MAKALAH
PNEUMOTHORAKS
Disusun oleh: kelompok 5
1. Anis Anjarweni
2. Dian Risky V V
3. Hesti Oktaviani
4. Nining Sofiani
5. Septi Anggi V
6. Wahyu Krisna D
PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN
AKPER PEMKAB PONOROGO
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pneumothoraks
ini dengan tepat waktu.
Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, Yang telah membawa kita dari jaman jahiliyah menuju zaman islamiyah seperti saat ini.
Ucapan terima kasih tidak lupa kami ucapkan kepada semua pihak yang telah menbantu kami sehingga dapat terselesaikannya makalah ini, terutama kepada:
1. Ibu Esti Sugiyorini, APP, MPH. selaku Direktur AKPER PEMKAB PONOROGO,
2. Agus Wiwit S.Kep.Ns. selaku dosen pembimbing.
3. Seluruh anggota kelompok Pneumothorak yang telah membantu untuk menyelesikan makalah Pneumothoraks ini.
Dan semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu, kami ucapkan terima kasih
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kami khususnya, dan semua pembaca pada umumnya. Dan tidak lupa kami mengharapkan semua kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.
Ponorogo. 3 September 2014
DAFTAR ISI
Halaman judul Kata pengantar BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB II PEMBAHASAN A. Konsep medis a) Definisi b) Etiologi c) Patofisiologi d) Manifestasi klinis e) Pemeriksaan diagnostik f) Komplikasi g) Penatalaksanaan B. konsep keperawatan a) Pengkajian b) Dignosa keperawatan c) IntervensiBAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Kritik dan saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. Paru-paru merupakan unsur elastis yang akan mengempis seperti balon dan
mengeluarkan semua udaranya melalui trakea bila tidak ada kekuatan untuk mempertahankan pengembangannya. Paru-paru sebenarnya mengapung dalam rongga toraks, dikelilingi oleh suatu lapisan tipis cairan pleura yang menjadi pelumas bagi gerakan paru-paru di dalam rongga. Jadi pada keadaan normal rongga pleura berisi sedikit cairan dengan tekanan negatif yang ringan (1). Pneumotoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura. Dengan adanya udara dalam rongga pleura tersebut, maka akan menimbulkan penekanan terhadap paru-paru sehingga paru-paru tidak dapat mengembang dengan maksimal sebagaimana biasanya ketika bernapas. Pneumotoraks dapat terjadi baik secara spontan maupun traumatik. Pneumotoraks spontan itu sendiri dapat bersifat primer dan sekunder. Sedangkan pneumotoraks traumatik dapat bersifat iatrogenik dan non iatrogenik (2). Insidensi pneumotoraks sulit diketahui karena episodenya banyak yang tidak diketahui. Namun dari sejumlah penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa pneumotoraks lebih sering terjadi pada penderita dewasa yang berumur sekitar 40 tahun. Laki-laki lebih sering daripada wanita, dengan perbandingan 5 : 1 (2) . Sesuai perkembangan di bidang
pulmonologi telah banyak dikerjakan pendekatan baru berupa tindakan torakostomi disertai video (VATS = video assisted thoracoscopy surgery), ternyata memberikan banyak keuntungan pada pasien-pasien yang
C. mengalami pneumotoraks relaps dan dapat mengurangi lama rawat inap di rumah
sakit (2).B. TUJUAN Tujuan dari penulisan tinjauan pustaka (referat) ini adalah untuk mengetahui definisi dari pneumotoraks, serta cara menegakkan diagnosa pneumotoraks secara tepat sesuai jenis dan luasnya pneumotoraks, karena hal tersebut akan berpengaruh pada penanganannya.
BAB II PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Pneumuthoraks merupakan suatu keadaan terdapatnya udara di dalam rongga pleura. Pneumuthoraks terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu Pneumuthoraks terbuka, Pneumuthoraks tertutup, dan Pneumuthoraks ventil.
1. Pneumuthoraks terbuka
Pneumuthoraks yang terjadi akibat terjadi akibat adanya hubungan terbukaantara rongga pleura dan bronkhus dengan lingkungan luar. Dalam keadaan ini, tekanan intrapleura sane dengan tekanan barometer ( luar ) Tekanan intrapleura di sekitarr nol (0) sesuai dengan gerakan pernapasan. Pada waktu inspirasi tekanannya negatif dan pada waktu ekspirasi tekanannya positif.
2. Pneumuthoraks tertutup.
Rongga pleura tertutup dan tidak berubungan dengan lingkungan luar. Udara yang dulunya ada di rongga pleura (tekanan positif) karena direasorpsi dan tidak ada hubungan lagi dengan dunia luar maka tekanan udara di rongga pleura menjadi negatif. Tetapi paru belum bisa berkembang penuh. Sehingga masih ada rongga pleura yang tampak meskipun tekanannya sudah normal.
3. Pneumuthoraks ventil.
Ini merupakan Pneumuthoraks yang mempunyai tekanan positif berhubung adanya fistel di pleura viscralis yang bersifat ventil. Udara melalui bronkhus terus ke percabangannya dan menuju ke arah pleura yang terbuka. Pada waktu inspirasi, udara masuk ke rongga pleura yang pada permulaannya masih negatif. 4. Pneumothoraks tension
Kedaruratan medis yang mengancam jiwa.Udara dialirkan ke dalam spasium pleura dari paruyang mengalami laserasi melalui lubang kecil dalam dinding dada.Udara yang memasuki spasium pleura terjebak didalam.Terbentuk tension (tegangan),mengakibatkan kolaps paru dan perpindahn paru,letak jantung,serta pembuluh besar dan juga trakea kearah bagian dada yang tidak mengalami cedera.
Pada waktu ekspirasi, udara yang masuk ke dalam rongga pleura tidak mau keluar melalui lubang yang terbuka sebelumnya, bahkan udara ekspirasi yang mestinya dihembuskan keluar dapat masuk ke dalam rongga pleura. Apabila ada obstruksi di bronkhus bagian proksimal dari fistel tersebut akan membuat tekanan pleura semakin
lama semakin meningkat sehubungan dengan berulangnya pernapasan. Udara masuk ke rongga pleura saat ekspirasi terjadi karena udara ekspirasi mempunyai tekanan lebih tinggi dari rongga pleura, terlebih jika klien batuk, tekanan udara di bronkhus akan lebih kuat dari ekspirasi biasa.
B. ETIOLOGI
Tersering disebabkan oleh ruptur spontan pleura visceralis yang menimbulkan kebocoran udara ke rongga torak.
C. PATOFISIOLOGI
Saat inspirasi, tekanan intrapleura lebih negatif daripada tekanan intrabronkhial, sehingga paru akan berkembang mengikuti dinding thoraks dan udara dari luar yang tekanannya nol (0) akan masuk ke bronkhus hingga sampai ke alveoli. Saat ekspirasi, dinding dada menekan rongga dada sehingga tekanan intrapleura akan lebih tinggi dari tekanan di alveolus ataupun di bronkhus, sehingga udara ditekan keluar melalui bronkhus. Tekanan intrabronkhial meningkat apabila ada tahanan jalan napas. Tekanan intrabronkhial akan lebih meningkat lagi pada waktu batuk, bersin, atau mengejan, karena pada keadaan ini glotis Sertutup. Apabila di bagian perifer dari bronkhus atau alveolus ada bagian yang lemah, bronkhus atau alveolus itu akan pecah atau robek.
Pneumothoraks terjadi karena adanya kebocoran di bagian paru yang berisi udara melalui robekan atau pecahnya pleura. Robekan ini berhubungan dengan bronkhus. Pelebaran alveoli dan pecahnya septa-septa alveoli kemudian membentuk suatu, bula
yang disebut granulomatous fibrosis. Granulomatous fibrosis adalah salah satu penyebab tersering terjadinya pneumothoraks, karena bula tersebut berhubungan dengan adanya obstruksi empiema. Alveoli disangga oleh, kapiler yang lemah dan mudah robek dan udara masuk ke arah jaringan peribronkhovaskular. Apabila alveoli itu melebar, tekanan dalam alveoli akan meningkat.Apabila gerakan napas kuat, infeksi dan obstruksi endobronkhial adalah faktor presipitasi yang memudahkan terjadinya robekan.Selanjuthya udara yang terbebas dari alveoli dapat menggoyahkanjaringan fibrosis di peribronksovaskular ke arah hilus, masukk mediastinum, dan menyebabkan pneumothoraks.
PATOFISIOLOGI PNEUMOTHORAKS
Faktor predisposisi : trauma tembus ke pluera, trauma tumpul pada dada, TB Paru, emfisema, kanker paru
Kebocoran di paru yang berisi udara melalui robekan atau pecahnya pleura. Robekan ini akan berhubungan dengan bronkhus.pelebaran
dari alveoli dan pecahnya septa-septa alveoli yang kemudian membentuk suatu bulla pecah menembus pleura
Adanya hubungan langsung antara rongga pleura dengan udara luar menyebabkan tekanan positif intrapleura
D. Manifestasi Klinik 1. Nyeri dada 2. Nafas pendek 3. Dada tightness 4. Easy fatique 5. Rapid HR
6. Bluish Color of skin caused by lack of oksigen
7. Nasal Flaring
8. Ansietas, Stress and tension
9. hipotensi
E. INISIAL ASSESMENT
ASSESSMENT
Pengkajian selalu menggunakan pendekatan ABCDE.
Airway
Gangguan vertilasi : pengembangan paru tidak optimal dan gangguan difusi, distribusi. Dan transportasi oksigen.
Ketidakefektian pola napas Terpasang bullow drainase/WSD
Edema/trakeal. Peningkatan produksi sekret, dan penurunan kemampuan bentuk efektif
Keluhan sistemis, mual, intake, nutrisi tidak adekuat, malaise/ kelemahan dan keletihan fisik kecemasan, dan ketidaktahuan progonis
Respons nyeri, adanya luka pasca pemasangan bullow drainase
Ketidakefeksian bersihan jalan napas
Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan Gangguan pemenuhan ADL Kecemasan Ketidaktahuan/pemenuhan informasi
Resiko tinggi trauma Nyeri
Kerusakan integritas jaringan
Kaji dan pertahankan jalan nafas
Lakukan head tilt, chin lift jika perlu
Gunaka alat bantu jalan nafas, jika perlu
Pertimbangkan untuk merujuk ke ahli anastesi untuk dilakukan intubasi jika tidak mampu mempertahankan jalan nafas.
Breathing
Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, pertahankan saturasi > 92%
Berikan oksigen dengan aliran tinggin melalui non re-breath mask
Pertimbangkan untuk menggunakan bag-valve-mask ventilation
Periksakan gas darah arteri untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2
Kaji respiratory rate
Periksa sistem pernafasan
Cari tanda deviasi trachea,deviasi trachea merupakan tanda tension pneumothorak
Circulation
Kaji heart rate dan rhytem
Catat tekanan darah
Lakukan pemeriksaan EKG
Lakukan pemasangan IV akses
Lakukan pemerikasaan darah vena untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit.
Disability
lakukan pengkajian tingkat kesadaran dengan menggnakan pendekatan AVPU
penurunan kesadaran merupakan tanda pertama pasien dalam perburukan dan membutuhkan pertolongan di ICU
Exposure
pada saat pasien stabil kaji riwayat kesehatan scara detail dan lakukan pemeriksaan fisik lainnya
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pneumothoraks tergantung dari jenis pneumothoraks antara lain dengan melakukan :
1. Tindakan medis
Tindakan observasi, yaitu dengan mengukur tekanan intra pleura menghisap udara dan mengembangkan paru. Tindakan ini terutama ditunjukan pada pneumothoraks tertutup atau terbuka,sedangkan untuk pneumothoraks ventil tindakan utama yang harus dilakukan dekompresi tehadap tekanan intra pleura yang tinggi tersebut yaitu dengan membuat hubungan udara ke luar.
2. Tindakan dekompresi
Membuat hubungan rongga pleura dengan dunia luar dengan cara :
a. Menusukan jarum melalui dinding dada terus masuk ke rongga pleura dengan demikian tekanan udara yang positif dirongga pleura akan berubah menjadi negatif kerena udara yang positif dorongga pleura akan berubah menjadi negatif karena udara yang keluar melalui jarum tersebut.
b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ven il. 1) Dapat memakai infus set
2) Jarum abbocath
3) Pipa WSD ( Water Sealed Drainage )
Pipa khusus ( thoraks kateter ) steril, dimasukan kerongga pleura dengan perantara thoakar atau dengan bantuan klem penjepit ( pean ). Pemasukan pipa plastik( thoraks kateter ) dapat juga dilakukan melalui celah yang telah dibuat dengan insisi kulit dari sela iga ke 4 pada baris aksila tengah atau pada garis aksila belakang. Swelain itu data pula melalui sela iga ke 2 dari garis klavikula tengah. Selanjutnya ujung sela plastik didada dan pipa kaca WSD dihubungkan melalui pipa plastik lainya,posisi ujung pipa kaca yang berada dibotol sebaiknya berada 2 cm dibawahpermukaan air supaya gelembung udara dapat dengan mudah keluar melalui tekanan tersebut.
Penghisapan terus – menerus ( continous suction ).
Penghisapan dilakukan terus – menerus apabial tekanan intra pleura tetap positif, penghisapan ini dilakukan dengan memberi tekanan negatif sebesar 10 – 20 cm H2O dengan tujuan agar paru cepat mengembang dan segera teryjadi perlekatan antara pleura viseralis dan pleura parentalis.
Apabila paru telah mengembang maksimal dan tekanan intrapleura sudah negative lagi, drain drain dapat dicabut, sebelum dicabut drain ditutup dengan cara dijepit atau ditekuk selama 24 jam. Apabila paru tetap mengembang penuh, maka drain dicabut.
3. Tindakan bedah
1. Dengan pembukaan dinding thoraks melalui operasi, dan dicari lubang yang menyebabkan pneumothoraks dan dijahit.
2. Pada pembedahan, apabila dijumpai adanya penebalan pleura yang menyebabkan paru tidak dapat mengembang, maka dilakukan pengelupasan atau dekortisasi.
3. Dilakukan reseksi bila ada bagian paru yang mengalami robekan atau ada fistel dari paru yang rusak, sehingga paru tersebut tidak berfungsi dan tidak dapat dipertahankan kembali.
4. Pilihan terakhir dilakukan pleurodesis dan perlekatan antara kedua pleura ditempat fistel.
Pengobatan tambahan :
v Apabila terdapat proses lai diparu, maka pengobatan tambahan ditujukan terhadap penyebabnya ;
- Terhadap proses tuberkolosis paru, diberi obat anti tuberkolosis.
- Untuk mencegah obstipasi dan memperlancar defekasi, penderita diberi laksan ringan ringan, dengan tujuan supaya saat defekasi, penderita tidak dapat perlu mengejan terlalu keras.
v Istirahat total
- Penderita dilarang melakukan kerja keras ( mengangkat barang berat ), batuk, bersin terlalu keras, mengejan.