• Tidak ada hasil yang ditemukan

LP GEA ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LP GEA ANAK"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GASTROENTERITIS Di Ruang Anak RSUD Ulin Banjarmasin

Tanggal 30 s/d 12 April 2015

Oleh:

Resvia Arwinda , S.Kep I1B110014

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2015

(2)

A. PENGERTIAN

Gastroenteritis adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak daripada biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.

Gastroenteritis adalah imflamasi pada lapisan membran gastrointestinal disebabkan oleh berbagai varian entero pathogen yang luas yaitu bacteria, virus dan parasit.

Diare adalah dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3x per hari) serta perubahan dalam isi (lebih dari 200gr/hari) dan konsistensi feses cair. Diare adalah buang air besar (defekasi dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat),kandungan air tinja lebih bnyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24 jam.Definisi lain memakai criteria frekuensi,yaitu buang air encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar tersebut dapat/tanpa disretai lender dan darah.

B. ETIOLOGI 1. Diare Akut

Virus, protozoa; Giardia lambdia, Entamoeba hystolitica;

Bakteri : yang memproduksi enterotoksin (S aerus, C perfringens, E coli, V cholera, C difficile) dan yang menimbulkan inflamasi mukosa usus (Shingella, Salmonella sp,

Yersinia), iskemia intestinal, Inflammatory Bowel Diasase (acute on chronic), colitis radiasi. 2. Diare kronik

Umumnya diare kronik dapat dikelompokkan dalam 6 kategori pathogenesis terjadinya :  Diare osmotik

 Diare sekretorik

 Diare karena gangguan motilitas  Diare inflamatorik

 Malabsorbsi  Infeksi kronik

C. PATOFISIOLOGI

Diare akibat infeksi terutama ditularkan secara fekal oral. Hal ini disebabkan masuknya minuman atau makanan yang terkontaminasi tinja ditambah dengan ekskresi yang buruk,

(3)

makanan yang tidak matang, bahkan yang disajikan tanpa dimasak. Penularannya adalah transmisis orang ke orang melalui aerosolisasi (Norwalk, Rotavirus), tangan yang terkontaminasi (Clostridium difficile), atau melalui aktifitas seksual. Faktor penentu terjadinyan diare akut adalah faktor penyebab (agen) dan faktor pejamu (host). Faktor pejamu adalah kemampuan pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme, yaitu faktor daya tahan tubuh atau lingkungan lumen saluran cerna, seperti keasaman lambung, motilitas lambung, imunitas, juga mencakup lingkungan mikroflora usus. Faktor penyeban yang mempengaruhi patogenesis antara lain daya penetrasi yang merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di usus, serta daya lekat kuman. Kuman tersebut membentuk koloni-koloni yang dapat menginduksi diare.

1. Bakteri noninvansif (enterotoksigenik)

Toksin yang diproduksi bakteri akan terikat pada mukosa usus halus, namun tidak merusak mukosa. Toksin menigkatkan kadar siklik AMP di dalam sel, menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam lumen usus yang diikuti air, ion karbonat, kation, natrium dan kalium. Bakteri ynag termasuk golongan ini adalah V. Cholera, Enterotoksigenik E. Coli (ETEC), C. Perfringers,

S. Aureus, dan Vibriononglutinabel.

2. Bakteri enteroinvansifi

Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi dan bersifat sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah. Bakteri yang termasuk dalam golongan ini adalah Enteroinvansive E. Coli (EIEC), S. Paratyphi B. S. Typhimurium, S.

Enteriditis, S. Choleraesuis, Shigela, Yersinia dan C. Perfringens tipe C.

D. PATHWAY

Makanan basi Malabsorpsi Faktor Infeksi

Intoleransi

Masuk ke saluran pencernaan

Tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat Masuk ke saluran

pencernaan ↑ enzim

(4)

(Corwin,2000) E. GEJALA KLINIS

Gejala klinis dari diare, yaitu : 1. Haus

2. Lidah kering

3. Turgor kulit menurun 4. Suara serak 5. Nadi meningkat 6. Keringat dingin 7. Muka pucat 8. Mual, muntah 9. Demam

10. Nyeri perut/kejang perut 11. Mata cekung

F. KLASIFIKASI

Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan: 1. Lama waktu diare:

Pergeseran air & elektrolit ke rongga usus Makanan tidak dapat diabsorpsi Bakteri mengeluarkan toksin ↑ stimulus skresi getah lambung

Isi rongga usus ↑ Hyperperistaltik

Sekresi cairan dan elektrolit dalam rongga usus ↑ Kadar asam lambung ↑ Kemampuan absorpsi ↓ Iritasi mukosa lambung Mengiritasi rektal Feses bersifat asam

Gastroenteritis Cairan & elektrolit

masuk lumen usus

Output ↑ dan absorpsi ↓ Isi rongga

usus ↑ Nyeri Akut integritas kulitKerusakan Dehidrasi Mual,muntah,nafsu makan ↓ Kekurangan volume cairan tubuh Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Merangsang pusat pengaturan suhu dihipotalamus Hipertemi

(5)

 Akut : Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari.sedangkan menurut

World Gastroenterologi Organisation global guidelines 2005, diare akut didefinisikan

sebagai pasase tinja yang cair/ lemak dengan lebih banyak dari normal,berlangsung kurang dari 14 hari.

 Kronik : Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari. Sebenarnya para pakar di dunia telah mengajukan beberapa kreteria mengenai batasankronik pada khasus diare tersebut,ada yang 15 hari, 3 minggu 1 bulan dan 3 bulan,tetapi di Indonesia dipilih waktu lebih15 hari agar dokter tidak lengah, dapat lebih cepat menginvestigasi penyebab diare dengan lebih tepat.

2. Mekanisme patofisilogik:

 Osmotik : diindikasikan dengan adanya faktor malabsorpsi akibat adanya gangguan absorpsi karbohidrat, lemak, atau protein, dan tersering adalah malabsopsi lemak.

 Sekretorik : terdapat gangguan transport akibat adanya perbedaan osmotik intralumen dengan mukosa yang besar sehingga terjadi penarikan cairan dan elektrolit ke dalam lumen usus dalam jumlah besar.

3. Berat ringan diare: kecil atau besar 4. Penyebab infeksi atau tidak :

Infektif dan non Infektif : Diare infektif adalah bila penyebabnya infeksi. Sedangkan diare non infektif bila tidak ditemukan infeksi sebagai penyabab pada khasus tersebut.

5. Penyebab organic atau fungsional : Diare organic adalah bila di temukan penyabab anatomic, bakteriologik, hormonal atau toksikologik. Diare fungsional bila tidak dapat di temukan penyabab organik.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan darah tepi lengkap

2. Pemeriksaan, ureum, kreatinin, dan berat jenis plasma 3. Pemeriksaan urine lengkap

4. Pemeriksaan tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur

5. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik

6. Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi Helicobacter Jejuni sangat dianjurkan 7. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif

tentang pada diare kronik.

8. Pemeriksaan darah 5 darah perifer lengkap, analisis gas darah (GDA) & elektrolit (Na, K, Ca, dan P serum yang diare disertai kejang)

(6)

Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan : a) Kehilangan BB

1. Tidak ada dehidrasi : menurun BB < 2 % 2. Dehidrasi ringan : menurun BB 2 - 5% 3. Dehidrasi sedang : menurun BB 5 - 10% 4. Dehidrasi berat : menurun BB 10%

b) Menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dijepit antara ibu jari dan telunjuk (selama 30-60 detik) kemudian dilepaskan, jika kulit kembali dalam :

1. 1 detik ; turgor agak kurang (dehidrasi ringan) 2. 1-2 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang) 3. 2 detik: turgor sangat kurang (dehidrasi berat)

Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat atau diare berlangsung lebiih dari beberapa hari, di perlukan beberapa pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan tersebut a.l pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit), kadar eliktrolit serum,ureum dan kretinin, pemeriksaan tinja dan pemeriksaan enzyme- linked immunorsorbent assay (ELISA) menditeksi giardiasis dan tes serologic amebiasis, dan foto x-ray abdomen. Pasien dengan diare karena virus,biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis leukost yang normal atau limfositosis. pasien dengan infeksi bakteri terutama pada infeksi bakteri yang infasif ke mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan darah putih muda. Neurotropenia dapat timbul pada salmonellosis. Ureum dan kreatinin di periksa untuk memeriksa adanya kekurangan volume cairan dan mineral tubuh pemeriksaaan tinja dilakukan untuk mellihat adanya leukosit dalam tinja yang menunjukan adanya infeksi bakteri,adanya telur cacing dan parasit dewasa.

H. KOMPLIKASI 1. Asidosis Metabolik 2. Syok Hipovolumik 3. Kembung (hipokalemia)

4. Kejang (hipoglikemia, hiponatremia, hipokalsemia) 5. Kematian

I. PENATALAKSANAAN MEDIS

(7)

2. Pemberian suplemen nutrisi harus diberikan segera pada pasien mual muntah. 3. Antibiotik yang diberikan pada pasien dewasa adalah cifrofloksasin 500mg. 4. Pemberian metronidazole 250-750mg selama 5-14 kali.

5. Pemberian obat anti diare yang dikomendasikan antibiotic

6. Obat antiemetic yang digunakan pada pasien yang muntah dengan dehidrasi 7. Terapi/tindakan penanganan

8. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi

Hal-hal yang harus diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu: a. Jenis cairan yang hendak digunakan

Cairan ringer laktat merupakan cairan pilihan dengan jumlah kalium yang rendah bila

dibandingkan dengan kalium tinja. Bila tidak ada RL dapat diberikan NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul nabik 7,5% 50 ml pada setiap 1 It NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit yang dapat mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.

J. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian

Data Subjektif

 Keluhan utama : buang air besar lebih dari 3 hari

 Riwayat penyakit saat ini : buang air besar lebih dari 3 hari disertai nyeri perut.

 Riwayat penyakit sebelumnya : alergi akibat penggunaan obat dan makanan seperti obat pencahar, antibiotik dan atau mengkonsumsi makanan yang mengandung sorbitol dan fruktosa.

Data Objektif  Airway :

o Jalan nafas paten

o Tidak ada obstruksi pada pernafasan o Breathing / Pernafasan

o Nafas spontan o Irama nafas cepat o Pola nafas tidak teratur o Jenis pernafasan; Kusmaul o Adanya sesak nafas

o Adanya pernafasan cuping hidung o RR > 24x/menit

o Circulation

(8)

o Tekanan darah menurun o Wajah tampak pucat o Akral hangat

o Kadang Ada sianosis o Suhu > 37,50C

o CRT > 2 detik o Mukosa bibir kering o Tidak terjadi perdarahan o Turgor kulit lambat

o Riwayat kelebihan cairan akibat diare o Disability

o Pasien tampak lemah Data sekunder

o Eksposure

o Tidak adanya edema ekstremitas o Tidak ada jejas pada kepala o Five intervention

o Head to toe

- Kepala dan wajah : mata cowong

- Leher : pada pemeriksaan leher tidak ada data yang abnormal - Dada : tidak ada data yang bermasalah pada pemeriksaan dada. o Abdomen dan pinggang :

- Inspeksi : distensi abdomen

- Auskultasi : Bising usus meningkat - Gerakan peristaltic meningkat - Perkusi : suara perut timpani

- Palpasi : tidak di temukan adanya pembesaran hati.

- Pelvis dan perineum : tidak ada masalah pada pemeriksaan pelvis dan perenium. - Ekstremitas : tidak ada masalah pada pemeriksaan ekstremitas.

- Inspect the posterior surface

- Tidak ada masalah pada pemeriksaan bagian belakang. 2. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama.

2. Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi, atau malabsorpsi usus.

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan banyak melalui rute normal (diare berat, muntah).

4. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi antara dermal-epidermal sekunder akibat : diare

5. Hipertemia berhubungan dengan dehidrasi.

6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan intake makan.

(9)

3. Intervensi

DX 1 : Nyeri akut b.d hiperperistaltik, diare lama.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x30 menit diharapkan nyeri pasien berkurang/terkontrol dengan kriteria hasil :

- Pasien melaporkan hilang atau terkontrol.

- Pasien tampak rileks/mampu istirahat dengan tepat. - Pasien tidak gelisah.

Intervensi :

Dorong pasien untuk melaporkan nyeri.

- R/ : mencoba untuk mentoleransi nyeri, dari pada meminta analgesic.

Kaji laporan keram abdomen atau nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10). Selidiki dan laporkan perubahan karakteristik nyeri.

- R/ : nyeri kulit hilang timbul pada penyakit crohn. Nyeri sebelum defekasi sering terjadi pada KU dengan tiba-tiba, dimana dapat berat dan terus menerus. Perubahan pada karakteristik nyeri dapat menunjukan penyebaran penyakit/terjadinya komplikasi, misalya pistula kandung kemih, perporasi, toksik megakolon.

Catat petunjuk non verbal misalnya gelisah, menolak untuk bergerak, berhati-hati dengan abdomen, menarik diri dan depresi. Selidiki perbedaan penunjuk verbal dan non verbal.

- R/ : bahasa tubuh/petunjuk non verbal dapat secara psikologis dan visiologis dan dapat digunakan pada hubungan petunjuk verbal untuk mengidentifikasi luas dari beratnya masalah.

Kaji ulang factor-faktor yang meningkatkan atau menghilangkan nyeri.

- R/ : dapat menunjukan dengan tepat pencetus factor-factor pemberat (seperti kejadian stress, tidak toleran terhadap makanan) atau mengidentifikasi terjadinya komplikasi. Izinkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman misalnya lutut fleksi.

- R/ : menurunkan tegangan abdomen dan meningkatkan rasa control. Berikan obat analgetik sesuai indikasi.

- R/ : nyeri bervariasi dari ringan sampai berat dan perlu penanganan untuk memudahkan istirahat ade kuat dan penyembuhan. Catatan : kopiat harus digunakan dengan hati-hati karena dapat menimbulkan toksik megakolon.

(10)

Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien tidak mengalami diare dibuktikan dengan kriteria hasil :

- Feses berbentuk, BAB sehari sekali – tiga hari sekali - Menjaga daerah sekitar rectal agar tidak iritasi - Tidak mengalami diare

Intervensi :

Ajarkan pasien untuk menggunakkan obat anti diare

Instruksikan pasien untuk mencatat warna, jumlah, frekuensi dan konsistensi dari feses Evaluasi intake makanan yang masuk

Identifikasi faktor penyebab diare Monitor tanda dan gejala diare

DX 3 : Kekurangan volume cairan b.d kehilangan banyak melalui rute normal (diare berat, muntah).

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x30 menit diharapkan pasien mampu mempertahankan volume cairan adekuat dengan kriteria hasil :

- Tanda-tanda vital stabil (TD : 100-120/70-90mmHg, N : 60-100x/menit, S : 36,5-37,50C, RR : 12-24x/menit).

- Membran mukosa lembab. - Turgor kulit membaik.

- Keseimbangan masukan dan haluaran dengan urin normal dalam konsentrasi/jumlah (0,5-1cc/kg BB/jam).

- CRT < 2 detik. - Mata tidak cowong. Intervensi :

Kaji tanda vital (TD, nadi, suhu).

- R/ : hipotensi (termasuk postural), takikardial, demam dapat menunjukan respon terhadap dan/ atau efek kehilangan cairan.

Awasi masukan haluaran, karakter, dan jumlah feses ; perkirakan kehilangan yang tak terlihat misalnya berkeringat. Ukur berat jenis urine ; observasi oliguria.

- R/ : memberikan informasi tentang keseimbangan cairan. Fungsi ginjal dan control penyakit usus juga merupakan pedoman untuk penggantian cairan.

Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit, pengisian kapiler lambat.

(11)

- R/ : menunjukan kehilangan cairan berlebih atau dehidrasi. Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.

- R/ : mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan. Catatan : cairan mengandung natrium dapat dibatasi pada adanya enteritis regional.

Berikan obat sesuai indikasi anti diare.

- R/ : menurunkan kehilangan cairan dari usus.

Berikan obat antiemetic misalnya trimetobenzamida (tigan) ; hidroksin (pistaril) ; proklorperasin (kompazine).

- R/ : digunakan untuk mengontrol mual/muntah pada heksaserbasi akut. Berikan cairan Elektrolit misalnya tambahan kalium (LCI-IP : K-lyte, slow-K).

- R/ : elektrolit hilang dalam jumlah besar, khususnya pada usus yang gundul, area ulkus, dan diare dapat juga menimbulkan asedosis metabolit karena kehilangan bikarbonat (HCO3).

DX 4 : Hipertemia b.d dehidrasi.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x30 menit diharapkan suhu tubuh pasien kembali normal dengan kriteria hasil :

- Tanda-tanda vital stabil (TD : 100-120/70-90mmHg, N : 60-100x/menit, S : 36,5-37,50C, RR : 12-24x/menit).

- Membran mukosa lembab.

- Turgor kulit baik, kulit tidak kemerahan. Intervensi :

Control suhu pasien (derajat dan pola) ; perhatikan mengigil/diaporosis.

- R/ : suhu 38,9-41,1 C menunjukan proses penyakit impesius akut. Pola demam dapat membantu dalam dianogsis.

Berikan antipiretik misalnya ASAL (aspirin), asetaminofen (Tylenol).

- R/ : digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi centralnya pada hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organism, dan meningkatkan autodekstruksi dari sel-sel yang terinfeksi.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

1. Doengoes, Marylynn E. Dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC 2. Capernito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

3. Ma, O. John. 2004. Emergency Medicine Manual. USA : The Mc.Graw-Hill Companies 4. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah volume 1. Jakarta : EGC 5. Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik edisi 6. Jakarta : EGC 6. Masjoer, Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. Jakarta : EGC

Referensi

Dokumen terkait

digunakan apabila diare berlangsung terus menerus selama !' &amp;am. Pada pasien #ang mengalami demam dan di dalam tin&amp;an#a terdapat darah7 maka sangat mungkin sekali diare

Menurut pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa diare adalah gejala kelainan sistem pencernaan, absorbsi, maupun fungsi sekresi dimana pasien mengalami kehilangan

Pemeriksaan Pemeriksaan fisik fisik biasanya pas biasanya pasien dengan ien dengan status status mental mental stupor stupor atau koma disertai dengan dehidrasi sangat berat

Pasien juga muntah-muntah kurang lebih lima kali/hari, jumlah muntahan tidak diketahui, tidak diikuti dengan rasa mual, muntah biasanya sehabis makan dan minum, isi muntahan

11 Pengukuran elektrolit serum diperlukan pada beberapa anak dengan durasi diare yang lebih lama dengan dehidrasi sedang atau berat, terutama dengan riwayat klinis yang

4. Diare persisten pada bayi muda yang berumur kurang dari 2 bulan, mengalami dehidrasi, menderita infeksi berat, penderita diperkirakan tidak akan dapat mengkonsumsi makanan sesuai

Penyakit diare dapat menyebabkan kematian jika dehidrasi tidak ditangani dengan cepat dehidrasi dapat terjadi pada pasien diare karena usus bekerja tidak optimal

Lampiran 1 BERAT JENIS URIN SEBAGAI ALAT DIAGNOSTIK MENILAI STATUS DEHIDRASI PADA ANAK PENDERITA DIARE Penilaian terhadap status dehidrasi paada anak penderita diare sangat penting