• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELATIHAN KNEE TUCK JUMP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELATIHAN KNEE TUCK JUMP"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

PELATIHAN KNEE TUCK JUMP LEBIH MENINGKATKAN WAKTU TEMPUH MENGGIRING BOLA DIBANDINGKAN SPLIT JUMP

Oleh:

Yovinianus Mbede Wea*,I Made Jawi**Oktovianus Fufu*** Program Studi Magister Fisiologi Olahraga

*FKIP PGRI Kupang-NTT

**Program Studi Magister Fisiologi Olahraga UniversitasUdayana ***FKIP PGRI-NTT

ABSTRAK

Waktu tempuh merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan atau serangkaian gerak cepat secepat mungkin sebagai jawaban terhadap rangsangan. Kemampuan ini diperlukan tidak hanya dalam melakukan olahraga tetapi juga dalam situasi kegiatan fisik. Untuk mencapai hal tersebut perlu dilakukan latihan yang kontinyu dan sistematis sehingga atlit dengan mudah dilatih dalam mempelajari suatu gerakan yang baru, seperti latihan knee tuck jump dan split jump. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan kelompok knee tuck jump dan split jump.

Penelitian ini dilakukan dengan Pretes-postes control group design pada mahasiswa semester II Program Studi PJKR Univ. PGRI-NTT, dengan jumlah sampel 28 orang yang dibagi menjadi dua kelompok dan setiap kelompok berjumlah 14 orang. Kedua kelompok ini diberikan pelatihan yang berbeda yang dilakukan selama 6 minggu dengan frekuensi latihan 3 kali seminggu.

Uji Normalitas menggunakan Shapiro-Wilk Tes dan Uji Homogenitas dengan Leven’s Tes. Uji rerata waktu tempuh menggiring bola diuji dengan t-paired dengan nilai p<0,05, dengan rerata Kelompok I knee tuck jump sebelum perlakuan 15,178±0517 detik dan setelah perlakuan 10,969±0,778 detik dengan nilai p= 0,000. Sedangkan pada Kelompok II split jump dengan rerata sebelum pelatihan 15,179±0,462 detik dan setelah pelatihan 11,563±0,562 detik dengan nilai p= 0,000. Hasil perbedaan efek perubahan waktu tempuh menggiring bola sesudah pelatihan pada Kelompok I knee tuck jump dan sesudah pelatihan Kelompok II split jump diuji dengan t-indenpenden dengan nilap p<0,05, dan nilai p pada penelitian ini p= 0,029 dengan selisih peningkatan pada kelompok I knee tuck jump 4,209 dan selisih pada kelompok II split jump 3,616 dengan persentase peningkatan Kelompok I knee tuck jump 27,73% dan persentase Kelompok II split jump 23,82%.

Hal tersebut menunjukan bahwa kelompok I knee tuck jump dan kelompok II split jump sama-sama memberikan efek peningkatan (p<0,05). Namun peningkatan pada Kelompok I knee tuck jump lebih baik dibandingkan Kelompok II split jump dari segi waktu tempuh. Disarankan lebih diintesifkan pada pelatihan knee tuck jump dalam proses pelatihan, rekrutmen atlit maupun pelaksanaan aktivitas gerak, karena lebih efek memberikan peningkatan.

(2)

2

TRAINING KNEE TUCK JUMP OVER INCREASE COMPARED TRAVEL TIME DRIBBLING SPLIT JUMP

By:

Yovinianus Mbede Wea*,I Made Jawi**Oktovianus Fufu*** FKIP PGRI Kupang-NTT

**Magister Program Of Sport Physiology Udayana University ***FKIP PGRI-NTT

ABSTRACT

The travel time is a person's ability to perform a series of movements or fast motion as soon as possible in response to stimuli. This capability is necessary not only in exercise but also in situations of physical activity. To achieve this necessary exercise continuous and systematic so easily trained athletes in learning a new movement, such as the knee tuck jump exercise and split jump. This study was performed to compare the groups split knee tuck jump and jump.

This research was conducted with the pretest-posttest control group design in the second semester students study program PJKR Univ. PGRI-NTT, with a sample of 28 people who were divided into two groups and each group numbered 14 people. Both groups were given different training carried out for 6 weeks with a frequency of exercise three times a week.

Results of this study were analyzed descriptively on the variants age, height, weight, body mass index in the two groups for which data was taken before sampling in the implementation of the training. Test using the Shapiro-Wilk normality test and homogeneity test with Leven's tests. Test average travel time to dribble tested with t-paired with a value of p <0.05, with a mean Group I knee tuck jump before treatment 15.178 ± 0517 seconds and after treatment 10.969 ± 0.778 seconds with a value of p = 0.000. Whereas in Group II split jump with a mean 15.179 ± 0.462 before training and after training 11.563 seconds ± 0.562 seconds with a value of p = 0.000. Results of the effect of changes in travel time difference dribble after training on knee tuck jump Group I and Group II after training jump split-tested by an independent t with nilap p <0.05, and p values in this study p = 0.029 by a margin increase on group I knee tuck jump 4.209 and the difference in group II split jump 3.616 percentage increase in Group I with a knee tuck jump 27.73% and the percentage of Group II split jump 23.82%.

It shows that the group I knee tuck jump and jump the second group split equally give the effect of an increase (p <0.05). However, the increase in Group I of knee tuck jump better than Group II split jump in terms of travel time. Suggested was intensified in the knee tuck jump training in the training process, athlete recruitment and implementation of motion activity, because it gives the effect of an increase.

(3)

3 PENDAHULUAN

Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang cukup

populer di masyarakat, sehingga

permainan sepak bola banyak digemari oleh masyarakat, mulai dari kalangan anak-anak sampai orang dewasa, baik oleh masyarakat pedesaan maupun perkotaan. Perkembangan sepak bola di Indonesia cukup menggembirakan apabila dilihat dari banyaknya anak-anak melakukan aktivitas bermain sepak bola, apalagi diadakan event-event seperti adanya Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN), atau pun kejuaraan yang lainnya sebagai wahana untuk menyalurkan bakat dan minat siswa-siswi di lingkungan

sekolah. Permainan ini merupakan

permainan yang kompleks karena tidak mudah dilakukan oleh setiap orang. Diperlukan pengetahuan tentang teknik-teknik dasar atau lanjutan untuk dapat menguasai atau bermain dengan baik.

Beberapa komponen fisik yang

dibutuhkan dalam olahraga sepak bola adalah komponen biologis yaitu berupa makanan yakni kalori yang memadai, cairan dan protein (Ismaryati, 2006).

Sedangkan komponen biomotor yang

diperhatikan adalah koordinasi,

kelentukan, kecepatan, kekuatan,

kelincahan (Soeharno, 1993). Dalam olahraga prestasi, kondisi fisik perlu dipertimbangkan, karena manfaatnya dapat menghasilkan tingkat kebugaran yang lebih baik (Power, et, al, 2011). Dengan

demikian pemain harus ditunjang

kemampuan pelatihan yang berkaitan dengan daya ledak otot tungkai. Daya ledak otot tungkai ini dipengaruhi oleh kemampuan otot dalam melakukan secara ledakan (tiba-tiba dan kuat) dan sangat dipengaruhi oleh kecepatan reaksi otot (Sugiharto, 2004).

Adapun komponen-komponen kondisi fisik dalam menggiring bola yakni: kekuatan, daya tahan, daya otot (muscular

power), kecepatan, daya lentur,

kelincahan, kordinasi, keseimbangan, ketepatan, reaksi yang akan berpengaruh kepada daya ledak otot tungkai (Sajoto, 2002). Lebih lanjut menurut Sajoto, (1995), Daya ledak otot tungkai terjadi akibat saling memendek dan memanjang otot tungkai atas bawah yang didukung oleh dorongan otot kaki dengan kekuatan

(4)

4 sehingga dapat mempengaruhi kecepatan

maksimal. Peningkatan kecepatan

menggiring bola merupakan proses yang kompleks di mana ada beberapa aspek

yang berbeda dan bekerja saling

mendukung sehingga akan tercapai power tungkai yang besar.

Pelatihan knee tuck jump dan split

jump mampu meningkatkan power

tungkai, yang akan mempengaruhi

fleksibilitas, komponen sendi, kekuatan otot dan tendon, keseimbangan kerja otot

(Menegpora, 2005). Penunjang dari

gerakan tersebut tentunya dibutuhkan power otot tungkai yang maksimal, sehingga seorang pemain bola dapat bergerak ke segala arah dengan kecepatan yang maksimal. Hal ini dikarenakan maksimalnya pergerakan sendi (Yoda 2006).

Rumusan dalam penelitian ini yaitu: 1) Apakah pelatihan knee tuck jump dapat meningkatkan waktu tempuh menggiring bola pada mahasiswa semester II program studi PJKR Univ PGRI NTT? 1) Apakah pelatihan split jump dapat meningkatkan waktu tempuh menggiring bola pada mahasiswa semester 2) program studi PJKR Univ PGRI-NTT? 3) Apakah

pelatihan knee tuck jump lebih

meningkatkan waktu tempuh menggiring bola dibandingkan split jump pada mahasiswa semester II program studi PJKR Univ. PGRI NTT?

Tujuan dalam penelitian ini adalah:

1) Untuk membuktikan pelatihan

knee tuck jump terhadap waktu tempuh menggiring bola pada mahasiswa semester II program Studi PJKR Univ PGRI NTT. 2) Untuk membuktikan pelatihan split jump terhadap waktu

tempuh menggiring bola pada

mahasiswa semester II program Studi PJKR Univ PGRI NTT.3) Untuk membuktikan pelatihan knee tuck jump

lebih meningkatkan waktu tempuh

menggiring bola dibandingkan pelatihan split jump pada mahasiswa semester II program Studi PJKR Univ PGRI NTT METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dikenakan kepada mahasiswa semester II program studi PJKR dengan eksperimental Randomized Pre and Post Test Control Group Design (Pocock, 2008). Masing. B. Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa semester II program studi PJKR Univ PGRI NTT yang berjumlah 50 orang. Sampel penelitian ini didapat dari populasi yang memenuhi kriteria kriteria sebagai berikut: 1) Jenis kelamin laki-laki. 2) umur17-25 tahun, kebugaran fisik kategori baik. 3) tinggi badan 160-180 cm. 4) berat badan 50-70 kg.

(5)

5 2. Pengolahan dan Analisis Data

Analisis Deskripsi Untuk menganalisis data subyek seperti: tinggi badan, berat badan, umur, indeks massa tubuh yang datanya telah diambil.

UjiNormalitas bertujuan untuk

mengetahui distribusi data masing-masing Kelompok perlakuan dari ke dua Kelompok pelatihan. Data pada penelitian ini berskala normal. Dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk Test. Nilai signifikan lebih besar dari 0,05 (p> 0,05), maka data berdistribusi normal. Uji Homogenitas Bertujuan untuk mengetahui variasi data dengan batas kemaknaan atau tingkat kepercayaan yang digunakan adalah Levene test. Nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p> 0,05), maka data bersifat homogen.

Uji Komparasi

Uji komparasi antar ke dua Kelompok sebelum dan sesudah pelatihan dengan menggunakan uji t-paired (berpasangan) bertujuan untuk menganalisis rerata peningkatan perubahan pelatihan knee tuck jump dan split jump. Uji peningkatan waktu tempuh kecepatan menggiring bola sesudah pelatihan knee tuck jump dan split jump pada ke dua Kelompok diuji dengan t- indenpendent. Batas kemaknaan yang digunakan adalah 0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang dilakukan pada mahasiswa semester II Program Studi PJKR Univ. PGRI-NTT didapatkan data-data sebagai berikut: data-data karakteristik

subyek penelitian, data lingkungan

penelitian, hasil waktu tempuh menggiring bola pada ke dua Kelompok 1 (knee tuck jump) dan Kelompok 2 (split jump).

Tabel 1

Hasil Uji Perbedaan Efek Peningkatan Waktu Tempuh Menggiring Bola Antar Kelompok Sesudah Pelatihan Kelompok I knee tuck jump dan sesudah pelatihan

Kelompok II split jump

Variabel Waktu tempuh menggiring bola (detik)

Rerata ± SB p

Kel. Knee tuck jump

Kel. Split Jump

10,968±0,778

(6)

6 Pembahasan

Hasil Normalitas waktu tempuh

menggiring bola sebelum dan sesudah pelatihan dengan menggunakan shapiro wilk test menunjukkan nilai p sebelum pelatihan pada Kelompok I 0,212 dan sesudah pelatihan nilai sebesar 0,621. Sedangkan pada Kelompok II sebelum pelatihan nilai 0,177 dan sesudah pelatihan nilai p 0,252. Dengan demikian ke dua Kelompok p>0,05. Hal ini menunjukan pada ke dua Kelompok dikatakan normal.

Uji homogenitas menunjukan nilai p pada ke dua Kelompok sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan p=0,290. Dengan demikian p>0,05 sehingga dikatakan pada ke dua Kelompok penyebaran datanya sama. Uji beda waktu tempuh sebelum

pelatihan pada ke dua Kelompok

menggunkkan t-paired menunjukkan nilai p<0,05. Uji hasil rerata waktu tempuh menggiring bola sebelum dan sesudah pada ke dua Kelompok menunjukan p<0,05. Uji beda rerata waktu tempuh menggiring bola pada ke dua Kelompok

sebelum dan sesudah pelatihan

menunjukan beda peningkatan pada

Kelompok I sebesar 4,209 dan pada Kelompok II 3,616 dengan nilai p pada ke

dua Kelompok p,0,05. Hasil uji

peningkatan waktu tempuh waktu tempuh dengan menggunakan t-indenpen den

menunjukan p=0,002 dan hasil

padapenelitian ini p<0,05 dengan

persentase peningkatan Kelompok I

27,73% dan pada Kelompok II 23,82% Hal ini menunjukan peningkatan pada ke dua Kelompok berbeda secara bermkna. Perbedaan hasil akhir disebabkan oleh perbedaan kemampuan dari ke dua Kelompok dan perlakuan yang diberikan dan pelatihan sebanyak 3-5 kali seminggu

dapat meningkatkan waktu tempuh

menggiring bola (Nala, 2002).

Terjadinya hypertropy disebabkan bertambahnya jumlah myofibril pada setiap

serabut otot. Terjadinya adaptasi

persarafan ditandai dengan peningkatan tehnik dan tingkat ketrampilan seseorang

(Sukadiyanto, 2005). Kecepatan

merupakan perpaduan dengan kelincahan yang sangat penting, dengan memiliki ke dua komponen biomotor tersebut maka seorang pemain sepak bola akan mampu bergerak ke segala arah dalam waktu yang cepat dalam menggiring bola akan mampu menerobos pertahanan lawan.

Dari segi fisiologis pelatihan knee tuck jump dan split jump berpengaruh terhadap daya ledak dapat dilihat dari perubahan kinerja otot, massa otot dan fungsi otot yang meningkat. Dalam setiap gerakkan pada otot akan terjadi kontraksi dan relaksasai. Berhubungan dengan pengertian otot tungkai yaitu merupakkan bagian dari anggota gerak bawah yang

(7)

7 berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, dari gerakkan berpindah tersebut akan menimbulkan kontraksi dan rilaksasi otot

yang berkesinambungan. Program

pelatihan yang teratur dan terarah secara

berkelanjutan akan mengakibatkan

penyesuaian terhadap kondisi fisik yang semakin meningkat. Dengan melakukan pelatihan yang teratur dan sistematis akan terjadi peningkatan fungsi kerja otot yang dapat bekerja secara maksimal sebagai penyokong dalam aktivitas fisik sehingga

akan mepengaruhi pada komponen

biomotor (Nala, 2002).

Pelatihan knee tuck jump dan split jump merupakan bagian dari plyometric yang dapat meningkatkan kekuatan dan kecepatan atau yang disebut dengan daya ledak (Nala, 2002). Kekuatan yang dimaksud adalah komponen kondisi fisik yang menyangkut masalah seorang atlet

untuk mempergunakan otot-ototnya

menerima beban dalam waktu bekerja tertentu (Ismaryanti, 2006). Otot-otot yang dipengaruhi oleh pelatihan knee tuck jump yakni: gluteus, gastronemius, quadriceps, hamstring dan hip flexors, sedangkan otot-otot yang dipengaruhi oleh pelatihan split

jump yakni: hamstring, gluteus,

quadriceps (Radllive &. Farentinos, 2000).

Kekuatan otot juga merupakan

kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan kerja dan menahan

beban dalam waktu bekerja tertentu (Sajoto, 2002).

Mekanisme pelatihan knee tuck jump yang menekankan pada ketinggian

maksimum yang dilakukan dengan

menolakkan kaki dengan ke dua paha dilipatkan dan melompat ke atas secara

bersamaan dengan cepat akan

mempengaruhi kekuatan otot tungkai yang berdampak pada hasil kelincahan dan kecepatan, sedangkan pelatihan split jump yang menekankan pada hentakan kaki yang menolak ke atas lebih menekankan pada tingkat kelentukan (Hanafi, 2010). Hal senada diperkuat oleh peneliti sebelumnya (I Gsti Nym, et, al, 2014)

bahwa pelatihan knee tuck jump

menekankan pada daya ledak otot tungkai (kekuatan dan kecepatan) sehingga akan mempengaruhi pada kecepatan dalam hal ini kecepatan menggiring bola, sedangkan pelatihan split jump menekankan pada kelentukan. Dengan demikian pelatihan knee tuck jump lebih meningkatkan daya ledak otot tungkai dalam melakukan kecepatan menggiring bola dibandingkan split jump dilihat dari unsur otot yang terkandung didalamnya.

Menurut Nala, (2002) bahwa

semakin besar beban dalam melakukan aktivitas, maka otot akan lebih meningkat

untuk berkontraksi yang akan

mempengaruhi pada hasil kecepatan

(8)

8 kecepatan dan kelincahan menggiring bola.

Hasil penelitian sebelumnya

Harimbawa ,et, al, meneliti tentang Pengaruh Pelatihan knee tuck jump dan

split jump terhadap Peningkatan

Kelentukan Dan Power Otot Tungkai. Hasil penelitian menunjukan pelatihan knee tuck jump lebih menekankan pada kekuatan otot tungkai, sedangkan pada pelatihan split jump lebih menekankan pada kelentukan. Dengan peningkatan

pada otot tungkai tersebut akan

mempengaruhi pada waktu tempuh

menggiring bola. Dengan demikian

pelatihan knee tuck jump lebih

meningkatkan waktu tempuh menggiring bola dibandingkan split jump.

Septo Winarko meneliti tentang Perbedaan Pengaruh Latihan Plyometric knee tuck jump dan squat jump Terhadap Kelincahan Menggring Bola (yang diukur dalam penelitian ini adalah waktu tempuh kecepatan menggiring bola. Hasil tes akhir menunjukan pada pelatihan knee tuck jump 10,33 detik dan pada pelatihan squat jump

11,64 detik. Hal ini menunjukan bahwa setelah melakukan pelatihan pelatihan knee tuck jump lebih baik dibandingkan split jump dilihat dari waktu tempuh kecepatan menggiring bola memiliki nilai yang berbeda atau signifikan.

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan penelitian sebagai berikut:

1. Pelatihan knee tuck jump lebih

meningkatkan waktu tempuh

menggiring bola secara bermakna dari

15,177±0,517 detik menjadi

10,968±0,778 detik.

2. Pelatihan split jump meningkatkan waktu tempuh menggiring bola secara bermakna dari 15,178±0,462 menjadi 11,562±0,561

3. Pelatihan knee tuck jump lebih

meningkatkan waktu tempuh

menggiring bola dibandingkan split

jump dengan selisih peningkatan

Kelompok knee tuck jump 4,209 dan selisih peningkatan Kelompok split

jump 3,616 dengan persentase

peningkatan pada Kelompok knee tuck jump sebesar 27,73% dan Kelompok II split jump sebesar 23,82%.

(9)

9 B. Saran

Berdasarkan simpulan penelitian, disarankan beberapa hal yang berkaitan

dengan peningkatan waktu tempuh

menggiring bola

1. Kepada pelatih, pembina serta atlet yang ingin meningkatkan kecepatan menggiring bola di klub atau pun di sekolah dapat memilih model pelatihan

knee tuck jump yakni dengan

memberikan bimbingan secara lebih kondusif dan optimal tentunya akan

mempengaruhi pada kecepatan

menggiring bola. DAFTAR PUSTAKA

1. Dani, M. 2007. Sepak bola. Ciputat: Cerdas Jaya

2. Furgon, H.M dan Muchsin Doewes, 2002. Pliometrik: Untuk meningkatkan

power, Surakarta: Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret 3. Graha, 2010. Teori Pelatihan Fisik.

Jurnal Olahrga, Jakarta

4. Ismaryati, 2006. Tes dan Pengukuran. Surakarta: Ghalia Indonesia.

5. Nala, 2002. Prisip Pelatihan Fisik

Olahraga. Universitas Udayana

Denpasar.

6. Nala, 2001. Prinsip Pelatihan Fisik

Olahraga. Universitas Udayana

Denpasar

7. Nala, 20011. Prisip Pelatihan Fisik

Olahraga. Universitas Udayana

Denpasar.

8. Powers. S.K, Doddy, S.L. and Jackson, E.M, 2011. Total Fitness and Welness Media Up Date. Brief Edition. San

Fransisco I Benjamin Cumming

Pearson.

9. Radlife dan Farentinus, 2002.

Plyometics untuk meningkatkan

power. UNS Press Surakarta.

10. Sajoto, 1995. Peningkatan dan

Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Semarang

11. Sajoto, 2000. Peningkatan dan

pembinaan kekuatan dan kondisi fisik dalam olahraga. Jakarta: Debdikbud Dirjen Dikti P2LPTK.

12. Sajoto, 2002. Kelanjutan Pembinaan

Kondisi Fisik dalam olahraga.

Semarang

13. Sugiharto, 2004. Total Badminton. Solo: CV. Setyaki Eka Anugerah. 14. Soeharno, H.P. 1993. Ilmu kepelatihan

olahraga. Bandung. PT. Karya Ilmu 15. Sukadiyanto, 2005. Pengantar Teori

Dan Metodologi Melatih Fisik.

Yogyakarta: Universitas Negeri

Yogyakarta.

16. Yoda, 2006. Pengantar Pendidikan Sepak Bola. Budi Utomo.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pada gambar diatas menunjukan suasana interior, terlihat struktur yang dipakai interior Brisbane Convention &amp; Exhibition Centre ini, struktur yang di expos

Judul KTI : Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kasus Pasca Operasi Fraktur Tibia Plateau Sinistra Dengan Pemasangan Plate and Screw di Rumah sakit PKU

Untuk menentukan berapa besar tahanan suatu kapal dengan mengunakan metode statistik ini dilakukan dengan cara mengambil contoh dari beberapa kapal pembanding

Penerapan metode tanya jawab dengan teknik probing prompting untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah.. Skripsi pada Jurusan

Proses Pembelajaran Dalam Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini di TKIT Aisyah .... Bentuk Kreativitas Anak yang Dikembangkan di TKIT Aisyah

Berangkat dari hal tersebut, penulis tertarik ingin mengetahui apa saja nilai-nilai budaya yang terdapat pada lagu tersebut dan apa fungsi dari lagu-lagu populer Batak Toba terhadap

Inti kajian dalam penelitian ini adalah masalah penurunan dan rendahnya harga saham, dan mengalami penurunan net income hingga terjadi kerugian pada Perusahaan Subsector