BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan memiliki berbagai sasaran yang akan diraih guna mencapai tujuan perusahaan. Sasaran-sasaran itu akan dapat tercapai melalui aktivitas-aktivitas yang dilakukan dengan cara melibatkan aspek-aspek sumber daya yang terdapat dalam perusahaan tersebut; misalnya modal, mesin, atau peralatan, sumber daya manusia, dan sebagainya. Di antara aspek tersebut yang paling penting adalah aspek sumber daya manusia. Sumber daya manusia sering di sebut sebagai modal intelektual (Intelectual
capital) yang terdiri dari orang-orang yang ada dalam perusahaan yang mempunyai
kemampuan, bakat, dan semangat untuk bekerja. Begitu pentingnya sumber daya manusia maka perusahaan perlu memberikan semangat kerja kepada karyawan, sehingga dapat merangsang karyawan untuk dapat bekerja dengan giat dan dapat meyelesaikan pekerjaan tepat waktu hal ini akan mempengaruhi tingkat produktivitas karyawan agar tercapainya tujuan perusahaan.
Menurut Siagian (2007:57), bahwa semangat kerja karyawan menunjukkan sejauh mana karyawan bergairah dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya didalam perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi semangat dan kegairahan kerja diantaranya: kebanggaan pekerja atas pekerjaannya dan kepuasannya dalam menjalankan pekerjaannya yang baik, sikap terhadap pimpinan, hasrat untuk maju, perasaan telah diperlakukan secara baik, kemampuan untuk bergaul secara baik, kesadaran akan tanggung jawab pekerjaannya. Disamping itu, semangat kerja merupakan faktor yang
cukup penting sebagai penunjang tercapainya produktivitas yang tinggi. Untuk itulah perusahaan mendorong para karyawannya agar mempunyai semangat kerja yang tinggi dengan harapan memperoleh banyak keuntungan, dapat memperkecil tingkat absensi dan perpindahan. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh peran seorang pemimpin dalam perusahaan. Salah satu peran yang penting seorang pemimpin adalah merealisasikan semangat kerja bagi para karyawannya. Hal ini memperlihatkan suatu keterkaitan bahwa keberhasilan ataupun kegagalan perusahaan dalam mencapai tujuannya berhubungan dengan peranan seorang pemimpin.
Kemampuan seorang pemimpin dalam memberikan pengaruh bagi karyawan-nya untuk senantiasa menciptakan dan meningkatkan semangat bekerja untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang di arahkan dan di kehendakinya dalam upaya mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Tujuan tersebut dapat terwujud jika orang-orang yang ada didalam nya mampu bekerja sama dengan orang-orang lain dengan koordinasi seorang pemimpin yang memiliki berbagai kemampuan untuk mengarahkan anggotanya. Salah satu unsur penting kepemimpinan dalam kaitannya terhadap semangat kerja karyawan adalah gaya kepemimpinan (cara pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya). Menurut Heidjrachaman (2005:225) terdapat tiga macam gaya kepemimpinan yang berbeda yaitu: gaya kepemimpinan otokratik, gaya kepemimpinan partisipasif, dan gaya kepemimpinan pendelegasian (Free Rein Leader). Gaya kepemimpinan otokratik adalah pemimpin yang menganggap bahwa semua kewajiban untuk mengambil keputusan, untuk menjalankan tindakan dan untuk mengarahkan,
partisipasif adalah pemimpin menjalankan kepemimpinannya secara konsultasi, ia tidak mendelegasikan wewenangnya untuk membuat keputusan akhir, dan untuk memberikan pengarahan tertentu kepada bawahannya, tetapi ia mencari berbagai pendapat dan pemikiran dari bawahan mengenai keputusan yang akan di ambil. Gaya kepemimpinan pendelegasian (Free Rein Leader) adalah pemimpin mendelegasikan wewenang untuk menyerahkan tanggung jawab penuh atas pelaksanaan pekerjaan kepada bawahan.
Kepemimpinan yang efektif akan memberikan kontribusi besar kepada semangat kerja karyawan, sebaliknya kepemimpinan yang tidak efektif dapat menghambat semangat kerja karyawan. Indikasi turun dan rendahnya semangat kerja yaitu rendahnya produktivitas kerja, tingkat absensi yang tinggi, labour turn over yang tinggi, tingkat kerusakan yang tinggi, kegelisahan dimana-mana, tuntutan yang sering terjadi dan pemogokan. Untuk mengetahui tingkat semangat kerja karyawan pada PT. Pembangunan Perumahan (PP) bagian DVO-1 berikut ini adalah rekapitulasi absensi karyawan mulai bulan Januari 2008 - Desember 2008.
Tabel 1.1
Rekapitulasi Absensi Karyawan PT. Pembangunan Perumahan (PP)
Pada Bagian DVO-1
Bulan Januari 2008- Desember 2008
No Bulan Jml. Tenaga Kerja Jml. Hari Kerja Jml. Hari Kerja Seharusnya Jml. Orang yg Tidak Hadir Absensi (%) 1 Januari 49 21 1.029 5 4,2 2 Februari 49 20 980 3 4,6 3 Maret 49 18 882 4 5,1 4 April 49 22 1.076 4 4,1 5 Mei 49 20 980 3 4,6 6 Juni 49 21 1.029 5 4,2 7 Juli 49 22 1.076 3 4,2 8 Agustus 49 20 980 2 4,7 9 September 49 22 1.076 2 4,3 10 Oktober 49 21 1.029 4 4,3 11 November 49 20 980 4 4,5 12 Desember 49 20 980 5 4,4 Jumlah 588 247 12.099 44 53,2 Rata-Rata 49 1008,25 4,43
Sumber: PT. Pembangunan Perumahan (PP), diolah
Berdasarkan Tabel 1.1 tingkat kecendrungan ketidakhadiran bervariasi selama bulan Januari 2008 – Desember 2008, tingkat kehadiran yang terendah adalah bulan April 4,1% sementara yang tertinggi adalah Maret sebesar 5,1%. Tingkat rata-rata ketidakhadiran untuk seluruh karyawan adalah 4,43%. Menurut Flippo tingkat ketidakhadiran karyawan maksimal sebesar 3% hal ini menunjukkan bahwa ada indikasi penurunan semangat kerja di perusahaan tersebut.
Penelitian ini dilakukan di PT. Pembangunan Perumahan (PP) Kantor DVO-I Medan yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi, dimana dewasa ini dengan perkembangan yang ada perusahaan dituntut untuk dapat bersaing
memberikan semangat kepada karyawannya. Hal ini diharapkan agar karyawan tetap merasa puas untuk bekerja lebih giat lagi dan mempunyai dedikasi yang tinggi serta loyalitas yang pada akhirnya dapat menguntungkan semua pihak yang ada di dalam perusahaan tersebut.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti tertarik meneliti dengan judul: “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Semangat Kerja Karyawan pada PT. Pembangunan Perumahan (PP) Kantor DVO-I Medan”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah dapat disusun sebagai berikut: Apakah gaya kepemimpinan otokratik, partisipasif dan pendelegasian berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan pada PT. Pembangunan Perumahan (PP) Kantor DVO-I Medan?
C. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan penjelasan secara teoritis pertautan antara variabel yang akan diteliti (Sugoyono, 2006:47).
Secara umum model gaya kepemimpinan yang di terapkan seorang pemimpin dalam perusahaan terdiri atas tiga macam, di antaranya gaya kepemimpinan otokratik, gaya kepemimpinan partisipasif, dan gaya kepemimpinan pendelegasian (Heidjrachaman 2005:225). Gaya kepemimpinan otokratik adalah gaya kepemimpinan yang menganggap bahwa semua kewajiban untuk mengambil keputusan, untuk menjalankan tindakan dan
untuk mengarahkan, memberi motivasi dan mengawasi bawahan terpusat di tangannya. Gaya kepemimpinan partisipasif adalah pemimpin menjalankan kepemimpinannya secara konsultasi, ia tidak mendelegasikan wewenangnya untuk membuat keputusan akhir, dan untuk memberikan pengarahan tertentu kepada bawahannya, tetapi ia mencari berbagai pendapat dan pemikiran dari bawahan mengenai keputusan yang akan di ambil. Gaya kepemimpinan pendelegasian adalah pemimpin mendelegasikan wewenang untuk menyerahkan tanggung jawab penuh atas pelaksanaan pekerjaan kepada bawahan.
Menurut Nitisemito (2002:160) semangat kerja adalah upaya melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat di selesaikan dengan lebih baik. Hal ini sangat berpengaruh terhadap bagaimana seorang pemimpin dapat menggerakan karyawan nya untuk semangat bekerja agar tercapai tujuan perusahaan. Hubungan kedua variabel secara diagram dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Sumber: Heidjrachaman (2005:225), Nitisemito (2002:160), diolah Gambar 1.1: Kerangka Konseptual
Gaya Kepemimpinan Otokratik (X1) Gaya Kepemimpinan Partisipatif (X2) Gaya Kepemimpinan Pendelegasian (X3)
.D. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2004:257) : “Hipotesa adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan kenyataannya”. Dari pendapat tersebut, maka suatu hipotesis yang dikemukakan nantinya bukanlah suatu jawaban yang benar secara mutlak, tetapi dipakai sebagai jalan untuk mengatasi permasalahan yang ada, dan masih harus dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, penulis merumuskan hipotesis yaitu: ”Gaya kepemimpinan otokratik, partisipasif
dan pendelegasian berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan pada PT. Pembangunan Perumahan (PP) Kantor DVO-I Medan”.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Mengetahui dan menganalisis gaya kepemimpinan otokratik, partisipasif dan pendelegasian berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan pada PT. Pembangunan Perumahan (PP) Kantor DVO-I Medan.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Perusahaan
Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi PT. Pembangunan Perumahan (PP) kantor DVO-I Medan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia . Khususnya pengaruh Gaya kepemimpinan terhadap semangat kerja maka akan bermanfaat bagi karyawan PT. Pembangunan Perumahan (PP) kantor DVO-I Medan untuk meningkatkan semangat kerja.
b. Bagi pihak atau peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi untuk penelitian selanjutnya.
c. Bagi Penulis
Selain sebagai syarat menyelesaikan pendidikan, juga dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan bidang ilmu manajemen sumber daya manusia, dan melatih penulis untuk dapat menerapkan teori-teori yang diperoleh dari perkuliahan.
F. Metode Penelitian
1. Batasan Operasional
Dalam penelitian ini, yang menjadi batasan operasional adalah: a. Variabel bebas (independent): Gaya kepemimpinan (X)
Gaya kepemimpinan yang akan diteliti dalam penelitian adalah: gaya kepemimpinan otokratik (X1), gaya kepemimpinan partisipasif (X2), gaya
kepemimpinan pedelegasian (X3).
b. Variabel terikat (dependent): Semangat kerja (Y)
Menurut Nitisemito (2002:160) semangat kerja adalah upaya melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga dengan pekerjaan akan dapat diselesaikan dengan lebih baik.
2. Skala Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan skala likert yaitu digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2006: 104). Untuk keperluan analisis kuantitatif penelitian maka peneliti memberikan lima alternatif jawaban kepada responden dengan menggunakan skor 1 sampai 5 yang dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini:
Tabel 1.2
Instrumen Skala Likert
Jawaban Skor
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Kurang Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
Sumber: Sugiyono (2006: 104) (data diolah, September 2009)
3. Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasional variabel merupakan penjelasan mengenai pengertian teoritis variabel sehingga dapat diamati dan diukur. Defenisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan dala penelitian ini antara lain:
a. Variabel independen : Gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah pola khas dari perilaku yang ditunjukkan oleh pemimpin saat berhadapan dengan anggota kelompok (Dubrin, 2005:114). Pada umumnya ada tiga macam gaya kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan otokratik, gaya kepemimpinan partisipasif, gaya kepemimpinan pedelegasian. Gaya kepemimpinan otokratik adalah gaya
kepemimpinan menganggap semua kewajiban untuk mengambil keputusan, untuk menjalankan tindakan dan untuk mengarahkan, memberi motivasi dan mengawasi bawahan terpusat di tangannya. Gaya kepemimpinan partisipasif adalah pemimpin menjalankan pimpinannya secara konsultasi, ia tidak mendelegasikan wewenangnya untuk membuat keputusan akhir, dan untuk memberikan pengarahan kepada bawahannya, tetapi ia mencari berbagai pendapat dan pemikiran dari bawahan mengenai keputusan yang diambil. Gaya kepemimpinan pendelegasian adalah pemimpin mendelegasikan wewenang untuk menyerahkan tanggung jawab penuh atas pelaksanaa pekerjaan kepada bawahan.
b. Variabel dependen : Semangat kerja
Menurut Nitisemito (2002:160) adalah upaya melakuka pekerjaan secara lebih giat sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat diselesaikan dengan lebih baik.
Tabel 1.3
Definisi Operasionalisasi Variabel
No Variabel Indikator Variabel Skala
Ukur 1 Independent (bebas)
Gaya Kepemimpinan (X) a. Otokratik (X1)
Pemimpin yang menganggap bahwa semua kewajiban untuk mengambil keputusan, untuk menjalankan tindakan dan untuk mengarahkan, memberi motivasi dan mengawasi bawahan terpusat di tangannya.
b. Partisipasif (X2)
Pemimpin menjalankan kepemimpinannya secara konsultasi, ia
tidak mendelegasikan wewenangnya untuk membuat keputusan akhir, dan untuk memberikan pengarahan tertentu kepada bawahannya, tetapi ia mencari berbagai pendapat dan pemikiran dari bawahan mengenai keputusan yang akan di ambil.
c. Pendelegasian (X3)
pemimpin mendelegasikan wewenang untuk menyerahkan tanggung jawab penuh atas pelaksanaa pekerjaa kepada bawahan.
1. pimpinan anda selalu mengambil keputusan didalam setiap tugas yang bapak/ibu kerjakan.
2. pimpinan anda tidak memberikan motivasi kepada bawahan dalam menjalankan tugasnya.
3. pimpinan anda selalu mengawasi pelaksanaan pekerjaan bawahannya.
4. pimpinan anda menganggap
bawahannya tidak mampu mengarahkan diri sendiri.
5. pimpinan anda dalam menjalankan
tanggung-jawabnya selalu berkonsultasi dengan bawahannya.
6. pimpinan anda selalu memberikan pengarahan tertentu kepada bawahan dalam melakukan pekerjaan.
7. pimpinan anda senang menerima saran, kritik dan pendapat dari bawahan dalam mengambil keputusan. 8. pimpinan anda selalu memotivasi
karyawan untuk memberikan ide dalam bekerja.
9. pimpinan anda sering menyerahkan tanggung-jawabnya kepada bawahan. 10. pimpinan anda selalu menginginkan
bawahannya dapat mengendalikan diri sendiri dalam bekerja.
11. pimpinan anda tidak membuat peraturan tentang pelaksanaan tugas yang harus dikerjakan bawahannya. 12. pimpinan anda selalu tidak melakukan
kontak denga bawahannya dalam bekerja.
Skala Likert
2. Dependent (terikat) Semangat Kerja (Y)
Adalah upaya melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat di selesaikan dengan lebih baik.
13. Dengan memperhatikan hubungan kerja sesama rekan kerja akan dapat meningkatkan semangat kerja.
14. pimpinan anda selalu memberikan kebebasan berkreativitas kepada bawahan.
15. adanya pimpinan yang selalu memberikan kebebasan berprestasi kepada karyawan akan dapat meningkatkan semangat kerja.
16. lingkungan kerja yang memadai dalam menjalankan tugas sehari-hari dapat meningkatkan semangat kerja.
17. suasana kerja yang nyaman dan damai selalu diperhatikan.
18. pimpinan selalu menegakkan disiplin kerja kepada karyawannya
Skala Likert
4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian mengambil lokasi pada PT. Pembangunan Perumahan (PP) Jl. Haji Adam Malik No. 103 Medan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan September sampai dengan November 2009.
5. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi didefinisikan sebagai suatu keseluruhan pengamatan atau obyek yang menjadi perhatian kita sedangkan sampel adalah bagian populasi yang menjadi perhatian kita. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah para karyawan PT. Pembangunan Perumahan (PP) kantor DVO-I Medan yang berjumlah 49 orang.
b. Teknik pengambilan sampel
Agar data yang diperoleh representatif maka besarnya sampel yang akan diambil harus ditentukan dan harus mencerminkan karakteristik populasi. Menurut Arikunto (2006:120) apabila subyeknya kurang dari 100 orang lebih baik diambil seluruhnya sebagai sampelnya. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti dan sebagai sampel dalam penelitian ini karena populasinya kurang dari 100 orang maka dalam penelitian ini keseluruhan populasi akan diambil sebagai sampel. Dengan dasar pendapat tersebut di atas maka sampel penelitian ini adalah seluruh Karyawan bagian DVO-I Medan sejumlah 49 orang karyawan. Penarikan sampel menggunakan metode sampel jenuh yaitu penentuan sampel apabila semua anggota populasi di gunakan
6. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data, yaitu: a. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden yang terpilih di lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan cara memberikan daftar pertanyaan (kuesioner) dan melakukan wawancara (interview).
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh melalui studi dokumentasi baik dari buku, jurnal, majalah, sejarah perusahaan dan situs internet untuk mendukung penelitian ini.
7. Teknik Pengumpulan Data
a. Kuesioner
Kuesioner yaitu seperangkat daftar yang berisikan serangkaian pernyataan dan pertanyaan yang di buat oleh penulis untuk diajukan kepada responden berhubungan dengan hal yang ingin di teliti. ini dimaksudkan untuk memperoleh data primer berupa informasi secara tertulis yang diperoleh langsung dari responden karyawan PT. Pembangunan Perumahan (PP) kantor DVO-I Medan berkaitan dengan variabel-variabel yang telah ditetapkan dalam penelitian.
b. Dokumentasi
Pengambilan data secara tertulis atau data yang sudah tersedia di tempat penelitian dalam hal ini adalah di PT. Pembangunan Perumahan (PP) kantor DVO-I Medan seperti;
1. Sejarah singkat perusahaan. 2. Struktur organisasi.
3. Data-data lain yang berhubungan dengan data penelitian.
8. Uji Validitas dan Realibilitas
1) Uji validitas digunakan oleh peneliti untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan (kuesioner) dalam mendefinisikan suatu variabel. Menurut Nugroho (2005:68) Kriteria dalam menentukan validitas suatu kuesioner adalah sebagai berikut:
a) Jika r hitung > r tabel maka pertanyaan dinyatakan valid b) Jika r hitung < r tabel maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.
2) Uji Realibilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner. Uji realibilitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap butir pertanyaan untuk lebih dari satu variabel. Menurut Nugroho (2005:72) realibilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai
Cronbach’s Alpha > dari 0,6. Untuk uji validitas dan realibilitas awal, peneliti
menyebarkan kuesioner kepada 30 orang responden yang diambil pada bagian DVO-2.
Uji validitas dan realibilitas dimaksudkan untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik dan bermutu. Uji validitas dan realibilitas dilakukan terhadap alat penelitian
artinya konsisten atau stabil. Pada penelitian ini, uji validitas dan realibilitas
dilakukan dengan metode sekali ukur (one shot method), dimana pengukuran dengan metode ini cukup dilakukan satu kali. Untuk uji validitas dan realibilitas awal, peneliti menyebarkan kuesioner kepada 30 orang responden awal diluar sampel yaitu karyawan pada bagian DVO-2. Maka nilai r tabel dapat diperoleh melalui df (degree of
freedom) = n – k. k merupakan jumlah butir pertanyaan dalam suatu variabel. Jadi df
= 30 - 18 = 12, maka r-tabel = 0.532. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan SPSS 12.00 dengan kriteria sebagai berikut:
1. Jika r hitung > r tabel maka pertanyaan dinyatakan valid 2. Jika r hitung < r tabel maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.
3. R hitung dapat dilihat pada kolom corrected item – total correlation
Tahap survei kuesioner berisikan 18 pertanyaan yang terdiri dari variabel bebas yaitu gaya kepemimpinan otokratik, gaya kepemimpinan partisipatif dan gaya kepemimpinan pendelegasian serta variabel terikat yaitu semangat kerja. Pada Tabel 4.8 dapat dilihat uji validitas di bawah ini:
Tabel 1.4
Validitas Butir Pertanyaan
Butir Pertanyaan
Corrected item –
total corelation Rtabel Keterangan
P1 .861 0.532 Valid P2 .862 0.532 Valid P3 .875 0.532 Valid P4 .732 0.532 Valid P5 .809 0.532 Valid P6 .812 0.532 Valid P7 .796 0.532 Valid P8 .792 0.532 Valid P9 .679 0.532 Valid P10 .721 0.532 Valid P11 .828 0.532 Valid P12 .818 0.532 Valid P13 .768 0.532 Valid P14 .774 0.532 Valid P15 .810 0.532 Valid P16 .787 0.532 Valid P17 .875 0.532 Valid P18 .892 0.532 Valid
Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 12.00, September 2009
Tabel 1.4 menunjukkan bahwa 18 butir pertanyaan valid dengan nilai Rhitung > Rtabel dan butir pertanyaan yang memiliki nilai tertinggi adalah P18 (0.892) dan nilai terendah adalah pertanyaan P9 (0.679). Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan tersebut valid dan layak untuk digunakan sebagai instrumen penelitian.
Hasil uji realibilitas berdasarkan data yang diolah peneliti dengan bantuan
Software SPSS ver. 12.00 dapat dilihat pada Tabel 1.5 di bawah ini: Tabel 1.5
Realibilitas Kuesioner Cronbach’s Alpha N of Items
Tabel 1.5 menunjukkan bahwa Rhitung (0.973) > Rtabel (0.60). Menurut Nugroho (2005: 72) “Realibilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai
Cronbach’s Alpha > dari 0.60”. Maka dapat disimpulkan bahwa pada pertanyaan yang
terdapat pada kuesioner adalah realibilitas dan layak digunakan sebagai instrumen penelitian.
9. Metode Analisis Data
a. Metode Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif merupakana cara merumuskan dan menafsirkan data yang ada, sehingga memberikan gambaran yang jelas melalui pengumpulan, menyusun dan menganalisis data sehingga dapat diketahui gambaran perusahaan yang diteliti.
b. Analisis regresi linier berganda
Dalam penelitian ini persamaan model regresi yang digunakan yaitu menurut Sugiyono (2004:251):
Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + e
Dimana: a = konstanta
b = perubahan rata-rata untuk setiap perubahan satu unit variabel x X1 = Gaya kepemimpinan Otoktratik
X2 = Gaya kepemimpinan Partisipasif
X3 = Gaya kepemimpinan Pendelegasian
Y = Semangat kerja b1,..b3 = Koefisien regresi
Suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada didalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada didalam daerah dimana Ho diterima.
Dalam analisis regresi ada 3 jenis kriteria ketepatan (Nugroho, 2005:45) yaitu:
(1) Uji –F
Uji – F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Uji – F digunakan untuk melihat secara bersama-sama (serentak) variabel independen yaitu gaya kepemimpinan pendelegasian (X1), gaya kepemimpinan partisipatif (X2), gaya
kepemimpinan pendelegasian (X3) terhadap variabel dependen yaitu
semangat kerja (Y). Ho : b1 = b2 = b3 = 0 artinya, secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel-variabel independen X1, X2, X3 terhadap variabel dependen yaitu semangat kerja
(Y).
Ho ≠ b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0, artinya secara bersama-sama (serentak) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel-variabel independen X1,
X2, X3 terhadap variabel dependen yaituvariabel terikat (Y).
(2) Uji - t
Uji-t menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara individual terhadap variable terikat. Adapun Uji – t menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
(X1), variabel gaya kepemimpinan partisipasif (X2), variabel gaya
kepemimpinan pendelegasian (X3) terhadap variabel dependen yaitu
semangat kerja (Y).
Ho : b1 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X1, X2, X3) yaitu berupa variabel gaya
kepemimpinan otokratik (X1), variabel gaya kepemimpinan partisipasif
(X2), variabel gaya kepemimpinan pendelegasian (X3) terhadap variable
dependen yaitu semangat kerja (Y). Kriteria pengambilan keputusan:
Ho diterima jika t hitung < t table pada α = 5%. Ha diterima jika t hitung > t table pada α = 5%. (3) Identifikasi Determinasi (R²)
Identifikasi determinan (R²) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Dalam output SPSS, identifikasi determinan terletak pada tabel Model Summary dan tertulis R square. Namun untuk regresi linear berganda sebaiknya menggunakan Adjusted R square, karena disesuaikan dengan jumlah variabel independen yang digunakan dalam penelitian. Nilai R square dikatakan baik jika di atas 0.5 karena nilai R square berkisar antara 0 sampai 1 (Nugroho, 2005: 51). Identifikasi determinan menunjukkan besarnya kontribusi variabel independen (X)terhadap variabel dependen (Y). Semakin besar nilai identifikasi determinan, maka semakin baik kemampuan variabel dependen (Y). Jika determinan (R2) semakin besar (mendekati satu) maka dapat dikatakan bahwa pengaruh yang signifikan dari variabel independen yaitu gaya kepemimpinan otokratik (X1), gaya
kepemipinan partisipatif (X2), gaya kepemimpinan pendelegasian (X3) terhadap variabel dependen yaitu semangat kerja (Y) semakin besar.
Sebaliknya, jika determinan (R²) semakin kecil (mendekati nol) maka dapat dikatakan bahwa pengaruh yang signifikan dari variabel independen yaitu gaya kepemimpinan otokratik (X1), gaya kepemipinan partisipatif
(X2), gaya kepemimpinan pendelegasian (X3) terhadap variabel dependen
yaitu semangat kerja (Y) semakin kecil.
10. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Analisis normalitas dilakukan dengan mengamati penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal grafik. Metode yang dipakai dalam pengujian ini adalah metode plot. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sebaliknya jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Nugroho, 2005: 64).
2. Multikolinearitas
Pengujian ini digunakan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen dengan variabel dependen. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas digunakan ketentuan sebagai berikut: Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih besar dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas (Nugroho, 2005: 59).
3. Uji Autokorelasi
Menguji autokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu. Cara mudah mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson. Model regresi linier berganda terbebas dari autokorelasi jika nilai Durbin Watson hitung terletak di daerah No Autocorelasi. Untuk mempercepat proses ada tidaknya autokorelasi dalam suatu model dapat digunakan patokan nilai Durbin Watson. Jika nilai
Durbin Watson hitung mendekati atau sekitar angka 2 maka model tersebut
terbebas dari asumsi klasik autokorelasi, karena angka 2 pada uji Durbin
Watson terletak di daerah No Autocorrelation (Nugroho, 2005: 60).
4. Uji Heterokedastisitas
Pengujian ini digunakan dalam model regresi untuk melihat terjadi ketidaksamaan varians dasar residual pengamatan yang lain. Jika varians berbeda disebut heterokedastisitas. Model yang paling baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Cara mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas pada suatu model dapat dilihat pada gambar Scatterplot model. Analisis pada gambar Scatterplot yang menyatakan model regresi linier berganda tidak terdapat heteroskedastisitas jika (Nugroho, 2005: 63).
a. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0. b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau dibawah saja
c. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.