• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Komuda Blok 19 Fix

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Komuda Blok 19 Fix"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

Disusun oleh :

Nama : Aswan Subakja PH NIM : 20090340045

Kelompok : 4

Dosen Pembimbing : drg. Nyka Dwi Febria \

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

Halaman Pengesahan Laporan Komuda Blok 19

SURVEI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

Di susun oleh : Nama : Aswan Subakja PH

NIM : 20090340045

Yogyakarta,05 Oktober 2012 Di setujui oleh : Dosen Pembimbing :

(drg. Nyka Dwi Febria) Mengetahui

Koordinator KOMUDA Blok 19 Penanggung Jawab Blok 19

(3)

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ………....iv

BAB I I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Sasaran Survei………..3

C. Tujuan Survei ... 3

II. METODE SURVEI A. Lokasi dan Populasi ... 5

. B. Pengambilan Sampel ... 5

. C. Pengumpulan Data ... 6

. D. Pelaksanaan Survei ... 6

III. HASIL DAN PEMBAHASAN . A. Survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ... 6

. B. Survei Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut ... 9

IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 11

(4)

BAB II. RENCANA PEMECAHAN MASALAH

I. PENDAHULUAN ... 13

II. MENENTUAN PRIORITAS MASALAH ... 14

III. PENETAPAN PRIORITAS JALAN KELUAR A. Penyusunan Alternatif Jalan Keluar ... 17

B. Pemilihan Prioritas Jalan Keluar ... 18

IV. RENCANA PEMECAHAN MASALAH A. Asumsi Perencanaan ... 21 B. Strategi Pendekatan ... 21 C. Kelompok Sasaran ... 21 D. Tempat ... 21 E. Waktu ... 21 F. Biaya ... 21

G. Organisasi dan Tenaga Pelaksana ... 22

H. Metode Penelitian ………22

BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 23

. B. Saran ... 24

Daftar Pustaka ………. ... Lampiran

(5)

1 I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Derajat kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sementara itu, derajat kesehatan tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan tetapi yang lebih dominan dari hal tersebut adalah kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Permenkes, 2011). Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku yang sehat dan menciptakan lingkungan sehat. Oleh karena itu, kesehatan perlu kita jaga, pelihara dan tingkatkan serta diperjuangkan oleh semua pihak. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1193/MENKES/SK/X/2004, ditetapkan Visi Nasional dari promosi kesehatan untuk mendukung upaya peningkatan perilaku sehat yaitu “ perilaki hidup bersih dan sehat 2010).

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan sekumpulan perilaku yang diaplikasikan atas dasar kesadaran yang merupakan hasil dari pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Program PHBS ini telah dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (dulu bernama Departemen Kesehatan) sejak tahun 1996 (Permenkes, 2011). Sehingga PHBS merupakan salah satu pilar utama dalam mewujudkan Indonesia Sehat dan merupakan salah satu strategi untuk mengurangi beban negara dan masyarakat terhadap pembiayaan kesehatan. Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) tahun 2007 mengungkapkan bahwa rumah tangga di Indonesia yang mempraktikan PHBS baru mencapai 38,7 %. Oleh sebab itu, Rencana Strategi (Restra) Kementerian Kesehatan tahun 2010 – 2014 mencantumkan target 70

(6)

rumah tangga sudah mempraktikan PHBS pada tahun 2014. Hal ini jelas menuntut peningkatan kinerja yang luar biasa dalam pembinaan PHBS.

Di dalam PHBS terdapat 5 tatanan yang termuat didalamnya, yaitu tatanan rumah tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan dan tempat-tempat umum. Dari tiap-tiap tatanan tersebut memiliki pengaruh yang saling berhubungan, sehingga, di tiap tatanan diperlukan pengelolahan menajemen program PHBS melalui tahap pengkajian, perencanaan, penggerakan pelaksanaan atau pembinaan sampai dengan pemantauan dan penilaian (Permenkes 2011). Pemberdayaan masyarakat harus dimulai dari rumah tangga atau keluarga, karena rumah tangga yang sehat merupakan asset atau modal pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Menurut Depkes tahun 2009, Beberapa anggota rumah tangga mempunyai masa rawan terkena penyakit menular dan penyakit tidak menular, oleh karena itu untuk mencegah penyakit tersebut, anggota rumah tangga perlu diberdayakan untuk melaksanakan PHBS.

PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga ber PHBS yang melakukan 10 PHBS yaitu :

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 2. Memberi ASI

3. Menimbang balita setiap bulan 4. Menggunakan air bersih

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 6. Menggunakan jamban sehat

7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu 8. Makan buah dan sayur setiap hari

(7)

10. Tidak merokok di dalam rumah

B. Sasaran Survei

Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara keseluruhan khususnya di daerah kelurahan suryatmajan dusun cokrodirjan. dan terbagi dalam 3 hal pokok yaitu (Permenkes, 2011) :

1. Sasaran primer

Sasaran primer adalah sasaran utama dalam suatu rumah tangga yang akan dirubah perilakunya atau anggota keluarga yang bermasalah.

2. Sasaran sekunder

Sasaran sekunder adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam keluarga yang bermasalah misalnya : kepala keluarga, ibu, orang tua, dan tokoh keluarga,

3. Sasaran tersier

Sasaran tersier adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS misalnya : kepala desa, lurah, camat, kepala puskesmas, tokoh masyarakat, dan lain-lain.

C. Tujuan Survei

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan tahun 2011, di dapat tujuan sebagai berikut :

1. Tujuan Umum :

Meningkatkan PHBS di tatanan rumah tangga, tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum dan tatanan fasilitas. Yang dimana akan menjadi acuan bagi lintas program dan lintas sektor dalam rangka pengembangan program PHBS percontohan untuk meningkatkan cakupan rumah tangga

(8)

berperilaku hidup bersih dan sehat secara bertahap dan berkesinambungan menuju Kabupaten/Kota Sehat.

2. Tujuan Khusus

a. Tersedianya pedoman pelaksanaan program PHBS Kabupaten/Kota sebagai percontohan untuk meningkatkan cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat. b. Meningkatkan peran serta organisasi masyarakat atau kelompok

potensial.

c. Meningkatkan akses informasi dan edukasi kepada masyarakat di tiap tatanan.

d. Terlaksananya pengembangan Kabupaten/Kota percontohan program PHBS.

e. Memperkuat gerakan dan peran serta masyarakat melalui PHBS di tiap tatanan.

f. Meningkatnya cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat.

g. Meningkatnya Desa/Kelurahan dan Kabupaten/Kota Sehat. Adapun tujuan dari sasaran survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), yaitu:

1. Mahasiswa

a. Mengetahui cara melakukan survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam tatanan rumah tangga.

b. Melakukan evaluasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga di wilayah Dusun Gemblakan Bawah, Kelurahan Suryatmajan, Kecamatan Danurejan, Yogyakarta. c. Merencanakan suatu pemecahan masalah untuk mengatasi

masalah yang ada di wilayah Dusun Gemblakan Bawah, Kelurahan Suryatmajan, Kecamatan Danurejan, Yogyakarta.

(9)

2. Individu dan Keluarga

a. Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran, baik langsung maupun media massa.

b. Mempunyai pengetahuan, kemauan dan kemampuan untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya. c. Memperaktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),

menuju keluarga atau rumah tangga sehat.

d. Mengupayakan paling sedikit salah seorang menjadi kader kesehatan bagi keluarga.

e. Berperan aktif dalam upaya/kegiatan kesehatan.

3. Tatanan sarana kesehatan, institusi pendidikan, tempat kerja dan tempat umum.

a. Masing-masing tatanan mengembangkan kader-kader kesehatan b. Mewujudkan tatanan yang sehat menuju terwujudnya kawasan

sehat.

II. Metode Survei

A. Lokasi dan Populasi

Lokasi : Kabupaten Yogyakarta, Kecamatan Danurejan, Kelurahan Suryatmajan, Dusun Gembloan bawah, RW 7.

Populasi : Masyarakat yang berada di Dusun Gembloan bawah.

B. Pengambilan Sampel

Sampel dalam survei PHBS dan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut ini dilakuakan secara random sampling, dipilih secara acak 3 keluarga dalam suatu kelurahan di kota Yogyakarta, pada survey kali ini pada dusun Gembloan bawah RW 7. Sedangkan untuk DMFT yaitu dengan mengambil perwakilan 1 anggota keluarga secara random dari 3 kepala keluarga tersebut.

(10)

C. Pengumpulan Data

Pengumpulan data survei PHBS ini dilakukan dengan cara wawancara langsung pada kepala keluarga atau salah satu perwakilan keluarga dan dengan menggunakan kuisioner yang di isi oleh salah satu perwakilan di tiap keluarganya.

D. Pelaksanan Survei

Survei PHBS ini dilakukan pada :

Hari, Tanggal : Kamis, 4 Oktober 2012 Waktu : 08.00 – 11.00 WIB

III. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. HASIL

A. Survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Tabel 1. Distribusi sampel berdasarkan umur dan jenis kelamin

Umur Laki-laki Perempuan Jumlah % Jumlah % 0-5 tahun - - 1 14,28 % 6-15 tahun - - - - 16-45 tahun 2 28,57 % 1 14,28 % 46-60 tahun 1 14,28 % 2 28,57 % >60 tahun - - - -

Keterangan : Proporsi jumlah perempuan lebih besar dibandingkan dengan laki-laki.

(11)

Tabel 2. Data sosial ekonomi sampel.

No Mata pencaharian Jumlah %

1 Karyawan Swasta 2 28,57%

2 Wiraswasta 1 14,28%

3 Tunakarya / Tidak Bekerja 4 57,14

4 PNS 0 0

Keterangan : Proporsi paling besar untuk data sosial ekonomi adalah Tunakarya atau tidak bekerja, yaitu 57,14%. Hal ini desebabkan karena di dominasi oleh Ibu rumah tangga.

Tabel 3. Data sosial budaya sampel.

No Tingkat pendidikan Jumlah %

1 SD 1 14,28%

2 SMP 2 28,57%

3 SMA / SMK 3 42,85%

4 Tidak Sekolah 1 14,28%

Keterangan : Proporsi anggota keluarga yang memiliki pendidikan terakhir yang paling banyak adalah SMA.

(12)

Tabel 4. Rekapitulasi PHBS Tatanan Rumah Tangga Dengan Pokok Permasalahan

No Pokok permasalahan Keluarga

1 Kesehatan umum YA % Tidak %

Tidak merokok 2 66,67% 1 33,33% Sarapan pagi 2 66,67% 1 33,33%

Dana Sehat 0 - 3 100%

Cuci tangan 3 100% 0 -

Sikat gigi sebelum tidur 0 - 3 100% 2 Kesehatan Lingkungan

Penduduk menggunakan jamban 3 100% 0 - Penduduk menggunakan sarana

air bersih 3 100% 0 -

Terdapat tempat pembuangan

sampah 3 100% 0 -

Terdapat SPAL ( Sistem

Pembuangan Air Limbah) 1 33,33% 2 66,67%

(13)

B. Survei pengetahuan kasehatan gigi dan mulut

Tabel 5. Frekuensi menyikat gigi responden per hari

No

Frekuensi Menyikat

gigi

Kelompok umur (tahun) 6-15 (n=…) 16-45 (n=1) 46-60 (n=2) >60 (n=…) % % % % 1 Tidak pernah - - - - 2 Satu kali - - - - 3 Dua kali - - 1 33,33% 2 66,67% - - 4 Tiga kali - - - -

Keterangan : Prosentase menyikat gigi responden paling banyak adalah 2 kali, dan kelompok umur 46-60 tahun yaiu sebesar 100% dan 66,67%

Tabel 6. Pemanfaatan fasilitas kesehatan gigi dan mulut.

No Jenis masalah

Kondisi

Ya tidak Tidak tahu

% % %

1 Pernah mendapatkan

perawatan gigi 2 66,67% 1 33,33% - -

2 Merasakan kelainan

(14)

3 Melakukan perawatan

gigi di puskesmas - - 3 100% - -

Keterangan : proporsi dari tabel diatas bahwa terdapat 2 responden pernah mendapatkan perawatan gigi, dan untuk sekarang tidak ada yang mengalami kelainan. Sedangkan utuk melakukan perawatan gigi di puskesmas tidak ada, karena responden melakukan perawatan pada klinik. Tabel 7. Tingkat pengetahuan responden tentang kesehatan gigi dan mulut. Umur Tingkat pengetahuan 6-15 n(0) 16-45(1) 46-60(2) >60 % % % % Rendah (0-4) - - - - 1 33,33% - - Sedang (5-8) - - 1 33,33% 1 33,33% - - Tinggi (>9) - - - -

Keterangan : proporsi untuk tingkat pengetahuan, paling bnyak adalah pada level sedang, dengan skala umur 16-45 tahun dan 46-60 tahun.

(15)

Tabel 8. Tingkat kepercayaan responden tentang kesgilut.

No Jenis masalah

Kondisi

Ya tidak Tidak tahu

% % %

1

Percaya gigi bisa dipertahankan sampai tua 2 66,67% 1 33,33% - - 2 Percaya pencabutan gigi menyebabkan kebutaan 2 66,67% 1 33,33% - -

Keterangan: Responden yang percaya bahwa gigi dapat dipertahankan sampai tua adalah 2 orang dan untuk percaya pencabutan gigi dapat menyebabkan kebutaan adalah 2 orang.

2. Pembahasan

Berdasarkan dari hasil survei PHBS diatas disebutkan bahwa perilaku hidup bersih pada tatanan rumah tangga sudah mencakup 8 dari 10 indikator PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) yang ditujukan pada tatanan rumah tangga. Dari seluruh anggota keluarga yang berjumlah 7 anggota keluarga (keluarga Ibu Dariem sebanyak 3 anggota keluarga, keluarga Bapak Muhsiran sebanyak 2 anggota keluarga dan keluarga Bapak Budi riyanto sebanyak 3 anggota keluarga.

Berdasarkan dari hasil survei PHBS dalam tatanan rumah tangga berdasarkan tabel 3 dan tabel 7 yang sangat berakitan tentang tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan disebutkan bahwa Kepala Keluarga yang memiliki pendidikan terakhir SMA sebanyak 42,85% lebih tinggi tingkat pengetahuannya dibandingkan dengan Kepala Keluarga yang

(16)

memiliki pendidikan terakhir lainnya. Hal tersebut dikarenakan tingkat pendidikan setiap keluarga dapat mempengaruhi seseorang dalam mencerna informasi dan memperoleh pengetahuan dalam menerapkan hidup sehat. Tingkat pengetahuan tentang kesehaan gigi dan mulut dapat dikategorikan sedang sebanyak 66,66% dan kategori rendah sebanyak 33,33%. Menurut proporsi tentang tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut telah terlihat bahwa keluarga yang telah dipilih sebagai responden mengerti tentang resiko terjadinya penyakit, penyebabnya timbulnya penyakit, apa yang terjadi jika penyakit tersebut tidak disembuhkan, serta pencegahan yang dilakukan sebelum penyakit gigi dan mulut yaitu dengan cara menyikat gigi sebanyak 2 kali sehari. Pengetahuan tentang kondisi gigi, seperti halnya mempercayai bahwa gigi dapat dipertahankan hingga tua sebanyak 66,66% dan pencabutan gigi tidak dapat menyebabkan kebutaan 66,66%.

Berdasarkan hasil survei PHBS dalam tatanan rumah tangga dan berdasarkan tabel 2 tentang sosial ekonomi disebutkan bahwa Wiraswasta sebanyak 14,28%, Karyawan Swasta sebanyak 28,57%, dan Tunakarya sebanyak 57,14%. Kepala Keluarga yang memiliki mata pencaharian Karyawan Swasta lebih kooperatif karena dapat terlihat dari hasil wawancara bahwa pada saat menanggapi pertanyaan dan informasi sangat mengerti akan kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat. Sosial ekonomi sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap menuju hidup bersih dan sehat, karena pendapatan yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari sangat berpengaruh dalam keadaan sehat seseorang. Keadaan gizi seseorang dan sanitasi lingkungan yang bersih sangat berpengaruh terhadap kondisi sehat seseorang.

Menurut hasil survei PHBS tentang kesehatan umum dan kesehatan lingkungan disebutkan bahwa ada 8 indikator yang dilakukan hampir 100%. Pada kesehatan umum, survei penduduk yang proporsi jumlah penduduk yang tidak sikat gigi sebelum tidur dan mengikuti dana sehat yaitu 3 KK , hal ini lebih besar jumlahnya dibandingkan indicator

(17)

yang lain. Untuk kesehatan lingkungan semua indicator telah dilakukan oleh ke tiga keluarga tersebut.

.

IV. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan

Menurut hasil survei PHBS sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial ekonomi, dan sosial budaya. Dari 10 indikator PHBS rumah tangga. ada 6 indikator yang dilakukan, 100% menunjukkan bahwa perilaku hidup bersih telah dilakukan oleh anggota keluarga tersebut. Menurut survei tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut terhadap responden terdapat 66,67 % yang memiliki kategori tingkat pengetahuan sedang dan 33,33 % memiliki kategori tingkat pengetahuan rendah. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat pengetahuan, semakin mudah mendapatkan informasi untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat karena dalam mencerna dan memahami informasi akan kesadaran perilaku hidup bersih sangatlah penting.

2. Saran

a. Bagi Masyarakat

1. Masyarakat meningkatkan pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada lingkungan sekitar agar tercapai 10 indikator dari PHBS tersebut.

2. Masyarakat diharapkan menjaga kesehatan gigi dan mulut serta meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut. b. Bagi Puskesmas

Meningkatkan promosi kesehatan dalam bidang PHBS serta kesehatan gigi dan mulut sehingga masyarakat lebih paham pentingnya kesehatan dan menciptakan hidup bersih.

(18)

BAB II

I. Pendahuluan

Menurut Azrul Azwar 1996, dalam menentukan prioritas masalah ditentukan oleh beberapa kriteria yang digunakan, criteria yang dimaksud yaitu :

1. I (Importancy) adalah pentingnya suatu masalah, terdiri dari beberapa komponen yaitu :

a. P (Pravelence) adalah besarnya masalah b. S (Severity) adalah akibat yang ditimbulkan

c. RI (Rate of increase) adalah kenaikan besarnya masalah

d. DU (Degree of unmeet need) adalah derajat keinginan masalah yang tidak terpenuhi

e. SB (Social benefit) adalah keuntungan social karena terselesaikannya masalah.

f. PB (Public concern) adalah rasa prihatin masyarakat terhadap masalah

g. PC (Public climate) adalah suasana politik

2. T (Technical feasibility) adalah kelayakan teknologi yang tersedia 3. R (Resources availability) adalah sumber daya yang tersedia.

(19)

II. Menentukan Prioritas Masalah

Tabel 9. Matriks permasalahan kesehatan Umum Dengan Parameter N o Daftar masalah I T R IXTXR P S RI DU SB PB PC 1 Merokok 1 3 3 2 3 2 2 2 2 864 2 Tidak sarapan pagi 1 2 2 2 2 2 1 2 2 128 3 Tidak memiliki Dana Sehat 3 2 2 1 2 2 2 2 1 192

4 Tidak sikat gigi

sebelum tidur 2 3 3 3 3 2 1 2 2 1296 5 Tidak mencuci tangan 1 3 3 2 3 2 1 2 2 432 Keterangan:

I. Nilai 1 : untuk kriteria masalah yang kurang penting II. Nilai 2 : untuk kriteria masalah yang agak penting III. Nilai 3 : untuk kriteria masalah yang penting

IV. Nilai 4 : untuk kriteria masalah yang sangat penting V. Nilai 5 : untuk kriteria masalah yang sangat penting sekali

(20)

Tabel 10. Matriks Permasalahan Kesehatan Lingkungan dengan Parameter No Daftar masalah I T R IXTXR P S RI DU SB PB PC 1 Penduduk tidak menggunakan jamban 1 3 3 1 2 1 1 2 2 72 2 Penduduk tidak menggunakan sarana air bersih 1 3 2 1 2 1 2 2 2 96 3 Tidak terdapat tempat pembuangan sampah 1 3 2 1 2 1 1 2 2 48 4 Tidak terdapat SPAL (Sistem Pembuangan Air Limbah) 1 3 2 2 2 2 2 2 2 384 5 Kepadatan penduduk 1 2 3 2 1 1 1 1 1 12

(21)

Keterangan:

I. Nilai 1 : untuk kriteria masalah yang kurang penting II. Nilai 2 : untuk kriteria masalah yang agak penting III. Nilai 3 : untuk kriteria masalah yang penting

IV. Nilai 4 : untuk kriteria masalah yang sangat penting V. Nilai 5 : untuk kriteria masalah yang sangat penting sekali

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa prioritas masalah yang ada adalah :

1. Kesehatan Umum berupa masalah sikat gigi sebelum tidur.

2. Kesehatan Lingkungan berupa tidak adanya sistem pembuangan limbah (SPAL)

(22)

III. PENETAPAN PRIORITAS JALAN KELUAR

A. Penentuan Alternatif Jalan Keluar

Tabel 11. Alternatif Jalan Keluar Kesehatan Umum

Masalah Penyebab Timbulnya Masalah Aternatif Jalan Keluar

Sikat gigi sebelum

tidur

1. Kurangnya pengetahuan kesehatan gigi dan mulut (khususnya dalam menyikat gigi)

2. Kurangnya kesadaran atas kesehatan gigi

3. Persepsi yang salah, tentang menyikat gigi

1. Penyuluhan dan edukasi tentang kesehatan gigi dan mulut (khususnya tentang menyikat gigi) 2. Mencoba melakukan

pendekatan di lingkungan sekitar 3. Memberikan edukasi

yang benar tentang persepsi atau pola pikir yang salah terhadap menyikat gigi

Tabel 12. Alternative Jalan Keluar Kesehatan Lingkungan

Masalah Penyebab Timbulnya Masalah Alternative Jalan Keluar

Tidak terdapat SPAL (Sistem Pembuangan

Air Limbah)

1. Kurangnya informasi tentang SPAL

2. Kurangnya partisipasi

masyarakat dalam pembuatan SPAL

1. Penyuluhan informasi tentang SPAL

2. Bergotong royong dalam pembuatan SPAL

(23)

3. Kurangnya lahan untuk pembuatan SPAL

3. Penyedotan air limbah secara

berkesinambungan

B. Pemilihan Prioritas Jalan Keluar

Tabel 13. Prioritas alternative jalan keluar kesehatan umum

No Daftar Alternative Jalan keluar

Efektivitas efisiensi Jumlah M x I x V

C

M I V C

1 Penyuluhan dan edukasi tentang kesehatan gigi dan mulut (khususnya menyikat gigi)

5 4 4 2 40

2 Melakukan pendekatan pada orang tua dan anak dan

lingkungan sekitar 4 3 3 3

12

3 Memberikan edukasi yang benar tentang persepsi atau pola pikir yang salah terhadap menyikat gigi

4 3 3 2 18

Keterangan :

Magnitute (M) : besarnya masalah yang dapat diatasi.

Importancy (I) : pentingnya jalan keluar.

Venerability (V) : seberapa cepat masalah dapat diselesaikan.

(24)

Nilai 1 : untuk kriteria masalah yang paling tidak efektif / paling tidak efisien

Nilai 2 : untuk kriteria masalah yang tidak efektif / tidak efisien Nilai 3 : untuk kriteria masalah yang cukup efektif / cukup efisien Nilai 4 : untuk kriteria masalah yang efektif / efisien

Nilai 5 : untuk kriteria masalah yang paling efektif / efisien

Tabel 14. Prioritas alternative jalan keluar kesehatan lingkungan

No Dafter alternative jalan keluar

Efektivitas Efisiensi Jumlah M x I x V

C

M I V C

1 Penyuluhan informasi tentang

SPAL 5 4 4 2

40 2 Bergotong royong dalam

pembuatan SPAL terpadu 4 3 3 3 12

3 Penyedotan air limbah secara

berkesinambungan 4 4 2 4 8

Keterangan :

Magnitute (M) : besarnya masalah yang dapat diatasi.

Importancy (I) : pentingnya jalan keluar.

Venerability (V) : seberapa cepat masalah dapat diselesaikan.

(25)

Nilai 1 : untuk kriteria masalah yang paling tidak efektif / paling tidak efisien

Nilai 2 : untuk kriteria masalah yang tidak efektif / tidak efisien Nilai 3 : untuk kriteria masalah yang cukup efektif / cukup efisien Nilai 4 : untuk kriteria masalah yang efektif / efisien

(26)

I. RENCANA PEMECAHAN MASALAH

A. Asumsi perencanaan

1. Positif : warga dusun gemblakan bawah kooperatif , biaya pelaksanaan prioritas jalan keluar yang dibutuhkan mencukupi dan tidak melebihi kapasitas.

2. Negatif : kurangnya SDM dalam melakukan penyuluhan, sarana dan prasarana kurang memadai serta padatnya penduduk.

B. Strategi Pendekatan

1. Pendekatan secara langsung dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat.

2. Melakukan pendekatan secara tidak langsung kepada para kepala keluarga agar dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya.

3. Dilakukan evaluasi secara rutin setelah dilakukan penyuluhan agar mengetahui keefektifan dari hasil penyuluhan.

C. Kelompok sasaran : individu dan komunitas di dusun gemblakan bawah. D. Tempat : mengumpulkan seluruh warga yang berada di lingkungan sekitar untuk berkumpul ke kantor kelurahan agar mendapat penyuluhan secara efektif.

E. Waktu : dilaksanakan pada hari minggu atau pada saat semua warga berada di lingkungan sekitar.

(27)

G. Organisasi dan Tenaga Pelaksana : puskesmas dan tenaga pemberi pelayanan kesehatan bekerjasama dengan kecamatan danurejan dibantu relawan untuk memberikan penyuluhan.

H. Metode penelitian dan kriteria keberhasilan : metode penelitian yang dilakukan adalah survey secara randomisasi pada 3 kepala keluarga dan observasi. Kriteria keberhasilannya adalah jika terjadi peningkatan angka presentasi jumlah warga yang menggosok gigi sebelum tidur dan SPAL secara baik.

(28)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Hidup sehat dimulai dari diri sendiri sehingga akan menyebar ke keluarga dan lingkungan sekitar menjadikan kehidupan yang lebih sehat dan tercapainya perubahan perilaku kesehatan.

2. Dari surevei PHBS dapat diketahui masalah yang banyak terjadi dimasyarakat sehingga dapat dicari jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut.

3. Permasalahan utama pada kesehatan umum adalah menggosok gigi sebelum tidur dan prioritas jalan keluarnya adalah dengan penyuluhan dan edukasi tentang kesehatan gigi dan mulut (khususnya tentang menyikat gigi).

4. Permasalahan utama pada kesehatan lingkungan terletak pada sistem pembuangan air limbah (SPAL) dengan prioritas jalan keluarnya berupa pemberian penyuluhan informasi tentang sistem pembuangan air limbah (SPAL), bersama-sama mengajak warga untuk bergotong royong membuat SPAL terpadu, melakukan penyedotan air limbah secara berkesinambungan.

5. Kepedulian warga terhadap kesehatan gigi dan mulut masih kurang sehingga perlu melakukan edukasi kepada warga untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut.

(29)

B. SARAN

1. Penyuluhan terhadap pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) perlu ditingkatkan.

2. Pemerintah lebih berperan aktif dalam memantau jalannya program promosi kesehatan.

3. Pemerintah lebih berperan aktif dalam mensosialisasikan pentingnya asuransi kesehatan.

4. Seluruh warga diharapkan ikut berpartisipasi aktif dalam upaya mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

(30)

Daftar Pustaka

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Visi Nasional Promosi Kesehatan. Jakarta

Prof. DR. Azrul Azwar M.P.H, 2010, Pengantar Administrasi Kesehatan, BINARUPA AKSARA, Tangerang

Sadaya, P.2010 10 Indikator PHBS Tatanan Rumah Tangga. Diakses tanggal 5 Oktober 2012, dari :

http://www.puskel.com/10-indikator-phbs-tatanan-rumah -tangga/

Peraturan Menteri Kesehatan, 2011. Pedoman Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta

Gambar

Tabel 1. Distribusi sampel berdasarkan umur dan jenis kelamin
Tabel 2. Data sosial ekonomi sampel.
Tabel 4. Rekapitulasi PHBS Tatanan Rumah Tangga Dengan Pokok  Permasalahan
Tabel 5. Frekuensi menyikat gigi responden per hari
+7

Referensi

Dokumen terkait

Upaya Puskesmas khususnya unit gigi yang bertujuan untuk bisa mewujudkan tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal khususnya

Hal ini nampak dari Tabel Data Keseluruhan Pengaduan dan Pemantauan Berita Kasus di Media yang penulis dapatkan dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia, yang menyebutkan bahwa

Atap Konstruksi atap bangunan pada projek ini menggunakan sistem struktur kayu untuk seluruh bangunan yang ingin menonjolkan ciri khas Chinese Architecture, struktur space

Dari hasil penemuan penelitian yang penulis lakukan di desa Balerejo, penulis mendapati bahwa transaksi jual beli gabah di desa Balerejo kecamatan Balerejo

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj IP) dibuat dalam rangka perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta pengelolaan sumber daya dan

Refleksi dilakukan dengan: (1) Me- ngecek kelengkapan data pengumpulan data yang terjaring selama proses tindakan; (2) Mendiskusikan dan pengumpulan data antara guru, peneliti

Pengamanan produksi jagung di Sulawesi barat dilakukan oleh pemerintah daerah dalam upaya mengurangi kehilangan atau menurunnya hasil yang ada.Penurunan hasil

Kajian ini telah menunjukkan bahawa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tahap tekanan kerja dengan komitmen dan kepuasan kerja dalam kalangan guru-guru