• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 MASA SIDANG I TAHUN SIDANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 MASA SIDANG I TAHUN SIDANG"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

Nomor : DPD.220/SP/5/2013

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

--- RISALAH

SIDANG PARIPURNA KE-5

MASA SIDANG I TAHUN SIDANG 2013 – 2014

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

I. KETERANGAN

1. Hari : Selasa

2. Tanggal : 1 Oktober 2013

3. Waktu : WIB – Selesai

4. Tempat : Gedung Nusantara V 5. Pimpinan Sidang : Pimpinan DPD

1. H. Irman Gusman, S.E., M.B.A. (Ketua) 2. Dr. Laode Ida (Wakil Ketua)

3. GKR. Hemas (Wakil Ketua)

6. Sekretaris Sidang : Sekretaris Jenderal DPD (Drs. Djamhur Hidayat) 7. Panitera : Kepala Biro Persidangan II (Ir. Sefti Ramsiaty, M.M.) 8. Acara : Pengesahan pimpinan Alat Kelengkapan DPD RI,

pimpinan Kelompok DPD di MPR, dan keanggotaan Panmus DPD RI.

9. Hadir : Orang

10. Tidak hadir : Orang

(2)

PIMPINAN SIDANG : GKR. HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI) Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Mohon maaf bisa kita mulai untuk Anggota DPD menempati tempat duduknya masing-masing. Bapak-Ibu sekalian, untuk mengawali Sidang Paripurna ini tentu saya selalu bersyukur kehadirat Allah SWT. Bapak dan Ibu serta Pimpinan BPK beserta jajaran dan para hadirin, tamu undangan.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Salam sejahtera bagi kita semua.

Om swastiastu.

Sebelum memasuki Sidang Paripurna Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, marilah kita menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Dan, kepada Anggota Dewan Perwakilan Daerah serta seluruh hadirin dimohon untuk berdiri.

PEMBICARA : PADUAN SUARA

Hiduplah Indonesia Raya… Indonesia tanah airku. Tanah tumpah darahku. Di sanalah aku berdiri. Jadi pandu ibuku.

Indonesia kebangsaanku. Bangsa dan Tanah Airku. Marilah kita berseru. Indonesia bersatu. Hiduplah tanahku. Hiduplah negeriku.

Bangsaku rakyatku semuanya. Bangunlah jiwanya.

Bangunlah badannya. Untuk Indonesia Raya. Indonesia Raya. Merdeka merdeka.

Tanahku negeriku yang kucinta. Indonesia Raya.

Merdeka Merdeka. Hiduplah Indonesia Raya. Indonesia Raya.

Merdeka Merdeka.

Tanahku negeriku yang kucinta.

(3)

Indonesia Raya. Merdeka Merdeka. Hiduplah Indonesia Raya.

PIMPINAN SIDANG : GKR. HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)

Kami persilakan untuk duduk kembali. Bapak dan Ibu sekalian.

Hadirin yang berbahagia.

Pada siang hari ini berdasarkan dari catatan daftar hadir yang disampaikan oleh Sekretariat Jenderal sudah berjumlah 68 Anggota DPD dan telah menandatangani daftar. Dengan demikian, sidang telah memenuhi syarat untuk dibuka. Dengan mengucapkan

Bismillahirrahmanirrahim, Sidang Paripurna ke-5 Dewan Perwakilan Daerah Republik

Indonesia kami buka dan dinyatakan terbuka untuk umum.

Sidang Dewan yang mulia, sesuai dengan jadwal acara, Sidang Paripurna ini mempunyai tiga agenda pokok, yaitu: 1) penyampaian iktisar hasil pemeriksaan semester 1 tahun 2013 dan penyerahan laporan hasil pemeriksaan BPK RI; 2) laporan perkembangan pelaksanaan tugas masing-masing alat kelengkapan DPD RI; 3) pengesahan keputusan DPD RI.

Yang terhormat Saudara Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Badan Pemeriksa Keuangan, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, serta hadirin yang saya hormati, sebelum memasuki agenda sidang, kami ingin menyampaikan bahwa tadi pagi kita telah bersama-sama menyelenggarakan Sidang Paripurna dalam rangka Hari Ulang Tahun Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia ke-9 yang juga dihadiri oleh para pimpinan lembaga negara. Semoga di usia ke-9 ini DPD RI dapat semakin meningkatkan perhatiannya kepada negara dan bangsa serta memberikan kontribusinya dalam membangun kehidupan bernegara yang demokratis. Ke depan kita juga berharap agar segala tantangan, hambatan, pekerjaan rumah dapat kita hadapi dan kita selesaikan sehingga kita bisa berbuat lebih baik lagi untuk bangsa dan negara ini. Kami sampaikan pula bahwa dalam ruang Sidang Paripurna ini telah hadir para pejabat Pemerintah Daerah dan DPRD dari Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kami mohon berdiri. Kemudian, dari Provinsi Sumatera Utara. Mohon berdiri, ada di belakang kita semua. Kemudian, ada dari Provinsi Bengkulu. Kemudian, ada dari Provinsi Kalimantan Barat. Serta, panitia pemekaran untuk menyaksikan pengambilan keputusan pandangan dan pendapat DPD RI terhadap aspirasi masyarakat tentang pembentukan daerah otonomi baru kabupaten keempat provinsi tersebut.

Sidang Dewan yang mulia, marilah kita memasuki agenda penyampaian ikhtisar hasil pemeriksaan semester 1 tahun 2013. Penyerahan laporan hasil pemeriksaan BPK RI dilakukan untuk memenuhi ketentuan Pasal 23e ayat (2) dan (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 serta Pasal 224 Ayat (1) huruf G Undang-Undang No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Untuk mengawalinya, kami persilakan Saudara Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia untuk menyampaikan sambutan atau penjelasan atas hasil pemeriksaan semester 1 tahun 2013 yang telah dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. Kami persilakan.

(4)

PEMBICARA : HADI POERNOMO (KETUA BPK RI) Bismillahirrahmanirrahim.

Pertama-tama, kami dan Wakil Ketua BPK, beserta para anggota dan seluruh staf BPK RI mengucapkan Selamat Ulang Tahun yang ke-9 bagi kawan-kawan kita DPD RI yang tadi meriah sekali dan baru sekali ini kami melihat kebahagiaan yang lebih dari biasanya. Jarang tumpeng lebih dari satu, tetapi ini tiga. Baik, ini luar biasa ya. Selamat ya, Bu.

Bismillahirrahmanirrahim

Yang terhormat Pimpinan Sidang Ibu Gusti Kanjeng Ratu Hemas selaku Wakil Ketua DPD RI, yang kami hormati para Anggota DPD RI, yang kami hormati Bapak Wakil Ketua BPK beserta para Anggota dan staf, yang kami hormati dan kami banggakan seluruh Anggota DPRD dari Sabang sampai Merauke yang hadir pada siang hari ini, dari Bengkulu, Pontianak, Kalsel, yang semuanya pasti sering berhubungan kontak dengan BPK perwakilan di daerah masing-masing. Untuk itu, kami ucapkan selamat datang, serta hadirin sekalian yang saya muliakan.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Selamat siang dan salam sejahtera bagi kita semua.

Om swastiastu.

Pertama-tama, marilah kita bersama-sama memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Mahakuasa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga pada hari ini kita dapat menghadiri Sidang Paripurna DPD RI yang mulia ini dalam rangka penyerahan ikhtisar hasil pemeriksaan semester pertama tahun 2013. Memenuhi mandat UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya, hari ini BPK menyerahkan IHPS dan LHP semester pertama tahun 2013 kepada DPD. Penyerahan IHPS dan LHP kepada rakyat melalui wakil-wakilnya di DPD bertujuan untuk memberikan informasi menyeluruh mengenai hasil pemeriksaan BPK atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dalam kurun waktu satu semester.

Pimpinan sidang dan hadirin yang kami muliakan, pada semester pertama tahun 2013 BPK memprioritaskan pemeriksaannya pada pemeriksaan LKPP (Laporan Keuangan Pemerintah Pusat) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) karena bersifat

mandatory audit yang harus dilaksanakan oleh BPK. Namun, tetap melakukan tetap

melaksanakan pemeriksaan kinerja dan fungsi dengan tujuan tertentu atau PDTT yang telah direncanakan. Selama semester pertama tahun 2013, BPK telah memeriksa 597 objek pemeriksaan yang terdiri dari 519 objek pemeriksaan keuangan 9 objek pemeriksaan kinerja, dan 69 objek pemeriksaan dengan tujuan tertentu atau PDTT. Hasil pemeriksaan BPK mengungkapkan sebanyak 13.969 kasus kelemahan sistem pengendalian intern dan ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan senilai 56,98 triliun dan jumlah tersebut sebanyak 4.589 kasus senilai 10,74 triliun merupakan temuan ketidakpatuhan yang mengakibatkan kerugian, potensi kerugian, dan kekurangan penerimaan. Rekomendasi BPK terhadap kasus-kasus tersebut, antara lain berupa penyerahan aset dan atau penyetoran uang ke kas negara, daerah, atau perusahaan. Ada pun sebanyak 5.747 kasus merupakan kelemahan SPI, sebanyak 2.854 penyimpangan administrasi, dan sebanyak 779 kasus senilai 46,24 triliun merupakan temuan ketidakhematan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan. Rekomendasi BPK atas kasus tersebut adalah perbaikan SPI dan atau administratif dan atau korektif lainnya. Selama pemeriksaan entitas yang diperiksa telah menindaklanjuti temuan ketidakpatuhan yang mengakibatkan kerugian, potensi kerugian, dan kekurangan penerimaan dengan penyerahan aset dan atau penyetoran uang ke kas negara, daerah, atau perusahaan senilai 372,4 miliar. Jelas sekali jumlah ini masih sangat kecil dibandingkan dengan temuan BPK. Oleh karena itu, terhadap kasus ketidakpatuhan yang mengakibatkan kerugian, potensi

(5)

kerugian, dan kekurangan penerimaan dengan nilai sebesar 10,74 triliun tersebut dan kasus ketidakhematan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan dengan nilai 46,24 triliun perlu mendapat perhatian Pimpinan dan Anggota DPR RI, DPD RI, untuk mengawasi dan mendorong penyelesaian tindak lanjutnya. Pengawasan dari DPD sangat diperlukan agar entitas segera menindaklanjuti rekomendasi BPK atas temuan yang bernilai besar sehingga tidak terjadi kerugian negara yang lebih besar. Selain itu, melalui pengawasan dari DPD diharapkan bisa dicari upaya-upaya preventif selain yang telah direkomendasikan BPK agar temuan yang selalu terjadi secara berulang- ulang tidak terjadi lagi di waktu yang akan datang.

Pimpinan Sidang dan hadirin sekalian yang saya muliakan, dalam semester 1 tahun 2013, BPK telah memeriksa LK tahun 2012 dan LKPP, yaitu LKPP 92 laporan keuangan kementerian negara dan lembaga, 415 LKPD, serta 6 laporan keuangan badan lainnya termasuk Bank Indonesia dan lembaga penjamin simpanan. Selain itu, BPK juga memeriksa laporan keuangan badan pengusahaan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas Batam atau BP Batam dan 4 LKPD tahun anggaran 2011. Dalam pemeriksaan tersebut, BPK memberikan opini WDP (Wajar dengan Pengecualian) atas tahun 2012 sama dengan opini tahun 2011, 2010, dan 2009. Opini WDP diberikan terhadap LKPP tahun 2012 karena BPK masih menemukan permasalahan-permasalahan yang merupakan bagian dari kelemahan pengendalian intern dan ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan. Selain LKPP, BPK juga memeriksa laporan keuangan tiap-tiap kementerian, lembagaan negara, dan lembaga pemerintah nonkementerian. Pada semester pertama tahun 2013, BPK telah memeriksa 92 LKKL tahun 2012. Dalam pemeriksaan tersebut, BPK memberikan opini WTP atas 68 LKKL. Opini WDP atas 22 LKKL, dan TMP pada 2 LKKL. Sementara itu, terhadap LK BP Batam tahun 2011, BPK memberikan opini TMP (Tidak Memberikan Pendapat). Secara umum, hasil pemeriksaan LKKL dari tahun 2008 s.d. 2012 menunjukkan kemajuan yang cukup signifikan yang dapat dilihat dari perolehan opini WTP yang semakin meningkat. Tahun 2008, 34 entitas menjadi 68 entitas di tahun 2012. Secara lengkap, BPK sudah menyampaikan hasil pemeriksaan atas LKPP dan LKKL kepada DPD RI tanggal 28 Mei 2013. Pada pemeriksaan atas LKPD sampai dengan semester pertama tahun 2013, opini LKPD baru diberikan kepada 415 LKPD tahun 2012. Hal itu disebabkan beberapa pemerintah daerah terlambat menyerahkan kepada BPK untuk diperiksa. Terhadap 415 LKPD tahun 2012, BPK memberikan opini WTP atas 113 entitas, WDP 267 entitas, TW 4 entitas, dan TMP atas 31 entitas. Selain itu, pada semester pertama tahun 2013, BPK juga telah menyelesaikan LHP atas 4 LKPD tahun 2011 yang laporan keuangannya baru diserahkan oleh entitas pada BPK pada akhir semester 2 tahun 2012. Terhadap 4 LKPP tahun 2011 tersebut, BPK memberikan opini TMP. Hasil pemeriksaan atas LKPD menunjukan peningkatan jumlah entitas yang memperoleh opini WTP. Tahun 2008, LKPD yang memperoleh opini WTP 13 entitas dari 485 entitas atau 3%. Pada tahun 2011, yang memperoleh opini WTP sudah sebanyak 67 dari 524 entitas atau 13%. Pada tahun 2012, semakin tertambah baik menjadi 113 entitas dari 415 entitas atau 27%.

LKPD tahun 2012 yang tidak memperoleh opini WTP pada umumnya karena masih mempunyai permasalahan, antara lain aset tetap belum dilakukan iventarisasi dan penilaian penatausahaan, penatausahaan kas tidak sesuai dengan ketentuan penatausahaan, persediaan tidak memadai, dan pertanggungjawaban belanja hibah, belanja barang dan jasa, belanja pegawai, dan belanja modal tidak sesuai dengan ketentuan. Hasil pemeriksaan keuangan atas LKKL dan LKPD pada semester 1 pada tahun 2013 menunjukkan perbaikan kualitas penyajian laporan keuangan dibanding semester 1 tahun 2012. Perbaikan opini tersebut, antara lain disebabkan entitas telah menindaklanjuti rekomendasi BPK.

Pimpinan Sidang dan hadirin yang saya muliakan, dalam semester 1 tahun 2013, BPK telah melakukan pemeriksaan kinerja atas sembilan objek pemeriksaan di lingkungan

(6)

pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, dan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Hasil pemeriksaan tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga tema, yaitu pengelolaan utang negara, penyelenggaraan ibadah haji, dan kinerja bidang lainnya. Dalam pemeriksaan kinerja atas pengelolaan utang negara, BPK mencatat sejak tahun 1970, saldo utang negara dari tahun ke tahun semakin meningkat. Sampai dengan tahun 1998, pemerintahan hanya memiliki utang-utang pinjaman luar negeri. Baru sejak 1999, pemerintah memiliki utang dalam negeri. Dalam periode 2000 sampai dengan 2011, porsi utang dalam negeri lebih besar dibandingkan dengan pinjaman luar negeri. Dalam periode 2007 – 2011, jumlah utang negara terus meningkat dari semula 1.385,55 triliun, tahun 2007 menjadi 1.804,37 triliun pada tahun 2011. Pemerintah secara bertahap mengurangi pinjaman luar negeri sehingga porsi surat berharga negara (PSBN) dari keseluruhan utang semakin besar. Saldo SBN per 31 Desember 2007 senilai 799,19 triliun atau 57,68% menyingkat menjadi 1.183,08 triliun atau 65,57 dari total utang negara per 31 Desember tahun 2011.

Untuk mengetahui kinerja pemerintah dalam mengelola utang negara, BPK melakukan pemeriksaan kinerja dengan tujuan untuk menilai apakah kerangka kerja ekonomi makro, pengelolaan utang negara telah didesain dan dilaksanakan secara efektif untuk menjaga kesinambungan fiskal, apakah strategi pengelolaan utang negara telah didesain dan dilaksanakan secara efektif untuk menjaga kesinambungan fiskal. Hasil pemeriksaan kinerja menunjukan bahwa desain dalam pelaksanaan kerangka kerja ekonomi makro pengelolaan utang negara periode 2010 – 2012 belum efektif untuk menjaga kesinambungan fiskal.

Terdapat tiga hal yang berpengaruh secara signifikan atas efektivitas kerangka ekonomi makro pengelolaan utang negara. Ketiga hal tersebut: 1) belum adanya dasar hukum pengelolaan kewajiban kontinjen; 2) belum seluruh unsur-unsur kesinambungan fiskal dipertimbangkan dalam penyusunan APBN; 3) Belum adanya kerangka kerja penyelarasan aset dan utang yang dikelola otoritas fiskal dan moneter.

Sementara itu, desain dan pelaksanaan strategi pengelolaan utang negara telah efektif untuk menjaga kesinambungan fiskal. Namun demikian, BPK masih menemukan permasalahan yang perlu diperbaiki dalam desain dan pelaksanaan strategi pengelolaan utang negara, di antaranya: 1) strategi pengelolaan utang jangka menengah belum komprehensif dan review strategi yang bersifat kualitatif belum dilakukan; 2) pemerintah belum mendokumentasikan seluruh faktor yang mempengaruhi keputusan penetapan owners

estimate surat utang negara (OE SUN), tetapi memiliki pedoman teknis penerapan struktur

portofolio atau rata-rata biaya riil yang ditanggung pemerintah dalam pelaksanaan pinjaman atau penerbitan obligasi dan kupon/imbalan SBN ritel; 3) pemerintah belum memiliki kerangka kerja penyelarasan aset dan utang dan neraca pemerintah pusat; 4) pemerintah belum memiliki strategi dan kebijakan yang memadai untuk mempertahankan kepemilikan individu pada SBN ritel dan mengembangkan pasaran surat berharga syariah negara atau sukuk negara.

Dalam pemeriksaan kinerja bidang lainnya, BPK antara lain memeriksa pengelolaan kegiatan penyediaan jasa akses Pusat Layanan Internet Kecamatan atau PLIK oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. BPK memberikan penghargaan atas upaya pemerintah dalam pemerataan akses komunikasi melalui kegiatan PLIK. Namun demikian, BPK masih menemukan permasalahan dalam pengelolaan kegiatan penyediaan jasa akses PLIK. Permasalahan tersebut: 1) pembangunan jasa akses PLIK tidak dirancang dengan perencanaan yang baik dan belum didukung dengan kebijakan yang jelas; 2) pelaksanaan kegiatan PLIK belum efektif dalam mendukung pencapaian tujuan jasa akses PLIK; 3) pelaksanaan monitoring dan evaluasi oleh balai penyedia dan pengelolaan pembiayaan telekomunikasi dan informatika (BP3TI) atas kegiatan penyediaan jasa akses PLIK belum memadai.

(7)

BPK juga menemukan perencanaan pembangunan jasa akses PLIK tidak dirancang dan didukung dengan kebijakan yang jelas, dan komprehensif. Hal tersebut antara lain mengakibatkan pelaksanaan kegiatan penyediaan layanan jasa PLIK kurang terarah, kurang berjalan dengan baik, dan berpotensi gagal. Dalam arti, PLIK terlambat beroperasi, tidak beroperasi walaupun terpaksa, beroperasi namun tidak bermanfaat bagi masyarakat. BPK melihat pelaksanaan kegiatan PLIK lebih ditekankan untuk tujuan penyerapan anggaran daripada hasil dan manfaat yang ingin dicapai.

Pimpinan Sidang dan hadirin sekalian yang saya muliakan, dalam semester pertama 2013, BPK telah melakukan PDTT atas 69 objek yang meliputi pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, dan BLUD. Cakupan pemeriksaan atas 69 objek pemeriksaan tersebut adalah senilai 365,18 triliun atau sekitar 47,80% dari realisasi anggaran senilai 763,88 triliun. Hasil PDTT dikelompokan dalam enam tema, yakni pengelolaan pendapatan dan pelaksanaan belanja; 2) pengelolaan program perluasan akses dan peningkatan mutu sekolah menengah pertama atau SMP; 3) penyelenggaraan ujian nasional tingkat pendidikan dasar dan pendidikan menengah tahun 2012 dan 2013; 4) pengelolaan dana Pekan Olahraga Nasional ke-18 tahun 2012; 5) pelaksanaan subsidi dan operasional BUMN; 6) pemeriksaan dengan tujuan tertentu lainnya.

Hasil PDTT semester pertama tahun 2013 mengungkapkan 1.213 kasus yang terdiri: 375 kasus kelemahan SPI, 838 kasus ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan senilai 49,11 triliun. Dari total kasus temuan PDTT tersebut, sebanyak 467 kasus senilai 4,08 triliun merupakan temuan yang berdampak finansial, yaitu temuan ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang mengakibatkan kerugian, potensi kerugian, dan kekurangan penerimaan.

Dalam menunjang Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun yang bermutu dan merata Kemdikbud antara lain melaksanakan kegiatan program perluasan akses dan peningkatan mutu TA 2010 dan 2011. BPK telah memeriksa pengelolaan program perluasan akses dan peningkatan mutu SMP TA 2011. Hasil pemeriksaan antara lain menunjukkan adanya kerugian negara/daerah sebanyak 12 kasus senilai 21,23 miliar. Selain itu, BPK juga menemukan keterlambatan penyaluran dana BOS SMP tahun anggaran 2010 senilai 73,03 miliar dari rekening tim manajemen BOS ke rekening sekolah pada 3o kabupaten dan kota selama 1 hari s.d. 167 hari dan keterlambatan penyaluran dana BOS SMP tahun anggaran 2011 senilai 350,21 miliar dari rekening kas umum daerah ke rekening sekolah pada 53 kabupaten dan kota selama 1 s.d. 253 hari. Permasalahan tersebut mengakibatkan dana BOS TA 2010 tahun 2011 tidak dapat segera dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan operasional dan berpotensi digunakan tidak sesuai ketentuan. BPK juga menemukan hasil pembangunan yang bersumber dari dana block grant dan DAK pendidikan tahun 2010 dan 2011 senilai 10,67 miliar digunakan tidak sesuai dengan peruntukannya. Hal tersebut, antara lain ruang laboratorium IPA digunakan untuk kegiatan belajar mengajar, bangunan ruang kelas baru atau RKB digunakan untuk ruang kantor kepala sekolah, dan ruang guru, ruang perpustakaan digunakan untuk tempat tinggal guru, serta ruang dan bimbingan konseling.

Pemeriksaan kinerja atas penyelenggaraan Ujian Nasional (UN), BPK menemukan beberapa kelemahan signifikan yang harus diperbaiki. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya kerugiaan negara sebanyak 14 kasus senilai 37,55 miliar. Dari jumlah tersebut telah ditindaklanjuti dengan penyetoran uang ke kas negara senilai 17 miliar. Selain itu, dalam tahap perencanaan terdapat beberapa kelemahan, antara lain: 1) anggaran disusun hanya berdasarkan pengalaman tahun lalu tanpa mendasarkan dokumen pendukung yang lengkap dan tanpa dasar perhitungan; 2) dua, perhitungan kebutuhan dana tidak di dukung dengan dasar yang cukup dan jumlah siswa yang tidak jelas; 3) terdapat kegiatan-kegiatan yang dianggarkan untuk penyelenggaraan UN tidak melalui analis, analisa, biaya, dan manfaat yang akurat; 4) rencana anggaran biaya UN yang disusun tidak pernah disosialisasikan dan di

(8)

sampaikan kepada penyelenggara UN baik di tingkat provinsi kabupaten dan kota maupun satuan pendidikan; 5) adanya usulan anggaran UN tahun 2012 – 2013 yang berubah-ubah sehingga DIPA Balitbang terlambat disahkan. Permasalahan tersebut antara lain mengakibatkan anggaran tidak dapat dicairkan karena masih diblokir; penyelenggara UN tingkat provinsi dan kabupaten/kota menyusun RAB tanpa panduan penggunaan dana dan tidak mengetahui kegiatan yang telah didanai oleh penyelenggara pusat; pelaksanaan penyelenggaraan UN di tingkat provinsi, kabupaten/kota; dan satuan pendidikan tidak sesuai dengan RAB yang disusun serta pekerjaan pencetakan dan pendistribusian naskah soal dan lembar jawaban UN terlambat diselesaikan.

Dalam semester 1 Tahun 2013, BPK telah melakukan pemeriksaan atas subsidi dan kewajiban pelayanan umum atau PSU terhadap sepuluh entitas di lingkungan BUMN, yaitu subsidi energi pupuk, beras, dan PSU. BPK telah mengoreksi perhitungan subsidi dan PSU senilai 9,03 triliun sehingga total subsidi PSU yang harus di bayar pemerintah turun semula 378,32 triliun menjadi 369,29 triliun. Pemerintah telah membayar subsidi PSU senilai 331,26 triliun sehingga pemerintah masih mempunyai kewajiban membayar subsidi senilai 38,03 triliun. Koreksi yang telah dilakukan BPK antara lain terhadap subsidi energi pupuk, beras, dan PSU. Koreksi atas subsidi dilakukan antara lain terhadap unsur-unsur biaya yang tidak dapat dibebankan menurut ketentuan perundang-undangan serta besaran volume dan nilai subsidi. Nilai koreksi perhitungan subsidi atau PSU yang dilakukan BPK semakin meningkat dari tahun ke tahun terutama dalam tiga tahun terakhir. Pada tahun 2009, koreksi BPK atas perhitungan subsidi senilai 2,41 triliun. Tahun 2010, BPK mengoreksi perhitungan subsidi PSU yang dilakukan BUMN senilai 1,63 triliun. Kemudian, meningkat menjadi 2,57 triliun tahun 2011. Tahun 2012 menjadi 9,03 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa BPK telah membantu pemerintah menghemat pengeluaran subsidi PSU pada tahun 2009 – 2012 senilai 15,44 triliun.

Selain koreksi perhitungan subsidi, hasil pemeriksaan atas pelaksanaan subsidi, PT PLN juga mengungkapkan adanya subsidi senilai 44,61 triliun yang diberikan kepada golongan tarif pelanggan menengah, pelanggan besar, pelanggan khusus antara lain mal maupun gedung-gedung bertingkat yang tidak sesuai dengan tujuan pemberian subsidi sehingga pemberian subsidi listrik menjadi tidak tepat sasaran. Kasus ketidakefektifan tersebut terjadi antara lain karena pemerintah juga menetapkan penggolongan tarif dasar listrik tidak mengacu kepada tujuan pemberian subsidi dalam APBN dan pemerintah tidak konsisten dalam menerapkan kebijakan subsidi dalam APBN tahun anggaran 2011 dan 2012. Terhadap kasus tersebut, BPK telah merekomendasikan agar pemerintah melakukan peninjauan kembali kebijakan pemberian subsidi listrik sehingga subsidi listrik hanya diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan saja atau masyarakat yang layak mendapatkan.

Pimpinan sidang dan hadirin yang saya muliakan, selama periode 2009 sampai dengan semester pertama tahun 2013, BPK telah menyampaikan 193.600 rekomendasi senilai 73,27 triliun kepada entitas yang diperiksa. Dari jumlah tersebut, sebanyak 50,74% atau 98.277 rekomendasi senilai 24,16 triliun telah ditindaklanjuti sesuai rekomendasi dan diantaranya 13.095 rekomendasi senilai 2,35 triliun ditindaklanjuti pada periode semester pertama tahun 2013. Tindak lanjut atau atas rekomendasi BPK, antara lain penyerahan aset dan atau penyetoran ke kas negara, daerah, dan perusahaan. Secara kumulatif dari tahun 2009 sampai dengan semester pertama 2013 jumlahnya sebesar 15,17 triliun dan selama semester pertama tahun 2013 sebesar 1,2 triliun. Selama periode tahun 2003 sampai dengan semester pertama tahun 2013, BPK telah memantau kerugian negara atau daerah sebanyak 21.528 kasus senilai 9,9 triliun. Dari jumlah tersebut, kasus kerugian negara atau daerah yang terjadi semester pertama tahun 2013 adalah sebanyak 300 kasus senilai 39 miliar kasus. Perincian kasus kerugian negara, daerah, periode tahun 2003 sampai dengan 2013 semester pertama

(9)

berupa angsuran sebanyak 6.109 kasus senilai 285 miliar. Pelunasan sebanyak 8.381 kasus senilai kurang lebih 206 miliar dan sebanyak 104 kasus senilai kurang lebih 10 miliar telah diselesaikan melalui proses penghapusan. Selain itu, selama periode tahun 2003 sampai dengan semester satu 2013, BPK telah menyampaikan hasil pemeriksaan yang mengandung unsur pidana instansi yang berwenang sebanyak 425 temuan senilai 40,52 triliun. Di antaranya 42 temuan senilai 3,67 triliun disampaikan pada periode semester pertama tahun 2013. Dari 425 temuan tersebut, instansi yang berwenang telah menindaklanjuti 282 temuan atau 66,36% dan di antaranya sebanyak 88 temuan telah diputus di pengadilan.

Pimpinan sidang dan hadirin yang saya muliakan, demikianlah hal-hal yang dapat kami sampaikan pada Sidang Paripurna DPD yang terhormat ini. Kami berharap informasi yang kami sampaikan dari HPS dan LHP BPK semester pertama tahun 2013 dapat mendukung tugas dan wewenang DPD sesuai peraturan perundang-undangan. BPK selalu membuka diri kepada Pimpinan dan Anggota DPD untuk mendalami temuan-temuan yang telah kami sampaikan. Sesungguhnya efektivitas dari hasil pemeriksaan BPK adalah jika LHP-nya atau laporan hasil pemeriksaannya ditindaklanjuti oleh entitas yang diperiksa, salah satu pihak yang dapat mendorong efektivitas tindaklanjut tersebut adalah pengawasan yang intensif dari Pimpinan dan para Anggota DPD. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih atas kerja sama dan perhatian Pimpinan dan Anggota DPD yang terhormat.

Wabillahi taufik walhidayah.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Om shanti shanti shanti om.

PEMBICARA : MC

Dilanjutkan dengan penandatanganan dan penyerahan hasil pemeriksaan BPK. Mohon kepada yang terhormat Ketua DPD RI didampingi Seketaris Jenderal ... (tidak jelas, red.). Dilanjutkan dengan penyerahan hasil pemeriksaan BPK. Dipersilakan kembali ke tempat.

PIMPINAN SIDANG : GKR. HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)

Terima kasih kepada Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia hasil pemeriksaan semester satu tahun 2013 yang telah kami terima secara khusus kami akan pelajari dan tindak lanjuti melalui Komite IV sebagai Alat Kelengkapan DPD RI yang bertugas terkait dengan anggaran. Masukan tersebut akan menjadi bahan dalam penyusunan pertimbangan DPD RI atas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan APBN.

Hadirin sidang yang mulia, dari penjelasan Ketua BPK tadi kita mengetahui laporan pemeriksaan semester satu tahun 2013 ini memuat hasil pemantauan tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan dan hasil pemantauan penyelesaian kerugian negara dan daerah pada semester satu tahun 2013. BPK telah melaksanakan pemeriksaan atas 597 objek pemeriksaan. Dari jumlah tersebut di antaranya 519 objek pemeriksaan laporan keuangan di lingkungan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan badan lainnya. Dan, juga BPK telah melaksanakan pemeriksaan kinerja terhadap 9 objek pemeriksaan serta pemeriksaan dengan tujuan tertentu sebanyak 69 objek pemeriksaan. BPK juga telah mencatat sejumlah permasalahan signifikan yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah lembaga perwakilan dan seluruh pemangku kepentingan. Hasil pemeriksaan BPK tersebut perlu mendapatkan perhatian, antara lain karena temuan pemeriksaan terjadi secara berulang dari tahun ke tahun. Temuan pemeriksaan tersebut terjadi di banyak entitas serta hasil pemeriksaan diperkirakan memiliki implikasi luas bagi kepentingan masyarakat, baik untuk saat ini maupun masa mendatang. Dari hasil pemeriksaan, yang perlu mendapatkan perhatian pemangku kepentingan, antara lain sebagai berikut.

(10)

 Penyajian dan pengamanan aset tetap

 Kekurangan volume pekerjaan dan atau barang pada pengadaan barang dan jasa.  Pengelolaan utang negara.

 Pengelolaan program perluasan akses dan peningkatan mutu Sekolah Menengah Pertama

 Penyelenggaraan ujian nasional tingkat pendidikan dasar dan pendidikan menengah tahun 2012 dan 2013.

 Pelaksanaan subsidi atau kewajiban dan atau kewajiban pelayanan umum.

Dari 6 poin hasil pemeriksaan tersebut, Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia memberikan perhatian secara khusus terhadap pengelolaan program perluasan akses dan peningkatan mutu sekolah menengah pertama. Dalam hal ini, hasil pemeriksaan atas pengelolaan program tersebut tahun 2010 dan 2011, antara lain menunjukkan adanya kerugian negara atau daerah dan daerah sebanyak 12 kasus senilai 21,43 miliar. Di antaranya terdapat indikasi kerugian negara atau daerah dan daerah sebanyak 11 kasus senilai 17,68 miliar. Dari kasus-kasus kerugian negara dan kekurangan penerimaan tersebut telah ditindaklanjuti Kemendikbud dengan penyetoran senilai 761, 93 juta ke kas negara. Selain itu, terhadap hasil pemeriksaan atas penyelenggaraan ujian nasional tingkat pendidikan dasar dan pendidikan menengah tahun 2012 dan 2013 yang menunjukkan adanya kerugian negara sebanyak 14 kasus senilai 37,55 miliar. Di antaranya terdapat indikasi kerugiaan negara sebanyak 7 kasus senilai 13,21 miliar. Dari jumlah tersebut, telah ditindaklanjuti dengan penyetoran uang ke kas negara senilai 17 miliar rupiah.

Kasus penyimpangan keuangan negara yang terjadi di dunia pendidikan tersebut merupakan permasalahan serius dan perlu diminimalkan, bahkan dihilangkan. Perbaikan pengelolaan keuangan di dunia pendidikan Indonesia perlu terus dikawal secara bersama dalam meningkatkan mutu pendidikan ke depan. Harapan kita bersama peningkatan mutu pendidikan dapat menjadi modal dasar menciptakan masyarakat yang cerdas dan berdaya saing. Untuk mendukung upaya tersebut, Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia tentu akan terus berupaya mengoptimalkan pengawasan tata kelola keuangan negara dan daerah di bidang pendidikan dan bidang-bidang lain secara efisien dan efektif sehingga pemanfaatannya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dan daerah. Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi atas konsistensi, kerja sama selama ini.

Sekali lagi terima kasih dan semoga Tuhan meridhoi berbagai langkah kerja BPK dan DPD RI. Semoga kerja sama ini dapat terjalin lebih baik lagi sehingga dapat terselenggara pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara yang lebih baik lagi. Kita percaya bahwa setiap langkah kerja sama dan konsultasi seperti ini diatur dalam Undang-Undang yang aktualisasinya tentu juga berdasarkan Undang-Undang, bukan atas persepsi, apalagi interpretasi parsial masing-masing lembaga. Dengan cara bersama seperti inilah kita akan mampu mengangkat dan membedah hal-hal yang harus diperbaiki dalam penyelenggaraan negara yang kita cintai ini. Dalam upaya meningkatkan kerja sama antar DPR, DPD, DPRD, BPK, dan eksekutif, maka DPD sedang melakukan sinkronisasi peran DPR, DPD, DPRD, BPK, dan eksekutif dalam hal pengawasan pengelolaan keuangan negara. Untuk hal tersebut, salah satu kegiatannya akan dilakukan lokakarya pada tanggal 3 Oktober 2013. Sebelum melanjutkan agenda Sidang Paripurna ke-5 Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia ini dilanjutkan, maka kami mohon waktu beberapa saat guna mengantarkan saudara Ketua, Wakil Ketua, dan para Anggota Badan Pemeriksa Keuangan meninggalkan ruang sidang ini dengan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi.

Bapak dan Ibu sekalian yang terhormat, para Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia dan yang kami muliakan di sini hadir Gubernur NTT dan unsur Pemerintah Provinsi, dan juga Anggota DPRD-nya, serta unsur Pemda, dan presidium. Dan, yang saya hormati juga dari Provinsi Sumatera Utara, dari asisten provinsi, dan juga Ketua

(11)

DPRD, Bupati Asisten Pemerintahan Simalungun, dan unsur dari presidium. Juga hadir di sini ada tiga Provinsi Bengkulu, termasuk juga dari Sekda dan Kepala Biro Pemerintahan dan juga unsur dari Kabag Pemerintahan dan dari Kalimantan Barat ada dari unsur pemerintahan penataan daerah kemudian unsur dari Pemda tiga orang dan dari presidium 41 orang Bapak dan Ibu sekalian, tentu dalam kesempatan ini, sebagaimana tadi kita ikuti bersama bahwa kita telah menerima laporan ikhtisar hasil pemeriksaan semester satu tahun 2013 BPK RI. Berkenaan dengan itu, berdasarkan peraturan-peraturan tata tertib DPD RI perlu menugasi Komite IV dan Panitia Akuntabilitas Publik untuk membahas hasil pemeriksaan BPK tersebut. Untuk itu, dalam sidang yang mulia itu, kita perlu menugaskan Komite IV dan Panitia Akuntabilitas Publik guna membahas hasil pemeriksaan BPK dimaksud. Selanjutnya, sebagai bahan pembahasan, kami akan menyerahkan ikhtisar hasil pemeriksaan Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia semester satu tahun 2013 kepada Pimpinan Komite IV dan Panitia Akuntabilitas Publik sesuai dengan tugas konstitusional DPD. Dokumen BPK ini juga akan menjadi bahan bagi para Anggota DPD dalam menjalankan tugas-tugasnya di daerah yang mencakup penyerapan aspirasi dan fungsi pengawasan.

PEMBICARA : Dra. Hj. ELVIANA, M.Si. (KETUA KOMITE III)

Interupsi, Pimpinan. Elviana, B17.

PIMPINAN SIDANG : GKR. HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)

Silakan.

PEMBICARA : Dra. Hj. ELVIANA, M.Si. (KETUA KOMITE III)

Setelah kita ikuti laporan keuangan yang disampaikan BPK tadi, kami dari Komite III melihat mayoritas temuan tersebut adalah di bidang pendidikan. Dalam Sidang Paripurna di ruangan ini pernah kita sepakati bahwa akan ditinjau kembali untuk hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan, tidak hanya dibahas oleh Komite IV. Sebagai laporan kepada Pimpinan, selama kami di Komite III setiap tahun Komite III berkesimpulan dan menyampaikan laporan di Sidang Paripurna yang istimewa ini bahwa Komite III DPD atas nama DPD itu menolak pelaksanaan Ujian Nasional. Dan, dalam temuan ini ternyata penyimpangan itu 14 miliar lebih itu di bidang ujian nasional. Oleh sebab itu, dalam Sidang Paripurna ini kami minta kebijakan Pimpinan melalui rapat Panmus setelah ini meninjau kembali memberi kesempatan kepada Komite III DPD RI ikut melakukan pengawasan karena sekali lagi pengawasan fungsi DPD itu seperti Pasal 223 dan wewenangnya pada Pasal 224 Undang-Undang MD3 itu melekat kepada anggota. Demikian Pimpinan, terima kasih.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

PEMBICARA : ERMA SURYANI RANIK, SH. (KALBAR)

Interupsi, Pimpinan.

B-80, Erma Suryani Ranik.

PIMPINAN SIDANG : GKR. HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)

(12)

PEMBICARA : ERMA SURYANI RANIK, SH. (KALBAR)

Baik, terima kasih, Pimpinan.

Menanggapi dari interupsi Bu Elviana dari Jambi, Pimpinan, saya Anggota Komite IV, saya kira sudah tepat di tata tertib kita bahwa sudah diatur dengan jelas ketika mitra kerja kita adalah BPK itu adalah kewenangan dari Komite IV. Ini terkait soal keuangan. Kalau soal pengawasan itu dengan sendirinya adalah kewenangan Komite III. Saya kira hal-hal yang sudah baik seperti ini kita lakukanlah supaya kita tidak menyalahi tata tertib dan tabrak sana, tabrak sini. Demikian, Pimpinan, terima kasih.

PIMPINAN SIDANG : GKR. HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)

Terima kasih atas usulan masukan dari Ibu Elviana dari Komite III dan juga dari Ibu Erma Suryani Ranik dari Kalimantan Barat. Dan, saya kira apa yang tadi disampaikan akan dibahas di Panmus. Saya kira demikian yang mungkin bisa saya sampaikan. Tentu tugas dan wewenang itu nanti akan diselesaikan di Panmus.

Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati, tentu di dalam kesempatan ini selanjutnya marilah kita memasuki agenda laporan perkembangan pelaksanaan tugas alat kelengkapan.

Oh, penyerahan dulu. PEMBICARA : MC

Penyerahan hasil pemeriksaan BPK kepada Pimpinan Komite IV dan Pimpinan Akuntabilitas Publik, kami persilakan untuk mengambil tempat.

Terima kasih.

Kami persilakan kembali ke tempat.

PIMPINAN SIDANG : GKR. HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)

Oke, bisa kita lanjutkan Bapak dan Ibu sekalian, mohon maaf tadi penyerahan dari

pada hasil pemeriksaan BPK yang akan diselesaikan oleh Komite IV dan PAP. Tentunya selanjutnya, marilah kita memasuki agenda laporan perkembangan pelaksanaan tugas alat kelengkapan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia dan pengesahan keputusan DPD. Untuk urutan penyampaian laporan akan dimulai dari alat kelengkapan yang materi laporannya akan diambil keputusan. Kami persilakan kepada Komite I untuk menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan tugasnya.

PEMBICARA : ALIRMAN SORI, SH., M.Hum., MM. (KETUA KOMITE 1) Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Selamat sore.

Salam sejahtera untuk kita semua.

Om swastiastu.

Yang saya hormati Pimpinan Rapat Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia.

Yang saya hormati Anggota Senator Republik Indonesia.

Yang saya hormati perwakilan 4 provinsi: NTT, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Bengkulu, dan juga para bupati yang juga hadir bersama Ketua DPRD Tim Pemekaran.

(13)

Hadirin yang saya muliakan.

Izinkan kami menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan tugas Komite I. Pertama, penyusunan Rancangan Undang-Undang usul inisiatif DPD RI Komite I. Komite I di akhir tahun 2013 merencanakan untuk menyelesaikan dua Rancangan Undang, di antaranya adalah Undang Perbatasan Daerah dan Rancangan Undang-Undang Pengadilan Keagrariaan. Namun demikian, terkait dengan hasil kajian terhadap otonomi khusus dan otonomi asimetris yang telah dilakukan oleh Komite I pada Masa Sidang III dan IV tahun 2012 – 2013 yang merekomendasikan salah satunya dilakukan penyusunan terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Otonomi Khusus Bali atau dengan nama lain. Komite I menyepakati untuk melakukan penyusunan Rancangan Undang-Undang tentang Otonomi Khusus Bali sehingga dengan demikian beban tugas Komite I dalam penyusunan Rancangan Undang-Undang usul inisiatif DPD RI pada tahun 2013 menjadi tiga RUU.

Berikut laporan perkembangan pelaksanaannya. Pertama, RUU tentang Daerah Perbatasan telah dilaksanakan uji sahih di tiga provinsi, di antaranya di Provinsi NTT, kemudian di Kalimantan Barat, dan Provinsi Sumatera Utara. Kemudian, Rancangan Undang-Undang tentang Pengadilan Keagrariaan, saat ini Rancangan Undang-Undang tentang Pengadilan Keagrariaan memasuki tahap penyusunan naskah akademik dan draf Rancangan Undang-Undang diharapkan dilakukan seminar dan uji sahih pada masa sidang yang akan datang. Rancangan Undang-Undang tentang Otonomi Khusus Bali, setelah melakukan kajian terhadap kedudukan otonomi khusus dan otonomi asimetris Indonesia dengan mengambil sampel dari Bali, termasuk Kepulauan Riau, dalam rangka menindaklanjuti kajian yang mesti, kami ulangi, dalam rangka menindaklanjuti kajian merupakan akumulasi dari aspirasi masyarakat dan daerah tersebut. Komite I menyepakati untuk dimulainya penyusunan terhadap rancangan tentang Undang-Undang Otonomi Khusus. Diharapkan pada akhir Masa Sidang I tahun ini, Komite I dapat menyelesaikan naskah akademik dan rancangan RUU untuk dapat dilakukan uji sahih pada Masa Sidang II yang akan datang.

Bapak dan Ibu hadirin sekalian yang saya hormati, kedua, pembahasan Rancangan Undang-Undang bersama DPR dan pemerintah, penyusunan terhadap pandangan dan pendapat. A) Pandangan terhadap Rancangan Undang-Undang tentang perubahan atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi kependudukan. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa saat ini pemerintah bersama dengan DPR tengah mempersiapkan revisi atas UU Administrasi Kependudukan sebagai langkah untuk memperbaiki beberapa ketentuan dalam UU Administrasi Kependudukan yang tidak dapat dilaksanakan atau tidak lagi berlaku secara efektif. Terkait dengan hal tersebut, DPD RI, dalam hal ini Komite I, telah menyelesaikan dan melakukan penyusunan pandangan terhadap Rancangan Undang-Undang Administrasi Kependudukan sebagai bahan dalam pembahasan bersama DPR dan pemerintah. Adapun beberapa substansi yang tertuang dalam pandangan tersebut antara lain, saya tidak akan membacakan, saya harap Bapak dan Ibu bisa melihat di meja yang sudah kita serahkan. Pada masa sidang ini, setelah melakukan rangkaian pembahasan dan penyusunan pandangan terhadap aspirasi kependudukan, maka Komite I pada Sidang Paripurna hari ini minta disahkan sebagai pandangan DPD RI.

Yang ketiga, pandangan dan pendapat terhadap pembentukan daerah otonomi baru. Menindaklanjuti aspirasi masyarakat dan daerah tentang pembentukan daerah otonomi baru, Komite I pada Masa Sidang I Tahun Sidang 2013-2014 telah melakukan serangkaian kunjungan kerja ke beberapa calon daerah otonomi baru. Kunjungan kerja kunjungan yang dimaksud diarahkan untuk melakukan kajian fisik kewilayahan terhadap calon daerah otonomi baru, khususnya pada calon ibu kota yang telah dan sebelumnya Komite 1 melakukan kajian terhadap persyaratan administrasi sebagaimana yang diatur di dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dan PP No. 78 Tahun 2007. Dari hasil kajian

(14)

administrasi dan kajian fisik kewilayahan dalam masa sidang yang terhormat ini Sidang Paripurna ke-5, Komite 1 meminta DPD RI untuk dapat memisahkan calon daerah otonom baru sebagai berikut.

1. Pandangan dan pendapat terhadap aspirasi dan daerah tentang pembentukan Kabupaten Lembak sebagai pemekaran dari Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu. Mana tepuk tangannya? Sukses untuk Provinsi Bengkulu, Bu Eny, Pak Bambang, wah ini siapa namanya Pak Shobri. Kemudian, pandangan dan pendapat terhadap aspirasi masyarakat dan daerah terhadap pembentukan Kabupaten Adonara pemekaran dari Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur. Selamat buat empat orang Anggota Senator dari NTT dan tentu kita semua. Kemudian, pandangan dan pendapat terhadap aspirasi masyarakat dan daerah tentang pembentukan Kabupaten Tayan sebagai pemekaran dari Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat. Dan, yang terakhir pandangan dan pendapat terhadap aspirasi masyarakat dan daerah tentang pembentukan Simalungun Hataran sebagai pemekaran dari Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara.

Bapak-bapak dan Ibu hadirin sekalian, empat daerah yang direncanakan untuk diberikan pandangan dan pendapat ini, 26 persyaratan yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dan PP No. 78 Tahun 2007 sudah memenuhi persyaratan dari 26 persyaratan yang sudah ditentukan. Untuk itu, sekali lagi kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada setiap daerah.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Terima kasih atas segala perhatian. Banyak maaf atas segala kekurangan. Selamat untuk kita semuanya.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Selamat sore.

Salam sejahtera untuk kita semua.

Om shanti shanti shanti om. Shalom.

Horas.

PIMPINAN SIDANG : GKR. HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)

Oke, pokoknya kalau Pak Alirman Sori itu sudah luar biasa. Bapak dan Ibu sekalian,

setelah kita bersama tadi mendengarkan laporan Pimpinan Komite 1, apakah kita dapat menyetujui: 1) pandangan dan pendapat DPD RI terhadap aspirasi masyarakat tentang pembentukan Kabupaten Lembak sebagai pemekaran daerah Kabupaten Rejang lebong; 2) pandangan dan pendapat DPD RI terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Pembentukan Kabupaten Simalungun Hantaran sebagai pemekaran dari Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera utara; 3) pandangan dan pendapat DPD RI terhadap aspirasi masyarakat tentang pembentukan Kabupaten Tayan sebagai pemekaran dari Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat; 4) pandangan dan pendapat DPD RI terhadap aspirasi masyarakat tentang Pembentukan Kabupaten Adonara sebagai pemekaran dari Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur; 5) pandangan DPD RI terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan? Setuju?

Terima kasih.

(15)

Selanjutnya, kami persilakan kepada PPUU untuk menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan tugasnya. Kalau misalnya masih akan hadir di sini dan kalau misalnya akan meninggalkan ruangan, kami ucapkan terima kasih atas kehadiran Bapak Gubernur beserta jajaran dan Bapak Bupati serta Bapak-Ibu sekalian dari berbagai provinsi yang hadir. Terima kasih sekali lagi. Mohon dengan tertib karena sidang akan kami lanjutkan.

Kami persilakan PPUU.

PEMBICARA : Hj. HAIRIAH, SH., MH. (WAKIL KETUA PPUU)

Terima kasih.

Bismillahirrahmanirrahim.

PIMPINAN SIDANG : GKR. HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)

Kami mohon berfoto di luar ruangan untuk bisa kami menyelesaikan Sidang Paripurna ini. Mohon maaf, Bapak-Ibu sekalian, kami mohon dengan tertib meninggalkan ruangan sidang ini dan kami akan melanjutkan sidang yang dilanjutkan oleh PPUU. Bagi Anggota DPD untuk kembali ke tempat masing-masing, kami persilakan dimulai Bu Hairiah untuk PPUU.

PEMBICARA : Hj. HAIRIAH, SH., MH. (WAKIL KETUA PPUU) Bismillahirrahmanirrahim.

Yang terhormat Ibu Gusti Kanjeng Ratu Hemas Wakil Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Bapak dan Ibu Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Bapak dan Ibu yang kami hormati. Saya mau menyapa teman-teman dari Kalimantan Barat ini. Adil ka’talino, bacuramin ka’saruga, basengat ka’jubata. Terima kasih.

Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua hingga pada siang hari ini kita dapat melaksanakan Sidang Paripurna. Kami atas nama Anggota Panitia Perancang Undang akan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas dari Panitia Perancang Undang-Undang selama Masa Sidang I Tahun Sidang 2013 – 2014. Ada dua materi laporan: pertama, terkait dengan penyusunan Prolegnas DPD RI prioritas tahun 2014 dan kedua terkait dengan harmonisasi, pembulatan, dan pemantapan konsepsi terhadap usul RUU dari Komite II, yaitu RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan.

Bapak dan Ibu yang kami hormati, pertama, terkait dengan penyusunan program legislasi nasional DPD RI prioritas tahun 2014, perencanaan pembentukan Undang-Undang dilakukan dengan instrumen program legislasi nasional yang dilakukan dengan prinsip-prinsip. Pascaputusan MK Nomor 92/PPUU-10/2012, dipulihkannya kemenangannya DPD, terutama dalam bidang legislasi harus disertai dengan tanggung jawab dan peningkatan substansi. Oleh karena itu, Prolegnas sebagai instrumen perencana legislasi harus benar-benar dipersiapkan dengan baik. Bapak-Ibu sekalian, berdasarkan sidang gabungan tanggal 18 September 2013 telah disepakati Program Legislasi Nasional DPD RI tahun 2014 dengan membagi tiga prioritas, yaitu:

1. Prioritas A, yang sudah ada naskah akademis dan rancangan Undang-Undang telah disusun oleh DPD RI, yaitu:

(16)

a. RUU tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;

b. RUU tentang Perkebunan, yaitu pengganti Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan;

c. RUU tentang Kelautan; dan

d. RUU tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

2. Prioritas B, yang sudah ada naskah akademis dan RUU tersebut sedang disusun oleh DPD RI, yaitu:

a. RUU tentang Otonomi Khusus Bali;

b. RUU tentang Pengelolaan Daerah Perbatasan; c. RUU tentang Pengadilan Keagrariaan;

d. RUU tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

e. RUU tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

f. RUU tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak;

g. RUU tentang Tata Cara Penyusunan dan Pelaporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

h. Rancangan Undang-Undang tentang DPD; dan

i. Rancangan Undang-Undang tentang Hak Keuangan, Administrasi Pimpinan, dan Anggota Lembaga Negara.

3. Prioritas C, Rancangan Undang-Undang usulan untuk dibahas tahun 2014. Usul Rancangan Undang-Undang dari Komite dan Panitia Perancang Undang-Undang adalah sebagai berikut.

a. Dari usulan Komite I, Rancangan Undang-Undang tentang Pengelolaan Terpadu Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Cianjur dan RUU tentang Etika Penyelenggaraan Negara di Daerah.

b. Komite II mengusulkan Rancangan Undang-Undang tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan. c. Usulan dari Komite III Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan dan

Pemanfaatan Kekayaan Intelektual Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional dan Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan Pasien.

d. Komite IV mengusulkan RUU tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan dan Rancangan Undang-Undang tentang perubahan atas Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi di Daerah.

e. PPUU mengusulkan RUU tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

Kami telah susun Prolegnas DPD RI tahun 2014 dalam satu naskah yang berisi argumen-argumen DPD, baik normatif maupun politis terkait dengan RUU yang menjadi prioritas. Naskah Prolegnas DPD RI prioritas tahun 2014 tersebut telah kami sampaikan kepada seluruh Anggota DPD melalui surat yang kami sampaikan pada tanggal 30 September 2013. Pada kesempatan kali ini, kami harapkan dapat diambil keputusan atas Prolegnas DPD RI tahun 2014 tersebut.

(17)

Kedua,mengenai harmonisasi pembulatan dan pemantapan konsepsi dua RUU dari Komite II, yaitu RUU tentang Perkebunan dan RUU tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air telah kami selesaikan dan dapat diambil putusan terhadap kedua RUU tersebut. Khusus RUU tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan, sesuai dengan harmonisasi pembulatan dan pemantapan konsepsi disepakati menjadi RUU tentang Perkebunan sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan. Hal ini mengacu pada temuan kami bahwa terjadi perubahan substansi melebihi dari 50% sesuai dengan lampiran 2 Nomor 237 Undang-Undang P3 disebutkan bahwa jika suatu perubahan peraturan perundang-undangan mengakibatkan:

a. Sistematika peraturan perundang-undangan berubah.

b. Materil peraturan perundang-undangan berubah dari 5 sampai 50% atau esensinya berubah peraturan perundang-undangan yang dirubah tersebut lebih baik dicabut dan disusun kembali dalam peraturan perundang-undangan yang baru mengenai masalah tersebut.

Demikian laporan yang kami sampaikan. Atas perhatian Pimpinan dan Anggota DPD, kami ucapkan terima kasih.

Wabillahi taufik walhidayah.

Wwassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Salam sejahtera bagi kita semua.

Om shanti shanti shanti om.

PEMBICARA : Drs. H. ZULBAHRI M, M.Pd. (KEPULAUAN RIAU)

Interupsi, Pimpinan.

B-38 sebelum Pimpinan PPUU.

PIMPINAN SIDANG : GKR. HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)

Ya, kami persilakan.

PEMBICARA : Drs. H. ZULBAHRI M, M.Pd. (KETUA KOMITE IV)

Terima kasih.

Pimpinan dan Anggota yang kami hormati.

Sebagaimana rapat gabungan bersama PPUU dengan alat kelengkapan komite, kami di Komite IV ada yang perlu diluruskan tentang RUU usul inisiatif untuk dibahas pada tahun 2014. Kita sepakati dua, yaitu yang pertama adalah revisi Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, yang kedua adalah RUU tentang Pengelolaan Kekayaan dan Utang Negara, bahkan sampai berapa kali, berapa lama kita ingat Bu Hairiah kan, tapi ternyata di sini tadi disebutkan pajak daerah. Pajak daerah dan retribusi daerah itu sudah selesai tahun 2013 dan sudah finalisasi. Barangkali itu mungkin perlu diluruskan.

Demikian, Ibu Pimpinan.

PIMPINAN SIDANG : GKR. HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)

(18)

PEMBICARA : Hj. HAIRIAH, SH., MH. (WAKIL KETUA PPUU)

Terima kasih, Pak.

Mungkin ini kesalahan dari administrasi dalam hal penulisan begitu yang disepakati memang yang disampaikan dari Komite IV dan kami mohon langsung dikoreksi pada hari ini juga.

Terima kasih

PIMPINAN SIDANG : GKR. HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)

Terima kasih Ibu Hairiah sebagai Pimpinan PPUU.

Tentu setelah kita bersama mendengarkan laporan dari Pimpinan PPUU apakah kita dapat menyetujui Program Legislasi Nasional DPD RI Tahun 2014?

Selanjutnya persilakan, kami persilakan kepada Komite II untuk menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan tugasnya.

PEMBICARA : Ir. H. BAMBANG SUSILO, MM. (KETUA KOMITE 2) Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Selamat siang.

Salam sejahtera untuk kita semua.

Om swastiastu.

Yang saya hormati Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia. Yang saya hormati Pimpinan alat kelengkapan DPD RI.

Yang saya banggakan rekan-rekan Anggota DPD RI.

Jajaran sekretariat, teman-teman media dan hadirin sekalian yang saya muliakan. Puji syukur kehadirat Allah SWT kita pada siang hari ini bisa sama-sama di Sidang Paripurna ke-5 dalam keadaan sehat wal'afiat. Amin.

Pada kesempatan yang berbahagia ini izinkan saya sebagai Ketua Komite II untuk menyampaikan laporan kinerja Komite II pada masa sidang pertama 2013-2014. Yang pertama, kami mohon kepada Pimpinan Sidang dan rekan-rekan Anggota DPD RI Sidang Paripurna ke-5 ini untuk mengesahkan rencana Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Kedua, tentang Rencana Undang-Undang Perkebunan yang secara jelas telah disampaikan oleh PPUU di depan tadi. Itu sebagai kado ulang tahun Dirgahayu Dewan Perwakilan Derah Republik Indonesia. 2 RUU inisiatif yang selama ini perlu dirubah sesuai dengan Prolegnas 2009-2014. Selain itu pimpinan dan rekan-rekan Anggota DPD RI Sidang Paripurna ke-5 secara konkrit dan nyata sekali pada tahun 2013 ini masa sidang I ini Komite II DPD RI telah membantu atau menyelesaikan permasalahan-permasalahan daerah ini juga sebagai kado ulang tahun Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia yang ke-9 secara konkrit dan nyata diantaranya pertama adalah Komite II telah berjuang untuk menggagalkan izin usaha pertambangan di Kalimantan Timur seluas 20 ribu hektar yang akan dijadikan izin pertambangan batubara tetap menjadi lahan pertanian pangan yang berkelanjutan. Jadi ini juga merupakan suatu kado yang sangat konkrit terhadap daerah. Yang kedua, terima kasih kepada Pimpinan Wakil Ketua DPD RI Ibu Hemas atas rekomendasinya besok pagi juga ada 4 kelompok yang akan menyelesaikan permasalahan masalah edaran

(19)

surat Kementerian Kehutanan pertama di Provinsi Kepulauan Riau tepatnya di Kota Batam. Yang kedua, masalah kehutanan juga yang hubungan dan perkebunan yaitu di wilayah Provinsi Riau. Yang ketiga adalah reklamasi Teluk Benoa yang di tolak oleh masyarakat Bali juga ada berhubungannya dengan Kementerian Kehutanan dan yang keempat, teman-teman besok pagi juga akan terbang ke Maluku akan menyelesaikan permasalahan-permasalah masyarakat yang menyangkut tentang Kementerian Kehutanan. Saya pikir kalau itu semua nanti berhasil Insya Allah dalam kado ulang tahun ke-9 Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia ini secara nyata Komite II telah melakukan suatu advokasi-advokasi pengawasan Undang-Undang tertentu sesuai dengan kemitraannya.

Pimpinan dan seluruh hadirin yang saya banggakan.

Itulah yang perlu saya laporkan di Sidang Paripurna ke 5 Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia ini kami dari Komite II memohon untuk disahkan 2 RUU inisiatif tersebut saya ulang pertama RUU Nomor 7 tentang Sumber Daya Air dan RUU tentang perkebunan yang telah dijelaskan secara jelas oleh Pimpinan PPUU. Pada Sidang Paripurna ke-5 ini saya juga atas nama pimpinan mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang baik, atas kekompakan Komite II terhadap tugas-tugas legislasi dan pengawasan serta pandangan pendapat dan PPUU terutama semakin solid kita, semakin ke belakang, semakin kita mau berpisah Komite II dan PPUU berhasil tepat waktu untuk menyelesaikan 2 RUU yang telah disebutkan diatas tadi. Itu saja atas nama pimpinan dan seluruh rekan-rekan Senator Anggota Komite II mengucapkan Dirgahayu Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia. Semoga bisa memperjuangkan kepentingan daerah khususnya di kancah nasional dan daerah demi kesejahteraan masyarakat di daerah dibawah kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Khairul kalam.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Selamat sore.

Salam sejahtera untuk kita semua. Om shanti shanti shanti om. Terima kasih.

PIMPINAN SIDANG : GKR. HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)

Saya kira apa yang sudah disampaikan oleh Komite II tadi oleh Pak Bambang dan setelah kita bersama mendengarkan laporan Pimpinan Komite II apakah kita menyetujui satu usul inisiatif DPD RI tentang rancangan Undang-Undang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, 2 inisiatif DPD RI tentang Rancangan Undang-Undang Perkebunan. Setuju?

Selanjutnya kami persilakan kepada Komite III untuk menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan tugasnya.

PEMBICARA : Dra. Hj. ELVIANA, M.Si. (KETUA KOMITE III) Bismillahirohmanirohim.

Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Salam sejahtera bagi kita semua.

(20)

Om swastiastu.

Yang kami hormati Saudara Pimpinan DPD RI.

Yang saya hormati saudara-saudara Anggota DPD RI dan yang saya hormati Sekretaris Jenderal beserta staf.

Pada Sidang Paripurna yang mulia ini perkenankan kami menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan tugas Komite III DPD RI selama masa sidang pertama tahun 2013-2014 periode 15 Agustus sampai dengan 30 September 2013 sebagai berikut pertama Komite III DPD RI telah melaksanakan Sidang Pleno Komite sebanyak 3 kali dalam rangka pembahasan program dan optimalisasi kegiatan berikutnya Komite III telah melaksanakan Rapat Dengar Pendapat Umum sebanyak 2 kali pertama dengan Direktur Jenderal pembinaan penempatan tenaga kerja dalam kesempatan ini Komite III mengundang utusan dari provinsi yang menjadi daerah paling banyak mengirim tenaga kerja keluar negeri yaitu Kepala Dinas tenaga kerja Provinsi Jawa Barat, Kepala Dinas tenaga kerja Provinsi Nusa Tenggara Barat, Kepala Danis tenaga kerja Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa barat Kepla Dinas tenaga kerja Kabupaten Cianjur Jawa barat dan Kepala Dinas Kabupaten Belu Provinsi Nusa Tenggara Timur terkait dengan hasil Kunjungan kerja Komite III DPD RI ke negara Malaysia Uni Emirat Arab, Singgapura dan Arab Saudi. Kemudian Dengar Pendapat Umum dengan Rabitha haji dan PT. Garuda Indonesia berkenaan dengan pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan ibadah haji terkait persiapan penyelenggaraan haji Tahun 2013.

Berikutnya Komite III sudah membahas RUU inisiatif DPD RI yaitu perubahan atas Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional berkenaan dengan ini Komite III telah melaksanakan telaah sejawat dengan pakar kemudian juga sudah melaksanakan uji shahih.

Selanjutnya pengawasan terhadap Undang-Undang tertentu Komite III sedang dan akan melaksanakan pertama pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang penyelenggaraan ibadah haji berkenaan dengan persiapan pelaksanaan ibadah haji tahun 2013 di Arab Saudi dimana kelompok pengawas pra haji sudah berangkat pada tanggal 12 sampai tanggal 19 September kemarin dimana tercatat temuan dari tim adalah masalah transportasi darat di Arab Saudi yang masih menjadi otoritas pemerintah Arab Saudi dimana kondisi kendaraan yang digunakan tidak semuanya dalam kondisi baik. Sedangkan pengawasan terhadap pasal ibadah haji Tahun 2013 baru akan dilaksanakan, akan diberangkatkan tanggal 7 sampai dengan tanggal 22 Oktober 2013.

Selanjutnya pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang perlindungan dan penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri telah dilakukan finalisasi pada tanggal 1-2 September 2013.

Kemudian yang terakhir Komite III DPD RI telah melaksanakan pengawasan dan pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan telah dilakukan finalisasi hasil pengawasan Undang-Undang dimaksud pada tanggal 3 sampai dengan 4 September 2013.

Ibu Pimpinan, Bapak Ibu Anggota DPD RI yang terhormat. Sidang Dewan yang kami muliakan.

Berdasarkan laporan yang telah kami sampaikan di atas melalui Sidang Paripurna yang mulia ini Komte III DPD RI meminta kepada Pimpinan dan seluruh anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia yang terhormat untuk mengesahkan 2 materi yaitu : 1. Hasil pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang

perlindungan dan penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri.

2. Hasil pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional.

(21)

Akhirnya perkenankan kami mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat pimpinan beserta seluruh Anggota DPD RI dan semua pihak yang telah banyak membantu terutama Sekretariat Jendral DPD RI dan jajarannya serta media massa yang telah banyak membantu meliput kegiatan-kegiatan Komite III baik di kantor maupun di lapangan. Semoga segala upaya yang diberikan yang diberikan tersebut mendapat balasan kebaikan yang berlipat dari Allah SWT. Amin.

Demikianlah perkembangan pelaksanaan tugas Komite III DPD RI.

Wallahul Muwafiq Ila Aqwamith Thoriq.

Wassalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Damai Sejahtera bagi kita semua.

Om shanti shanti shanti om.

PIMPINAN SIDANG : GKR. HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)

Terima kasih Bu Elviana dari Komte III dan setelah kita bersama mendengarkan laporan dari Pimpinan Komite III apakah kita dapat menyetujui dari hasil pengawasan DPD RI atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Dua, hasil pengawasan DPD RI atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Setuju.

Marilah kita lanjutkan dan kami persilakan kepada Komite IV untuk menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan tugasnya.

PEMBICARA : Drs. H. ZULBAHRI M, M.Pd. (KETUA KOMITE IV) Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Selamat sore.

Salam Sejahtera bagi kita semua.

Om swastiastu.

Yang kami hormati Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah. Ibu Wakil Ketua dan yang kami hormati.

Rekan-rekan Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia.

Mohon maaf rekan-rekan ya ini Pak Fatwa. Saya takut lupa Pak Fatwa jadi saya sebut rekan-rekan hadirin yang berbahagia terlebih dahulu. Tentunya kita mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat-Nya pada sore hari ini kita masih bertahan dalam menghadiri Sidang Paripurna ke-5 dan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia. Atas nama pimpinan dan segenap Anggota Komite IV Dewan Perwakilan Daerah kami menyampaikan terima kasih atas kesempatan yang diberikan.

Selanjutnya sesuai dengan jadwal rapat hari ini perkenankan kami menyampaikan laporan pelaksanaan tugas Komite IV DPD mengenai pertimbangan terhadap Rancangan Undang-Undang tentang APBN Tahun Anggaran 2014.

Pimpinan, Anggota dan hadirin yang berbahagia.

Sesuai amanat Pasal 22 D Undang-Undang Dasar Tahun 1945 serta Pasal 154 dan Pasal 224 Undang-Undang 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD sebagai alat kelengkapan DPD RI yang mempunyai lingkup tugas antara lain APBN Komite IV

(22)

membahas dan merumuskan pertimbangan terhadap RUU APBN Tahun Anggaran 2014. Pertimbangan terhadap RAPBN 2014 merupakan pertimbangan tahap kedua RAPBN 2014, melanjutkan pertimbangan atas kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal 2014 yang telah disampaikan kepada DPR pada Bulan Juli 2013.

Dalam pembahasan RAPBN 2014 Komite IV menyempurnakan hasil pertimbangan terlebih dulu berdasarkan RAPBN Tahun 2014 dan nota keuangannya yang telah disampaikan Presiden kepada DPR dan DPD pada tanggal 16 Agustus 2013. Pentahapan pembahasan dilakukan melalui rapat internal, rapat kerja dan rapat dengar pendapat serta rapat dengar pendapat umum. Di samping itu dalam pembahasan RAPBN tahun 2014 Komite IV menggunakan referensi hasil kajian Budget office melalui serangkaian proses pembahasan yang melibatkan para akademisi, praktisi dan Anggota DPD RI. Kemudian Komite IV melakukan finalisasi draft pertimbangan atas RUU APBN tahun anggaran 2014 pada tanggal 16 sampai dengan 18 September 2013.

Pimpinan, Anggota dan hadirin Sidang Paripurna yang kami hormati. Pertimbangan DPD RI terhadap RAPBN 2014 sebagai berikut :  Pertumbuhan ekonomi.

1. DPD RI berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2014 diperkirakan pada kisaran 6% sampai dengan 6,2%. Pertumbuhan ekonomi tersebut didukung oleh pertumbuhan ekonomi konsumsi rumah tangga yang tetap kuat sejalan dengan pelaksanaan pemilu legislatif, perbaikan iklim investasi dan peningkatan kegiatan eksport.

2. Dalam kurun waktu 2008-2012 DPD RI mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi di 17 provinsi masih di bawah rata-rata nasional 6% seperti Aceh 0,42%, Papua 2,81%, NTB 3,36%, NTT 5,06%, Kepulauan Bangka Belitung 5,25%, Kalimantan Barat 5,27%, Lampung 5,83%, Kalimantan Selatan 5,83% dan Sumatera barat 5,93%. DPD RI berpendapat bahwa perlu langkah-langkah percepatan pembangunan melalui peningkatan alokasi belanja kementrian lembaga terhadap daerah dengan tingkat pertumbuhan ekonomi rendah sehingga dapat memacu kemajuan ekonomi daerah.

 Inflasi.

1. Inflasi pada tahun 2013 dan 2014 diperkirakan pada kisaran 5,5 sampai dengan 6,5%. DPD RI berpendapat bahwa pemerintah perlu terus menjaga stabilitas harga dan mengurangi potensi kenaikan inflasi sebagai akibat kenaikan harga pangan, lambatnya pasokan harga bahan bakar minyak di beberapa daerah, kenaikan biaya transportasi antar daerah dan kenaikan tarif layanan publik lainnya.

2. Pemerintah juga perlu memusatkan perhatian pada inflasi tinggi yang terjadi di beberapa daerah tersebut yang sebagian besar disebabkan oleh terbatasnya pasokan bahan pokok, sulitnya akses transportasi dan terbatasnya infrastruktur dasar seperti jalan dan jembatan serta pembangkit tenaga listrik.

 Nilai tukar rupiah terhadap Dollar US.

1. Pada Mei 2013 nilai tukar rupiah melemah 2,23% ke level Rp. 9.400,- perdolar US atau setara rata-rata melemah 0,95% menjadi Rp. 9.254,- perdollar US Tekanan terhadap nilai tukar rupiah terus berlanjut karena tingginya permintaan valuta asing untuk memenuhi kebutuhan impor terutama impor BBM, pembayaran utang luar negeri, repatriasi pendapatan pihak asing serta tindakan para pelaku usaha mengamankan portofolio dari gejolak pasar uang sebagai akibat ketidakjelasan penyelesaian krisis di Eropa.

2. Dengan memperhitungkan perkembangan pasar uang nasional dan global DPD RI mengusulkan rata-rata nilai tukar pada tahun 2014 berada pada kisaran Rp. 10.450 sampai dengan Rp. 10.650 per dolar Amerika. Dalam upaya menjaga

Referensi

Dokumen terkait

terkontaminasi dengan batran pencemar yang berasal dari limbah rumah tangga, limbah industri, sisa-sisa pupuk atau pestisida dari daerah pertanian, limbah rumatr sakit,

Beberapa parameter tersebut diperhitungkan untuk menetapkan indeks toleransi tanaman terhadap pencemaran udara yang dinyatakan oleh Singh, Rao, Agrawal, Pandey and

PEMBERIAN EKSTRAK HULBAH SECARA ORAL MENURUNKAN PENYERAPAN TULANG TIKUS PASCA OVARIEKTOMI YANG DITANDAI DENGAN.. PENURUNAN KADAR

Pada sub bab ini, akan menjelaskan mengenai analisis data hasil observasi dengan menerapkan model pembelajaran Make a Match berbantuan media gambar yang terdiri dari

bahwa dalam rangka percepatan pelayanan perizinan dan guna menindaklanjuti Rencana Aksi Pemberantasan Koru psi Terintegrasi Tahun 2019- 2020 dari Komisi Pemberantasan

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non-Exclusive

Semua alat dan perlengkapan itu tetap menjadi milik Penyedia Jasa yang sebelumnya sudah diperhitungkan pengadaannya dalam kontrak penawaran dan diajukan brosur atau sampel

- Koordinasi lintas institusi terkait kebijakan rencana pengemb... Kakao tahun ke 2