• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) SERTA HIDUP BERSIH DAN SEHAT IBU KAITANNYA DENGAN STATUS GIZI DAN KESEHATAN BALITA DI DESA CIKARAWANG BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERILAKU KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) SERTA HIDUP BERSIH DAN SEHAT IBU KAITANNYA DENGAN STATUS GIZI DAN KESEHATAN BALITA DI DESA CIKARAWANG BOGOR"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

ANGELICA GABRIEL

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

ABSTRACT

ANGELICA GABRIEL. Family Nutritional Awareness (Kadarzi) and Mother’s

Clean and Healthy Behavior (PHBS) In Related to Nutritional and Health Status of Under Five Years Old Children at Cikarawang village Bogor. Under

direction of Prof. Dr. drh. Clara M Kusharto, MSc and Katrin Roosita, SP, MSi. Mother’s behavior have a big role on nutritional and health status of under five years old children. If in the early age, things that being received by children are unhealthy condition and bad nutritional behavior, those children will not develop and grow properly and will decrease the nutritional and health status. Therefore, the aim of this study is to know the relation between mother’s behavior (Kadarzi and PHBS) and nutritional/health status of under five years old children.

This study was located at Kampung Carang Pulang Cikarawang Village, Bogor and consists of two step, i.e. observational step and milk formula intervention step. The purpose of milk intervention step was to see the change of bodyweight and height after three months intervention. The sample of this study is 56 under five years old children which 48 of it was choosed randomly and the 8 was choosed purposively. The data was analyzed descriptively, meanwhile the categorical data was analyzed statistically using Rank Spearman Correlation Test.

The result shown that there was a strong correlation between consumption level and Kadarzi behavior, which is mother habits to serve vegetables and fruits for the family. Besides that there was a correlation between children nutritional status and Kadarzi behavior. It means that the better nutritional behavior of the mother, the better nutritional status of their children.

Mostly, under five years old intervention children had body weight higher in the end of intervention period than before. Moreover, nutritional status of half intervention children are also better after this period than before.

Keywords : Family nutritional awarreness (Kadarzi), Clean and Healthy Behavior (PHBS),

(3)

direction of Prof. Dr. drh. Clara M Kusharto, MSc and Katrin Roosita, SP, MSi. Mother’s behavior have a big role on nutritional and health status of under five years old children. If in the early age, things that being received by children are unhealthy condition and bad nutritional behavior, those children will not develop and grow properly and will decrease the nutritional and health status. Therefore, the aim of this study is to know the relation between mother’s behavior (Kadarzi and PHBS) and nutritional/health status of under five years old children.

This study was located at Kampung Carang Pulang Cikarawang Village, Bogor and consists of two step, i.e. observational step and milk formula intervention step. The purpose of milk intervention step was to see the change of bodyweight and height after three months intervention. The sample of this study is 56 under five years old children which 48 of it was choosed randomly and the 8 was choosed purposively. The data was analyzed descriptively, meanwhile the categorical data was analyzed statistically using Rank Spearman Correlation Test.

The result shown that there was a strong correlation between consumption level and Kadarzi behavior, which is mother habits to serve vegetables and fruits for the family. Besides that there was a correlation between children nutritional status and Kadarzi behavior. It means that the better nutritional behavior of the mother, the better nutritional status of their children.

Mostly, under five years old intervention children had body weight higher in the end of intervention period than before. Moreover, nutritional status of half intervention children are also better after this period than before.

Keywords : Family nutritional awarreness (Kadarzi), Clean and Healthy Behavior

(4)

RINGKASAN

ANGELICA GABRIEL. A54104020. Perilaku Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi),

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Ibu Kaitannya dengan Status Gizi dan Kesehatan Balita Di Desa Cikarawang Bogor. Dibawah bimbingan Prof. Dr. drh.

Clara M Kusharto, MSc dan Katrin Roosita, SP, MSi.

Perkembangan setiap anak pada awal kehidupannya sangat tergantung pada orang tua terutama ibu, yang melahirkan dan yang pertama membantu segala keperluannya. Jika pada usia awal, yang diterima anak adalah suasana kotor dan tidak menunjukkan perilaku yang sadar akan pentingnya gizi, maka akan dapat menurunkan kesehatannya. Oleh karena itu, ibu memiliki peranan yang besar terhadap keadaan gizi dan kesehatan balita. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mempelajari kaitan antara perilaku Kadarzi dan PHBS ibu dengan status gizi dan kesehatan balita. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk (1) mengamati karakteristik keluarga dan karakteristik contoh, (2) mempelajari pengetahuan gizi, perilaku Kadarzi, serta PHBS ibu, (3) mempelajari tingkat konsumsi, status gizi dan kondisi kesehatan contoh, (4) menganalisis kaitan pengetahuan gizi dengan perilaku Kadarzi ibu, (5) menganalisis kaitan perilaku Kadarzi ibu dengan tingkat konsumsi contoh, (6) menganalisis kaitan perilaku Kadarzi dan PHBS ibu dengan status gizi dan kejadian sakit contoh dan, (7) mengamati lebih lanjut perubahan berat badan dan tinggi badan balita yang memperoleh susu formula.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2007-April 2008 di Kampung Carang Pulang Desa Cikarawang Bogor. Penelitian ini terdiri dari dua tahap. Tahap pertama dilakukan dengan disain cross sectional study dan tahap kedua merupakan tahap intervensi serta pengamatan terhadap perubahan berat badan dan tinggi badan balita penerima susu formula. Kriteria contoh adalah anak laki-laki dan perempuan berusia 0-60 bulan (balita) di Kampung Carang Pulang Desa Cikarawang. Responden adalah ibu dari balita yang terpilih sebagai contoh penelitian. Jumlah minimal contoh yang diperlukan dalam penelitian ini, diperoleh dengan menggunakan metode acak sederhana, yaitu 52 balita, dan jumlah seluruh contoh dalam penelitian ini adalah 56 balita. Kampung Carang Pulang terdiri dari 5 RW dan setiap RW memiliki satu Posyandu. Oleh karena itu, setiap Posyandu dari masing-masing RW dipilih secara acak 9-12 contoh. 8 balita dari 56 contoh penelitian dipilih secara purposive untuk selanjutnya mengikuti tahap intervensi dengan kriteria BBLR, berstatus gizi kurang serta belum menerima bantuan susu dari Posyandu.

Data primer terdiri atas karakteristik keluarga (umur, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga dan besar keluarga), karakteristik contoh (jenis kelamin, umur), pengetahuan gizi ibu, perilaku Kadarzi ibu, PHBS ibu, tingkat konsumsi, status gizi dan kesehatan balita. Data sekunder berupa keadaan daerah yang diperoleh dari data dasar profil desa/kelurahan. Data berat badan dan tinggi badan balita pada tahap intervensi dikumpulkan melalui pengukuran dan penimbangan yang dilakukan setiap dua minggu sekali. Hubungan antara variabel kategorik akan dianalisis secara statistik dengan menggunakan Rank Spearman Correlation Test.

Sebagian besar responden tergolong dewasa madya dengan rata-rata usia 27,3 tahun dan sebanyak 44,6 persen contoh tergolong keluarga sedang. Lebih dari separuh contoh (60,7%) tergolong miskin dengan tingkat pendidikan ayah dan ibu memiliki proporsi terbesar pada tingkat SD atau sederajat. Sebanyak 30,4 persen ayah bekerja sebagai karyawan baik pegawai

(5)

kisaran usia 24-36 bulan dengan usia minimum 10 bulan sedangkan usia maksimum 58 bulan. Rata-rata usia contoh 29,6 bulan.

Separuh jumlah responden memiliki pengetahuan gizi yang termasuk pada kategori sedang. Perilaku Kadarzi dan PHBS resonden memiliki proporsi terbesar pada kategori baik. Bahkan tidak ada contoh yang termasuk dalam kategori rendah. Rata-rata konsumsi dan tingkat konsumsi energi, protein, vitamin A, vitamin C dan zat besi contoh lebih rendah dibandingkan dengan AKG balita. Rata-rata nilai MAR (Mean Adequacy Ratio) contoh adalah 48,0 persen dengan standar deviasi 25,1 persen.

Status gizi contoh yang diukur berdasarkan indeks BB/TB dan BB/U menunjukkan bahwa pada umumnya contoh berstatus gizi normal. Namun apabila diukur berdasarkan indeks TB/U ditemukan bahwa proporsi terbesar contoh berstatus gizi kurang atau stunted.

Sebagian besar contoh (91,1%) pernah mengalami sakit dalam tiga bulan terakhir. Contoh yang tidak pernah mengalami sakit tercatat hanya 8,9 persen. Hampir seluruh contoh yang pernah sakit, frekuensi sakitnya masih tergolong rendah, yaitu mengalami sakit sebanyak 1-3 kali dalam tiga bulan sebelumnya.

Tidak ada korelasi yang signifikan antara pengetahuan gizi dan perilaku Kadarzi. Perilaku Kadarzi responden berkorelasi signifikan dengan tingkat konsumsi energi dan protein contoh. Selain itu, ada korelasi antara tingkat konsumsi contoh dengan kebiasaan ibu untuk menyediakan sayuran dan buah-buahan di rumah setiap hari (p<0,05).

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perilaku hidup bersih sehat responden tidak berkorelasi dengan status gizi balita. Korelasi yang positif dan nyata (p<0,05) terlihat pada hubungan antara perilaku Kadarzi responden dengan status gizi balita. Hal ini sesuai dengan tujuan diselenggarakannya program Kadarzi, yaitu adalah agar keluarga dapat mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Perilaku ibu memiliki peran yang sangat penting terhadap keadaan gizi anaknya, terutama balita. Balita belum mampu untuk mengurus dirinya sendiri dengan baik (Sediaoetama 2006). Oleh karena itu, perilaku gizi ibu sangat dibutuhkan untuk dapat mencegah serta mengatasi masalah gizi anak balitanya.

Ada korelasi yang signifikan negatif (p<0,05) antara perilaku Kadarzi ibu dengan kejadian sakit contoh. Artinya, walaupun perilaku Kadarzi ibu baik, anak balitanya pernah mengalami penyakit.

Sebagian besar balita tahap intervensi (87,5%) mengalami peningkatan berat badan pada akhir periode pemberian susu dibandingkan dengan berat badan awalnya. Seluruh balita pada kelompok intervensi tercatat pernah mengalami sakit selama tiga bulan sebelumnya. Kondisi ini dapat menggambarkan bahwa balita merupakan golongan yang rentan terhadap penyakit. Rata-rata status gizi pada akhir periode intervensi lebih tinggi dibandingkan dengan awal intervensi. Pada akhir periode pemberian susu, sebanyak 50,0 persen balita tahap intervensi mengalami peningkatan status gizi.

(6)

PERILAKU KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) SERTA HIDUP

BERSIH DAN SEHAT IBU KAITANNYA DENGAN STATUS GIZI DAN

KESEHATAN BALITA DI DESA CIKARAWANG BOGOR

ANGELICA GABRIEL

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(7)

Nama : Angelica Gabriel

NIM : A 54104020

Disetujui

Dosen pembimbing I Dosen pembimbing II

Prof. Dr. drh. Clara M Kusharto, M.Sc Katrin Roosita, SP, M.Si NIP : 131 414 958 NIP : 132 232 457

Diketahui

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP : 131 124 019

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Perilaku Kadarzi serta Hidup Bersih dan Sehat Ibu Kaitannya dengan Status Gizi dan Kesehatan Balita di Desa Cikarawang Bogor. Penulis juga tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan dari pihak-pihak lain. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. drh. Clara M Kusharto, MSc selaku dosen pembimbing akademik sekaligus pembimbing skripsi yang telah dengan sabar membimbing, memberikan ide, dorongan, dan semangat sejak awal penyusunan hingga terselesainya skripsi ini.

2. Katrin Roosita, SP, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang juga dengan sabar mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih banyak atas pelajarannya sehingga penulis dapat mengerti pentingnya kegigihan untuk mendapatkan sesuatu.

3. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS selaku dosen pemandu seminar sekaligus dosen penguji atas arahan dan saran yang diberikan serta kepercayaan sehingga penulis mendapatkan kesempatan dan pengalaman sebagai seorang asisten. 4. Kader-kader Posyandu dan warga Kampung Carang Pulang Desa

Cikarawang Bogor atas penerimaan dan kerjasamanya yang sangat baik saat pengambilan data.

5. Alm. Papa, yang walaupun hanya sebentar kukenal tapi sudah memberikan inspirasi sehingga aku bisa menyelesaikan studiku. Mamaku dan kak Anggi, yang selalu memberikan kasih, doa dan semangat yang tak putus-putusnya kepada penulis.

6. Ua-ua ku, tulang, abang, kakak, sepupu serta saudara-saudaraku yang lain karena telah mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis.

7. Sahabat dan teman seperjuanganku, Ima Maryana Ulfah, atas kerja sama dan kesabarannya selama ini.

8. Sahabat-sahabatku, Venny, Any, Nanad, Devi P, Ratna (‘Jeki’), Ira, Rizka, Devit, Eka, Nining, Ida, Mei, Yessa, Mb’ Anna dan teman-teman GMSK 41 lainnya atas bantuan, semangat, serta keceriaan yang kita rasakan bersama. 9. Sahabat-sahabatku di komkes 41, Didit, Pretty, Sonti, Yohan, Tri, Azis, dan

(9)

Kelompok Kecilku, Ani, Dum-dum, dan Anyes, atas bantuan serta doanya yang telah diberikan.

11. Teman-teman KKP, Hendy, Ade, Ratna, Lela, dan Ambar, serta warga Desa Sokatengah Tegal yang telah memberikan semangat serta dorongan kepada penulis.

12. Semua teman-teman Wisma Anggraeni atas keceriaan dan perhatiannya selama ini.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juni 2008

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 28 Agustus 1986 dari ayah alm. Pardamean Silalahi dan ibu Till Pardede, dan memiliki seorang kakak perempuan, Anggia Dewi Elizabeth. Penulis menyelesaikan pendidikan di SDK Pamardi Yuwana Bhakti Bekasi pada tahun 1998. Tahun 2001 penulis menyelesaikan pendidikan tingkat menengah di SLTPK Pamardi Yuwana Bhakti Bekasi. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 48 Jakarta Timur dan lulus tahun 2004.

Penulis melanjutkan studi ke IPB pada tahun 2004 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan berhasil masuk pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian. Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan seperti GMSK English Club, dan Persekutuan Mahasiswa Kristen Komisi Kesenian IPB. Selain itu, penulis juga berhasil menjadi peringkat I mahasiswa berprestasi tingkat departemen. Selain itu, karya tulis ilmiah yang disusun oleh penulis dan Ima Maryana Ulfah berhasil didanai oleh DIKTI dalam rangka kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa Ilmiah bidang Kesehatan IPB. Penulis juga mendapat kesempatan untuk menjadi asisten untuk mata kuliah Pendidikan Gizi dan Metode Penelitian Gizi pada tahun ajaran 2007/2008.

(11)

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Perumusan Masalah ... 2 Tujuan Penelitian ... 3 Hipotesa ... 4 Kegunaan Penelitian ... 4 TINJAUAN PUSTAKA ... 5 Balita ... 5

Gizi Pada Anak Balita ... 5

Pertumbuhan Fisik Anak ... 6

Berat Badan Lahir Rendah ... 7

Karakteristik Keluarga ... 8

Umur orang tua ... 8

Pendidikan orang tua ... 8

Pekerjaan orang tua ... 8

Besar keluarga ... 9

Pendapatan orang tua ... 9

Pengetahuan Gizi ... 9

Perilaku Kadarzi ... 10

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ... 12

Penilaian Konsumsi Pangan ... 13

Status Gizi dan Status Kesehatan ... 14

KERANGKA PEMIKIRAN ... 16

METODE ... 18

Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

Cara Pemilihan Contoh ... 18

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 19

Pengolahan dan Analisis Data ... 21

Definisi Operasional ... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

Keadaan Umum Daerah Penelitian ... 26

Keadaan alam ... 26

Kepadatan penduduk ... 27

Mata pencaharian penduduk ... 27

Karakteristik Keluarga ... 28

Umur orang tua ... 28

Pendidikan orang tua ... 29

Pekerjaan orang tua ... 30

Besar keluarga... 30

(12)

Halaman

Jenis Kelamin dan Umur Balita ... 33

Pengetahuan Gizi Ibu ... 33

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ... 34

Perilaku Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) ... 37

Konsumsi Zat Gizi Balita ... 41

Status Gizi Balita ... 43

Status Kesehatan Balita ... 43

Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Perilaku Kadarzi ... 45

Hubungan Tingkat Konsumsi dengan Status Gizi Balita ... 46

Hubungan Perilaku Kadarzi Ibu dengan Tingkat Konsumsi Balita ... 46

Hubungan Perilaku Kadarzi dan PHBS Ibu dengan Status Gizi Balita 47 Hubungan Perilaku Kadarzi dan PHBS Ibu dengan Kejadian Sakit Balita ... 49

Perubahan Berat Badan dan Tinggi Badan Balita Tahap Intervensi .. 50

KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

Kesimpulan ... 53

Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55

LAMPIRAN ... 59

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jenis dan cara pengumpulan data primer ... 20

2. Cara pengkategorian dan analisis variabel penelitian ... 23

3. Cara analisis korelasi antar variabel penelitian ... 24

4. Luas Desa Cikarawang berdasarkan penggunaannya ... 26

5. Jumlah penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin ... 27

6. Jenis mata pencaharian masyarakat Kampung Carang Pulang Desa Cikarawang ... 28

7. Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orang tua ... 30

8. Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua ... 30

9. Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi ibu... 33

10. Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan gizi ibu ... 34

11. Sebaran contoh berdasarkan PHBS ibu ... 35

12. Sebaran contoh berdasarkan perilaku Kadarzi ... 37

13. Sebaran contoh berdasarkan perilaku Kadarzi ibu ... 39

14. Rata-rata konsumsi dan tingkat konsumsi contoh ... 41

15. Sebaran contoh berdasarkan status gizi ... 43

16. Sebaran contoh berdasarkan jenis, kejadian, dan frekuensi penyakit ... 44

17. Sebaran contoh berdasarkan perilaku kadarzi dan tingkat pengetahuan gizi ibu ... 45

18. Sebaran contoh berdasarkan perilaku Kadarzi ibu dan status gizi contoh ... 48

19. Sebaran contoh berdasarkan kejadian sakit contoh dan perilaku Kadarzi ibu... 49

20. Sebaran contoh berdasarkan kejadian sakit contoh dan PHBS ibu 50 21. Sebaran contoh berdasarkan kejadian sakit contoh dan pendapatan keluarga ... 50

22. Sebaran balita penerima paket intervensi berdasarkan perubahan status gizi setiap bulan ... 52

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka pemikiran perilaku Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) serta hidup bersih dan sehat ibu kaitannya dengan tingkat konsumsi

dan status gizi dan kesehatan balita... 17

2. Kerangka pemilihan contoh ... 19

3. Sebaran contoh berdasarkan usia orang tua... 29

4. Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga ... 31

5. Sebaran contoh berdasarkan pendapatan perkapita menurut kategori garis kemiskinan Kabupaten Bogor (2006) ... 32

6. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan umur balita ... 33

7. Persentase contoh berdasarkan jawaban pertanyaan pengetahuan gizi ... 34

8. Sebaran contoh berdasarkan kategori PHBS ibu ... 36

9. Sebaran contoh berdasarkan periode pemberian ASI eksklusif... 40

10. Sebaran contoh berdasarkan kejadian sakit ... 44

11. Kurva perubahan rata-rata status gizi balita tahap intervensi ... 51

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Sebaran contoh berdasarkan PHBS ibu... 60 2. Perubahan berat badan balita tahap intervensi ... 61 3. Kurva perubahan berat badan balita tahap intervensi Januari

sampai April 2008 ... 61 4. Perubahan tinggi badan balita tahap intervensi ... 61 5. Kurva perubahan tinggi badan balita tahap intervensi Januari

sampai April 2008 ... 62 6. Kurva perubahan status gizi balita tahap intervensi bulan Januari

sampai Maret ... 62 7. Konsumsi, tingkat konsumsi, dan nilai MAR contoh ... 63 8. Persentase contoh berdasarkan jawaban pertanyaan

pengetahuan gizi ... 65 9. Persentase kategori perilaku Kadarzi ibu untuk setiap

pertanyaan perilaku Kadarzi ... 66 10. Hasil uji korelasi Spearman antar variabel ... 67 11. Dokumentasi penelitian ... 68

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Usaha kesehatan pribadi merupakan bentuk pencegahan sehingga terhindar dari penyakit yang dapat menurunkan derajat kesehatan. Indonesia menerapkan hal ini sebagai bentuk paradigma sehat baru yaitu upaya kesehatan yang lebih ditekankan pada upaya-upaya yang bersifat preventif dan protektif untuk mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2010 (Manda, Nurahmi, & Wahida 2006).

Entjang (1985) mendefinisikan usaha kesehatan pribadi sebagai daya upaya dari seorang demi seorang untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya sendiri. Usaha-usaha tersebut dapat dilakukan antara lain dengan memelihara kebersihan, makan makanan yang sehat, cara hidup yang teratur, meningkatkan daya tahan tubuh, menghindari penyakit, meningkatkan kecerdasan, melengkapi rumah dengan sarana kebersihan, dan melakukan pemeriksaan kesehatan. Namun upaya untuk meningkatkan kesehatan tidak hanya dilakukan di tingkat individu saja melainkan juga dilakukan pada tingkat keluarga. Hal ini sesuai dengan misi Departemen Kesehatan Indonesia yang menginginkan semua keluarga Indonesia sadar akan gizi (KADARZI) sehingga masalah gizi dapat teratasi.

Ibu memiliki peranan dan pengaruh yang besar terhadap keadaan gizi balita. Perkembangan kejiwaan setiap anak pada awal kehidupannya sangat tergantung pada orang tua terutama ibu, yang melahirkan dan yang pertama membantu segala keperluannya. Pengaruh pertama yang mempunyai kesan kuat adalah apa yang diperoleh pada awal kehidupan sampai anak berusia lima tahun. Jika pada usia awal, yang diterima dan dilihat adalah suasana kotor dan tidak sehat, serta tidak menunjukkan perilaku yang sadar akan pentingnya gizi tentunya awal kehidupannya akan terisi dengan kesan yang kurang mendukung perkembangan dirinya secara positif, sehingga dapat menurunkan kesehatannya (Mulyono 2000).

Data Susenas tahun 1989-2003 menyatakan bahwa prevalensi balita gizi kurang ada sebesar 19,2 persen (Atmarita & Fallah 2004). Walaupun terjadi penurunan sebesar satu persen dari tahun sebelumnya, masalah gizi kurang harus terus mendapatkan perhatian karena dampak yang ditimbulkannya dapat bersifat jangka panjang. Status gizi kurang pada masa dalam kandungan maupun sudah lahir akan berakibat kurangnya berat otak, jumlah sel otak dan

(17)

myelinasi, sedang efek jangka panjang yang ditimbulkan adalah IQ rendah atau di bawah rata-rata, rendahnya kemampuan menyesuaikan diri dalam lingkungan serta rendahnya kemampuan psikomotorik (Samsudin 1985 yang diacu dalam Hartati 1997). Artinya perilaku ibu yang kurang sadar akan gizi baik pada saat kehamilan maupun saat merawat anak dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun mental anaknya kelak (Depkes 2000 diacu dalam Rieuwpassa 2005).

Pemberian susu merupakan salah satu cara perbaikan gizi anak sehingga dapat kembali pulih setelah mengalami penurunan status gizi atau sakit.

Catch-up growth adalah suatu periode tubuh yang sedang berusaha untuk

mengembalikan keadaan pertumbuhannya ke arah yang normal sesuai dengan yang seharusnya (Malian & Stump 2004). Semakin cepat catch-up growth balita gizi kurang maka akan semakin rendah risiko balita mengalami retardasi pertumbuhan yang permanen.

Mengingat pentingnya perilaku Kadarzi dan Hidup Bersih Sehat ibu dalam meningkatkan status gizi dan kesehatan balita maka perlu kiranya dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara perilaku Kadarzi dan hidup bersih sehat ibu dengan status gizi dan kesehatan balita.

Perumusan Masalah

Anak balita merupakan salah satu golongan umur yang rawan penyakit apabila terjadi kekurangan pangan dan gizi. Hal ini disebabkan karena anak balita masih dalam periode pertumbuhan dan perkembangan yang sangat membutuhkan zat gizi yang terdapat dalam pangan untuk menyempurnakan pertumbuhan serta perkembangan fungsi-fungsi tubuhnya. Namun kemungkinan ada faktor lain yang dapat meningkatkan kemungkinan terganggunya kesehatan balita selain karena kekurangan pangan dan zat gizi. Faktor lain itu adalah perilaku Kadarzi dan Hidup Bersih Sehat ibu.

Data Posyandu di Kampung Carang Pulang bulan Agustus 2007 menunjukkan bahwa lebih dari 10 persen balita di sana memiliki status gizi kurang. Kerangka pikir UNICEF untuk faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kurang gizi pada anak mengungkapkan bahwa salah satu penyebab kurang gizi adalah sanitasi dan air bersih serta kurangnya pengetahuan dan rendahnya pendidikan (Soekirman 2000).

Perilaku Kadarzi dan PHBS ibu merupakan gambaran akan kesadaran keluarga untuk peduli terhadap kebersihan baik individu, kelompok, maupun

(18)

3

lingkungannya. Namun kesadaran tersebut tidak akan terwujud dalam bentuk tindakan apabila tidak memiliki pengetahuan yang cukup. Pengetahuan gizi juga ikut memberikan pengaruh terhadap perilaku hidup sehat seseorang. Rendahnya kesehatan orang tua, terutama ibu, bukan hanya karena sosial ekonominya rendah, tetapi sering juga disebabkan karena orang tua, atau ibu tidak mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatannya atau tidak tahu makanan yang bergizi yang harus dimakan (Notoatmodjo 2007).

Survei Demogafi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) memperkirakan bahwa proporsi bayi-bayi yang BBLR sebesar 7-16 persen selama periode 1986-1999. Bayi-bayi yang dilahirkan dengan berat badan rendah akan berisiko tinggi mengalami kurang gizi dan juga kematian. Oleh karena itu, tingginya angka BBLR ini dapat menjadi salah satu petunjuk mengenai tingginya angka gizi kurang.

Salah satu upaya yang dapat memperbaiki status gizi balita adalah melalui perbaikan konsumsi pangan. Pemberian makanan tambahan yang bergizi bagi balita dapat meningkatkan kondisi kesehatannya. Bayi-bayi BBLR perlu untuk mengejar ketertinggalan pertumbuhannya agar tidak mengalami dampak negatif ketika bayi-bayi tersebut semakin besar. Susu merupakan salah satu jenis pangan bergizi yang membantu agar bayi-bayi dapat mengejar pertumbuhannya. Oleh karena itu, peneliti ingin mempelajari kaitan konsumsi susu dengan perubahan berat badan dan tinggi badan balita penerima susu formula.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mempelajari perilaku Kadarzi serta Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ibu kaitannya dengan status gizi dan kesehatan balita.

Tujuan Khusus

1. Mengamati karakteristik keluarga yang meliputi umur, tingkat pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan, dan besar keluarga.

2. Mengamati karakteristik contoh yang meliputi jenis kelamin dan umur. 3. Mempelajari pengetahuan gizi, perilaku Kadarzi, serta PHBS ibu.

4. Mempelajari tingkat konsumsi, status gizi dan kondisi kesehatan contoh. 5. Menganalisis kaitan antara pengetahuan gizi dengan perilaku Kadarzi ibu. 6. Menganalisis kaitan antara tingkat konsumsi dan status gizi contoh.

(19)

7. Menganalisis kaitan perilaku Kadarzi ibu dengan tingkat konsumsi contoh. 8. Menganalisis kaitan perilaku Kadarzi dan PHBS ibu dengan status gizi dan

kejadian sakit contoh.

9. Mengamati lebih lanjut pertumbuhan balita (BB, TB, dan status gizi) balita terpilih penerima susu formula.

Hipotesa

1. Pengetahuan gizi berkaitan dengan perilaku Kadarzi ibu 2. Tingkat konsumsi berkaitan dengan status gizi contoh

3. Perilaku Kadarzi ibu berkaitan dengan tingkat konsumsi contoh 4. Perilaku Kadarzi dan PHBS ibu berkaitan dengan status gizi contoh 5. Perilaku Kadarzi dan PHBS ibu berkaitan dengan kejadian sakit contoh

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai pentingnya perilaku Kadarzi dan PHBS ibu terhadap status gizi dan kesehatan balita. Dan diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak Puskesmas setempat dalam rangka perbaikan gizi dan peningkatan status gizi serta kesehatan balita melalui pelaksanaan perilaku Kadarzi dan PHBS ibu.

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Balita

Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan berat badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi (KKP).

Beberapa kondisi dan anggapan orang tua dan masyarakat justru merugikan penyediaan makanan bagi kelompok balita ini :

1) Anak balita masih dalam periode transisi dari makanan bayi ke makanan orang dewasa, jadi masih memerlukan adaptasi

2) Anak balita dianggap kelompok umur yang paling belum berguna bagi keluarga, baik tenaga maupun kesanggupan kerja penambah keuangan. Anak itu sudah tidak begitu diperhatikan dan pengurusannya sering diserahkan kepada saudaranya yang lebih tua, tetapi sering belum cukup umur untuk mempunyai pengalaman dan keterampilan untuk mengurus anak dengan baik

3) Ibu sering sudah mempunyai anak kecil lagi atau sudah bekerja penuh, sehingga tidak lagi dapat memberikan perhatian kepada anak balita apalagi mengurusnya

4) Anak balita masih belum dapat mengurus sendiri dengan baik dan belum dapat berusaha mendapatkan sendiri apa yang diperlukannya untuk makanannya. Kalau makan bersama dalam keluarga, anak balita masih diberi jatah makanannya dan kalaupun tidak mencukupi sering tidak diberi kesempatan untuk minta lagi atau mengambil sendiri tambahannya

5) Anak balita mulai turun ke tanah dan berkenalan dengan berbagai kondisi yang memberikan infeksi atau penyakit lain, padahal tubuhnya belum cukup mempunyai imunitas atau daya tahan untuk melawan penyakit atau menghindarkan kondisi lain yang memberikan bahaya kepada dirinya

Kelompok umur balita sulit dijangkau oleh berbagai upaya kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya, karena tidak dapat datang sendiri ketempat berkumpul yang ditentukan tanpa diantar, karena yang mengantar sedang sibuk (Sediaoetama 2006).

Gizi Pada Anak Balita

Keadaan gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan dan usia harapan hidup masyarakat. Telah diketahui bahwa kurang

(21)

gizi menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun mental, mengurangi tingkat kecerdasan dan kreativitas serta produktivitas penduduk (Depkes 2000 diacu dalam Rieuwpassa 2005).

Rendahnya status gizi masyarakat akan menurunkan tingkat kesehatan dan usia harapan hidup, yang merupakan unsur utama dalam penentuan keberhasilan pembangunan sumberdaya manusia. Anak yang kurang gizi imunitasnya rendah dan untuk menanggulangi masalah ini perlu dilakukan dengan beberapa cara antara lain; peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat, peningkatan pendidikan (penyuluhan) gizi, dan perbaikan pola konsumsi pangan. Oleh karena itu, perbaikan gizi merupakan strategi penting untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan mendorong pertumbuhan ekonomi (Martorell 1995 diacu dalam Rieuwpassa 2005).

Pertumbuhan Fisik Balita

Pertumbuhan fisik merujuk pada perubahan sederhana pada ukuran dan berat badan anak yang berangsur-angsur terjadi perubahan kuantitatif yang dapat diamati melalui tanda-tanda fisik dan anatomik lain (Yussen & Santrock 1982). Pertumbuhan merupakan peningkatan pada ukuran tubuh baik organ-organ maupun jaringan-jaringannya dari masa konsepsi melalui tahap kanak-kanak dan remaja sampai kepada masa dewasa. Hal ini merupakan bukti bahwa kecepatan pertumbuhan bervariasi pada setiap tahap kehidupan, seiring dengan dengan terjadinya pertambahan ukuran dan kompleksitas dari organ dan jaringan, termasuk proporsi relatif antara otot, lemak, dan organ, yang diikuti dengan kematangan seksual (Jellife & Jellife 1989).

Rata-rata pertumbuhan tinggi badan anak adalah 2,5 inchi (6,35 cm) sedangkan berat badan bertambah 5-7 pon (2,5-3,5 kg) setahun selama periode awal masa kanak-kanak (Santrock 1997). Papalia dan Olds (1975) menyatakan bahwa berat badan untuk anak laki-laki dan perempuan usia 3 tahun adalah sebesar 321/4 pon (16,1 kg) dan 313/4 pon (15,9 kg) sedangkan untuk tinggi

badan laki-laki dan perempuan adalah sebesar 38 inchi (96 cm) dan 373/

4 inchi

(95,9 cm).

Pertumbuhan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu internal (biologis, termasuk pengarug genetik) dan eksternal (termasuk status gizi). Pada pertumbuhan yang lebih atau normal sering disebabkan dari beberapa faktor yang terjadi secara bersamaan atau secara berurutan (Jellife & Jellife 1989).

(22)

7

Berat Badan Lahir Rendah

Selama masa bayi dan anak-anak, seringnya terserang penyakit infeksi atau terserang infeksi berkepanjangan dan tidak cukupnya asupan zat gizi terutama energi, protein, vitamin A, seng (Zn), dan besi (Fe), akan memperburuk dampak hambatan pertumbuhan pada masa janin. Kebanyakan gangguan pertumbuhan, berupa underweight dan stunting, terjadi dalam periode yang relatif singkat, yaitu dari sebelum lahir sampai dengan usia dua tahun (Riyadi 2006).

Kurang gizi yang terjadi selama masa kanak-kanak, remaja, dan kehamilan mempunyai dampak negatif yang semakin buruk terhadap berat badan bayi yang baru lahir dilahirkan. Bayi dengan berat lahir rendah yang menderita hambatan pertumbuhan intrauterine (Intrauterine Growth Retardation) ketika masih janin, dilahirkan dalam keadaan kurang gizi. Bayi yang mengalami kurang gizi berisiko sangat tinggi terhadap kematian pada periode neonatal dan bayi. Jika mereka bertahan hidup, mereka tidak akan dapat mengejar ketertinggalan pertumbuhannya (catch-up growth) dan akan mengalami defisit perkembangan mental. Oleh karena itu, bayi BBLR akan lebih memungkinkan menjadi underweight (berat badan rendah) / stunted (pendek) pada masa kehidupan bayi (Riyadi 2006).

Kurang gizi pada masa kanak-kanak mempunyai konsekuensi serius. Anak yang underweight cenderung mengalami kesakitan (morbiditas) yang lebih berat seperti diare dan pneumonia. Ada korelasi yang kuat antar memburuknya

underweight dengan angka kematian (mortalitas). Di seluruh dunia setiap tahun

lebih dari 10 juta anak balita meninggal dunia, kebanyakan dari mereka meninggal disebabkan oleh hal-hal yang sebenarnya dapat dicegah. Lebih dari 50 persen dari kematian tersebut secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan kurang gizi. Penyebab utama kematian adalah diare, pneumonia, malaria, campak, AIDS dengan gizi kurang gizi sebagai akar penyebabnya (SCN 2004 diacu dalam Riyadi 2006).

Hasil penelitian Husaini (1990) yang diacu dalam Nuraeni (2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang terdapat pada wanita hamil yang memberikan peluang untuk melahirkan bayi dengan berat lahir rendah adalah umur kurang dari 20 tahun, kelahiran anak pertama (primofora), tinggi badan kurang dari 145 cm serta berat badan sebelum dan selama masa hamil. Karakteristik lain yang mempengaruhi berat lahir bayi adalah riwayat kesehatan sebelum dan selama hamil.

(23)

Karakteristik Keluarga

Keluarga sebagai kelompok inti dari masyarakat merupakan lingkungan alami hasil pertumbuhan dan perkembangan anak, perlu terus diberdayakan sehingga menjadi lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembang anak. Orang tualah yang paling bertanggung jawab untuk melakukan tugas ini (Depdiknas 2003 diacu dalam Afriyenti 2002).

Umur Orang tua

Orang tua muda terutama ibu, cenderung kurang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam mengasuh anak sehingga umumnya mereka mengasuh dan merawat anak didasarkan pada pengalaman orang tua terdahulu. Selain itu, faktor usia muda juga cenderung menjadikan seorang ibu akan lebih memperhatikan kepentingannya sendiri daripada kepentingan anaknya sehingga kuantitas dan kualitas pengasuhan kurang terpenuhi. Sebaliknya, ibu yang lebih berumur cenderung akan menerima perannya dengan sepenuh hati (Hurlock 1998).

Pendidikan Orang tua

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam proses tumbuh kembang anak. Ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima pesan dan informasi gizi dan kesehatan anak (Rahmawati 2006). Orang tua yang memiliki pengetahuan dan pendidikan tinggi akan lebih mengerti tentang pemilihan pengolahan pangan serta cara pemberian makan yang sehat dan bergizi untuk anaknya (Soetjiningsih 1995).

Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor penentu mortalitas bayi dan anak karena tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap tingkat pemahamannya terhadap perawatan kesehatan, higiene, dan kesadarannya terhadap kesehatan anak dan keluarga (Madanijah 2003 yang diacu dalam Afriyenti 2002).

Pekerjaan Orang tua

Pada masyarakat tradisional biasanya ibu tidak bekerja di luar rumah melainkan hanya sebagai ibu rumah tangga (Rahmawati 2006). Menurut Satoto (1990) yang diacu dalam Afriyenti (2002), seorang ibu yang tidak bekerja di luar rumah akan memiliki waktu lebih banyak dalam mengasuh serta merawat anak dibandingkan ibu yang bekerja di luar rumah. Pekerjaan memiliki hubungan dengan pendidikan dan pendapatan serta berperan penting dalam kehidupan

(24)

9

sosial ekonomi dan memiliki keterkaitan dengan faktor lain seperti kesehatan (Sukarni 1994).

Besar Keluarga

Besar keluarga mempengaruhi kesehatan seseorang atau keluarga karena akan mempengaruhi luas penghuni di dalam suatu bangunan rumah yang akan mempengaruhi pula kesehatan anak-anak (Sukarni 1994). Hal ini berhubungan dengan pembagian ruang dan konsumsi zat gizi per penghuni rumah (Afriyenti 2002).

Rumah yang padat penghuninya akan menyebabkan berkurangnya konsumsi oksigen dan memudahkan penularan penyakit. Penyakit yang sering dialami oleh keluarga yang memiliki anggota keluarga adalah terutama penyakit saluran pernapasan seperti TBC, batuk rejan (pertusis) dan lain-lain (Notoatmodjo 1997 diacu dalam Afriyenti 2002).

Pada keluarga yang sangat miskin, pemenuhan kebutuhan makanan akan lebih mudah jika yang harus diberi makan jumlahnya sedikit. Anak-anak yang sedang tumbuh dari suatu keluarga miskin adalah yang paling rawan terhadap gizi kurang diantara semua anggota keluarga; anak yang paling kecil biasanya yang paling terpengaruh oleh kekurangan pangan. Situasi semacam ini sering terjadi sebab seandainya besar keluarga bertambah, maka pangan untuk setiap anak berkurang dan banyak orang tua tidak menyadari bahwa anak-anak yang sedang tumbuh memerlukan pangan relatif lebih tinggi daripada golongan yang lebih tua. Tahun-tahun awal masa kanak-kanak yaitu pada umur 1-6 tahun berada dalam situasi yang rawan (Suhardjo 1989).

Pendapatan keluarga

Kondisi ekonomi keluarga adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan keluarga lainnya, diantaranya pendidikan keluarga, kesehatan dan gizi balita, serta kualitas tumbuh kembang anak balita (Gunarsa & Gunarsa 1985). Pada tingkat keluarga, penurunan daya beli akan menurunkan kualitas dan kuantitas konsumsi pangan serta aksesibilitas pelayanan kesehatan, terutama sekali bagi warga kelas ekonomi bawah. Hal ini akan berdampak negatif terhadap kesehatan anak yang rentan terhadap gangguan kesehatan dan gizi (Hardinsyah 1997 diacu dalam Afriyenti 2002).

Pengetahuan Gizi

Pengetahuan tentang gizi dan makanan, yang harus dikonsumsi agar tetap sehat, merupakan faktor penentu kesehatan seseorang. Pengetahuan

(25)

tentang gizi yang harus dimiliki masyarakat antara lain kebutuhan-kebutuhan zat gizi bagi tubuh (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral). Selain itu, jenis makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh tersebut, baik secara kualitas maupun kuantitas, akibat atau penyakit-penyakit yang disebabkan karena kekurangan gizi dan sebagainya (Notoatmodjo 2007).

Perilaku Kadarzi

Cicely Williams, orang yang pertama kali mengidentifikasi Kwashiorkor, melaporkan bahwa di Afrika Barat, gizi kurang tidak terjadi karena kemiskinan harta, tetapi karena kemiskinan pengetahuan tentang kebutuhan gizi anak (Berg 1986). Selain itu, Berg (1986) menyatakan bahwa di Brazil, sikap tidak peduli dan sedikitnya orang terlatih dalam hal gizi, dinyatakan sebagai faktor-faktor utama yang menyebabkan terjadinya kekurangan protein.

Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) adalah keluarga yang berperilaku gizi seimbang, mampu mengenali dan mengatasi masalah gizi setiap anggota keluarganya (Depkes RI 2004). Perilaku gizi seimbang yaitu pengetahuan, sikap dan praktek keluarga yang mampu mengkonsumsi makanan yang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan, dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan setiap individu dalam keluarga dan bebas dari pencemaran. Departemen kesehatan et.al., (2004) menetapkan lima norma atau perilaku Kadarzi, yaitu sebagai berikut:

1. Menimbang berat badan secara rutin setiap bulan bagi seluruh anggota keluarga

Perubahan berat badan menggambarkan perubahan konsumsi makanan atau gangguan kesehatan. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan kesehatan yaitu mengikuti perkembangan kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarga, terutama bayi, balita dan ibu hamil. Pertumbuhan adalah perubahan ukuran dan bentuk tubuh (fisik) dari waktu ke waktu. Perkembangan adalah bertambahnya fungsi tubuh seperti pendengaran, penglihatan, kecerdasan dan tanggung jawab.

Kegunaan dari pemantauan ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita, mencegah memburuknya keadaan gizi, mengetahui kesehatan ibu hamil dan perkembangan janin, mencegah ibu melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah dan terjadinya pendarahan pada saat melahirkan, dan mengetahui kesehatan anggota keluarga dewasa dan usia lanjut (Dinkes DKI Jakarta 2002).

(26)

11

2. Mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam. Beraneka ragam berarti pangan yang dikonsumsi memenuhi tiga guna makanan yaitu makanan sebagai sumber tenaga (karbohidrat,lemak), sumber zat pembangun (protein) dan sumber zat pengatur (vitamin,mineral).

Selain itu beraneka ragam makanan yaitu makan sebanyak 2-3 kali sehari yang terdiri dari empat macam kelompok bahan makanan. Kelompok bahan makanan tersebut adalah 1) makanan pokok, sebagai sumber zat tenaga seperti beras, jagung, ubi, singkong, mie; 2) lauk pauk, sebagai sumber zat pembangun seperti ikan, telur, ayam, daging, tempe, kacang-kacangan, tahu; dan 3) sayuran dan buah-buahan, sebagai sumber zat pengatur seperti bayam, kangkung, wortel, buncis, kacang panjang, sawi, daun singkong, daun katuk, pepaya, pisang, jeruk, semangka, nanas (Dinkes DKI Jakarta 2002).

Mengkonsumsi makanan yang beragam sangat baik untuk keberlangsungan hidup. Hal ini disebabkan karena fungsi dari makanan yang beragam yaitu untuk melengkapi zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, sehingga dapat meningkatkan kualitas kerja dan terhindar dari penyakit kekurangan gizi. Akibat tidak mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam, maka akan terjadi gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan anggota tubuh khususnya pada balita (Dinkes DKI Jakarta 2002).

3. Mengkonsumsi garam beriodium

Iodium adalah sejenis mineral yang terdapat di alam, baik di tanah, maupun di air dan merupakan zat gizi mikro yang diperlukan untuk pertumbuhan serta perkembangan makhluk hidup (GAKY 2007). Garam beriodium adalah garam yang telah ditambah zat iodium yang diperlukan oleh tubuh (Dinkes DKI Jakarta 2002).

Fungsi Iodium dalam tubuh manusia yaitu untuk membentuk hormon tiroksin yang diperlukan oleh tubuh yang bermanfaat dalam mengatur pertumbuhan dan perkembangan mulai dari janin sampai dewasa.

4. Memberikan ASI eksklusif (selama 6 bulan)

ASI eksklusif merupakan ASI yang diberikan kepada bayi, sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan tanpa minuman dan makanan lain selain ASI. Pemberian ASI eksklusif sangat bermanfaat, karena ASI merupakan makanan yang paling sempurna untuk bayi, bahkan sangat mudah dan murah memberikannya kepada bayi. ASI juga dapat mencukupi kebutuhan

(27)

gizi bayi sehingga bayi dapat tumbuh dan berkembang secara optimal (Dinkes DKI Jakarta 2002).

Kolostrum merupakan ASI yang pertama keluar, berwarna kekuning-kuningan dan mengandung zat kekebalan tubuh untuk mencegah timbulnya penyakit (Dinkes DKI Jakarta 2002). Kolostrum mengandung zat yang kaya antibodi untuk melindungi bayi dari infeksi dan alergi.

5. Mendapatkan dan memberikan suplementasi gizi untuk anggota keluarga yang membutuhkan.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Perilaku manusia didefinisikan sebagai hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Artinya perilaku merupakan respon atau reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal baik dari luar maupun dari dalam dirinya. Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992, kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomi (Sarwono 1993).

Berdasarkan definisi dari perilaku dan kesehatan tersebut perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan (Notoatmodjo 2007). Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2007) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan, yaitu perilaku hidup sehat, perilaku sakit, dan perilaku peran sakit. Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini meliputi makan dengan menu seimbang, olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba, istirahat yang cukup, mengendalikan stres, dan perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan.

Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu, perilaku pemeliharaan kesehatan terdiri dari tiga aspek, yaitu perilaku pencegahan penyakit, perilaku peningkatan kesehatan, dan perilaku gizi makanan dan minuman. Makanan dan minuman dapat memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya

(28)

13

kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang tersebut terhadap makanan dan minuman tersebut.

Usaha kesehatan pribadi yaitu daya upaya dari seorang demi seorang untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya sendiri. Usaha-usaha tersebut dapat dilakukan antara lain dengan memelihara kebersihan, makan makanan yang sehat, cara hidup yang teratur, meningkatkan daya tahan tubuh, menghindari penyakit, meningkatkan kecerdasan, melengkapi rumah dengan sarana kebersihan, dan melakukan pemeriksaan kesehatan (Entjang 1985).

Kondisi bayi banyak sekali dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan pascanatal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan anak yaitu : lingkungan fisik, lingkungan fisik, faktor psikososial dan faktor keluarga dan adat istiadat.

Lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan bayi adalah cuaca, keadaan geografis, sanitasi lingkungan, keadaan rumah dan radiasi. Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik memungkinkan terjadinya berbagai jenis penyakit antara lain diare, kecacingan, dan infeksi saluran pencernaan. Apabila anak menderita infeksi saluran pencernaan, penyerapan zat-zat gizi akan terganggu yang menyebabkan terjadinya kekurangan zat gizi tertentu. Seseorang kekurangan zat gizi akan mudah terserang penyakit dan pertumbuhan akan terganggu (Supariasa, Bakri, & Fajar 2002).

Penilaian Konsumsi Pangan

Tubuh manusia memerlukan zat gizi atau zat makanan, untuk memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari untuk memelihara proses tubuh dan untuk tumbuh dan berkembang khususnya bagi yang masih dalam pertumbuhan (Suhardjo & Kusharto 1988).

Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk dapat melanjutkan kehidupannya. Makanan yang dibutuhkan harus sehat dalam arti memiliki nilai gizi yang optimal seperti protein, hidrat arang, lemak, vitamin, mineral dan lain-lain, juga harus murni dan utuh dalam arti tidak mengandung bahan pencemar serta harus higienis. Bila salah satu faktor tersebut terganggu maka makanan yang dihasilkan akan menimbulkan gangguan kesehatan, penyakit bahkan keracunan makanan (Notoatmodjo 1996 yang diacu dalam Afriyenti 2002). Walaupun makanan merupakan sumber energi namun tidak semua energi yang

(29)

terkandung didalamnya diubah oleh tubuh menjadi tenaga untuk kerja (Suhardjo & Kusharto 1988).

Ketidakcukupan konsumsi pangan dalam waktu relatif lama dapat menimbulkan KEP, dan apabila terjadi pada anak-anak akan menyebabkan pertumbuhannya terhambat. Anak-anak menjadi lebih pendek atau lebih kurus dari pada rata-rata atau keduanya. KEP umumnya lebih disebabkan oleh konsumsi energi yang tidak cukup dibandingkan konsumsi protein, namun keduanya saling berkaitan (Harper, Deaton, & Driskel 1989).

Konsumsi pangan seseorang dapat diukur secara kualitatif dan kuantitatif. Konsumsi pangan secara kualitatif biasanya digunakan untuk menggali informasi tentang kebiasaan makan dan untuk mengetahui frekuensi konsumsi menurut jenis pangan yang dikonsumsi. Konsumsi secara kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah pangan atau makanan yang dikonsumsi dan dari informasi ini akan dapat dihitung konsumsi zat gizi dari pangan tersebut (Suhardjo 1989).

Metode pengumpulan data yang dapat digunakan adalah metode recall 24 jam, food records, dan weighing method. Berdasarkan kandungan gizi yang terdapat dalam DKBM maka dapat diketahui jumlah konsumsi zat gizi dari berbagai jenis dan kelompok pangan.

Food recall merupakan metode mengingat-ingat mengenai jumlah dan

jenis pangan yang dikonsumsi pada waktu yang lalu. Penilaian konsumsi pangan diawali dengan menanyakan jumlah pangan dalam URT, setelah itu baru dikonversikan ke dalam satuan berat (Kusharto & Sa’diyyall 2006). Metode food

records menghendaki responden untuk mencatat semua yang ia makan dan

minum setiap kali sebelum makan dalam Ukuran Rumah Tangga dalam periode tertentu (2-4 hari berturut-turut) (Supariasa, Bakri & Fajar 2002).

Mean Adequacy Ratio (MAR) merupakan angka yang digunakan dengan

tujuan untuk mengetahui tingkat kecukupan serta kualitas zat gizi secara keseluruhan yaitu dengan melihat rata-rata dari semua zat gizi. Nilai MAR didapatkan dengan membagi jumlah tingkat konsumsi contoh dengan jumlah jenis zat gizi (Torheim et al. 2003).

Status Gizi dan Status Kesehatan

Status gizi merupakan keadaan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan utilitisasi (utilization) zat gizi makanan. Penilaian status gizi seseorang atau sekelompok orang, maka dapat diketahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut

(30)

15

status gizinya baik atau tidak baik. Ada berbagai cara yang dapat digunakan untuk menilai status gizi, yaitu konsumsi makanan, antropometri, biokimia, dan klinis. Cara yang mana akan digunakan sangat tergantung pada tahapan keadaan kekurangan gizi (Riyadi 2001).

Status gizi dan status kesehatan merupakan indikator kesehatan yang ada kaitannya dengan kualitas hidup. Pengukuran pertumbuhan dan perkembangan anak melalui cara antropometris paling banyak digunakan dalam menilai status gizi masyarakat (BPS 1992).

(31)

KERANGKA PEMIKIRAN

Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan zat gizi (Sediaoetama 1991).

Kerangka pikir UNICEF menunjukkan bahwa terdapat faktor yang memberikan pengaruh secara langsung terhadap terjadinya kurang gizi anak. Kedua faktor tersebut adalah tingkat konsumsi atau intik pangan serta ada tidaknya infeksi.yang diderita anak (Soekirman 2000).

Skiner (1938) yang diacu dalam Notoatmodjo (2007) mendefinisikan perilaku sebagai respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Berdasarkan batasan tersebut perilaku hidup bersih dan sehat dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis perilaku, yaitu perilaku pencarian pengobatan, perilaku kesehatan lingkungan, dan perilaku pemeliharaan kesehatan.

Ibu memiliki peranan penting dalam pertumbuhan anaknya khususnya pada saat balita. Oleh karena itu, perilaku hidup yang bersih dan sehat dari ibu diharapkan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan balitanya yang diamati berdasarkan pernah tidaknya sakit dan frekuensi sakit.

Perilaku Kadarzi diamati berdasarkan lima indikator (Depkes 2004). Kelima indikator tersebut yaitu makan beraneka ragam, penimbangan rutin berat badan balita, penggunaan garam beriodium, pemberian ASI eksklusif, dan suplementasi gizi. Tujuan diadakannya program Kadarzi adalah untuk membentuk keluarga yang berperilaku gizi seimbang, mampu mengenali dan mengatasi masalah gizi setiap anggota keluarganya. Oleh sebab itu, perilaku ibu yang sadar akan gizi dapat menjadi cara bagi ibu untuk mengatasi masalah gizi sehingga dapat meningkatkan status gizi balitanya.

Susu merupakan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi dan penting bagi pertumbuhan balita. Pemberian susu merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan status gizi pada balita. Oleh karena itu, melalui pemberian susu formula pada balita diharapkan dapat berpengaruh positif terhadap perubahan berat badan dan tinggi badannya sehingga dapat memperbaiki status gizinya.

(32)

17

Karakteristik keluarga

- Umur

- Pendidikan orang tua - Pekerjaan orang tua - Besar keluarga - Pendapatan keluarga

Karakteristik contoh - Umur dan jenis kelamin

Konsumsi zat gizi balita : - Jenis pangan

- Jumlah pangan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

− perilaku pencegahan penyakit (cuci tangan, mandi, gosok gigi, memasak air)

− perilaku makanan dan minuman (menu yang biasa disajikan) − membersihakan kamar mandi − tempat aktivitas mencuci

STATUS GIZI

− BB/TB Balita

− Perubahan BB dan TB *)

Pemberian Susu Formula *)

Status Kesehatan balita :

- pernah tidaknya sakit - frekuensi sakit

Perilaku Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)

− Makan beraneka ragam − Penimbangan rutin BB balita − Penggunaan garam

beriodium

− Pemberian ASI eksklusif − Suplementasi gizi

Pengetahuan Gizi Ibu

Keterangan :

= Variabel yang dianalisis

= Garis hubungan yang dianalisis = Garis hubungan yang tidak dianalisis

*) = 8 orang balita Kampung Carang Pulang Desa Cikarawang yang memiliki sejarah BBLR dan pada bulan Agustus berstatus gizi kurang.

Gambar 1. Kerangka pemikiran perilaku Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) serta hidup bersih dan sehat ibu kaitannya dengan status gizi dan kesehatan balita

(33)

Penelitian ini terdiri dari dua tahap. Tahap pertama dilakukan dengan disain cross sectional study dan tahap kedua merupakan tahap intervensi serta pengamatan terhadap perubahan berat badan dan tinggi badan balita yang diberi susu formula selama tiga bulan. Lokasi penelitian ini bertempat di Kampung Carang Pulang, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Pemilihan tempat penelitian dilakukan secara purposive (Singarimbun & Effendi 1989) dengan pertimbangan kemudahan akses ke lokasi, masih adanya balita yang berstatus gizi kurang, dan belum banyak penelitian yang berkaitan dengan Kadarzi dan PHBS di lokasi tersebut. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2007 - April 2008.

Cara Pemilihan Contoh

Kriteria contoh adalah anak laki-laki dan perempuan berusia 0-60 bulan (balita) di Kampung Carang Pulang, Desa Cikarawang. Responden dalam penelitian ini adalah ibu dari balita yang terpilih sebagai contoh penelitian. Kampung Carang Pulang terdiri dari 5 RW dan setiap RW memiliki satu Posyandu. Kelima Posyandu tersebut, yaitu Posyandu Suplir, Mawar, Pinus, Cendana, dan Kaktus. Data dari kelima Posyandu bulan Agustus 2007 menunjukkan bahwa terdapat 16,2 persen anak balita yang berstatus gizi kurang dan buruk berdasarkan indeks antropometri BB/U. Jumlah minimal contoh yang diperlukan dalam penelitian ini, diperoleh dengan menggunakan metode acak sederhana dengan derajat kepercayaan yang diinginkan 95 persen dan batas toleransi proporsi sebesar 10 persen, yaitu sebanyak 52 balita dilakukan melalui perhitungan sebagai berikut :

N

(

)

2 2 2 / 1 (1 ) d p p − Ζ ≥ −α

( )

(

)

2 2

1

,

0

162

,

0

1

162

,

0

96

,

1

52

,

2

52

01

,

0

521

,

0

Keterangan :

N = jumlah contoh yang akan dipilih

Z = 1,96; nilai Z pada derajat kepercayaan 1-α/2 (α=0,05)

p = 16,2%; estimasi proporsi balita dengan status gizi kurang dan buruk d = 10%; batas toleransi proporsi

Jumlah seluruh contoh dalam penelitian ini adalah 56 balita, 48 balita dipilih dari tiap Posyandu yang ada di masing-masing RW secara acak sedangkan 8 balita lainnya dipilih secara purposive untuk selanjutnya mengikuti

(34)

19

tahap intervensi. Kedelapan balita tersebut terdiri dari 2 batita yang memiliki sejarah BBLR dan 6 balita lainnya berstatus gizi kurang pada bulan Agustus 2007 serta belum menerima bantuan susu dari Posyandu. Kerangka pemilihan contoh selengkapnya disajikan pada Gambar 2.

Pemberian susu formula dilakukan secara langsung oleh peneliti, yang dibantu oleh kader Posyandu, yang setiap minggunya diberikan kepada ibu, empat kantung susu formula sekaligus untuk dikonsumsi oleh balitanya dengan jangka waktu pemberian selama tiga bulan (Januari-Maret). Balita tahap intervensi ini akan diamati perubahan berat badan serta tinggi badannya melalui pengukuran dan penimbangan yang dilakukan setiap dua minggu sekali.

Desa Cikarawang

Posyandu Pinus (RW 5) Posyandu

Mawar (RW 4) Cendana (RW 6) Posyandu Kaktus (RW 7) Posyandu Posyandu

Suplir (RW 3)

Purposive Kampung Carang Pulang

9 contoh 12 contoh 11 contoh 12 contoh

acak

acak acak acak acak

3 contoh

Tahap kedua (Intervensi)

purposive purposive

Tahap pertama (cross sectional study)

5 contoh 12 contoh

Gambar 2. Kerangka pemilihan contoh

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik keluarga (umur, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan dan besar keluarga), karakteristik contoh (jenis kelamin dan umur), pengetahuan gizi, perilaku Kadarzi, PHBS, konsumsi contoh, status gizi dan kesehatan contoh. Data sekunder berupa keadaan daerah yang diperoleh dari data dasar profil desa/kelurahan.

(35)

Tabel 1 menunjukkan jenis serta cara pengumpulan data primer. Data primer diperoleh melalui wawancara terstruktur, yaitu dengan menggunakan kuesioner. Data konsumsi balita diperoleh dengan menggunakan metode recall konsumsi pangan balita selama 1 x 24 jam. Data status gizi contoh diamati dengan metode antropometri, yaitu dengan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan. Alat pengukur berat badan berupa timbangan injak dengan ketelitian 0,5 kg sedangkan pengukur tinggi badan menggunakan

microtoise. Data perubahan berat badan dan tinggi badan diperoleh melalui

penimbangan dan pengukuran balita secara langsung oleh peneliti. Pengukuran dilakukan setiap dua minggu sekali untuk mengetahui perubahan berat badan dan tinggi badannya sekaligus mengawasi pemberian susu formula pada balita penerima susu formula.

Tabel 1. Jenis dan cara pengumpulan data primer

No Variabel Data yang dikumpulkan Cara Pengumpulan

1. Karakteristik keluarga

1. Umur orang tua 2. Pendidikan orang tua 3. Pekerjaan orang tua 4. Besar keluarga 5. Pendapatan (Kap/bln)

Wawancara dengan menggunakan

kuesioner

2. Karakteristik contoh 1. Umur dan jenis kelamin Wawancara dengan menggunakan kuesioner 3. Pengetahuan gizi ibu 1. Definisi dan jenis zat gizi dalam pangan 2. Akibat kekurangan zat gizi tertentu

3. Periode pemberian ASI eksklusif

Wawancara dengan menggunakan

kuesioner

4.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

1. Kebiasaan mencuci tangan 2. Frekuensi mandi, dan sikat gigi 3. Menu makanan yang disajikan 4. Kebiasaan memasak air

5. Frekuensi membersihkan kamar mandi 6. Tempat mencuci

Wawancara dengan menggunakan

kuesioner

5. Perilaku Kadarzi

1. Menimbang berat badan secara rutin 2. Konsumsi makanan yang beragam 3. Konsumsi garam beriodium 4. Pemberian ASI eksklusif

5. Konsumsi suplementasi zat gizi pada balita dan saat hamil

Wawancara dengan menggunakan

kuesioner

6. Konsumsi zat gizi contoh jenis dan jumlah pangan Food recall 1x24 jam 7. Status gizi contoh 1. Berat badan (kg) 2. Tinggi Badan (cm) Pengukuran dengan timbangan injak dan

microtoise

8. Kondisi kesehatan contoh 1. Jenis penyakit 2. Frekuensi panyakit

Wawancara dengan menggunakan

(36)

21

Pengolahan dan Analisis Data

Proses pengolahan data meliputi editing, coding, entry dan analisis. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia yang selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan sistem komputerisasi menggunakan microsoft excel. Cara pengkategorian variabel-variabel dalam penelitian dapat diamati pada Tabel 2. Hubungan antara variabel kategorik akan dianalisis secara statistik dengan menggunakan Rank Spearman Correlation

Test (Tabel 3). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program

SPSS 13.0 for Windows.

Umur orang tua. Data umur orang tua yang diperoleh dikategorikan

berdasarkan kelompok usia, yaitu usia remaja, dewasa muda, dewasa madya, dewasa lanjut, dan lansia (Turner JS & Helms DB 1991).

Pendidikan orang tua. Data tingkat pendidikan orang tua diolah dengan

mengelompokkannya menjadi enam kategori, yaitu tidak penah sekolah, tidak tamat SD, SD/sederajat, SLTP/sederajat, SLTA/sederajat, dan Akademi / Diploma / Perguruan Tinggi.

Pekerjaan orang tua. Data jenis pekerjaan orang tua dikategorikan

menjadi delapan kategori, yaitu buruh tani atau kebun, petani pemilik sawah, pedagang atau wiraswasta, pegawai negeri atau karyawan swasta, jasa angkutan, Pembantu Rumah Tangga (PRT), Ibu Rumah Tangga (IRT), dan pekerjaan lainnya.

Besar Keluarga. Besar keluarga diketahui dengan menanyakan kepada

responden jumlah anggota keluarganya. Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan menjadi keluarga kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga besar (≥ 8 orang) (Hurlock 1998).

Pendapatan. Data pendapatan perkapita perbulan merupakan hasil dari

pembagian jumlah pendapatan orang tua setiap bulannya dengan jumlah anggota keluarga. Hasil yang diperoleh kemudian diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan kategori garis kemiskinan menurut BPS (2006) untuk

Kabupaten Bogor, yaitu kategori miskin (≤ Rp183 067.00) dan tidak miskin (> Rp183 067.00).

Karakteristik contoh. Data karakteristik contoh meliputi data umur dan

jenis kelamin contoh. Umur contoh diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu ≤ 23 bulan, 24-36 bulan, dan ≥ 37 bulan. Data jenis kelamin contoh terdiri dari dua kategori yaitu laki-laki dan perempuan.

(37)

Pengetahuan gizi ibu didapatkan melalui pengisian kuesioner oleh

responden yang terdiri dari 13 pertanyaan. Kuesioner pengetahuan gizi menggunakan pertanyaan tertutup, dengan nilai 1 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah, sehingga nilai maksimum yang diperoleh adalah 13. Total nilai untuk jawaban yang benar kemudian dipersentasikan terhadap jumlah nilai maksimum dan selanjutnya dikategorikan menjadi tiga, yaitu baik (≥ 80%), sedang (60-80%), dan rendah (≤ 60%) (Khomsan 2000).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diperoleh melalui kuesioner

dengan 7 pertanyaan yang ditujukan kepada responden. Kuesioner PHBS menggunakan pertanyaan tertutup, dengan nilai 1 untuk pilihan jawaban yang termasuk kategori rendah, 2 untuk pilihan jawaban yang termasuk kategori sedang, dan 3 untuk pilihan jawaban yang termasuk kategori baik. Oleh karena itu diperoleh skor terendah yaitu 7 sedangkan skor tertinggi adalah 21. Pengkategorian skor PHBS ditentukan berdasarkan rumus interval Slamet (1993), dan diperoleh hasil yaitu, untuk kategori rendah, skor berkisar antara 7-11, kategori sedang antara 12-16 dan kategori baik antara 17-21.

Perilaku Kadarzi didapatkan dengan penilaian hasil pengisian kuesioner

dengan 15 pertanyaan yang ditujukan kepada responden. Kuesioner perilaku Kadarzi juga menggunakan jenis pertanyaan tertutup, dengan nilai 1 untuk pilihan jawaban yang termasuk kategori rendah, 2 untuk pilihan jawaban yang termasuk kategori sedang, dan 3 untuk pilihan jawaban yang termasuk kategori baik. Total skor berkisar antara 15-45 dan dikategorikan menjadi rendah (15-24), sedang (25-35), dan baik (36-45). Interval skor untuk tiap kategori perilaku Kadarzi ditentukan juga berdasarkan rumus interval Slamet (1993).

Konsumsi zat gizi contoh. Data jumlah dan jenis pangan aktual yang

dikonsumsi contoh diperoleh melalui recall konsumsi pangan 1 x 24 jam. Kandungan zat gizi dalam pangan yang dikonsumsi oleh contoh dihitung dengan menggunakan Daftar Konsumsi Bahan Makanan. Identifikasi terhadap masalah konsumsi diamati melalui tingkat konsumsi yang merupakan persentase konsumsi aktual contoh dengan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan berdasarkan WNPG tahun 2004.

Selain itu data jumlah dan jenis pangan juga digunakan untuk mengetahui

Mean Adequacy Ratio (MAR). Nilai tersebut digunakan dengan tujuan untuk

(38)

23

rata-rata dari semua zat gizi. Nilai MAR didapatkan dengan membagi jumlah tingkat konsumsi contoh dengan jumlah jenis zat gizi (Torheim et al. 2003).

Status gizi contoh. Indeks antropometri yang akan digunakan untuk

mengetahui status gizi balita adalah berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB). Status gizi dikategorikan menjadi baik, sedang, dan kurang menurut metode z-skor WHO-NCHS untuk berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB); gizi normal (-2 SD sampai +2 SD), gizi kurang (< -2 SD), dan gizi lebih (> +2 SD).

Status kesehatan balita. Status kesehatan balita diamati dari kejadian

sakit pada tiga bulan terakhir yang meliputi jenis gangguan kesehatan (jenis penyakit), kejadian sakit (pernah/tidaknya sakit) dan frekuensi sakit. Variabel yang digunakan dalam uji korelasi adalah variabel kejadian sakit (pernah/tidaknya sakit).

Pertambahan berat badan dan tinggi badan. Berat badan dan tinggi

badan balita terpilih penerima susu formula akan diamati pertumbuhannya selama tiga bulan. Pengukuran BB dan TB balita tersebut dilakukan setiap dua minggu sekali.

Tabel 2. Cara pengkategorian variabel penelitian

No Variabel Kategori Pengukuran Sumber Acuan

Data primer

1. Karakteristik keluarga − Umur orang tua

1. Remaja (13-19 tahun) 2. Dewasa muda (20-30 tahun) 3. Dewasa madya (31-50 tahun) 4. Dewasa lanjut (51-75 tahun) 5. Lansia (≥ 76 tahun)

Turner JS & Helms DB (1991)

− Pendidikan orang tua

1. Tidak pernah sekolah 2. Tidak tamat SD 3. SD/sederajat 4. SLTP/sederajat 5. SLTA/sederajat

6. Akademi/Diploma/Perguruan Tinggi

− Pekerjaan orang tua

1. Buruh tani atau kebun 2. Petani pemilik

3. Pedagang atau wiraswasta 4. Pegawai negri/swasta 5. Jasa angkutan 6. PRT

7. IRT 8. Lainnya

− Pendapatan (Kap/bln) 1. Miskin (≤ Rp 183 067.00) 2. Tidak miskin (> Rp183 067.00) BPS (2006) − Besar keluarga 1. Keluarga kecil (≤ 4 orang) 2. Keluarga sedang (5-7 orang)

(39)

No Variabel Kategori Pengukuran Sumber Acuan 2. Karakteristik contoh − Umur 1. ≤ 23 bulan 2. 24-36 bulan 3. ≥ 37 bulan − Jenis kelamin Sesuai data 3. Pengetahuan gizi ibu

1. baik (≥ 80%) 2. sedang (60-80%) 3. rendah (≤ 60%)

Khomsan (2000) 4. Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)

1. baik (17-21) 2. sedang (12-16) 3. rendah (7-11)

Notoatmodjo (2007)

5. Perilaku Kadarzi 1. baik (36-45) 2. sedang (25-35) 3. rendah (15-24)

Dinkes DKI Jakarta (2002)

6. Konsumsi zat gizi contoh

• Rata-rata konsumsi dan tingkat konsumsi contoh

• Mean Adequacy Ratio (MAR) Torheim et al. (2003) 7. Status gizi contoh (indeks BB/TB z-skor WHO 1995)

z-skor = 1. gizi normal (-2 SD - +2 SD) 2. gizi kurang (< -2 SD) 3. gizi lebih (> +2 SD) 8. Status kesehatan contoh 1. kejadian sakit/Pernah tidaknya sakit 2. frekuensi sakit Data sekunder

1. Data lokasi penelitian Sesuai data

Tabel 3. Cara analisis korelasi antar variabel penelitian

No. Variabel Analisis

1. Pengetahuan gizi dengan perilaku Kadarzi ibu Korelasi Spearman 2. Tingkat konsumsi dengan status gizi contoh Korelasi Spearman 3. Perilaku Kadarzi ibu dengan tingkat konsumsi contoh Korelasi Spearman 4. Perilaku Kadarzi ibu dengan status gizi contoh Korelasi Spearman

5. PHBS ibu dengan status gizi contoh Korelasi Spearman

6. Perilaku Kadarzi ibu dengan kejadian sakit contoh Korelasi Spearman 7. PHBS ibu dengan kejadian sakit contoh Korelasi Spearman

Definisi Operasional

Besar Keluarga adalah banyaknya orang yang hidup di bawah satu atap yang

sama dan makan dari satu dapur yang sama.

Frekuensi sakit adalah jumlah pengulangan terjadinya penyakit tertentu yang

dialami contoh selama tiga bulan terakhir dari waktu wawancara.

Status kesehatan balita adalah keadaan kesehatan balita yang diukur dari

kejadian penyakit (ada tidaknya penyakit) dan frekuensi penyakit yang diderita balita dalam tiga bulan terakhir dari waktu wawancara.

Gambar

Gambar 1. Kerangka pemikiran perilaku Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) serta  hidup bersih dan sehat ibu kaitannya dengan status gizi dan  kesehatan balita
Gambar 2. Kerangka pemilihan contoh  Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Tabel 1. Jenis dan cara pengumpulan data primer
Tabel 3. Cara analisis korelasi antar variabel penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dengan adanya proses pemesinan yang lain , sebenarnya proses sekrap ini adalah proses yang paling tidak efisien (waktu yang diperlukan lama) dan kurang efektif (hanya untuk

Pelestarian bahasa Minang ragam keseharian dapat dilakukan dengan cara penggunaan dan pengajaran yang sistematis dan pelestarian bahasa Minang ragam khusus dapat

Hidup Berdasarkan Hukum Makeham Yang Dibayarkan Sesaat Setelah Kematian Dengan Tingkat Suku Bunga Mengikuti Model CIR...63 4.6 APV (Actuarial Present Value) Dari Manfaat

Agar aktifitas yang dilakukannya lebih bermanfaat maka dari itu dengan membiasakan anak – anak membaca buku pop up cerita dongeng Cindelaras, yang diharapkan anak –

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Berkat dan Anugerah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

Dari penelitian ini dapat dilihat bagaimana PT Monex dalam menjalankan Marketing Mix yang terdiri dari 4P yaitu product, place, price dan promotion yang dimiliki oleh

Sehubungan dengan yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah, ingin mengetengahkan motif hias pada pelipit bagian bawah dan atas,