• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dewan Redaksi Pelindung dan Penasihat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dewan Redaksi Pelindung dan Penasihat"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

i

(2)

ii

JURNAL VISIONARY

ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Jurnal Penelitian dan Pengembangan di Bidang Administrasi Pendidikan

Dewan Redaksi

Pelindung dan Penasihat : Prof. Drs. Toho Cholik Mutohir, MA., Ph.D. Dra. Ni Ketut Alit Suarti, M.Pd

Dr. Gunawan, M.Pd. Penanggung Jawab : Dr. Zulfakar

Ketua Penyunting : M. Faqih, S.Ag., M.Pd Sekertaris Penyunting : Agus Fahmi, M.Pd

Keuangan : Junain Huri

Penyunting Ahli : 1. Prof. Dr. Udin Syaefudin Sa`ud, M.Pd 2. Prof. Dr. Ekawarna, M.Pd

3. Dr. Gunawan

4. Dr. Hj. Jumailiyah, M.M. Penyunting Pelaksana : 1. Baiq Rohiyatun, M.Pd

2. Hardiansyah, MM.Pd Pelaksana

Ketatalaksanaan

: 1. Ahmad Muslim, S.Pdi., M.Pd

2. Lu`luin Najwa, M.Pd 3. M.Rasyid Ridlo, M.Pd Distribusi : Nuraeni, M.Si

Desain Cover : Lukmanul Hakim, M.Pd Alamat Redaksi:

Redaksi Jurnal Visionary

Prodi Administrasi Pendidikan FIP IKIP Mataram Gedung Dwitya, Lt.3. Jalan Pemuda No.59 A Mataram Telp.(0370) 638991

Email: ap_fip@ikipmataram.ac.id

Jurnal Visionary menerima naskah tulisan penulis yang original (belum pernah diterbitkan sebelumnya) dalam bentuk soft file, office word document (CD/ Flashdisk/ Email).

Diterbitkan Oleh: Prodi Administrasi Pendidikan FIP IKIP Mataram.

Volume 4 Nomor 2 Edisi Oktober 2017 ISSN (2503-4669) Jurnal Vasionary

(3)

iii

JURNAL VISIONARY

ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Jurnal Penelitian dan Pengembangan di Bidang Administrasi Pendidikan

Daftar Isi Halaman

Muhamad Suhardi

MANAJEMEN MUTU TERPADU DI SMA UNGGULAN

KOTA MATARAM ... 59-69 Zulfakar

PENINGKATAN KUALITAS GURU BERBASIS KEBUTUHAN ... 70-77 Eneng Garnika dan Lu’luin Najwa

MANAJEMEN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

ANAK USIA DINI ... 78-81 Agus Fahmi, Hardiansyah, dan I Made Angga Suryanata

HUBUNGAN KINERJA GURU DENGAN MUTU PENDIDIKAN

DI SEKOLAH ... 82-86 M. Choirul Anam dan Mariyati

HUBUNGAN MANAJEMEN MUTU TERPADU DENGAN KETERAMPILAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DI SMP NEGERI 1 PRAYA BARAT KABUPATEN

LOMBOK TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017 ... 87-90 Khairul Huda

PENINGKATAN PENGENALAN KOSA KATA BAHASA

INGGRIS PADA ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR ... 91-97 Lalu Jaswandi, M. Najamuddin, dan Baiq Sarlita Kartiani

PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATIS EDUCATOIN

DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V ... 93-103 Desventri Etmy dan Habib Ratu Perwira Negara

PEMBELAJARAN PERKALIAN DENGAN AKTIVITAS PERMAINAN MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA

REALISTIK DI SDN 43 AMPENAN ... 104-110 Agus Jayadi dan Zul Anwar

PEMANFAATAN APLIKASI SPSS UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN MAHASISWA MENGOLAH DATA STATISTIKA .... 111-113

Volume 4 Nomor 2 Edisi Oktober 2017 ISSN (2503-4669) Jurnal Vasionary

(4)

iv Ani Endriani dan Rohana Komala Sari

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP

PERILAKU AGRESIF PADA SISWA ... 114-124 Wiwien Kurniawati dan Hastuti Diah Ikawati

PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA JURUSAN KURIKULUM DAN

(5)

98

PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATIS EDUCATOIN DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V

Lalu Jaswandi, M. Najamuddin, dan Baiq Sarlita Kartiani FIP IKIP Mataram

Email: Jaswandi248@gmail.com

Abstrak: Proses pembelajaran matematika yang sering dipraktikkan oleh guru adalah hanya menyampaikan materi yang ada dalam buku paket serta kurangnya kemampuan dalam mengaitkan kegunaan matematika dengan kehidupan siswa sehari-hari. Proses pembelajaran ini mengakibatkan matematika menjadi suatu yang abstrak dan sulit dipahami oleh siswa. Hal ini mengakibatkan kurangnya motivasi siswa dalam belajar matematika dan akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk melihat keefektifan pendekatan Mathematic Realistic Education (RME) pada siswa kelas V. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 2 Tahun Pelajaran 2017/2018 Batu Jangkih Kecamatan Praya Barat Daya yang berjumlah 24 orang. Untuk melihat keefektifan pendekatan RME maka dilakukan uji ketuntasan rata-rata, uji proporsi, uji banding, dan uji ternormalisasi gain. Untuk melihat keefektifan pendekatan RME, maka dilakukan uji ketuntasan rata-rata, uji proporsi, uji banding, dan uji ternormalisasi gain. Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai uji rata-rata

tabel hitung t

t > = 3,742> 1,714, artinya tolak H0, hasil analisis uji proporsi diperoleh zhitung >ztabel=

1,711 > 1,64, artinya tolak H0, dan hasil analisis uji banding diperoleh thitung >ttabel= 3,348 >

1,680 artinya tolak H0.

Kata Kunci: Pendekatan Realistic Mathematic Education, Prestasi Belajar

PENDAHULUAN

Pembelajaran merupakan suatu proses membantu peserta didik dalam menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari. Peserta didik belajar secara aktif mempunyai arti dia tidak hanya belajar aktif dalam kelas maupun laboratorium tetapi juga aktif mencari

pengalaman kerja secara langsung di

masyarakat.

Proses pembelajaran matematika yang sering dipraktikkan oleh guru adalah hanya menyampaikan materi yang ada dalam buku paket serta kurangnya kemampuan dalam mengaitkan kegunaan matematika dengan

kehidupan siswa sehari-hari. Proses

pembelajaran ini mengakibatkan matematika menjadi suatu yang abstrak dan sulit dipahami oleh siswa. Hal ini mengakibatkan kurangnya motivasi siswa dalam belajar matematika dan akan mempengaruhi hasil belajar siswa.

Pembelajaran matematika realistik

yang merupakan suatu pendekatan

pembelajaran dari pendidikan matematika

realistik (PMR). Pendidikan matematika

realistik berasal dari kata Realistic

Mathematis Education (RME) yang

berorientasi pada pembelajaran dengan

masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari, hal itu didasari dari pandangan bahwa

matematika sebagai aktivitas manusia

(Freudental, Gravemeijer, 1997 dalam Athar 2012: 336). Menurut Freudenthal dalam Heuvel & Panhuizen (1996: 9), matematika harus dihubungkan dengan realitas, tetap dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan masyarakat.Sudut pandang ini melibatkan tentang matematika bukan saja sebagai subyek, melainkan sebagai aktivitas manusia.

Pembelajaran matematika yang

kontekstual sangat bermanfaat untuk

menunjukkan beberapa hal kepada siswa, antara lain keterkaitan antara matematika dengan dunia nyata, kegunaan matematika bagi kehidupa manusia dan matematika merupakan suatu ilmu yang tumbuh dari

(6)

99 situasi kehidupan nyata. Gravemeijer (1994) dalam Athar (2012: 337) menjelaskan salah satu ciri PMR adalah penggunaan masalah kontekstual, yaitu matematika dipandang

sebagai kegiatan sehari-hari manusia,

sehingga memecahkan masalah kehidupan yang dihadapi atau dialami oleh siswa (masalah kontekstual yang realistik bagi siswa) merupakan bagian yang sangat penting.

Heuvel & Panhuizen (2003: 9) menjelaskan PMR, telah dikembangkan sejak 23 tahun yang lalu oleh Freudenthalpada tahun

1977.Menurutnya, matematika harus

dihubungkan dengan kenyataan, berada dekat dengan siswa dan relevan dengan kehidupan

masyarakat agar memiliki nilai

manusiawi.Pandangannya menekankan

bahwa materi-materi matematika harus dapat ditransmisikan sebagai aktifitas manusia (human activity). Pendidikan seharusnya

memberikan kesempatan siswa untuk

“reinvent” (menemukan/menciptakan)

matematika melalui praktek (doing it).

Dengan demikian dalam pendidikan

matematika, matematika seharusnya tidak sebagai sistem yang tertutup tetapi sebagai suatu aktivitas dalam proses matematisasi.

Heuvel & Panhuizen (2003: 10)

menjelaskan filsafat kurikulum dan

perkembangannya didasarkan pada keyakinan matematika, bahwa matematika adalah produk cipta manusia dan kegiatan sosial.Filosofi ini memiliki banyak kesamaan dengan PMR.

Freudenthal (1987) dalam Heuvel &

Panhuizen (2003: 10) menjelaskan bahwa struktur keyakinan matematika bukan suatu ketunggalan yang tetap, tetapi mereka muncul dari realitas dan terus menerus menjadi luas dalam proses pembelajaran secara individu dan kolektif. Dengan kata lain, melalui PMR siswa sebagai peserta yang aktif dalam proses pembelajaran yang terjadi dalam konteks sosial di kelas.

Gravemeijer (1994) menjelaskan

penggunaan masalah nyata (contextproblem) sangat signifikan dalam PMR.Berbeda dengan pembelajaran tradisional, yang menggunakan

pendekatan mekanistik, yang memuat

masalah-masalah matematika secara formal

(naked problems). Sedangkan jika

menggunakan masalah nyata, dalam

pendekatan mekanistik, sering digunakan sebagai penyimpulan dari proses belajar. Fungsi masalah nyata hanya sebagai materi aplikasi (penerapan) pemecahan masalah dan menerapkan apa yang telah dipelajari sebelumnya dalam situasi yang terbatas. Gravemeijer (1999: 12) menjelaskan dalam PMR, masalah nyata dimaksudkan untuk

mendukung proses reinvention yang

memungkinkan siswa untuk untuk

mengerjakan masalah nyata terkait

matematika dengan menggunakan matematika formal.Dengan demikian dengan PMR siswa diharapkan mampu memecahkan masalah-masalah matematika yang dihadapinya.

Van den Heuvel-Panhuizen (1996: 13, 2003: 10) memberikan sebuah pengertian “nyata” bukan sebatas apa yang “nyata” pada pandangan siswa tetapi juga semua hal yang

dapat dibayangkan siswa, yang dapat

dijangkau oleh imajinasinya. Realistik

dimaksudkan sebagai hal yang dapat

dibayangkan. Kata realistik lebih mengacu kepada siswa harus dibawa pada situasi masalah yang bisa mereka bayangkan, bukan hanya pada hal yang harus nyata atau masalah-masalah yang sebenarnya. Namun hal ini bukan berarti bahwa sesuatu yang ada pada kehidupan nyata tidak penting. Ini hanya mengisyarakan bahwa konteks tidak selalu terbatas pada situasi dunia nyata. Dunia fantasi dongeng dan bahkan dunia formal matematika dapat menjadi konteks yang sangat cocok untuk menjadi sebuah masalah, selama mereka adalah “nyata” dalam benak para siswa.

Gravemeijer, Cobb, Bowers, &

Whitenack (2000) dalam Kwon (2010: 5) mengemukakan tiga prinsip dalam RME sebagai berikut :

a. Guided reinvention and progressive mathematizing (penemuan terbimbing dan proses matematisasi progresif), yakni sebuah ide dimana siswa diberikan kesempatan untuk mengalami proses yang sama yang mungkin telah ada sejak

(7)

100 matematika melalui proses penemuan terbimbing.

b. Didactical phenomenology (fenomena didaktis), situasi yang dipilih oleh guru hingga dapat mengorganisasi objek-objek matematika, dimana situasi ini akan membangun gagasan siswa. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana cara siswa dapat menjelaskan, berpikir, dan menganalisis fenomena sehari-hari yang berkaitan dengan matematika. Lebih lanjut Gravemiejer (1994) dalam Kwon (2010)

menjelaskan tentang didactical

phenomenology, dapat dilihat sebagai sebuah desain pembelajaran heuristik (metode pengajaran yang memungkinkan siswa untuk belajar dengan menemukan hal secara mandiri dan belajar dari pengalaman mereka sendiri).

c. Self-developed models (pengembangan

model matematika secara mandiri),

pendekatan dalam PMR adalah aktivitas dari pemodelan. Siswa memulai dari

situasi pada masalah kontekstual,

mengembangkannya sebagai acuan untuk mengatasi masalah, dan menemukan cara untuk menyelesaikannya.

Menurut Gravemeijer (1994)

dalam Athar (2012: 337) ada lima

karakteristik dari pembelajaran matematika realistik, yaitu sebagai berikut:

a. Penggunaan konteks, yaitu pembelajaran diawali dengan menggunakan masalah kontekstual.

b. Bridging by vertical instrument

(menghubungkan dengan instrumen

vertikal) yaitu penggunaan model

matematika sewaktu mengerjakan

masalah kontekstual, siswa menggunakan model-model yang mereka kembangkan sendiri secara matematis sebagai jembatan antara level pemahaman yang satu ke level pemahaman yang lain.

c. Student contributions (menggunakan

kontribusi siswa) yaitu penggunaan

kontribusi siswa dalam proses

pembelajaran. Siswa dapat

mengkonstruksi dan memproduksi

pengetahuan matematis dari metode

informal ke arah yang lebih formal. Dari

hasil konstruksi dan produksinya

diharapkan siswa termotivasi untuk

melakukan refleksi pada bagian yang mereka sendiri anggap penting dalam proses pembelajaran.

d. Interactivity (interaktivitas) yaitu

mengoptimalkan proses pembelajaran melalui interaksi antara siswa yang satu dengan siswa yang lain, juga antara siswa dengan guru yang merupakan hal yang penting dalam pembelajaran konstruktif. Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah melalui ide-ide yang berupa proses dan hasil konstruksi mereka sendiri melalui pembelajaran yang interaktif, seperti

diskusi kelompok, kerja kelompok,

maupun diskusi kelas.

e. Intertwining (terintegrasi dengan topik

lain). Terdapat keterkaitan diantara

berbagai bagian dalam materi

pembelajaran, yaitu struktur dan konsep matematika. Dalam pembahasan suatu topik biasanya memuat beberapa konsep

yang berkaitan. Oleh karena itu,

keterkaitan antar topik harus dieksploitasi untuk mendukung proses pembelajaran yang lebih bermakna.

Secara bahasa, prestasi dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai (dari yang

telah dilakukan/dikerjakan), sedangkan

belajar adalah proses perubahan yang terjadi pada suatu organisme berdasar pengalaman dan berpengaruh terhadap tingkah laku,

sedangkan prestasi belajar merupakan

penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh suatu mata pelajaran yang ditunjukkan dengan tes atau angka nilai yang diberikan guru.

Dari definisi tentang prestasi belajar di atas maka prestasi belajar dijadikan sebagai indikator dari ketercapaian suatu kompetensi kognitif dari suatu pembelajaran.Oleh karena itu, prestasi belajar mampu menunjukkan sejauh mana efektifitas pada ranah kognitif dari pembelajaran yang telah dilaksanakan.

(8)

101 Jenis penelitian yang dipakai adalah

metode penelitian eksperimen dan

menggunakan bentuk desain Posttest-Only Control Design. Dalam design ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompokeksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol.

Metode yang digunakan untuk

mendapatkan data tentang prestasi belajar materi pecahan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu dengan menggunakan metode tes. Jenis tes yang digunakan adalah tes essay sebanyak 8 nomor saol. Sebelum instrumen tes digunakan terlebih dahulu diujicoba untuk mengetahui tingkat validitas,

reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran.

Untuk melihat keefektifan pendekatan RME, maka dilakukan uji ketuntasan rata-rata,

uji proporsi, uji banding, dan uji

ternormalisasi gain. Uji ketuntasan rata-rata

untuk mengetahui pencapain kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan. Uji proporsi untuk mengetahui pencapaian minimal 80% siswa mendapat nilai minimal 60. Uji beda rata-rata untuk membandingkan prestasi belajar siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

HASIL PENELITIAN

Sebelum instrumen tes digunakan terlebih dahulu dilakukan uji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Hasil ujicoba disajikan pada Tabel di bawah ini:

Hasil Analisis Butir Tes No.

soal

Validitas Reliabilitas Indeks kesukaran

Daya pembeda

rxy Kriteria α Kriteria IK Kriteria DP Kriteria

1. 0,32 Invalid

0,76 Reliable

0,69 Sedang 0,02 Jelek

2. 0,82 Valid 0,68 Sedang 0,30 Baik

3. 0,79 Valid 0,65 Sedang 0,35 Baik

4. 0,68 Valid 0,61 Sedang 0,23 Cukup

5. 0,46 Valid 0,28 Sukar 0,15 Cukup

6. 0,55 Valid 0,28 Sukar 0,15 Cukup

7. 0,81 Valid 0,59 Sedang 0,33 Baik

8. 0,26 Invalid 0,65 Sedang 0,05 Jelek

Berdasarkan Tabel di atas terlihat bahwa soal nomor 1 dan 8 dengan kriteria invalid dan 6 soal dengan kriteria valid, 2 soal dengan kriteria tingkat kesukaran sukar dan 6 soal dengan kriteria tingkat kesukaran sedang, dan 2 soal dengan kriteria daya pembeda jelek, 3 soal dengan dengan kriteria daya pembeda

baik, dan 3 saol dengan kriteria daya pembeda cukup.

Hasil perhitungan uji normalitas tes prestasi belajar matematika kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan SPSS versi 16Uji Kolmogorov-Smirnov seperti pada tabel outputSPSS berikut.

Hasil Uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnova

Statistic Df Sig.

Pres_Bel .123 46 .060

(9)

102 Berdasarkan tabel Test of Normality

kolom kolmogrov-Smirnova menunjukkan

bahwa nilai Sig. = 0,080. Jika dibandingkan dengan α = 0,05 maka Sig. = 0,080> α = 0,05 sehingga berdasarkan kaidah penolakan

hipotesis diputuskan bahwa terima H0. Hal ini

berarti bahwa prestasi belajar

matematikasiswa kelas eksperimen dan kelas kontrolberdistribusi normal.

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan varians kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen dan kontrol.

Hasil perhitungan homogenitas seperti pada tabel output SPSS versi 16 berikut. Hasil Uji Homogenitas

Levene's Test for Equality of Variances

F Sig.

Pres_Bel Equal variances assumed .025 .875

Equal variances not assumed

Berdasarkan tabel output SPSS versi 16 di atas, menunjukkan sig. pada kolom Levene’s Test for Equality of Variances adalah sebesar 0,875. Jika dibandingkan dengan α = 0,05 maka sig. = 0,875> α = 0,05 sehingga berdasarkan kaidah penolakan hipotesis diputuskan bahwa terima H0. Hal ini berarti

bahwa varians prestasi belajar

matematikakelas eksperimen dan kelas

kontrol sama atau homogen.

Keefektipan pendekatan RME dapat dilihat dengan melakukan uji ketuntasan rata-rata, uji proporsi, dan uji banding. Hasil analisis data keefektipan pendekatan RME dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel Hasil analisis Uji ketuntasan rata-rata, uji proporsi, dan uji banding

No Uji Statistik Nilai hitung Nilai Tabel Kriteria Keputusan

1 Uji rata-rata thitung =3,742 1,714 thitung >ttabel Tolak H0

2 Uji Proporsi zhitung =1,711 1,645

tabel hitung z

z > Tolak H0

3 Uji banding thitung =3,348 1,680

tabel hitung t

t > Tolak H0

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa thitung >ttabel artinya prestasi belajar matematika siswa dengan pendekatan RME telah mencapai KKM yang telah ditetapkan.Kriteria zhitung >ztabelartinya

lebih dari 80% siswa yang menggunakan

pendekatan RME mendapatkan nilai minimal 60. Kriteriathitung >ttabelartinya prestasi belajar siswa dengan menggunakan pendekatan RME lebih tinggi dibanding dengan prestasi belajar matematika siswa dengan tidak menggunakan pendekatan RME.

PEMBAHASAN

Ketuntasan belajar yang diukur pada kelas eksperimen ketuntasan rata-rata dan

ketuntasan klasikal.Hasil perhitungan

ketuntasan rata-rata menunjukkan bahwa

pendekatan RME lebih dari rata-rata asumsi populasi yang ditetapkan yakni sebesar 73, dengan rataan empirisnya sebesar 79,69, hasil perhitungan ketuntasan klasikal dengan menggunakan uji proporsi menunjukkan bahwa lebih 80% siswa yang diajarkan dengan

(10)

103 pendekatan RME telah mencapai standar yang

ditentukan, dengan ketuntasan klasikal

sebesar 91,67%. Kenyataan ini menunjukkan

bahwa prestasi belajar siswa dengan

pendekatan RME tercapai.Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan

Sembiring, Hadi, dan Dolk (2008)

menunjukkan bahwa pembelajaran

matematika dengan pendekatan PMRI dapat meningkatkan pemahaman siswa SD pada materi pecahan.

Berdasarkan hasil analisis uji beda rata-rata tes prestasi belajar matematikasiswa yang diajarkan menggunakan pendekatan RMEsebesar 77,75 sedangkan nilai rata-rata prestasi belajar matematikasiswa yang tidak diajarkan dengan pendekatan RME sebesar 70,23. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat nilai rata-rata siswa yang diajarkan dengan menggunakan pendekatan RME lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata siswa yang tidak diajarkan dengan pendekatan RME.Hasil penelitian Uzel & Uyangor (2006) menunjukkan siswa kelas 7 memiliki sikap positif terhadap matematika setelah diajar

dengan pendekatan RME.Siswa dalam

kelompok eksperimen menyadari kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari setelah pembelajaran dengan RME.

KESIMPULAN

1. Prestasi belajar matematika siswa yang diajarkan dengan pendekatan RME lebih dari rata-rata asumsi populasi yang ditetapkan.

2. Prestasi belajar matematika siswa yang diajarkan dengan pendekatan RME lebih baik dibanding dengan siswa yang tidak diajarkan Prestasi belajar matematika siswa yang diajarkan dengan pendekatan RME.

3. Lebih dari80% siswa yang diajarkan dengan pendekatan RME mendapat nilai minimal 60

DAFTAR PUSTAKA

Athar. 2012. “Pengembangan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) Berbasis Budaya Cerita

Rakyat Melayu Riau”.

Makalah.Seminar Nasional

Matematika dan Pendidikan

Matematika di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Univerisitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta, 10 November 2012.

Gravemeijer. 1999. “Context Problems In Realistic Mathematics Education: A Calculus Course As An Example”. Educational Studies In Mathematics, Vol. 39. Hal 111-129.

Heuvel & Panhuizen. 1996. Assessment and Realistic Mathematics Education. Utrecht: Freudenthal Institute. Heuvel & Panhuizen. 2003. “The Didactical

Use Of Models In Realistic

Mathematics Education: An

Example From A Longitudinal

Trajectory On Percentage”.

Educational Studies In Mathematics. Vol 54.

Kwon. 2010. Conceptualizing The Realistic Mathematics Education Approach In The Teaching And Learning Of Ordinary Differential Equations. Seoul: Ewha Womans University. Sembiring, R.K., Hadi, S., dan Dolk, M. 2008.

“Reforming Mathematics

Learning In Indonesian

Classrooms Through RME”. ZDM Mathematics Education Vol.40.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian

(11)

Gambar

Tabel Hasil analisis Uji ketuntasan rata-rata, uji proporsi, dan uji banding  No  Uji Statistik  Nilai hitung  Nilai Tabel  Kriteria  Keputusan

Referensi

Dokumen terkait

a) Rendah diri, anak dengan rendah diri akan sering mendapatkan kekerasan, sebab anak selalu merasa dirinya tidak berguna dan selalu mengecewakan orang lain. b)

 Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah dan DPRD membahas Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah dan DPRD membahas

Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa peningkatan produksi keripik pare ke depan lebih menjanjikan dari pada keripik sayur lainnya, disamping pula ada

Faktor keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengaruh pihak-pihak yang memiliki hubungan darah secara langsung serta kerabat dekat terhadap status anak

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.. Field guide for fishery purposes: The marine fishery resources

Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata nilai tes siswa setelah tindakan dengan melakukan perkalian aljabar dengan menggunakan tabel adalah pada siklus 1 yaitu 31 pada siklus 2

[r]

Pengukuran menggunakan model nilai wajar akan menjadi sulit dan kemungkinan akan memerlukan biaya yang lebih mahal dari pada manfaatnya untuk aset biologis yang belum menghasilkan.