• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Berdasarkan Observasi dan wawancara serta berdasarkan tujuan penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN. Berdasarkan Observasi dan wawancara serta berdasarkan tujuan penelitian"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

41

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan Observasi dan wawancara serta berdasarkan tujuan penelitian tentang perencanaan, pelaksanaan, evalusi dan tindak lanjut yang dilakukakan konseris dalam memberikan layanan penguasaan konten untuk mengatasi kecemasan pasien yang akan melaksanakan operasi elektif di RSUD Prof. Dr. M. A. Hanafiah SM Batusangkar (RSUD Batusangkar), dapat di uraikan sebagai berikut

Daftar Pasien Operasi Elektif yang Mendapatkan Layanan Penguasaan Konten di Ruang Rawat Inap Bedah

No JK Umur (Tahun) Penyakit Status (Menikah) Kode Nama 1 P 42 Kangker Payudara Janda A

2 P 36 Usus Buntu Menikah B

3 P 23 Usus Buntu Belum

Menikah C 4 P 46 Kista Menikah D 5 L 38 Amputasi Menikah E 6 L 64 Prostat Menikah F 7 P 44 Kangker Payudara Menikah G 8 P 37 Kangker Payudara Menikah H 9

P 22 Usus Buntu Belum

Menikah I

10 L 60 Batu Ginjal Menikah J

(2)

A. Perencanaan yang Dilakukan Konseris dalam Memberikan Layanan Penguasaan Konten untuk Mengatasi Kecemasan Pasien yang Akan Melakukan Operasi Elektif

1. Deskripsi Data Lapangan

Berdasarkan observasi dan wawancara, Perencanaan layanan penguasaan konten dalam mengatasi kecemasan pasien sebelum operasi elektif yang dilakukan oleh konseris RSUD Batusangkar adalah, pertama mencari informasi atau mengobservasi kondisi atau keadaan pasien yang akan diberikan layananan penguasaan konten, informasi yang diperoleh tentang keadaan atau kondisi pasiendidapatkan melalui ketua maupun perawat dari ruangan tempat pasien di rawat, baik didapatkan melalui telepon maupun bertanya secara tatap muka dengan ketua atau perawat ruangan, informasi mengenai keadaan dan kondisi pasien juga didapatkan melalui keluarga pasien dan sumber informasi itu juga didapatkan dengan bertanya langsung dengan pasien tersebut.

Kedua, menyiapkan bahan atau materi yang sesuai dengan kondisi atau permasalahan pasien tersebut, materi layanan penguasaan konten berkaitan dengan tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien itu sendiri dan ditambah dengan materi mengenai ibadah, karena ibadah pasien menentukan tingkat kecemasan pasien. dan juga tingkat ibadah pasien menentukan bagaimana kondisi psikoligis pasien, oleh karena itu materi ibadah sangat perlu disiapkan untuk diberikan dan diajarkan kepada pasien materi-materi dalam pemberian layanan disesuiakan dengan

(3)

keadaan. kondisi dan juga permasalahan yang dihadapi oleh pasien tersebut.

Ketiga, menyiapkan atau memperhitungkan kapan waktu pemberian layanan. Waktu pemberian layanan disesuaikan dengan keadaan pasien, jika pasien dalam pemeriksaan dokter konseris belum bisa memberikan layanan, ketika pasien sedang waktu kunjungan dan banyak keluarga maupun kerabat pasien yang datang mengunjungi pasien proses layanan juga belum bisa diberikan.

Uraian di atas diperkuat oleh pernyataan Konseris 1 yang menyatakan bahwa :

Perencanaan yang perlu dipersiapkan sebelum melaksanakan layanan adalah mencari informasi tentang pasien yang perlu diberikan layanan, setelah mengetahui kondisi atau permasalahan yang dialami oleh pasien, barulah kita menyiapkan materi apa yang sesuai dengan kondisi atau permasalahan pasien tersebut, materi layanan penguasaan konten biasanya berkaitan dengan akidah, akhlak, mualah dan yang paling penting dan utama adalah mengenai ibadah, karena ibadah pasien menentuakan tingkat kecemasan pasien. dan juga tingkat ibadah pasien menentukan bagaimana kondisi psikoligis pasien, oleh karena itu materi ibadah sangat perlu disiapkan untuk diberikan dan diajarkan kepada pasien. Dan mecari waktu yang tepat untuk melakukan layanan tersebut karena waktu yang tepat juga menentukan keberhasilan

layanan.1

Hal yang serupa juga disampaikan oleh konseris 2 yaitu:

perencanaan sebelum memberikan layanan itu perlu tanpa perencanaan prosesnya tidak akan sukses, perencanaan yang disiapkan itu mengenai akidah, akhlah, muamalah dan ibadah, dan juga beberapa meteri umum untuk menunjang kelancaran operasi pasien. Sebelum mempersiapkan perencanaan tentu harus mengetahi keadaan pasien terlebih dahulu, barulah kita mengetahui

1

Melia Desrina, Konseris RSUD Batusangkar, di RSUD Batusangkar, wawancara

(4)

materi pembelajaran apa yang harus diberikan. Biasanya metari utama dalam setiap layanan adalah mengenai ibadah pasien karena umumnya pasien yang mengalami kecemasan yang berlebihan itu adalah pasien yang kurang mendekatkan diri kepada Allah. dan juga kita harus merencanakan waktu memberikan materi atau

layanan itu kepada pasien.2

Perencanaan yang dilakukan konseris sebelum pelaksanaan layanan penguasaan konten kepada 11 pasien yang akan dioperasi elektif dapat penulis jabarkan sebagai berikut:

a. Pasien A

Sebagaimana hasil Observasi yang penulis lakukan pada hari jumat 21 April 2017 jam 07:50 pagipenulis melihat konseris baru selasai melaksanakan apel pagi, apel pagi merupakan salah satu rutinitas wajib seluruh tenaga kerja rumah sakit setiap harinya. Kemudian konseris memasuki ruangan informasi yang juga merangkup sebagai ruangan konseris. Jam 08:00-09:00 pagi konseris melakukan kegiatan diruangan informasi. Jam 09:00 pagi konseris pergi memasuki ruangan Interne karena jadwal layanan hari Jum’at adalah pasien-pasien yang ada diruangan Interne.

Setelah memberikan layanan diruangan Interne konseris kembali memasuki ruangan Informasi, tidak lama setelah itu telepon diruangan informasi berbunyi ternyata itu merupakan telepon dari ruangan Bedah yang meminta konseris untuk memberikan layanan kepada pasien A yang akan dioperasi, konseris menanyakan atau

2

Dasfamianto, Konseris RSUD Batusangkar, di RSUD Batusangkar, wawancara

(5)

mencari informasi mengenai keadaan pasien tersebut. Setelah menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan pasien konseris mengatakan kepada perawat yang menelpon tersebut bahwa konseris akan segera menemui pasien tersebut dan kemudian konseris mengakhiri pembicaraan melalui telepon tersebut.

Sesaat setelah konseris tersebut menerima telepon dari perawat ruangan bedah, beliau mencatat beberapa informasi yang didapatkan dari perawat ruang bedah tadi, karena hari sudah menunjukan jam 11: 40 siang konseris memutuskan untuk menemui pasien setelah sholat dhuhur dikarenakan waktu istirahat siang sudah hampir datang dan konseris harus bersiap-siap untuk melaksanakan sholat dhuhur dan juga melakukan siaran. Ketika sholat zuhur masuk konseris melakukan siaran di ruangan informasi tentang masuknya waktu sholat zuhur dan kemudian menuju mushala rumah sakit untuk mengambil wudhu, sholat sunah, melaksanakan kultum dan melaksanakan sholat zuhur berjamaah di Mushalla tersebut.

Jam 02:15 siang konseris pergi menuju ruangan bedah untuk menemui pasien A tersebut. Sesampai diruangan bedah konseris menemui perawat yang ada diruangan saat itu dan menanyakan dimana kamar pasien tersebut dan menanyakan kembali informasi mengenai pasien tersebut, setelah itu konselor menuju kamar pasien untuk memberikan layanan tersebut.

(6)

Pasien A menyatakan bahwa:

Pada awalnya saya merasa khawatir dan cemas ketika dokter menyarankan saya harus segera dioperasi karena saya mengalami penyakit kanker payudara. Saya khawatir tentang biaya operasi dan perawatan selama saya di rumah sakit membutuhkan biaya yang tidak sedikit, sementara kehidupan keluarga saya serba kekurangan dan ditambah lagi saya adalah seorang janda dan mempunyai dua orang anak. Selama ini sayalah yang menjadi tulang punggung bagi keluarga saya. Sekarang justru saya yang sakit dimana kami akan memperoleh uang untuk membiayai biaya operasi dan perawatan saya selama di Rumah Sakit ini. dan juga setelah operasi tentu saya

tidak sempurna lagi jadi wanita3

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan pada tanggal 21 April 2017, Pasien A merupan janda berumur 42 tahun yang memiliki 2 oarang anak, pasien yang berasal dari Lintau ini mengidap penyakit kangker payudara. Akibat penyakit kangker payudara yang diderita oleh pasien ini mengharuskan pasien menjalankan operasi untuk membantu proses penyembuhan pasien tersebut, namun karena keterbatasan biaya pasien ini mengalami kecemasan dan kekwatiran tentang operasi yang akan dia jalani. Dampak dari kecemasan dan kekwatiran pasien ini, pasien menjadi susah tidur, pasien sering gelisah, suka termenung, pasien A sempat menolak untuk melakukan operasi dan sering meminta untuk pulang. Pasien A selama dirawat tidak melaksanakan ibadah terutama sholat, dalam kehidupan sehari-hari pasien terkadang pasien sholat terkadang tidak.

(7)

b. Pasien B dan C

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 24 April 2017 pada jam 09:45 pagi penulis melihat konselor menelpon ruangan bedah untuk menanyakan informasi mengenai pasien yang akan dioperasi, lalu konselor mengambil sebuah buku kecil untuk mencatat informasi yang beliau peroleh melalui telepon tersebut.

Dari hasil informasi tersebut konselor memperoleh dua informasi mengenai pasien yang akan dioperasi, Setelah itu konseris menuju ruangan bedah, Sebelum konseris menemui pasien-pasien tersebut konseris meminta penulis untuk mengamati keadaan pasien tersebut terlebih dahulu, sembari konseris memberikan layanan kepada pasien lain yang ada di ruangan bedah tersebut. kebetulan hari senin ini jadwal tugas konseris adalah diruangan bedah

Pasien yang pertama adalah pasien B, Pasien B merupakan wanita berumur 36 tahun, yang memiliki 3 orang anak, wanita asal Sungayang ini memiliki penyakit Usus Buntu yang sudah kronis, oleh karena itu dokter menyarankan pasien B agar menjalankan operasi untuk membuang ususnya yang membusuk. Pasien B mengalami kecemasan tentang operasi yang akan dia jalani, pasien B selalu memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang buruk setelah operasi hal itu lah yang membuat pasien selalu gelisah dan susah tidur.

Sebagaimana mana ungkap B sebagai berikut:

Saya sangat merasa takut untuk menjalani operasi usus buntu yang akan saya jalani, karena ini merupakan operasi yang

(8)

pertama bagi saya. Saya takut apakah dengan operasi saya saya akan sembuh seperti semula atau tidak. Saya merasa tegang sekali, tidak mau makan, tidurpun tidak nyenyak karena saya

selalu memikirkan opersai yang akan saya jalani besok.4

Selanjutnya adalah Pasien C yang juga akan melaksanakan operasi Usus Buntu, wanita berumur 23 tahun itu memiliki kecemasan akan rasa sakit selama operasi yang akan dia jalanai, wanita yang bekerja sebagai pelayan disebuah toko baju tersebut hampir setiap saat menangis dan mengeluh kepada orang tuanya, pasien yang berasal dari Padang Gantiang ini selalu meminta kepada orang tuanya untuk berobat kampung saja namun kondisi pasien mengharuskan untuk segera dioperasi.

Ungkap C berikut:

Saya merasa cemas dan tidak tenang sebelum menjalani operasi. Saya terus memikirkan tentang operasi tersebut, kalau saya dioperasi akan ada proses pembedahan sementara saya sangat takut dengan pembedahan karena pasti menggunakan barang-barang yang tajam dan apakah operasi saya akan berjalan dengan sukses atau tidak. Itulah yang membuat saya

tidak berani rasanya untuk menjalani operasi.5

c. Pasien D

Observasi selanjutnya dilakukan pada tanggal 1 Mai-2017, Setelah melaksanakan Apel pagi sebelum menuju keruangan bedah konseris mencari informasi mengenai pasien yang akan dioperasi, konseris menelpon ke ruangan bedah untuk mencari informasi pasien yang akan dioperasi dan mencari informasi mengenai kondisi pasien,

4B, Pasien Bedah, di RSUD Batusangkar, wawancara langsung, 24 April 2017 5C, Pasien Bedah, di RSUD Batusangkar, wawancara langsung, 24 April 2017

(9)

dari hasil telepon tersebut ternyata ada seorang pasien yang akan dioperasi yaitu pasien D yang juga mengalami kecemasan sebelum operasi.

Setelah menerima telepon tersebut konseris mengatakan bahwa ia akan masuk setelah dokter menemui pasien tersebut. Satu jam setelah itu konseris meminta penulis untuk menemui dan melihat kondisi pasien tersebut terlebih dahulu, sedangkan konseris menemui pasien-pasien yang lain yang juga ada di ruangan bedag tersebut.

Berdasarkan hasil Observasi dan wawancara yang penulis lakukan bahwa Pasien D, Seorang laki-laki berumur 46 tahun yang mengalami sakit Kista, D memiliki seorang istri dan satu orang anak dan pasien D ini berasal dari kenagarian Barulak.Pasien D merasa gelisah dan merasa tegang dengan penyakit kista yang dialaminya dan penyakit kista yang dia derita mengharuskan ia untuk dioperasi, hal itu yang selalu mengganggu pikiran pasien ini, ia selalu memikirkan apakah operasi yang akan dijalaninya berjalan dengan lancar dan dia dapat sembuh seperti sediakala ataukan kondisinya akan semakin melemah setelah dioperasi. Pasien D Juga telah banyak melakukan pengobatan diberbagai tempat tetapi belum juga sembuh.

Ungkap D sebagai berikut:

Saya sudah bertahun-tahun mengidap penyakit kista awalnya saya tidak merasa sakit, namun tahun ini baru saya merasakan sakit dan kata dokter saya harus dioperasi. Sebenarnya saya tidak mau operasi karena saya takut operasi yang saya jalani itu gagal dan saya tidak bisa sembuh seperti sediakala, karena saya sudah banyak melakukan pengobatan sampai pada pengobatan

(10)

tradisional, namun saya belum juga sembuh, jika saya dioperasi apakah saya akan sembuh. Namun, keluarga saya menyarankan

agar saya harus operasi biar penyakit saya ini bisa sembuh.6

Menurut rencana Dokter pasien Pasien D akan melakukan operasi dua hati lagi yaitu pada tanggal 3 Mai 2017, jika kondisi pasien memungkinkan untuk melaksanakan operasi tersebut.

d. Pasien E dan pasien dan F

Observasi berikutnya dilakukan pada tanggal 8 Mai 2017, hari ini penulis mengamati konseris yang sedang sibuk menulis sesuatu disebuah kertas kecil dan ternyata yang ia lakukan adalah membuat perencanaan kegiatan beliau hari ini, dan salah satu perencanaan tersebut adalah mengenai materi-materi yang akan di sampaikan untuk layanan yang akan diberikan diruangan bedah hari ini.

Konseris menelpon keruangan bedah untuk mencari informasi mengenai pasien yang akan dioperasi. Ada dua orang calon pasien yang akan dioperasi yaitu pasien E dan pasien F. Kedua pasien tersebut adalah laki-laki. Setelah konseris mendapatkan data-data dan informasi mengenai pasien-pasien tersebut konseris meminta saya menemui pasien itu terlebih dahulu untuk mencari data, mengobservasi dan mewawancarai pasien tersebut, karena konseris harus menemui pasien diruangan Interne terlebih dahulu karena pasien tersebut lebih membutuhkan layanan secepatnya.

(11)

Sesampainya di ruangan Bedah penulis meminta izin kepada perawat yang ada diruangan bedah tersebut untuk menemui pasien yang akan dioperasi tersebut, setelah itu penulis langsung menemui pasien tersebut, ketika penulis sampai diruangan tersebut penulis melihat kedua pasien sedang berbaring di tempat tidurnya tanpa berbicara dengan pasien yang lainnya namun kedua pasien tersebut dalam keadaan gelisah terlihat ketika pasien E selalu memutar badannya kekanan dan kekiri ketika berbaring, terkadang pasien tersebut mengusap-ngusap wajahnya seakan-akan sedang pusing memikirkan sesuatu. Begitu juga dengan pasien F yang tanpak terkadang bermenung, terkadang duduk dan terkadang berbaring.

Pasien E yang berumur 38 tahun tersebut memiliki dua orang anak, pasien E harus melakukan operasi Amputasi kakinya karena luka yang ada dikaki tersebut sudah mulai membusuk disebabkan oleh penyakit gula yang ia derita. Pasien yang berasal dari Tabek Patah ini sangat takut menjalankan operasi ini selain umurnya yang masih muda harus kehilangan kakinya ia juga memikirkan bagaimana keadaan istri dan anaknya setelah ia dioperasi, siapa yang akan menanggung kehidupan keluarganya. Pasien ini ternyata tidak melakasanakan sholat, baik selama ia sakit maupun sehat.

Pasien E menyatakan bahwa :

Mengenai biaya operasi saya tidak mencemaskannya karena saya memakai BPJS, yang menjadi kekwatiran terbesar saya adalah bagaimana kehidupan saya setelah saya operasi, siapa yang akan mencari nafkah untuk anak-anak saya, karena

(12)

setelah operasi saya tidak sempurna lagi, saya akan kehilangan salah satu kaki saya. semua itu menjadi beban fikiran saya, sebenarnya saya akan dioperasi dua hari yang lalu, namun karena fikiran saya selalu kesana, saya jadi susah tidur dan hal itu membuat tensi saya tinggi oleh karena itulah operesi saya

harus diundur.7

Pasien F merupakan laki-laki berumur 64 tahun, yang memiliki empat orang anak, lima orang cucu dan seorang istri. Bapak empat orang anak ini mengalami sakit Prostat dan harus dioperasi. Bapak yang berasal dari Sungai Tarap ini sangat takut dengan namaya operasi, semenjak dokter mengatakan bahwa ia harus di operasi pasien ini susah tidur dan sering memikirkan hal-hal yang buruk setelah operasi. pasien ini juga tidak melaksanakan ibadah ketika sakit.

Ungkap F sebagai berikut:

Untuk membayangkannya saja saya sudah takut nak, apalagi jika saya harus dioperasi, sejak dokter memberi saya kabar bahwa saya harus operasi sejak itu pula mata saya tidak mau tidur.8

e. Pasien G, H dan I.

Observasi yang kesekian kalinya dilakukan pada tanggal 16 Mai 2017, setelah melaksanakan apel pagi penulis melihat konseris langsung menuju keruangan bedah, sesampai konseris diruang bedah konseris menemui perawat yang ada di ruangan tersebut, kemudian konseris menyapa dan bercanda dengan perawat-perawat tersebut, lalu konseris menanyakan berapa orang pasien calon operasi dan

7

E, Pasien Bedah, di RSUD Batusangkar, wawancara langsung, 8 Mai 2017

8

(13)

menanyakan informasi mengenai pasien-pasien tersebut. Setelah mendapatkan data dan informasi mengenai pasien-pasien tersebut konseris pergi melihat ketiga pasien itu yang kebetulan semuanya satu ruangan, konseris hanya melihat pasien-pasien tersebut dari pintu kamar rawat mereka, lalu konseris berpamitan kepada perawat untuk kembali keruangan informasi.

Sesampainya di ruangan informasi konseris melakukan siaran tentang Rokok dan tentang kebersihan ruangan. Setelah itu konseris meminta penulis menemui ketiga pasien tersebut terlebih dahulu untuk mengamati dan mewawancarai pasien tersebut yaitu setelah perawat berganti tugas yang malam dengan yang pagi sekitaran jam sembilan pagi. Sembari menunggu waktu pergantian tugas selesai penulis melihat konseris sibuk menulis sesuatu pada sebuah kertas dan ternyata itu adalah data dan informasi mengenai pasien tersebut.

Ketika penulis hendak menuju ruangan bedah konseris memberikan kertas yang ia tulis beberapa saat yang lalu yaitu mengenai data dan informasi pasien tersebut, konseris meminta penulis untuk mencari data dan informasi yang lebih lengkap mengenai pasien- pasien tersebut.

Sesampai diruangan pasien-pasien tersebut penulis melihat pasien tersebut sedang melakukan aktivitasnya masing-masing, pasien G sedang terbaring di tempat tidurnya sambil merintih kesakitan, Pasien H sedang bermenung dan pasien I sedang makan pagi.

(14)

Pasien G adalah wanita berumur 44 tahun yang menderita sakit Kangker Payudara, wanita berumur 44 tahun ini memiliki 4 orang anak, satu orang suami. Pasien G beberapa malam terkahir mengalami susah tidur, sering mengeluh kesakitan dan tidak mau makan, pasien G yang bekerja sebagai ibu rumah tangga ini sering meninggalkan sholat dan bahkan ketika sakit pasien tidak ada sholat.

Ungkap pasien G sebagai berikut:

Saya merasa resah/gelisah dengan operasi kangker payudara yang akan saya jalani nanti sore, karena saya melihat ibuk yang satu kamar perawatan dengan saya dan beliau sudah pulang kemaren juga mengalami sakit yang sama dengan saya namun beliau sudah dua kali operasi masih belum juga sembuh saya takut seperti ibuk tersebut, untuk sekali operasi saja saya sudah tidak sanggup membayangkan sakitnya apalagi sampai dua kali .9

Pasien H merupakan wanita berumur 37 tahun, wanita yang berasal dari Lintau ini memiliki satu orang suami dan seorang anak angkat. Wanita 37 tahun ini juga mengalami penyakit kangker payudara, pasien ini belum bisa merima ia harus menjalani operasi kangker payudara dengan umurnya yang masih tergolong muda. ibadah pasien ini terkadang dilaksanakan terkadang tidak.

Ungkap H berikut :

Saya memang harus menjalankan operasi ini walaupun sebenarnya saya gelisah dan takut karena saya belum siap

menahan rasa sakit yang saya rasakan saat di operasi nanti 10

Pasien I juga mengatakan bahwa:

9 G, Pasien Bedah, di RSUD Batusangkar, wawancara langsung, 16 Mai 2017 10

(15)

Saya tidak pernah terbayang kalau saya harus menjalankan operasi ini, hal yang paling saya hindari selama ini adalah operasi karena saya takut di operasi, saya bukan takut akan kematian tapi saya takut rasa sakit yang saya derita saat

operasi.11

Pasien I adalah wanita berumur 22 tahun, yang bekerja disebuah PT di Pekambaru, wanita muda ini mengalami sakit usus buntu yang harus dioperasi. Pasien yang berasal dari Tanjun Alam ini belum siap untuk melakukan operasi, pasien ini sangat takut dengan yang namanya operasi, pasien ini sempat beberapa kali pingsan karena takut dioperasi dan susah tidur di malam hari, pasien ini sangat jarang melaksanakan sholat baik selama sakit maupun selama ia sehat.

f. Pasien J

Observasi hari selanjutnya dilakukan pada tanggal 22 Mai 2017, sesampai diruangan informasi penulis melihat konseris lagi bersiap-siap untuk melakukan siaran kebersihan dan siaran mengenai Rokok, lalu konseris mengambil sebuah kertas yang berisikan tentang siaran rokok dan kebersihan tersebut, konseris melangkah keruangan tempat siaran tersebut. Setelah beberapa menit konseris menemui penulis untuk memberi kabar bahwa hari ini ada seorang pasien laki-laki yang akan dioperasi, kemudian konseris menuju kesebuah meja kecil dimana diatas meja tersebut terletak sebuah telepon, konseris mengambil telepon tersebut lalu menghubungi sebuah nomor, ternyata yang dihubungi oleh konseris tersebut adalah perawat yang ada di

11

(16)

ruangan bedah untuk mencari informasi mengenai pasien tersebut, lima menit berlalu konseris mengambil sebuah pena dan buku lalu menulis informasi yang ia dapat ketika menelevon tadi. Dua menit berlalu konseris meletakkan pena yang ia pegang lalu memberikan kertas yang ia tulis mengenai informasi pasien tersebut kepada penulis. Konseris meminta penulis untuk terlebih dahulu menemui pasien tersebut, agar penulis bisa mengamati, mencari data dan informasi mengenai pasien tersebut.

Jam sembilan pagi penulis melangkah keruangan bedah, sesampai diruangan bedah penulis memasuki ruangan tersebut dengan membacakan salam, lalu menuju ketempat perawat untuk izin penelitian, salah seorang perawat tersebut mengantarkan penulis kepada seorang pasien yang akan dioperasi kemudia ia kembali ketempat duduknya, penulis mengamati pasien tersebut dari kaca jendela kamar pasien tersebut, Pasien tersebut tanpak gelisah, ia terkadang termenung, terkadang marah-marah kepada istrinya, ia juga sering duduk dan tidur. Setelah beberapa lama penulis amati, penulis menuju keruangan tersebut dengan mengucapkan salam, lalu menuju ketempat tidur pasien tersebut, sesampai di tempat pasien penulis mencari data dan informasi dari pasien dan juga istrinya.

Pasien J mengatakan Bahwa:

Saya sudah sering masuk keluar rumah sakit karena sakit batu ginjal yang saya derita sejak 2 tahun belakangan ini, awalnya saya pernah dianjurkan untuk melakukan operasi namun saya tidak berani karena teman-teman saya banyak yang

(17)

mengatakan setelah operasi tidak banyak orang yang menjadi baik malahan sebaliknya setelah itu saya hanya melakukan pengobatan secara alami, semenjak tiga bulan belakangan ini saya selalu keluar masuk rumah sakit karena penyakit yang saya derita sudah semakin parah dan dokter selalu menyarankan saya untuk operasi, saya menyetujuinya namun

saya masih sangat takut dan kwatir.12

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara bahwa pasien J berumur 60 tahun, pasien J memiliki satu orang istri, enam orang anak dan lima orang cucu. pasien J berasal dari kenagaria Atar. penyakit yang diderita pasien J yang menyebabkan ia harus di operasi adalah Batu Ginjal. Pasien J mengalami kecemasan atas operasi yang akan ia lalui. Karena sering mendengar omongan orang tentang dampak negatif dari operasi pasien menjadi sangat kwatir dan takut menjalani operasi,

g. Pasien K

Observasi Berikurnya dilakukan pada tanggal 29 Mai 2017. Penulis mengamati konseris yang sedang berbicara dengan beberapa perawat yang ada di ruangan informasi, salah satu perawat itu adalah perawat ruangan bedah, setelah konseris selesai berbicara dengan beberapa perawat tersebut penulis melihat koseris berbicara dengan perawat dari ruangan bedah, penulis melihat konseris sedang bertanya mengenai pasien yang akan dioperasi ternyata perawat tersebut tidak terlalu ingat mengenai data dan informasi dari pasien tersebut, perawat mengatakan kepada konseris nanti ia akan menelpon setelah sampai

12

(18)

diruangan bedah. lalu perawat tersebut pergi dan konseris melakukan siaran tentang tentang kebersihan dan siaran mengenai rokok.

Ketika konseris selesai melakukan siaran pagi, konseris langsung malangkah meuju meja tempat telepon ruangan informasi diletakan. konseris menelpon ruangan bedah untuk menanyakan kembali mengenai informasi pasien yang akan dioperasi tersebut. lalu konseris mengambil kertas dan pena yang ada didekat televon tersebut untuk mencatat informasi yang ia dapatkan dari perawat ruangan bedah tersebut kemudian konseris mengakhiri pembicaraannya dengan perawat ruangan ditelepon tersebut.

Konseris memberikan kertas yang ia tulis mengenai informasi dari pasien tersebut kepada penulis lalu konseris meminta penulis untuk pergi menemui pasien tersebut terlebih dahulu untuk mengamati, mencari informasi dan data pasien tersebut.

Pasien K merupakan seorang laki-laki berumur 58 tahun yang memiliki seorang istri, 4 orang anak dan dua orang cucu. Pasien yang berasal dari Lintau ini mengalami sakit Hernia yang mengakibatkan pasien ini harus melaksanakan operasi. Pasien K mengalami kecemasan sebelum operasi di sebabkan oleh rasa tukutnya menghadapi sakit saat operasi.

(19)

Saya memang harus menjalankan operasi ini walaupun sebenarnya saya gelisah dan takut karena saya belum siap

menahan rasa sakit yang saya rasakan saat di operasi nanti 13

Berdasarkan uraian dari sebelas pasien di atas dapat penulis pahami bahwa perencanaan yang dilakukan konseris dalam mengatasi kecemasan pasien sebelum manjalankan operasi adalah konseris mencari informasi mengenai pasien yang akan dioperasi, informasi tersebut didapatkan dari konseris menanyakan langsung kepada perawat ruangan baik secara tatap muka maupun melalui telepon. Konseris mencatat informasi yang ia dapatkan dan mempersiapkan marei layanan.

2. Interprestasi dan AnalisisData

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di lapangan tentang perencananaan yang dilakukan konseris dalam memberikan layanan penguasaan konten untuk mengatasi kecemasan pasien yang akan melakukan operasi elektif adalah, mencari informasi tentang pasien yang perlu diberikan layanan, menyiapkan materi apa yang sesuai dengan kondisi atau permasalahan pasien tersebut, materi layanan penguasaan konten berkaitan dengan tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien itu sendiri dan ditambah dengan materi mengenai ibadah, karena ibadah pasien menentukan tingkat kecemasan pasien. dan juga tingkat ibadah pasien menentukan bagaimana kondisi psikologis pasien, oleh karena itu materi ibadah sangat perlu disiapkan untuk diberikan dan diajarkan

13

(20)

kepada pasien.Mencari waktu yang tepat untuk melakukan layanan tersebut karena waktu yang tepat juga menentukan keberhasilan layanan.

Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan apa yang di nyatakan Tohirin dalam bukunya “Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah” bahwa Perencanaan layanan penguasaan konten mencakup: (a) menetapkan subjek (klien) yang akan dilayani (menjadi peserta layanan) (b) menetapkan dan menyiapkan konten yang akan dipelajari secara rinci (c)menetapkan proses dan langkah-langkah layanan (d) menetap dan menyiapkan fasilitas layanan termasuk media dengan perangkat keras dan

lunaknya dan (e) menyiapkan kelengkapan administrasinya14

Setelah penulis melakukan observasi dan wawancara kepada konseris, penulis juga melakukan observasi dan wawancara kepada pasien untuk memperkuat data dan informasi yang penulis dapatkan. Berdasarkan hasil observasi yang ditemukan dilapangan di ruangan rawat inap bedah RSUD Batusangkar bahwa permasalahan psikologis yang dialami bagi pasien operasi elektif adalah dapat dilihat dari gerakan tubuh ada pasien yang terlihat resah, gelisah, cemas, bolak-balik dari tempat tidurnya karena resah, kurang tenang dan ada juga pasien yang terlihat keluar masuk ke kamar mandi. Kemudian dilihat dari ucapan/ bahasa yang yang diucapkan ada pasien yang mengeluh kesakitan, ada yang diam saja, ada pasien yang berteriak. Lalu dilhat dari tindakan atau kebiasaan yang dilakukan pasien-pasien tersebut adalah, ada yang tidur saja, ngobrol dan berbicara dengan

14

Tohirin,BimbingandanKonseling di Sekolahdan Madrasah (PT Rajagrafindo Persada,2013) h:156

(21)

keluarga, juga ada yang terlihat tidur-tiduran sambil nelpon, ada juga yang terlihat diam saja dan tidur karena tidak ada kerabat yang menemani serta beberapa pasien di ruangan rawat inap bedah tersebut terlihat sensitif atau mudah marah.

Uraian di atas diperkuat oleh pengungkapan salah seorang kepala ruangan (Karu) rawat inap bedah di RSUD Batusangkar, sebagaimana penuturan Karu pada saat diwawancarai sebagai berikut:

Operasi merupakan hal yang sangat sulit diterima oleh pasien, kebanyakan pasien tidak siap menerima hal demikian dikarenakan disamping tidak adanya pengalaman tentang operasi juga dikarenakan terlalu percaya terhadap isu-isu negatif tentang operasi seperti: nanti akan mati, penyakit bertambah parah, akan mengalami cacat seumur hidup, biaya yang sangat mahal, hanya sebagai bahan praktek para dokter semata. Terkadang jika kita

tidak berpandai-pandai dalam menyampaikan hasil dari

pemeriksaan penyakit pasien, bahwa ia akan menjalani operasi sering pasien akan mengalami perubahan yang sangat cepat seperti pingsan, tegang, wajah pucat, menangis, marah, berteriak,

kejang-kejang, lari dan lain-lainnya.15

Hal tersebut sesuai dengan yang dinyatakan oleh Jeffrey S. Nevid dalam bukunya “Psikologi Abnormal” bahwa ada beberapa ciri-ciri kecemasan dilihat dari segi fisik, meliputi kegelisahan, kegugupan, tangan dan anggota tubuh yang bergetar atau gemetar, banyak berkeringat, mulut atau kerongkongan terasa kering, sulit berbicara, sulit bernafas, jantung berdebar keras atau berdetak kencang, pusing, merasa lemas, merasa sensitif. Dilihat dari segi behavioral/perilaku pasien meliputi perilaku menghindar, perilaku melekat dan perilaku terguncang. Kemudian dilihat dari segi kognitifnya meliputi khawatir tentang sesuatu, perasaan

15

(22)

terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan, ketakutan akan kehilangan kontrol, ketakutan akan kemampuan untuk mengatasi masalah, berfikir bahwa semuanya tidak bisa lagi dikendalikan

dan sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran.16

Pada buku Dadang Hawari juga dijelaskan gejala klinis cemas adalah sebagai berikut:Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejutTakut sendirian, takut pada keramaian, dan banyak orang. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan. Gangguan konsentrasi dan daya ingat. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging, berdebar-debar, sesak

nafas, gangguan pencernaan, sakit kepala dan sebagainya.17

Gejala klinis yang disebutkan Dadang Hawari di atas hampir sama yang terjadi kepada kesebelas pasien yang diberikan layanan penguasaan konten oleh konseris RSUD Batusagkar yang akan melaksanakan operasi elektif.

B. Pelaksanaan yang Dilakukan Konseris Dalam Memberikan Layanan Penguasaan Konten untuk Mengatasi Kecemasan Pasien yang Akan Melakukan Operasi Elektif

1. Deskripsi Data Lapangan

Berdasarkan observasi dan wawancara pelaksanaan layanan penguasaan konten dilaksanakan oleh konseris secara kondisional sesuai dengan kebutuhan para pasien, layanan penguasaan konten ini diberikan

16Jeffrey S. Nevid, Psikologi Abnormal, (Jakarta: Erlangga, 2003, jilid 1), h.164 17Dadang Hawari, Manajemen Stres, Cemas dan Depresi, (Jakarta:FKUI, 2001), h. 67

(23)

kepada pasien agar pasien memiliki kemampuan mengatasi kecemasannya dalam menghadapi operasi, untuk menambah wawasan dan pemahaman pasien tentang materi yang diberikan, untuk mengubah persepsi dan sikap pasien yang salah tentang operasi, agar pasien terhindar atau tercegah dari masalah-masalahyang tidak diinginkan,agar pasien mampu mengentaskan masalah-masalah yang dihadapi oleh pasien tersebut termasuk

mengembalikan semangat pasien untuk sembuh, dan untuk

mengembangkan potensi pasien sekaligus memelihara potensi-potensi yang telah berkembang pada diri pasien.

Setelah diberikan proses konseling atau layanan penguasaan konten oleh konseris ternyata pasien merasa lebih tenang, karena Konseris dapat memahami pasien dengan mencoba menempatkan diri pada posisi pasien atau sudut pandang pasien (empati). Dengan empati Konseris mampu terampil dengan objektif melihat permasalahan pasien serta bisa meyakinkan pasien secara langsung dengan berfikir positif, tidak mudah berputus asa dan lebih tenang menghadapi operasi karena konseris mampu memberikan pembelajaran dan pemahaman mengenai materi yang diberikan.

Berdasarkan observasi hal utama yang dilakukan konseris ketika pelaksanaan layanan penguasaan konten adalah menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, membuat pasien nyaman dengan kedatangan konseris diantara caranya adalah, menyapa pasien, menanyakan keadaan dan

(24)

kondisi pasien, bercanda dengan pasien, menanyakan pola makan pasien, memberikan semangat dan motifasi kepada pasien dan lain sebagainya.

Konseris 1 menyatakan bahwa:

Sebagai seorang konselor harus mampu mendekatkan diri kepada pasien serta memiliki rasa empati, kita harus membuat pasien tersebut benar-benar nyaman dan mau terbuka dengan kita sehingga kita akan mudah nantinya beriteraksi dengan pasien tersebut, pasien juga akan dengan mudah menerima dan

mengamalkan apa yang kita sampaikan18

Materi yang selalu diberikan konseris saat memberikan layanan adalah mengenai ibadah pasien, karena penyebab utama dari kecemasan tersebut adalah karena pasien kurang mendekatkan diri kepada Allah, kurang memahami tetang agama sehingga menimbulkan pemikiran dan sikap yang negatif dan juga mengenai materi-materi yang akan membantu menghilangkan kecemasan pasien.

Seperti ungkapan konseris 2 bahwa:

Penyebab utama dari kecemasan pasien tersebut karena pasien hanya mengeluh dengan sakitnya dan menjauhkan diri dari Allah SWT. Oleh karena itu hal utama yang harus di ajarkan kepada pasien adalah mengenai ibadah pasien, baik itu tentang cara berwudhu dan sholat ketika sakit, mengajarkan manfaat berserah diri kepada Allah ketika sakit, dan yang lainnya yang berhubungan

dengan kecemasan dan masalah yang di hadapi oleh pasien19

Setelah memberikan materi layanan penguasaan konten konselor berdiskusi atau bertanya jawab tentang materi yang diberikan kepada pasien, konselor meninjau sejauh mana pemahaman pasien tentang materi yang diberikan, dan mendiskusikan hal yang belum dimengerti oleh pasien

18Melia Desrina, Konseris RSUD Batusangkar, di RSUD Batusangkar, wawancara langsung, 8 Mai 2017

19

Dasfamianto, Konseris RSUD Batusangkar, di RSUD Batusangkar, wawancara

(25)

sekaligus konselor mengejakan materi yang perlu di praktekan atau hal yang belum dipahami oleh pasien.

Sebagaimana Ungkapan konseris 1 sebagai berikut:

Setelah materi selesai diberikan kepada pasien, biasanya dilakukan diskusi atau tanya jawab jika memungkinkan, kemudian mempraktekan atau mengajari cara-cara dari materi yang diberikan

jika pasien belum memahaminya.20

Pelaksanaan layanan penguasaan konten yang dilakukan konseris kepada pasien yang akan melaksanakan operasi elektif dapat penulis jabarkan sebagai berikut:

a. Pasien A

Ketika konseris memasuki ruangan inap pasien A konseris mengucapkan salam, dan memperkenalkan diri kepada pasien A, konseris melakukan pendekatan untuk menjalin hubungan yang akrab dengan pasien dan mencoba menjalin komunikasi yang baik kepada pasien, hal itu tanpak ketika konseris memperkenalkan diri kepada pasien, menanyakan keadaan pasien, memberikan sentuhan ringan kepada pasien dan bercanda dengan pasien dan konseris memberikan semangat dan motivasi untuk sembuh kepada pasien

Setelah merasa konseris sudah mulai akrap dengan pasien dan pasien sudah mampu menerima kedatangan konseris baru konseris mulai menjajaki permasalahan pasien. Ketika konseris mulai menanyakan permasalahan yang sedang pasien ini hadapi, pasien

20

Melia Desriana, Konseris RSUD Batusangkar, di RSUD Batusangkar, wawancara

(26)

tampak bebas menceritakan apa yang dia rasakan. Setelah menemukan titik permaslahannya lalu konseris memberikan materi layanan kepada pasien termasuk juga konseris mencoba merubah pola pikir pasien yang salah diantaranya adalah konseris menjelaskan kepada pasien rezki, maut dan jodoh itu semua sudah di atur oleh tuhan, konseris juga menjelaskan dampak negatif jika tidak melakukan operasi, konseris juga mengatakan akan berusaha membantu pasien dengan bantuan Basnaz yang diberikan kepada pasien yang kurang mampu.

Materi lain juga diberikan oleh konseris yaitu mengenai manfaat ibadah ketika sakit, tidak ada alasan untuk meninggalkan sholat dalam keadaan apapun termasuk ketika sakit. Setelah pasien mulai memahaminya konseris melakukan diskusi dengan pasien, pasien mengatakan kepada konseris pasien susah untuk tidur, lalu konseris mengeluarkan sebuah kertas yang berisikan tentang sebuah doa , konseris menanyakan kepada pasien apakah pasien bisa membaca Alquran, pasien menjawab kalau dia bisa membaca Alquran tapi tidak terlalu lancar, konseris membuka kertas yang ia ambil tadi dan memberikan kepada pasien,.

Konseris meminta pasien untuk membacanya, ketika pasien membaca ternyata ada beberapa bacaan yang salah oleh pasien, konseris mengajarkan dan mengejakan bacaan yang salah tersebut kepada pasien sampai pasien benar-benar bisa membacanya. Setelah

(27)

pasien bisa membacanya konseris meminta pasien untuk membaca doa tersebut sebelum tidur berulang-ulang kali sampai tertudur.

Konseris menanyakan mengenai sholat pasien, pasien tersebut mengatakan bahwa selama sakit ia tidak sholat, lalu konseris menanyakan apa pasien mampu untuk mengambil wudhu ke kamar mandi, pasien mengatakan ia mampu mengambil wudhu ke kamar mandi namun bagaimana caranya berwudhu dengan tangan memakai infus lalu konseris menjelaskan bahwa Allah memberi keringannan dari setiap kesulitan salah satunya adalah keringanan berwudhu ketika sakit, konseris menjelasakan berwudhulah seperti biasa namun tangan yang terkena infus atau daerah sekitar infus dipasang tidah perlu dikenai dengan air.

Setelah pasien memahaminya konseris menanyakan apa pasien bisa melaksanakan sholat ketika sakit, pasien mengatakan jika ia hanya bisa sholat sambil duduk karena ia tidak sanggup berdiri terlalu lama dan pasien tersebut juga mengatakan kepada konseris kalau ia juga tau bagaimana cara sholat sambil duduk. setelah pasien memahami apa yang konseris sampaikan dan ajarkan kepada pasien konseris Kemudian mengakhiri dengan pemberian penguatan dan semangat kepada pasien.

b. Pasein B dan pasien C

Setelah konseris selesai memberikan layanan kepada pasien-pasien yang lain di ruangan bedah tersebut, konseris menuju ke

(28)

ruangan pasien B dan Pasien C. Konseris mengucapkan salam ketika memasuki pintu kamar pasien dan menyapa kedua pasien tersebut, konseris mulai menjalin komunikasi dengan kedua pasien tersebut secara bergantian, konseris yang berdiri diantara kedua tempat tidur pasien tersebut menanyakan kondisi pasien secara bergantian.

Kemudian konseris memberikan semangat dan motifasi kepada pasien, konseris menjelaskan juga bahwa penyakit itu adalah nikmat dari Allah jika ketika sakit kita menshukurinya dan tetap melaksanakan perintah Allah.

Konseris melihat salah satu dari pasien tersebut yaitu pasien B sangat gelisah, pasien tersebut tanpak selalu memutar badannya kekanan dan kekiri, terkadang pasien ini suka melamun dan tidak terlalu nyambung ketika konseris bertanya kepada pasien tersebut, lalu konseris melangkah menuju ketempat tidur pasien tersebut, konseris memegang bahu pasien dan tersenyum kepada pasien lalu konseris tanpak melakukan penenangan sederhana kepada pasien,

Konseris meminta pasien untuk tarik nafas dan

menghembuskannya itu dilakukan selama tiga kali, lalu konseris meminta pasien memejamkan matanya, konseris menyebut kalimah istighfar dan meminta pasien untuk mengikuti kalimahistighfar tersebut, hal tersebut dilakukan konseris selama tiga kali, setelah pasien mulai tenang konseris kembali ketempat berdirinya yang

(29)

semula dan melanjutkan memberikan layanan kepada kedua pasien tersebut.

Konseris menanyakan kendala yang dihadapi sebelum operasi ini secara bergantian kepada pasien-pasien tersebut, pasien tersebutpun juga menjelaskan secara bergantian apa yang mereka rasakan, jawaban atau inti penjelasan mereka hampir sama yaitu kecemasan dan ketakutan menghadapi operasi tersebut. Konseris juga menanyakan soal ibadah pasien-pasien tersebut dan keduanya sama-sama mengaku tidak sholat selama sakit.

Setelah konseris menjajaki permasalahan pasien dan

menemukan inti permasalahannya konseris menyampaikan materi layanan kepada kedua pasien tersebut, Konseris menjelaskan kepada pasien kalau sakit itu ada nikmat bagi orang-orang yang sabar dan ikhlas dalam sakitnya. Konseris juga menjelaskan kalau operasi itu tidak sesakit yang dibayangkan, karena pasien ketika dioperasi itu dibius jadi tidak akan merasakan sakit apapun, dan juga konseris menjelaskan rezki, maut dan jodoh tersebut Allah yang mengatur tugas manusia hanya berusaha dan berdoa. Lalu konseris menjelaskan zikir sebagai penenang jiwa, lalu konseris membaca kalimah zikir yaitu ; الله ناحبس(Subhanallah-Mahasuci Allah), lalu konseris meminta pasien memejamkan matanya dan membaca kalimat itu berulang-ulang.

(30)

Ketika materi sudah selesai disampaikan konseris mempraktekan cara bertayamum dan sholat ketika sakit, lalu meminta pasien untuk mempraktekannya juga, setelah selesai mempraktekan dan mendiskusikan mengenai tayamum dan sholat, konseris mengajarkan Doa-doa ketika sakit, konseris juga memberikan sebuah kertas kepada pasien tersebut yang berisikan tata cara tayamum dan tata cara sholat ketika duduk dan berbaring. Tidak lupa juga konseris menyampaikan untuk menjaga pola makan karena pola makan yang baik juga membantu mempercepat kesembuhan.

c. Pasien D

Konseris memasuki ruangan bedah untuk melakukan layanan kepada pasien, sesampai di ruangan bedah konseris meminta izin kepada pearawat yang ada di dalam ruangan untuk memberikan layanan kepada pasien, lalu konseris menuju ruangan pasien yang akan dioperasi, konseris masuk dengan mengucapkan salam dan menyapa pasien yang ada di dalam ruangan tersebut, kemudia konseris menuju ke tempat tidur pasien B, konseris menyapa dan memeperkenalkan diri kepada pasien B, konseris menanyakan keadaan pasien dengan menyentuh bahu pasien tersebut. Konseris tanpak juga melakukan beberapa candaan kepada pasien, Pasien tanpak senang dan tersenyum melihat keramahan konseris, pasien B juga memperkenalkan dirinya dan juga menjawab pertanyaan yang diberikan oleh konseris. Konseris juga memberikan semangat dan motifasi kepada pasien.

(31)

Konseris merasa hubungan antara ia dengan pasien sudah mulai terjalin dengan baik dan konseris mulai menjajaki permasalah yang dihadapi oleh pasien tersebut. Pasien dengan senang hati menjelaskan apa yang ia rasakan kepada konseris. Saat pasien menyampaikan apa yang ia rasakan konseris mendengarkan dengarkan bersungguh-sungguh. Konseris mencoba memahami dan merespon apa yang di sampaikan oleh pasien tersebut.

Setelah konseris menjajaki permasalahan pasien konseris menmbaca kalimahربكا اللهو(Allahu akbar-Allah Mahabesar) selama tiga kali lalu konseris meminta pasien untuk mengikuti apa yang di dibaca oleh konseris. pasien mengikuti bacaan konseris tersebut secara berulang ulang. Setelah itu konseris meminta pasien untuk sering-sering membaca kalimah tersebut terutama ketika pasien merasa cemas menghadapi sakitnya.Konseris juga memberikan materi layanan kepada pasien D yaitu mengenai, Dampak negatif dari perfikiran buruk, manfaat bershukur kepada Allah dan terakhir mengenai ibadah.

Konseris mempraktekan kepada pasien mengenai cara bertayamum dan cara sholat ketika sakit. setelah itu konseris meminta pasien untuk mempraktekannya. Lalu konseris dan pasien melakukan diskusi mengenai materi yang diberikan oleh konseris. Jika pasien sudah memahami apa yang disampaikan oleh konseris konseris mengakhiri pertemuan dengan memberikan semangat dan motifasi kepada pasien.

(32)

d. Pasien E dan pasien F

Konseris memasuki ruangan bedah dan menyapa perawat yang di dalam ruangan saat itu kemudian konseris meminta izin untuk melakukan layanan kepada pasien. Konseris menuju kekamar inap pasien, sesampainya dipintu kamar pasien konseris tanpak mengamati kedua pasien yang sedang barbaring ditempat tidurnya, lalu pasien memasuki tersebut dengan melempar senyuman dan mengucapkan salam kepada pasien yang ada di ruangan itu. lalu konseris Konseris menuju ke tempat tidur pasien E dan pasien F kemudian menyapa kedua pasien tersebut. konseris memperkenalkan diri kepada pasien E dan pasien F, lalu konseris melangkah menuju ke tempat tidur pasien E, konseris kembali menyapa pasien E, namun pasien E yang tanpak pucat dan gelisah itu hanya menjawab dengan sedikit senyuman, konseris menanyakan kepada pasien apa pasien sudah makan dan minum obat, pasien tersebut menjawab sudah.

Lalu konseris meminta kepada pasien E untuk tersenyum, pasien tersebut melakukan apa yang diminta konseris, kemudian konseris meminta pasien untuk tarik nafas sebanyak tiga kali sambil merasakan tiap tarikan nafas tersebut, setelah itu konseris meminta pasien untuk tersenyum kembali. Konseris meminta pasien untuk memejamkan matanya lalu konseris membacakan kalimah istighfar dan meminta pasien juga mengikuti apa yang dibaca oleh konseris, konseris melakukan hal tersebut berulang- ulang kemudian meminta

(33)

pasien untuk terus membacanya secara khusuk dan merasakan setiap kalimah yang dibacakannya itu, kemudian konseris meminta pasien tarik nafas dan meminta pasien untuk tersenyum kembali. Setelah itu konseris kembali berdiri diantara kedua pasien.

Konseris kembali menanyakan kondisi pasien tersebut secara bergantian, konseris tanpak sesekali bercanda dengan kedua pasien tersebut.Setelah itu konseris meminta pasien untuk menceritakan hal yang mengganggu fikiran pasien-pasien tersebut secara bergantian, pasien secara bergantian menceritakan kecemasan yang ia hadapi sebelum operasi, konseris juga menggali bagaimana ibadah kedua pasien tersebut. kedua pasien tersebut mengaku kepada konseris bahwasanya pengetahuan agamanya sangatlah sedikit.

Konseris memberikan materi layanan setelah memahami masalah yang dihadapi oleh pasien, materi yang diberikan oleh konseris adalah mengenai selalu ada hikmah di balik musibah, operasi bukan hal yang harus ditakuti, salah satu cara menghadapi kecemasan sebelum operasi ataupun menjelang memasuki ruangan operasi adalah dengan berdoa dan bersholawat, konseris membaca kalimat sholawat dan meminta kedua pasien untuk membacanya juga, pasien F tanpak susah membaca sholawat tersebut konseris menghampiri pasien tersebut lalu mengajarkan dan mengejakan bacaan sholawat tersebut satu persatu kepada pasien secara berulang-ulang sampai pasien mampu untuk melafazkannya sendiri.

(34)

Setelah selesai menyampaikan materi-materi layanan konseris mepraktekkan tata cara tayamum dan sholat dan meminta kedua pasien untuk mengikutinya. Setelah pasien memahami semua materi yang diberikan konseris, kemudian konseris memberikan sebuah kertas yang berisikan gerakan tayamum dan sholat ketika berbaring kepada kedua pasien tersebut dan tidak lupa konseris memberikan semanagat dan motifasi kepada kedua pasien. Kemudian konseris berpamitan untuk kembali keruangan informasi

e. Pasien G, pasien H dan pasien I

Konseris memasuki ruangan bedah dengan senyuman yang terpancar dari wajahnya, lalu mengucapkan salam dan menyapa parawat yang ada di dalam ruangan tersebut dan melakukan sedikit candaan dengan beberapa perawat tersebut, konseris meminta izin untuk memberikan layanan kepada pasien, konseris mulai melangkah menuju ruangan inap pasien, dengan membawa beberapa kertas ditangannya. Konseris memasuki pintu kamar pasien dengan mengucapkan salam dan tersenyum kepada pasien-pasien tersebut. konseris berdiri didekat pintu ruangan rawat inap karena posisi disana tepat untuk berkomunikasi kepada ketiga pasien yang akan dioperasi.

Konselor memperkenalkan diri kepada ketiga pasien yang akan dioperasi tersebut, lalu konselor menanyakan nama pasien tersebut secara bergantian, konseris menanyakan keadaan dan kondisi pasien

(35)

secara bergantian, dan memberikan semangat dan motivasi kepada ketiga pasien tersebut.

Selanjutnya secara bergantian konseris menjajaki permasalahan dan kendala yang dihadapi oleh ketiga pasien tersebut saat ini. Setelah selesai menjajaki permasalahan pasien secara bergantian konseris memberikan materi layanan yaitu mengenai keutamaan berfikir positif terhadap kesembuhan, sakit merupakan nikmat yang diberikan Allah, cara menjaga stamina tubuh, zikir, doa dan materi mengenai ibadah pasien.

Setelah semua materi diberikan konselor melakukan diskusi dan mempraktekan materi mengenai ibadah dan meminta pasien untuk mengikutinya. Karena pasien sudah memahami apa yang disampaikan oleh konseris konseris membagikan lembaran kertas yang ia pegang ketika memasuki ruangan tadi, kertas-kertas itu berisikan mengenai tata cara sholat dengan berbaring dan duduk, doa-doa ketika sakit dan juga berisikan tentang zikir. Konseris mengakhiri pertemuan dengan memberikan semangat dan motivasi kepada pasien-pasien tersebut, kemudian berpamitan untuk meninggalakan ruangan tersebut.

f. Pasien J

Konseris memasuki kamar inap pasien dengan mengucapkan salam, lalu menyapa pasien dan keluarga pasien yang ada diruangan tersebut. Konseris melangkah menuju tempat tidur pasien J lalu konseris menyapa pasien J dan juga istrinya. Konseris menanyakan

(36)

keadaan dan kondisi pasien dan pola makan pasien, sesekali konseris bercanda kepada pasien agar suasan tidak terlalu membosankan.

Kemudian konseris mulai menjajaki permasalahan dan kendala yang dihadapi pasien sebelum operasi termasuk juga mencari informasi mengenai ibadah pasien. Setelah itu konseris memberikan materi kepada pasien yaitu apa yang kita alami belum tentu dialami oleh orang lain begitu juga sebaliknya tujuannya untuk mengubah pola pemikiran pasien yang salah. Konseris juga memberikan beberapa contoh tentang pengalaman konseris menghadapi pasien yang akan operasi. Konseris juga menjelasakan jodoh, rezki dan maut tuhan yang menentukan dan juga konseris menjelasakan bahwa operasi tidak seburuk dan separah yang dibayangkan.

Setelah materi diberikan konseris melakukan diskusi dengan pasien termasuk juga konseris mempraktekan mengenai materi ibadah seperti tayamum dan sholat ketika sakit lalu konseris meminta pasien untuk mengikutinya. Konseris juga mengajarkan mengenai doa dan zikir kepada pasien. sebelum mengakhiri pertemuan konseris memberikan motifasi dan semnagat kepada pasien. Lalu konseris pamit untuk meninggalkan ruangan tersebut.

g. Pasein K

Konseris memasuki ruangan bedah dengan mengucapkan salam dan meminta izin untuk melalukan layanan kepada perawat lalu konseris menuju ruangan inap pasien K, konseris memasuki kamar

(37)

inap pasien dengan mengucapkan salam, konseris menyapa dan menanyakan keadaan pasien yang ada di dalam kamar tersebut satu persatu, lalu konseris melangkah menuju ke tempat tidur pasien K dengan tersenyum, Konseris menyapa pasien K, konseris juga memperkenalkan dirinya kepada pasien K, lalu konseris menanyakan keadaan pasien K, identitas pasien K dan juga memberikan semangat dan motivasi kepada pasien.

Setelah konseris merasa pasien sudah mulai nyaman dengan kedatangannya barulah konseris mulai menjajaki permasalahan K tersebut. Ketika konseris sudah memahami apa permasalahan pasien K, konseris memberikan materi layanan yaitu mengena ibadah ketika sakit, manfaat bershukur, sakit sebagai penggugur dosa, dan memperbanyak istighfar.

Setelah selesai memberikan materi layanan konseris

melanjutkan dengan diskusi bersama pasien untuk mengetahui sejauh mana pasien memahami apa yang di sampaikan konseris dan juga mempraktekan mengenai tayamum dan sholat ketika sakit, lalu konseris meminta pasien untuk mempraktekannya sendiri. Sebelum mengakhirinya konseris kembali memberikan semangat dan motifasi kepada pasien, konseris juga memberikan informasi mengenai ketika operasi itu tidak sakit karena kita dibius. Konseris berpamitan untuk meninggalkan ruangan kepada pasien K dan pasien yang ada diruangan tersebut termasuk juga kepada keluarga pasien.

(38)

2. Interprestasi dan Analisis Data

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang ditemui di lapangan bahwa cara yang dilakukan Konseris pada pemberian layanan penguasaan konten dalam mengatasi kecemasan bagi pasien operasi elektif adalah membangun komunikasi yang baik dengan pasien, memberikan penguatan dan motivasi, memberikan sentuhan penguatan, Konseris juga melakakukan teknik penenangan sederhana ketika memberikan layanan, jika tingkat kecemasan pasien itu tinggi maka perlu dilakukan teknik penenangan sederhana terlebih dahulu agar pasien bisa mengontrol emosi dan persaan pasien tersebut, memberikan materi tentang masalah yang dihadapi oleh pasien, dan melakukan diskusi atau tanya jawab dengan pasien termasuk juga mempraktekan materi yang disampaikan.

berdasarkan observasi dan wawancara yang penulis lakukan bahwa Suasana hati pasien yang kadang tidak menentu, mengharuskan konseris membuat pasien nyaman dengan kedatangan konseris, oleh karena itu dalam pemberian layanan kepada pasien tidak dilakukan secara formal atau kaku, konseris mencoba membuat suasana agar tidak membosankan. Sebagaimana yang disampaikan oleh Konseris 1 bahwa:

Dalam memberikan layanan tidak dilakukan secara formal, kita harus berpandai-pandai dalam mengambil hati pasien, dan sesekali kita diharuskan juga untuk bercanda dengan pasien, agar pasien tidak tegang dengan kedatangan kita, dan juga kita harus melihat kondisi dan keadaan pasien ketika memberikan layanan, jika pasien sedang keadaan cemas yang berlebihan kita perlu

menenangkan pasien tersebut terlebih dahulu.21

21

Melia Desrina, Konseris RSUD Batusangkar, di RSUD Batusangkar, wawancara

(39)

Hal tersebut senada dengan yang dinyatakan Tohirin dalam dalam bukunya “Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah” Bahwasanya Layanan penguasaan konten umumnya diselenggarakan secara langsung (bersifat direktif) dan tatap muka melalui format klasikal, kelompok, atau individual. Pembimbing atau konselor secara aktif menyajikan bahan, memberikan contoh, merangsang (memotivasi), mendorong, dan menggerakan klien untuk berpartisipasi secara aktif

mengikuti materi dan kegiatan layanan.22

Teknik di atas harus pula didukung oleh dua hal : pertama, melakukan sentuhan-sentuhan tingkat tinggi (high touch) yang menyangkut aspek-aspek kepribadian dan kemanusiaan klien terutama aspek-aspek afektif, semangat, nilai-nilai dan moral. Untuk itu, pembimbing atau konselor harus bisa mewujudkan: Kewibawaannya yang didasarkan pada kualitas kepribadian dan keilmuan, kasih sayang dan kelembuatan, keteladanan, pemberian penguatan , dan tindakan tegas yang mendidik (bukan hukuman). kedua ,pemanfaatan teknologi tinggi (high

tech) guna menjamin kualitas penguasaan konten. Kualitas penguasaan

konten hanya bisa diwujudkan melalui penyajian materi pembelajaran pembelajaran (konten) yang berkualitas, penggunaan atau penerapan metode pembelajaran yang tepat, penggunaan alat bantu yang berkualitas,

(40)

penciptaan lingkungan pembelelajaran yang kondusif, dan penilaian hasil

pembelajaran yang tepat.23

Selain itu, pembimbing (konseris) pun harus menguasai konten dengan berbagai aspeknya yang menjadi isi layanan . Pengusaan oleh pembimbing (konselor) akan memengaruhi kewibawaannya dihadapan peserta layanan (klien). Daya improvisasi pembimbing (konselor) amat sangat diperlukan dalam membangun konten yang dinamis dan kaya.

Setelah konten dikuasai, pembimbing (konselor) selanjutnya

mengimplementasikannya dalam kegiatan layanan pengusaan konten melalui teknik-teknik sebagai berikut: pertama penyajian materi pokok konten setelah klien disiapkan sebagaimana mestinya. Kedua, tanya jawab dan diskusi. Konselor mendorong klien untuk berpartisipasi secara aktif guna meningkatkan wawasan dan pemahamannya berkenaan dengan konten tertentu yang menjadi isi layanan. Ketiga, Melakukan kegiatan lanjutan, misalnya melalui diskusi kelompok, penugasan, dan latihan terbatas, survei lapangan atau studi kepustakaan, percobaan, latihan

tindakan (dalam rangka pengubahan tingkah laku).24

23Ibid h:155 24Ibid

(41)

C. Evaluasi dan Tindak Lanjut yang Dilakukan Konseris dalam Memberikan Layanan Penguasaan Konten untuk Mengatasi Kecemasan Pasien yang akan Melakukan Operasi Elektif

1. Deskripsi Data Lapangan

Berdasarkan Observasi evaluasi atau penilaian segera yang dilakukan menjelang diakhirinya pelaksanaan layanan penguasaan konten yaitu konseris mengevaluasi dan berdiskusi kembali tentang materi yang diberikan oleh konseris kepada pasien,mempraktekan atau mengulang kembali materi yang belum dipahami, apakah pasien sudah memahamai tentang apa yang sudah disampaikan oleh konseris dan juga mengevalusi kembali apakah pasien sudah mampu menyelesaikan sendiri masalah yang dihadapi oleh pasien itu sendiri setelah dibantu dengan konseris untuk mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi oleh pasien tersebut.

Konseris 1 megungkapkan bahwa evaluasi dalam pemberian layanan itu perlu:

Evalusi sangat perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pasien memahami apa yang disampaikan oleh konselor dan untuk mengetahui apakah apa yang diberikan oleh konselor bisa dilaksanakan oleh pasien, dan juga untuk mengetahui apakah perlu

tindak lanjut dari layananan yang diberikan kepada pasien.25

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara jika pasien sudah memiliki perasaan lega setelah diberikan layananan penguasaan konten dan pasien sudah memahami apa yang disampaikan oleh konseris maka layanan penguasaan konten berakhir setelah itu namun jika pasien masih

25

Melia Desrina, Konseris RSUD Batusangkar, di RSUD Batusangkar, wawancara

(42)

memiliki rasa ragu atau masih belum mampu menyelesaikan masalahnya sendiri maka konseris melakukan rencana kegiatan pasca layanan.

Sebagaimana yang di sampaikan oleh Konseris 1 :

Tindak lanjut setelah memberikan layanan tidak selalu dilaksanakan semua itu tergantung bagaimana hasil pemberian layanan tersebut jika seandainya pasien sudah bisa menyelesaikan masalahnya sendiri setelah diberikan layanan maka tindak lanjut tidak perlu dilakukan tetapi jika setelah diberikan layanan, pasien masih belum mampu menyelesaikan masalahnya tersebut maka tidak lanjut setelah pemberian layanan penguasaan konten sperlu

diberikan untuk memberi penguatan dan pemahaman yang baru.26

Berdasarkan hasil observasi, setelah konseris selesai memberikan layanan penguasaan konten konseris menemui keluarga pasien dan perawat ruangan tujuannya adalah meminta perawat ruangan maupun keluarga pasien untuk memberi kabar tentang perkembangan kondisi pasien setelah diberikan layanan pengusaan konten oleh konseris.Tindak lanjut dari layanan penguasaan konten yang dilakukan oleh konseris dirumah sakit tergantung kepada informasi yang diberikan perawat ruangantempat pasien menginap atau informasi yang dari keluarga pasien. jika perawat ruangan atau keluarga pasien mengambari konseris tentang kondisi pasien yang diberikan layanan tersebut masih belum membaik maka konseris akan melakukan tindak lanjut terhadap pasien tersebut namun jika tidak ada kabar dari perawat ruangan maka tidak ada tindak lanjut dari layanan penguasaan konten tersebut, dikarenakan banyaknya

26

Melia Desrina, Konseris RSUD Batusangkar, di RSUD Batusangkar, wawancara

(43)

pasien yang harus diberikan layanan dan juga disebabkan oleh keterbatasan tenaga konseris di Rumah Sakit

2. Interprestasi dan Analisis Data

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di RSUD Batusangkar bahwasanya evalusi dan tindak lanjut dalam layanan penguasaan konten itu sangat perlu dilakukan, evalusi diperlukan untuk mengetahuai sejauh mana pemahaman pasien atas apa yang di sampaikan konseris dan untuk mengetahui apakah pasien sudah mampu untuk menjalankan atau mempraktekan apa yang di sampaikan oleh konseris..

Tindak lanjut layanan penguasaan konten dilakukan berdasarkan informasi yang didapatkan dari perawat ruangan maupun dari keluarga pasien, jika perawat ruangan atau keluarga pasien tidak ada menghubungi konseris berarti tidak ada lagi tindak lanjut dari proses layanan penguasaan konten tersebut hal ini dikarenakan oleh situasi dan keadaan Rumah Sakit dan juga disebabakan oleh keterbatasan tenaga kerja konseris di rumah sakit RSUD Batusangkar.

Sebagaimana yang disampaikan konseris 2 bahwa:

Tindak lanjut setelah pelaksanaan layanan hampir tidak ada dikarenakan keterbatasan tenaga konseris dan juga banyaknya pasien yang harus diberikan layanan, terkecuali bagi pasien yang masih belum mampu menyelesaikan masalahnya sendiri setelah diberikan layanan maka akan ditemui kembali dan akan diberikan

layanan kembali.27

27

Dasfamianto, Konseris RSUD Batusangkar, di RSUD Batusangkar, wawancara

(44)

Sebagimana yang disampaikan Tohirin dalam bukunya “Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah” bahwa ada beberapa cara dalam pelaksanaan evalusi yaitu, : (a) menetapkan materi evaluasi (b) menetapkan prosedur evaluasi (c) menyusun intrumen evaluasi (d) mengaplikasikan instrumen dan evaluasi atau penilaian terhadap layanan penguasaan konten dengan tahapan kegiatan di atas, dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: (1) evaluasi atau penilaian segera yang dilakukan menjelang di akhirinya setiap kegiatan layanan (2) evaluasi atau penilaian jangka pendek , yang dilaksanakan beberapa waktu setelah kegiatan layanan berakhir. (3) evaluasi atau penilaian jangka panjang yang dilaksanakan setelah semua program layanan selesai dilaksanakan. Waktunya relatif, tergantung luas dan sempitnya program

layanan.28

28

Referensi

Dokumen terkait

Secara rinci, pada tahap perencanaan ini, prosedur tindakan yang dilakukan peneliti adalah (1) membagi guru dalam beberapa kelompok kecil, (2) peneliti memberikan

Lebih lanjut, jika dibandingkan Kabupaten Purwakarta yang merupakan wilayah dengan jumlah penduduk terendah di Jawa Barat, jumlah penduduk di Kabupaten Bogor lebih tinggi 81,6

[r]

Sistem Informasi Laboratorium Klinik Keperawatan merupakan bagian dari sistem yang ada di institusi pendidikan keperawatan, dimana dalam pembuatan aplikasi sistem

Pendidikan minimal S-1, diutamakan berlatar belakang pendidikan dibidang Ilmu Agama Islam dan/atau telah memiliki pengalaman dalam bidangnya;.. Memiliki kemampuan

Faktor ekonomi (luas lahan, jumlah tanggungan, ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga dan pendapatan diluar usahatani kopi) lebih berpengaruh besar dengan nilai

255 Natrium klorida Larutan Infus 0,9 % Steril btl... AN AWAL JUMLAH

terdapat pengaruh yang signifikan dari permainan bakiak terhadap perkembangan sosial anak usia dini kelompok B di TK Nusa Indah Palembang. Perkembangan sosial