• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE KINDERGARTEN WATCHING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE KINDERGARTEN WATCHING"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

201

METODE KINDERGARTEN WATCHING SIAGA BENCANA GEMPA BUMI TERHADAP STIMULASI KECERDASAN VISUAL SPASIAL DAN

KECERDASAN KINESTETIK ANAK USIA DINI DI TK SYEIKH ABDURRAUF BLANG OI BANDA ACEH

Lina Amelia STKIP Getsempena Aceh Email : lina.smartest@gmail.com

Abstract: The purpose of this study was to determine (a) Implementation of the method Kindergarten watching Earthquake Preparedness can be applied by early childhood educators in kindergarten Sheikh Abdurrauf Blang Oi of Banda Aceh, (b) Methods of Kindergarten watching Earthquake Preparedness able to give effect to the Visual Spatial intelligence and kinesthetic child in kindergarten Sheikh Abdurrauf Blang Oi of Banda Aceh. This type of research is the development of research (Research and development/R & D) 4-D models ( define, design, develop and disseminate). This study was conducted in kindergarten Sheikh Abdurrauf Blang Oi of Banda Aceh with the population and sample research is TK B total of 38 children. This research was carried out for 2 months beginning with the initial survey instrument to school and discussions with teachers and test instrument October, research in 17 to 22 November 2014, resumed last date of 6-10 January 2015 data processing is done in January-February 2015. The instrument used in this study is an informal test sheets for children, observation sheets visual spatial abilities of children, teacher observation sheets and sheets impression guru.teknik data analysis is to use a statistical formula, in this study because it used a single sample test formula t for a single group. Based on the results of the calculation of the t value obtained 8.070 while the value t table is 2.028 so that t is greater than t table t>t table, 8.070>2.028 so it can be concluded that there are significant watching kindergarden learning to stimulation of visual spatial intelligence and kinesthetic child. This data is also strengthened by the observation of the child more memrikan positive responses than negative responses. Overall it can be concluded that children who give a positive response are 32 people from 38 children (84.21%) and negative responses 6 of 38 children (15.79%)

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (a) Pelaksanaan metode Kindergarten watching Siaga Bencana Gempa Bumi dapat diterapkan oleh pendidik anak usia dini di TK Syekh Abdurrauf Blang Oi Banda Aceh, (b) Metode Kindergarten watching Siaga Bencana Gempa Bumi mampu memberikan pengaruh terhadap kecerdasan Visual Spasial dan kinestetik anak di TK Syekh Abdurrauf Blang Oi Banda Aceh. Jenis penelitian adalah penelitian pengembangan ( Research and development/ R & D) 4-D ( define, design, develop dan disseminate). Penelitian ini diadakan di TK Syekh Abdurrauf Blang Oi dengan populasi dan sampel penelitiannya adalah TK B sejumlah 38 orang anak. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan lebih yaitu dimulai dengan survey awal ke sekolah dan diskusi instrument dengan guru dan uji coba instrument oktober, penelitiannya di bulan 17-22 November 2014,dilanjutkan lagi tanggal 6-10 januari 2015 terakhir pengolahan data

(2)

202

dilakukan di bulan Januari – Februari 2015. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar test informal untuk anak, lembar observasi kemampuan visual spasial anak, lembar observasi guru dan lembar kesan guru.teknik analisis datanya adalah dengan menggunakan rumus statistic , dalam penelitian ini karena sampelnya tunggal maka dipakai rumus uji t untuk kelompok tunggal. Berdasarkan dari hasil perhitungan maka nilai t hitung diperoleh 8,070 sedangkan nilai t tabel adalah 2,028 sehingga t hitung lebih besar daripada t tabel t hitung > t tabel , 8,070 > 2,028 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran kindergarden watching terhadap stimulasi kecerdasan visual spasial dan kinestetik anak. Data ini juga diperkuat dengan hasil observasi anak yang lebih banyak memrikan respon positif daripada respon negatif. secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa anak yang memberikan respon positif berjumlah 32 orang dari 38 anak ( 84,21%) dan respon negatif 6 orang dari 38 anak (15,79%)

Kata kunci: metode kindergarten watching, kecerdasan visual spasial dan kinestetik

PENDAHULUAN

Usia dini merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia. Hibana (2005:33) mengatakan “anak usia dini (0-8 tahun) adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat”. Oleh karena itu anak usia dini dikatakan berada pada masa Golden Age dibandingkan usia selanjutnya. Masa ini adalah masa yang tepat untuk mempersiapkan segenap potensi fisik, kognitif, mental dan moral seorang anak dengan sebaik-baiknya dengan tetap menghargai setiap keunikan individu sebagai manusia. Lembaga pendidikan yang berperan dalam memfasilitasi pertumbuhan anak usia dini dikenal dengan sebutan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)

Pentingnya perangsangan potensi anak di usia emas dan kondisi wilayah Banda Aceh sebagai salah satu daerah rawan bencana gempa, maka dibutuhkan sebuah pelayanan pendidikan yang mengintegrasikan pengetahuan tentang gempa bumi dalam pembelajaran anak usia dini. Pengintegrasian pengetahuan tentang gempa bumi pada anak usia dini diharapkan dapat membuat anak akrab dengan bencana gempa bumi. Saat terjadi gempa bumi, anak tidak lagi ketakutan dan kebingungan karena sudah

memiliki pengetahuan tentang gempa dan penyelamatan diri. Namun saat ini belum ada pengintegrasian secara terencana yang dilakukan oleh pendidik dalam memberikan pengetahuan tentang gempa bumi kepada anak. Pengintegrasian ini penting dilakukan untuk mengurangi jumlah korban bencana dari kalangan anak-anak. Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat yang telah dilakukan di berbagai wilayah menunjukkan rendahnya tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah dibanding masyarakat serta aparat (LIPI, 2006-2007). Hal ini sangat ironis karena sekolah adalah basis dari komunitas anak-anak yang merupakan kelompok rentan yang perlu dilindungi dan secara bersamaan perlu ditingkatkan pengetahuan dan ketrampilannya.

PAUD merupakan basis dari komunitas anak-anak. Mereka ini sangat bergantung penanganannya oleh pendidik dalam penyelamatan diri saat terjadi bencana atau gempa saat berada di sekolah. Secara logika anak yang jumlahnya 10-15 orang dibawah pengawasan 1 orang pendidik akan sulit untuk mengamankan saat terjadi bencana. Mereka adalah pihak yang harus dilindungi dan secara bersamaan perlu ditingkatkan pengetahuan kebencanaannya. Sekolah adalah institusi

(3)

203 yang sangat dipercaya masyarakat Indonesia untuk ‘menitipkan’ anak-anaknya.

Berdasarkan potensi yang dimiliki anak, kondisi kebencanaan banda aceh yang rawan gempa bumi dan belum adanya pengintegrasian pengurangan resiko bencana kedalam pembelajaran PAUD di banda aceh, maka diperlukan metode

pembelajaran yang mampu

mengintergrasikan ketiga hal di atas. Untuk itu penulis tertarik untuk menguji coba metode kindergarten watching siaga bencana gempa bumi dalam merangsang kecerdasan anak. Permainan simulasi bencana gempa bumi melalui metode kindergarten watching dirancang untuk merangsang kecerdasan visual spasial dan kecerdasan kinestetik anak. permainan simulasi dengan metode kindergarten unruk kecerdasan ini akan diuji cobakan di TK abdurrauf blang oi banda aceh.

Penelitian tentang Pengaruh Metode Kindergarten watching Siaga Bencana Gempa Bumi Terhadap Stimulasi Kecerdasan Visual Spasial Dan Kecerdasan Kinestetik Anak Usia Dini Di TK Syekh Abdurrauf Blang Oi Banda Aceh ini dapat dirumuskan pertanyaan penelitiannya sebagai berikut: 1).Apakah rancangan metode Kindergarten watching Siaga Bencana Gempa Bumi dapat diterapkan di TK Syekh Abdurrauf Blang Oi Banda Aceh? 2) Bagaimanakah pengaruh Metode Kindergarten watching Siaga Bencana

Gempa Bumi mampu memberikan

pengaruh terhadap kecerdasan Visual Spasial dan kinestetik anak di TK Syekh Abdurrauf Blang Oi Banda Aceh?.

Penelitian ini bertujuan mengetahui : 1) Pelaksanaan metode Kindergarten watching Siaga Bencana Gempa Bumi dapat diterapkan oleh pendidik anak usia dini di TK Syekh Abdurrauf Blang Oi Banda Aceh. 2) Metode Kindergarten watching Siaga Bencana Gempa Bumi mampu memberikan pengaruh terhadap kecerdasan Visual Spasial dan kinestetik anak di TK Syekh Abdurrauf Blang Oi Banda Aceh

KAJIAN PUSTAKA

Kecerdasan Visual Spasial dan Kecerdasan Kinestetik

Kecerdasan visual spasial dan kinestetik merupakan bagian dari kecerdasan majemuk. Yaumi (2012: 14)

Kecerdasan majemuk merupakan

keanekaragaman kemampuan yang menyangkut beberapa bidang. Menurut Gardner (dalam Tadkiroatun, 2008:40) telah menetapkan 9 kecerdasan yakni kecerdasan verbal linguistic (cerdas kata-kata), Logika-matematika (Cerdas Angka), Visual Spasial (Cerdas Gambar), Gerak Kinestetik (Cerdas Tubuh), Musikal (Cerdas Musik), Intrapersonal (Cerdas Diri), interpersonal (cerdas antar orang), naturalis (Cerdas Alam), dan Eksistensialis (Cedas Hakikat).

Tabel 1.

Deskripsi singkat Kecerdasan Visual Spasial dan Kecerdasan Kinestetik

Intelegensi Kemampuan menonjol terikat Contoh orang Ruang

Spatial/Visual

Mengenal relasi benda-benda dalam ruang dengan tepat; Mempunyai persepsi yang tepat dari berbagai sudut; Representasi grafik; Manipulasi gambar, Menggambar; Mudah menemukan jalan dan ruang; Imaginasinya aktif; Peka terhadap warna, garis, bentuk. Pemburu, Arsitek, Dekorator, Navigator. Kinestetik Badani

Mudah ekspresi dengan tubuh; Mengaitkan pikiran dan tubuh; Kemampuan main

Aktor, Atletik, Penari, Pemahat,

(4)

204

mimic; Main drama, role playing; Aktif bergerak, sport; Koordinasi dan fleksibilitas tubuh tinggi.

Ahli Bedah, Sportmen dan sportwomen. Sumber : Gardner (1993), Suparno (2000), Amstrong (1999, 2000)

Rettig (dalam Yaumi, 2012:16) menyatakan ada 3 kunci dalam mendefinisikan kecerdsasan visual spasial yaitu: (1) Mempersepsi yakni menangkap dan memahami sesuatu melalui panca indra; (2) Visual spasial terkait dengan kemampuan mata khususnya warna dan ruang; (3) Mentransformasikan yakni mengalih bentukkan hal yang ditangkap mata kedalam bentuk wujud lain, misalnya melihat, mencermati, merekam, menginterpretasikan dalam pikiran lalu menuangkan rekaman dan interoretasi tersebut ke dalam bentuk lukisan, sketsa kolase atau lukisan.

Jadi dari kajian teori diatas dapat diambil beberapa indikator dalam penilaian kecerdasan visual spasial anak : (1) Kepekaan anak pada garis; (2) Kepekaan anak pada warna; (3) Kepekaan anak pada bentuk; (4) Kepekaan anak pada ruang; (5) Dapat mengingat kembali peristiwa melalui gambar-gambar; (6) Sangat mahir membaca peta dan denah.

Kinestetik merupakan pemahaman posisi dan gerakan bagian tubuh, persepsi kinestetik merupakan ide dan perasaan yang sangat kompleks yang ditimbulkan oleh rangsangan di otot, urat, dan pergelangan, dan persepsi kinestetik menunjukkan kemampuan untuk memahami posisi dan gerakan bagian tubuh. Sujiono (2007:6.16) Kecerdasan kinestetik kelenturan (fisik) adalah suatu kecerdasan dimana saat menggunakannya kita mampu melakukan gerakan-gerakan yang bagus, berlari, menari, membangun sesuatu seni dan hasta karya. Kecerdasan kinestetik juga membicarakan masalah kecerdasan seorang anak dalam menstimuluskan gerakan tubuh secara spontan terhadap apa yang dipelajari maupun apa yang ada dibenak pikirannya bahkan kecerdasannya melakukan gerakan dalam meniru dari apa yang dilakukan oleh orang lain maupun apa yang sedang dilihat.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Visual-Parsial Dan Kecerdasan Kinestetik

Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi dan perkembangan anak. Surya (2007:5-16) menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi kecerdasan anak adalah : faktor herediter, lingkungan, motivasi dan faktor pendidikan.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Pendidikan anak usia dini adalah upaya yang terencana dan sistematis yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-8 tahun dengan tujuan agar anak mampu mengembangkan potensi yang dimilkinya secara optimal. Marjory Ebbeck (dalam Hibana,2005:3) mengatakan “pendidikan anak usia dini adalah pelayanan kepada anak mulai lahir sampai umur delapan tahun”

Secara umum tujuan program pendidikan anak usia dini adalah memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh sesuai dengan norma-norma dan nilai kehidupan yang dianut. PAUD adalah investasi untuk anak dalam menghadapi hidupnya dimasayang akan datang. Asmani (2009:14) mengatakan “PAUD adalah instrument sistematis dan efektif dalam upaya mendidik anak, sehingga mereka menemukan masa keemasan yang menentukan masa depannya kelak”.

Undang Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional telah mengamanatkan

dilaksanakannya pendidikan kepada seluruh rakyat Indonesia sejak usia dini, yakni sejak anak dilahirkan. Disebutkan secara tegas dalam undang-undang tersebut bahwa

(5)

205 pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (pasal 1, butir 14).

Metode Town Watching dan metode Kindergarten watching Siaga Bencana Gempa Bumi

Kamus Besar Bahasa Indonesia, mendefinisikan kesiapsiagaan sebagai ‘keadaan siap siaga’. Berasal dari kata dasar ‘siap siaga’, yang berarti ‘siap untuk digunakan atau untuk bertindak’. Dalam Bahasa Inggris, padanan kata ‘kesiapsiagaan’ adalah preparedness. Sementara definisi yang diberikan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, adalah ‘serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

Inisiatif pengurangan resiko bencana melalui siaga bencana gempa bumi untuk komunitas sekolah khususnya di PAUD dapat dilakukan menggunakan metode Kindergarten watching . Metode Kindergarten watching siaga bencana gempa bumi merupakan modifikasi dari metode town watching. Metode town watching diperkenalkan oleh Prof Dr Ogawa Yujiro dalam Town Watching for Disaster Prevention Guidebook tahun 2010 di Fuji Tokoha University. Ogawa (2010: 3) menyatakan :

“Town Watching for Disaster Prevention” is the program that people who are living or going to school in the area such as residents and students etc, walk around, see, and understand facilities, activities for the safety and dangerous places in the local area, and after that, those people

think and make solutions against danger.

Saat dibentuk metode ini digunakan untuk membentuk kota yang tangguh dalam menghadapai bencana. Town watching yang dikemukakan oleh Ogawa (2010:3) memiliki 4 langkah yaitu:

“Town Watching for Disaster Prevention” consists of

4 parts below: a. Field survey ,We walk around and observe the dangerous places and facilities by ourselves, and also we see, hear and record about the facilities, organization, and solutions for the safety in the local area. b. Develop a map of observation, About the observation we learned by field survey, write or draw into the map and make a hand-made local area map for disaster prevention. c. Discussion to solve the problem . As for dangerous places and problems regarding disaster that we learned from observation, we think how those problems can be solved, and draw up a list. d. Presentation, Make presentations about the results to the participants. Presentation makes us aware that what we see is not all, and we will learn other people's thinking and some points that we missed out. We understand disaster prevention better by hearing other people's thinking. That is why presentation is the important part of this program”.

Dari kutipan tersebut maka untuk modifikasinya pada metode kindergarten watching ini dirancang untuk stimulasi kecerdasan visual spasial dan kecerdasan kinestetik anak usia dini khususnya dalam pengurangan resiko bencana gempa bumi. Langkah-langkahnya sebagai berikut: 1)Survey lingkungan sekolah sambil

(6)

206 mengambil foto lingkungan, 2)Membuat peta ,lingkungan sekolah dengan cara menempelkan foto-foto hasil survey di atas kertas karton, 3)Identifikasi tentang komponen-komponen yang ada di sekolah baik yang ada di luar maupun dalam kelas serta diskusi tempat-tempat yang aman atau yang kurang aman untuk penyelamatan diri, 4)Diskusi jalur pengamanan diri jika terjadi gempa bumi dan pengamanan diri saat gempa berlangsung.,5)Presentasi oleh anak atas hasil karyanya. Presentasi yang dimaksud disini adalah anak diharapkan mampu menceritakan kembali hasil karya yang telah mereka hasilkan yaitu berupa peta lingkungan sekolahnya, 6)Survey jalur evakuasi,7 ) Bermain simulasi gempa bumi Pengembangan Perangkat Pembelajaran Metode Kindergarten Watching siaga bencana gempa bumi untuk stimulasi

kecerdasan visual spasial dan kinestetik anak

Pengembangan perangkat

pembelajaran untuk pelaksanaan metode Kindergarten watching siaga bencana gempa bumi dengan permainan simulasi untuk stimulasi kemampuan kecerdasan visual spasial dan kecerdasan kinestetik anak menggunakan model Thiagarajan, semmel dan semmel. Model thiagarajan dalam mulyatiningsih (2011) terdiri dari 4 tahap yang dikenal dengan model 4-D (Four-D model). Tahapan-tahapan tersebut adalah tahap pendefinisian (Define), tahap

perancangan (Design), tahap

pengembangan (Develop), dan tahap Penyebaran (Disseminate). Jika digambarkan maka tahapan tersebut diatas

terlihat sebagai berikut

:

Gambar 1.

Pengembangan perangkat pembelajaran model 4-D

Sumber : Mulyatiningsih ( 2011)

Prosedur Stimulasi Kecerdasan Visual dan Kinestetik melalui Kindergarten watching

Tahap pelaksanaannya dibagi menjadi 4 pertemuan sehingga jumlah

rencana kegiatannya pun berjumlah 4 rencana kegiatan harian. Dalam kegiatan pembukaan dan penutup setiap kegiatan pembelajaran hamper mirip setiap RKH ( Rencana Kegiatan Harian), yang berbeda

(7)

207 hanya kegiatan intinya. Setiap RKH memiliki tiga kegiatan yaitu kegiatan pembuka, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Perbedaan kegiatan inti masing-masing RKH adalah sebagai berikut: (1) Kegiatan pembuka : Kegiatan berbaris dalam lingkaran, Membaca doa ketika gempa, Menyanyikan lagu tentang gempa/ nyanyi lagu taman kanak-kanak; (2) Kegitan inti: a) Rencana Kegiatan Harian 1 terdiri dari Pra Fase, anak diperkenalkan dengan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama 5 hari dan juga pembekalan pengetahuan konsep gempa. Pembekalan pengetahuan ini dilakukan melalui pemutaran video, b) Rencana Kegiatan Harian 2 terdiri dari 2 fase pelaksanaan metode Kindergarten watching (fase 1 dan fase 2), c) Rencana Kegiatan Harian 3 ini kegiatan intinya terdiri dari 2 fase pelaksanaan metode Kindergarten watching(fase 2 dan 3), d) Rencana Kegiatan Harian 4 kegiatan intinya terdiri dari 2 fase pelaksanaan metode Kindergarten watching Anak mampu mendiskusikan dan menentukan jalur evakuasi (Fase 4 dan Fase 5) e) Rencana Kegiatan Harian 5 kegiatan intinya terdiri dari 2 fase pelaksanaan metode Kindergarten watching Anak mampu memahami jalur evakuasi dan mampu mengikuti kegiatan simualasi gempa bumi (Fase 6 dan Fase 7); (3) Kegiatan penutup terdiri dari : Istirahat, Makan, Evaluasi kemampuan anak; (4) Tahap evaluasi terdiri dari : Evaluasi kemampuan anak dan Evaluasi pelaksanaan Pembelajaran.

METODE

Lokasi penelitiannya adalah TK Syeikh Abdurrauf Blang Oi Banda Aceh. penelitian yang digunakan mengadopsi model pengembangan Thiagarajan & Semmel (1974) yaitu model 4D (define, design, develop dan disseminate) modifikasi menjadi 3-D. Populasi penelitian adalah seluruh TK B Syeikh Abdurrauf Blang Oi Banda Aceh yang berjumlah 38 orang , sampelnya seluruh populasi diambil

secara intact group( k.elompok yang telah ada). Instrument yang digunakan adalah lembar observasi siswa, tes informal siswa dan lembar observasi pendidik. Teknik analisis datanya secara kualitatif dan kuantitatif

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Tahap Pendefenisian (Define) Deskripsi pada tahap pendefenisian dapat diketahui sebagai berikut: (a) Analisis Awal-Akhir Hasil analisis awal diperoleh bahwa selama ini pada sekolah PAUD Syeikh Abdurra’uf Blang Oi belum pernah diberikan pembelajaran yang berhubungan dengan kebencanaan gempa bumi dengan metode pembelajaran kinderganden wacthing; (b) analisis peserta didik, hasilnya perlu dilakukan kegiatan yang merangsang kecerdasan visual spasial dankinestetik anak; (c) analisis materi hasilnya materinya berupa peta lingkungan sekolah; (c) analisis tugas hasilnya ada tugas individu dan kelompok.

Deskripsi Tahap Perancangan (Design) Deskripsi Tahap Perancangan (Design) terdiri dari: (a) analisis pemilihan media yang diapakai adalah media karton dan foto, lem serta spidol warna; (b) pemilihan format terdiri dari RKH dan instrument penelitian terdiri dari observasi siswa, pendidik dan tes informal untuk anak; (c) hasil perancangan terdiri dari 5 RKH ( rencana kegiatan harian) untuk pelaksanaan 7 fase metode kindergarten watching untuk stimulasi kecerdasan visual spasial dan kinestetik anak.

Deskripsi Tahap Develop

Dalam tahapan ini terdiri dari validasi instrumen yang telah dirancang melalui FGD (focus group discussion) yang hasilnya tidak ada revisi untuk intrumen, setelah itu uji coba instrumen untuk melihat praktis dan efektifnya. Ujicoba tahap awal (17-22 november 2014) instrument belum praktis dan efektif, maka dilakukan revisi dan uji tahap 2 (6-10 januari 2015),

(8)

208 hasilnya sudah praktis dan efektif dan hasil akhir tahap ini adalah draf final untuk pelaksanaan metode kindergarten watching. Hasil Analisis Kuantitatif

Pretest dan posttest hasil kegiatan postes secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa anak berhasil atau mampu menjawab pertanyaan yang di dalam postes, di tunjukkan dengan anak mampu menjawab dengan benar (berkembang baik dan sangat baik) sebanyak 32 orang atau sebesar

84,21% hanya 6 orang saja yang tidak mampu menjawab dengan benar atau sebesar 15,78%, hal ini disebabkan karena anak tersebut tidak focus pada pertanyaan terlihat bermain dan mengobrol dengan temannya pada saat pendidik bertanya. Hasil Observasi Aktifitas Anak Didik

Terdiri dari 17 aspek yang diamati yang didalamnya telah dikelompokkan perilaku positif anak dan perilaku negative yang diberikan anak pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Tabel 1.

Hasil Lembar Observasi Prilaku Positif Anak N

O ASPEK YANG DIAMATI BSB BSH MB BM

Juml ah Tota l f % f % f % f % PERILAKU POSITIF

1 Anak mampu mengenal benda-benda di

lingkungan sekolah dengan tepat 2 5.26 30 78.9

5 6 15.79 0.0

0 38 2 Anak mengenali simbol atau warna untuk

menandakan bagian dari photo ruang dan lingkungan sekolahnya 2 8 73.6 8 6 15.7 9 2 5.26 2 5.2 6 38 3 Anak Menempel photo ( bagian bangunan

dalam maupun luar kelasnya) 4 10.5 3 34 89.4 7 0.00 0.0 0 38 4 Anak Mudah mengenali dan menemukan

jalan dan ruang sekolahnya

1 1 28.9 5 26 68.4 2 1 2.63 0.0 0 38 5 Anak Peka terhadap warna, garis, dan

bentuk dalam photo ruang dan lingkungan sekolahnya 4 10.5 3 20 52.6 3 8 21.05 6 15. 79 38 6 Anak Peka terhadap warna, garis, dan

bentuk dalam jalur penyelamatan diri 6 15.7 9 32 84.2 1 0.00 0.0 0 38 7 Anak Mudah mengenali kode-kode

penyelamatan diri 5 13.1 6 10 26.3 2 1 4 36.84 9 23. 68 38 8 Anak mampu mengikuti jalur

penyelamatan diri 1 2.63 37

97.3

7 0.00 0.0

0 38 9 Anak bisa melalui langkah-langkah

simulasi dengan benar 0.00 32

84.2 1 4 10.53 2 5.2 6 38 JUMLAH TOTAL 6 1 160, 53 22 7 597, 37 3 5 92,1 1 9 49, 99 RATA-RATA 6, 7 17,8 4 25, 2 66,3 7 3,8 10,23 2 , 1 5,5 5 PEMBULATANNYA 7 25 4 2 38

Secara keseluruhan proses pembelajaran dapat dikatakan berkembang sesuai harapan karena persentase dominan adalah BSH sebesar 66,37% (25 orang) dan ditambah

(9)

209

BSB (berkembang sangat baik) sebesar 17,84% (7 orang). Jadi ada 32 anak memberikan respon positif.

Tabel 2.

Lembar Obsevasi Perilaku Negatif Anak

NO ASPEK YANG DIAMATI BSB BSH MB BM

Ju mla h Tot al f % f % f % f %

10 Anak kurang merespon instruksi dari

pendidik 3 7.89

3 2

84.2

1 1 2.63 2 5.26 38 11 Anak kurang bersemangat terhadap

metode pembelajaran 3 7.89

3 1

81.5

8 3 7.89 1 2.63 38 12 Anak banyak berbicara dan bergurau

dengan temannya saat pendidik menjelaskan 4 10.5 3 2 0 52.6 3 8 21.0 5 6 15.7 9 38 13 Anak pasif dalam kegiatan

pembelajaran 0.00

3 6

94.7

4 0.00 2 5.26 38 14 Anak jalan-jalan/mondar-mandiri pada

saat kegiatan belajar 3 7.89

2 6 68.4 2 1 2.63 8 21.0 5 38 15 Anak sering melihat pekerjaan

temannya pada saat mengerjakan lembar aktifitas 4 10.5 3 2 0 52.6 3 3 7.89 1 1 28.9 5 38 16 Anak kurang bersemangat pada saat

mengikuti kegiatan yang diperintahkan 0.00 3 6

94.7

4 0.00 2 5.26 38 17 Anak tidak tertarik dengan model

pembelajaran yang digunakan yang disajikan oleh pendidik

12 31.5 8 2 4 63.1 6 1 2.63 1 2.63 38 JUMLAH TOTAL 29 76.3 1 2 2 5 592. 11 1 7 44.7 2 3 3 86.8 3 RATA-RATA 3,6 9.54 28. 1 74.0 1 2. 1 5.59 4. 1 10.8 5 PEMBULATAN 4 2 8 2 4 38

Berdasarkan tabel di atas maka dapat dijelaskan bahwa pada observasi perilaku aspek negatif yang diberikan anak pada saat proses pembelajaran berlangsung sangat kurang artinya anak sedikit memberikan respon yang negatif pada proses pembelajaran hanya sebanyak 6 orang yaitu 5,59% ( 2 orang) di tahap mulai berkembang dan 10,85% (4 orang) ditahap belum berkembang . Aspek penilaian tersebut dapat dilihat pada aspek anak kurang merespon instruksi dari pendidik pada saat pendidik sedang menjelaskan

pembelajaran, pada proses pembelajaran RKH I (satu) atau pertemuan pertama terdapat 32 orang atau sebesar 84,21% anak yang terkategori berkembang sesuai dengan harapan (BSH) yang paling dominan terlihat pada anak, hal ini membuktikan bahwa anak memberikan respon yang baik, sedangkan respon negatif yang diberikan hanya pada anak yang dalam kategori belum berkembang (BM) sebanyak 2 orang atau sebesar 5,26% dan kategori mulai berkembang sebanyak 1 orang atau sebesar 2,63%.

(10)

210 Hasil Penilaian Tingkat Kemampuan Pendidik

Tabel 3.

Lembar Observasi Pendidik

TAHAPAN KINDERGARTE N WATCHING KEGIATAN KINDERGARTEN WATCHING METODE PEMBELA -JARAN SKOR KEMAMPUAN PENDIDIK 1 2 3 4 5 Fase 1 Survey lingkungan sekolah (tata ruang

didalam dan luar kelas)

a. Pendidik mengajak anak untuk melihat bagian-bagian ruangan dalam kelas b. mengambil foto bagian-bagian dalam

kelas

c. Pendidik mengajak anak keluar ruangan untuk melihat bagian-bagian tata ruang lingkungan luar kelas d. mengambil foto bagian-bagian luar

kelas Observasi oleh anak dan pendidik √ √ √ √

Fase 2 Identifikasi dan Klasifikasi bagian tata ruang di dalam dan di luar kelas e. Menampilkan foto-foto hasil survey

Tanya Jawab

Fase 3 Membuat peta lingkungan sekolah (membuat peta dan menempel foto-foto yang telah di print)

f. Identifikasi dan Klasifikasi foto-foto bagian di dalam dan di luar kelas g. Anak membatasi dengan garis kertas

karton manila menjadi dua bagian (untuk posisi di dalam dan luar ruangan)

h. Anak menempel foto sesuai posisinya ( bagian dalam dan luar ruangan kelas) i. Presentasi peta yang dibuat anak

Unjuk kerja

Fase 4 Diskusi jalur evakuasi

j. Anak merapikan peta evakuasinya k. Anak diajak mencari jalur keluar yang

aman dari peta yang mereka buat l. Anak dan pendidik menetapkan jalur

evakuasi Tanya jawab √ √ √

Fase 5 Presentasi jalur evakuasi

m. Pendidik meminta anak menceritakan kembali jalur evakuasi simulasi gempa (untuk melihat pemahaman tata ruang anak)

Bercerita

Fase 6 Survey Jalur Evakuasi

n. Anak diajak survey jalur evakuasi secara langsung kelapangan

Observasi oleh anak dan pendidik

(11)

211 Fase 7 Bermain simulasi gempa

a. Sirine TOA/ Lonceng ( pendidik) b. Abab-aba dari pendidik kelas c. Evakuasi siswa ke halaman sekolah

sambil berlindung kepala, siswa yang ruang kelasnya di lantai 2, evakuasi dilakukan dengan menuruni tangga dimulai dengan kelas yang paling dekat dengan tangga (pendidik dan anak)

d. Pendidik kelas mendata jumlah siswa yang telah di evakuasi kehalaman sekolah.

e. Menunggu informasi selanjutnya sambil berzikir dan berdoa. (pendidik dan anak)

f. Tim Pertolongan pertama & evakuasi membantu korban yang terluka, patah, dll (pendidik)

g. Tim pertolongan pertama mengecek ke setiap ruang kelas untuk

memastikan tidak ada korban yang tertinggal (pendidik)

h. Tim pertolongan pertama membantu korban untuk dirujuk ke rumah sakit dibantu oleh PMI (pendidik)

Bermain √ √ √ √ √ √ √ √

maka hasil perhitungan kemampuan pendidik dalam penggunaan Rencana Kegiatan Pembelajaran (RKH) dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan ke empat diperoleh nilai rata-rata adalah 2,50 yaitu pada kategori “cukup baik” terletak pada interval 2,50 ≤ TKG ≤ 3,50.

Pembahasan

Pengaruh metode kindergarten watching terhadap kecerdasan visual spasial dan kecerdasan kinestetik anak terjadi disetiap fase kegiatan pelaksanaannya. Setiap fase menyentuh tiga domain pengembangan pendidikan yaitu domain pengetahuan, sikap dan keterampilan. Metode kindergarten watching memiliki 7 fase pelaksanaan mulai dari pra fase sampai pada pelaksanaan permainan simulasi siaga bencana gempa bumi. Untuk lebih jelasnya akan dilihat dari penjelasan fase-fase pelaksanaan metode kindergarten watching.

1. Pra fase Pada pra fase ini tugas pendidik adalah mensosialisasikan tujuan kegiatan kepada anak , tahapan kegiatannya, aturan kegiatannya, pemberian pengetahuan tentang gempa bumi melalui video dan penentuan sikap anak setelah menonton video. Proses pembelajaran pada pra fase ini juga berupaya menyentuh tiga domain pengembangan pendidikan yaitu domain pengetahuan, sikap dan keterampilan anak. Proses

pembelajaran pada tahap pra fase ini, kegiatan yang dominan adalah kegiatan untuk pemberian pengetahuan melalui video dan metode tanya jawab. Sementara untuk memunculkan domain sikap anak, anak diminta untuk mengungkapkan perasaannya tentang video yang ditontonnya. Domain keterampilan yang diharapkan muncul dalam diri anak dalam pembelajaran kindergarten watching siaga bencana

(12)

212 gempa bumi ini adalah keterampilan berpikir untuk mengambil sikap dan tindakan jika terjadi peristiwa seperti yang mereka tonton. Kendala selama kegiatan pra fase adalah rentang konsentrasi anak yang singkat dan kebiasaan imitasi pada anak, sebagai contoh saat menonton video ada adegan lucu, awalnya hanya satu atau dua anak yang tertawa, akhirnya beberapa anak juga ikut tertawa walaupun adegannya telah berakhir. Pada pemutaran video untuk pertama anak tertib karena mereka diikat dengan peraturan sebelum video diputar diantaranya: a)Bersedia untuk diam selama video diputar, b)Bersedia untuk tenang tidak mengganggu teman atau colek teman

Anak menandai adegan yang dianggap lucu yang membuat mereka tertawa pada pemutaran video pertama yang dimunculkan oleh beberapa temannya. Saat diputar ulang, adegan-adegan yang tertawa saat pemutaran awal secara spontan mereka pun tertawa bersama-sama. Sehingga pengetahuan yang ingin diberikan kepada anak melalui video untuk kedua kalinya lebih banyak diwarnai oleh tawa anak di beberapa adegan. Namun untuk pemutaran ketiga kalinya anak-anak kembali diingatkan akan peraturan awal yang telah disepakati, dan pemutaran video dapat berjalan lebih baik yaitu anak-anak bisa tenang sampai video selesai diputar. Hanya beberapa anak yang masih lupa akan perjanjiannya namun tidak terlalu mengganggu suasana pembelajaran.

Selesai pemutaran video, peneliti mengajukan pertanyaan pada anak untuk melihat ketercapaian domain-domain pembelajarannya, diantaranya: a)

Domain Pengetahuan berupa

pertanyaan” video apa yang mereka tonton? dimana mereka berkumpul?, apa saja yang mereka lihat di video?” Dari pertanyaan tersebut beragam jawaban

yang dimunculkan anak, ada yang menjawab rumah goyang, lemari menimpa orang, tali kabel listrik, pohon, orang gendong anak, anak sekolah dibawah meja” b) Domain sikap berupa pertanyaan tentang“ bagaimana perasaanmu jika gempa bumi terjadi?”Dari pertanyaan diatas muncul jawaban berupa takut karena waktu gempa gelas jatuh, takut karena nanti berdarah-darah ditimpa lemari dan lainnya. c) Domain keterampilan yang diharapkan muncul saat penelitian adalah keterampilan berpikir memecahkan masalah. Keterampilan berpikir ini dirangsang dengan mengajukan pertanyaan “jika gempa terjadi apa yang kamu lakukan?”. Dari pertanyaan diatas maka muncul jawaban anak seperti tutup kepala, lari ke kolong meja, panggil mama atau papa, lari kelapangan terbuka.

2. Fase 1. Fase 1 ini anak di ajak melakukan survey lingkungan dalam kelas. survey ini dilakukan untuk menstimulasi kecerdasan visual spasial (saat anak mengamati lingkunga dalam kelas) dan kinestetik anak (saat anak bergerak membantu pendidik mengatur tata letak didalam kelas) . Selain stimulasi kecerdasan, kegiatan di fase 1 ini juga tetap menyentuh domain pengfetahuan (menyebutkan benda, mengidentifikasi bentuk dan warna serta letaknya), sikap (kemampuan anak dalam menyatakan perasaannya) dan ketrampilan si anak (keterampilan berpikir memunculkan ide tata letak benda, bekerjasama, bekerja keras, tanggung jawab) .

3. Fase 2 Fase 2 kegiatannya sama dengan kegiatan survey di fase 1, namun lokasinya diluar kelas. anak di ajak melakukan survey lingkungan dalam kelas. survey ini dilakukan untuk menstimulasi kecerdasan visual spasial (saat anak mengamati lingkunga dalam kelas) dan kinestetik anak (saat anak bergerak membantu pendidik mengatur

(13)

213 tata letak didalam kelas) . Selain stimulasi kecerdasan, kegiatan di fase 1 ini juga tetap menyentuh domain pengfetahuan (menyebutkan benda, mengidentifikasi bentuk dan warna serta letaknya), sikap (kemampuan anak dalam menyatakan perasaannya) dan ketrampilan anak (tertib Selama survey dilaksanakan)

4. Fase 3 Fase 3 ini anak diminta untuk merealisasikan pengetahuan yang telah mereka dapat hasil survey kedalam bentuk peta. Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk kerja kelompok pada perlakuan awal dan untuk mengukur kemampuan individual perlakuan 2 anak diminta untuk mengerjakan secara individual. Pada fase 3 ini yang

dikembangkan adalah domain

pengetahuan anak dominan pada stimulasi visual spasial anak. Pembuatan peta ini dapat mengukur daya ingat anak tentang tata ruang didalam dan diluar kelasnya setelah mereka melakukan survey di fase 2. Sedangkan untuk stimulasi kecerdasan kinestetik pada fase ini lebih difokuskan pada kepada motorik halus anak (menempel dan menggunting foto).

Stimulasi pengembangan domain pengetahuan, sikap dan keterampilan anak juga dilaksanakan. Domain pengetahuan anak dalam penelitian ini dapat dilihat dari kemampuan anak menempelkan foto sesuai tata letaknya dan kemampuan anak menceritakan hasil karyanya. Domain pengembangan sikap anak dalam penelitian ini dapat dilihat

dari kemampuan anak dalam

mengungkapkan perasaannya saat mengerjakan tugas dan setelah menyelesaikan tugasnya. Sementara untuk domain keterampilannya dapat dilihat dari kemampuan motorik halus dan kerapian kerja anak, selain itu juga anak dilihat tanggung jawab dan keterempilan menjelaskan hasil karyanya ( keterampilan promosinya).

5. Fase 4 Fase 4 adalah diskusi jalur evakuasi. Fase 4 ini anak diajak untuk merapikan petanya , memperhatikan kembali petanya, setelah itu mendiskusikan jalur evakuasi dan menetapkan jalur evakuasinya. Stimulasi kecerdasan visual spasial anak dalam fase 4 ini terlihat dari kegiatan penentuan jalur evakuasi, dalam hal ini anak diminta untuk memperkirakan jalan yang mudah untuk keluar dari kelas. Fase 4 ini anak diajarkan untuk memperhatikan kembali tata ruang dalam dan luar kelasnya. Kemudian menentukan jalur evakuasinya. Kegiatan inilah yang berperan dan menjadi tolok ukur kemampuan visual spasial anak.

Kegiatan pembelajaran di fase ini juga tetap memperhatikan stimulasi untuk domain pengetahuan, sikap dan keterampilan anak. Pengetahuan anak pada fase 4 ini diukur dari kemampuan anak dalam menyebutkan bagian-bagian dari petanya. Sikap anak diukur dari

kemampuan anak dalam

mengungkapkan perasaannya atas hasil karyanya. Dalam hal ini berbagai cerita yang diungkapkan anak, anak merasa senang dengan hasil kerjanya, dan anak juga menceritakan dan mengomenttari hasil kerja temannya. Domain keteramoilan anak diukur dari kerapian hasil kerjanya dan tanggung jawabnya untuk menyelesaikan tugasnya.

6. Fase 5 Fase 5 ini adalah presentasi jalur evakuasi. Fase 5 ini pendidik kembali meperlihatkan peta evakuasi yang telah dibuat. Tujuannya untuk menjelaskan kembali jalur evakuasi sebelum dilakukan permainan simulasi gempa bumi. Kegiatan di fase 5 ini, pendidik meminta anak untuk menceritakan peta yang ada dipapan tulis. Setelah 3 orang anak tampil menceritakan peta dipapan tulis, selanjutnya pendidik meminta anak untuk menceritakan kembali peta yang mereka buat. Tujuannnya adalah untuk mengukur kemampuan visual spasial anak.sementara kemampuan kinestetik

(14)

214 anak tidak begitu terlihat, hanya saat berjalan kedepan dan menggunakan telunjuk untuk menunjukkan gambar yang anak jelaskan kepada teman-temannya. Stimulasi 3 domain perkembangan anak (pengetahuan, sikap dan keterampilan) di fase 5 ini juga tetap ada. Domain pengetahuan terlihat dari kegiatan anak menjelaskan peta dan jalur evakuasi di peta yang anak buat. Doamain pengembangan siakap dapat terlihat dan diukur dari kemampuan anak mengungkapkan perasaannya sebelum dan sesudah tampil presentasi. Fase 5 ini anak dibekali ketrampilan untuk presentasi dan berani tampil kedepan kelas dalam promosi (menjelaskan hasil kerjanya).

7. Fase 6 Fase 6 adalah survey jalur evakuasi. Pada fase ini anak diajak untuk kembali survey lingkungan dalam dan luar kelas dengan tujuan survey jalur evakuasi sebelum kegiatan simulasi dimulai. Survey ini memperkenalkan pada anak jalur yang telah disepakati sebagai jalur penyelamatan diri anak saat terjadi gempa bumi. Kegiatan ini untuk stimulasi kecerdasan visual spasial dan kinestetik anak. Stimulasi kecerdasan visual spasial anak terdapat pada kegiatan survey jalur evakuasi. Stimulasi kecerdasan kinestetiknya pada saat anak mampu berjalan atau berlari sesuai dengan jalur evakuasi yang telah didiskusikan di fase 5. Fase 6 dalam penelitian ini juga tidak terlepas dari pengembangan 3 domain kemampuan anak (pengetahuan, sikap dan

keterampilan anak). Domain

pengetahuan anak dapat dilihat dari kemampuan anak untuk menceritakan apa yang diamatinya di dalam dan di luar kelas, serta bisa menunjukkan jalur evakuasi yang telah didiskusikan di fase 5. Stimulasi untuk domain sikapnya adalah anak mampu mengungkapkan perbedaan perasaannya ketika berada di dalam atau diluar kelas. keterampilan yang distimulasi adalah keterampilan

anak dalam mengonterol emosi dalam bentuk tingkah laku tertib dengan semua langkah-langkah kegiatan main maupun dalam mengikuti kegiatan survey jalur evakuasi.

8. Fase 7 Fase terakhir adalah fase 7 yaitu bermain simulasi. Fase 7 ini kecerdasan visual spasial dan kinestetik anak tetap distimulasi. Stimulasi kecerdasan visual spasial anak dapat dilihat dari kemampuan anak mengingat dan berlari sesuai jalur evakuasi yang disepakati dan digambarkan di peta. Stimulasi kecerdasan kinestetik dapat dilihat dari kecakapan fungsi motorik kasar anak dalam bermain stimulasi terutama dalam berlari saat bermain stimulasi gempa bumi. Domain perkembangan anak ( pengetahuan, sikap dan keterampilan) tetap menjadi perhatian dalam penelitian ini. Stimulasi domain pengetahuan anak berupa kemampuan anak memahami aba-aba yang diberikan pendidik. Stimulasi domain sikapnya adalah kemampuan anak mengungkapkan persaannya setelah bermain. Stimulasi keterampilan anak dapat terlihat dari stimulasi anak untuk tertib , patuh pada aturan main, keterampilan untuk peduli dan bergerak cepat saat bermain simulasi gempa bumi.

SIMPULAN

Dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan 1) Tingkat kemampuan pendidik dalam mengelola pembelajaran

dengan menggunakan perangkat

pembelajaran mencapai kategori cukup baik, terlihat dari hasil penelitian yaitu terletak pada interval 2,50 ≤ TKG ≤ 3,50. 2), 2) Hasil belajar bertemakan alam semesta/gempa bumi dengan menggunakan perangkat pembelajaran dapat dikatakan baik dilihat dari hasil penelitian yaitu nilai t hitung lebih besar daripada t tabel t hitung > t tabel, 8,070 > 2,028 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran kindergarden watching dengan tema kebencanaan gempa bumi, 3)

(15)

215 Pembelajaran yang bertema alam semesta/gempa bumi dengan menggunakan metode kindergarden wacthing mampu memberikan pengaruh pada kecerdasan spasial/visual dan kinestetik anak didik, hal ini dibuktikan pada hasil survei observasi anak bahwa anak mampu menjelaskan lambang-lanbang, simbol, gambar dan tanda (bunyi) jika terjadi evakuasi penyelamatan diri dari gempa bumi dan anak mampu mengikuti permainan simulasi evakuasi gempa bumi dengan baik dan benar. Bukti lain dari hasil penelitian adalah pada hasil skor rata-rata yang diperoleh dari pretes dan postes yang menunjukkan nilai postes lebih tinggi daripada nilai pretes yang berarti anak mampu memahami pembelajaran yang diberikan. Selain pada kecerdasan visual spasial, pembelajaran juga memberikan efek positif terhadap 3 domain perkembangan anak (domain pengetahuan, sikap dan keterampilan anak). anak yang memberikan respon positif berjumlah 32 orang dari 38 anak ( 84,21%) dan respon negatif 6 orang dari 38 anak (15,79%)

DAFTAR RUJUKAN

Amstrong, T. 1999. 7 Kinds Of Smart: Identifying and Developing Your Multiple Intelligences. Penguin Putnam Inc. Edisi Indonesia. Alih Bahas T. Hemaya, 2002. 7 Kinds Of

Smart: Menemukan dan

Meningkatkan Kecerdasan Anda Berdasarkan Teori Multiple Intelligence. Jakarta: PT. Gramedia. Asmani, J. M. 2009. Manajement Strategis

Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Diva Press.

Gardner, H. 1993. Multiple Intelligences: The Theory in Practice. New York: Basic Books. Edisi Indonesia. Alih Bahasa Sindora, A.

Megawangi, R, dkk. 2005. Pendidikan Yang Patut Dan Menyenangkan. Jakarta: Indonesia Herritage Foundation

Musfiroh, T. 2005. Cerdas Melalui Bermain. Jakarta : Grasindo

Papalia, D. E. 2009. Human Development. Jakarta : Kencana

Putra, N. 2011. Research & Development Penelitian Dan Pengembangan suatu Pengantar, Jakarta : Grafindo Persada.

Rahman, H. 2005. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Grafindo Litera Media. Sanjaya, W. 2013. Penelitian Pendidikan

(Jenis, Metode dan Prosedur). Jakarta : Kencana

Slameto. 2005. Belajar Dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Surya, S. 2007. Melejitkan Multiple Intelegence Anak Sejak Dini. Yogyakarta : Andi Offset

Sugiyono. 2010. Statiska Untuk Penelitian. Alfabet: Bandung.

Yaumi, M. 2012. Pembelajaran Berbasis Multiple Intelegences. Jakarta : Dian Rakyat

Referensi

Dokumen terkait

Jika digunakan persentil ekstrim bawah 5, maka saluran masuk tebu tersebut akan terlalu sempit dan tidak memungkinkan untuk ukuran tangan operator, sehingga dengan

Untuk pengadaan perunut tersebut telah dilakukan pembuatan senyawa kompleks 58 Co(II)-EDTA dari campuran larutan 58 CoCl 2 dengan garam Na 2 EDTA pada kondisi optimum

Dari perhitungan maju dan mundur terdapat 5 kegiatan kritis yaitu suatu kegiatan dengan Tabel Float nya = 0 dan ini berarti kegiatan tersebut harus dilakukan dan

 Pelayanan penunjang medis merupakan peralatan yang dimiliki Rumah Sakit dimana harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan  Pedoman sesuai

Aliran listrik itu akan mengalir ke dalam tanah, melalui kabel konduktor, dengan demikian sambaran petir tidak mengenai

Hatékonyságát és bizton- ságosságát randomizált, kontrollált klinikai vizsgálatok igazolják papulopustulosus rosacea kezelésében monote- rápiában és szisztémás

Analisis Penanaman Nilai pada Materi Stoikiometri dalam Buku Teks Kimia untuk SMA/MA Kelas X oleh Penulis A, Penerbit