• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengundangan atau penetapan peraturan perundang-undangan; dan nama peraturan perundangundangan. Penyusunan bagian pembukaan terdiri dari frasa dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "pengundangan atau penetapan peraturan perundang-undangan; dan nama peraturan perundangundangan. Penyusunan bagian pembukaan terdiri dari frasa dengan"

Copied!
266
0
0

Teks penuh

(1)

i

(2)
(3)
(4)

iv

RINGKASAN

Buku ajar Perancangan Peraturan Perundang-undangan menyajikan bahan ajar meliputi: pengertian, ruang lingkup dan teori pembentukan peraturan perundang-undangan; penyusunan naskah akademik rancangan peraturan perundang-undangan; teknik penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan; dan tenik penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan tematik. Penyajian bahan kajian diawali dengan pemahaman terhadap beberapa peristilahan yang berkaitan dengan mata kuliah ini, antara: Teknik Perundang-undangan, Teknik Perancangan Peraturan Perundang-undangan, dan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Pengertian Perancangan Peraturan Perundang-undangan menuruk pada pendapat L.M. Bakshi, van Apeldoorn, dan Bagir Manan. Teori legislasi yang dikemukakan oleh J.M. Otto, W.S.R. Stoter & J. Arnscheidt, yang membahas teori pembentukan agenda, teori ideologi elite, teori politik-biro, dan teori empat lapisan rasionalitas serta teori legislasi ROCCIPI, dan Regulatory Impact Assessment (RIA) disertakan pula dalam pertemuan kesatu. Bahan kajian tersebut dilakukan pendalaman melalui kegiatan tutorial dalam pertemuan kedua dan ketiga.

Kuliah kedua dilakukan dalam pertemuan keempat dengan bahan kajian mengenai naskah akademik peraturan perundang-undangan. Penyusunan naskah akademik, yang dihasilkan dari kegiatan penelitian hukum atau penelitian lain merupakan suatu keniscayaan dalam penyusunan rancangan Undang-Undang dan Peraturan Daerah karena pembentukan peraturan perundang-undangan tersebut dimaksudkan untuk menyelesaikan perilaku bermasalah dalam masyarakat dan semata-mata untuk kepentingan umum (public interest). Bahan kajian Naskah Akademik meliputi: identifikasi kebutuhan dan pengembangan alternatif; perumusan judul dan perumusan sistematika naskah akademik; penyusunan bagian pendahuluan; penyusunan bagian kajian teoretis dan praktik empiris; penyusunan bagian evaluasi dan analisis peraturan perundang-undangan terkait; penyusunan bagian landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis; penyusunan bagian jangkauan, arah pengaturan, dan ruang lingkup materi muatan undang-undang, peraturan daerah provinsi, atau peraturan daerah kabupaten/kota; penyusunan bagian penutup; dan penyusunan daftar pustaka serta penyelarasan format Naskah Akademik. Penyusunan Naska Akademik dilakukan melalui kegiatan tutorial dalam pertemuan kelima dan keenam.

Setelah selesai kegiatan penyusunan Naskah Akademik, mahasiswa diajak memahami mengenai teknik penyusunan peraturan perundang-undangan pada kuliah ketiga, pertemuan kedelapan. Dalam penyajian bahan kajian tersebut dikemukakan adanya berbagai istilah untuk penyebutan – penamaan kerangka peraturan perundang-undangan, antara lain: kerangka, susunan, sistematika, bentuk luar, atau format peraturan perundang-undangan, dan struktur umum peraturan perundang-undangan. Kerangka peraturan perundang-undangan terdiri dari: Judul, Pembukaan, Batang Tubuh, Penutup, Penjelasan (jika diperlukan), dan Lampiran (jika diperlukan). Selanjutnya disajikan ketentuan mengenai teknik penyusunan judul yang meliputi: jenis peraturan perundang-undangan; nomor peraturan perundang-undangan; tahun

(5)

v

pengundangan atau penetapan peraturan undangan; dan nama peraturan perundang-undangan. Penyusunan bagian pembukaan terdiri dari frasa dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa; jabatan pembentuk peraturan perundang-undangan; konsiderans; dasar hukum; dan diktum. Teknik penyusunan Batang Tubuh meliputi teknik perumusan ketentuan umum, materi pokok yang diatur, ketentuan pidana (jika diperlukan), ketentuan peralihan (jika diperlukan), dan ketentuan penutup. Bagian Penutup memuat materi mengenai perintah pengundangan dan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia, Lembaran Daerah dan Berita Daerah, penandatanganan pengesahan atau penetapan peraturan perundangundangan, pengundangan atau penetapan peraturan perundang-undangan, dan akhir bagian penutup. Penyusunan Judul, Pembukaan, Batang Tubuh, Penutup, Penjelasan dan Lampiran peraturan perundang-undangan dilakukan pada kegiatan tutorial dalam pertemuan kesembilan, kesepuluh, dan kesebelas.

Penyajian bahan kajian teknik penyusunan peraturan perundang-undangan tematik dilakukan dalam pertemuan keduabelas, kuliah keempat. Di sini dlakukan pemahaman mengenai penyusunan peraturan perundang-undangan tentang perubahan peraturan perundang-undangan, penyusunan peraturan perundang-undangan tentang pencabutan peraturan perundang-undangan, penyusunan undang tentang tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti undang-undang menjadi undang-undang-undang-undang, dan penyusunan peraturan perundang-undang-undang-undangan tentang pengesahan perjanjian atau persetujuan internasional. Teknik penyusunan peraturan undangan tematik tersebut pada dasarnya sama bahwa pada bagian nama peraturan perundang-undangan tersebut diberikan keterangan khusus mengenai perubahan, pencabutan, penetapan ataukah pengesahan sesuai dengan kebutuhan. Pada bagian batang tubuh pada dasarnya terdiri dari 2 (dua) pasal. Dalam hal ini terdapat perbedaan teknik. Dalam batang tubuh peraturan perundang-undangan perubahan, pasal diberikan nomor menggunakan angka romawi. Sedangkan batang tubuh peraturan perundang-undangan pencabutan peraturan perundang-undangan, penetapan Perpu, dan pengesahan perjanjian internasional batang tubuhnya menggunakan nomor dengan angka arab. Penyusunan peraturan perundang-undangan tematik tersebut dilakukan pada kegiatan tutorial dalam pertemuan ketigabelas dan keempatbelas.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Penulisan buku ajar merupakan keniscayaan bagi dosen sebab sesuai dengan Pasal 35 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi keberadaan buku sebagai salah satu standar minimal dari standar sarana pembelajaran. Penggunaan buku ajar sebagai salah satu media pembelajaran menjadi wajib karena pembelajaran dan buku ajar merupakan dua hal yang saling melengkapi. Pembelajaran akan berlangsung secara efektif jika dilengkapi dengan buku ajar. Buku ajar berfungsi untuk membantu dosen dan mahasiswa dalam perkuliahan untuk meningkatkan mutu perkuliahan.

Peran dosen dalam perkuliahan sangatlah berarti. Karena itu dosen harus membuat persiapan mengenai strategi dan bahan kajian secara tertulis dalam bentuk buku ajar. Apalagi untuk mata kuliah Perancangan Peraturan Perundang-undangan sebagai mata kuliah kemahiran hukum, yang memberikan lebih banyak praktik, memerlukan lebih banyak persiapan untuk memfasilitasi proses pembelajaran. Karena itu diharapkan kepada dosen pengampu mata kuliah agar menggunakan buku ajar ini dengan efektif dalam pembelajaran.

Akhirnya, terimakasih kepada para penulis buku ajar ini, dan juga terima kasih kepada Unit Penjaminan Mutu Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah mengkoordinasikan penulisan buku ajar dalam tahun anggaran 2016. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membasal segala jerih payah dalam usaha menyusun buku ajar ini.

Denpasar, 14 Desember 2016 Dekan Fakultas Hukum Unud,

Prof. Dr. I Made Arya Utama, S.H., M.Hum. NIP 19650221 199003 1 005

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat karunia-Nya, Buku Ajar Perancangan Peraturan Perundang-undangan berhasil diselesaikan. Penulisan Buku Ajar mata kuliah Perancangan Peraturan Perundang-undangan ini dimaksudkan sebagai buku pedoman pelaksanaan proses pembelajaran sehingga diharapkan pelaksanaan perkuliahan berjalan sesuai dengan rencana dan jadwal yang ditentukan di dalam Buku Ajar.

Buku Ajar ini pada pokoknya berisi tiga materi yaitu: identitas mata kuliah, petunjuk pelaksanaan proses pembelajaran, serta penyajian materi kuliah dan tutorial. Identitas mata kuliah meliputi: nama mata kuliah, kode mata kuliah, satuan kredit semester (SKS) mata kuliah, prasyarat mengikuti mata kuliah, semester penawaran mata kuliah, status mata kuliah, dan tim pengajar (tim pengampu mata kuliah). Petunjuk pembelajaran terdiri dari: deskripsi mata kuliah, capaian pembelajaran, manfaat mata kuliah, persyaratan mengkuti mata kuliah, organisasi materi, metode dan strategi pembelajaran, tugas-tugas, ujian-ujian, penilaian, dan bahan bacaan. Selain itu terdapat pula kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada setiap pertemuan berdasarkan pada jadwal kegiatan pembelajaran. Buku Ajar ini dilengkapi dengan Silabi kuliah, Kontrak kuliah dan Rencana Pembelajaran Semester (RPS) yang ditempatkan pada lampiran.

Mahasiswa sangat diharapkan membaca seluruh materi buku ajar ini, dan sebaiknya membaca lebih dahulu mengenai Petunjuk pembelajaran. Setelah itu bacalah dengan cermat bahan ajar yang disajikan pada setiap pertemuan dan kerjakanlah latihan-latihan yang disediakan pada bagian Penutup dari setiap pertemuan kuliah. Mahasiswa juga wajib melaksanakankan kegiatan dalam tutorial dan mengerjakan petunjuk-petunjuk yang disediakan pada setiap tutorial. Bahkan, tidak dapat diabaikan untuk membaca Kontrak Kuliah dan RPP. Bacalah juga setiap bahan bacaan yang disediakan untuk setiap bahan kajian dan perbanyak latihan menyusun peraturan perundang-undangan sehingga pemahaman lebih meningkatkan dan semakin keterampilan dalam menyusun peraturan perundang-undangan.

Dengan selesainya buku ajar ini, sepatutnya diucapkan terima kasih yang tulus kepada Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana dan para Wakil Dekan yang telah berkomitmen dan konsisten untuk menerapkan metode problem based learning dalam proses pembelajaran, sehingga setiap mata kuliah diupayakan memiliki pegangan berupa block book dan buku ajar sebagai salah satu reader. Terimakasih pula kepada para pihak yang telah membantu penyelesaian buku ajar ini.

Akhirnya, mohon maaf atas segala kekurangan dan kelemahan pada buku ajar ini. Semoga bermanfaat terhadap pelaksanaan pembelajaran dan mencapai hasil sesuai dengan capaian pembelajaran yang direncanakan.

Denpasar, 14 Desember 2016 Penyusun.

(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Anatomi Naskah Akademik 28

Tabel 2. Kerangka Peraturan Perundang-undangan 29

Tabel 3. Tahapan Metodelogi Pembentukan Legislasi 34

Tabel 4. Langkah-langkah Penerapan Metode RIA 47

Tabel 5. Persyaratan Pengakuan Kesatuan Masyarakat Hukum Adat 169 Tabel 6. Figur Hukum Pengakuan Kesatuan-Kesatuan Masyarakat Hukum Adat

Sebagaimana Ditentukan dalam Undang-Undang 170

Tabel 7. Pembagian Kewenangan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah

Kabupaten/Kota Terkait Kesatuan Masyarakat Hukum Adat 172 Tabel 8. Kebijakan Mengenai Tata Cara Pengakuan Keberadaan Masyarakat

Hukum Adat 174

Tabel 9. Pasal/Ayat Dalam UU 6/2014 Berkenaan Atau Berkaitan Dengan

Penetapan Desa Adat 175

Tabel 10. Pasal/Ayat Dalam PP 43/2014 Berkenaan Atau Berkaitan Dengan Penetapan

(10)

x

DAFTAR KOTAK

Kotak 1. Bentuk Rancangan Undang-Undang 32

Kotak 2. Skema Sampath: Langkah-langkah Menganalisa Masalah Sosial Untuk Menyusun Rancangan Undang-Undang yang dapat Dilaksanakan

Secara Efektif 43

Kotak 3. Menggunakan ROCCIPI untuk Menyusun Analisa Menggambarkan Penggunaan Bukti-Bukti Kualitatif untuk Membenarkan Tindakan-

(11)

xi

DAFTAR ISI

RINGKASAN ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR KOTAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

IDENTITAS MATA KULIAH ... 15

DESKRIPSI SUBSTANSI PERKULIAHAN ... 15

CAPAIAN PEMBELAJARAN ... 16

MANFAAT MATA KULIAH ... 16

PERSYARATAN MENGIKUTI MATA KULIAH ... 16

ORGANISASI MATERI ... 17

METODE, STRATEGI, DAN PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN ... 18

TUGAS-TUGAS... 19

UJIAN-UJIAN DAN PENILAIAN ... 19

BAHAN BACAAN ... 20

JADWAL PERKULIAHAN ... 23

PERTEMUAN I KULIAH KESATU: PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN TEORI LEGISLASI ... 26

1.1. Pendahuluan... 26

1.2. Capaian Pembelajaran ... 26

1.3. Indikator Capaian ... 26

1.4. Penyajian Materi ... 27

1.4.1. Pengertian Perancangan Peraturan Perundang-undangan ... 27

1.4.2. Ruang Lingkup Perancangan Peraturan Perundang-undangan: Pengenalan Naskah Akademik dan Rancangan Peraturan Perundang-undangan... 30

1.4.3. Pengenalan Teori Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Teori Legislasi)38 1.5. Penutup ... 54

1.6. Bahan Bacaan/Rujukan Pengayaan ... 56

PERTEMUAN II TUTORIAL I: PENGERTIAN DAN RUANGLINGKUP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN... 57

2.1. Pendahuluan... 57

2.2. Penyajian Materi: Study Task ... 57

2.3. Penutup ... 58

2.4. Bahan Bacaan ... 58

PERTEMUAN III TUTORIAL II: TEORI LEGISLASI... 60

3.1. Pendahuluan... 60

3.2. Penyajian Materi: Problem Task ... 60

3.3. Penutup ... 61

(12)

xii

PERTEMUAN IV KULIAH KEDUA: PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK RANCANGAN

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ... 63

4.1. Pendahuluan... 63

4.2. Capaian Pembelajaran ... 63

4.3. Indikator Capaian ... 63

4.4. Penyajian Materi ... 64

4.4.1. Identifikasi Kebutuhan dan Pengembangan Alternatif serta Perumusan Judul dan Penyusunan Sistematika Naskah Akademik ... 64

4.4.2. Penyusunan Bab I: Pendahuluan ... 73

4.4.3. Menyusun Bab II (A. Kajian Teoritis) ... 75

4.4.4. Menyusun Bab III Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-undangan Yang Terkait ... 76

4.4.5. Menyusun Bab IV Landasan Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis ... 77

4.4.6. Menyusun Bab V Jangkauan, Arah Pengaturan, dan Ruang Lingkup Materi Muatan UU, Perda Provinsi, atau Perda Kabupaten/Kota ... 78

4.4.7. Penyusunan Bab VI: Penutup dan Daftar Pustaka serta Penyelarasan Format Naskah Akademik. ... 79

4.5. Penutup ... 80

4.6. Bahan Bacaan ... 80

PERTEMUAN V TUTORIAL III: PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK BAB I, II, DAN III .. 82

5.1. Pendahuluan... 82

5.2. Penyajian Materi: Application Task ... 82

5.3. Penutup ... 83

5.4. Bahan Bacaan ... 84

PERTEMUAN VI TUTORIAL IV: PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK BAB IV, V, DAN VI ... 85

6.1. Pendahuluan... 85

6.2. Penyajian Materi ... 85

6.3. Penutup ... 85

6.4. Bahan Bacaan ... 86

PERTEMUAN VII UJIAN TENGAH SEMESTER ... 87

PERTEMUAN VIII KULIAH KETIGA: TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ... 88

8.1. Pendahuluan... 88

8.2. Capaian Pembelajara ... 88

8.3. Indikator Capaian ... 88

8.4. Kerangka Peraturan Perundang-undangan... 89

8.5. Penyusunan Judul Peraturan Perundang-undangan ... 91

8.6. Penyusunan Pembukaan ... 94

8.7. Penyusunan Batang Tubuh ... 108

8.8. Penyusunan Bagian Penutup... 130

8.9. Penyusunan Penjelasan ... 134

8.10. Penyusunan Lampiran ... 138

8.11. Penutup ... 140

(13)

xiii

PERTEMUAN IX TUTORIAL V: MENYUSUN JUDUL DAN PEMBUKAAN PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN... 143

9.1. Pendahuluan... 143

9.2. Penyajian Materi: Application Task ... 143

9.3. Penutup ... 145

9.4. Bahan Bacaan ... 146

PERTEMUAN X TUTORIAL VI: MENYUSUN BATANG TUBUH PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN... 148

10.1. Pendahuluan... 148

10.2. Penyajian Materi ... 148

10.3. Penutup ... 148

10.4. Bahan Bacaan ... 148

PERTEMUAN XI TUTORIAL VII: MENYUSUN BAGIAN PENUTUP PERARURAN PERUNDANG-UNDANGAN... 150

11.1. Pendahuluan... 150

11.2. Penyajian Materi ... 150

11.3. Penutup ... 150

11.4. Bahan Bacaan ... 151

PERTEMUAN XII KULIAH KEEMPAT: PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TEMATIK ... 153

12.1. Pendahuluan ... 153

12.2. Penyajian Materi ... 153

12.2.1. Penyusunan Peraturan undangan Perubahan Peraturan Perundang-undangan. ... 154

12.2.2. Penyusunan Peraturan undangan Pencabutan Peraturan Perundang-undangan. ... 158

12.2.3. Penyusunan Peraturan Perundang-undangan Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Menjadi Undang-Undang. ... 164

12.2.4. Penyusunan Peraturan Perundang-undangan Pengesahan Perjanjian atau Persetujuan Internasional. ... 166

12.2.5. Penyusunan Peraturan Daerah Tentang Pengukuhan Kesatuan Masyarakat Hukum Adat Tertentu. ... 172

12.3. Penutup ... 194

12.4. Bahan Bacaan ... 195

PERTEMUAN XIII TUTORIAL VIII: TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PERUBAHAN, PENCABUTAN PERATURAN PERUNDANG-PERUNDANG-UNDANGAN, DAN PENGESAHAN PERJANJIAN ATAU PERSETUJUAN INTERNASIONAL ... 197

13.1. Pendahuluan ... 197

13.2. Penyajian Materi ... 197

13.3. Penutup ... 200

13.4. Bahan Bacaan ... 201

PERTEMUAN XIV TUTORIAL IX: TEKNIK PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG MENJADI UNDANG-UNDANG ... 202

(14)

xiv

14.2. Penyajian Materi ... 202

14.3. Penutup ... 203

14.4. Bahan Bacaan ... 204

PERTEMUAN XV TUTORIAL X: TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH TENTANG PENGUKUHAN KESATUAN MASYARAKAT HUKUM ADAT TERTENTU ... 205

15.1. Pendahuluan ... 205 15.2. Penyajian Materi ... 205 15.3. Penutup ... 207 15.4. Bahan Bacaan ... 207 LAMPIRAN ... 209 SILABI ……….209

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER ... 214

(15)

15

IDENTITAS MATA KULIAH

Nama Mata Kuliah : Perancangan Peraturan Perundang-undangan Kode Mata Kuliah : BNK6210

SKS : 2

Prasyarat : Hukum Perundang-undangan Semester : VI

Status Mata Kuliah : Wajib

Tim Pengajar : Dr. Gede Marhaendra Wija Atmaja, S.H., M.Hum I Nengah Suantra, S.H., M.H.

Made Nurmawati, S.H., M.H. Ni Luh Gede Astariyani, S.H.,M.H.

DESKRIPSI SUBSTANSI PERKULIAHAN

Perancangan peraturan perundang-undangan merupakan mata kuliah kemahiran dan keterampilan dalam menyusun Naskah Akademik dan Rancangan Peraturan Perundang-undangan berbasis asas dan kaidah hukum, serta teori dan praktik pengalaman. Karena itu, mata kuliah ini terdiri dari 2 (dua) materi pokok, yakni Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan. Namun, sebelum sampai pada kuliah kedua materi pokok itu, terlebih dulu diantarkan materi tentang peristilahan dan pengertian Perancangan Peraturan Perundang-undangan, ruang lingkup peraturan perundang-undangan, Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, dan Teori Perundang-undangan, yang dikemas dalam Bab Pendahuluan.

Dalam perancangan akan dibahas berbagai latar belakang teoritis dan aspek praktis yang berguna dalam rangka merancang peraturan perundang-undangan yang bersifat legislasi dan regulasi. Di sini diilustrasikan tentang format peraturan perundang-undangan dari segi arsitektural dan logika yuridik dipandang baik/ideal. Selain itu, disajikan pula mengenai teknik penyusunan peraturan undangan termasuk teknik penyusunan peraturan

(16)

perundang-16

undangan perubahan peraturan undangan, penyusunan peraturan undangan pencabutan peraturan undangan, penyusunan peraturan perundang-undangan pengesahan perjanjian atau persetujuan internasional, dan penyusunan peraturan perundang-undangan penetapan peraturan peraturan pemerintah pengganti undang-undang.

CAPAIAN PEMBELAJARAN

Pada akhir perkuliahan mahasiswa dengan rasa tanggung jawab, jujur dan demokratis memahami pentingnya Perancangan Peraturan Perundang-undangan (Legislative Drafting); dan terampil menyusun Naskah Akademik dan rancangan peraturan perundang-undangan; dan mengembangkan sikap religius, rasa ingin tahu, kritis, logis dalam menyelesaikan masalah-masalah dlam masyarakat melalui pembentukan peraturan perundang-undnagan.

MANFAAT MATA KULIAH

Perancangan Peraturan Perundang-undangan merupakan mata kuliah wajib yang tergabung dalam kelompok mata kuliah keahlian berkarya. Bahan kajian yang diksajikan lebih banyak bersifat praktis bersifat, namun ada pula yang bersifat teoritis, sebagai pendalaman atas mata kuliah lain dalam kelompok mata kuliah keahlian hukum, terutama Hukum Perundang-undangan. Karena itu, Manfaat teoritis bagi mahasiswa adalah dapat memahami pengertian dan menjelaskan ruang lingkup perancangan peraturan perundang-undangan. Mahasiswa memperoleh manfaat praktis yaitu kemampuan untuk menyusun naskah akademik dan rancangan peraturan perundang-undangan.

PERSYARATAN MENGIKUTI MATA KULIAH

Mata kuliah Perancangan Peraturan Perundang-undangan merupakan mata kuliah wajib yang ditawarkan pada semester 6 (enam). Berdasarkan pada Keputusan Rektor Universitas Udayana Nomor: 980/Un14.1.11/PP/2013 Tentang Buku Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana Tahun 2013 dan Keputusan Rektor Universitas Udayana Nomor: 849/Un14.1.11/PP/2013 Tentang Kurikulum Fakultas Hukum Universitas Udayana Tahun 2013,

(17)

17

mata kuliah ini dipersyarati dengan mata kuliah Hukum Perundang-undangan. Hal itu berarti bahwa, mahasiswa dapat memprogramkan untuk menempuh mata kuliah ini hanya apabila sudah menempuh mata kuliah Hukum Perundang-undangan dengan nilai yang dapat dikreditkan, yakni paling rendah nilai 1 (satu) atau D dengan penguasaan kompetensi kurang. Sebaliknya, mahasiswa yang sudah menempuh mata kuliah Hukum Perundang-undangan namun nilai yang diperoleh tidak dapat dikreditkan, yakni nilai 0 (Nol) atau E dengan penguasaan kompetensi gagal, tidak dapat menempuh mata kuliah Perancangan Peraturan Perundang-undangan.

ORGANISASI MATERI

Materi kuliah terdiri dari beberapa pokok bahasan dan sub pokok bahasan, yang dapat digambarkan secara sistematis, sebagai berikut:

I. Pengertian Ruang Lingkup dan Teori Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 1. Pengertian Perancangan Peraturan Perundang-undangan.

2. Ruang Lingkup Perancangan Peraturan Perundang-undangan: Pengenalan Naskah Akademik dan Rancangan Peraturan Perundang-undangan.

3. Teori Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Teori Legislasi).

II. Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Perundang-Undangan.

1. Identifikasi Kebutuhan dan Pengembangan Alternatif serta Perumusan Judul dan Perumusan Sistematika Naskah Akademik.

2. Penyusunan Bab I Pendahuluan.

3. Penyusunan Bab II Kajian Teoretis dan Praktik Empiris.

4. Penyusunan Bab III Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan Terkait. 5. Penyusunan Bab IV Landasan Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis.

6. Penyusunan Bab V Jangkauan, Arah Pengaturan, dan Ruang Lingkup Materi Muatan Undang-Undang, Peraturan Daerah Provinsi, atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. 7. Penyusunan Bab VI Penutup dan Daftar Pustaka serta Penyelarasan Format Naskah

(18)

18

III. Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-Undangan.

1. Konsolidasi Identifikasi Kebutuhan dan Pengembangan Alternatif (sesuai Naskah Akademik) serta Perumusan Judul Peraturan Perundang-undangan.

2. Penyusunan Pembukaan Peraturan Perundang-undangan. 3. Penyusunan Batang Tubuh Peraturan Perundang-undangan.

4. Penyusunan Penutup dan Penjelasan dan Lampiran Peraturan Perundang-undangan. IV. Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-Undangan tematik.

1. Penyusunan Peraturan undangan tentang Perubahan Peraturan Perundang-undangan

2. Penyusunan Peraturan undangan tentang Pencabutan Peraturan Perundang-undangan

3. Penyusunan Peraturan Perundang-undangan tentang Pengesahan Perjanjian Internasional.

4. Penyusunan Undang-undang tentang tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Menjadi Undang-Undang.

5. Penyusunan Peraturan Daerah tentang Pengukuhan Kesatuan Masyarakat Hukum Adat tertentu.

METODE, STRATEGI, DAN PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN

Metode perkulihan yang digunakan yaitu metode pembelajaran berbasis pada masalah yang lebih dikenal dengan sebutan Problem Based Learning ( PBL ) Method. Karena itu, strategi pembelajaran pada pokoknya berupa perkuliahan ( lecturer ) dan tutorial. Pembelajaran materi mata kuliah ini dilakukan baik dari sudut pandang otentik atau berdasarkan peraturan perundang-undangan, praktik-pengalaman, dan teoritik yang berkenaan perancangan peraturan perundang-undangan. Pembelajaran dilakukan dengan cara ceramah, diskusi, dan penugasan pengumpulan materi berkenaan dengan perancangan peraturan perundang-undangan.

(19)

19

Pada awal perkuliahan, tanya jawab dilakukan untuk mengetahui pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya (prior knowledge) oleh mahasiswa dan untuk melakukan brainstorming atas permasalahan-permasalahan yang telah diidentifikasi. Tanya jawab juga dilakukan pada pertengahan maupun akhir perkuliahan. Pada saat tutorial mahasiswa berdiskusi di dalam kelompok yang dipandu oleh pemimpin diskusi (discussion leader) dan dibantu oleh seorang pencatat (notetaker), yang masing-masing dipilih dari dan oleh mahasiswa. Diskusi dilakukan untuk menemukan permasalahan hukum atau isu-isu hukum dalam tugas-tugas yang telah diberikan sebelumnya dan mencari penyelesaian terhadap permasalahan tersebut. Mahasiswa juga melakukan selfstudy di luar kelas, setelah selesai waktu perkuliahan untuk mengerjakan tugas-tugas. Dalam mata kuliah ini dapat pula dilakukan permainan peran ( ruleplay ) untuk topik-topik tertentu.

TUGAS-TUGAS

Mahasiswa diwajibkan untuk membahas, mengerjakan dan mempersiapkan tugas-tugas yang ditentukan dalam sesi perkuliahan dan tutorial. Tugas-tugas terdiri dari tugas mandiri yang dikerjakan di luar perkuliahan, tugas yang harus dikumpulkan dan tugas yang harus dipresentasikan dalam diskusi pada saat tutorial. Tugas-tugas dalam tutorial terdiri dari study task, discussion task, dan problem task.

UJIAN-UJIAN DAN PENILAIAN

Ujian-ujian terdiri dari ujian tertulis dalam bentuk esay dalam masa tengah semester dan akhir semester. Ujian tengah semester ( UTS) dilakukan atas materi perkuliahan nomor 1 dan 2, sedangkan ujian akhir semester (UAS) untuk materi nomor 3 dan 4. Nilai presentasi dinilai dari tugas-tugas yang dipresentasikan .Ujian lisan dapat dilakukan hanya berdasarkan kesepakatan dengan mahasiswa dan apabila waktu masih memungkinkan.

Penilaian meliputi aspek hard skill dan soft skill. Penilaian hard skill dilakukan melalui tugas-tugas (TT), UTS dan UAS. Nilai hard skill diperhitungkan mengunakan rumus nilai akhir pada Buku Pedoman Pendidikan FH UNUD Tahun 2013, yaitu :

(20)

20 (UTS+TT)+2 ( UAS)

2 NA= 3

Penilaian soft skill (sikap perilaku) berdasarkan pada pengamatan dalam tatap muka selama perkuliahan, tutorial, diskusi, pengumpulan tugas-tugas, kehadiran dalam perkuliahan dan pelaksanaan ujian-ujian. Penilaian dilakukan terhadap persentase kehadiran, keaktifan, keterampilan menyampaikan pendapat, keterampilan berargumentasi, keterampilan presentasi, dan keterampilan memimpin. Nilai soft skill ini dikombinasikan dengan NA untuk menentukan Nilai Hasil Studi (NHS) mahasiswa. NHS ditentukan dengan kriteria sebagai berikut :

Nilai Range A 80-90 B 65-79 C 55-64 D 40-54 E 0-39

BAHAN BACAAN

Republik Indonesia. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. UUD Tahun 1945.

_______. Undang-Undang Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. UU No.12 Tahun 2011. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indoesia Nomor 5234 ).

_______. Peraturan Presiden Tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan pemerintah Pengganti Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah, dan Rancangan Peraturan Presiden. Perpres Nomor 68 Tahun 2005.

_______. Peraturan Presiden Tentang Pengesahan, Pengundangan, Dan Penyebarluasan Peraturan Perundang- Undangan. Perpres Nomor 1 Tahun 2007.

_______. Peraturan Menteri Dalam Negeri Tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah, Permendagri Nomor 80 Tahun 2015.

(21)

21

Alexander, Harry. Panduan Perancangan Peraturan Daerah Di Indonesia. Jakarta: XS YS Solusiando, 2004.

Asshiddiqie, Jimly, Perihal Undang-Undang di Indonesia, Jakarta: Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, 2006.

Attamimi, A. Hamid.S. Peranan Keputusan Presiden RI Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Disertasi Doktor UI. Jakarta: 1990.

Astawa, Gede Pantje & Suprin Na´a. Dinamika Hukum Dan Ilmu perundang-undangan Di Indonesia. Bandung: Penerbit Alumni, 2008.

Bruggink, J.J.H. Refleksi Tentang Hukum. Bandung: Citra Adytia Bhakti, 1996.

Cipto Handoyo, B. Hestu. Prinsip-prinsip Legal Drafting dan Desain Naskah Akademik. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2008.

Emmy Suparmiatun, 2011, Kajian Ringkas Pengembangan Dan Implementasi Metode Regulatory Impact Analysis (RIA) Untuk Menilai Kebijakan (Peraturan dan Non Peraturan) Di Kementerian PPN/BAPPENAS, Jakarta: Biro Hukum Kementerian PPN/BAPPENAS.

Halim, Hamzah dan Kemal Redindo Syahrul Puter. Cara Praktis Menyusun dan Merancang Peraturan Daerah (Suatu Kajian Teoritis dan Praktis Disertai Manual) Konsepsi Teoritis Menuju Artikulasi Empiris. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009. Hamidi, Jazim. Pembentukan Peraturan Daerah Partisipatif. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher,

2008.

_______. Optik Hukum Peraturan Daerah Bermasalah – Menggagas Peraturan Daerah yang Responsif dan Berkesinambungan. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2011.

Ida Nurseppy, Paryadi, dan David Ray, 2002, Buku Pedoman Kaji Ulang Peraturan Indonesia, Balitbang Deperindag, Dinas Perindag Bali, PEG, USAID.

Kelsen, Hans. Teori Hukum Murni Dasar-dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu Hukum Empirik-Deskriptif. Alih Bahasa Soemardi, Rimbi Press. 1995.

______. Teori Umum Tentang Hukum dan Negara. Terjemahan dari Hans Kelsen General Theory of Law and State ( new York ; russel andRussel,1971). Bandung: Penerbit Nusamedia & Penerbit Nuansa, 2006.

(22)

22

KPPOD, 2013, Panduan Pembuatan Kebij akan (Perda Ramah Investasi), Jakarta: Ford Foundation dan Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah.

Kurnia, Mahendra Putra, et all. Pedoman Naskah Akademis Perda Partisipatif. Yogyakarta: Kreasi Total Media, 2007.

Laboratorium Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan. Ketrampilan Perancangan Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997.

Manan, Bagir. Peranan Peraturan Perundang-Undangan Dalam Pembinaaan Hukum Nasional. Bandung: Armico, 1987.

______. Dasar-Dasar Perundang-undangan Indonesia. Jakarta: Penerbit indo Hill, Co., 1992. Manan, Bagir dan Magnar, Kuntana. Beberapa Masalah Hukum Tata Negara Indonesia.

Bandung: Alumni, 1997.

Natabaya, H.A.S. Sistem Peraturan Perundang-undangan Indonesia. Jakarta: Sekretariat Jendral Dan Kepaniteraan Mahkamah Knstitusi, 2006.

Nurhadi. Teori Perundang-undangan Prinsip-prinsip Legislasi, Hukum Perdata dan Hukum Pidana. Diterjemahkan dari Jeremy Bentham. “The Theory of Legislation” (N.M. Tripathi Private Limited, London, Bombay, 1979). Bandung: Penerbit Nusamedia dan Penerbit Nuansa, 2006.

Ranggawijaya, Rosjidi. Pedoman Teknik Perancangan Peraturan Perundang-undangan. Bandung: Cita Bhakti Akademika, 1996.

_______. Pengantar Ilmu Perundang-undangan. Bandung: CV.Mandar Maju, 1998.

Seidman, Ann et.all. Penyusunan Rancangan Undang-Undang Daam Perubahan Masyarakat Yang Demokratis. Terjemahan Johanes Usfunan dkk. Jakarta: Proyek ELIPS, 2001. Simarmata, Rikardo. Pengertian Dasar dan Teknik Perancangan Perundang-undangan, Resiko

Tradisi hukum tertulis, Jakarta: Perkumpulan Untuk Pembaharuan Hukum Berbasis Masyarakat dan Ekologis (HuMa), 2002.

Soehino, 1996, Hukum Tata Negara, Teknik Perundang-undangan, Yogyakarta: Liberty. Soejito, Irawan. Teknik Membuat Pertauran Daerah. Jakarta: Bina Aksara, 1983.

Soeprapto, Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-undangan 1, Jenis Fungsi dan Materi Mutan. Yogyakarta: Kanisius, 2007.

(23)

23

_____. Ilmu Perundang-undangan 2, Proses dan Teknik Pembentukannya, Yogyakarta: Kanisius, 2007.

Solly Lubis, M., Landasan dan Teknik Perundang-undangan, Bandung: Mandar Maju, 1989. Steve Parker dan Usmanto Njo, 2009, Memajukan Reformasi Perundang-undangan di Indonesia

Peluang dan Tantangan, Program Peningkatan Daya Saing SENADA, HLM.

Subagio, Mas. Lembaran Negara Republik Indonesia Sebagai Tempat Pengundangan Dalam Kenyataan, Bandung: Alumn, 1983.

Syamsuddin, H. Azis. Proses dan Teknik Penyusunan Undang-Undang. Jakarta: Sinar Grafika, 2011.

Syarif, Amiroeddin. Perundang-undangan: Dasar, Jenis, dan teknik membuatnya, Jakarta: Bina Aksara, 1987.

Widiarto, Aan Eko. Buku Ajar Legislative Drafting. Malang: Setara Press, 2009.

Wijaatmaja, Maehaendra. Perancangan Peraturan Perundang-udangan Pendekatan Teoritis,Normatif dan Empiris, Bahan Kuliah Perancangan Peraturan perundang-undangan. Denpasar: 2008.

JADWAL PERKULIAHAN

NO PERTEMUAN KEGIATAN TOPIK

1. Pertemuan I Perkuliahan I. 1. Pengertian Perancangan Peraturan Perundang-undangan.

2. Ruang Lingkup Perancangan Peraturan Perundang-undangan: Pengenalan Naskah Akademik dan Rancangan Peraturan Perundang-undangan.

3. Teori Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Teori Legislasi): Metode Pemecahan Masalah dengan Agenda ROCCIPI metode RIA.

2. Pertemuan II Tutorial I Pengertian dan Ruang Lingkup Perancangan Peraturan Perundang-undangan.

3. Pertemuan III Tutorial II Teori Legislasi

4. Pertemuan IV Perkuliahan II Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Perundang-Undangan:

(24)

24

Alternatif serta Perumusan Judul dan Perumusan Sistematika Naskah Akademik.

2. Penyusunan Bab I Pendahuluan.

3. Penyusunan Bab II Kajian Teoretis dan Praktik Empiris.

4. Penyusunan Bab III Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan Terkait.

5. Penyusunan Bab IV Landasan Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis.

6. Penyusunan Bab V Jangkauan, Arah Pengaturan, dan Ruang Lingkup Materi Muatan Undang-Undang, Peraturan Daerah Provinsi, atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

7. Penyusunan Bab VI Penutup dan Daftar Pustaka serta Penyelarasan Format Naskah Akademik. 5. Pertemuan V Tutorial III Penyusunan Bab I, II, dan Bab III.

6. Pertemuan VI Tutorial IV Penyusunan Bab IV, V, dan Bab VI. 7 Pertemuan VII UTS Substansi Perkuliahan I dan II. 8 Pertemuan VIII Perkuliahan III

Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-Undangan:

1. Konsolidasi Identifikasi Kebutuhan dan Pengembangan Alternatif (sesuai Naskah Akademik) serta Perumusan Judul Peraturan Perundang-undangan.

2. Penyusunan Pembukaan Peraturan Perundang-undangan.

3. Penyusunan Batang Tubuh Peraturan Perundang-undangan.

4. Penyusunan Penutup dan Penjelasan dan Lampiran Peraturan Perundang-undangan. 9 Pertemuan IX Tutorial V Menyusun Judul dan Pembukaan Peraturan

Perundang-undangan

10 Pertemuan X Tutorial VI Menyusun Batang Tubuh Peraturan Perundang-undangan

11 Pertemuan XI Tutorial VII Menyusun Bagian Penutup Peraturan Perundang-undangan

12 Pertemuan XII Perkuliahan IV Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-Undangan Tematik.

(25)

25

Perubahan Peraturan Perundang-undangan.

Penyusunan Peraturan Perundang-undangan tentang Pencabutan Peraturan Perundang-undangan.

Penyusunan Peraturan Perundang-undangan tentang Pengesahan Perjanjian Internasional.

14 Pertemuan XIV Tutorial IX Penyusunan Undang-undang tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Menjadi Undang-Undang.

15 Pertemuan XV Tutorial X Penyusunan Peraturan Daerah tentang Pengukuhan Kesatuan Masyarakat Hukum Adat tertentu.

(26)

26

PERTEMUAN I

KULIAH KESATU

PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN TEORI LEGISLASI

1.1. Pendahuluan

Mengawali pertemuan pembelajaran mata kuliah ini, mahasiswa diajak mempelajari mengenai pengertian perancangan peraturan perundang-undangan, ruang lingkup perancangan peraturan perundang-undangan yang meliputi pengenalan naskah akademik dan rancangan peraturan undangan, dan pengenalan teori pembentukan peraturan perundang-undangan (Teori Legislasi). Setelah mempelajari dan mendiskusikan materi ini, mahasiswa diharapkan memahami pengertian dan ruang lingkup perancangan peraturan perundang-undangan serta teori legislasi. Materi perkuliahan pada pertemuan kesatu ini sangat penting sebagai landasan untuk memahami bahan kajian pembelajaran pada pertemuan-pertemuan selanjutnya.

1.2. Capaian Pembelajaran

Setelah mempelajari dan mendiskusikan materi ini, mahasiswa mmemahami pengertian dan ruang lingkup Perancangan Peraturan Perundang-undangan serta Teori Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Teori Legislasi).

1.3. Indikator Capaian

Setelah mempelajari dan mendiskusikan materi ini, mahasiswa mampu:

a. Menjelaskan pengertian Perancangan Peraturan Perundang-undangan (Legislative Drafting);

b. Menguraikan ruang lingkup Rancangan Peraturan Perundang-undangan; dan

c. Memahami dan mengaplikasikan teori pembentukan Rancangan Rancangan Peraturan Perundang-undangan.

(27)

27

1.4. Penyajian Materi

Materi pembelajaran Bab I mata kuliah Perancangan Peraturan Perundang-undangan ini mencakup:

a. Pengertian Perancangan Peraturan Perundang-undangan.

b. Ruang Lingkup Perancangan Peraturan Perundang-undangan: Pengenalan Naskah Akademik dan Rancangan Peraturan Perundang-undangan.

c. Pengenalan Teori Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Teori Legislasi). 1.4.1. Pengertian Perancangan Peraturan Perundang-undangan

Kata “Perancangan” dalam Perancangan Peraturan Perundang-undangan merupakan kata sifat, yang bermakna penyusunan rancangan. Kata kerja dari perancangan adalah merancang, yang bermakna menyusun rancangan. Dikaitkan dengan peristilahan Perancangan Peraturan Perundang-undangan, bermakna penyusunan rancangan peratuan perundang-undangan.

Perancangan Peraturan Perundang-undangan merupakan alih bahasa Legislative Drafting. L.M. Bakshi mendefinisikan Legislative Drafting adalah:

a. meliputi ilmu pengetahuan dan seni.

b. merupakan ilmu pengetahuan karena di dalamnya mengandung kepastian aturan yang dapat diterapkan secara universal pada semua ukuran yang timbul dalam pembentukan peraturan perundang-undangan dan adanya ketentuan-ketentuan yang pasti bagi drafter untuk segala metode perancangan peraturan.1

Pada dasarnya legislative drafting adalah cara penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan. Sebelumnya, peristilahan yang digunakan untuk mata kuliah ini adalah Teknik Perundang-undangan.2 Ada juga yang mengunakan istilah Teknik Perancangan Peraturan

1 Dikutip dari Aan Eko Widiarto, 2009, Buku Ajar Legislative Dafting, Malang: Setara Press, hlm. 2.

2 Beberapa buku yang menggunakan judul itu adalah seperti: M. Solly Lubis, Landasan dan Teknik undangan, Bandung: Mandar Maju, 1989; dan Soehino, 1996, Hukum Tata Negara, Teknik Perundang-undangan, Yogyakarta: Liberty.

(28)

28

Perundang-undangan.3 Secara otentik digunakan istilah Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan. Pasal 64 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (selanjutnya disebut UU 12/2011) menentukan:

(1) Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan dilakukan sesuai dengan teknik penyusunan Peraturan Perundang-undangan.

(2) Ketentuan mengenai teknik penyusunan Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Undang-Undang ini.

(3) Ketentuan mengenai perubahan terhadap teknik penyusunan Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Presiden.4

Apeldoorn merumuskan teknik perundang-undangan sebagai cara merumuskan peraturan perundangan sedemikian rupa, hingga maksud yang dikandung oleh pembentuk undang-undang jelas ternyata di dalamnya.5

Pengertian tersebut mendapat kritik dari Bagir Manan, bahwa pengertian teknik perundang-undangan sebagai “cara merumuskan” terasa sempit sekali. Sebab, dengan cara merumuskan, seolah-olah seorang perancang hanya berkecimpung dalam ruang lingkup yang terbatas yaitu masalah tata susunan, sistematika, dan bahasa, yang masing-masing memiliki pengertian:

a. tata susunan, mencakup mengenai tata letak, penggunaan dasar politik (menimbang), dasar hukum (mengingat, pembagian dan penggunaan bab, bagian, pasal, ayat, dan sebagainya;

b. sistematika meliputi antara lain urutas permasalahan (dari yang sederhana kepada yang kompleks), urutan materi pokok dan materi penunjang; dan

3 Istilah itu terdapat dalam judul terbitan HuMa, yakni Rikardo Simarmata, 2002, Pengertian Dasar dan Teknik Perancangan Perundang-undangan, Resiko Tradisi hukum tertulis, Jakarta: Perkumpulan Untuk Pembaharuan Hukum Berbasis Masyarakat dan Ekologis (HuMa). Juga terdapat dalam judul bab, yakni Bab I Teknik Perancangan Peraturan Perundang-undangan, dalam Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan, 1997, Keterampilan Perancangan Hukum, Bandung: Penerbit Alumni, hlm. 1; dan Bagir Manan, 1997, “Kebutuhan Teknik Perancangan Perundang-undangan (Legislative Drafting) bagi Sarjana Hukum, dalam Bagir Manan dan Kuntana Magnar, 1997, Beberapa Masalah Hukum Tata Negara Indonesia, Bandung: Alumni, hlm.245-265.

4 Lampiran II UU 12/2011 berjudul “TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN”

5

(29)

29

c. bahasa mencakup penggunaan bahasa yang sederhana, peristilahan yang monolit, struktur kalimat (pafif atau aktif, kalimat perintah atau larangan).6

Selanjutnya Bagir Manan mengemukakan, pengertian yang sempit tersebut, akan lebih sempit lagi apabila cara merumuskan semata-mata dimaknai sebagai kehendak pembentuk undang-undang dapat terwujud secara jelas. Seolah-olah perancang hanya abdi pembentuk undang-undang. Ini tidak atau sesuai dengan kerangka pembinaan hukum nasional. Seorang perancang, dalam kerangka pembinaan hukum nasional, selain menguasai cara merumuskan, juga perlu menguasai:

a. tujuan pembentukan peraturan perundang-undangan;

b. fungsi peraturan perundang-undangan, seperti fungsi ketertiban, keadilan, menunjang pembangunan, atau mendorong perubahan sosial;

c. materi yang hendak diatur, termasuk apakah materi itu pernah diatur, mengapa perlu diatur, jenis peraturan perundang-undangan yang tepat mengaturnya.7

Berikutnya Bagir Manan mendefinisikan Teknik Perundang-undangan adalah rangkaian pengetahuan dan kemampuan yang mencakup segala unsur yang diperlukan untuk mewujudkan peraturan perundang-undangan yang baik. Peraturan perundang-undangan yang baik dapat terwujud apabila memenuhi unsur-unsur antara lain:

a. perumusannya tersusun secara sistematis, bahasa sederhana dan baku;

b. sebagai kaidah, mampu mencapai daya guna dan hasil guna baik dalam wujud ketertiban maupun keadilan;

c. sebagai gejala sosial, merupakan perwujudan pandangan hidup, kesadaran hukum dan rasa keadilan masyarakat, termasuk kemampuannya sebagai faktor pendorong kemajuan dan perubahan masyarakat; dan

d. sebagai sub-sistem hukum, harus mencerminkan satu rangkaian sistem yang teratur dari keseluruhan sistem hukum yang ada.8

6

Bagir Manan, 1997, “Kebutuhan Teknik Perancangan ...”, Op.Cit., hlm. 258-259.

7 Bagir Manan, 1997, “Kebutuhan Teknik Perancangan ...”, Ibid., hlm. 258-259.

8

(30)

30

Untuk mendapat peraturan perundang-undangan yang baik tersebut diperlukan sejumlah kemampuan yang seharusnya dimiliki perancang, yakni:

a. kajian yang mendalam dan komprehensif mengenai teori atau pemikiran ilmiah yang berkenaan atau berkaitan dengan materi muatan rancangan peraturan perundang-undangan yang akan dibentuk, yang mengarah kepada penyusunan argumentasi filosofis, sosiologis, dan yuridis guna mendukung perlu atau tidak perlunya penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan;9

b. asas, baik asas yang bersifat umum maupun asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik, yang diperlukan dalam penyusunan norma hukum dalam peraturan perundang-undangan yang hendak dibentuk;

c. kaidah, yakni kaidah hukum yang berkenaan atau berkaitan dengan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, sehingga peraturan perundang-undangan yang hendak dibentuk memiliki dasar hukum, baik dasar hukum formal maupun dasar hukum materiil; dan

d. praktik-pengalaman, belajar dari praktik-pengalaman perancangan maupun pelaksanaan peraturan perundang-undangan ataupun pelaksanaan suatu urusan tertentu untuk direpleksikan dalam penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan yang kini dikerjakan, termasuk untuk mendapatkan pengetahuan mengenai kebutuhan hukum masyarakat dan pemerintahan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka Perancangan Peraturan Perundang-undangan adalah cara penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan berbasis asas dan kaidah, serta teori dan praktik-pengalaman.

1.4.2. Ruang Lingkup Perancangan Peraturan Perundang-undangan: Pengenalan Naskah Akademik dan Rancangan Peraturan Perundang-undangan

Perancangan Peraturan Perundang-undangan pada dasarnya adalah penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan. Namun, sebelum itu harus disertai penyusunan naskah akademik

9

(31)

31

dalam penyusunan rancangan Undang-Undang, dan dapat disertai naskah akademik dalam penyusunan rancangan Peraturan Daerah.

1.4.2.1. Naskah Akademik

Tidak semua jenis peraturan perundang-undangan diharuskan menyusun Naskah Akademik. Rancangan Undang-Undang, baik yang berasal dari Presiden, DPR, dan DPD harus disertai Naskah Akademik (Pasal 43 ayat (3) UU 12/2011). Undang-Undang mengenai: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; b. penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang menjadi Undang-Undang; atau c. pencabutan Undang-Undang atau pencabutan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; tidak berlaku keharusan disertai Naskah Akademik (Pasal 43 ayat (4) UU 12/2011), namun disertai keterangan yang memuat pokok pikiran dan materi muatan yang diatur (Pasal 43 ayat (5) UU 12/2011).

Rancangan Peraturan Daerah, baik Daerah Provinsi maupun Daerah Kabupaten/Kota, disertai dengan penjelasan atau keterangan dan/atau Naskah Akademi (Pasal 56 ayat (2) dan Pasal 80 UU 12/2011). Dalam hal Rancangan Peraturan Daerah Provinsi mengenai: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi; b. pencabutan Peraturan Daerah Provinsi; atau c. perubahan Peraturan Daerah Provinsi yang hanya terbatas mengubah beberapa materi, disertai dengan keterangan yang memuat pokok pikiran dan materi muatan yang diatur (Pasal 56 ayat (3) dan Pasal 80 UU 12/2011). Artinya, Naskah Akademik tidak merupakan keharusan dalam penyusunan Rancangan Peraturan Daerah.

Selain naskah akademik, juga dikenal “keterangan yang memuat pokok pikiran dan materi muatan yang diatur” dan “keterangan mengenai konsepsi Rancangan Undang-Undang” (Pasal 19 UU 12/2011), “keterangan mengenai konsepsi Rancangan Peraturan Daerah Provinsi”, dan “keterangan mengenai konsepsi Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota” (Pasal 33 dan Pasal 40 UU 12/2011).

Keterangan mengenai konsepsi Rancangan tersebu meliputi: a. latar belakang dan tujuan penyusunan; b. sasaran yang ingin diwujudkan; dan c. jangkauan dan arah pengaturan (Pasal 19 , Pasal 33, dan Pasal 40 UU 12/2011).

(32)

32

Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut dalam suatu Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi, atau Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat (Pasal 1 angka 11 UU 12/2011). Adapun anatomi Naskah Akademik dikemukakan dalam tabel berikut:

Tabel 1. Anatomi Naskah Akademik

SISTEMATIKA RINCIAN

Judul

Kata Pengantar Daftar Isi

Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang B. Identifikasi Masalah

C. Tujuan dan Kegunaan Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik

D. Metode Bab II Kajian Teoretis Dan

Praktik Empiris

A. Kajian teoretis.

B. Kajian terhadap asas/prinsip yang terkait dengan penyusunan norma.

C. Kajian terhadap praktik penyelenggaraan, kondisi yang ada, serta permasalahan yang dihadapi masyarakat.

D. Kajian terhadap implikasi penerapan sistem baru yang akan diatur dalam Undang-Undang atau Peraturan Daerah terhadap aspek

kehidupan masyarakat dan dampaknya terhadap aspek beban keuangan negara.

Bab III Evaluasi Dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan Terkait

A. Kondisi hukum atau peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai substansi atau materi yang akan diatur.

B. Posisi dari Undang-Undang atau Peraturan Daerah yang baru dalam keterkaitan/harmonisasi Peraturan Perundang-undangan lain.

c. Status dari Peraturan Perundang-undangan yang ada,

Bab IV Landasan Filosofis, Sosiologis, Dan Yuridis

A. Landasan Filosofis B. Landasan Sosiologis. C. Landasan Yuridis.

(33)

33 Pengaturan, dan Ruang

Lingkup Materi Muatan Undang-Undang, Peraturan Daerah Provinsi, atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

B. Arah dan jangkauan pengaturan. C. Ruang lingkup materi muatan

Bab VI Penutup A. Simpulan

B. Saran Daftar Pustaka

Lampiran: Rancangan Peraturan Perundang-Undangan

Sumber: bedasarkan Lampiran II UU 12/2011

1.4.2.2. Rancangan Peraturan Perundang-undangan

Pemahaman awal terhadap Rancangan Peraturan Perundang-undangan dapat dilakukan dengan menyimak kerangka Peratuan Perundang-undangan dan bentuk luarnya. Mengenai kerangka Peraturan Perundang-undangan dapat disimak dalam tabel berikut.

Tabel 2. Kerangka Peraturan Perundang-undangan

KERANGKA RINCIAN

A. JUDUL  Judul Peraturan Perundang-undangan memuat keterangan mengenai jenis, nomor, tahun pengundangan atau penetapan, dan nama Peraturan Perundang-undangan.

 Nama Peraturan Perundang-undangan dibuat secara singkat dengan hanya menggunakan 1 (satu) kata atau frasa tetapi secara esensial maknanya telah dan mencerminkan isi Peraturan Perundang-undangan.

(TP3 Nomor 2 dan 3) B. PEMBUKAAN

1. Frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa

Pada pembukaan tiap jenis Peraturan Perundang-undangan sebelum nama jabatan pembentuk Peraturan

Perundang-undangan dicantumkan Frasa Dengan Rahmat Tuhan yang Maha Esa yang ditulis seluruhnya dengan huruf kapital yang diletakkan di tengah marjin.

(TP3 Nomor 15) 2. Jabatan Pembentuk

Peraturan

Perundang-Jabatan pembentuk Peraturan Perundang-undangan ditulis

seluruhnya dengan huruf kapital yang diletakkan di tengah marjin dan diakhiri dengan tanda baca koma. Contoh jabatan pembentuk

(34)

34 undangan Undang-Undang:

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, (TP3 Nomor 163)

3. Konsiderans  Konsiderans diawali dengan kata Menimbang.

 Konsiderans memuat uraian singkat mengenai pokok pikiran yang menjadi pertimbangan dan alasan pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

(TP3 Nomor 17 dan 18)

4. Dasar Hukum Dasar hukum diawali dengan kata Mengingat. Dasar hukum memuat: a. Dasar kewenangan pembentukan Peraturan Perundang-undangan; dan b. Peraturan Perundang-undangan yang memerintahkan pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

(TP3 Nomor 28)

5. Diktum  Diktum terdiri atas: a. kata Memutuskan; b. kata Menetapkan; dan c. jenis dan nama Peraturan Perundang-undangan.

 Pada Undang-Undang, sebelum kata Memutuskan

dicantumkan Frasa Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA yang diletakkan di tengah marjin.

 Pada Peraturan Daerah, sebelum kata Memutuskan

dicantumkan Frasa Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH … (nama daerah) dan GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA … (nama daerah), yang ditulis seluruhnya dengan huruf kapital dan diletakkan di tengah marjin.

(TP3 Nomor 53, 55 dan 56)

C. BATANG TUBUH Batang tubuh Peraturan Perundang-undangan memuat semua materi muatan Peraturan Perundang-undangan yang dirumuskan dalam pasal atau beberapa pasal.

(TP3 Nomor 61)

1. Ketentuan Umum Ketentuan umum berisi: a. batasan pengertian atau definisi; b. singkatan atau akronim yang dituangkan dalam batasan pengertian atau definisi; dan/atau c. hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal atau beberapa pasal berikutnya antara lain ketentuan yang mencerminkan asas, maksud, dan tujuan tanpa dirumuskan tersendiri dalam pasal atau bab. (TP3 Nomor 98)

2. Materi Pokok yang Diatur

Pembagian materi pokok ke dalam kelompok yang lebih kecil dilakukan menurut kriteria yang dijadikan dasar pembagian.

(35)

35 Contoh:

a. pembagian berdasarkan hak atau kepentingan yang dilindungi. b. pembagian berdasarkan urutan/kronologis.

c. pembagian berdasarkan urutan jenjang jabatan. (TP3 Nomor 111)

3. Ketentuan Pidana (jika diperlukan)

 Ketentuan pidana hanya dimuat dalam Undang-Undang, Peraturan Daerah Provinsi, dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

 Rumusan ketentuan pidana harus menyebutkan secara tegas norma larangan atau norma perintah yang dilanggar dan menyebutkan pasal atau beberapa pasal yang memuat norma tersebut.

(TP3 Nomor 117 dan 118) 4. Ketentuan Peralihan

(jika diperlukan)

Ketentuan Peralihan memuat penyesuaian pengaturan tindakan hukum atau hubungan hukum yang sudah ada berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang lama terhadap Peraturan Perundang-undangan yang baru, yang bertujuan untuk: a. menghindari terjadinya kekosongan hukum; b. menjamin

kepastian hukum; c. memberikan perlindungan hukum bagi pihak yang terkena dampak perubahan ketentuan Peraturan Perundang-undangan; dan d. mengatur hal-hal yang bersifat transisional atau bersifat sementara.

(TP3 Nomor 127)

5. Ketentuan Penutup Pada umumnya Ketentuan Penutup memuat ketentuan mengenai: a. penunjukan organ atau alat kelengkapan yang melaksanakan Peraturan Perundang-undangan; b. nama singkat Peraturan Perundang-undangan; c. status Peraturan Perundang-undangan yang sudah ada; dan d. saat mulai berlaku Peraturan Perundang-undangan.

(TP3 Nomor 137)

D. PENUTUP Penutup merupakan bagian akhir Peraturan Perundang-undangan yang memuat: a. rumusan perintah pengundangan dan penempatan Peraturan Perundang-undangan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia, Lembaran Daerah Provinsi, Lembaran Daerah Kabupaten/Kota, Berita Daerah Provinsi atau Berita Daerah Kabupaten/Kota; b. penandatanganan pengesahan atau penetapan Peraturan

Perundang-undangan; c. pengundangan atau Penetapan Peraturan Perundang-undangan; dan d. akhir bagian penutup.

(TP3 Nomor 160) E. PENJELASAN

(jika diperlukan)

Penjelasan berfungsi sebagai tafsir resmi pembentuk Peraturan Perundang-undangan atas norma tertentu dalam batang tubuh.

(36)

36

Oleh karena itu, penjelasan hanya memuat uraian terhadap kata, frasa, kalimat atau padanan kata/istilah asing dalam norma yang dapat disertai dengan contoh. Penjelasan sebagai sarana untuk memperjelas norma dalam batang tubuh tidak boleh

mengakibatkan terjadinya ketidakjelasan dari norma yang dimaksud.

(TP3 Nomor 176) F. LAMPIRAN (jika

diperlukan)

 Dalam hal Peraturan Perundang-undangan memerlukan lampiran, hal tersebut dinyatakan dalam batang tubuh bahwa lampiran dimaksud merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Perundang-undangan.

 Lampiran dapat memuat antara lain uraian, daftar, tabel, gambar, peta, dan sketsa.

(TP3 Nomor 192 dan 193) Sumber: berdasarkan Lampiran I UU 12/2011

Mengenai bentuk Rancangan Peraturan Perundang-undangan dapat disimak dalam Kotak berikut.

Kotak 1. Bentuk Rancangan Undang-Undang

BENTUK KETERANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR … TAHUN …

TENTANG

………(Nama Undang-Undang)

JUDUL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMBUKAAN (Frasa Dengan Rahmat)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PEMBUKAAN (jabatan Pembentuk) Menimbang: a. bahwa …; b. bahwa …; c. dan seterusnya …; PEMBUKAAN (Konsiderans) Mengingat: 1. …; 2. …; 3. dan seterusnya …; PEMBUKAAN (Dasar Hukum)

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

(37)

37

Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG … (nama Undang-Undang). (Diktum) BAB I … Pasal 1 … BAB II … Pasal …

BAB … (dan seterusnya) Pasal …

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

BATANG TUBUH

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta pada tanggal …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

tanda tangan

NAMA

Diundangkan di Jakarta pada tanggal …

MENTERI (yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum),

tanda tangan

NAMA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN … NOMOR …

PENUTUP

(38)

38

Penanda sebagai rancangan Peraturan Perundang-undangan adalah pada kolom Nomor masih kosong, dalam artian tidak dibubuhi angka. Oleh karena itu, tidak perlu dibubuhi kata Rancangan di depan jenis peraturan perundang-undangan yang hendak dirancang.

1.4.3. Pengenalan Teori Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Teori Legislasi)

Terdapat beberapa teori legislasi yang dapat diterapkan dalam perancangan peraturan perundang-undangan, satu diantaranya adalah yang dikemukakan oleh J.M. Otto, W.S.R. Stoter & J. Arnscheidt, “Using legislative theory to improve law and development project”.10

J.M. Otto, W.S.R. Stoter & J. Arnscheidt membahas teori pembentukan agenda, teori ideologi elite, teori politik-biro, dan teori empat lapisan rasionalitas. Menurutnya, teori-teori tersebut di atas kiranya dapat lebih bermanfaat bagi konsultan para pembentuk legislasi jika dikonsolidasikan ke dalam metodologi yang koheren dan komprehensif. Metodologi demikian sejatinya merangkum dan meliputi ke-lima tahapan berikut:

Tabel 3. Tahapan Metodelogi Pembentukan Legislasi

TAHAPAN URAIAN

Tahap I:  Evaluasi terhadap efektivitas legislasi yang ada sebelum melakukan upaya memperbaiki atau menggantikannya.

 Melakukan upaya untuk memahami terlebih dahulu apa dan bagaimana legislasi yang sudah ada bekerja dan menelaah apakah ketentuan-ketentuan di dalamnya konsisten, sejauh mana relevan dengan atau memajukan kepentingan kelompok target (addressat) dan terakhir menilai sejauh mana semua mekanisme legal yang terkait terjangkau oleh

masyarakat umum.

Tahap II:  Pemajuan upaya memahami mengapa hukum efektif (atau justru tidak efektif) beranjak dari teori dampak sosial maupun pluralisme hukum, dsb .

 Hendak menganjurkan diadaptasikannya model ini lebih lanjut untuk diselaraskan dengan studi-studi yang secara khusus menyasar lembaga-lembaga pembentuk legislasi dan relasi mereka dengan addressat dari peraturan tersebut.

10

J.M. Otto, W.S.R. Stoter & J. Arnscheidt (2004), “Using legislative theory to improve law and development project”, Jurnal RegelMaat afl. 2004/4. J.M. Otto, W.S.R. Stoter & J. Arnscheidt (2008), “Using legislative theory to improve law and development projects”, dalam J. Arnscheidt, B. Van Rooij, dan J. M. Otto, eds., Lawmaking for Development: Explorations into the Theory and Practice of International Legislative Projects, (Leiden: University Press).

(39)

39

 Ini sejatinya dilakukan baik dalam konteks pembentukan legislasi maupun berkaitan dengan persoalan penaatan (compliance).

Tahap III:  Analisis dari permasalahan yang hendak ditata melalui perangkat legislasi.

 Dalam hal ini dengan menggunakan metodologi penyelesaian masalah yang dikembangkan pasangan Seidman, kita harus mengidentifikasi perilaku apa yang sebenarnya hendak diubah.

 Ikhtiar ini terdiri dari empat langkah:

Langkah 1: Identifikasi dari tingkat kesulitan yang dihadapi: karena legislasi hanya mungkin menyasar perilaku manusia, maka para pembentuk legislasi harus mampu mengidentifikasi perilaku apa yang memunculkan masalah sosial yang hendak ditata dan juga peran dari mereka (kelompok sasaran) yang perilakunya menimbulkan masalah. Langkah 2: Menganalisis dan mengajukan uraian menjelaskan mengapa dan bagaimana masalah sosial tertentu muncul; pembentuk legislasi harus secara sistematis memeriksa dan turut mempertimbangkan hipotesis alternatif perihal sebab musabab atau akar masalah dari perilaku sosial yang dianggap bermasalah.

Langkah 3: Mengajukan usulan pemecahan masalah (solusi); dengan dukungan bukti-bukti, pembentuk legislasi seyogianya merumuskan tindakan-tindakan legislatif apa yang sebaiknya dilakukan, termasuk mengajukan usulan rancangan peraturan baru. Dalam hal itu, mereka juga harus memperhitungkan biaya sosial-ekonomi yang potensial muncul dari tiap aturan yang dibuat, yaitu untuk dapat menentukan elemen mana yang harus dimasukkan atau justru dikesampingkan dalam perancangan aturan yang hendak diusulkan.

Langkah 4: Pengawasan dan evaluasi terhadap implementasi; terakhir para pembentuk legislasi seyogianya membangun suatu mekanisme pengawasan dan evaluasi implementasi ke dalam rancangan legislasi yang dibuat.

Tahap IV:  Analisis dari proses pembentukan legislasi beranjak dari teori-teori normatif perihal ‘pembentukan legislasi yang baik.

 Pembentukan legislasi yang lebih partisipatoris seharusnya meningkatkan kadar demokratis dan legitimasi peraturan yang dihasilkan.

Pendekatan dari bawah (bottom-up approach) berkaitan dengan

pembentukan legislasi negara diprakarsai pada tingkat lokal, merupakan fenomena penting dan baru muncul di banyak negara berkembang. Tahap V:  Suatu analisis terhadap kelayakan dari ikhtiar pembentukan legislasi dari

sudut pandang teori-teori : pembuatan agenda, ideologi (kelompok) elite, politik-biro dan empat lapisan rasionalitas.

 Penelahaan kritis terhadap pertanyaan apakah dan seberapa jauh transplantasi hukum justru merupakan solusi terbaik terhadap permasalahan sosial yang muncul.

(40)

40

 Mensyaratkan adanya kemampuan dari konsultan asing untuk tidak saja kritis terhadap diri sendiri, juga untuk menyadari bahwa sejumlah teori yang dikembangkan di dunia Barat dilandaskan pada asumsi-asumsi mengenai dinamika masyarakat dan politik di negara-negara maju yang tidak mencerminkan realitas sosial di banyak negara berkembang.

 Asumsi-asumsi demikian mencakup:

bahwa dapat ditemukan konsensus tentang keniscayaan pembentukan legislasi yang partisipatoris dan demokratis;

bahwa warga masyarakat memiliki kebebasan dan keberanian untuk secara terbuka turut serta dalam debat publik tentang apapun juga. bahwa pihak eksekutif yang memprakarsai dan memimpin proses pembentukan legislasi bertanggungjawab terhadap dewan perwakilan daerah yang pada gilirannya mengartikulasikan kepentingan dari masyarakat banyak;

bahwa ada dan terjaga situasi dan kondisi politik yang relatif stabil yang memungkinkan terselenggaranya debat terbuka perihal elemen-elemen terpenting dari ideologi negara maupun kebijakan resmi negara, samping itu juga berfungsinya media yang efektif tetapi sekaligus cukup netral, untuk menyalurkan informasi pada masyarakat luas; dan

bahwa tersedia cukup sumberdaya, personel dan anggaran yang memungkinkan proses pembentukan legislasi yang partisipatoris, dipersiapkan dengan baik oleh para pengambil kebijakan maupun pembentuk legislasi.

Sumber: disusun berdasarkan J.M. Otto, W.S.R. Stoter & J. Arnscheidt, “Using legislative theory to improve law and development project”.

Metodelogi pembentukan legislasi dalam kelima tahapan tersebut dapat dipadatkan sebagai berikut:

1. Tahap I: Evaluasi terhadap efektivitas legislasi yang ada sebelum melakukan upaya memperbaiki atau menggantikannya.

2. Tahap II: Pemajuan upaya memahami mengapa hukum efektif (atau justru tidak efektif). 3. Tahap III: Analisis dari permasalahan yang hendak ditata melalui perangkat legislasi,

dengan menggunakan Metode Pemecahan Masalah-ROCCIPPI.

4. Tahap IV: Analisis dari proses pembentukan legislasi juga beranjak dari teori-teori normatif perihal ‘pembentukan legislasi yang baik”.

5. Tahap V: Suatu analisis terhadap kelayakan dari ikhtiar pembentukan legislasi yang mencerminkan realitas sosial masyarakat setempat.

(41)

41

Metode Pemecaahan Masalah dan ROCCIPI, mendapat pembahasan dalam teori legislasi yang dikemukakan oleh J.M. Otto, W.S.R. Stoter & J. Arnscheidt. Berikut dilakukan penguraian kembali teori legislasi dari Seidman tersebut, terutama menyangkut teori legislasi ROCCIPI.

Inti dari Metodelogi Pemecahan Masalah dalam pembentukan peraturan perundang-undangan dengan langkah-langkah tersebut adalah dalam rangka perubahan masyarakat yang demokratis yang berdasarkan pada asas-asas kepemerintahan yang baik (good governance). Masing-masing langkah tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama, mengenali permasalahan sosial atau perilaku bermasalah, melalui kriteria sebagai berikut:

1. Apakah masalah itu terjadi berulang-ulang? 2. Apakah masalah itu mempunyai dampak negatif?

3. Apakah masalah sosial itu dibentuk oleh perilaku majemuk (banyak orang)?

Jika jawabannya ”ya“, maka masalah itu merupakan masalah sosial. Pihak-pihak yang perilakunya terkait dengan masalah sosial adalah:

a. Pemeran (Role Occupant), yakni orang, kelompok, atau organisasi yang perilakunya menimbulkan masalah.

b. Agen pelaksana (Implementing Agent), yang diberi kewenangan oleh peraturan untuk memastikan pemeran berperilaku sesuai aturan.

Kedua, menemukan penjelasan atau penyebab perilaku bermasalah. Dilakukan dengan menggunakan agenda ROCCIPI yang merupakan akronim dari sejumlah kategori. Ini akan diuraikan dalam bagian berikutnya, khusus megenai Teori ROCCIPI.

Ketiga, menyusun solusi. Ada dua jenis solusi yakni untuk menghilangkan perilaku bermasaalah dan memastikan efektivitas pelaksanaan. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Solusi untuk menghilangkan perilaku bermasalah yang berisi tindakan-tindakan langsung maupun tidak langsung yang bisa menghilangkan perilaku bermasalah. Misalnya, Jika karena faktor peraturan, khususnya pada ancaman sanksi maka ancaman sanksi itu yang

Gambar

Tabel 1. Anatomi Naskah Akademik
Tabel 2. Kerangka Peraturan Perundang-undangan
Tabel 3. Tahapan Metodelogi Pembentukan Legislasi
Tabel 4. Langkah-langkah Penerapan Metode RIA
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur dan terimakasih tertinggi penulis tujukan kepada Tuhan YME atas segala rahmat, nikmat, karunia, dan hidayah-Nya yang tidak dapat dihitung dalam memberikan kesempatan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, tim peneliti menyimpulkan bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematis

Pendekatan analisis deskriptif dilakukan dengan kajian pustaka terkait penggunaan RBAC, ketersediaan dan pemanfaatan data kependudukan ditingkat kabupaten, otorisasi akses data

Pada bab ini diperoleh kesimpulan dari hasil analisis dan pembahasan yang diperoleh dari identifikasi dan estimasi variabel keadaan dari sistem tereduksi dengan metode

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh dari variabel service quality (Tangible, Reliability, Responsiveness, Assurance, dan Empathy)

Sedangkan untuk mencari besarnya pengaruh metode Discovery dalam pembelajaran matematika terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VIII MTsN Kanigoro

Gambar 10 menunjukkan grafik kuesioner yang menyatakan bahwa aplikasi mudah untuk digunakan, gambar 11 menunjukkan grafik kuesioner yang menyatakan bahwa tampilan

Bank Kustodian akan menerbitkan Surat Konfirmasi Transaksi Unit Penyertaan yang menyatakan antara lain jumlah Unit Penyertaan yang dijual kembali dan dimiliki serta Nilai Aktiva