• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah Pengguna Internet menurut Survei We are Social pada tahun 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah Pengguna Internet menurut Survei We are Social pada tahun 2020"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dan kemajuan zaman pada era sekarang ini berdampak banyak dalam masyarakat, banyak perubahan dan perkembangan yang telah terjadi khususnya perkembangan dan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahan dan teknologi. Sebagai akibat perkembangan teknologi informasi dan internet akan mempengaruhi perilaku masyarakat, karena dengan teknologi informasi dan internet masayarakat sangat mudah mendapatkan apa yang di butuhkan. Salah satu perkembangan dibidang informasi teknologi dan internet adalah Sosial Media. Sosial Media adalah sebuah media online dengan para penggunanya bisa dengan mudah bepartisipasi, berbagi dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Sosial media yang paling umum digunakan oleh masyarakat diseluruh dunia adalah Youtube, Facebook, WhatsApp dan masih banyak lagi. Di balik kemudahan mengakses internet maupun sosial media banyak oknum yang melakukan tindak pidana pornografi yang memberikan pengaruh buruk terhadap moral dan kepribadian masyarakat Indonesia sehingga mengancam kehidupan sosial masyarakat Indonesia.

Jumlah Pengguna Internet menurut Survei We are Social pada tahun 2020

Menurut survei yang di lakukan We are Social jumlah pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 175,4 juta orang dan pengguna social media mencapai 160 juta orang, sementara total jumlah penduduk Indonesia 272,1 juta. Dibanding tahun 2019, jumlah pengguna internet meningkat sekita 17 persen atau sekitar 25 juta pengguna internet. 1 Sedangkan pengguna internet di Kalimantan selatan atau di Banjarmasin berkontibusi sebesar 1,6 persen dari pengguna internet di Indonesia atau sekitar 2,7 juta orang berdasarkan survei Penetrasi Internet & Perilaku Pengguna Internet di Indonesia 2018 yang dirilis oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) sementara jumlah penduduk di Kalimantan selatan menurut Wikipedia kurang lebih 4,2 juta penduduk.

1 Kumparan, “Riset:64% penduduk Indonesia sudah pakai internet”, di akses dari https://kumparan.com/kumparantech/riset-64-penduduk-indonesia-sudah-pakai-internet-1ssUCDbKILp/full, pada tanggal 29 Februari 2020 pukul 21.00

(2)

2

Dari data survei tersebut bisa penulis simpulkan bahwa pengguna internet sangat banyak sekali, lebih dari setengah penduduk Indonesia menggunakan internet bahkan di Kalimantan selatan sendiri juga lebih dari setengah penduduknya menggunakan internet. Dalam hal ini akan sangat merugikan jika ada oknum penyebar atau pembuat Pornografi di internet, karena internet sudah menjadi kebutuhan masyarakat Indonesia. Di sosial media banyak sekali tindak pidana pornografi dari penyebar dan pembuat pornografi dari sekian banyaknya sosial media yang di gunakan di Indonesia Youtube, Line, WhatsApp dan Twitter merupakan yang paling sering terjadi nya tindak pidana pornografi.

Pembuat Konten Youtube atau Youtubers yang Memasukan Unsur Pornografi dalam Videonya

Akhir-akhir ini ada banyak sekali pembuat konten youtube (youtubers) yang membuat heboh mansyarakat internet yang memasukan unsur-unsur pornografi/melanggar kesusilaan seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2008 dan Undang-Undang RI Nomor 19 tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Sebagai contoh ada 3 pembuat konten youtube dengan Akun kanal youtube 1) Akun youtube Kimi hime yang berkonten game/permainan tetapi memasukan unsur-unsur berbau pornografi didalam video dan judul videonya. Bisa dilihat dari salah satu judul video nya yang berjudul “Keasikan Bermaiun, Gadis Ini Mengeluarkan Cairan Lengket” dengan thumbnail foto yang mengandung kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat. 2) Akun youtube FD HAUS yang kebanyakan isi video nya mewawancarai perempuan yang rata-rata pertanyaannya mengandung unsur-unsur pornografi/melanggar kesusilaan. 3) Akun youtube Popular Magazine Indonesia, yang memiliki beberapa video film pendek mengandung unsur-unsur pornografi/melanggar kesusilaan sebagai contoh ada video yang berjudul “Perjaka TONG TONG” dan “Inem Luamayan Seksi” dimana dalam video tersebut mengandung kecabulan.

(3)

3 Penyebaran Video Pornografi di sosial media Line dan WhatsApp di Kalimantan Selatan

Di Kalimantan selatan sudah sering terjadi tersebar nya video pornografi yang disebarkan melalui grub WhatsApp maupun Line, terlebih lagi akhir akhir ini sedang ramai di perbincangkan terkait dengan kasus tersebar nya video mesum sepasang kekasih. Dalam tahun 2019 dan 2020 saja sudah ada lebih dari 3 kasus tersebarnya video porno.

Akun Twitter yang memasukan Unsur Pornografi

Di twitter pun tidak kalah ramai tidak sedikit akun twitter yang membagikan aktivitas keseharianya yang mengandung kecabulan, foto maupun video yang mengandung unsur unsur pornografi sebagai contoh akun @siskaeee yang sering membagikan foto maupun video nya tanpa busana di publik.

Untuk di youtube sendiri bahkan sudah sampai memicu munculnya petisi online di Change.org dengan judul “Hapus Konten Negatif di Akun Youtube Kimi Hime” ini dibuat oleh Arik Setiawan ditujukan kepada YouTube Indonesia.2

Pada hakekatnya pornografi bersifat merusak atau merugikan siapa saja yang menjadi korbannya. Hal ini tentu saja sangat meresahkan dan memprihatinkan bagi banyak pihak, karena merupakan penyelewengan, pelanggaran hukum apabila hal semacam ini tidak segera diupayakan dan ditanggulangi dengan seksama tentu saja akan lebih banyak mengundang dari masyarakat yang lebih luas sehingga dengan demikian perlulah dengan segera untuk mendapat penanganan dari pihak yang berwenang.

Dan dalam upaya penegakan hukum tersebut Kepolisian merupakan instansi pemerintah yang berada pada garis terdepan, dalam Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara dalam Ketentuan Pokok Kepolisian menyebutkan bahwa “Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintah negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan dan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.

2 Rima Sekarani Imamun Nissa, “Terlalu Vulgar, Warganet Tuntut Hapus Konten Negatif di YouTube Kimi

Hime”, diakses dari https://www.suara.com/tekno/2019/01/14/081918/terlalu-vulgar-warganet-tuntut-hapus-konten-negatif-di-youtube-kimi-hime , pada tanggal 20 Maret 2019 pukul 21.41

(4)

4

Sebagai instansi terdepan dalam penegakan hukum kepolisian haruslah peka terhadap fenomena-fenomena dalam masyarakat yang berkembang dan menjurus ke arah pelanggaran hukum. Termasuk tugas kepolisian adalah melakukan penegakan terhadap adanya suatu peristiwa pidana dalam masyarakat termasuk pornografi.

Pengaturan masalah pornografi diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi, telah memunculkan subyek hukum pidana pada perbuatan pidana pornografi, yang berkaitan pula dengan sistem pemidanaan maupun tujuan pemidanaan.

Hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang yang berlaku di suatu negara, menurut Simons hukum pidana adalah : 1) Keseluruhan larangan atau perintah yang oleh negara diancam dengan nestapa, yaitu suatu “pidana” apabila tidak ditaati; 2) Keseluruhan peraturan yang menetapkan syarat-syarat untuk penjatuhan pidana; dan 3) Keseluruhan ketentuan yang memberikan dasar untuk penjatuhan dan penerapan pidana.3

Pengaturan tentang pornografi juga telah disebutkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan selain di dalam Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi sebagaimana Pemerintah Indonesia telah membentuk Undang-Undang RI Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE),khusus yang mengatur tentang pornografi di internet terdapat dalam ketentuan Pasal 27 (1). Namun pada pasal tersebut, hanya menyebutkan “hal-hal yang melanggar kesusilaan”, tanpa uraian dan penjelasan. Tentu saja hal ini sangatlah multitafsir dan banyak celah hukumnya. selain Undang-undang ITE juga diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) khususnya pasal 282 ayat (1) dan (2).

Dalam Undang-Undang RI Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) secara garis besar mengatur tentang larangan dalam memberikan informasi dan transaksi elektronik dimedia online. Didalam pasal 27 ayat (1) menyebutkan “bahwa setiap orang setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan”. Terdapat 2 unsur dari penjelasan pasal 27 ayat (1) yaitu unsur obyektif : 1) Perbuatan:

3 Tongat., “Dasar-dasar Hukum Pidana Indoneisa Dalam Perspektif Pembahuruan”, (Malang: Umm Press, 2010), hlm. 15.

(5)

5

mendistribusikan, mentransmisikan, dan membuat dapat diaksesnya. 2) Melawan hukum, yaitu yang dimaksud dengan “tanpa hak”. 3) Obyeknya adalah informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan. Dan unsur subyektif berupa kesalahan, yaitu yang dimaksud dengan “dengan sengaja”.

Pengaturan UU ITE dalam hal kesusilaan/pornografi, khususnya ketentuan mengenai pornografi dan sanksi pidananya disinkronasikan dengan UU Pornografi. UU ITE dan UU Pornografi pada dasarnya saling melengkapi. Kemudian, Pasal 44 UU RI tahun 2008 Pornografi menyatakan bahwa peraturan perundang-undangan yang mengatur tindak pidana pornografi dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang tersebut.

Sebagaimana yang telah dijlaskan diatas, maka seharusnya ada tindakan dari penegak hukum mengingat dari penjelasan Mentri Komunikasi dan Informatika “Rudiantara” di situs website berita CNN Indonesia yang berjudul “Pelaku Hoaks Bisa Dijerat Tanpa Ada Aduan”4, bahwa pelaku hoaks yang bisa dijerat “Tanpa Aduan” jika konten yang dibuat meresahkan masyarakat, seperti pornografi.

Maka bisa penulis simpulkan menurut Mentri Komunikasi dan Informatika walaupun tidak adanya aduan dari masyarakat penegak hukum harusnya dapat menindak lanjuti kasus ini dalam hal ini kepolisian.

Berasarkan uraian diatas maka untuk itu perlu adanya kajian ilmiah yang lebih mendalam untuk menganilisis tentang Peran kepolisian dalam penegakan tindak pidana pornografi. Maka dari itu penulis meneliti masalah ini dengan judul : PENEGAKAN

HUKUM TINDAK PIDANA PORNOGRAFI OLEH KEPOLISIAN (Studi di Polda Kalimanta Selatan)

B. Rumusan Masalah

Berdasarakan pada uraian latar belakang diatas , ada 3 permasalahan yang hendak dikaji dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk tindak pidana pornografi melalui media sosial di Wilayah Hukum Kalimantan Selatan ?

4 Tim CNN Indonesia, “Pelaku Hoaks Bisa Dijerat Tanpa Ada Aduan”, diakses dari https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20181014133828-185-338358/pelaku-hoaks-bisa-dijerat-tanpa-ada-aduan , pada tanggal 18 Juli 2019 pukul 19.49

(6)

6

2. Bagaimana Penegakan Hukum tindak pidana pornografi melalui media sosial oleh Polda Kalimantan Selatan ?

3. Apa Kendala Penegakan Hukum tindak pidana pornografi melalui media sosial oleh Polda Kalimantan Selatan ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bentuk tindak pidana pornografi melalui media sosial di Wilayah Kalimantan Selatan..

2. Untuk mengetahui Penegakan Hukum tindak pidana pornografi melalui media sosial oleh Polda Kalimantan Selatan.

3. Untuk Mengetahui Kendala Penegakan Hukum tindak pidana pornografi melalui media sosial oleh Polda Kalimantan Selatan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Penelitian ini dilakukan untuk menambah pemahaman dan pengetahuan penulis khususnya mengenai tema yang diteliti.

2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan bagi masyarakat, sehingga masayarakat mendapatkan pandangan dan pengetahuan terkait tindak pidana pornografi di internet khsusnya di sosial media, sehingga masyarakat dapat ikut serta dalam berkordinasi terkait penanggulangan tindak pidana tersebut.

3. Bagi Akademis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi akademisi hukum pidana dan dapat memberi sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu pengetahuan hukum pidana, khususnya mengenai penegakan hukum tindak pidana pornografi di internet khususnya di youtube. 4. Bagi Pemerintah

Penelitian ini dapat menjadi sumber masukan yang bermanfaat kepada pemerintah yang selama ini tidak adanya tindakan khusus dari pemerintah kepada penyebar konten berbau pornografi yang ada di youtube.

(7)

7 E. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan nya, penulis mengharapkan tugas akhir ini memiliki kegunaan sebagai berikut :

1. Secara ilmiah, penelitian ini diharapkan memeberi kontribusi keilmuan dan bahan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahauan, serta memperbanyak refrensi dibidang hukum bahkan masukan bagi aturan hukum kedepan nya yang lebih baik. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak, terutama

pihak yang berada di dunia hukum, dalam rangka upaya penegakan hukum di Indonesia dan menwujudkan negara Indonesia sebagai negara yang sejahtera (welfarestate).

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penlitian ini akan menggunakan penlitian secara empiris dilakukan karena penelitian ini ditujukan ketentuan perundang-undangan yang terjadi dalam praktek yaitu terhadap aparat penegak hukum dalam hal ini yang dibahas adalah kepolisian. sedangkan dari sifatnya penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dimasudkan untuk memberikan data-data yang seteliti mungkin tentang obyek yang diteliti.

2. Sumber Data

Sumber data yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian ini menggunakan sumber data primer, data sekunder dan tersier.

a. Penggunaan data primer akan diperoleh melalui pihak penegak hukum yang terkait (referensi) dalam hal ini kepolisian.

b. Data sekunder (library research) yaitu peraturan perundang-undangan dan literatur literatur lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

c. Data Tersier merupakan data yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer dan bahan hukum skunder, seperti kamus, ensiklopedia, serta artikel dari internet.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Polda Kalimanta Selatan Jalan Let. Jendral S.Parman No.16 Antasan Besar Kecamatan Banjamasin tengah kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

4. Analisa Data

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis berupa uraian-uraian kalaimat yang tersusun secara sistematis sesuai dengan permasalahan yang dibahas.

(8)

8

Dalam menarik kesimpulan penulis menggunakan metode berfikir dedukatif yaitu cara berfikir yang menarik kesimpulan dari suatu pernyataan atau dalil yang bersifat umum menjadi suatu pernyataan yang bersifat khusus.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan penulisan hukum ini, penulis membagi dalam empat bab dan masing masing bab terdiri atas sub bab yang bertujuan agar mempermudah pemahaman nya. Adapun sistematika penelitian nya sebagai berikut :

I. BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab yang di dalam nya memuat 7 sub bab. Yaitu, Latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keguanaan penelitian, Metode Penelitian, dan sistematika penulisan.

II. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini berisi diskripsi atau uraian tentang bahan-bahan teori, doktrin, atau pendapat sarjana, dan kajian yuridis berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku, kajian terdahulu terkait topik yang diteliti.

III. BAB III PMEBAHASAN

Dalam bab ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikaji, dan dianalisa, dalam bab ini penulis akan memaparkan hasil penelitian terkait dengan peran kepolisian dalam penegakan hukum tindak pidana pornografi di internet khsusnya di sosial media.

IV. BAB IV PENUTUP

Pada bab ini berisi kesimpulan mengenai hasil penelitian serta saran-saran yang perlu disampaikan terkait dengan permasalahan yang telah diteliti.

Referensi

Dokumen terkait

komunikatif yang terlepas dari makna harfiahnya yang didasarkan atas perasaan dan pikiran pengarang atau persepsi pengarang tentang sesuatu yang dibahasakan; kata konkret

Penelitian mengenai interferensi ini dilakukan oleh penulis untuk mengidentifikasi faktor interferensi yang terjadi di dalam kelas VIIIA pada saat proses

Mengetahui analisis hasil celah keamanan yang ditemukan terhadap jaringan WLAN pada tiga kafe di Palembang.. Mengetahui cara meminimalisir dampak dari celah keamanan yang

Menurut Sugiyono (2011:8) metode kuantitatif diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau

Memiliki arah yang positif dan berpengaruh signifikan menunjukkan bahwa banyaknya proporsi komisaris independen yang semakin besar dapat berpengaruh pada beban

Pelayanan pada masa nifas yang tidak sesuai dengan harapan klien dapat menyebabkan masalah psikologis.Masalah psikologis pada masa pasca persalinan bukan merupakan

Kasus yang terjadi pada AISA tersebut memberikan gambaran bahwa kondisi keuangan yang bermasalah akan berdapak dapa opini yang diberikan oleh auditor yang mana juga