• Tidak ada hasil yang ditemukan

Referat Mata - Strabismus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Referat Mata - Strabismus"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Mata merupakan salah satu organ indera manusia yang mempunyai manfaat sangat besar. Kelainan yang menggangu fungsi mata salah satunya adalah strabismus. Strabismus ini terjadi jika ada penyimpangan dari penjajaran okular yang sempurna. Pada usia enam bulan sampai enam tahun memiliki prevalensi strabismus sekitar 2,5%, sedangkan temuan ini tetap konstan tanpa memandang jenis kelamin atau etnis, prevalensi cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Strabismus terjadi pada kira-kira 2% anak-anak usia di bawah 3 tahun dan sekitar 3% remaja dan dewasa muda. Kondisi ini mengenai pria dan wanita dalam perbandingan yang sama. Strabismus mempunyai pola keturunan, jika salah satu atau kedua orang tuanya strabismus, sangat memungkinkan anaknya akan strabismus. Namun, beberapa kasus terjadi tanpa adanya riwayat strabismus dalam keluarga. Anak-anak disarankan untuk dilakukan pemeriksaan mata saat usia 3-4 tahun. Bila terdapat riwayat keluarga strabismus, pemeriksaan mata disarankan dilakukan saat usia 12-18 bulan. Strabismus menyebabkan posisi kedua mata tidak lurus maka akan mengakibatkan penglihatan binokuler tidak normal yang akan berdampak pada berkurangnya kemampuan orang tersebut dalam batas tertentu. Orang dengan kelainan ini akan terbatas kesempatan dalam kegiatannya pada bidang-bidang tertentu.

Strabismus adalah kondisi dimana kedua mata tidak tertuju pada satu obyek yang menjadi pusat perhatian. Satu mata bisa terfokus pada satu obyek sedangkan mata yang lain dapat bergulir ke dalam, ke luar, ke atas, atau ke bawah. Keadaan ini bisa menetap (selalu tampak) atau dapat pula hilang timbul. Mata yang tampak juling dapat terlihat lurus dan yang tadinya tampak lurus dapat terlihat juling. Juling dapat mengenai pria dan wanita. Juling dapat diturunkan pada keturunannya. Namun walau tidak ada riwayat keluarga juling, hal ini dapat saja terjadi. Penyebab juling yang pasti belum seluruhnya diketahui. Enam otot mata, yang mengontrol pergerakan bola mata, melekat pada bagian luar masing-masing mata. Pada setiap mata, dua otot menggerakkan ke kanan dan ke kiri. Empat otot lainnya menggerakkan ke atas, ke bawah, dam memutar. Agar kedua mata lurus dan dapat berfokus pada satu obyek yang menjadi pusat perhatian, semua otot pada setiap mata harus seimbang dan bekerja secara bersama-sama.

(2)

Agar kedua mata bergerak bersama-sama, semua otot-otot pada kedua mata harus terkoordinasi dengan baik. Otot-otot mata ini dikontrol oleh otak.

(3)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Strabismus merupakan suatu kelainan kedudukan bola mata yang bisa terjadi pada arah atau jarak penglihatan tertentu saja, misalnya kelainan kedudukan untuk penglihatan jarak jauh saja atau kearah atas saja, atau terjadi pada semua arah dan jarak penglihatan.6 Suatu keadaan dimana kedudukan kedua bola mata tidak ke satu arah.2 Strabismus merupakan keadaan dimana salah satu mata tidak sejajar dengan mata yang lain sehingga pada satu waktu hanya satu mata yang melihat objek yang dipandang.9

Foria dan Tropia

Kelainan kedudukan bola mata dibagi dalam kedudukan yang bersifat laten dan yang manifes. Kelainan kedudukan laten disebut sebagai ‘Foria’ sedang manifes disebut sebagai “Tropia”, sedang keadaan normal disebut sebagai ‘ortoforia’.2

Tergantung arah deviasinya kelainan kedudukan bola mata disebut esoforia/tropia apabila deviasi axis penglihatan berdeviasi ke arah superior maka disebut sebagai “hipertrofia/tropia” dan bila ke arahinverior maka disebut sebagai “hipovoria/tropia”. Bila salah satu mata terletak lebih tinggi dari lainnya disebut sebagai hipertropia dan dinyatakan mata mana yang terletak lebih tinggi.2

syarat-syarat penglihatan binokuler yang normal 8

1. faal masing-masing mata harus baik, yakin bahwa benda yang menjadi perhatian bisa difiksir pada kedua fovea, & sebanding

2. posisi kedua mata adalah sedemikian rupa sehingga pada setiap arah penglihatan, bayangan benda yang menjadi perhatian selalu jatuh tepat pada kedua fovea. hal ini dicapai karena kerjasama yang baik dari seluruh otot-otot ekstraokuler kedua mata & terlebih dulu masing-masing otot mempunyai faal yang normal.

3. harus ada kemampuan susunan syaraf pusat untuk mensintesa kedua bayangan yang diterima kedua mata menjadi suatu sensasi berupa bayangan tunggal. hal ini disebut fusi.

(4)

kalau diperhatikan syarat-syarat tersebut di atas maka nama lain yang lebih tepat untuk strabismus adalah “visual sensori motor anomali”.

2.2 Anatomi Otot dan Fisiologi Otot Mata Otot-Otot Luar Bola Mata 1,9

a. Muskulus rektus lateral, kontaksinya akan menghasilkan abduksi atau menggulirnya bola mata kearah temporal dan otot ini dipersarafi oleh saraf ke VI (saraf abdusen).

b. Muskulus rektus medius, kontraksinya akan menghasilkan aduksi atau menggulirnya bola mata kearah nasal dan otot ini dipersarafi oleh saraf ke III (saraf okulomotor).

c . M u s k u l u s r e k t u s s u p e r i o r, k o n t r a k s i n ya a k a n m e n g h a s i l k a n e l e v a s i , a d u k s i , d a n intorsi bola mata yang dipersarafi oleh saraf ke III (saraf okulomotor)

d. Muskulus rektus inferior, kontraksinya akan menghasilkan depresi, adduksi, danekstorsi yang dipersarafi oleh saraf ke III(saraf okulomotor). e. Muskulus oblik superior, kontraksinnya akan menghasilkan intorsi,

abduksi, dandepresi yang dipersarafi saraf ke IV (saraf troklear)

f. Muskulus oblik inferior ,kontraksinya akan menghasilkan ekstorsi, abduksi, danelevasi yang dipersarafi saraf ke III (saraf okulomotor)

(5)
(6)

Gambar 2. Anatomi otot mata

Arah Gerakan Otot yang Bekontraksi

Kanan Atas Rectus Superior OD & Oblique Inferior OS Kanan Rectus Lateralis OD & Rectus Medialis OS Kanan Bawah Rectus Inferior OD & Oblique Superior OS Kiri Atas Oblique Inferior OD & Rectus Superior OS Kiri Rectus Medialis OD & Rectus Lateralis OS Kiri Bawah Oblique Superior OD & Rectus Inferior OS

Table 1. arah gerakan mata, Dikutip dari kepustakaan 8

OTOT FUNGSI PRIMER FUNGSI SEKUNDER

m. RECTUS LATERALIS ABDUKSI

(7)

-m. RECTUS SUPERIOR ELEVASI ADDUKSI & INTORSI

m. RECTUS INFERIOR DEPRESI ADDUKSI & EXTORSI

m. OBLIQUE SUPERIOR DEPRESI ABDUKSI & INTORSI

m. OBLIQUE INFERIOR ELEVASI ABDUKSI & EXTORSI

Tabel 2. Fungsi otot mata, dikutip dari kepustakaan 8

OTOT PERSARAFAN

m. RECTUS LATERALIS N 6 (ABDUSCEN)

m. RECTUS MEDIALIS N 3 (OCULOMOTORIUS)

m. RECTUS SUPERIOR N 3 (OCULOMOTORIUS)

m. RECTUS INFERIOR N 3 (OCULOMOTORIUS)

m. OBLIQUE SUPERIOR N 4 (TROCHLEARIS)

(8)

 Kedudukan bola mata

Kedudukan bola mata yang normal adalah sejajar (ortoforia) dan dapat diperiksa dengan berbagai cara seperti cover test, uji Hirschberg dan lain-lain. Pada keadaan dimana kedudukan bola mata tidak sejajar (heteroforia seperti pada eksoforia, esoforia atau hiperforia), maka haruslah diselidiki apakah ini disebabkan suatu parese, dorongan atau hambatan mekanik atau strabismus non paretik. Diperlukan penentuan kedudukan pergerakan bola mata, dan 9 posisi untuk diagnosis kelainan pergerakan mata. Dikenal beberapa bentuk kedudukan bola mata ;

1. Posisi primer, mata melihat lururs ke depan

2. Posisi sekunder, mata melihat lurus ke atas, lurus ke bawah, ke kiri dan ke kanan

3. Posisi tertier, mata melihat ke atas kanan, ke atas kiri, ke bawah kanan dan ke bawah kiri.

(9)

Pergerakan dua mata diperiksa dengan cara meminta penderita mengikuti gerakan suatu obyek yang dipegang oleh pemeriksa yang digerakkan ke arah yanng diinginkan biasanya pemeriksaan dilakukan pada 6 arah utama.

Pada keadaan strabismus (heteroforia) maka pemeriksaan dilakukan pada masing-masing mata.  Pergerakan satu mata (Duksi)

Pada pemeriksaan ini satu mata penderita ditutup dan mata lainnya diminta untuk mengikuti gerakan obyek yag dipegang pemeriksaan seperti pada pemeriksaan versi.

Aspek sensorik penglihatan Penglihatan binokuler

Pada penglihatan binokuler yang normal, bayangan dari obyek yang menjadi perhatian jatuh pada kedua fovea mata.Impuls akan berjalan sepanjang optic pathway menuju cortex occipitalis & diterima sebagai bayangan tunggal.Pada saat lahir, perkembangan penglihatan masing-masing mata belum mencapai keadaan yang normal karena perkembangan anatomi & faal mata belum sempurna. Demikian juga perkembangan penglihatan binokuler (binokuler vision)

Penglihatan pada bayi terus berkembang pada tahun pertama & mencapai puncaknya pada usia 3 tahun, sehingga umur 3 tahun disebut “umur kritis” & periode sbelum umur 3 tahun merupakan periode yang sgt sensitif, sesuai dengan perkembangan anatomi retina & makula visus anak mencapai 6/6 (normal) pada umur 5 tahun.Dalam perkembangan ini diperlukan rangsangan normal, artinya tidak ada hambatan , maka perkembangan penglihatan tidak sempurna, & bila tidak segera diperbaiki dapat mengakibatkan amblyopia & strabismus.

Fusi

Fusi adalah pertumbuhan bayangan menjadi satu atau persatuan, peleburan, dan penggabungan di otak yang berasal dari 2 bayangan mata sehingga secara mental berdasarkan kemampuan otak didapatkan suatu penglihatan tungal, yang berasal dari sensasi/ penghayatan masing-masing mata.

Kesan penglihatan tunggal ini mempunyai sifat ketajaman bentuk, warna dan cahaya sedangkan ukuran dimensinya hanyalah panjang dan lebar. Untutk menghindari agar tidak

(10)

terjadi bayangan yang berasal dari titik yang tidak sefaal, maka terjadi pergerakan refleks vergen/ konvergen dan divergen.

Dimana difusi adalah ;

1. Kemampuan otak untuk membuat satu bayangan gambar yang berasal dari kedua mata.

2. Fusi akan hilang bila penglihatan satu mata tidak ada.

Diperlukan beberapa syarat agar penglihatan binokular emnjadi sensasi tunggal, yaitu ; 1. Bayangan benda yang jatuh pada kedua fovea sama dalam semua gradasi.

2. Bayangan benda selalu terletak pada kedua fovea sentral

3. Bayangan yang diteruskan ke dalam susunan saraf pusat dapat menilai kedua bayangan menjadi bayangan tunggal.

Bila terjadi hal diatas maka akan terdapat bayangan tunggal binokular, sedang bila salah satu faktor diatas tidak terjadi maka akan terjadi penglihatan binokular yang tidak tunggal.

Penglihatan tunggal dengan kedua mata ini dapat terjadi pada semua bayangan di kedua makula dan luar makula sehingga terjadi penglihatan sentral dan perifer bersama-sama. Penglihatan tunggal dengan kedua mata untutk daerah sentral selalu disertai dengan penglihatan tunggal daerah perifer.

Refleks fusi

Usaha mata mempertahankan letak mata searah atau sejajar. Walaupun refleks ini tanpa disadari dan automatis ia memerlukan perhatian penglihatan. Refleks fusi ini dirangsang oleh terjadinya bayangan terpisah pada kedua mata atau terdapatnya bayangan satu pada 2 titik retina tidak sekoresponden.

Supresi, dimana otak mengabaikan bayangan benda mata yang lainnya untuk mencegah terjadinya diplopia. Supresi terjadi akibat ;

1. Juling kongenital

2. Satu mata sering berdeviasi

3. Mata deviasi berganti dimana tidak akan terjadi diplopia karena akan terjadi supresi pada salah satu mata.

(11)

Dikenal beberapa refleks yang berhubungan dengan kedudukan mata ; Refleks fiksasi

Suatu refleks untuk melakukan fiksasi agar penglihatan menjadi baik. Pada keadaan ini harus ada sinar, sensasi dan persepsi mata. Pada refleks relaksasi mata kembali pada kedudukan semula atau mengambila kedudukan baru. Bayi mulai ada refleks fiksasi pada usia 6 minggu dimana ia mulai mengikuti gerakan benda di depan matanya.

Refleks fiksasi dapat dibagi dalam ;

- Refleks fiksasi akomodasi, yang perkembangannya bersamaan dan tergantung pada perkembangan otot siliar, refleks akomodasi merupakan refleks adaptasi dekat yaitu untuk melihat benda lebih baik pada keadaan dekat/ konvergensi terjadi kontraksi otot siliar, mencembungnya lensa, konvergensi, dan kontriksi atau menciutnya pupil

- Refleks fiksasi kompensasi, merupakan reaksi fisiologik dimana mata berkaitan pada bidang horizontal susunan sistem labirirn, dan melalui refleks ini didapatkan keternagan keduudkan tubuh sampai pada tiitk berat tubuh.

- Refleks fiksasi orientasi, dimana mata berkaitan dengan objek sekitar lainnya.

- Refleks fiksasi vergens, merupakan reaksi fifiologik berhubungan dengan refleks fiksasi kompensasi dan orientasi.

- Refleks ambliopia, ambliopia yang terjadi akibat rangsangan daerah tepi retina.

- Refleks fusi, usaha mata mempertahankan letak mata searah atau sejajar. Walaupun refleks ini tanpa disadari dan automatis ia memerlukan perhatian penglihatan. Refleks fusi ini dirangsang oleh terjadinya bayangan terpisah pada kedua mata atau terdapatnya bayangan satu pada 2 titik retina tidak sekoresponden.

2.3 Etiologi 5

(12)

“Genetik Pattern”nya belum diketahui dengan pasti, tetapi akibatnya sudah jelas. Bila orang tua yang menderita strabismus dengan operasi berhasil baik, maka bila anaknya menderita strabismus dan operasi akan berhasil baik pula.

2. Kelainan Anatomi

Kelainan otot ekstraokuler - Over development - Under development

- Kelainan letak insertio otot 3. Kelainan pada “vascial structure”

Adanya kelaian hubungan vascial otot-otot ekstraokuler dapat menyebabkan penyimpangan posisi bola mata.

4. Kelainan dari tulang-tulang orbita

a) Kelainan pembentukan tulang orbita menyebabkan bentuk dan orbital abnormal, sehingga menimbulkan penyimpangan bola mata.

b) Kelainan pada saraf pusat yang tidak bisa mensintesa rangsangan. c) Fovea tidak dapat menangkap bayangan.

d) Kelainan kwantitas stimulus pada otot bola mata. e) Kelainan Sensoris

5. Kelainan Inervasi

Gangguan proses transisi dan persepsi 2.4 Patogenesis

Bila terdapat satu / lebih otot mata yang tidak dapat mengimbangi gerak otot-otot lainnya maka akan terjadi gangguan keseimbangan gerak kedua mata, sumbu penglihatan akan menyilang, mata menjadi strabismus & penglihatan menjadi ganda (diplopia)

Gangguan gerakan mata : 1. Tonus yang berlebihan. 2. Paretik / paralytik. 3. Hambatan mekanik.

(13)

Contoh : parese / paralyse rectus lateralis mata kanan, maka akan terjadi esotropi mata kanan.2,8

Gambar 3. Arah Gerakan Otot Mata

Gangguan Faal Otot Penggerak Bola Mata1,2,10

Kedua bola mata digerakkan oleh otot-otot mata luar sedemikian rupa sehingga bayangan benda yang menjadi perhatian akan selalu jatuh tepat di kedua fovea sentralis. Otot penggerak kedua bola mata, yang berjumlah dua belas akan selalu bergerak secara teratur; gerakan otot yang satu akan mendapatkan keseimbangan gerak dari otot-otot lainnya. Keseimbangan yang ideal seluruh otot penggerak bola mata ini menyebabkan kita dapat selalu melihat secara binokular.

Apabila terdapat satu atau lebih otot penggerak bola mata yang tidak dapat mengimbangi gerak otot-otot lainnya,maka terjadilah gangguan keseimbangan gerak antara kedua mata, sehingga sumbu penglihatan menyilang pada tempat diluar letak benda yang menjadi perhatiannya dan disebut ‘juling’ (crossed Eyes). Gangguan keseimbangan gerak bola mata (muscle imbalance) bisa disebabkan oleh hal-hal berikut :

1. Apabila aktivitas dan tonus satu atau lebih otot penggerak menjadi berlebihan; dalam hal ini otot bersangkutan akan menarik bola mata dari kedudukan normal. Apabila otot yang hiperaktiv adalah otot yang berfungsi untuk kovergensi terjadilah juling yang konvergen (esotropia).

(14)

2. Kebalikan dari pertama, apabila satu atau lebih dari otot penggerak bola mata aktivitas atau tonusnya menjadi melemah atau paretik. Bila hal ini terjadi pada otot yang dipakai untuk konvergensi, maka terjadilah juling divergen (ekstropia).

Dapatlah dimengerti bahwa ada dua keadaan tersebut di atas, besarnya sudut deviasi adalah berubah-ubah tergantung pada arah penglihatan penderitaan. Keadaan juling seperti itu disebut sebagai gangguan keseimbangan gerak yang inkomitat. Sebagai contoh adalah suatu kelumpuhan otot rektus lateral mata kanan, maka besar sudut deviasi adalah kecil bila penderita melihat kearah kiri dan membesar bila arah pandang ke kanan.

Gangguan keseimbangan gerak bola mata dapat pula terjadi karena suatu kelainan yang bersifat sentral berupa kelainan stimulus pada otot. Stimulus sentral untuk konvergensi bisa berlebihan sehingga akan didapatkan seorang penderita kedudukan bola matanya normal pada penglihatan jauh (divergensi) tetapi menjadi juling konvergen pada waktu melihat dekat (konvergensi); demikian kita kenali :

Convergence excess bila kedudukan bola mata penderita normal melihat jauh dan

juling ke dalam esotopia pada waktu melihat dekat.

Divergence excess (aksi lebih konvergensi) bila kontraksi otot penggerak bola mata

penderita normal pada penglihatan dekat, tetapi juling keluar (divergent squint) bila melihat jauh.

Convergence insuffiency bila kedudukan bola mata normal pada penglihatan jauh tapi

juling keluar pada waktu melihat dekat.

Divergence insuffiency bila penderita mempunyai kedudukan bola mata yang normal

untuk dekat tetapi juling ke dalam bila melihat jauh.

Hukum dalam Strabismus 2

1. Hukum Donder : Kedudukan bola mata terhadap fiksasi penglihatan ditentukan oleh arah mata. Bola mata berputar pada sumbu penglihatan tanpa disadari atau disengaja. 2. Hukum hering: Pada pergerakan bersama kedua bola mata didapatkan rangsang yang

sama dan simultan pada otot-otot mata agonis dari pusat persarafan okulogiri untuk mengarahkan kedudukan mata.

3. Hukum listing: bila terjadi perubahan grafis fiksasi bola mata dari posisi primer ke posisi yang lainnya maka sudut torsi pada posisi sekunder ini sama seperti bila mata

(15)

itu kembali pada posisinya dengan berputar pada sumbu yang tetap yang tegak lurus pada sumbu permulaan dan posisi akhir dari garis fiksasi.

4. Hukum Sherington : satu otot berkontraksi dan otot yang satu lagi akan relaksasi. Agonis dan antagonis

2.5 Klasifikasi 8,10 Foria

Dikenal dua bentuk foria yaitu : 1. Ortoforia

Ortoforia merupakan keduudkan bola mata dimana kerja otot-otot luar bola mata seimbang sehingga memungkinkan terjadinya fusi tanpa usaha apapun.

Pada ortoforia kedudukan bola mata ini tidak berubah walaupun refleks fusi diganggu.

Ortoforia yang sempurna sebetulnya suatu keadaan yang jarang dan kedudukan mata tergeser sebesar 3-5 derajat pada bidang horizontal atau 2 derajat pada bidang vertikal masih dianggap dalam batas normal.

Penglihatan dengan kedua mata adalah perlu di dalam kehidupan sehari-hari karena dengan penglihatan binokular didapatkan persepsi serentak dengan kedua mata, fusi dan penglihatan ruang (stereopsis).

2. Heteroforia

Heterotrofi adalah keadaan kedudukan bola mata yang normal namun akan timbul pengimpangan (deviasi) apabila refleks fusi diganggu. Deviasi hilang bila faktor desosiasi ditiadakan akibat terjadinya pengaruh refleks fusi.

Macam-macam heterotrofi bergantung kepada bidang penyimpangannya; pada bidang horizontal ditemukan esofori dan eksofori, pada bidang vertikal ditemukan hipo atau hiperforia sedang pada bidang frontal ditemukan insiklofori dan eksiklofori. Penyebabnya adalah akibat tidak seimbangnya atau insufisiennya otot penggerak mata.

Terdapat 75-90% penduduk menderita heteroforia dan biasanya tidak menimbulkan keluha[n. Pada penelitian ditemukan bahwa bila kekuatan fusi vergens 2 kali sebesar

(16)

kekuatan heteroforianya maka heteroforia ini tidak akan menimbulkan keluhan. Fusi pasien dapat terganggu bila pasien letih atau saat mata tertutup misalnya pada uji tutup mata dan uji tutup mata bergantian.

Pada penderita heteroforia tidak terdapat ambliopia dan mungkin masih terdapat penglihatan stereoskopik.

Heteroforia ini dapat dibagi menururt arah penyimpangan sumbu penglihatan. Esoforia, mata berbakat juling ke dalam.

Esofori adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan ke arah nasal yang tersembunyi oleh karenan masih adanya refleks fusi. Esoforia yang mempunyai sudut penyimpangan lebih besar pada waktu melihat jauh daripada waktu melihat dekat disebabkan oleh suatu insufisiensi divergen.

Esoforia yang mempunyai sudut penyimpangan lebih kecil pada waktu melihat dekat disebabkan oleh suatu ekses konvergen. Biasanya diakibatkan oleh suatu akomodasi yang berlebihan pada hipermetropia yang tak dikoreksi.

Bila besar sudut penyimpangan sama besar pada waktu melihat dekat dan melihat jauh, maka ini disebut sebagai basic type.

Penglihatan esoforia dapat diobati dengan jalan :

1. Memberikan koreksi hipermetropia untuk mengurangi rangsang akomodasi yang berlebih-lebihan

2. Memberikan miotika untuk menghilangkan akomodasinya

3. Memberikan prisma base out yang dibagi sama besar untuk mata kiri dan kanan 4. Tindakan operasi bila usaha-usaha diatas tidak berhasil

Eksforia, mata berbakat juling ke luar

Eksforia atau strabismus divergen latin adalah suatu tendensi penyimpangan sumbu penglihatan ke arah temporal. Dimana pada eksforia akan terjadi deviasi ke luar pada mata yang ditutup atau dicegah terbentuknya refleks fusi.

Eksoforia merupak kelainan yang paling sering dijumpai pada keadaan kelainan keseimbangan kekuatan otot luar bola mata karena kedudukan bola mata pada waktu

(17)

istirahat pada umumnya ada pada keadaan sedikit menggulir ke arah luar. Eksoforia kecil tanpa keluhan sering pada anak-anak.

Eksoforia besar sering akan memberikan keluhan astenopia. Apabila sudut penyimpangan pada waktu melihat jauh lebih besar daripada waktu melihat dekat, maka hal ini biasanya disebabkan oleh suatu ekses divergen. Sedangkan apabila sudut penyimpangan pada waktu melihat dekat lebih besar dibanding waktu melihat jauh, maka hal ini disebabkan oleh kelemahan akomodasi.

Pada orang miopia mudah terjadi eksoforia karena mereka jarang berakomodasi akibatnya otot-otot untuk berkonvergensi menjadi lebih lemah dibanding seharusnya. Juga suatu perbaikan yang mendadak pada orang dengan hipermetropia dan presbiopia yang mendapat koreksi kaca mata dapat menimbulkan eksoforia karena hilangnya ketegangan akomodasi yang tiba-tiba.

Pengobatan ditujukan kepada kesehatan secra umum. Bila ada kelainan refraksi harus diberikan koreksi. Bila mungkin diberikan latihan-latihan ortoptik. Bila tidak berhasil dapat diberikan prisma base in yang kekuatannya dibagi dua sama besar untuk masing-masing mata, kiri dan kanan.

Hiperforia, mata berbakat juling ke atas

Hiperforia atau strabismus sursumvergen laten adalah suatu tendensi penyimpangan sumbu penglihatan kearah atas.

Dimana pada hiperforia akan terjadi deviasi ke atas pada mata yang ditutup. Umumnya keadaan ini disebabkan kerja yang berlebihan (over action) otot-otot rektus inferior dan obliqus superior atau kelemahan (under action) otot-otot rektus inferior dan obliqus superior. Keadaan hipertrofi mudah sekali menyebabkan astenopia. Pengobatan dapat dengan kacamata prisma dan puncak diatas (vertical base up) di depan mata yang sumbu penglihatannya lebih rendah. Dapat juga dilakukan operasi pada otot-otot rektus superior dan rektus inferior.

(18)

Hipoforia atau strabismus deorsumvergen laten adalah suatu tendensi penyimpangan sumbu penglihatan ke arah bawah. Mata akan berdeviasi ke bawah bila ditutup.

Sikloforia, mata berdeviasi torsi pada mata yang ditutup. Sikloforia atau strabismus torsional laten adalah suatu tendensi penyimpangan sumbu penglihatan berotasi :

- Insikloforia : bila kornea jam 12 berputar ke arah nasal - Eksokloforia : bila kornea jam 12 berputar ke arah temporal.

Penderita dengan heteroforia akan mengeluh sakit pada mata, sakit kepala, kelopak mata yang berat, mual vertigo, dan kadang-kadang diplopia.

Tropia dapat dibagi dalam berbagai kategori a. Menurut arah deviasi.

1) Ke luar : exptropia 2) Ke dalam : esotropia 3) Ke bawah : hypotropia 4) Ke atas : hypertropia b. Menurut manifestasinya. 1) manifest = heterotropia

2) latent = heterophoria : deviasi terjadi apabila mekanisme fusi diputus. c. Menurut sudut deviasi

1) comitment strabismus : sudut deviasi tetap konstan pada berbagai posisi.

2) non comitant strabismus : sudut deviasi tidak sama, pada kebanyakan kasus disebabkan kelumpuhan otot ekstraokuler, karenanya sering disebut sebagai “ paralytic strabismus “.

d. Menurut kemampuan fixasi mata

1) Unilateral strabismus : bila satu mata yang berdeviasi secara konstan. 2) Alternating strabismus : bila kedua mata berdeviasi secara bergantian. e. Menurut waktu berlangsungnya strabismus

(19)

1) Permanent : mata tampak berdeviasi secara konstan.

2) Intermittent : pada keadaan tertentu misalnya lelah, cemas dll, mata kadang2 tampak berdeviasi, kadang-kadang normal.

Eksotropia

Merupaka strabismus divergen manifest dimana sumbu penglihatan ke arah temporal. Karena syarat penglihatan binokuler tidak terpenuhi misalnya pada myopia yang lama tidak dikoreksi, pada anisokonia atau lesi retina akan terjadi amblyopia kemudian eksotropia. 7,10

- Eksotropia intermiten

Onset deviasi mungkin pada tahun pertama dan dalam praktiknya semua kasus sudah muncul dalam usia 5 tahun. Dari anamnesis sering diketahui kelainan tersebut memburuk secara progresif. Suatu tanda yang khas adalah penutupan satu mata dalam cahaya yang terang. Karena anak melakukan fusi paling tidak pada sebagian waktu, amblyopia jarang terjadi, walaupun ada hanya ringan.10

- Eksotropia konstan

Lebih jarang dibandingkan intermiten. Kelainan ini dijumpai sejak lahir. Karena itu anak-anak dengan eksotropia infantile berisiko mengalami kerusakan neurologi dan keterlambatan perkembangan. Derajat dari eksotropia konstan bervariasi, lamanya penyakit atau adanya penurunan penglihatan pada satu mata dapat menjadikan deviasi semakin besar. 10

Hipertropia

Hipertropia adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata dimana salah satu sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan yang lainnya menyimpang pada bidang vertikal ke arah superior (atas).

Hipotropia

Hipotropia adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata dimana salah satu sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan yang lainnya menyimpang pada bidang vertikal ke arah inferior (bawah).

(20)

2.6 Gejala klinis 2,7,10

a. Gerak mata terbatas, pada daerah dimana otot yang lumpuh bekerja. Hal ini menjadi nyata pada kelumpuhan total dan kurang nampak pada parese. Ini dapat dilihat, bila penderita diminta supaya matanya mengikuti suatu obyek yang digerakkan ke 6 arah kardinal, tanpa menggerakkan kepalanya (excurtion test). Keterbatasan gerak kadang-kadang hanya ringan saja, sehingga diagnosa berdasarkan pada adanya diplopia saja.

(21)

b. Deviasi

Kalau mata digerakkan kearah lapangan dimana otot yang lumpuh bekerja, mata yang sehat akan menjurus kearah ini dengan baik, sedangkan mata yang sakit tertinggal. Deviasi ini akan tampak lebih jelas, bila kedua mata digerakkan kearah dimana otot yang lumpuh bekerja. Tetapi bila mata digerakkan kearah dimana otot yang lumpuh ini tidak berpengaruh, deviasinya tak tampak.

c. Mata melihat lurus kedepan, esotropia mata kanan nyata. Mata melihat kekiri tak tampak esotropia. Mata melihat kekanan esotropia nyata sekali.

d. Parese m.rektus lateral mata kanan Mata kiri fiksasi (mata sehat) mata kanan ditutup (mata sakit) deviasi mata kanan=deviasi mata primer Mata kiri yang sehat ditutup, mata kanan yang sakit fiksasi, deviasi mata kiri = deviasi sekunder, yang lebih besar dari pada deviasi primer.

e. Diplopia : terjadi pada lapangan kerja otot yang lumpuh dan menjadi lebih nyata bila mata digerakkan kearah ini.

f. Ocular torticollis (head tilting).Penderita biasanya memutar kearah kerja dari otot yang lumpuh. Kedudukan kepala yang miring, menolong diagnosa strabismus paralitikus. Dengan memiringkan kepalanya, diplopianya terasa berkurang.

g. Proyeksi yang salah. Mata yang lumpuh tidak melihat obyek pada lokalisasi yang benar. Bila mata yang sehat ditutup, penderita disuruh menunjukkan suatu obyek yang ada didepannya dengan tepat, maka jarinya akan menunjukkan daerah disamping obyek tersebut yang sesuai dengan daerah lapangan kekuatan otot yang lumpuh. Hal ini disebabkan, rangsangan yang nyata lebih besar dibutuhkan oleh otot yang lumpuh, untuk mengerjakan pekerjaan itu dan hal ini menyebabkan tanggapan yang salah pada penderita.

h. Vertigo mual-mual, disebabkan oleh diplopia dan proyeksi yang salah. Keadaan ini dapat diredakan dengan menutup mata yang sakit.

2.7 Pemeriksaan 2,3,4,10 Pemeriksaan Diagnostik a. E-chart / Snellen Chart

Pemeriksaan dengan e-chart digunakan pada anak mulai umur 3 - 3,5 tahun, sedangkan diatas umur 5 – 6 tahun dapat digunakan Snellen chart.

b. Untuk anak dibawah 3 th dapat digunakan cara 1. Objektif dengan optal moschope

(22)

3. Dengan oklusi / menutup cat mata c. Menentukan anomaly refraksi

Dilakukan retroskopi setelah antropinisasi dengan atropin 0,5 % - 1 % d. Retinoskopi

Sampai usia 5 tahun anomali refraksi dapat ditentukan secara objectif dengan retinoskopi setelah atropinisasi dengan atropin 0,5 % - 1 %, diatas usia 5 tahun ditentukan secara subbjektif seperti pada orang dewasa.

e. Pemeriksaan reflek cahaya dari senter pada permukaan kornea (Tes Hisch Berg) Caranya :

Penderita disuruh untuk melihat cahaya pada jarak 12 inci (30cm). perhatikan reflek cahaya terhadap pupil. Kalau letak nya di pinggir pupil, maka deviasinya 15 derajat, tapi kalau letaknya diantara pinggir pupil dan limbus maka deviasinya 30 derajat dan jika letak nya di limbus, maka derajat deviasinya 45 derajat.(catt : 1 derajat= 2 prisma diopter)

(23)

f. Uji Krimsky Caranya:

Penderita melihat kesumber cahaya yang jarak nya ditentukan. Perhatikan reflek cahaya pada mata yang berdeviasi. Kekuata prisma yang terbesar diletakkan di depan mata yang brdeviasi, sampai reflek cahaya yang terletak disentral kornea

g. Pemeriksaan gerakan mata

 Pemeriksaan pergerakan monokuler

Satu mata ditutup dan mata yang lainnya mengikuti cahaya yang digerakkan kesegala arah pandangan,sehingga adanya kelemahan rotasi dapat diketahui. Kelemahan seperti ini biasanya karena para usis otot atau karena kelainan mekanik anatomic.

 Pemeriksaan pergerakan binokuler

Pada tiap-tiap mata ,bayangan yang ditangkap oleh fovea secara subjektif terlihat seperti terletak lurus didepan .apabila ada 2 objek yang berlainan ditangkap oleh 2 fovea, kedua objek akan terlihat seperti terletak lurus didepan .apabila ada 2 objek akan terlihat saling tindih,tetapi jika ada ketidak samaan menyebabkan fusi tidak memberikan kesan tunggal.

(24)

Test Tambahan

Pemeriksaan Ini dilakukan untuk mengukur derajat strabismus. Diantara nya: 1. Tes Maddox Cross

Maddox Cross terdiri dari satu palang dengan tangan dari silang nya 1 m. pada jarak 1m dari Maddox cross, kedua mata penderita, musle light yang terletak ditengah-tengah Maddox cross dan ujung Maddox cross membentuk segitiga sama kaki dengan sudut dasarnya 45o

Suruh penderita melihat muscle light, kalau tidak ada strabismus, reflek cahaya terletak di tengah-tengah pupil, namu bila strabismus, letaknya eksentrik

2. Tes Pemeriksaan Rotasi Monokuler Caranya:

Diperiksa dengan salah satu mata ditutup, sedangkn mata yang lain mengikuti cahaya atau objek yang diarahkan kesemua arah. Kelemahan deduksi dapat diketahui yang disebabkan oleh kelemahan otot atau kelainan anatomis dari otot.

3. Uncover Test Caranya:

Pasien diminta melihat objek fiksasi. Mata kanan ditutup dan mata kiri tidak. Lalu dibuka, segera perhatikan, bila bola mata bergerak, heterophoria diam,orhoporia, exophoria bergerak nasal.

4. Penentuan sudut strabismus (susut deviasi)

Uji prisma dan penutupan yang terdiri dari 4 bagian : o Uji penutupan

Uji ini sering dipergunakan untuk mengetahui adanya tropia atau foria.

Uji pemeriksaan ini dilakukan untutk pemeriksaan jauh dan dekat, dan dilakukan dengan menyuruh mata berfiksasi pada satu obyek. Bila telah terjadi fiksasi kedua mata maka kiri ditutup dengan lempeng penutup. di dalam keadaan ini mungkin akan terjadi :

(25)

1. Mata kanan bergerak berarti mata tersebut mempunyai kejulingan yang manifes. Bila mata kanan bergerak ke nasal berarti mata kanan juling keluar atau eksotropia. Bila mata kanan bergerak ke temporal berarti mata kanan juling ke dalam atau esotropia.

2. Mata kanan bergoyang yang berarti mata tersebut mungkin ambliopia atau tidak dapat berfiksasi

3. Mata kanan tidak bergerak sama sekali, yang berarti bahwa mata kanan berkedudukan normal, lurus atau telah berfiksasi.

o Uji membuka menutup

Uji ini sama dengan uji tutup mata, dimana yang dilihat adalah mata yang ditutup. Mata yang ditutup dan diganggu fusinya sehingga mata yang berbakat menjadi juling akan menggulir. Bila mata tersebut ditutup dan dibuka akan terlihat pergerakan mata tersebut. Pada keadaan ini berarti mata ini mengalami foria atau juling atau berubah kedudukan bila mata ditutup.

o Uji penutupan berselang seling

Bila satu mata ditutup dan kemudian mata yang lain maka bila kedua mata berfiksasi normal maka mata yang dibuka tidak bergerak. Bila terjadi pergerakan bola mata yang baru dibuka berarti terdapat foria atau tropia.

(26)

2.8 Penatalaksanaan 2,4,6,7,8,10

Terjadinya strabismus adalah akibat dari tidak dipenuhinya syarat2 binokuler vision normal, karena itu tujuan pengobatan strabismus adalah mendapatkan binokuler vision yang baik

3 tahap pengobatan strabismus : (sidarta, PDT, 1. Memperbaiki visus masing-masing mata :

 Dengan menutup mata yang baik  Pemberian kaca mata

 Latihan ( oleh orthoptist ) 2. Memperbaiki kosmetik :

 Mata diluruskan dengan jalan operasi  Pemberian kaca mata

(27)

3. Penglihatan binokuler :  Latihan orthoptic

salah satu pilihan terapi non-bedah pada strabismus dengan cara melatih mata yang mengalami gangguan koordinasi. Pada ortoptik dilakukan serangkaian latihan pada otot bola mata yang mengalami kelainan, untuk memperkuat kekuatan otot mata yang lemah. Terapi ini dapat dilakukan di rumah.

Cara:

1. Siapkan pensil, tandai bagian tengahnya. Gambarkan huruf, angka, atau titik pada batang pensil. Dalam latihan ini, Anda akan memusatkan fokus mata ke pensil dan titik itu sembari menggeser pensil mendekati dan menjauhi mata. Push-up pensil dikenal bisa mengoreksi penglihatan ganda dan mata juling, tapi juga aman kalau Anda ingin mencobanya untuk mengatasi masalah penglihatan lainnya. Selain gratis dan tidak menyakitkan, latihan ini hanya butuh pengaturan berulang-ulang fokus Anda

2. Genggam pensil di depan wajah Anda, sejauh rentang lengan. Pegang pensil pada posisi vertikal sehingga bagian ujungnya, yang biasa ditempeli penghapus, menghadap langit-langit atau lantai. Kalau orang lain membantu Anda dengan menggenggam pensil itu, rentangkan lengan Anda untuk mengukur jaraknya dari mata.

3. Fokuskan mata Anda ke tanda yang ada di batang pensil. Jangan lakukan langkah berikutnya hingga Anda merasa mata benar-benar terfokus dengan baik.

4. Sembari mempertahankan fokus mata ke titik yang sama, geser pensil perlahan mendekati wajah Anda. Coba geser pensil itu dalam garis lurus, mengarah ke hidung.Begitu pensil bergerak mendekat, mata Anda akan menyesuaikan agar tetap fokus di titik yang sama.

5. Berhentilah ketika Anda melihat dua pensil. Kalau pensil mulai terlihat seakan mengganda, berhentilah menggesernya mendekati wajah.

6. Lihat ke arah lain, atau tutup mata, selama beberapa detik. Tanpa menggerakkan kepala Anda maupun pensil itu, alihkan sejenak fokus mata

(28)

Anda. Tatap sesuatu yang lain, dan jangan cemaskan pensil itu selama setidaknya 5 detik. Kalau susah, tutup saja mata Anda.

7. tatap kembali pensil. Kembalikan fokus mata ke pensil setelah mata segar kembali agar Anda tidak melihat dua pensil.Kalau masih tampak dua pensil, istirahatkan mata Anda selama beberapa detik lagi, kemudian coba kembali. Jangan patah arang kalau pensil masih saja terlihat ganda setelah percobaan kedua. Upaya Anda akan membaik kok nantinya! Cukup lanjutkan ke langkah berikutnya.

8. Perlahan geser pensil menjauhi wajah Anda. Pertahankan fokus mata di tanda yang Anda gambarkan pada batang pensil ketika pensil itu bergerak menjauh. Teruskan menggesernya hingga sejauh rentang lengan Anda. 9. Ulangi latihan ini. Push-up pensil baru optimal kalau Anda melakukannya

berulang-ulang tiap hari. Sisihkan 5 menit sehari pertama, kemudian coba tambah hingga 10 menit.

 Operasi & orthoptic  Kaca mata & orthoptic

Jadi pengobatan strabismus dapat disimpulkan : A. Non operatif

- Kaca Mata

Alat optik terpenting dalam pengobatan strabismus adalah kacamata yang diresepkan secara akurat. Klarifikasi citra retina yang dihasilkan oleh kacamata memungkinkan mata menggunakan mekanisme fusi alamiah sebesar-besarnya. Kesalahan refraksi yang ringan tidak perlu diperbaiki. Apabila terdapat hiperopia dan esotropia yang bermakna, esotropia tersebut mungkin (paling tidak sebagian) disebabkan oleh hiperopia (esotropia akomodatif). Resep kacamata mengkompensasikan temuan-temuan sikloplegik penuh. Apabila mungkin, gunakan kacamata bifokus yang memungkinkan relaksasi untuk akomodasi penglihatan dekat

- Prisma

Prisma menghasilkan pengarahan ulang garis penglihatan secara optis. Unsur-unsur retina dibuat segaris untuk menghilangkan diplopia. Penjajaran sensorik mata yang tepat juga merupakan suatu bentuk terapi antisupresi. Apabila digunakan sebelum

(29)

operasi, prisma dapat merangsang efek sensorik yang akan timbul setelah tindakan bedah. Pada pasien dengan deviasi horizontal, prisma akan memperlihatkan kemampuan pasien untuk memfusikan deviasi vertikal kecil yang simultan, sehingga dapat merupakan indikasi apakah juga harus dilakukan tindakan bedah untuk komponen vertikal. Pada anak dengan esotropia, dapat digunakan prisma sebelum operasi untuk memperkirakan pergeseran posisi pascaoperasi yang dapat mementahkan hasil pembedahan, dan rencana pembedahan dapat dimodifikasi sesuai hal tersebut (uji adaptasi prisma).

- Orthoptics :  Oklusi

Penggunaan eye patch (penutup mata) pada mata yang normal, sehingga melatih mata yang mengalami strabismus untuk berusaha melihat secara normal. Terapi ini cukup efektif dilakukan pada anak sampai usia 8 tahun. Terapi ini dibagi menjadi dua tahap, pada tahap awal dilakukan penggunaan

eye patch secara berturut-turut tanpa dilepas, kurang lebih selama setahun.

Selanjutnya akan dilakukan follow-up pada pasien apakah sudah terjadi perbaikan fungsi penglihatan atau tidak. Terapi ini hanya berfungsi untuk memperbaiki fungsi dari penglihatan binokuler, dan tidak memperbaiki kedudukan mata secara kosmetik.

 Obat-obatan

Penyuntikan toksin botulinum tipe A (Botox) ke dalam suatu otot intraokular menimbulkan paralisis otot tersebut yang lamanya bergantung dosis. Penyuntikan diberikan dibawah kontrol posisi secara elektromiografik dengan menggunakan jarum elektroda bipolar. Toksin berkaitan erat dengan jaringan otot. Dosis yang digunakan sangat kecil sehingga tidak terjadi toksisitas sistemik. Untuk memperoleh efek menetap, biasanya diperlukan dua kali injeksi atau lebih.

(30)

- Memanipulasi akomodasi 1. Lensa plus / dengan miotik

Menurunkan beban akomodasi dan konvergensi yang menyertai 2. Lensa minus dan tetes siklopegik

Merangsang akomodasi pada anak-anak - Penutup Mata

Jika anak menderita strabismus dengan ambliopia, dokter akan merekomendasikan untuk melatih mata yang lemah dengan cara menutup mata yang normal dengan plester mata khusus (eye patch). Penggunaan plester mata harus dilakukan sedini mungkin dan mengikuti petunjuk dokter. Sesudah berusia 8 tahun biasanya dianggap terlambat karena penglihatan yang terbaik berkembang sebelum usia 8 tahun Prisma.

B. Operatif

Tujuannya adalah untuk memperbaiki kelainan mata dengan cara mengubah fungsi dari otot atau mekanik ototnya

Indikasi dilakukannya adalah:

1. Penglihatan ganda yang makin parah 2. Kosmetik

3. Untuk memperbaiki wajah yang berbelok dengan strabismus incominant atau nistagmus

Reseksi dan resesi.

Merupakan tindakan sederhana dengan memperkuat otot ekstraokular dan melemahkan otot ekstraokular. Reseksi dimana otot dilepaskan dari mata, diregangkan lebih panjang

(31)

secara terukur, kemudian dijahit kembali ke mata, biasanya ditempat insersi semula. Resesi dimana otot dilepas dari mata, dibebaskan dari perlekatan fasia, dan dibiarkan mengalami retraksi. Otot tersebut dijahit kembali ke mata pada ajarak tertentu di belakang insersinya semula.

Penggeseran titik perlekatan otot

Hal ini dapat menimbulkan efek rotasional yang sebelumnya tidak dimiliki otot tersebut. Misalnya pergeseran vertikal kedua otot rektus horizontal di mata yang sama akan mempengaruhi posisi vertikal mata. Penggeseran vertikal otot rektus horizontal dalam arah yang berlawanan mempengaruhi posisi horizontal mata sewaktu memandang ke bawah dan ke atas.

Tindakan faden

Merupakan suatu operasi khusus untuk melemahkan otot, disebut juga tindakan fiksasi posterior. Dalam operasi ini diciptakan suatu insersi otot baru jauh dibelakang insersi semula. Hal ini menyebabkan pelemahan mekanis otot sewaktu mata berotasi di dalam bidang kerjanya. Apabila dikombinasi dengan resesi otot yang sama, operasi faden menimbulkan efek melemahkan yang mencolok tanpa perubahan bermakna pada posisi primer mata.

2.9 Komplikasi 10

Komplikasi pada strabismus dapat berupa : 1. Supresi

Merupakan usaha yang tak disadari dari penderita untuk menghindari diplopia yang timbul akibat adanya deviasinya. Mekanisme bagaimana terjadinya masih belum diketahui.

2. Amblyopia

Yaitu menurunkan visus pada satu / dua mata dengan / tanpa koreksi kacamata & tanpa adanya kelainan organiknya.

(32)

Adalah suatu keadaan dimana fovea dari mata yang baik ( yang tidak berdeviasi ) menjadi sefaal dengan daerah diluar fovea dari mata yang berdeviasi.

4. Defect otot

 Misal : kontraktur

Kontraktur otot mata biasanya timbul pada strabismus yang bersudut besar & berlangsung lama.

 Perubahan2 sekunder dari struktur conjungtiva & jaringan fascia yang ada disekeliling otot menahan pergerakan normal mata

5. Adaptasi posisi kepala

antara lain : Head Tilting, Head Turn.

Keadaan ini dapat timbul untuk menghindari pemakaian otot yang mengalami defect atau kelumpuhan untuk mencapai penglihatan binokuler.

Adaptasi posisi kepala biasanya kearah aksi otot yang lumpuh.

Contoh : Paralyse Rectus Lateralis mata kanan akan terjadi Head Turn kekanan.

2.10 Prognosa

Prognosis pada strabismus ini baik bila segera ditangani lebih lanjut, sehingga tidak sampai menimbulkan komplikasi yang menetap.

BAB III KESIMPULAN

Strabismus atau juling berarti suatu kelainan posisi bola mata dan bisa terjadi pada arah atau jarak penglihatan tertentu saja, misalnya kelainan posisi untuk penglihatan jarak jauh saja atau ke arah atas saja, atau terjadi pada semua arah dan jarak penglihatan.

Kata strabismus pada saat ini sering digunakan dalam pengertian suatu cabang ilmu penyakit mata yang nempelajari kelainan penglihatan binokular yang disebabkan oleh tidak adanya satu atau lebih persaratan tersebut tersebut di atas. Nama lain yang lebih tepat untuk strabismus adalah “VISUAL SENSORIMOTOR ANOMALIES”.

Telah dikemukakan bahwa untuk dapat melihat secara normal diperlukan sarat bahwa visus kedua mata adalah sama baiknya, faal ototnya baik dan susunan saraf pusat cukup baik untuk

(33)

mensitesa bayangan yang dikirimkan oleh kedua mata kita. Pengobatan terhadap penderita dengan strabismus adalah bertujuan untuk mengembalikan penglihatan birokuler yang normal, hingga pengobatan terhadap strabismus adalah memenuhi persyaratan untuk mencapai penglihatan binokuler tersebut diatas : dengan kata lain secara terhadap memperbaiki visus kedua matanya, kemudian memperbaiki posisi kedua mata hingga mencapai kedudukan “orthophoria” dan terakhir melatih penderita menyatukan dua bayangan dari kedua matanya.

Dan banyak penyebab terjadinya strabismus “mata juling” antara lain yaitu factor keturunan yang biasanya kita ketahui “Genetik Pattern”nya belum diketahui dengan pasti, tetapi akibatnya sudah jelas. Bila orang tua yang menderita strabismus dengan operasi berhasil baik, maka bila anaknya menderita strabismus dan operasi akan berhasil baik pula.

DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton, Arthur C. dan Hall, John E. Fisiologi Kedokteran edisi 11. Jakarta : EGC; 2008. 2. Ilyas, Sidarta dan Yulianti, Sri R. Ilmu Penyakit Mata edisi keempat. Jakarta: FK UI;

2012.

3. Ilyas, Sidarta. Dasar-Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. Jakarta :FK UI; 2009.

4. James, Bruce, Chew, Chris., Bron, Anthony. Oftalmologi edisi kesembilan. Jakarta : Erlangga; 2006.

5. Kanski, Jack J., clinical ophthalmology fourth edition. Glasgow: Bath Press Colourbooks; 1999.

(34)

6. Perhimpunan dokter Spesialis Mata Indonesia. Ilmu Penyakit Mata edisi kedua. Jakarta: Sagung Seto; 2007.

7. SMF Ilmu Penyakit Mata. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Surabaya: RSU Dr. Soetomo & FK Unair; 2006.

8. SMF Ilmu Penyakit Mata. Diktat Kuliah FK UWKS. Surabaya : FK UWKS; 2012 9. Snell, Richarcd. Anatomi Klinik Edisi Keenam. Jakarta : EGC; 2006.

10.Vaughan, Asbury, Daniel G, Taylor, dan Riordan-Eva, Paul. Editor; Diana Susanto. Oftalmologi Umum. Jakarta: EGC; 2009.

11.Strabismus. 2008. Available from:

Gambar

Gambar 2. Anatomi otot mata
Gambar 3. Arah Gerakan Otot Mata

Referensi

Dokumen terkait

Pemantapan sistem koordinasi bagi proses adminis trasi akademik juga mencakup pemantapan sistem pengawas an .Yang berjalan selama ini tidak ada sistem pengawasan yang jelas. Semua

Pendaftaran pasien rawat jalan adalah proses administrasi atau prosedur Pendaftaran pasien rawat jalan adalah proses administrasi atau prosedur yang harus dilalui oleh seorang

Faktor- faktor yang berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap tingkat adopsi teknologi usahatani padi sawah adalah pengetahuan, sedangkan

Menindaklanjuti proses pengadaan barang dengan Pelelangan Sederhana secara elektronik, dengan ini kami mengundang Saudara untuk mengikuti kegiatan Klarifikasi dan Pembuktian

Sebuah gambaran nyata mengenai hubungan bullying ditempat kerja terhadap stres kerja perawat, sehingga dapat mengantisipasi terjadinya peningkatan stres kerja

Ketika masalah Indonesia diterima masuk dalam agenda Dewan Keamanan PBB pada tanggal 30 Juli 1947, Australia menyerahkan rancangan resolusi' yang menyerukan agar semua

Seorang resepsionis hotel harus memiliki kepribadian yang baik dan menyenangkan, yang senantiasa selalu siap membantu tamu bila diperlukan, senang berhubungan dengan tamu dan

Berdasarkan pengumpulan data validasi yang telah dilakukan oleh penilaian validator ahli media, ahli materi, dan siswa kelas IX, diperoleh persentase rata-rata sebesar