• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTEMUAN XII KULIAH KEEMPAT: PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-

12.2.4. Penyusunan Peraturan Perundang-undangan Pengesahan Perjanjian atau Persetujuan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4012) menentukan bahwa pengesahan perjanjian internasional oleh Pemerintah Republik Indonesia dilakukan sepanjang dipersyaratkan oleh perjanjian internasional tersebut. Pengesahan dilakukan dengan undang-undang atau keputusan presiden. Tetapi di dalam praktik ada pula pengesahan yang dilakukan dengan Peraturan Presiden (Pepres). Hal itu sesuai pula dengan ketentuan Pasal 13 UU No. 12 Tahun 2011 bahwa materi muatan Perpres antara lain berisi materi untuk melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan. Selain itu, Ketentuan Nomor 241 Lampiran II UU No. 12 Tahun 2011 menegaskan bahwa: “Cara penulisan rumusan Pasal 1 bagi pengesahan perjanjian atau persetujuan internasional yang dilakukan dengan Undang-Undang berlaku juga bagi pengesahan perjanjian atau persetujuan internasional yang dilakukan dengan Peraturan Presiden”. Jadi jelaslah bahwa UU No. 12 Tahun 2011 menganut prinsip bahwa pengesahan perjanjian atau persetujuan internasional dilakukan dengan UU atau Perpres.

Teknik penyusunan peraturan perundang-undangan pengesahan perjanjian atau persetujuan internasional ditentukan pada Ketentuan Nomor 11, 12, 13, 240, dan 241 Lampiran II UU No. 12 Tahun 2011. Ketentuan-ketentuan tersebut pada pokoknya mengena 2 (dua) hal yaitu teknik penyusunan nama dan batang tubuh peraturan perundang-undangan pengesahan perjanjian atau persetujuan internasional. Teknik penyusunan nama, sebagai berikut:

167

1. Nama peraturan perundang-undangan pengesahan tersebut ditambahkan kata pengesahan di depan nama perjanjian atau persetujuan internasional yang akan disahkan. Contoh 1, pengesahan dengan UU:62

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005

TENTANG

PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENANINTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) Contoh 2, pengesahan dengan Kepres:

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2002

TENTANG

PENGESAHAN PROTOCOL 5 ASEAN SCHEME OF COMPULSORY MOTOR VEHICLE INSURANCE

(PROTOKOL 5 SKIM ASURANSI WAJIB KENDARAAN BERMOTOR ASEAN) Contoh 3, pengesahan dengan Perpres:

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2005

TENTANG

PENGESAHAN MONTREAL AMENDMENT TO THE MONTREAL PROTOCOL ON SUBSTANCES THAT DEPLETE THE OZONE LAYER

(AMENDEMEN MONTREAL ATAS PROTOKOL MONTREAL TENTANG BAHAN-BAHAN YANG MERUSAK LAPISAN OZON)

2. Apabila perjanjian atau persetujuan internasional yang akan disahkan menggunakan Bahasa Indonesia sebagai salah satu teks resmi maka, nama perjanjian atau persetujuan tersebut ditulis dalam bahasa Indonesia, yang diikuti dengan bahasa asing dari teks resmi yang ditulis dengan huruf cetak miring dan diletakkan di antara tanda baca kurung.

62 chrome-extension://oemmndcbldboiebfnladdacbdfmadadm/http://www.hukumonline.com/pusatdata/ downloadfile/lt4c3c7b5252174/parent/24213.

168 Contoh 1, pengesahan dengan UU:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010

TENTANG

PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK SINGAPURA TENTANG PENETAPAN GARIS BATAS LAUT WILAYAH KEDUA

NEGARA DI BAGIAN BARAT SELAT SINGAPURA, 2009

(TREATY BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE REPUBLIC OF SINGAPORE RELATING DELIMITATION OF THE TERRITORIAL SEAS OF THE TWO COUNTRIES IN THE WESTERN PART OF THE STRAIT OF SINGAPORE,

2009) Contoh 2:

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2004

TENTANG

PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK POLANDIA TENTANG KERJASAMA

KEBUDAYAAN DAN PENDIDIKAN

Tetapi sebelum berlakunya UU No. 12 Tahun 2011 terdapat perjanjian atau persetujuan internasional yang disahkan menggunakan Bahasa Indonesia sebagai salah satu teks resmi, penulisan nama dilakukan dalam bahasa Indonesia sepenuhnya.

Contoh:

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2005

TENTANG

PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK RAKYAT CHINA MENGENAI PEMBEBASAN

VISA BAGI PEMEGANG PASPOR DIPLOMATIK DAN DINAS

3. Apabila bahasa Indonesia tidak digunakan sebagai teks resmi dalam perjanjian atau persetujuan internasional maka, nama perjanjian atau persetujuan tersebut ditulis dalam bahasa Inggris dengan huruf cetak miring, dan diikuti dengan terjemahannya dalam bahasa Indonesia yang diletakkan di antara tanda baca kurung.

169 Contoh 1, pengesahan dengan UU:63

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005

TENTANG

PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANGHAK-HAK

EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA) Contoh 2, pengesahan dengan Keppres:

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2000

TENTANG

PENGESAHAN SIXTH ADDITIONAL PROTOCOL TO THE CONSTITUTION OF THE UNIVERSAL POSTAL UNION (PROTOKOL TAMBAHAN KEENAM

PADA KONSTITUSI PERHIMPUNAN POS SEDUNIA) Contoh 3, pengesahan dengan Perpres:

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2007

TENTANG

PENGESAHAN AGREEMENT FOR THE ESTABLISHMENT OF THE INDIAN OCEAN TUNA COMMISSION (PERSETUJUAN TENTANG

PEMBENTUKAN KOMISI TUNA SAMUDERA HINDIA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

4. Batang tubuh peraturan perundang-undangan tentang Pengesahan Perjanjian atau Persetujuan Internasional pada dasarnya terdiri atas 2 (dua) pasal. Tetapi dalam hal tertentu, batang tubuh dapat terdiri dari lebih dari 2 (dua) pasal.

5. Pasal-pasal dalam batang tubuh peraturan perundang-undangan tentang Pengesahan Perjanjian atau Persetujuan Internasional ditulis dengan angka Arab, yaitu sebagai berikut:

63 http://www.gandingo.org/index.php?option=com_content&view=article&id=59:uu-no112005-tentang-pengesahan-international-covenant-on-ecosoc-rights&catid=904:kebijakan&Itemid=8

170

a. Pasal 1 memuat pengesahan perjanjian atau persetujuan internasional dengan memuat pernyataan melampirkan salinan naskah asli dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia.

b. Pasal 2 memuat ketentuan mengenai saat mulai berlaku.

Contoh 1, Pengesahan dengan UU: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2005 Tentang Pengesahan International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights (Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya)

Pasal 1

(1) Mengesahkan International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya) dengan Declaration (Pernyataan) terhadap Pasal 1.

(2) Salinan naskah asli International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya) dan Declaration (Pernyataan) terhadap Pasal 1 dalam bahasa Inggris dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia sebagaimana terlampir, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Undang-Undang ini.

Pasal 2

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Contoh 2, Pengesahan dengan Kepres: Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 167 Tahun 2000 Tentang Pengesahan Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia Dan Pemerintah Republik Argentina Mengenai Peningkatan Dan Perlindungan Atas Penanaman Modal Beserta Protokol

Pasal 1

Mengesahkan Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Argentina mengenai Peningkatan dan Perlindungan atas Penanaman Modal beserta Protokol, yang RGS Mitra 1 of 2 telah ditandatangani Pemerintah Republik Indonesia di Buenos Aires, Argentina, pada tanggal 7 Nopember 1995, sebagai hasil perundingan antara Delegasi-delegasi Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Argentina yang salinan naskah aslinya dalam bahasa Indonesia, Spanyol dan Inggris sebagaimana terlampir pada Keputusan Presiden ini.

Pasal 2

171

Contoh Pengesahan dengan Kepres dan Perpres yang batang tubuhnya memuat 3 (tiga) pasal.

1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2005 Tentang Pengesahan Amendment To The Basel Convention On The Control Of Transboundary Movements Of Hazardous Wastes And Their Disposal (Amendemen Atas Konvensi Basel Tentang Pengawasan Perpindahan Lintas Batas Limbah Berbahaya Dan Pembuangannya)

Pasal 1

Mengesahkan Amendment to the Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hazardous Wastes and Their Disposal (Amendemen atas Konvensi Basel tentang Pengawasan Perpindahan Lintas Batas Limbah Berbahaya dan Pembuangannya), yang merupakan hasil Sidang Ketiga Konferensi Para Pihak Konvensi Basel di Jenewa pada Tahun 1995, yang naskah aslinya dalam bahasa Inggris dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia sebagaimana terlampir dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.

Pasal 2

Apabila terjadi perbedaan penafsiran antara naskah terjemahan Amendment dalam bahasa Indonesia dengan naskah aslinya dalam bahasa Inggris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, maka yang berlaku adalah naskah aslinya dalam bahasa Inggris.

Pasal 3

Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 85 Tahun 2004 Tentang Pengesahan Revised Constitution Of The Asia Pacific Telecommunity, New Delhi 2002 (Konstitusi Telekomunitas Asia Pasifik Yang Diperbaharui, New Delhi 2002)

Pasal 1

Mengesahkan Revised Cosntitution of the Asia Pacific Telecomunity, New Delhi 2002 (Konstitusi Telekomunitas Asia Pasifik yang Diperbaharui, New Delhi 2002), yang telah ditandatangani Pemerintah Republik Indonesia di New Delhi, India antara tanggal 23-31 Oktober 2002 sebagai hasil Sidang Umum Telekomunitas Asia Pasifik yang salinan naskah aslinya dalam bahasa Inggris dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia sebagaimana terlampir pada Keputusan Presiden ini

Pasal 2

Apabila terjadi perbedaan penafsiran antara naskah terjemahan Revised Constitution dalam Bahasa Indonesia dengan salinan naskah aslinya dalam bahasa Inggris

172

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, maka yang berlaku adalah salinan naskah aslinya dalam bahasa Inggris.

Pasal 3

Keputusan Presiden ini berlaku mulai pada tanggal ditetapkan Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lemabran Negara Republik Indonesia.

6. Cara penulisan rumusan Pasal 1 UU pengesahan perjanjian atau persetujuan internasional berlaku juga bagi pengesahan perjanjian atau persetujuan internasional yang dilakukan dengan Peraturan Presiden.

12.2.5. Penyusunan Peraturan Daerah Tentang Pengukuhan Kesatuan Masyarakat