• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES PENGGUNAAN KEMBALI KARBON AKTIF KULIT PISANG UNTUK ASAM LEMAK BEBAS. Skripsi. Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSES PENGGUNAAN KEMBALI KARBON AKTIF KULIT PISANG UNTUK ASAM LEMAK BEBAS. Skripsi. Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PROSES PENGGUNAAN KEMBALI KARBON AKTIF KULIT PISANG UNTUK ASAM LEMAK BEBAS

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknik Program Studi Teknik Kimia

Oleh :

Ardi Nugroho NIM. 5213416063

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO : Hiduplah sederhana tapi pastikan bukan sederhana yang tidak bisa melakukan apa-apa.

PERSEMBAHAN 1. Allah SWT

2. Ibu dan Bapak 3. Keluarga Besar 4. Almamater 5. Dosen-dosenku 6. Sahabat-sahabatku

(6)

vi ABSTRAK

PROSES PENGGUNAAN KEMBALI KARBON AKTIF KULIT PISANG UNTUK ASAM LEMAK BEBAS

Ardi Nugroho

Universitas Negeri Semarang, Semarang, Indonesia ardi.nugroho@students.unnes.ac.id

Setelah minyak goreng digunakan untuk proses penggorengan, penjual minyak goreng atau rumah tangga sudah akan menggunakan minyak goreng dengan tingkat konsentrasi yang harus disaring lebih lanjut. Pada penelitian ini minyak jelantah yang mengandung asam lemak bebas diolah secara efisien dengan karbon aktif berbasis kulit pisang (Musa acuminata) dengan luas permukaan spesifik 550 m2/g dan gugus fungsi gugus hidroksil. Hasil eksperimen batch berdasarkan studi isotermik menunjukkan bahwa model Freundlich dapat mendeskripsikan proses adsorpsi dengan baik, dan kapasitas adsorpsi maksimum adalah 10 mg/g. Studi termodinamika menunjukkan bahwa proses reaksi bersifat eksotermik dan non-spontan. Entalpi adsorpsi adalah -75 kJ/mol, yang menunjukkan bahwa ikatan hidrogen pada proses kemisorpsi terkendali, dengan suhu adsorpsi optimal 28oC (28-45oC). Umur karbon aktif dapat diperpanjang dengan menggunakan proses desorpsi dengan larutan surfaktan dari sabun cuci piring dalam air. Karbon aktif diperpanjang memiliki kemampuan adsorpsi 52%. Ide dalam penelitian ini adalah memperpanjang umur simpan karbon aktif dan minyak goreng.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Proses Penggunaan Kembali Karbon Aktif Kulit Pisang Untuk Adsorpsi Asam Lemak Bebas”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih serta penghargaan kepada:

1. Dr. Nur Qudus, M.T. selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Dewi Selvia Fardhyanti, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia, Universitas Negeri Semarang.

3. Prof. Dr. Wara Dyah Pita Rengga, S.T, M.T. selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktunya serta penuh kesabaran memberikan bimbingan, motivasi, pengarahan dalam penyusunan skripsi.

4. Rr. Dewi Artanti Putri, S.T., M.T. selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan masukan dan pengarahan dalam penyempurnaan skripsi ini. 5. Irene Nindita Pradnya, S.T., M.Sc. selaku Dosen Penguji II yang telah

memberikan masukan dan pengarahan dalam penyempurnaan skripsi ini. 6. Kedua Orangtua, serta keluarga besar yang telah tulus ikhlas memberikan kasih

sayang, cinta, doa, perhatian dan dukungan baik moral maupun materil. 7. Teman-teman seperjuangan Teknik Kimia UNNES 2016, sahabat semasa

sekolah yang selalu memberikan dukungan, dorongan semangat serta selalu menginspirasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berharap semoga tugas penelitian ini dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan maupun industri di masyarakat.

Semarang, 7 Oktober 2020

(8)

viii DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 2 1.3 Tujuan Penelitian ... 2 1.4 Manfaat Penelitian ... 2 1.5 Batasan Masalah ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Kulit Pisang Kepok ... 4

2.2 Karbon Aktif ... 5

2.3 Kalium Hidroksida ... 6

2.4 Desorpsi ... 7

BAB III METODE PENELITIAN ... 9

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ... 9

3.2 Variabel ... 9

3.3 Alat ... 9

3.4 Bahan ... 10

3.5 Prosedur Kerja ... 10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

4.1 Karakterisasi Karbon Aktif ... 15

4.1.1 Analisis Gugus Fungsi ... 15

4.1.2 Analisis Struktur Kristal ... 16

(9)

ix

4.2 Desorpsi ... 18

4.2.1 Desorpsi Karbon Aktif 650oC ... 18

4.2.2 Desorpsi Karbon Aktif 700oC ... 19

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 21

5.1 Kesimpulan ... 21

5.2 Saran ... 21

DAFTAR PUSTAKA ... 22

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pisang Kepok... 4

Gambar 4.1 Spektrum FTIR Karbon Aktif ... 15

Gambar 4.2 Diffraktogram XRD ... 16

Gambar 4.3 Hasil Uji TEM Karbon Aktif ... 18

Gambar 4.4 Hasil Qe, (Qe1), (Qe2) Karbon Aktif 650oC ... 19

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karbon aktif merupakan salah satu bio-adsorben yang digunakan dalam proses adsorpsi. Karbon aktif sebagai adsorben dapat menjerap komponen pengotor, pigmen, dan asam lemak bebas (Rahayu dan Bintari, 2019). Kapasitas daya serap pada karbon aktif dipengaruhi oleh temperatur, sifat-sifat bahan adsorben, pH, sifat penyerapan, dan kontak waktu (Zulkifli dkk., 2019). Beberapa penelitian sudah dilakukan untuk mengurangi kadar asam lemak bebas pada minyak jelantah dengan karbon aktif dari biomassa menggunakan proses adsorpsi yaitu kulit pisang kepok menurunkan angka asam lemak bebas hingga 0,26% (Nasir dkk., 2014), tempurung kelapa menurunkan angka asam lemak bebas hingga 0,79% (Paputungan dkk., 2018), tempurung ketapang menurunkan angka asam lemak bebas hingga 0,78% (Megiyo dkk., 2017), dan biji alpukat menurunkan angka asam lemak bebas hingga 0,26% (Fitriani dan Nurulhuda, 2018).

Produksi pisang di Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya, pada tahun 2015 Indonesia memproduksi pisang hingga 7.299.266 ton dan pada tahun 2020 diperkirakan produksi pisang mencapai 8.059.615 ton (Kementerian Pertanian, 2016). Produksi pisang di Kota Semarang pada tahun 2018 sebanyak 19.826,6 ton (Badan Pusat Statistik, 2018). Berdasarkan data tersebut limbah kulit pisang di daerah Semarang termasuk cukup berlimpah. Salah satu biomassa yang digunakan untuk membuat karbon aktif adalah limbah kulit pisang. Selama ini limbah kulit pisang hanya dibuang begitu saja ataupun hanya digunakan sebagai pupuk dan pakan ternak (Masese dan Yatim, 2017).

Salah satu tahapan proses pembuatan karbon aktif dari biomassa yaitu proses aktivasi. Proses aktivasi bertujuan untuk memperbesar luas permukaan dari karbon aktif tersebut. Aktivator yang biasa digunakan dalam proses aktivasi adalah KOH, NaOH, H3PO4, K2CO3, H2SO4, dan ZnCl2. Penggunaan aktivator yang berbeda akan menghasilkan luas permukaan yang beda pula pada karbon aktif (Rashidi dan Yusup, 2016). Penelitian karbon aktif dari batang tembakau sebagai bahan baku yang menggunakan aktivator KOH, K2CO3, dan ZnCl2 dengan suhu aktivasi 600oC

(12)

2

selama 90 menit menghasilkan luas permukaan yang berbeda-beda. Rasio yang digunakan antara bahan baku dengan aktivator adalah 1:1. Karbon aktif dengan aktivator KOH menghasilkan luas permukaan 474,8 m2/g, sedangkan karbon aktif dengan aktivator K2CO3 menghasilkan luas permukaan 422,1 m2/g, sementara karbon aktif dengan aktivator ZnCl2 menghasilkan luas permukaan 382,7 m2/g (Chen dkk., 2017). Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa bahan yang mengandung selulosa dan lignin cocok menggunakan aktivator KOH.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana karakteristik karbon aktif dari kulit pisang yang digunakan sebagai adsorben dalam pemurnian minyak goreng jelantah ?

2. Bagaimana pengaruh pemakaian kembali karbon aktif terhadap kemampuan adsorpsi minyak goreng jelantah ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui karakteristik karbon aktif dari kulit pisang yang digunakan sebagai adsorben dalam pemurnian minyak goreng jelantah.

2. Mengetahui pengaruh pemakaian kembali karbon aktif terhadap kemampuan adsorpsi minyak goreng jelantah.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, diantaranya :

1. Memberikan wawasan mengenai pemanfaatan dan pengolahan limbah kulit pisang dalam pembuatan karbon aktif.

2. Mengurangi limbah kulit pisang yang digunakan untuk bahan pembuatan karbon aktif.

3. Memberikan wawasan mengenai proses desorpsi asam lemak bebas pada karbon aktif untuk digunakan kembali.

(13)

3

1.5 Batasan Masalah

Dalam hal ini harus dilakukan pembatasan masalah agar dapat dibahas secara mendalam dan tidak meluas pada penelitian ini adalah :

1. Bahan baku dari pembuatan karbon aktif adalah kulit pisang kepok dari pedagang gorengan di sekitar Sekaran.

(14)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kulit Pisang Kepok

Pisang kepok (Musa parasidiaca L.) merupakan salah satu jenis pisang yang tumbuh subur serta memiliki wilayah persebaran merata di Indonesia. Jenis pisang ini termasuk komoditas unggul yang berumur singkat dan mudah dipanen. Hanya bagian daging buah, batang, dan daun pisang saja yang dimanfaatkan, sementara bagian kulit pisang tidak dimanfaatkan dan hanya menjadi limbah organik (Novianti dan Setyowati, 2016). Kulit pisang merupakan limbah organik yang memiliki rantai karbon cenderung pendek sehingga mudah untuk diuraikan oleh mikroorganisme. Selama ini kulit pisang sering dimanfaatkan untuk pakan ternak maupun dibuat menjadi pupuk organik (Masese dan Yatim, 2017).

Gambar 2.1 Pisang Kepok

Kulit pisang kepok tersusun atas hemiselulosa 59,57%, selulosa 14,25%, lignin 12,82%, dan abu 13,36% (Kabenge dkk., 2018). Selulosa adalah polimer sederhana yang membentuk ikatan kimia dengan permukaan rantai serangam dan memiliki lapisan pori. Dengan adanya pori, selulosa dapat menyerap bahan-bahan yang berbahaya bagi lingkungan. Gugus fungsional yang terdapat pada senyawa organik kulit pisang yang berperan sebagai adsorben yaitu -OH, -COO, dan -NH (Wardani dkk., 2018).

(15)

5

2.2 Karbon Aktif

Karbon aktif merupakan material karbon amorf yang berasal dari biomassa melalui proses termal atau termokimia dan memiliki tingkat porositas tinggi serta adanya jarak antar partikel pada luas permukaan (Ukanwa dkk., 2019). Menurut Megiyo dkk. (2018), karbon aktif adalah padatan amorf yang diproduksi dari bahan baku yang mengandung karbon dan memiliki permukaan dalam (internal surface), serta memiliki kemampuan untuk menyerap material tertentu. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sifat adsorpsi karbon aktif yaitu temperatur, ukuran partikel impuritas, derajat keasaman, dan waktu kontak.

Karbon aktif dapat diproduksi dari berbagai material yang mengandung karbon, namun sifat material tersebut akan mempengaruhi produk yang dihasilkan. Untuk meminimalkan biaya bahan baku dan memanfaatkan limbah organik, maka bahan baku karbon aktif menggunakan limbah yang berasal dari agroindustri maupun agrokultural. Limbah yang biasa digunakan sebagai bahan baku karbon aktif yaitu ampas tebu, tempurung kelapa, ampas tahu, kulit pisang, sekam padi, tongkol jagung dan lainnya (Bonassa dkk., 2016).

Tahap persiapan dari produksi karbon aktif terbagi menjadi dua, yaitu tahap karbonisasi atau pirolisis dan tahap aktivasi. Proses aktivasi material karbon dapat dilakukan secara fisik, kimia ataupun kombinasi dari keduanya. Persiapan fisika harus melewati dua proses yaitu karbonisasi dan aktivasi sampel terkarbonisasi, sementara persiapan secara kimia hanya satu langkah proses karena karbonisasi dan aktivasi dilakukan secara bersamaan. Sifat karbon aktif dapat dipengaruhi oleh aktivator, kondisi karbonisasi, dan proses aktivasi (Ukanwa dkk., 2019).

1. Karbonisasi

Karbonisasi adalah proses pembakaran bahan organik untuk dikonversi menjadi arang pada temperatur tinggi dan kadar oksigen rendah. Proses karbonisasi terjadi pada temperatur dibawah 800oC. Sebagian besar unsur-unsur non karbon seperti oksigen, nitrogen, dan hidrogen akan mudah menguap dari bahan baku karbon aktif ketika proses karbonisasi. Karbon aktif memiliki struktur mikrokristalin yang mulai terbentuk karena adanya temperatur tinggi. Struktur

(16)

6

mikrokristalin ini tersusun secara tidak teratur dan memiliki pori (Ukanwa dkk., 2019).

2. Aktivasi

Aktivasi adalah proses lanjutan pada produksi karbon aktif secara fisika maupun kimia yang berfungsi untuk memperbesar pori pada material hasil karbonisasi. Proses aktivasi secara fisika dilakukan dengan mengkontakkan material karbon dengan udara, CO2, ataupun uap pada temperatur 800-900oC, sedangkan aktivasi secara kimia dilakukan dengan mereaksikan material karbon dengan aktivator berupa ZnCl2, NaOH, KOH, H3PO4, H2SO4, dan lainnya (Hui dan Zaini, 2015). Proses aktivasi secara kimia lebih sering digunakan karena proses aktivasi lebih cepat, temperatur aktivasi yang lebih rendah, karbon aktif yang dihasilkan memiliki luas permukaan yang lebih besar dan pori yang lebih kecil (Ahmed dkk., 2019).

Komponen utama karbon aktif tersusun atas 88%C, 0,5%N, 0,5%H, 1%S, 6-7%O, dan sisanya abu anorganik. Proses aktivasi dan bahan baku karbon aktif akan mempengaruhi jumlah komponen utama penyusun karbon aktif. Selama proses aktivasi, struktur mikrokristalin mengalami pemecahan ikatan hidrokarbon sehingga karbon aktif memiliki luas permukaan pori yang lebih besar (Ukanwa dkk., 2019).

Suhu aktivasi karbon aktif sangat mempengaruhi karbon aktif yang dihasilkan. Pada penelitian Mopoung (2008), variabel suhu yang digunakan yaitu 500, 600, dan 700oC. Karbon aktif dengan hasil terbaik dihasilkan pada suhu 700oC, sementara pada penelitian ini variabel suhu yang digunakan yaitu 650 dan 700oC. Suhu 650oC belum diteliti pada penelitian sebelumnya, maka diharapkan dapat mengetahui hasil karbon aktif pada suhu 650oC.

2.3 Kalium Hidroksida

Kalium hidroksida (KOH) merupakan senyawa anorganik yang bersifat basa kuat dengan berat molekul 56,1 g/mol. KOH bertindak sebagai agen dehidrasi ketika proses karbonisasi yang bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam bahan

(17)

7

baku karbon aktif (prekursor). Berikut merupakan reaksi yang terjadi ketika proses karbonisasi :

Prekursor Arang + Tar + Gas (2.1)

Selama proses karbonisasi, prekursor dipanaskan pada temperatur tinggi sehingga prekursor akan terkonversi menjadi arang, tar, dan gas. Namun, terbentuk tar yang akan menyumbat pori dari karbon aktif. Maka dari itu, material harus diaktivasi yang bertujuan untuk mengurangi kandungan tar pada karbon aktif sehingga memperbesar luas permukaan karbon aktif dan daya serap adsorpsi akan meningkat (Hui dan Zaini, 2015).

Berikut merupakan reaksi proses aktivasi :

C(s) + 2KOH(s) 2K(l) + H2(g) + CO2(g) (2.2)

C(s) + 2KOH(s) 2K(l) + H2O(g) + CO(g) (2.3)

CO2(g) + 2KOH(s) K2CO3(s) + H2O(g) (2.4)

Rasio antara prekursor dengan aktivator mempengaruhi karbon aktif yang dihasilkan. Pada penelitian Mopoung (2008) dengan prekursor kulit pisang dan aktivator KOH, variabel yang digunakan 1:2, 1:3, 1:4, dan 1:5. Pori karbon aktif yang bagus dihasilkan pada rasio 1:2, 1:3, dan 1:4, sementara pada rasio 1:5 pori karbon aktif rusak dan tidak berbentuk sehingga pada penelitian ini dipilih rasio 1:3,5 dengan harapan pori karbon aktif yang dihasilkan lebih baik pada penelitian sebelumnya.

2.4 Desorpsi

Desorpsi merupakan proses terlepasnya kembali gugus aktif pada adsorben dari molekul yang sudah berikatan. Dalam proses desorpsi karbon aktif, biasanya surfaktan digunakan untuk menghilangkan kontaminan organik maupun anorganik yang terdapat pada karbon aktif. Surfaktan merupakan senyawa yang memiliki kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan karena memiliki gugus hidrofobik dan hidrofilik dalam satu molekul, sehingga dapat menjerap kontaminan yang terdapat pada karbon aktif. Faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dari proses desorpsi yaitu konsentrasi surfaktan, kuantitas cairan desorpsi, waktu kontak, dan temperatur desorpsi (Hinoue dkk., 2017).

(18)

8

Waktu kontak pada proses desorpsi sangat berpengaruh pada penjerapan kontaminan dan efisiensi desorpsi. Pada penelitian Hinoue dkk. (2017), variabel waktu yang digunakan yaitu 1, 2, 3, 6, 24, 48, dan 72 jam. Waktu kontak yang terbaik pada variabel tersebut adalah 72 jam, namun peningkatan efisiensi desorpsi antara 24, 48 dan 72 jam sangat kecil, maka dari itu variabel waktu kontak yang digunakan pada penelitian ini adalah 24 jam.

(19)

21 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Hasil uji karakterisasi karbon aktif dari kulit pisang, meliputi:

a. Berdasarkan spektrum FTIR karbon aktif dengan suhu aktivasi 600 dan 650℃ memiliki gugus aktif yang dapat mengadsorpsi asam lemak bebas yaitu gugus O-H dan gugus C=C.

b. Berdasarkan diffraktogram XRD karbon aktif dengan suhu aktivasi 600 dan 650℃ memiliki tingkat pengkristalan yang lebih tinggi dibandingkan serbuk kulit pisang.

c. Berdasarkan hasil uji TEM dapat diketahui struktur morfologi internal dari karbon aktif dan karbon aktif setelah desorpsi.

2. Proses desorpsi yang optimal dicapai pada siklus pertama dengan kemampuan desorpsi karbon aktif 52% dari karbon aktif sebelum proses adsorpsi.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan karakterisasi karbon aktif untuk mengetahui luas permukaan dan morfologi permukaan karbon aktif.

2. Sebaiknya dilakukan pengujian tahap awal pada bahan baku agar bahan baku yang digunakan memiliki kualitas baik dan seragam.

(20)

22

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, M. B., Johir, M. A. H., Zhou, J. L., Hao, H., Duc, L., Richardson, C., Ali, M., dan Bryant, M. R. (2019). Activated carbon preparation from biomass feedstock : Clean production and carbon dioxide adsorption. Journal of

Cleaner Production, 225, 405–413.

Badan Pusat Statistik. (2018). Statistik Pertanian Hortikultura Provinsi Jawa

Tengah 2016-2018. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah.

Bonassa, G., Schneider, L. T., Alves, H. J., Meier, T. R. W., Frigo, E. P., dan Teleken, J. G. (2016). Sugarcane Bagasse Ash For Waste Cooking Oil Treatment Applications. Journal of Environmental Chemical Engineering,

4(4), 4091–4099.

Chen, R., Li, L., Liu, Z., Lu, M., Wang, C., Li, H., Ma, W., dan Wang, S. (2017). Preparation and Characterization of Activated Carbons from Tobacco Stem by Chemical Activation. Journal of the Air & Waste Management Association. Fitriani, dan Nurulhuda. (2018). Pemurnian minyak goreng bekas menggunakan

adsorben biji alpukat teraktivasi. Jurnal Pendidikan Matematika Dan IPA,

9(2), 65–75.

Gao, Y., Yue, Q., Gao, B., Sun, Y., Wang, W., Li, Q., dan Wang, Y. (2013). Comparisons of porous, surface chemistry and adsorption properties of carbon derived from Enteromorpha prolifera activated by H4P2O7 and KOH.

Chemical Engineering Journal, 232, 582–590.

Hinoue, M., Ishimatsu, S., Fueta, Y., dan Hori, H. (2017). A new desorption method for removing organic solvents from activated carbon using surfactant. Journal

of Occupational Health, 59(2), 194–200.

Hui, T. S., dan Zaini, M. A. A. (2015). Potassium hydroxide activation of activated carbon : a commentary. Carbon Letters, 16(4), 275–280.

Kabenge, I., Omulo, G., Banadda, N., Seay, J., Zziwa, A., dan Kiggundu, N. (2018). Characterization of Banana Peels Wastes as Potential Slow Pyrolysis Feedstock. Journal of Sustainable Development, 11(2), 14–24.

Kementerian Pertanian RI. (2016). Outlook Komoditas Pisang. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Pertanian.

(21)

23

Ma, Y. (2016). Comparison of Activated Carbons Prepared from Wheat Straw via ZnCl2 and KOH Activation. Waste and Biomass Valorization.

Masese, Z. A. D., dan Yatim, H. (2017). Respon Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum L.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair Kulit Pisang.

Jurnal Agrominansia, 2(2), 170–180.

Megiyo, Aldila, H., Afriani, F., Mahardika, R. G., dan Enggiwanto, S. (2017). Sintesis Karbon Aktif Tempurung Ketapang ( Terminalia catappa ) Sebagai Adsorben Minyak Jelantah. Seminar Nasional Fisika Dan Aplikasinya, 137– 145.

Mopoung, S. (2008). Surface Image of Charcoal and Activated Charcoal from Banana Peel. Journal of Microscopy Society of Thailand, 22, 15–19.

Mopoung, S., Moonsri, P., Palas, W., dan Khumpai, S. (2015). Characterization and Properties of Activated Carbon Prepared from Tamarind Seeds by KOH Activation for Fe ( III ) Adsorption from Aqueous Solution. The Scientific

World Journal, 2015, 1–9.

Nasir, N. S. W., Nurhaeni, dan Musafira. (2014). Pemanfaatan Arang Aktif Kulit Pisang Kepok (Musa normalis) Sebagai Adsorben Untuk Menurunkan Angka Peroksida dan Asam Lemak Bebas Minyak Goreng Bekas. Online Jurnal of

Natural Science, 3(1), 18–30.

Novianti, P., dan Setyowati, W. A. E. (2016). Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang Kepok Sebagai Bahan Baku Pembuatan Kertas Alami Dengan Metode Pemisahan Alkalisasi. Seminar Nasional Pendidikan Sains, 459–466.

Paputungan, R., Nikmatin, S., Maddu, A., dan Pari, G. (2018). Mikrostruktur Arang Aktif Batok Kelapa untuk Pemurnian Minyak Goreng Habis Pakai. Jurnal

Teknik Pertanian, 6(1), 69–74.

Rahayu, S., dan Bintari, A. (2019). Activated carbon-based bio-adsorbent for reducing free fatty acid number of cooking oil Activated Carbon-Based Bio-Adsorbent for Reducing Free Fatty Acid Number of Cooking Oil. AIP

Conference Proceedings, 2019(050004), 1–5.

Rashidi, N. A., dan Yusup, S. (2016). A Review on Recent Technological Advancement in the Activated Carbon Production from Oil Palm Wastes.

(22)

24

Riyanto, C. A., Ampri, M. S., Martono, Y., dan Satya, U. K. (2020). Synthesis and Characterization of Nano Activated Carbon from Annatto Peels ( Bixa orellana L .) Viewed from Temperature Activation and Impregnation Ratio of. Journal

of Sciences and Data Analysis, 1(1), 44–50.

Saafie, N., Samsudin, M. F. R., Sufian, S., dan Ramli, R. M. (2019). Enhancement of the Activated Carbon over Methylene Blue Removal Efficiency via Alkali-Acid Treatment. AIP Conference Proceedings, 2124(020046), 1–7.

Ukanwa, K. S., Patchigolla, K., Sakrabani, R., Anthony, E., dan Mandavgane, S. (2019). A Review of Chemicals to Produce Activated Carbon from Agricultural Waste Biomass. Sustainability MDPI, 11(22), 1–35.

Wardani, S., Elvitriana, dan Viena, V. (2018). Potensi Karbon Aktif Kulit Pisang Kepok ( Musa Acuminate L ) Dalam Menyerap Gas CO Dan SO2 Pada Emisi Kenderaan Bermotor. Serambi Engineering, III(1), 262–270.

Zulkifli, Rihayat, T., Suryani, Facraniah, Habibah, U., Audina, N., Fauzi, T., Nurhanifa, Zaimahwati, dan Rosalina. (2019). Purification process of jelantah oil using active chorcoal kepok ’ s banana. AIP Conference Proceedings,

Gambar

Gambar 2.1 Pisang Kepok

Referensi

Dokumen terkait

Listwise deletion based on all variables in the

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa telah melimpahkan segala kasih dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

Tujuan disusunnya Renstra Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Gresik tahun 2016 – 2021 adalah untuk : (1) menjabarkan arahan RPJMD Kabupaten

Syaikh Abdurrahman Nasir as-Sa’di rahimahullah menyimpulkan beberapa pelajaran dalam ayat diatas: “Sesungguhnya beristihza’ (berolok-olok) dengan Allah dan Rasul-Nya adalah kufur

r tabel pada taraf signifikan. Berarti dalam hal ini terdapat hubungan antara power otot lengan dengan hasil tolak peluru, dengan demikian semakin bagus power otot

Dalam penelitian ini, data yang dianalisa adalah data hasil pengujian sampel tempe kedelai untuk selanjutnya digunakan sebagai indikator untuk mengukur kemampuan

Hasil penelitian ini ialah Insentif dan disiplin secara bersama-sama memberikan pengaruh terhadap kinerja pegawai Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kutai Timur

Algoritma adalah suatu himpunan berhingga dari instruksi-instruksi yang secara jelas merincikan langkah-langkah proses pelaksanaan, dalam pemecahan suatu masalah tertentu,