• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) PASIR SEMBUNG TERHADAP KUALITAS AIR TANAH DI DESA SIRNAGALIH KECAMATAN CILAKU KABUPATEN CIANJUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAMPAK TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) PASIR SEMBUNG TERHADAP KUALITAS AIR TANAH DI DESA SIRNAGALIH KECAMATAN CILAKU KABUPATEN CIANJUR"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) PASIR SEMBUNG

TERHADAP KUALITAS AIR TANAH DI DESA SIRNAGALIH

KECAMATAN CILAKU KABUPATEN CIANJUR

S. Yuliani, D. Rohmat*), L. Somantri*)

irsyuliani@gmail.com , dederohmat@upi.edu , lilisomantri@upi.edu

Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK

Keberadaan TPA seringkali berhubungan dengan masalah lingkungan yaitu pencemaran air tanah. Penggunaan metode pengolahan sampah yang kurang tepat akan menyebabkan tingginya resiko pencemaran akibat air lindi yang masuk ke dalam aliran air tanah pada sumur warga. Selain itu karakteristik sumur di sekitar TPA dapat mendukung sebaran kontaminan dari TPA yang menyebabkan penurunan kualitas air tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik sumur di sekitar TPA terhadap kualitas air tanah. Metode yang digunakan adalah survey dengan teknik analisis data regresi linier berganda. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik sumur memiliki kedalaman antara 4,47-7,78 m (sedang) , ketebalan akuifer 1,37 – 4,04 m (sedang) , nilai konduktivitas (k) pada jenis akuifer basalt adalah 0,01 m/hari dan akuifer tufa sarang berwarna cokelat dan tufa putih keabu-abuan adalah 2 m/hari, jarak sumur dengan TPA Pasir sembung antara > 200 - >900 m, sudut alpha kemiringan dari TPA Pasir Sembung antara 0,037 – 2,514° , dan beda tinggi dari TPA antara 4,51 hingga 16,11 m. Kelas kualitas air tanah di sekitar TPA termasuk ke dalam kelas IV. Karakteristik sumur berpengaruh kuat dengan nilai koefisien determinasi antar 54,5 – 99,2% pada parameter kualitas air. Variabel bebas yang memiliki pengaruh dominan terhadap kualitas air tanah adalah jarak TPA terhadap sumur, jenis akuifer, kedalaman sumur, dan sudut alpha kemiringan.

Kata Kunci : Kualitas Air Tanah, Tempat Pembuangan Akhir, Karakteristik Sumur. ABSTRACT

The waste disposal related to environmet problem such as groundwater contamination. The unsuitable method of waste will lead to pollution from a leachate into the groundwater flow in the wells. The well characteristic can also make a contaminan distritute from waste disposal that lead to water quality degression. The aim of this research to know the impact of well characteristic around the disposal area towards groundwater quality. The reasearch use a survey method and multiple linier regression to analyze a data. Based on the results, well characteristic has a depth between 4,47 to 7,78 m, aquifer thickness from 1,37 to 4,04 m, conductivity for basalt is 0,001 m/day and brown nest tuff and grayish-white tuff is 2 m/day, the well distance from waste disposal between 200 - >900 m, the alpha angle slope of the landfill between 0,037 to 2,514°, and the height difference of the landfill between 4,51 to 16,11 m. Class of groundwater quality around the disposal area is class IV. The well characteristic have a great impact with the coefficient of determination between 54,5 – 99,2% on each parameter of groundwater quality. The most dominant variable that impacted groundwater quality is the distance from waste disposal to the wells, the type of aquifer, the depth of the wells, and the slope alpha angle.

Keywords : Groundwater Quality, Waste Disposal, Well Characteristics. *) Penulis Penanggung Jawab

(2)

Dampak Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pasir Sembung terhadap KualitasAir Tanah…

PENDAHULUAN

Alih teknologi pengolahan sampah dari open dumping pada landfilling dinilai sebagi metode paling baik untuk mengurangi kemungkinan pencemaran oleh air lindi. TPA Pasir Sembung telah menggunakan metode tersebut. Namun pada kenyataannya masih mengalami berbagai hambatan. Bahkan menurut Koordinator Wahana Lingkunagn Hidup (Walhi) BOPUNJUR mengatakan bahwa TPA Pasir Sembung belum seluruhnya melakukan alih teknologi dan lokasi TPA yang berada dekat dengan permukiman warga menyebabkan polusi lindi dan bau sampah.

Menurut Damanhuri dan Padmi (2010, hlm 9) cara penyingkiran limbah kedalam tanah ini tetap dapat berpotensi mendatangkan masalah lingkungan terutama dari lindi (leachate) yang dapat mencemari air tanah serta timbulnya bau dan lalat yang mengganggu, karena biasanya sarana tidak dipersiapkan dan dioperasiakan dengan baik.

Ehrig (dalam Ali, 2011 hlm. 4) menyebutkan bahwa air tanah yang terpolusi oleh air lindi dengan konsentrasi tinggi, polutan tersebut akan berada dan tetap ada pada air tanah tersebut dalam jangka waktu yang lama, karena terbatasnya oksigen terlarut sehingga sumber air yang berasal dari air tanah tidak sesuai lagi untuk air bersih. Akibatnya sumber-sumber air tanah disekitar TPA akan tercemar. Padahal banyak warga yang tinggal di sekitar TPA Pasir Sembung masih menggunakan sumber air yang berasal dari dalam tanah untuk memenuhi kehidupan sehari-hari seperti minum, memasak, dan mencuci.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Cianjur lebih dari 53,74 % penduduk Cianjur masih menggunakan sumber air yang berasal dari sumur, sedangkan 46,24 % penduduk mendapatkan air bersih dari PDAM, mata air, air sungai dan air hujan. Jarak TPA dengan permukiman penduduk sangat dekat dan

padat. Sehingga kemungkinan terjadi penurunan kualitas air tanah pada sumur warga sangat besar.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode survey. Sampel sumur diambil secara komposit (composite sampling) yang merupakan pencampuran secara fisik sampel individu hingga terbentuk 5 kelompok sampel (Environmental Protectian Agency, 1995 hlm 1). Sampel peduduk diambil dengan random yang berjumlah 78 responden. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, studi dokumentasi dan uji laboratorium. Analisis data pada penelitian ini adalah analisis kualitas air, analisis persentase, dan analisis regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh karakteristik sumur terhadap kualitas air tanah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik Sumur di Sekitar TPA Pasir Sembung

Kedalaman sumur pada 5 sampel yang diambil di daerah penelitian berkisar antara 4,47 – 7,68 m. Sampel sumur memiliki kedalaman yaitu 4,47 m, 5 m, 5,4 m, 7,68 m, dan 6 m. Sampel paling dangkal adalah sampel 1, sedangkan yang paling dalam yaitu sampel 4.

Jenis akuifernya yaitu batuan basalt dan formasi breksi tufan yang terdiri atas batu pasir tufan, serpih tufan, breksi tufan, dan aglomerat tufan. Nilai k untuk basalt adalah 0,01 m/hari dan formasi breksi tufan adalah 2 m/hari. Sampel yang termasuk kedalam wilayah akuifer dengan penyusun batuan basalt adalah sampel 1, 2, dan 3. Wilayah akuifer dengan batuan penyusun tufa sarang berwarna cokelat dan tufa putih keabu-abuan adalah sampel 4 dan 5.

Akuifer dengan ketebalan paling besar berada pada lokasi sampel 3 dan sampel 5 dengan ketebalan 4,04 m dan 3,33 m. Sampel 1, 2, dan 4 masing-masing memiliki ketebalan antara lain 1,37m, 2 m, dan 2,68 m.

(3)

Jarak sampel 1 dan 2 adalah >200m, sampel 3 bejarak >600 m, sampel 4 adalah >600 m, dan sampel 5 >900 m. Sementara itu jarak dengan sungai terdekat adalah 98 m yang tidak memenuhi syarat Dirjen PPM dan PLP Depkes RI Tahun 1996 mengenai jarak terhadap sumber air.

Sudut kemiringan dan panjang kemiringan sumur diambil berdasarkan titik pusat TPA Pasir Sembung terhadap kedalaman sampel sumur. Sudut kemiringan sumur pada setiap sampel adalah 0,037°, 2,514°, sampel 3 dan 5 sudut kemiringannya adalah 0,5°, sampel 4 dengan kemiringan 0,25°.

Beda tinggi diambil berdasarkan ketinggian pusat TPA Pasir Sembung (Lahan Aktif) terhadap kedalaman sumur sampel. Perbedaan ketinggian tersebut adalah yaitu 4,51 m, 7,95 m, 16,11 m, 10,36 m, dan 8,72 .

2. Kualitas Air Tanah di Sekitar TPA

Hasil uji laboratorum air tanah disesuaikan dengan Peraturan Menteri Kesehatan (PerMenKes) Nomor 192/MENKESPER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum dan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran untuk melihat kelas mutu air.

Kelas kualitas air tanah berdasarkan PP. No. 82 tahun 2001 diperoleh hasil bahwa seluruh kelompok sampel termasuk kedalam kelas IV. Nilai parameter yang memenuhi syarat kelas I pada 5 kelompok sampel adalah parameter pH (kecuali sampel 2 dan 3), TDS, besi, fluorida, nitrat, nitrit, sulfat, dan amonia. Parameter yang termasuk ke dalam kelas II adalah besi (fe) yaitu pada kelompok sampel 4 dapat dilihat pada tabel 1 berikut.

Tabel 1

Kelas Kualitas Air PP. No. 82 Tahun 2001

Parameter Satuan Sampel

1 2 3 4 5 *DHL µS/cm - - - - - pH - I IV IV I I TDS mg/L I I I I I Besi (Fe) mg/L I I I II I Fluorida (F) mg/L I I I I I Kesadahan mg/L - - - - - Nitrat mg/L I I I I I Nitrit mg/L I I I I I Sulfat mg/L I I I I I Sulfida mg/L IV IV IV IV IV Amonia mg/L I I I I I Zat Organik mg/L - - - - - Kelas Kualiatas Air IV IV IV IV IV Sumber : Hasil Penelitian 2016

Nilai parameter yang termasuk kedalam kelas IV pada semua kelompok sampel adalah parameter sulfida. Kelompok sampel 2 dan 3 juga memiliki parameter lain yang termasuk kedalam kelas IV yaitu parameter pH. Penentuan kelas kualitas air diambil berdasarkan nilai kelas terendah pada setiap sampel, sehingga seluruh sampel air tanah termasuk kedalam kelas IV karena parameter pH dan sulfida tidak memenuhi persyaratan baku mutu kelas di atasnya. Peruntukan air dengan kelas kualitas IV berdasarkan PP. No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran adalah untuk kegiatan pertanian atau pembudidayaan ikan tertentu, dan tidak disarankan sebagai sumber air minum.

Sebaran prediksi dampak berdasarkan hasil uji lab dapat dilihat pada gambar 1.

Kelas kualitas air berdasarkan baku mutu lain yaitu PERMENKES No. 192/MENKESPER/IV/2010 diperoleh hasil bahwa kelima kelompok sampel tidak sesuai persyaratan dengan nilai parameter pH yang terlalu asam dan parameter besi pada sampel 4. Parameter lainnya memenuhi syarat yang telah ditentukan, dapat dilihat pada tabel 2.

(4)

Dampak Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pasir Sembung terhadap KualitasAir Tanah…

Gambar 1

Peta Prediksi Sebaran Dampak

Tabel 2

Kualitas Air PERMENKES Tahun 2010

Parameter Satuan Sampel

1 2 3 4 5 *DHL µS/cm - - - - - pH - Ts Ts Ts Ts Ts TDS mg/L S S S S S Besi (Fe) mg/L S S S Ts S Fluorida (F) mg/L S S S S S Kesadahan mg/L S S S S S Nitrat mg/L S S S S Nitrit mg/L S S S S S Sulfat mg/L S S S S S Sulfida mg/L S S S S S Amonia mg/L S S S S S Zat Organik mg/L S S S S S Kualitas Air Ts Ts Ts Ts Ts

Sumber : Hasil Penelitian 2016 Ket : S = Sesuai, Ts = Tidak sesuai

Sama halnya dengan pada PP. No. 82 Tahun 2001, pengambilan hasil akhir penilaian kualitas air didasarkan pada nilai parameter yang mendapatkan kelas paling rendah. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa seluruh kelompok sampel tidak memenuhi standar untuk dikonsumsi sebagai masyarakat.

3. Pengaruh Karakteristik Sumur

Terhadap Kualitas Air Tanah

Hasil perhitungan statistik antara karakteristik sumur terhadap parameter kualitas air tanah berdasarkan nilai koefisien determinasi dan standardized coefficient-nya pada tabel 3.

Tabel 3

Koefisien Determinasi dan Standardied Coefficient

Parameter Koefisien Determinasi

(5)

pH 0,992 (99,2%) TDS 0,978 (97,8%) Besi (Fe) 0,841 (84,1%) Fluorida (F) 0,877 (87,7%) Kesadahan 0,981 (98,1%) Nitrat 0,968 (96,8%) Nitrit 0,545 (54,5%) Sulfat 0,902 (90,2%) Zat Organik 0,975 (97,5%)

Sumber : Hasil Perhitungan 2016

Nilai koefisien determinasi (r2) memiliki angka 0,5 pada parameter nitrit dan diatas 0,8 untuk 9 parameter lain yang termasuk kedalam kategori kuat hingga sangat kuat. Dapat diasumsikan bahwa kedalaman sumur, ketebalan akuifer, jenis akuifer, sudut alpha kemiringan sumur, beda tinggi, dan jarak sumur dengan TPA memiliki pengaruh yang kuat terhadap kualitas air.

Menurut Maja dan Sudibia (2012, hlm 56) untuk mengetahui variabel bebas mana yang paling dominan berpengaruh terhadap variabel terikat digunakan Uji Standardized Coefficient Beta. Pada pengujian tersebut diketahui bahwa variabel bebas (karakteristik sumur) yang memiliki pengaruh dominan terhadap kualitas air tanah adalah jarak, jenis akuifer, dan sudut alpha kemiringan.

Jarak memiliki peranan penting untuk melihat sebaran kontaminan. Beberapa parameter cenderung memiliki nilai yang besar pada jarak cukup dekat dengan TPA Pasir Sembung. Nilai pH akan asam pada daerah dekat TPA karena air lindi yang dihasilkan oleh TPA memiliki pH yang rendah (asam) pula. Pada parameter DHL dan TDS jarak dengan nilainya cenderung berbanding lurus, artinya semakin jauh dari TPA nilainya akan semakin tinggi. Keadaan tersebut dikarenakan adanya kontak dengan batuan sehingga terjadi penambahan jumlah garam anorganik pada aliran air tanah yang menyebabkan tingginya nilai DHL dan TDS (Mashbur, Cope, dan Abbott, 2002 hlm 12).

Persebaran kontaminan sangat ditentukan oleh jenis akuifernya. Kecepatan air meresap pada jenis akuifer tertentu akan memungkinkan terbawanya air lindi melalui aliran air tanah. Pada sekitar TPA Pasir Sembung terdapat dua jenis akuifer yaitu basalt dan breksi tufan dengan nilai konduktivitas masing-masing adalah 0,01 m/hari dan 2 m/hari. Pada jenis batuan basalt rembesan air lindi akan sangat lambat, artinya kemampuan mencemari air tanah untuk beberapa parameter akan berkuarang. Sedangkan pada jenis batuan breksi tufan rembesan air akan sangat cepat sehingga kemampuan mencemari air tanah akan tinggi pada jenis batuan ini. Pada sampel 4 dan 5 dengan jenis batuan tufa, nilai parameter kontaminan selalu lebih tinggi. Hal tersebut membuktikan jenis akuifer sangat berpengaruh terhadap adanya pencemaran dari TPA.

Sudut alpha kemiringan berhubungan dengan kecepatan aliran di daerah penelitian. Air akan mudah mengalir jika kemiringan satu tempat dengan tempat yang lain semakin tinggi. Sudut alpha diambil berdasarkan kemiringannya dengan lahan aktif TPA yang memproduksi air lindi. Pada sampel 4 dan 5 kemiringan sudut alpha cukup besar sehingga akan cepat mengalirkan air dan kontaminan yang menyertainya.

Sebaran yang berbeda-beda berhubungan dengan kondisi geologi, hidrologi, dan topografi, pada lokasi TPA dan sekitarnya sebagai fungsi kendali limbah (Noor, 2006 hlm. 7). Kondisi-kondisi tersebut berkaitan dengan karakteristik sumur yang mendukung sebaran kontamian dari TPA. Selain 3 faktor jarak, jenis akuifer dan sudut alpha kemiringan, peran karakteristik sumur yang lain tidak dapat diabaikan begitu saja. Secara statistik maupun kenyataan dilapangan, seluruh karakteristik sumur memiliki pengaruh yang signifikan terhadap naik turunnya kualitas air di sekitar TPA Pasir Sembung.

Adapun untuk beberapa parameter yaitu amonia dan sulfida nilai pada setiap

(6)

Dampak Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pasir Sembung terhadap KualitasAir Tanah… kondisi sumur cenderung tidak berubah,

artinya karakteristik sumur tidak berpengaruh terhadap tinggi rendahnya nilai amonia dan sulfida. Hal tersebut juga mengindikasikan tidak adanya kontaminan amonia dan sulfida yang dibawa aliran air tanah dari TPA ke sumur warga.

Selain itu pengaruh TPA terhadap kualitas air dapat dilihat atau dirasakan secara langsung oleh warga untuk mentukan kualitasnya berdasarkan parameter fisik seperti bau, rasa, dan kekeruhan. Hasil wawancara dengan penduduk sekitar TPA Pasir Sembung sebanyak 95% responden menyatakan tidak ada pengaruh keberadaan TPA terhadap kualitas air tanah mereka, sisanya sebanyak 5% menyatakan adanya pengaruh yang nyata. Responden menyatakan adanya bau sampah pada air tanah berjumlah 3% dari kesluruhan responden, dan 5% yang menyatakan air tanah yang mereka gunakan terlihat keruh, sedangkan seluruhnya menyatakan air tanahnya tidak memiliki rasa tertentu. Adanya bau sampah dan air yang keruh pada sumur air tanah responden diketahui bahwa lokasi sumur yang cukup dekat dengan lahan aktif TPA. Lokasi tersebut berada di pemukiman sebelah selatan TPA Pasir Sembung. Salah satu responden bahkan membuat 2 sumur karena kualitas air pada sumur pertama sangat mengkhawatirkan baik pada musim penghujan maupun musim kemarau. Namun tetap saja sumur kedua tersebut keruh dan berbau sampah.

Kondisi air secara fisik saja tidak dapat dijadikan acuan kualitas air, karena beberapa parameter tidak dapat dilihat atau dirasakan secara langsung. Hal ini yang sangat membahayakan bagi warga di sekitar TPA Pasir Sembung. Sehingga pemantauan kualitas air warga dianjurkan untuk dilakukan secara berkala.

KESIMPULAN

1. Karakteristik sumur pada seluruh kelompok sampel di sekitar TPA diantaranya adalah kedalaman sumur sampel berkisar antara 4,47 hingga

7,78 m, ketebalan akuifer antara 1,37 hingga 4,04 m, nilai konduktivitas (k) pada jenis akuifer basalt adalah 0,01 m/hari dan akuifer tufa sarang berwarna cokelat dan tufa putih keabu-abuan adalah 2 m/hari, jarak sumur dengan TPA Pasir sembung antara > 200 - >900 m, sudut alpha kemiringan dari TPA Pasir Sembung antara 0,037 – 2,514° , dan beda tinggi dari TPA antara 4,51 hingga 16,11 m.

2. Sebaran kualitas air tanah di sekitar TPA secara menyeluruh berdasarakan PP. No. 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan penegndalian pencemaran masuk ke dalam kelas IV dengan nilai baku mutu paling rendah adalah parameter besi, pH, dan sulfida. Sedangkan berdasarkan baku mutu PERMENKES Nomor 192/MENKESPER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum seluruh sampel dinyatakan tidak sesuai untuk dikonsumsi, dengan nilai baku mutu melebihi batas yang diperbolehkan adalah parameter pH dan besi.

3. Pengaruh karakteristik sumur di sekitar TPA terhadap kualitas pada setiap parameter air tanah berdasarkan koefisien korelasinya adalah kuat hingga sangat kuat , dengan koefisien determinasi antara 54,5 – 99,2%. Koefisien determinasi paling rendah adalah parameter nitrit dan paling tinggi adalah parameter pH. Variabel bebas pada karakteristik sumur yang dominan berpengaruh adalah variabel jarak terhadap pH, DHL, TDS, fluorida, nitrat, sulfat, dan zat organik. Variabel jenis akuifer besi dan nitrit. Variabel sudut alpha kemiringan, jenis akuifer, dan jarak adalah parameter kesadahan.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Munawar. 2011. Rembesan Air Lindi (Leachate) Dampak Pada Tanaman Pangan dan Kesehatan. Surabaya : UPN Press.

(7)

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Cianjur Tahun 2011

Damanhuri, Enri dan Tri Padmi. 2010. Pengelolaan Sampah. Diktat. Program Studi Teknik Lingkungan ITB, Bandung.

Dirjen PPM dan PLP Departemen Kesehatan RI Tahun 1996.

EPA Observational United States Environmental Protection Agency 1995.

Maja, Onesimus Yulianus dan I Ketut Sudibia. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Tenaga Kerja Wanita Pengepul Squin Secara Putting Out. Bali : Udayana.

Mashburn, Shana, Caleb Cope dan Marvin M. Abbott. 2002. Aquifer Characteristic, Water Availability, and Water Quality of the Quaternary Aquifer. Oklahoma : USGS.

Noor, Djauhari. 2006. Geologi Lingkungan.Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu.

Peraturan Menteri Kesehatan (PerMenKes) Nomor 192/MENKESPER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum. Peratuan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran.

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk

Putri Andi Tenripada bangkit dari tempat duduknya, lalu berkata dengan suara keras, “Tuan La Upe, permintaan kami yang pertama ialah carikan cincin kami yang jatuh ke dalam sebuah

Ethnic Relations course consists of three parts namely, first, discuss the concepts and theories of ethnic relations, second, political and economic history of the country,

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang PENGHARGAAN 3.000.000. 234 PKM-AI Rachmatullah Korelsi Dasar Falsafah Pajak

BIRT Analytics Loader supports importing data from multiple data sources, relational databases, and text files, using database native drivers and ODBC

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ EFEKTIVITAS EKSTRAK

Setelah melakukan analisis terhadap hasil penelitian tentang Faktor Penyebab Terjadinya Konversi Agama dan Pola Pembinaan Guru PAI pada Siswa yang telah melakukan

Penelitian-penelitian terdahulu mengenai kesiapan berubah dan penolakan terhadap perubahan memasukkan aspek demografi individu, yaitu usia, lama bekerja, tingkat