• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum

Taman Bunga Nusantara, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur berada pada ketinggian 824 m dpl serta berada 060.43.57 lintang selatan dan 1070.04.77 bujur timur. Intensitas curah hujan pada bulan Maret, April, dan Mei tahun 2011 berturut-turut yaitu 65,61 ml/hari, 118,77 ml/hari, dan 113,90 ml/hari. Jumlah hari hujan pada Maret, April, dan Mei tahun 2011 berturut-turut yaitu 23 hari, 27 hari, dan 21 hari. Luas taman mawar sekitar 2.000 m2 dan jenis mawar yang di-tanam adalah mawar lokal dan mawar impor (Baby rose, Miss american beauty,

camelot, playboy). Budidaya tanaman mawar meliputi pengolahan media tanam,

penanaman, penyulaman, penyiangan, pemupukan, penyiraman, pemangkasan, perbanyakan tanaman dilakukan dengan cangkok dan stek, serta pengendalian ha-ma dan penyakit tanaha-man ha-mawar.

Lahan mawar lokal ditambahkan dengan campuran pupuk kandang, dolo-mit, furadan, dan dekastar. Lahan mawar impor ditambahkan dengan campuran pasir (10 kg), pupuk kandang (5 kg), dolomit (250 gr), dekastar (20 gr), dan hu-mus bambu. Sebelum dan setelah tanam, pada lubang tanam dimasukkan EM4 500 ml yang dicampur dengan 50 liter air. Lubang tanam dibuat dengan kedalam-an 50 cm dkedalam-an lebar 50 cm. Jarak tkedalam-anam mawar berkisar 120 cm × 120 cm atau 30 cm × 30 cm, tergantung jenis mawar.

Pemupukan menggunakan NPK (16:16:16) dan pupuk kandang dilakukan sekali 2 minggu. Pupuk NPK yang diberikan pada mawar lokal sebanyak 50 gram per tanaman dengan cara disebar pada larikan yang dibuat di sekitar tanaman, se-dangkan mawar impor diberi pupuk NPK sebanyak 20 gram/tanaman dengan cara membuat lubang di sekitar tanaman dan pupuk NPK dimasukkan ke dalam lubang tersebut. Pupuk kandang sebanyak 10-15 kg dicampur dengan 50 liter air dan di-tambahkan EM4 sebanyak 200 ml. Pupuk tersebut sebanyak 10 liter dapat digunakan untuk 4 sampai 6 tanaman.

Pemangkasan pada tanaman mawar terdiri dari pemangkasan berat dan pe-mangkasan ringan. Pepe-mangkasan berat dilakukan dengan cara memotong cabang atau ranting 20 cm dari batang utama, bertujuan meremajakan tanaman kembali

(2)

dan membuang bagian tanaman yang terserang penyakit dan sulit ditanggulangi. Pemangkasan ringan dilakukan sekali seminggu dengan cara membuang tunas-tunas yang kecil, tunas-tunas atau cabang yang terserang penyakit, dan tunas-tunas-tunas-tunas yang tidak produktif atau tangkai bunga yang sudah rontok. Pemangkasan ini bertujuan merangsang tumbuhnya tunas-tunas yang produktif.

Pengendalian hama dan penyakit tanaman mawar dilakukan secara mekanik dan kimiawi. Pengendalian secara mekanik dilakukan dengan cara sanitasi pada gulma yang ada di sekitar pertanaman, mengambil langsung bekicot yang ada di pertanaman, memotong bagian tanaman yang terserang penyakit, dan mengorek bagian tanaman yang terserang lumut. Selain itu, pada lahan mawar impor dilaku-kan pemasangan perangkap kuning (yellow sticky trap) dan mulsa plastik hitam yang ditutupi dengan daun pinus.Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan pestisida secara rutin 2 kali seminggu.

Keragaman Spesies Trips

Hasil identifikasi trips, ditemukan 8 spesies trips yang menyerang tanaman mawar yaitu, Thrips parvispinus, Frankliniella intonsa, Thrips palmi, Scirtothrips

dorsalis, Microcephalothrips abdominalis, Megalurothrips usitatus, spesies A dan

spesies B. Semua spesies trips tersebut termasuk subordo Terebrantia. T.

parvi-spinus, F. intonsa T. palmi, S. dorsalis, M. abdominalis, dan M. usitatus

merupa-kan spesies trips dalam famili Thripidae. Sebagian besar famili Thripidae menjadi hama pada pertanaman. Identifikasi sampai tingkat spesies dilakukan berdasarkan karakter morfologi yang ditemukan.

Thrips parvispinus Karny (Gambar 1). Imago betina makroptera, tubuh berwarna coklat, tetapi warna kepala dan toraks lebih terang dibandingkan dengan abdomen (Gambar 1A). Antena berjumlah 7 segmen, warna kuning pada segmen III serta dasar segmen IV dan V, segmen III dan IV dengan sense cone berbentuk garpu (Gambar 1B). Kepala memiliki 2 pasang seta oseli, seta oseli III muncul di anterior margin segitiga oseli (Gambar 1C). Pronotum memiliki 2 pasang seta

posteroangular panjang dan 3 pasang seta posteromarginal (Gambar 1D).

Meta-notum tidak memiliki campaniform sensilla, seta median panjang dan berada di belakang anterior margin (Gambar 1E). Mesofurka dengan spinula. Sayap depan

(3)

berwarna coklat, tetapi pada bagian dasar berwarna terang, barisan seta venasi pertama dan kedua lengkap (Gambar 1F). Abdomen tergit II memiliki 3 seta mar-ginal lateral, tergit V-VIII memiliki ctenedia di bagian lateral dan pada tergit VIII

ctenedia berada di posteromesad spirakel (Gambar 1G). Abdomen sternit II

me-miliki 2 pasang seta marginal, sternit III-VII meme-miliki 3 pasang seta marginal, sternit II dan VII tanpa seta diskal, sternit III-VI memiliki 6-12 seta diskal yang barisannya tidak beraturan (Gambar 1H). Imago jantan mirip imago betina, tetapi jantan berwarna kuning.

Gambar 1 Thrips parvispinus, (A) imago betina, (B) antena segmen III & IV

sense cone berbentuk garpu, (C) kepala dengan 2 pasang seta oseli,

(D) pronotum, (E) metanotum, (F) sayap depan, (G) ctenedia pada abdomen tergit VIII, dan (H) abdomen sternit VI-VII.

Frankliniella intonsa Trybom (Gambar 2). Tubuh berwarna coklat tetapi kepala dan pronotum lebih terang dibandingkan dengan abdomen, imago betina makroptera (Gambar 2A). Antena berjumlah 8 segmen, segmen III dan IV ber-warna kuning dan sense cone berbentuk garpu (Gambar 2B). Kepala memiliki 3

A B H F E D C G

(4)

I A F B G H E

pasang seta oseli, seta oseli III lebih panjang daripada seta oseli II dan berada di anterior margin segitiga oseli (Gambar 2C). Pronotum memiliki lima pasang seta utama, seta pada anteromarginal lebih pendek dari seta anteroangular (Gambar 2D). Metanotum memiliki 2 pasang seta pada anterior margin dan tidak memiliki

campaniform sensilla (Gambar 2E). Sayap depan berwarna terang dengan seta

berwarna gelap dan pada venasi pertama dan kedua memiliki barisan seta lengkap (Gambar 2F). Abdomen tergit V-VIII mempunyai ctenedia di bagian lateral, pada tergit VIII ctenedia di anterolateral spirakel (Gambar 2G), Comb

posteromar-ginal pada tergit VIII lengkap, microtrichia pendek dan halus yang berada pada

dasar segitiga (Gambar 2H). Abdomen sternit III-VII tidak memiliki seta diskal. Imago jantan mirip dengan imago betina, tetapi tubuh jantan berwarna kuning dan seta posterolateral lebih tebal (Gambar 2I).

Gambar 2 Frankliniella intonsa, (A) imago betina, (B) antena, (C) kepala memiliki 3 pasang seta oseli, (D) pronotum dengan 5 pasang seta utama, (E) metanotum, (F) sayap depan, (G) ctenedia pada abdomen tergit VIII, (H) comb posteromarginal pada abdomen tergit VIII, dan (I) imago jantan.

C

(5)

Thrips palmi Karny (Gambar 3). Imago betina makroptera, tubuhnya dan tungkai berwarna kuning (Gambar 3A). Antena berjumlah 7 segmen, segmen I-III berwarna terang, sedangkan segmen VI-VII berwarna coklat, segmen III dan IV memiliki sense cone berbentuk garpu. Kepala memiliki 2 pasang seta oseli, seta oseli III berada di luar segitiga oseli. Pronotum memiliki 2 pasang seta

postero-angular panjang dan 3 pasang seta posterior margin (Gambar 3B). Metanotum

memiliki pola retikulasi garis longitudinal yang terpusat pada posterior margin dan garis transversal melengkung pada anterior, memiliki campaniform sensilla, seta median muncul di belakang anterior margin (Gambar 3C). Mesofurka memi-liki spinula. Sayap depan berwarna terang, barisan seta venasi pertama 2 atau 3 seta setengah distal dan barisan seta pada venasi kedua sekitar 15 seta. Abdomen tergit II memiliki 4 seta marginal pada bagian lateral, pada tergit V-VIII memiliki

ctenedia di bagian lateral, pada tergit VIII ctenedia berada di posteromesad

spi-rakel, comb pada posterior margin lengkap, dengan microtrichia yang panjang dan ramping (Gambar 3D). Abdomen sternit II memiliki 2 pasang seta marginal, pada sternit III-VII memiliki 3 pasang seta marginal, dan seta marginal pada median sternit VII berada di depan margin, sternit tanpa seta diskal.

Gambar 3 Thrips palmi, (A) imago betina, (B) pronotum, (C) metanotum dengan

campaniform sensilla, dan (D) abdomen tergit VIII. (a)

A B

(6)

Scirtothrips dorsalis Hood (Gambar 4). Imago betina makroptera, tubuh berwarna kuning, tapi antecostal tergit dan sternit abdomen berwarna coklat gelap (Gambar 4A). Antena berjumlah 8 segmen, segmen I–III berwarna terang dan segmen V-VIII berwarna coklat, segmen III dan IV sense cone berbentuk garpu. Kepala memiliki 3 tiga pasang seta oseli dan seta oseli III berada di antara oseli belakang (Gambar 4B). Pronotum memiliki 4 pasang seta posterior margin dan

sculpture dengan garis-garis transversal yang sempit (Gambar 4C). Metanotum

memiliki sculpture berupa garis longitudinal paralel pada setengah posterior,dan tidak memiliki campaniform sensilla. Mesofurka dan metafurka dengan spinula. Sayap depan mempunyai barisan seta pada venasi pertama 3 seta pada setengah distal dan venasi kedua dengan jarak 2 seta, serta fringe cilia pada posterior sayap biasanya lurus (Gambar 4D). Klavus memiliki 4 seta venasi. Abdomen pada ter-git VIII mempunyai comb lengkap yang melewati posterior margin (Gambar 4E). Sternit abdomen tanpa seta diskal dan ditutupi oleh barisan microtrichia kecuali di

anteromedial, serta tidak terdapat comb dengan microtrichia di posterior margin

sternit. Jantan hampir mirip dengan betina tapi ukuran lebih kecil. -

Gambar 4 Scirtothrips dorsalis, (A) imago betina, (B) kepala, (C) pronotum, (D) sayap depan, dan (E) abdomen tergit VIII.

A

E D

C B

(7)

Microcephalothrips abdominalis Crawford (Gambar 5). Imago betinanya makroptera, tubuh dan sayap berwarna coklat (Gambar 5A). Antena berjumlah 7 segmen, segmen antena lebih kecil-kecil, segmen III dan IV dengan sense cone berbentuk garpu, segmen III berwarna coklat terang dibandingkan dengan segmen antena lainnya (Gambar 5B). Kepala memiliki 2 pasang seta oseli, seta oseli III berada di anterolateral segitiga oseli, dan kepala memiliki seta postokular kecil. Pronotum memiliki 2 pasang seta posteroangular dan 5 pasang seta posterior mar-gin. Metanotum memiliki sculpture linear halus, dan memiliki campaniform

sen-silla (Gambar 5C). Mesofurka dengan spinula. Sayap depan ditandai dengan 3

seta setengah distal pada venasi pertama dan venasi kedua sekitar 7 seta. Abdo-men tergit V-VIII memiliki ctenedia di bagian lateral, pada tergit VIII ctenedia berada di posteromesad spirakel dan memiliki comb dengan microtrichia ramping yang berada pada dasar segitiga (Gambar 5D).

Gambar 5 Microcephalothrips abdominalis, (A) imago betina, (B) antena berjumlah 7 segmen, (C) metanotum, dan (D) abdomen tergit VIII memiliki ctenedia dan comb dengan microtrichia pada dasar segitiga.

B A

(8)

Megalurothrips usitatus Bagnall (Gambar 6). Imago betina makroptera, tubuh berwarna coklat gelap (Gambar 6A). Antena berjumlah 8 segmen, segmen III lebih terang dari segmen lainnya, segmen III dan IV mempunyai sense cone berbentuk garpu (Gambar 6B). Kepala memiliki 3 pasang seta oseli, seta oseli III lebih panjang dari seta oseli II dan berada di anterior margin segitiga oseli (Gambar 6C). Pronotum memiliki 2 pasang seta posteroangular panjang dan 3 pasang seta posterior margin (Gambar 6D). Metanotum dengan sculpture yang tidak terlalu jelas, memiliki campaniform sensilla (Gambar 6E). Mesofurka dengan spinula. Sayap depan berwarna belang-belang yaitu coklat dan agak putih, venasi pertama dengan sebaris seta panjang kemudian terputus dan diikuti dua seta terakhir, barisan seta venasi kedua lengkap (Gambar 6F). Abdomen pada bagian tergit tidak memiliki ctenidia, tapi pada tergit VIII terdapat kelompok

microtrichia di anteromesad spirakel, tergit VIII memiliki comb posteromarginal

dengan microtrichia halus tapi pada bagian tengah kosong (Gambar 6G). Sternit abdomen tanpa seta diskal, sepasang seta marginal pada median sternit VII berada di depan margin.

Gambar 6 Megalurothrips usitatus, (A) imago betina, (B) antena, (C) kepala, (D) pronotum, (E) metanotum, (F) sayap depan, dan (G) abdomen tergit VIII memiliki kelompok microtrichia dan memiliki comb dengan microtrichia tapi kosong di bagian tengah.

A B

E F

C

D

(9)

Spesies A (Gambar 7). Imago betinanya berwarna kuning (Gambar 7A).

Antena trips berjumlah 7 segmen, segmen III dan IV dengan sense cone sederhana (Gambar 7B). Kepala memiliki 2 pasang seta oseli, seta oseli III di anterolateral oseli bagian depan, dan memiliki barisan seta postokular berjajar menggaris ke arah posterior (Gambar 7C). Pronotum memiliki 2 pasang seta posteroangular. Metanotum dengan sculpture garis longitudinal tidak beraturan, tidak memiliki

campaniform sensilla (Gambar 7D). Mesofurka dengan spinula, tapi metafurka

tanpa spinula. Sayap depan berwarna belang-belang yaitu kuning dan agak putih, venasi pertama dan kedua pada sayap depan mempunyai barisan seta tidak sera-gam bersambung (Gambar 7E). Abdomen tergit V-VIII mempunyai ctenedia di bagian lateral (Gambar 7F), pada tergit VIII ctenedia berada di posteromesad spi-rakel dan tidak terdapat comb posteromarginal pada bagian tengah (Gambar 7G). Abdomen sternit II memiliki 2 seta diskal dan 2 pasang seta marginal, sedangkan sternit III-VII memiliki 8 seta diskal dan 3 pasang seta margin.

Gambar 7 Spesies A, (A) imago betina, (B) antena (C) kepala memiliki 2 pasang seta oseli dan barisan seta postokular berjajar ke arah posterior, (D) metanotum, (E) sayap depan, (F) abdomen tergit VII memiliki

ctenidia di bagian lateral, dan (G) abdomen tergit VIII dengan ctenedia di posteromesad spirakel.

A B C E F G D

(10)

Spesies B (Gambar 8). imago betina makroptera, tubuh berwarna coklat

gelap dan tarsi kuning (Gambar 8A). Antena berjumlah 8 segmen, segmen VIII lebih panjang dari segmen VI, segmen III dan IV mempunyai sense cone ber-bentuk garpu, segmen III dan dasar segmen IV berwarna terang. Kepala memiliki 3 pasang seta oseli, seta oseli III lebih panjang dari seta oseli II dan seta oseli III berada di luar anterior margin segitiga oseli (Gambar 8B). Pronotum memiliki 2 pasang seta posteroangular panjang dan memiliki 3 pasang seta posterior margin. Metanotum tanpa campaniform sensilla, mesofurka dengan spinula (Gambar 8C). Sayap depan dengan barisan seta venasi pertama 2 seta setengah distal dan barisan seta venasi kedua lengkap (Gambar 8E). Tergit abdomen tidak memiliki ctenedia tapi ditemukan kelompok microtrichia dan pada tergit VIII terdapat comb lengkap dengan microtrichia panjang dan ramping (Gambar 8D). Sternit abdomen tidak memiliki seta diskal, sternit VII memiliki sepasang seta marginal pada median muncul di anterior hingga margin. Imago jantan (Gambar 8F) mirip imago betina, tetapi imago jantan memiliki area glandular (kelenjar) di bagian abdomen.

Gambar 8 Spesies B, (A) imago betina, (B) kepala, (C) metanotum, (D) sayap depan, (E) abdomen tergit VIII memiliki comb dengan microtrichia yang panjang dan ramping, dan (F) imago jantan.

A E B D C F

(11)

Perbedaan antara trips subordo Terebrantia dan Tubulifera dapat dilihat dari struktur ujung abdomen dan sayap depan. Subordo Terebrantia memiliki ujung abdomen yang tidak berbentuk pipa dan terdapat barisan seta venasi, serta pada permukaan sayap depan terdapat microtrichia. Subordo Tubulifera memiliki ciri pada ujung abdomen yang berbentuk seperti pipa, permukaan sayap depan halus dan tidak memiliki barisan seta venasi (Gambar 9).

Gambar 9 Trips Subordo Tubulifera

Eksplorasi Cendawan Entomopatogen pada Trips

Total preparat trips pada eksplorasi cendawan entomopatogen berbeda-beda. Jumlah preparat trips mawar lokal 240 preparat. Preparat trips dari mawar impor berjumlah 150 preparat.

Stadia cendawan entomopatogen yang ditemukan saat pengamatan adalah konidia primer dan konidia sekunder (Gambar 10). Konidia primernya berbentuk bulat dan memiliki tabung kapiler hialin. Konidia primer dan kapiler hialin yang telah melepaskan konidia sekunder disebut ghost conidia. Konidia sekunder ber-bentuk lonjong seperti gabah. Konidia sekunder yang dilepaskan kapiler hialin, biasanya menempel pada antena, tungkai, atau bagian luar tubuh trips. Konidia sekunder bersifat infektif dan konidia yang tahan terhadap lingkungan yang tidak sesuai.

Berdasarkan deskripsi di atas, konidia sekunder yang diamati termasuk Tipe II atau kapilikonidia. Konidia sekunder dihasilkan satu-persatu dari tabung kapi-ler langsing yang muncul dari konidia primer, dan kapilikonidia dilepaskan secara pasif. Cendawan Entomophthorales yang ditemukan menginfeksi trips termasuk genus Neozygites.

(12)

Gambar 10 Trips terinfeksi cendawan entomopatogen, (A) konidia primer, konidia sekunder, dan ghost conidia pada abdomen trips dan (B) konidia sekunder menempel pada antena trips.

Montserrat et al. (1998) menemukan imago dan nimfa F. occidentalis ter-infeksi Neozygites parvispora. Kadaver trips yang ditemukan menempel pada daun. Stadia konidia primer berbentuk bola (spherical) dengan papila terpotong (truncate). Bentuk dan ukuran konidia sekunder mirip dengan konidia primer. Kapillikonidia berbentuk oval, menghasilkan bahan perekat mucilaginous distal dan disangga oleh kapiler dan biasanya kapilikonidia muncul di ujung kapiler.

Infeksi cendawan entomopatogen ditemukan pada sampel trips baik dari tanaman mawar lokal maupun mawar impor. Spesies trips yang yang ditemukan terinfeksi cendawan entomopatogen yaitu T. parvispinus dan F. intonsa (Tabel 1). Infeksi cendawan entomopatogen pada T. parvispinus ditemukan pada tanggal 28 Maret, 31 Maret, 4 April dan 15 April 2010. Infeksi cendawan entomopatogen pada F. intonsa ditemukan pada tanggal 4 April, 11 April dan 15 April 2010. Infeksi cendawan entomopatogen tertinggi terjadi pada tanggal 4 April 2011, pada

T. parvispinus mawar impor, yaitu sebesar 2,7%.

Menurut Steinkraus et al. (1995), populasi hama dan curah hujan dapat me-pengaruhi infeksi cendawan Entomophthorales. Populasi hama meningkat, di-sertai dengan terjadinya peningkatan infeksi cendawan Entomophthorales pada hama. Serangga hama juga berperan penting dalam penyebaran cendawan Ento-mophthorales. Hujan deras dapat menyebabkan tersapunya hama dan cendawan yang terdapat pada hama dari tanaman.

B A

(13)

Tabel 1 Persentase T. parvispinus dan F. intonsa terinfeksi cendawan entomo-patogen pada delapan kali pengamatan tahun 2011

Tanggal Mawar Jumlah trips (individu) T. parvispinus F. intonsa Jumlah terinfeksi (individu) Persentase infeksi Jumlah terinfeksi (individu) Persentase infeksi 28 Maret Lokal 300 1 0,3 0 0 Impor 150 0 0 0 0 31 Maret Lokal 300 1 0,3 0 0 Impor 150 1 0,7 0 0 4 April Lokal 300 1 0,3 1 0,3 Impor 150 4 2,7 1 0,7 7 April Lokal 300 0 0 0 0 Impor 150 0 0 0 0 11 April Lokal 300 0 0 0 0 Impor 150 2 1,3 1 0,7 14 April Lokal 300 0 0 0 0 Impor 150 1 0,7 1 0,7 18 April Lokal 300 0 0 0 0 Impor 150 0 0 0 0 21 April Lokal 300 0 0 0 0 Impor 150 0 0 0 0

Persentase stadia cendawan entompatogen yang ditemukan pada atau di dalam tubuh trips mawar lokal tercantum pada Gambar 11. Stadia konidia primer ditemukan pada pengambilan sampel trips tanggal 28 Maret dan 31 Maret, dengan persentase masing-masing 0,3%. Konidia sekunder ditemukan pada pengambilan sampel trips tanggal 4 April yaitu 0,7%.

Persentase stadia cendawan entomopatogen yang ditemukan pada atau di dalam tubuh trip mawar impor tercantum pada Gambar 12. Stadia konidia primer ditemukan pada pengambilan sampel trips tanggal 4 April yaitu 0,7%. Stadia konidia sekunder di-temukan pada sampel trips tanggal 31 Maret, 4 April, 11 April dan 14 April. Persentase infeksi berturut-turut yaitu 0,7%, 2,7%, 2%, dan 1,3%.

(14)

Gambar 11 Persentase stadia cendawan entomopatogen pada trips mawar lokal tahun 2011.

Gambar 12 Persentase stadia cendawan entomopatogen pada trips mawar impor tahun 2011.

Populasi Trips pada Bunga Mawar

Secara umum, jumlah trips pada bunga mawar lokal lebih tinggi dibanding-kan dengan jumlah trips pada bunga mawar impor, terutama pada tanggal 24 Maret, 14 April, 21 April, 28 April, dan 5 Mei 2011 (Tabel 2). Hal tersebut di-duga terjadi karena pengaruh dari jumlah petal dan ukuran bunga. Mawar lokal memiliki jumlah petal lebih banyak dan ukuran bunga lebih besar dibandingkan dengan mawar impor, sehingga tempat bagi trips pada bunga mawar lokal lebih luas. 95% 96% 97% 98% 99% 100% 1 2 3 4 5 6 7 8 P e rs e n ta se s a m p el t ri p s

Waktu pengambilan sampel

Sehat

Konidia sekunder

Konidia Primer

Badan hifa

Spora istirahat

Cendawan saprofitik

28 Mar 31 Mar 4 Apr 7 Apr 11 Apr 14 Apr 18 Apr 21 Apr

90% 91% 92% 93% 94% 95% 96% 97% 98% 99% 100% 1 2 3 4 5 6 7 8 P e rs e nt a se s a m pe l tr ips

Waktu pengambilan sampel

Sehat Konidia sekunder Konidia Primer

Badan hifa Spora istirahat Cendawan saprofitik 28 Mar 31 Mar 4 Apr 7Apr 11 Apr 14 Apr 18 Apr 21 Apr

(15)

Tabel 2 Populasi trips pada bunga mawar lokal dan mawar impor tahun 2011

(*) berbeda nyata pada taraf nyata (α) 5%, aSD = Standar deviasi

Populasi trips pada bunga mawar lokal dan mawar impor paling tinggi ter-jadi pada awal pengamatan, hal tersebut dikarenakan kondisi pada pertanaman mawar cukup kering. Kelembaban yang rendah dan suhu yang tinggi pada musim kemarau merupakan kondisi yang cocok bagi hama trips sehingga perkembangan-nya lebih cepat (Prabaningrum & Moekasan 2007). Pengamatan minggu berikut-nya sudah memasuki musim penghujan dan populasi trips berkurang dibanding-kan dengan pengamatan sebelumnya. Menurut Tobing (1996) curah hujan yang tinggi dan jumlah hari hujan yang lama dapat mengganggu proses berpupa trips di dalam tanah.

Ketertarikan Trips pada Warna Perangkap Likat

Trips pada perangkap likat yang diidentifikasi sampai tingkat spesies yaitu,

T. parvispinus, F. intonsa, S. dorsalis, M. abdominalis, T. palmi, M. usitatus. Dari

semua spesies trips yang diidentifikasi, T. parvispinus dan F. intonsa yang paling banyak ditemukan. Genus Thrips, Frankliniella, dan Scirtothrips, sebagian besar menjadi hama pada tanaman (Morse & Hoddle 2006). Thrips parvispinus me-rupakan hama serius pada pertanaman cabai di Indonesia (Sastrosiswojo 1991). Selain trips tersebut, pada perangkap likat juga ditemukan 2 spesies yang belum dapat diidentifikasi yaitu spesies A dan spesies B, serta ditemukan juga spesies dari subordo Tubulifera.

Berdasarkan analisis ragam, umumnya perbedaan jenis tanaman tidak mem-pengaruhi jumlah trips yang terperangkap. Akan tetapi warna perangkap mempe-ngaruhi jumlah trips yang terperangkap terutama T. parvispinus dan F. intonsa. Menurut Park et al. (2002), trips menemukan inangnya lebih dipengaruhi warna bunga dibandingkan dengan varietas tanaman.

Mawar Jumlah trips (individu/bunga/10 tepuk) ± SD

a pada tanggal

24 Maret 31 Maret 7 April 14 April 21 April 28 April 5 Mei 15 Mei Lokal 5,3±3,22 2,7±1,59 3,08±2,0 2,6±1,6 2,5±1,85 2,8±2,05 2,2±1,48 2,3±1,18 Impor 3,4±2,46 2,3±1,26 2,9±1,94 1,8±1,09 1,8±1,14 1,9±1,06 1,4±0,62 2,0±1,36

(16)

Rataan trips yang terperangkap pada perangkap berwarna biru, putih, dan kuning yang dipasang di pertanaman mawar lokal, mawar impor, dan barrier se-lama 8 minggu pengamatan tercantum pada Tabel 3. Berdasarkan analisis ragam, interaksi antara jenis tanaman dan warna perangkap hanya terjadi pada pengama-tan ke-3. Trips lebih banyak terperangkap warna biru dan putih yang dipasang di mawar impor dibandingkan dengan warna biru dan putih yang dipasang di mawar lokal. Umumnya, jenis tanaman secara tunggal tidak mempengaruhi jumlah trips yang terperangkap, kecuali pada pengamatan ke-4. Jumlah trips pada perangkap yang dipasang di mawar impor secara nyata lebih tinggi dibandingkan dengan pe-rangkap yang dipasang di mawar lokal dan barrier. Warna pepe-rangkap mempe-ngaruhi jumlah trips yang terperangkap pada pengamatan 1, 2, 3, dan ke-4. Warna biru dan putih lebih disukai trips dibandingkan dengan warna kuning.

Rataan T. parvispinus yang terperangkap pada perangkap warna biru, putih, dan kuning yang dipasang di pertanaman mawar lokal, mawar impor, dan barrier selama 8 minggu pengamatan tercantum pada Tabel 4. Berdasarkan hasil analisis ragam, tidak terdapat interaksi antara jenis tanaman dan warna perangkap terha-dap jumlah T. parvispinus yang terperangkap. Jenis tanaman juga, tidak ditemu-kan secara nyata mempengaruhi jumlah T. parvispinus yang terperangkap. Warna perangkap mempengaruhi ketertarikan T. parvispinus pada pengamatan 1, ke-2, ke-3, ke-4, dan ke-5. Warna biru dan putih paling disukai T. parvispinus diban-dingkan dengan warna kuning.

Rataan F. intonsa yang terperangkap pada perangkap berwarna biru, putih, dan kuning yang dipasang di pertanaman mawar lokal, mawar impor, dan barrier selama 8 minggu pengamatan tercantum pada Tabel 5. Hasil analisis ragam, tidak ditemukan interaksi antara jenis tanaman dan warna perangkap. Jenis tanaman umumnya tidak mempengaruhi ketertarikan F. intonsa, kecuali pada pengamatan ke-3. Jumlah F. intonsa lebih banyak pada perangkap yang dipasang di mawar impor dibandingkan dengan perangkap yang dipasang di mawar lokal dan barrier. Warna mempengaruhi ketertarikan F. intonsa di lapangan. Pada pengamatan ke-1, ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-6, warna biru dan putih lebih disukai F.intonsa diban-dingkan dengan warna kuning. Menurut Chu et al. (2006), warna biru dan putih lebih disukai F. intonsa dibandingkan dengan warna kuning.

(17)

Tabel 3 Rataan trips (individu/perangkap) pada tiga warna perangkap likat yang dipasang di pertanaman mawar dan barrier

Waktu pengamatan Warna Tanaman Rata-rata Mawar lokal Mawar impor Barrier 1 Biru 12,3 6,0 11,3 9,9 a Putih 14,0 9,7 11,0 11,6 a Kuning 4,0 3,3 3,3 3,5 b Rata-rata 10,1 a 6,3 a 8,5 a 2 Biru 7,3 7,3 8,7 7,8 ab Putih 10,0 9,7 10,0 9,9 a Kuning 3,2 8,3 3,7 5,1 b Rata-rata 6,8 a 8,4 a 7,4 a 3 Biru 5,5 c 17,0 a 12,7 ab 11,7 Putih 7,8 c 17,3 a 17,0 a 14,1 Kuning 7,8 c 11,3 abc 5,7 c 8,3 Rata-rata 7,1 15,2 11,8 4 Biru 8,3 16,3 8,0 10,9 a Putih 9,3 16,0 13,0 12,8 a Kuning 2,8 6,0 1,0 3,3 b Rata-rata 6,8 b 12,8 a 7,3 b 5 Biru 5,5 4,0 4,7 4,7 a Putih 5,7 8,0 7,0 6,9 a Kuning 4,2 3,0 2,7 3,3 a Rata-rata 5,1 a 5,0 a 4,8 a 6 Biru 10,8 6,3 6,0 7,7 a Putih 8,0 9,3 7,0 8,1 a Kuning 6,2 3,0 3,7 4,3 a Rata-rata 8,3 a 6,2 a 5,6 a 7 Biru 3,5 12,0 2,7 6,1 a Putih 5,7 3,3 5,0 4,7 a Kuning 9,3 9,0 4,0 7,4 a Rata-rata 6,2 a 8,1 a 3,9 a 8 Biru 3,3 5,7 4,7 4,6 a Putih 6,0 6,3 6,7 6,3 a Kuning 2,3 2,0 2,3 2,2 a Rata-rata 3,9 a 4,7 a 4,6 a

Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris per waktu pengamatan, tidak berbeda secara nyata pada taraf nyata 5% menurut uji jarak berganda Duncan.

(18)

Tabel 4 Rataan T. parvispinus (individu/perangkap) pada tiga warna perangkap likat yang dipasang di pertanaman mawar dan barrier

Waktu pengamatan Warna Tanaman Rata-rata Mawar lokal Mawar impor Barrier 1 Biru 6,5 1,7 5,3 4,5 a Putih 6,3 3,3 6,7 5,4 a Kuning 0,7 0,3 1,7 0,9 b Rata-rata 4,5 a 1,8 a 4,6 a 2 Biru 3,5 3,3 3,3 3,4 ab Putih 6,0 4,3 5,7 5,3 a Kuning 0,5 2,7 1,7 1,6 b Rata-rata 3,3 a 3,4 a 3,6 a 3 Biru 2,5 3,3 2,0 2,6 ab Putih 2,8 4,3 2,3 3,1 a Kuning 1,0 1,0 2,3 1,4 b Rata-rata 2,1 a 2,9 a 2,2 a 4 Biru 3,5 5,3 3,3 4,0 a Putih 4,3 7,0 4,7 5,3 a Kuning 0,3 1,3 0,3 0,6 b Rata-rata 2,7 a 4,5 a 2,8 a 5 Biru 1,0 1,0 0,3 0,8 b Putih 1,3 2,7 2,3 2,1 a Kuning 0,0 0,0 0,3 0,1 b Rata-rata 0,8 a 1,2 a 1,0 a 6 Biru 2,2 2,0 0,3 1,5 a Putih 1,3 0,3 2,7 1,4 a Kuning 0,5 2,3 0,0 0,9 a Rata-rata 1,3 a 1,5 a 1,0 a 7 Biru 0,7 0,3 0,7 0,6 a Putih 1,3 0,7 1,0 1,0 a Kuning 0,2 1,3 0,0 0,5 a Rata-rata 0,7 a 0,8 a 0,6 a 8 Biru 1,1 1,0 2,0 1,4 a Putih 0,2 0,0 0,7 0,3 a Kuning 2,2 2,3 1,0 1,8 a Rata-rata 1,2 a 1,1 a 1,2 a

Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris per waktu pengamatan, tidak berbeda secara nyata pada taraf nyata 5% menurut uji jarak berganda Duncan.

(19)

Tabel 5 Rataan F. intonsa (individu/perangkap) pada tiga warna perangkap likat yang dipasang di pertanaman mawar dan barrier

Waktu pengamatan Warna Tanaman Rata-rata Mawar lokal Mawar impor Barrier 1 Biru 3,5 1,3 1,3 2,0 a Putih 3,2 2,3 2,0 2,5 a Kuning 0,5 0,7 0,3 0,5 b Rata-rata 2,4 a 1,4 a 1,2 a 2 Biru 0,7 0,7 1,0 0,8 a Putih 0,8 1,0 0,7 0,8 a Kuning 0,0 0,3 0,0 0,1 b Rata-rata 0,5 a 0,7 a 0,6 a 3 Biru 1,3 5,7 0,7 2,6 a Putih 0,8 3,7 0,7 1,7 ab Kuning 0,5 1,3 0,0 0,6 b Rata-rata 0,9 b 3,6 a 0,5 b 4 Biru 2,5 5,3 0,7 2,8 a Putih 1,3 2,7 2,3 2,1 a Kuning 0,2 0,7 0,3 0,4 b Rata-rata 1,3 a 2,9 a 1,1 a 5 Biru 2,7 1,0 1,3 1,7 a Putih 1,2 2,7 1,7 1,9 a Kuning 1,7 0,7 0,0 0,8 a Rata-rata 1,9 a 1,5 a 1,0 a 6 Biru 6,3 1,7 1,3 3,1 a Putih 4,2 2,0 1,3 2,5 ab Kuning 2,8 0,7 0,3 1,3 b Rata-rata 4,4 a 1,5 a 1,0 a 7 Biru 0,5 9,3 0,0 3,3 a Putih 2,3 1,0 0,0 1,1 a Kuning 0,3 2,3 0,0 0,9 a Rata-rata 1,0 a 4,2 a 0,0 a 8 Biru 0,8 1,7 0,3 0,9 a Putih 1,7 0,0 0,3 0,7 a Kuning 0,3 0,0 0,0 0,1 a Rata-rata 0,9 a 0,6 a 0,2 a

Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris per waktu pengamatan, tidak berbeda secara nyata pada taraf nyata 5% menurut uji jarak berganda Duncan.

Gambar

Gambar 1  Thrips  parvispinus,  (A)  imago  betina,  (B)  antena  segmen  III  &  IV  sense  cone  berbentuk  garpu,  (C)  kepala  dengan  2  pasang  seta  oseli,  (D)  pronotum,  (E)  metanotum,  (F)  sayap  depan,  (G)  ctenedia  pada  abdomen tergit
Gambar 2   Frankliniella  intonsa,  (A)  imago  betina,  (B)  antena,  (C)  kepala  memiliki  3  pasang  seta  oseli,  (D)  pronotum  dengan  5  pasang  seta  utama,  (E)  metanotum,  (F)  sayap  depan,  (G)  ctenedia  pada  abdomen  tergit VIII, (H) comb
Gambar 3  Thrips palmi, (A) imago betina, (B) pronotum, (C) metanotum dengan  campaniform sensilla, dan (D) abdomen tergit VIII
Gambar 4  Scirtothrips dorsalis, (A) imago betina, (B) kepala, (C) pronotum, (D)  sayap depan, dan (E) abdomen tergit VIII
+7

Referensi

Dokumen terkait

Muslimin, Paradigma Baru Pendidikan, Restropeksi dan Proyeksi Modernisasi Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta : Dirjen Pendidikan Islam Depertemen Agama Republik

Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti tertarik untuk merancang dan membangun sebuah sistem yang mampu mengidentifikasi hama dan penyakit tumbuhan teh

Pers dalam arti kata sempit yaitu yang menyangkut dengan kegiatan komunikasi yang hanya dilakukan dengan perantara barang cetakan.. Sedangkan pers dalam arti kata

Cara ini juga digunakan untuk mengukur lebar enam gigi anterior rahang atas pada metode pengukuran anatomi wajah dengan menggunakan kaliper digital namun pengukurannya

Berdasarkan persentase transformasi, efisiensi regenerasi, dan persentase eksplan yang membawa gen Mmcu/Zn-SOD , maka keberhasilan tertinggi dalam transfer gen pada

Is there a difference on primordial follicle number, corpus luteum and Fmr1 mRNA levels in ovaries between homozygous (have two premutation alleles in both X

Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus. bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu

• Kemampuan dan keterampilan berpikir kreatif dan imajinatif (creative-thinking skills). Berpikir kreatif adalah bagaimana cara orang menangani masalah dan mencari