• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

12

BAB III

SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

3.1 PERENCANAAN LAPANGAN (SITE PLANNING)

Perencanaan lapangan kerja (site planning) dibuat untuk mengatur penempatan peralatan, stok material dan sarana penunjang lainnya yang akan digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek, misalnya : direksi keet, gudang, barak kerja, posisi peralatan, dan fungsi lainnya.

Dalam menempatkan barang dan material kebutuhan pelaksanaan, baik di gudang maupun di halaman terbuka akan diatur sedemikian rupa sehingga :  Tidak mengganggu kelancaran dan keamanan lingkungan disekitar proyek.  Memudahkan pemeriksaan dan penelitian bahan-bahan oleh konsultan

pengawas.

 Memudahkan pelaksanaan tahap lanjutannya.

 Tidak menimbulkan masalah kesehatan dan keselamatan kerja.  Terjamin kebersihannya.

Untuk penerangan lokasi kerja akan digunakan daya listrik dari PLN melalui unit kerja yang terkait di lingkungan proyek atau menggunakan Genset terutama untuk pekerjaan lapangan. Kebutuhan air bersih, bila mungkin akan dicukupi dari sambungan lokal seijin pemegang otoritas yang mengurusi air bersih, bila hal tersebut tidak memungkinkan maka kebutuhan air akan dicukupi dari mobil tanki.

3.2 MANAJEMEN PROYEK

Pengelolaan pelaksanaan pekerjaan di proyek ini akan ditangani oleh tenaga-tenaga terampil PT. Waskita Karya yang sudah berpengalaman dalam penanganan proyek-proyek Jembatan Besar, sehingga keberhasilan pelaksanaan pekerjaan akan benar-benar terjamin, sesuai dengan apa yang diharapkan oleh semua pihak. Disamping itu, tenaga-tenaga kerja yang akan diikut sertakan dalam pelaksanaan pekerjaan

(2)

ini merupakan tenaga-tenaga yang telah dibina kemampuan dan produktifitasnya dalam pelaksanaan proyek-proyek besar sejenis, yang sebelumnya pernah ditangani oleh PT. Waskita Karya.

3.2.1 Struktur Organisasi

Pelaksanaan proyek dikelola oleh suatu tim manajemen yang dipimpin Kepala Proyek, dibantu oleh beberapa tenaga staf dan beberapa tenaga Pelaksana Lapangan beserta pembantu-pembantunya.

(3)

Kepala proyek memimpin semua kegiatan proyek, baik di bidang administrasi, teknik dan bidang lainnya.

1. Untuk masalah teknik engineering dan quality control, Kepala Proyek dibantu oleh Bagian teknik beserta stafnya.

2. Urusan keuangan, administrasi umum dan personalia, dibantu oleh Bagian Personalia dan Keuangan beserta stafnya.

3. Urusan logistik dan peralatan, dibantu oleh Bagian Logistik dan Peralatan. Secara organisasi perusahaan, Kepala Proyek bertanggung jawab langsung kepada Kepala Divisi Sipil PT. Waskita Karya yang bertindak sebagai pengelola operasional Perusahaan dan bertanggung jawab langsung kepada Direksi PT. Waskita Karya.

Dengan sistem organisasi seperti tersebut, maka pelaksanaan proyek akan berjalan dengan lancar, dan penyelesaian pekerjaan akan dapat tercapai dalam waktu yang ditentukan dan dengan mutu yang diharapkan. Hal tersebut benar-benar menjadi perhatian dan semboyan kami, sebab apabila terjadi keterlambatan di dalam penyelesaian proyek ini, akan mengakibatkan kerugian moril maupun material, bagi PT. Waskita Karya sebagai Pelaksana.

3.3 METODE PENCAPAIAN SASARAN

Untuk menjamin sistem manajemen dapat berlangsung dengan baik, PT Persero Waskita Karya telah mengeluarkan Kebijakan Mutu, sesuai prosedur mutu ISO 9002 (lihat Diagram Quality Assurance Process Control ISO 9002 PT WASKITA KARYA). Sistim manajemen tersebut di atas, dalam pelaksanaannya ditunjang dengan sarana-sarana lain, berupa perangkat lunak (software) sebagai sarana pengendali, dan perangkat keras (hardware) yang berupa peralatan-peralatan sebagai sarana penunjang pelaksanaan pekerjaan.

3.3.1 Sistem Pengendalian Proyek

Sarana pengendalian merupakan sesuatu yang sangat diperlukan untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan pekerjaan. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, segala sesuatu yang ada hubungannya dengan pengendalian dipersiapkan

(4)

dan dituangkan dalam bentuk daftar-daftar isian (formulir-formulir) pengendalian, yang mengacu pada jadwal pelaksanaan pekerjaan yang berupa barchart.

Program utama yang telah dituangkan di dalam barchart tersebut, di lapangan dijabarkan lagi secara lebih terinci. Dibuat program mingguan, yang realisasinya dipantau dengan daftar-daftar isian (formulir-formulir) laporan kegiatan pekerjaan.

Untuk memandu pelaksanaan pekerjaan di lapangan, dibuat metoda kerja yang rinciannya dilengkapi dengan gambar-gambar pelaksanaan (shop drawing) yang mudah dibaca dan dimengerti oleh setiap petugas yang terlibat di dalam pelaksanaan pekerjaan. Dengan sarana-sarana tersebut, maka sasaran kerja akan dicapai seperti yang diharapkan.

3.3.2 Pemilihan Alat

Pemilihan peralatan yang tepat baik dari segi jenis, jumlah maupun kapasitasnya serta sesuai dengan kondisi lapangan akan menjamin tercapainya sasaran pelaksanaan pekerjaan yakni Biaya Hemat, Mutu Akurat dan Waktu Tepat.

3.3.3 Material

Kebutuhan pokok bahan bangunan proyek ini yang merupakan material pabrikan adalah Gelagar Balok Girder, Baja Tulangan, Asphalt, Cat marka dll. Disamping itu ada material penunjang non pabrikan untuk pasangan seperti : pasir, split, batu kali dll. Atau material yang harus diolah dulu pada suatu plant misalnya campuran asphalt (AC-WC) yang diproses di AMP dan beton yang diproses di Batching Plant. Untuk menjamin kelancaran dalam mendapatkan material pokok kami akan menyertakan surat dukungan kesanggupan untuk mensupply material jika disyaratkan.

Sebelum digunakan, material terlebih dahulu diperiksa dan jika dipersyaratkan untuk uji laboratorium maka akan dilakukan pengujian, misalnya material aspal, kecuali jika pabrikan mampu menunjukkan sertifikat jaminan mutu, untuk menjamin persyaratan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.

(5)

1. Tenaga pimpinan dan staf manajemen proyek.

2. Tenaga operasional lapangan terdiri dari pelaksana, pengawas, mekanik & operator.

3. Pekerja (labour) diusahakan mengambil tenaga lokal.

Tenaga inti yang digunakan, merupakan tenaga pilihan yang sering menangani proyek-proyek besar dan pekerjaan-pekerjaan yang sejenis.

3.3.5 Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) adalah merupakan bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan Keselamatan & Kesehatan Kerja dan Lingkungan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja yang bertujuan menciptakan tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Sistem manajemen K3L dijalankan dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Program K3L ini disusun untuk dapat digunakan sebagai pedoman didalam perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan K3L di perusahaan sebagai panduan didalam menerapkan Sistem Manajemen K3L secara keseluruhan.

Diharapkan program ini dapat dimanfaatkan oleh seluruh petugas proyek didalam rangka membuat langkah-langkah pengamanan atau pengurangan resiko terhadap kecelakaan kerja dan dampak lingkungan yang mungkin bisa terjadi di proyek.

Sasaran utama dari penerapan Sistem Manajemen K3L di proyek adalah untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan dampak lingkungan, dan jika mungkin tetap terjadi adalah memperkecil resiko dengan metode pengamanan dan alat pelindung diri.

Untuk pengawasan dan pengamanan proyek, PT. Waskita Karya akan menyediakan tenaga keamanan dan keselamatan sesuai dengan kebutuhan, yang bertugas untuk :

(6)

a. Pengawasan terhadap para pekerja.

b. Pengawasan terhadap bahan-bahan dan peralatan untuk mencegah pencurian. c. Mencegah dan menghindari terjadinya kebakaran di proyek, dengan melarang

para pekerja membuat api untuk keperluan apapun, dan menyediakan tabung pemadam kebakaran yang mudah dicapai, baik ditempat pekerjaan maupun di kantor proyek.

d. Melakukan pengawasan terhadap pemakaian alat-alat keselamatan kerja, seperti helm kerja, sabuk pengaman, sepatu, sarung tangan dan sebagainya. e. Melakukan pengawasan dan menyiapkan pagar-pagar pengaman di

tempat-tempat yang berbahaya maupun yang sifatnya mengganggu kegiatan proyek. f. Mengawasi pemakaian peralatan untuk mencegah terjadinya kecelakaan. g. Menjaga keamanan para petugas proyek terhadap gangguan / ancaman dari

pihak luar, serta mencegah kemungkinan terjadinya keributan dilingkungan proyek.

h. Menjaga kelancaran lalu lintas agar tidak terjadi kemacetan.

Untuk menjaga keselamatan kerja seluruh staf dan pekerja yang terlibat dalam kegiatan proyek, akan dibentuk unit K-3 yang akan membuat program seperti tersebut di atas dan akan diawasi oleh tenaga satpam. Dalam menanggulangi hal-hal yang mungkin akan terjadi, maka unit K-3 akan bekerja sama dengan Puskesmas, Klinik, Rumah Sakit, maupun instansi-instansi lain yang terkait.

Sebagai sarana komunikasi di proyek, digunakan handy talky (HT) atau walky

talky, baik oleh para petugas keamanan, para pelaksana (supervisor) dan

petugas-petugas lain yang memerlukan.

3.3.6 Manajemen Lingkungan

Dalam rangka meningkatkan kinerja, PT. Waskita menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan yang mengacu pada Standard ISO 14001 : 2004.

Secara umum, Sistem Manajemen Lingkungan adalah sebagaimana tergambar dalam skema dibawah ini :

(7)

Gambar 3.2. Siklus Sistem Manajemen Lingkungan a. Perencanaan

Tahapan pertama yaitu Tahap Perencanaan yang dimula dengan identifikasi dampak lingkungan yang nantinya bermuara pada dampak kebijakan sebagaimana tergambar dalam skema di bawah ini:

Gambar 3.3. Siklus Perencanaan b. Pelaksanaan

Tahapan selanjutnya adalah tahapan Pelaksanaan dimana tahapan ini merupakan proses yang nantinya bermuara pada pemantauan sebagaimana tergambar dalam skema di bawah ini:

Identifikasi Dampak

Lingkungan Identifikasi Persyaratan Hukum dan lainnya

Evaluasi Aspek

(8)

Gambar 3.4. Siklus Pelaksanaan

c. Pemantauan

Tahapan selanjutnya setelah tahapan pelaksanaan yaitu pemantauan yang bermuara pada perbaikan dan peningkatan sebagaimana tergambar dalam skema di bawah ini:

Gambar 3.5. Siklus Pemantauan d. Perbaikan dan Peningkatan

Tahapan ini merupakan hasil dari pemantauan yang digunakan untuk terwujudnya tujuan manjemen yang baik sebagaimana tergambar dalam skema di bawah ini:

PERENCANAAN

Perlu Ditingkatkan Manajemen Kondisi

Darurat Pengendalian Prosedur Darurat Tujuan, sasaran Program Pengendalian PEMANTAUAN PELAKSANAAN Pemantauan dan Pengukuran

Evaluasi Kepatuhan

Audit Internal

(9)

Gambar 3.6. Siklus Perbaikan dan Peningkatan

Proses Pendukung :

 Sumber daya, tugas, tanggung jawab & wewenang  Kompetensi, pelatihan & pemahaman

 Komunikasi  Dokumentasi

 Pengendalian dokumen

 Ketidaksesuaian, tindakan perbaikan & pengesahan  Pengendalian catatan

3.3.7 Pengendalian Mutu (Quality Control).

Untuk menjamin agar diperoleh hasil kerja yang baik sesuai dengan mutu yang disyaratkan, perlu dilakukan pengendalian mutu (quality control) dengan cara melakukan pemeriksaan secara teratur, baik terhadap bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan, maupun terhadap cara pelaksanaan pekerjaan sendiri.

Rencana Pengawasan Mutu pada proyek ini meliputi : a. Material

Material yang diperiksa dengan dilakukan test pada dengan jenis yang berbeda tergantung pada jenis materialnya, hasil dari test tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

PEMANTAUAN

GAP

TUJUAN MANAJEMEN

(10)

Tabel 3.1. Rencana Pengawasan Mutu Material

No. Material Jenis Test Periode Test

1

Pasir Gradasi, Kadar lumpur Pengajuan Sampel Random

2 Agregat Abrasi, Gradasi Random

3 Sub Base Analisa Sampel, Random Plasticity Index Test

4 Base Course Analisa Sampel, Random

Abrassion Test

Soundness Test

5 Aspal Viscositas, Titik Bakar Random

Marshall Test

6 Agregat A, B Gradasi Sampel dan Random

7 Pemadatan Tanah Trial Compaction Rutin per-Layer Test CBR Permukaan

b. Proses

Proses yang dilakukan juga dilakukan test, sehingga mutu kualitas dapat diketahui, hasil dari test tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.2. Proses Test Mutu Material

No. Proses Jenis Test Periode Test

1 Aspal Job Mix, Temperatur Rutin

2 Timbunan dan Percobaan Pemadatan, Rutin Aggregat A, B Kepadatan

3 Beton Job Mix, Slump Rutin

(11)

Gambar 3.7. Skema Metode Pegendalian

Dalam pelaksanaan nanti akan dipakai form-form sebagai berikut yang dapat dilihat pada lampiran:

- IMTP : 1. Mampu Telusur Bahan Masuk 2. Mampu Telusur Benda Uji

3. Mampu Telusur Hasil Tes Benda Uji 4. Mampu Telusur proses

- IT : 1. Registrasi Inspeksi dan Tes

2. Daftar Kriteria Keberterimaan Bahan/Produk 3. Pelaksanaan Inspeksi dan Tes

4. Persetujuan Penerimaan Bahan / Produk Yang Mendesak 5. Registrasi Penggunaan Bahan/Produk Yang Mendesak 6. Daftar Simak Verifikasi Catatan Inpeksi & Tes

- KS : 1. Laporan Ketidaksesuaian 2. Registrasi Ketidaksesuaian - PP : Pengendalian Proses

(12)

3.3.8. Koordinasi Antar Disiplin (Interface)

Dalam penyelesaian secara keseluruhan proyek, banyak pekerjaan-pekerjaan lain yang kegiatannya akan saling berkaitan misalnya, pekerjaan pemancangan,

Prestressing yang akan dilaksanakan oleh Sub Kontraktor.

Oleh karena itu sangat diperlukan adanya koordinasi yang baik dan terpadu, untuk menghindari terjadinya bentrokan dan kesimpangsiuran pelaksanaan, yang dapat mengakibatkan terjadinya hambatan-hambatan yang tidak diinginkan.

Untuk mengatur kegiatan pekerjaan akan dilaksanakan : 1. Rapat Koordinasi

Rapat koordinasi dilaksanakan seminggu sekali, berfungsi membahas dan mengkoordinasikan pelaksanaan pekerjaan, permasalahan dan penyelesaiannya serta program pelaksanaan di lapangan.

2. Program dan Scheduling

Jadwal Pekerjaan akan dijabarkan secara lebih mendetail (bulanan dan mingguan) dan akan dimonitor secara cermat menggunakan laporan harian dan mingguan, agar dapat dilakukan evaluasi yang tepat dan akurat mengenai perkembangan kondisi di lapangan. Sementara ini pengontrolan secara keseluruhan dituangkan dalam bentuk Bar Chart.

3.4. PERALATAN YANG DIPERGUNAKAN

Berdasarkan pada item pekerjaan dan volume pekerjaan diperlukan peralatan sesuai dengan tabel peralatan ( terlampir ).

3.5. PENYEDIAAN MATERIAL UNTUK PEKERJAAN

Material yang banyak dipakai dalam pekerjaan ini meliputi :

Tabel 3.3. Penyediaan Material Untuk Pekerjaan

NO. URAIAN PEKERJAAN VOLUME SAT

1 Unit Pracetak Gelagar tipe 1 bentang 35,6 m 120,00 Bh 2 Unit Pracetak Gelagar tipe 1 bentang 15,6 m 9,00 Bh 3 Unit Pracetak Gelagar tipe 1 bentang 12,45 m 1,00 Bh 4 Unit Pracetak Gelagar tipe 1 bentang 5,7 m 1,00 Bh

(13)

5 Baja tulangan ulir 1.400.083,00 Kg 6 Beton mutu tinggi K 500 1.327,73 m3 7 Beton mutu sedang K-350 11.622,20 m3 8 Lapis Pondasi agregat klas A 567,00 m3

9 Aspal Hotmix ACWC 1.783,00 Ton

Manajemen Logistik sangat memegang peranan penting dalam penyediaan material tersebut diatas. Untuk material mentah seperti tanah, batu, sirtu dan pasir terdapat di lokasi-lokasi quarry setempat / lokal.

Yang perlu diperhatikan dalam pengambilan material-material tersebut adalah : 1. Aspek Lingkungan.

Diusahakan pengambilan material tetap mengedepankan aspek keselamatan lingkungan. Yaitu mengambil material di lokasi-lokasi yang di ijinkan oleh Pemda (yang sudah mempunyai SIPD) serta tidak mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar.

2. Kualitas Material.

Sebelum diputuskan pengambilan material harus dilakukan uji coba kualitas material terlebih dahulu. Misalnya batu yang akan digunakan untuk material batu pecah Hotmix di uji abrasi terlebih dahulu.

3. Aspek kecukupan deposit. 4. Aspek Sosial.

Melibatkan masyarakat sekitar untuk mendapatkan penghasilan sebagai pengumpul material.

Lokasi Material :

- Untuk pekerjaan base dan hotmix, produksi dilakukan di lokasi Camp AMP, material akan di angkut langsung menuju lokasi yang akan dihampar.

- Untuk material batu pada pekerjaan pasangan, material akan diangkut langsung dan ditempatkan di sepanjang pekerjaaan yang bersangkutan dengan memperhitungkan jumlah material yang diperlukan untuk tiap satuan volume pekerjaannya.

(14)

Lokasi Penyimpanan Material Pabrikan :

- Untuk aspal tempat penyimpanannya di dekat lokasi AMP. Penempatannya memperhatikan aspek keamanan, kemudahan dalam operasional produksi AMP

- Untuk material Tiang Pancang, unit Pracetak Gelagar, akan disediakan tempat lokasi khusus/tersendiri dengan area yang cukup di dekat lokasi pekerjaan dan tentunnya dengan menjamin keamanan terhadap material tersebut.

- Semen di simpan di gudang tersendiri. Camp di dekat lokasi pekerjaan, dengan konsep FIFO (first in first out)

- BBM (Solar)

Penggunaan solar volume cukup besar. Pengambilan solar akan di ambil langsung dari Depo Pertamina terdekat dan disimpan di tangki-tangki di lokasi kerja sesuai peraturan yang berlaku, BBM yang akan di gunakan adalah BBM Industri.

3.6 PEKERJAAN TRAFFIC MANAJEMEN

Traffic manajemen bertujuan mengurangi efek pekerjaan konstruksi terhadap

lalu lintas ketingkat seminimal mungkin.

Pengaturan lalu-lintas ini bertujuan untuk tetap memberikan keamanan dan kenyamanan pengguna jalan selama proyek berlangsung, sehingga sebelum dilaksanakan di lapangan, rencana pelaksanaan pengaturan lalu lintas ini akan dikonfirmasikan terlebih dahulu dengan pihak yang berwenang. Pengaturan lalu-lintas ini terdiri dari :

a. Penyediaan alat-alat pengatur lalu-lintas

b. Pengecekan, perawatan dan perlindungan sepanjang area konstruksi c. Pemasangan alat-alat lalu lintas selama konstruksi

d. Petugas pengatur lalu lintas pada persimpangan dengan jalan umum

Selama pelaksanaan pekerjaan, kontraktor akan selalu memelihara jalan yang berada pada areal proyek termasuk jalan sementara/detour akan tetap dapat berfungsi dengan baik. Truk yang beroperasi akan dilengkapi dengan terpal untuk menutup permukaan atas agar tanah bekas galian yang diangkut tidak tercecer di

(15)

sepanjang perjalanan, bila terjadi tumpahan tanah atau material akan segera dibersihkan agar kondisi jalan tetap seperti posisi semula.

3.6.1 Sarana Pengendali dan Pengatur Lalu-lintas

a. Pemasangan rambu – rambu yang diperlukan sebelum memasuki lokasi pekerjaan sampai dengan rambu – rambu saat berada dilokasi pekerjaan, seperti rambu perhatian untuk berhati – hati, sampai dengan rambu pembatasan dan larangan yang diperlukan.

b. Pemasangan barier, traffic cone untuk mengarahkan lalu lintas.

c. Melaksanakan koordinasi yang diperlukan dengan dinas atau instansi terkait selama pelaksanaan pekerjaan.

Pengalihan lalu-lintas dapat dipakai rubber cone, rambu-rambu arah, petunjuk jalan dan bendera-bendera atau dengan menempatkan petugas khusus. Pagar sementara akan dipasang pada daerah pekerjaan dan akan dipasangkan lampu-lampu sehingga akan terlihat jelas adanya pekerjaan di waktu malam hari.

Dalam pelaksanaan pekerjaan ini akan dikoordinir oleh bagian yang khusus yang bertanggung jawab terhadap Safety, Health dan Environment, yang secara terus-menerus akan memonitor dan mengevaluasi bagian pekerjaan ini.

Pengaturan lalu-lintas ini terdiri dari : a. Penyediaan alat-alat pengatur lalu-lintas

b. Pengecekan, perawatan dan perlindungan sepanjang area konstruksi c. Pemasangan sarana pengatur lalu lintas selama konstruksi

d. Petugas pengatur lalu lintas di penyempitan dan persilangan jalan dan pada alat berat yang bekerja

Pelaksanaannya akan dikonfirmasikan dengan pihak yang berwenang. Kontraktor akan memelihara jalan yang berpengaruh kepada area operasional dengan kondisi yang baik. Tumpahan tanah dan material akan disingkirkan dan kondisi jalan dikembalikan ke posisi semula. Kami akan bekerja sama dengan instansi yang berwenang untuk mengatur kelancaran lalu lintas agar terhindar dari kemacetan.

(16)

Dalam menyiapkan fasilitas pengaturan lalu lintas, sepanjang area kerja alat-alat pengatur lalu lintas akan dipasang pada titik-titik tertentu sepanjang area pekerjaan dan sekitarnya.

Fasilitas pengatur lalu-lintas sepanjang area pekerjaan diperlukan antara lain sebagai berikut :

a. Rambu-rambu b. Lampu-lampu

c. Rubber Cone

d. Penunjuk arah dan penunjuk jalan e. Pagar penghalang sementara f. Bendera-bendera, dll.

Rencana traffic Management dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.4. Rencana Traffic Management

NO. LOKASI URAIAN PEKERJAAN KETERANGAN

I. PERSIMPANGAN JL. BULEVAR TIMUR - Koordinasi dengan instansi terkait - Pemasangan rambu - rambu lalu lintas,

rambu peringatan dan rambu larangan

- Penempatan petugas pengatur lalu lintas/flagman - Pemasangan lampu rotari

- Pemasangan MCB pada daerah konstruksi. - Pemasangan pagar pengaman proyek. II. PERLINTASAN JL. PEGANGSAAN 2 - Koordinasi dengan instansi terkait

- Pemasangan rambu - rambu lalu lintas, rambu peringatan dan rambu larangan

- Penempatan petugas pengatur lalu lintas/flagman - Pemasangan lampu rotari

- Pemasangan MCB pada daerah konstruksi. - Pemasangan pagar pengaman proyek. III. JL. TAMAN PEGANGSAAN INDAH - Koordinasi dengan instansi terkait

- Pemasangan rambu - rambu lalu lintas, rambu peringatan dan rambu larangan

- Penempatan petugas pengatur lalu lintas/flagman - Pemasangan pagar pengaman proyek.

RENCANA TRAFFIC MANAGEMEN

(17)

Gambar 3.8. Rencana Lokasi Traffic Management

Gambar 3.9. Pagar pembatas area konstruksi

JENIS KEBUTUHAN RAMBU TRAFFIC MANAGEMENT

FRONT VIEW SIDE VIEW

Jl. Boulevart

Jl. Taman Pegangsaan

Jl. Pegangsaan 2

Lokasi Pekerjaan

Renc. Jalan Kerja

Lokasi Pengembangan

Perumahan DETOUR

(18)
(19)

Gambar 3.11. Rambu-rambu Keselamatan Lalu Lintas

(20)

APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi tubuh tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja. APD merupakan cara terakhir untuk melindungi tenaga kerja setelah dilakukan beberapa usaha.

Dalam Proyek Jembatan Kapuk Naga Indah ini untuk alat pelindung diri ( APD ) di bedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Alat pelindung diri ( APD ) kerja di darat. Anata lain :

 Alat pelindung kepala

 Alat Pelindung telinga ( bila diperlukan )

 Alat pelindung muka dan mata

 Alat pelindung pernafasan ( bila diperlukan )

 Pakaian Kerja ( digunakan untuk pekerjaan tertentu )

 Alat pelindung tangan ( digunakan untuk pekerjaan tertentu )

 Alat pelindung kaki

Body harness/safety belt

Alat pelindung mata

Alat pelindung pernafasan Alat pelindung telinga

(21)

Gambar 3.12. Alat Pelindung Diri

Adapun maksud dan tujuan penggunaan dan pemakaian APD antara lain : a) Memastikan karyawan atau pekerja bekerja dengan aman.

b) Meningkatkan kedisiplinan karyawan atau pekerja.

c) Mengurangi resiko kecelakaan yang sewaktu-waktu dapat dialami oleh karyawan atau pekerja.

d) Mencapai ZERO ACCIDENT.

e) Dengan APD akan menekan terjadinya korban akibat kecelakaan.

3.6.4. Penerapan Sistem K3L

Rompi Kerja Jas Hujan

(22)

Penerapan sistem K3L ( Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan) pada proyek ini sangatlah penting, dikarenakan akan menunjang tujuan utamanya yaitu terlaksananya pekerjaan Fly Over Pegangsaan 2. Para pekerja merupakan subyek sasaran sehingga perlu diberikan sosialisasi baik secara lisan maupun pengumuman. Contoh sosialisasi dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar

Gambar 3.1. Struktur Organisasi PT.Waskita Karya
Gambar 3.2. Siklus Sistem Manajemen Lingkungan
Gambar 3.4. Siklus Pelaksanaan
Gambar 3.6. Siklus Perbaikan dan Peningkatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data Tentang Cara Kerja Manajemen Mutu dan Sistem Pengendalian Mutu di Departemen Quality Control PT Pura Barutama Unit Offset.. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala

Organisasi proyek adalah suatu sistem hubungan kerjasama dari berbagai pihak yang terlibat pada suatu proyek pembangunan dalam mengatur pelaksanaan berbagai

Dalam merancang sistem informasi manajemen pengendalian mutu (quality control) pada pekerjaan beton konvensional, semua aliran data maupun informasi disesuaikan

Pengawasan pekerjaan yaitu kegiatan menjaga agar kualitas kerja terjaga dan mutu material yang digunakan sesuai spesifikasi teknis dan sesuai dengan kuantitas

 Pengendalian mutu pengadaan barang, harus mengacu kepada Spesifikasi barang  yang tertuang dalam dokumen kontrak, dan dilakukan dengan cara :. penelitian atas

Manajemen Konstruksi adalah suatu Team yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas untuk bertindak sebagai Koordinator dari Team-team Konsultan Perencana yang terlibat dan menjalankan

Setelah ditetapkan pemenang dan mendapat persetujuan dari penyedia jasa dalam hal ini PPK, maka kontraktor dan penyedia jasa diharuskan menandatangani dokumen

Pada prinsipnya peraturan resmi ini bermaksud menjamin dan melindungi kegiatan keselematan dan kesehatan kerja melalui upaya pengendalian resiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat