjadi 4 kategori, yaitu :

1. Pengukuran kuantitatif terhadap distribusi opini.

2. Penelitian terhadap hubungan internal antara opini individu yang membentuk opini publik pada suatu permasalahan.

3. Deskripsi tentang atau analisis terhadap peran publik dari opini publik. 4. Kajian baik terhadap media komunikasi yang memunculkan gagasan yang

menjadi dasar opini maupun terhadap penggunaan media oleh pelaku propaganda dan manipulasi.

Opini publik merupakan sebuah proses, ia tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan melewati beberapa tahap. Ferdinand Tonnies mengemukakan ada 3 tahap pembentukan opini publik, yaitu :

1. Luftarting adalah opini publik laksana uap di mana dalam tahap ini perkembangannya masih terombang-ambing mencari bentuk yang nyata. Disebut juga sebagai tahap semerawut atau the stage of brain storming.

(21)

2. Flussig yaitu mempunyai seperti air, opini publik ini sudah mempunyai bentuk yang nyata tapi masih dapat disalurkan melalui saluran kehendak. Tahap ini pembicaraan sudah mulai terarah, mulai membentuk pemikiran yang jelas dan menyatu atau disebut juga the stage of consolidation.

3. Frestig adalah opini publik yang sudah kuat dan tidak mudah berubah. Pada tahap ini pendapat sudah kuat dan bulat di antara kelompok atau disebut juga the solid stage (Sunarjo, 1984:28).

Opini publik sebagai suatu kesatuan pernyataan tentang suatu hal yang bersifat kontroversial, merupakan suatu penilaian sosial. Oleh karena itu, maka pada opini publik melekat beberapa kekuatan yang sangat diperhatikan, yaitu :

- Opini publik dapat menjadi suatu hukuman sosial terhadap orang atau sekelompok orang yang terkena hukuman tersebut. Hukuman sosial menimpa seseorang atau sekelompok orang dalam bentuk rasa malu, rasa dikucilkan, rasa dijauhi, rasa rendah diri, rasa tak berarti lagi dalam masyarakat, menimbulkan frustasi sehingga putus asa, dan malu lalu bunuh diri atau mengundurkan diri dari jabatannya.

- Opini publik sebagai pendukung bagi kelangsungan berlakunya norma sopan santun dan susila, baik antara yang muda dengan yang lebih tua maupun antara yang muda dengan sesamanya.

- Opini publik dapat mempertahankan eksistensi suatu lembaga dan bahkan dapat juga menghancurkan suatu lembaga.

- Opini publik dapat mempertahankan atau menghancurkan suatu kebudayaan.

(22)

II.3. Teori Pertimbangan Sosial (Social Judgment Theory)

Teori pertimbangan sosial merupakan salah satu bagian dari teori tentang perubahan sikap, di mana suatu hasil perubahan mengenai bagaimana orang-orang merasa menjadi suatu objek dan bukannya hasil perubahan dalam mempercayai suatu objek. Teori ini menjelaskan bahwa manusia dapat menciptakan perubahan dalam sikap individu jika mau memahami struktur yang menyangkut sikap orang lain dan membuat pendekatan setidaknya untuk dapat mengubah ancaman.

Teori ini dikembangkan oleh Muzafer Sherif, seorang psikolog dari Oklahoma University AS (Barker, 1987). Secara ringkas teori ini menyatakan bahwa perubahan sikap seseorang terhadap objek sosial dan isu tertentu merupakan hasil proses pertimbangan (judgement) yang terjadi dalam diri orang tersebut terhadap pokok persoalan yang dihadapi.

Proses ”mempertimbangkan” isu atau objek sosial tersebut menurut Sherif berpedoman pada kerangka rujukan (reference points) yang dimiliki seseorang. Kerangka rujukan inilah untuk menentukan bagaimana seseorang memposisikan suatu pesan persuasif yang diterimanya. Lebih jauh Sherif menegaskan bahwa tindakan memposisikan dan menyeleksi pesan yang dilakukan oleh alam bawah sadar kita terjadi sesaat setelah proses persepsi.

Teori ini menganut pendekatan yang lebih bersifat kognitif tentang perubahan sikap. Teori ini memberikan penekanan pada persepsi dan pertimbangan individu tentang objek, orang, atau ide yang dievaluasinya.

Menurut teori ini, perubahan sikap merupakan suatu penafsiran kembali atau pendefinisian kembali terhadap objek. Sikap dijelaskan sebagai suatu daerah posisi dalam suatu skala, yang mencakup :

(23)

a. Ruang gerak penerimaan (latitude of acceptance).

Adalah rangkaian posisi sikap diterima atau ditolerir oleh individu. b. Ruang gerak penolakan (latitude of rejection).

Adalah rangkaian posisi sikap yang tidak dapat diterima oleh individu. c. Ruang gerak tidak pasti (latitude of non-commitment)

Adalah posisi-posisi yang tidak termasuk dalam dua ruang tersebut. Jadi individu tidak menerima, tetapi juga tidak menolak.

Interaksi antara ruang gerak inilah yang akan menentukan sikap individu terhadap pernyataan-pernyataan tertentu dalam situasi tertentu. Kalau pernyataan itu jatuh pada ruang gerak penerimaan, maka individu akan setuju dengan pernyataan itu. Jika pernyataan itu jatuh ke ruang gerak penolakan, individu tersebut akan tidak menyetujuinya

Perubahan sikap menurut teori ini terjadi jika informasi pembujukan jatuh di dalam atau berdekatan dengan ruang gerak penerimaan seseorang. Sikap akan berubah sesuai dengan arah isi informasi yang disampaikan. Posisi yang ditawarkan dalam informasi pembujukan terserap (assimilated) ke dalam posisi penerima sendiri. Sebaliknya, jika informasi pembujukan jatuh dalam ruang gerak penolakan, sikap penerima tidak akan berubah atau berubah berlawanan arah dari isi informasi yang disampaikan. Posisi yang ditawarkan bertentangan (contrasted) dengan sikap dan posisi penerima.

Proses perubahan sikap bergantung kepada keteguhan individu dalam berpegang pada suatu nilai atau pandangan. Apabila individu berpegangan pada pandangan yang ekstrim dalam suatu hal, maka ruang gerak penerimaannya adalah sempit. Oleh karena itu, kemungkinan terjadinya perubahan sikap bagi

(24)

individu bersangkutan adalah kecil. Sebaliknya, individu yang tidak ekstrim berpegang pada suatu pandangan, memiliki ruang gerak penerimaan yang luas pula. Semakin luas ruang gerak penerimaan seseorang, semakin besar pula kemungkinan terjadi perubahan sikap pada individu yang bersangkutan.

Dalam teori ini juga dijelaskan adanya dua macam efek yang timbul akibat proses menilai atau mempertimbangkan pesan yakni efek asimilasi (assimilation effect) dan efek kontras (contrast effect). Efek asimilasi terjadi ketika seseorang menempatkan sebuah pesan persuasif dalam rentang penerimaan dan pesan-pesan tersebut mendekati pernyataan pedoman (kerangka rujukan) yang ada. Karena pesan tersebut mendekati pernyatan pedoman, maka pesan tersebut akan diasimilasi atau dianggap mirip dengan pedoman yang ada dan dijadikan satu kelompok. Asimilasi ini merupakan efek gelang karet, dimana setiap pernyataan baru dapat ”ditarik” mendekati pernyatan pedoman sehingga tampak menjadi lebih dapat diterima daripada keadaan sebenarnya. Orang yang menjadi sasaran persuasi akan menilai pesan atau pernyataan tersebut tampak sejalan dengan pedomannya. Pernyataan yang berada dalam rentang penolakan akan tampak semakin berbeda (kontras) dan bertentangan dengan pernyataan pedoman meskipun sebenarnya perbedaan tersebut tidak terlalu jauh. Karena kita memperbesar perbedaan maka sebuah pesan yang seolah-olah bertentangan sepenuhnya dengan pedoman yang ada. Akhirnya pesan tersebut kita tolak.

Menurut Goldstein (1980), teori pertimbangan sosial bermanfaat dalam mengkaji kesan ketidakcocokan antara posisi yang ditawarkan dan posisi awal dari penerima. Menurut beliau, teori ini sebenarnya lebih banyak menjelaskan

(25)

tentang penyimpangan-penyimpangan dari posisi yang ditawarkan daripada tentang perubahan sikap.

Teori ini memprediksikan argumen-argumen yang akan diterima serta ditolak oleh khalayak. Manusia selalu membandingkan sesuatu yang dianjurkan dalam sebuah pesan dengan sikap awal sebagai titik pedoman dalam menilai sesuatu yang kemudian akan menentukan apakah anjuran tersebut diterima atau tidak.

Untuk menentukan pilihan pro atau kontra masyarakat selalu melewati tahapan pertimbangan. Dalam menyeleksi sebuah pesan atau informasi yang masuk, masyarakat mempertimbangkannya terlebih dahulu untuk mengeluarkan pendapatnya untuk menerima atau menolak informasi tersebut.

II.4. Kebudayaan

Kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta buddhayah yang merupakan kata jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal (Koentjaraningrat, 2003:73). Culture mempunyai kesamaan arti dengan kebudayaan yang berasal dari kata lain colere yang artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani. Culture diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam (Koentjaraningrat, 2003:74).

Dalam pengertian sehari-hari, istilah kebudayaan sering diartikan sama dengan kesenian, terutama seni suara dan seni tari. Akan tetapi apabila istilah kebudayaan diartikan menurut ilmu-ilmu sosial, maka kesenian merupakan salah satu bagian saja dari kebudayaan. Kebudayaan itu sangat kompleks, yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan

(26)

kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain, kebudayaan mencakup semua hal yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif. Artinya, mencakup segala cara-cara atau pola-pola berpikir, merasakan dan bertindak (Soekanto, 2004:172-173).

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, kebudayaan adalah sebagai semua hasil karya, rasa, cipta dan karsa masyarakat.

a. Karya, masyarakat menghasilkan material culture seperti teknologi dan karya-karya kebendaan atau budaya materi yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai dan menundukkan alam sekitarnya, sehingga produk dari budaya materi dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

b. Rasa adalah spiritual culture, meliputi unsur mental dan kejiwaan manusia. Rasa menghasilkan kaidah-kaidah, nilai-nilai sosial, hukum, dan norma sosial atau yang disebut dengan pranata sosial. Apa yang dihasilkan rasa digunakan untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan.

c. Cipta merupakan immaterial culture, yaitu bukan budaya spiritual culture yang menghasilkan pranata sosial namun cipta yang menghasilkan gagasan, berbagai teori, wawasan, dan semacamnya yang bermanfaat bagi masyarakat.

d. Karsa adalah kemampuan untuk menempatkan karya, rasa dan cipta, pada tempatnya agar sesuai dengan kegunaan dan kepentingannya bagi seluruh masyarakat (Bungin, 2006:52).

(27)

Gambar 4

Unsur-unsur Kebudayaan

Menurut C. Kluckhohn ada tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu : 1. Bahasa

2. Sistem pengetahuan 3. Organisasi sosial

4. Sistem peralatan hidup dan teknologi 5. Sistem mata pencarian hidup 6. Sistem religi

(28)

Empat Wujud Kebudayaan : (1) nilai-nilai budaya, (2) sistem budaya, (3) sistem sosial,

(4) himpunan unsur-unsur kebudayaan fisik (Koentjaraningrat, 2003:82) Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1. IDEAS (gagasan) merupakan wujud ideal kebudayaan, adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

2. ACTIVITIES (aktivitas/tindakan), adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.

(29)

3. ARTIFACTS (Artefak/karya), wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan (Koentjaraningrat, 2003:74).

Referensi

Dokumen terkait

Ibu yang melahirkan bayi dengan berat ≥ 3000 gram memiliki rata-rata konsumsi energi lebih besar dari pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat 2500-2999 gram, yaitu sebesar

a) Tanggung jawab pribadi terhadap tugas, yaitu individu yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi kan selalu bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dan selalu

Kondisi dasar kolom ditentukan setelah suhu dan tekanan yang membentuk keseimbangan pada reboiler parsial ditentukan terlebih dahulu... Jika dimungkinkan, operasikan kolom pada

Berdasarkan deskripsi teori-teori yang ada dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan suatu cara yang dimiliki oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi sekelompok

a) Asimilasi, terjadi ketika individu mengadopsi norma budaya yang dominan atau tuan rumah melebihi budaya asli mereka. Proses asimilasi yang terjadi pada mahasiswa muslim

Mengingat pentingnya ball handling dalam meningkatkan keterampilan dasar bola voli, untuk itu sangat dibutuhkan bentuk latihan yang dapat meningkatkan kemampuan

Model Stimulasi Kecerdasan Visual Spasial Dan Kecerdasan Kinestetik Anak Usia Dini Melalui Metode Kindergarten Watching Siaga Bencana Gempa Bumi Di Paud

Kesulitan lain yang ditemukan adalah kemampuan dalam mengembangkan indikator pencapaian kompetensi; materi yang disusun hanya dari buku guru saja; sulit mencapai