• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPADATAN POPULASI KEONG MAS (Pomaceae canaliculata L.) PADA AREAL SAWAH DI KENAGARIAN KOTO BARU KECAMATAN BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEPADATAN POPULASI KEONG MAS (Pomaceae canaliculata L.) PADA AREAL SAWAH DI KENAGARIAN KOTO BARU KECAMATAN BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KEPADATAN POPULASI KEONG MAS (Pomaceae canaliculata L.)

PADA AREAL SAWAH DI KENAGARIAN KOTO BARU

KECAMATAN BAYANG KABUPATEN

PESISIR SELATAN

ARTIKEL

REZI YANDRI

NIM. 10010286

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2016

(2)
(3)

KEPADATAN POPULASI KEONG MAS (Pomaceae canaliculata L.) PADA AREAL SAWAH DI KANAGARIAN KOTO BARU KECAMATAN

BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Rezi Yandri,Rina Widiana dan Novi

Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat

Koresponden:Yandri.spd@gmail.com

ABSTRACT

Golden Apple Snail (Pomacea canaliculata: Lamarck) is a freshwater snail that is not native to Indonesia but comes from South America. Snails known in 1996 in Indonesia with its unique resistance to drought. displacement and dissemination and spread of golden snail population can occur through a variety of ways other than as carried by the flow of water. Their irrigation channels in Indonesia led to the spread of snails become easy because brought water flow. These snails are found in rice fields. So far data on the density of snails already exists but research Kanagarian density of snails in Koto Baru subdistrict Bayang South Coastal District has never been done. The purpose of this study was to determine the density of snails in rice fields in the area Kanagarian Koto Baru subdistrict Bayang South Coastal District. This research was conducted in October 2016 with a descriptive survey method is by way of direct collection of the snails existing research location. Field sampling done at the age of rice and paddy ± 7 days ± 15 days of age. Factors measured physical environment ie water temperature, dissolved oxygen (DO) and chemical factors measured is the pH of water. The area of research that is used as a place of about + 1 Ha. The average density of snails in rice fields in Kanagarian location Koto Baru subdistrict Bayang South Coastal District on rice age was 29 ± 7 days individual / m2, and on paddy age was 17 ± 15 days individuals / m2.

Keywords: conch mas (Pomacea canaliculata L.), Density, Population

PENDAHULUAN

Padi merupakan tanaman semusim berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumput-rumputan yang sudah dibudidayakan oleh petani di Indonesia sejak dahulu hingga sekarang. Padi adalah bahan pangan pemegang kendali motivasi manusia Indonesia yang paling mendasar untuk memenuhi kebutuhan hidup.Tanaman padi memerlukan sinar matahari untuk proses fotosintesisnya, terutama pada saat berbunga sampai proses pemasakan. Padi merupakan komoditi utama bagi masyarakat indonesia.

Keong mas merupakan hama bagi tanaman padi yang menyerang tanaman padi sejak berumur di bawah 4 minggu setelah tanam. Menurut Sulisyanto (2006) keong mas sangat berbahaya karena menyerang tanaman padi umur muda, sehingga pembentukan rumpun terhambat. Hasil penelitian Rifa’i (2004) menunjukkan bahwa populasi keong mas 4-8 pasang/m2 menyebabkan intensitas serangan mencapai 60% pada hari pertama,

selanjutnya intensitas mencapai 100% pada hari ke 8 ditandai dengan habisnya anakan padi.

Berdasarkan latar belakang di atas dan belum adanya informasi tentang kepadatan populasi keong mas, maka telah dilakukan penelitian tentang kepadatan populasi keong mas (Pomaceae canaliculata L.) pada areal sawah di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan metode survey deskriptif yaitu dengan cara mengoleksi langsung terhadap keong mas yang ditemukan pada lokasi penelitian. Penangkapan keong mas dilakukankan pada pagi hari pukul ( 06.00-10.00). Pengambilan sampel keong mas dilakukan, pengambilan pertama dilakukan pada padi umur ± 7 hari dan pengambilan kedua pada padi umur ± 15 hari. Sedangkan pengambilan sampel dengan menentukan dua stasiun yang terdiri dari lima titik masing-masing stasiun. Pengambilan sampel dilakukan 1

(4)

dengan menetapkan titik pengambilan dengan cara mengambil setiap sudut dan pertengahan tanaman padi, dengan tujuan supaya terwakili seluruh areal sawah, dengan luas areal sawah yang akan dijadikan petak sampling yaitu 1x1 m pada masing-masing titik stasiun.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan pada areal sawah di Kanagarian Koto Baru Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan ditemukan pada kedua stasiun Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dilapangan terhadap kepadatan populasi keong mas pada II stasiun, yaitu stasiun I tanaman padi umur ± 7 hari dan stasiun II dengan tanaman padi umur ± 15 hari di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan diperoleh seperti pada Tabel 1. Total rata-rata kepadatan

termasuk kedalam kepadatan populasi rendah yaitu 9,2 ind/m2 dengan kepadatan populasi berkisar 3,4-5,8 ind/m2. Hewan ini di katakan sebagai hama apabila kerusakan serangan mencapai intenssitas dari 13,2-96,5 % (pitojo,1996).

Gambar 1. Contoh keong mas

Tabel 1. Kepadatan Populasi keong mas (Pomaceae canaliculata L.) di

Kenagarian Koto Baru Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan.

Stasiun

Jumlah individu / titik

pengambilan

Total

Individu

Rata-rata

Kepadatan

(ind/m

2

)

A

B

C

D

E

I

6

11

5

5

2

29

5,8

II

5

4

6

0

2

17

3,2

Total

11

15

11

5

4

46

9,2

Tabel 2. Hasil pengukuran faktor fisika, kimia pengambilan sampel di Kanagarian Koto Baru Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan.

No

Parameter

Stasiun

I

II

1

Suhu (°C)

28

30

2

pH

6

6

3

DO(mg/l)

3,25

3,15

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dilapangan terhadap kepadatan populasi keong mas pada II Stasiun, yaitu Stasiun I tanaman padi umur ± 7 hari dan Stasiun II dengan tanaman padi umur ± 15 hari di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan diperoleh seperti pada Tabel 1. Kepadatan total adalah 9,2 ind/m2, dengan kepadatan populasi berkisar

3,4-5,8 ind/m2, kepadatan yang diperoleh di lapangan termasuk kedalam populasi rendah. Karena kepadatan populasi keong mas (Pomaceae canaliculata L.) yang diperoleh ini dibandingkan dengan penelitian Rozakiyah (2014) menemukan kepadatan keong mas di saluran irigasi batang Samo desa Suka Maju Kabupaten Rokan Hulu dengan kepadatan populasi tertinggi 12,27 ind/m2, dikarenakan

(5)

organisme ini memiliki daya toleransi yang baik terhadap perubahan lingkungan, selain itu organisme ini memiliki daya hidup yang tinggi dimana organisme ini mampu berdiapause ketika lingkungan tidak sesuai. Hal ini sesuai pendapat suharto dan kurniawati (2009) bahwa pada musim kemarau (Pomaceae canaliculata L.) melakukan diapause pada lapisan tanah yang lembab dan muncul kembali jika lahan digenangi air.

Hasil pengukuran faktor fisika kimia pada kedua Stasiun didapatkan nilai suhu berkisar antara 28-300 , pH 6, dan DO berkisar antara 3,15-3,25 mg/L. Hal ini berarti faktor fisika yang didapatkan pada kedua Stasiun ini kurang mendukung terhadap kehidupan dan pertumbuhan keong mas faktor fisika kimia yang didapatkan pada kedua Stasiun ini kurang mendukung terhadap kehidupan dan pertumbuhan keong mas (Pomaceae

canaliculata L.), dapat dilihat dari Disolved

Oxygen pada kedua Stasiun ini. DO yang diperoleh pada kedua Stasiun ini kurang mendukung untuk kehidupan keong mas (Pomaceae canaliculata L.) Kenyataan yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa kepadatan populasi keong mas (Pomaceae

canaliculata L.) Di Kenagarian Koto Baru

Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan masih tergolong rendah.

Faktor yang mempengaruhi kehidupan keong mas adalah faktor biotic dan abiotik fisika kimia lingkungan diantaranya Suhu, pH dan DO, berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan didapatkan bahwa Suhu air pada Stasiun I 280C, pH 6, dan DO 3,25 (mg/l), sedangkan pada Stasiun II didapatkan suhu air 300C, pH 6, dan DO 3,15 (mg/L). Menurut Riyanto (2000) menyatakan bahwa suhu untuk kehidupan keong mas berkisar antara 280C- 290C, pH 6, sedangkan DO untuk kehidupan keong mas berkisar antara 5,8 – 7,6 mg/L. Sedangkan factor biotic yang mempengaruhi kepadatan keong mas adalah sumber makanan. Kepadatan populasi keong mas lebih tinggi pada Stasiun I dari Stasiun II hal ini karena tanaman padi di sebabkan karena tanaman padi yang menjadi sumber makanan keong mas pada Stasiun I masih lunak dan banyak mengandung air yang disukai keong mas, selain itu di sekitar sawah banyak terdapat sumber makanan alternatif berupa gulma jenis rumput-rumputan seperti (Pasealum dilotum ). (Baehaki, 1992).

Kepadatan populasi keong mas pada Stasiun II lebih rendah dibandingkan pada Stasiun I, hal ini disebabkan karena umur tanaman padi mulai mengeras, dan persediaan makanan (gulma) dari jenis rumput-rumputan seperti (Pasealum dilotum) dan tidak sesuai lagi dengan kehidupan keong mas (Pomaceae

canaliculata L.). Jika jumlah makanan tidak

sesuai akan menyebabkan penurunan jumlah populasi keong mas, karena keong mas lebih menyukai tanaman yang empuk dan manis, jika tanaman sudah mulai mengeras maka akan menyulitkan keong mas untuk memakan makanannya (Pitojo, 1996).

Parameter lingkungan pada areal sawah sangat menentukan untuk perkembangan dan keberadaan keong mas (Pomaceae

canaliculata L.) serta memperlihatkan kondisi

baik dan buruknya keadaan suatu sawah. Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa faktor fisika kimia di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Bayang kurang mendukung bagi kehidupan keong mas (Pomaceae

canaliculata L.).

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada areal sawah di Kanagarian Koto Baru Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan dapat disimpulkan bahwa:

1. Kepadatan populasi Keong mas (Pomaceae

canaliculata L.) di Kecamatan Bayang

Kabupaten Pesisir Selatan sebanyak 9,2 ind/m2 .

2. Kondisi fisika kimia air di Kenagarian Bayang Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan didapatkan nilai suhu berkisar antara 28-300C, pH 6, dan DO berkisar antara 3,15-3,25 mg/L. Hasil tersebut kurang mendukung terhadap kehidupan dan pertumbuhan keong mas (Pomaceae canaliculata L.).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. ”The Appl Snail website” (http://appesnail.net/content/ecology.p hp, di akses 16 Mei 2006).

Beahaki. 1992. Berbagai Hama Serangga

Tanaman Padi. Angkasa: Bandung

.

Balai Informasi Pertanian.1990/1991. Pola

Distribusi Populasi Keong Mas

(6)

Dikecamatan Belitang Oku. Majalah Sriwijaya. Volume 37 Nomor 1. Hal.

70-75. Jurnal (online) Diakses April 2004.

Budiyono S. 2006. Teknik Mengendalikan

Keong Mas Pada Tanaman Padi.

Yogyakarta: Jurnal ilmu-ilmu Pertanian. Volume 2 Nomor 2 Hal 128 – 133. Jurnal (Online) Di Akses September 2015.

Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. 2008. “Luas Serangan Siput Murbei Pada Tanaman Padi Tahun 1997 – 2006, Rerata 10 Tahun Dan Tahun 2007”. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Jakarta.

Djayasasmita, M. 1987. “ Keong Gondang Pila

Ampulacea: Makanan dan

Reproduksinya (Gastropoda: Ampulariidae) “. Berita Biologi , 397. Okt :342-346.

Dhramawan, Agus. 2011. Ekologi Hewan . Penerbit. Universitas Negeri Malang. Estebenet dan Cazzaniga.1992. “Grow And

Demography of Pomaceae Canaliculata

(Gastropoda:Ampularidae) Under Laboratory Condiyions”. Mallacological Refiew Volume 25 Nomor 1 -2 . Hal 1 – 12.

Gega, L. K. 2001. Pengaruh Kepadatan dan

Jenis Pakan Terhadap Pertumbuhan

dan Reproduksi Keong mas

(Pomaceae canaliculata). [Tesis]. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Program studi Ilmu Ternak.

Halimah dan Ismail.1989. Pola Distribusi Populasi Keong mas (Pomaceae canaliculata Lamarck). Dikecamatan Belitang Oku. Majalah Sriwijaya. Volume 37 Nomor 1. Hal. 70-75.

Jurnal (online) Diakses April 2015.

Hamidah, A. 2000. Keragaman dan kelimpahan Komunitas Molusca di perairan perairan Bagian Utara Danau Kerinci Jambi. Tesis. Program Studi Biologi Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hendarsih Suharto Dan Nia KurniaWati. 2005.

Keong Mas Dari Hewan Peliharaan menjadi hama utama padi sawah.

Balai besar penelitian tanaman padi. Hal 386.

IRRI. 2003. Bacterial Leaaf Blight. (Online).

http://www.knowledgebank.irri.org

ricedoktor-MX/fact-Blight.htm. Diakses Tanggal 06 september 2015. Marwoto.1997. “Keong mas Atau Keong

Murbei (Pomaceae Spp) di Indonesia” . Proseding III . Seminar Nasiona Biologi XV. Perhimpunan Biologi

Indonesia CabangLAmpung Dan

Universitas Lampung P.935 – 955. Nurhidayati, 1993. Studi Biologi Sput Murbei

di Sumatera Selatan dan

Sumbangannya pada Pengajaran Biologi di Sekolah Menengah Atas. Sarjana Biologi FKIP UNSRI. Hal 39.

s

Paharani. 2013

http://www.appesnail.co.uk/spesies/Po maceae-canaliculata.html.

(diakses.2015).

Pitojo, S, 1996. Petunjuk Pengendalian dan Pemanfaatan keong mas. Trubus. AgriwijayaUngaran. 106 hal.

Prihatman, K. 2000, Budidaya Padi,

Pendayagunaan dan Permasyarakatan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi, Jakarta hal 3-7.

Pemerintah Kabupaten. Pesisir Selatan. 2015. (Online)

http://www.pesisirselatan.kab.go.id/be

rita/910/puncak-panen-padi-pessel.maret-2011.html. (di akses 2015).

Rifa’i, A. 2004. Penentuan Ambang Kendali Keong mas (Pomaceae spp). Pada Tanaman Padi Sawah. [Skripsi] Sarjana Fakultas Pertanian, UNAND. Padang.

Rismunandar, 2003.Hama Tanaman Pangan dan Pembasmiannya. Sinar Baru. Bandung. 103 h.

(7)

Riyanto. 2002. Studi Faktor Abiotik yang Mengpengaruhi Kehidupan Populasi Keong Mas (Pomaceae canliculata L.) di Kecamatan Belitang Oku. Forum MIPA 7 (1) : 44-48.

Rusli, R. 1998. Pemanfaatan Limbah Pasar Dalam Pengendalian Keong Mas

Pada Tanaman Padi. Lembaga

Penelitian Unand. Padang. 16 Hal. Siregar. 1981. Potensi beberapa tanaman

atraktan dalam pengendalian hama keong mas (Pomaceae Canaliculata L) pada tanaman padi sawah di desa tonsewor kecamatan tampaso II. jurnal.

Soetjipta. 1996. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Suciana, D. 2010. Ketahanan Tingkat Umur Padi (Oryza canaliculata L.). [Skripsi] Sarjana Fakultas Pertanian. UNAND. Padang.

Suharto, H. Dan Kurniawati, N. 2009. Keong

mas dari Hewan Peliharaan Menjadi Hama Utama Tanaman Padi Sawah. Balai Besar Penelitian Tanaman

Padi.

www.litbang.deptan.go.id/special/padi //bbpadi_2009_itp_14.pdf. Diakses 2 november 2015.

Suin, N. M. 2002. Metode Ekologi. Universitas Andalas: Padang.

_________, 2006. Ekologi Hewan Tanah. Jakarta : Bumi Aksara.

Sumarjanto, 1991. “ Biologi Keong mas dan Kemungkinannya Pemanfaatan sebagai Pakan Ikan”. Majalah Ilmiah Unsoed Purwokerto. Hal 2-5. Sugeng. H, Haarahap & Tjahyono Dan Min &

Yan (Irma Tomboku, James Bright, Kaligis, Marcyke Manueke), (2001). Bercocok Tanam Padi Aneka Ilmu. Semarang. Jurnal Potensi Beberapa Tanaman Atraktan Dalam Pengendalian Hama Keong Mas (Pomaceae Canaliculata Lamarck)

Pada Tanaman Padi Sawah Di Desa Tonsewer Kecamatan Tampaso II. Wulandari, A.M., Lestari, W., dan Indriyati.

2004. Pengaruh Kepadatan Populasi

Keong Mas (Pomaceae spp) Terhadap Daya rusak Keong Mas Pad a Tanaman Padi (Oryza sativa L.).

Jurusan Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian Pertanian, UNILA. Lampung.

Gambar

Tabel  1.  Kepadatan  Populasi  keong  mas  (Pomaceae  canaliculata  L.)  di  Kenagarian Koto Baru Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini dilakukan penentuan hubungan antara konsentrasi kalkon dengan arus puncak terhadap larutan standar Co(II) 10 μg/L dan Ni(II) 50 μg/L dengan potensial

Parameter yang memiliki peranan terbesar terhadap preferensi masyarakat dalam membeli jeruk di Kota Denpasar adalah rasa jeruk (KJ 1 ) dengan nilai sebesar 7,26%.. Parameter

permasalahan penelitian baik dari kitab-kitab tafsir maupun dari buku- buku yang berhubungan dengan tema masalah, di antaranya : (Penerbit. Simbiosa Rekatama

Penelitian analisis matematika geometri terhadap rumah panggung toraja sebelumnya dilakukan oleh Pitriana (2015), dimana membahas tentang eksplorasi geometri budaya toraja

Masyarakat di lokasi PNPM Mandiri Perkotaan wilayah Kecamatan Pesanggrahan yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan dari penulis sehingga

Dengan adanya Aplikasi Pengarsipan Elektronik Berbasis Web dengan model system application, dapat memudahkan Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan di

Mengimplementasikan metode transformasi wavelet dan metode klasifikasi dengan LVQ dalam mendeteksi penyakit diabetes melalui ciri yang ada pada retina.. Menganalisis