• Tidak ada hasil yang ditemukan

ROKOK HERBAL PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ROKOK HERBAL PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

ROKOK HERBAL PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

DAN HUKUM ISLAM

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

RAHMANSYAH NIM: 11160430000034

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1442 H / 2020 M

(2)

i

ROKOK HERBAL PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

DAN HUKUM ISLAM

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

RAHMANSYAH NIM: 11160430000034

Di Bawah Bimbingan

Dosen Pembimbing

Dr. Abd. Rahman Dahlan, M.A. NIP. 195811101988031001

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1442 H / 2020 M

(3)

ii

(4)
(5)

iv

ABSTRAK

Rahmansyah. NIM 11160430000034. “ROKOK HERBAL PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM”. Program Studi Perbandingan Mazhab, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1442 H/2020 M.

Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan tentang ketentuan hukum positif dan hukum Islam terhadap rokok herbal. Bermula dari munculnya sebuah inovasi terbaru yaitu rokok herbal, rokok yang diyakini sebagian masyarakat Indonesia sebagai rokok alternatif dan dapat menerapi seseorang lepas dari candu rokok, bahkan rokok tersebut diklaim sebagai rokok yang menyehatkan.

Penelitian skripsi ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif (penelitian hukum normatif) dan kepustakaan (library research), dengan melakukan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan, Al-Quran, Hadist, kajian fikih, fatwa-fatwa ulama yang berkaitan dengan tema penelitian. Kemudian dalam menganalisis penulis menggunakan metode content analysis (kajian isi).

Hasil penelitian menunjukan bahwa ketentuan hukum positif terhadap rokok herbal yaitu legal, dan ketentuan hukum Islam yaitu antara makruh dan haram. legal karena produsennya mempunyai izin produksi, hanya saja oknum dalam promosi dan distribusinya masih banyak yang melakukan kesalahan atau pelanggaran terkait media promosi terhadap regulasi PP No.109 tahun 2012 dan UU. No.36 tahun 2009. Kemudian sebab ketentuan hukum makruh karena belum adannya penelitian lebih lanjut mengenai isi kandungan rokok tersebut, sehingga belum tentu sepenuhnya bebas dari efek-efek negatif, dan bisa menjadi haram apabila ternyata terbukti membawa dampak mudharat yang besar melebihi rokok pada umumnya karena dampak negatifnya tidak sesuai dengan semangat maqashid asy-syari’ah.

Kata Kunci : Rokok Herbal, Rokok Alternatif, Hukum Positif, Hukum Islam Pembimbing : Dr. Abd. Rahman Dahlan, M.A.

(6)

v

KATA PENGANTAR

ِنَﻣْﺣﱠرﻟا ِ ﱠ� ِمْﺳِﺑ

ﻢﯿ ِﺣﱠﺮﻟا

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah, serta inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliah ke zaman ilmiah seperti sekarang ini. Selanjutnya, penulis akan menyampaikan rasa terimakasih tak terhingga

kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa moril maupun materil. Karena tanpa bantuan dan dukungannya, penulis tidak akan menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis secara khusus akan menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, M.A., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum serta para Pembantu Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Hj. Siti Hana, S.Ag, Lc., M.A, Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab dan Bapak Hidayatulloh, M.H, Sekretaris Program Studi Perbandingan Mazhab.

3. Dr. Abd. Rahman Dahlan, M.A. sebagai dosen penasehat akademik dan pembimbing skripsi penulis, yang telah sabar dan terus memberikan arahannya untuk membimbing penulis dalam proses penyusunan skripsi ini. 4. Terimakasih kepada Dr. Muhammad Taufiki, S.Ag., M.Ag. dan Ahmad Farhan Choirullah, Lc., M.A. sebagai dosen penguji dalam munaqasyah saya, para dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, beserta seluruh staf dan karyawan yang telah memberikan pelayanan maksimal. 5. Paling istimewa untuk kedua orang tua penulis, Ayahanda H. Muhriansyah

dan Ibunda Hj. Mariyana, terima kasih yang tiada tara karena telah menjadi orang tua terhebat, selalu memberikan nasehat, semangat, motivasi, cinta, perhatian, kasih sayang serta doa yang begitu tulus tiada hentinya diberikan kepada penulis sehingga dapat menempuh pendidikan dengan sukses.

(7)

vi

Semoga Allah SWT memberikan rahmat serta kesehatan agar bisa terus mendampingi penulis menuju impian-impian di masa depan

6. Kepada seluruh teman-teman seperjuangan PMH angkatan 2016, Keluarga Asrama Mahasiswa Kalimantan Selatan, Keluarga Alumni Pondok Darul Hijrah, terima kasih telah menemani dan mewarnai hari-hari penulis selama perkuliahan

7. Kepada guru sehat Om Bagus dan Dosen KAHFI BBC Motivator School, serta keluarga KAHFI Angkatan 18, telah menjadi keluarga di tanah rantau ini, yang senantiasa tak henti selalu memberikan arahan dan nasehat untuk kehidupan penulis menjadi lebih baik lagi.

8. Keluarga besar HIQMA UIN Jakarta, kawan-kawan organisasi: PMII, HIPMI, Dema FSH, HMPS PM, IKPDH Jabodetabek, PMKS Jakarta, yang telah memberikan banyak pengalaman, wawasan, motivasi, serta telah memperluas cakrawala berfikir dan memberikan kesempatan untuk menebar manfaat dalam kehidupan penulis.

9. Teman-teman KKN SEMURNI 147, telah menerima penulis menjadi teman dengan tulus dan ikhlas, serta menjadi teman bermain sekaligus belajar bersama ketika KKN dan sampai saat ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas kebersamaan, doa, bantuan, kritik dan saran semoga tetap terjalin tali persaudaraan yang tak pernah putus.

Sekian, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. menjadi berkah dan amal jariyah untuk kita semua. serta semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis serta pembaca pada umumnya, Aamiin.

Jakarta, 31 Agustus 2020

Rahmansyah

(8)

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing (terutama Arab) ke dalam tulisan Latin. Pedoman ini diperlukan terutama mereka yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah Arab yang belum dapat diakui sebagai kata Bahasa Indonesia atau lingkup masih penggunaannya terbatas.

a. Padanan Aksara

Berikut ini adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ا Tidak dilambangkan ب B Be ت T Te ث Ts te dan es ج J Je

ح H h dengan garis bawah

خ Kh ka dan ha د D De ذ Dz de dan zet ر R Er ز Z Zet س S Es ش Sy es dan ye

ص S es dengan garis bawah

ض D de dengan garis bawah

ط T te dengan garis bawah

ظ Z zet dengan garis bawah

ع ‘ koma terbalik di atas hadap kanan

(9)

viii ف F Ef ق Q Ki ك K Ka ل L El م M Em ن N En و W We ه H Ha ء ` Apostrof ي Y Ye b. Vocal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vocal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vocal Arab Tanda Vocal Latin Keterangan

A Fathah

I Kasrah

U Dammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vocal Arab Tanda Vocal Latin Keterangan

Ai a dan i

au a dan u

c. Vocal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vocal Arab Tanda Vocal Latin Keterangan

ﺎـَـ â a dengan topi di atas

(10)

ix

ﻮْـُـ û u dengan topi di atas

d. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyah maupun huruf kamariah. Contoh: rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-al-dîwân

e. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda (ـّــ) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Misalnya, kata (ةروﺮﻀﻟا) tidak ditulis ad-darûrah melainkan al-darûrah, demikian seterusnya.

f. Ta Marbûtah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika tamarbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na‘t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3)

No Kata Arab Alih Aksara

1 ﺔﻘﯾﺮط Tarîqah

2 ﺔﯿﻣﻼﺳﻹا ﺔﻌﻣﺎﺠﻟا al-jâmî’ah al-islâmiyyah

(11)

x g. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi.

Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya, demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al Palimbani, tidak ‘Abd al Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.

h. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi‘l), kata benda (ism), maupun huruf (harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:

Kata Arab Alih Aksara

ذُﺎَﺘﺳ ُﻷا ﺐَھذ dzahaba al-ustâdzu ﺮُﺟ َﻷا ﺖَﺒَﺛ tsabata al-ajru ﺔﱠﯾﺮ ِﺼْﻌَﻟا ﺔﻛ َﺮَﺤَﻟا al-harakah al-‘asriyyah

(12)

xi

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING...i

PENGESAHAN PANITIA UJIAN...ii

LEMBAR PERNYATAAN...iii ABSTRAK...iv KATA PENGANTAR...v PEDOMAN TRANSLITERASI...vii DAFTAR ISI...xi BAB I PENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang……….………1 B. Identifikasi Masalah……….………6

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah……….……….6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….…………...7

E. Review Kajian Terdahulu……….………...7

F. Metode Penelitian……….……...11

G. Sistematika Penulisan……….……….13

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ROKOK DAN ROKOK HERBAL...15

A. ROKOK a. Pengertian………..……..15

b. Isi Kandungan………..…...16

c. Label Rokok………...…...17

B. Dampak Rokok terhadap Ekonomi dan Kesehatan a. Dampak terhadap Ekonomi………...18

b. Dampak terhadap Kesehatan………...19

C. ROKOK HERBAL a. Pengertian Rokok Herbal...21

b. Sebab Munculnya Rokok Herbal………... 21

c. Isi Kandungan Rokok Herbal………....23

d. Produk-Produk Rokok Herbal di Indonesia ………...25

(13)

xii

BAB III KETENTUAN HUKUM POSITIF & HUKUM ISLAM MENGENAI

ROKOK...28

A. HUKUM POSITIF MENGENAI ROKOK a. PP No.109 tahun 2012 (pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan) ...28

b. Pasal 113-114 dan pasal 119 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009...31

B. HUKUM ISLAM MENGENAI ROKOK a. Fatwa MUI...34

b. Fatwa MTT Muhammadiyah...36

c. Fatwa Bahtsul Masa’il PBNU...37

BAB IV ANALISIS KETENTUAN HUKUM POSITIF & HUKUM ISLAM TERHADAP ROKOK HERBAL...39

A. Hukum Positif terhadap Rokok Herbal...39

B. Hukum Islam terhadap Rokok Herbal ...41

C. Perbandingan Hukum Positif dan Hukum Islam terhadap Rokok Herbal...43 BAB V PENUTUP...45 A. Simpulan...45 B. Saran...45 DAFTAR PUSTAKA...47 LAMPIRAN-LAMPIRAN...51

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tubuh yang sehat adalah impian semua orang. Saat sehat aktivitas apa pun bisa dilakukan dengan baik. Sebaliknya ketika sakit, perihal makan atau tidur saja kadang terasa tidak nyaman. Pentingnya menjaga kesehatan memang perlu disadari sejak awal. Bagaimana pun melakukan pencegahan lebih efektif dari pada harus mengobati dan sebagai seorang manusia yang bijaksana kita harus berupaya penuh untuk selalu menjaga nikmat sehat yang telah diamanahkan Allah kepada kita, hindari hal-hal yang mengakibatkan keburukan terhadap tubuh salah satunya seperti merokok.

Sebagian besar orang Indonesia sudah sering mendengar atau membaca peringatan dari pemerintah yang berbunyi “Merokok dapat menyebabkan kangker serangan jantung, impotensi gangguan kehamilan dan janin” namun tetap, banyak orang seakan-akan tidak memperdulikan peringatan tersebut. Gencarnya iklan-iklan rokok yang mengidentikan dengan kejantanan, kesegaran dan keperkasaan menjadi sebab motivasi untuk mengkonsumsi rokok, bagi pria semakin muda usia mereka menghisap rokok maka semakin tumbuh rasa bangga dan bagi wanita merokok merupakam bagian dari life style modern

Merokok merupakan aktifitas yang mudah dijumpai dimana saja. Merokok seakan telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Tidak hanya orang tua, remaja bahkan anak-anak ada yang merokok, baik laki-laki ataupun perempuan. Masyarakat sering menyajikan rokok sebagai pendamping makanan dan minuman. Rokok dipercaya sebagian orang sebagai sarana pembuktian diri, penghilang kantuk, penambah konsentrasi, dan penambah nafsu makan, serta dapat mengurangi kecemasan, namun rokok juga dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi kesehatan diri sendiri maupun orang lain yang berada disekitarnya, kemudian merokok juga dapat menimbulkan masalah lainnya seperti beban sosial, ekonomi dan lingkungan

(15)

Pada tahun 1999, WHO beserta negara anggota memprakarsai rancangan naskah Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau (Framework Convention on Tobaacco Control / FCHT), yang selesai disusun oleh WHO pada Februari 2003, FCTC merupakan acuan bagi kerangka pengendalian tembakau di tingkat global maupun nasional. Pokok-pokok kebijakan FCTC mencangkup (1) Peningkatan Cukai Rokok, (2) Pelarangan Total Iklan Rokok, (3) Penerapan Kawasan Tanpa Rokok yang Komprehenshif, (4) Pencantuman Peringatan Kesehatan Berupa Gambar Pada Bungkus Rokok, (5) Membantu Orang yang Ingin Berhenti Merokok dan (6) Pendidikan Masyarakat1

Prof Dr. Anwar Jusuf guru besar FIK UI berpendapat bahwa asap rokok jauh lebih berbahaya dibandingkan polusi udara2 karena di dalamnya mengandung zat kimia yang bersifat karsinogen, zat tersebut dapat memicu sel-sel normal menjadi ganas dalam prosesnya yang terjadi berulang-ulang selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, hal inilah yang dapat memicu timbulnya kanker pada paru-paru. Asap rokok yang terhirup orang lain juga tidak kalah berbahaya dengan asap yang dihisap perokok itu sendiri. Sebagai dampaknya, perokok aktif maupun pasif rentan terkena penyakit.

Merokok dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti gangguan kehamilan dan janin, kurang gizi, infeksi saluran pernapasan, asma, kanker paru-paru, penyakit jantung, stroke, impotensi, kanker mulut, kanker tenggorokan, penyakit pembuluh darah otak, hipertensi, dan bronkitis, namun sangat disayangkan meskipun sudah banyak penelitian yang membuktikan tentang bahaya rokok, namun seolah masyarakat tetap tidak peduli. Data WHO (World Health Organization) juga menyebutkan Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah perokok tertinggi di Dunia dan senantiasa meningkat dari tahun ketahunnya.3

1 WHO-Tobacco Initiative, Bab 5 Kebijakan Pengendalian Tembakau, h. 71.

2 Abu Umar Basyir, Mengapa Ragu Tinggalkan Rokok, (Jakarta: Pustaka Tazkia, 2005), h. 191. 3 https://data.tempo.co/data/435/indonesia-dengan-perokok-terbanyak-di-dunia (diakses pada

(16)

Rokok merupakan salah satu tantangan terbesar dalam pembangunan kesehatan Indonesia. Peran untuk mengambil bagian dalam kampanye ini. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akhirnya menandatangani Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan menjadi PP No. 109 tahun 2012 pada 24 Desember 2012.

Sebelumnya, Kementerian Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia (Kemenko Kesra) menyatakan, tujuan utama dari RPP adalah untuk memproteksi dan meningkatkan kesehatan generasi muda Indonesia. Dalam sosialisasi PP No. 109 tahun 2012 untuk mengendalikan dampak tembakau terhadap kesehatan.4 Kemudian pada tanggal 24 desember 2012 menjadi momentum bersejarah bagi upaya pengendalian tembakau di Indonesia karena pemerintah menandatangani PP 109 tahun 2012 tentang peraturan pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan.

Kajian Badan Litbangkes tahun 2015 menunjukkan Indonesia menyumbang lebih dari 230.000 kematian akibat konsumsi produk tembakau setiap tahunnya.5 Rokok adalah zat beracun yang terus menerus menjadi fenomena dalam kehidupan masyarakat hingga saat ini. Peraturan pemerintah, fatwa majelis ulama, penelitian ilmiah, bahkan ancaman kesehatan serta kematian pun tetap tidak menjadikan masyarakat untuk meninggalkan rokok. Bahkan beragam alasan mereka pertahankan untuk mereduksi hukum agar rokok tetap diperbolehkan walaupun pada kenyataannya banyak data yang mempresentasikan mengenai bahaya rokok bagi Kesehatan.

Bukan hanya narkoba yang menjadikan manusia kecanduan dan sulit untuk menjauhinya, akan tetapi rokok juga memiliki bahan-bahan yang menjadikan setiap konsumennya menjadi ketergantungan, walaupun ketergantungannya tidak seperti pada narkoba. Konsumen rokok tidak hanya dari kalangan pria

4 Radjab Suryadi, Dampak Pengendalian Tembakau terhadap Hak-Hak Ekonomi Sosial dan Budaya, (Jakarta: SAKTI & CLOS, 2013) h. 7.

5 https://www.kemkes.go.id/article/view/19071100001/htts-2019-jangan-biarkan-rokok-merenggut-napas-kita.html , (diakses pada 7 Mei 2020, pukul 10.22)

(17)

dewasa saja, bahkan dari kalangan wanita dan anak-anakpun banyak yang telah menjadi konsumen setia rokok. Padahal telah banyak disadari bahwa rokok membawa dampak negatif jangka panjang yaitu berkisar sepuluh sampai dua puluh tahun baru akan terasa.6

Adapun perbedaan pendapat tentang bagaimana hukum merokok dalam Islam, sampai sekarang masih menjadi perdebatan yang hangat dan kontroversial. Perdebatan yang muncul, bermuara tidak terdapatnya ketentuan secara tekstual di dalam Al-Quran maupun Al-Hadist terkait masalah merokok, sehingga munculah beberapa pendapat yang mengatakan bahwa merokok hukumnya mubah. Adapula yang berpendapat bahwa merokok hukumnya makruh dan ada pula yang mengatakan hukumnya haram, di Indonesia terjadi ikhtilaf (perbedaan pendapat) antara fatwa MUI, Muhammadiyah dan NU, mengenai apakah merokok itu membawa mudharat atau terdapat manfaat didalamnya, sehingga hal ini mempengaruhi ketetapan hukum terhadap rokok.

Perbedaan persepsi ini merupakan babak baru munculnya beberapa pendapat mengenai hukum merokok dengan berbagai argumennya. apabila semua sepakat bahwa merokok membawa maslahat atau merokok hanya membawa mudharat relatif kecil, maka semua akan sepakat dengan hukum mubah atau makruhnya merokok dan begitu pula sebaliknya jika merokok membawa mudharat besar, maka akan sepakat pula dengan hukum haram.

Setelah sekian banyak pandangan tentang rokok, beberapa tahun lalu muncul sebuah inovasi terbaru dari rokok yaitu rokok herbal, rokok yang diyakini sebagian masyarakat Indonesia sebagai rokok alternatif. Ada berbagai macam rokok herbal salah satunya bernama SIN yang dikembangkan oleh K.H Abdul Malik, sebuah inovasi yang diharapkan dapat meneraphy seseorang lepas dari candu rokok, bahkan rokok itu diklaim rokok yang menyehatkan karena diracik dari bahan-bahan herbal.

Sebuah pembahasan yang sangat menarik karena klaim tersebut

(18)

bertentangan dengan PP No.109 Tahun 2012, Pasal 27 yang berbunyi: (1) Tidak menggambarkan atau menyarankan bahwa merokok memberikan manfaat bagi kesehatan; (2) Tidak menggunakan kata atau kalimat yang menyesatkan; (3) Tidak merangsang atau menyarankan orang untuk merokok; Sedangkan rokok herbal yang salah satu contoh produknya yaitu rokok herbal SIN, mengklaim bahwa itu adalah rokok sehat, padahal belum benar-benar di validasi bahan-bahannya di Kementerian Kesehatan.

Ketua Dewan Pembina Komisi Nasional Pengendalian Tembakau Dr. Kartono Mohammad berpendapat bahwa rokok herbal yang menyehatkan merupakan penipuan. produsennya dinilai menyesatkan "Tidak ada rokok menyehatkan. Itu penipuan, semua orang juga tahu kalau tembakau itu herbal. Herbal itu kan tanaman. Rokok herbal itu sama saja seperti rokok biasa, cuma isinya tembakau dan dicampuri tanaman lain. Tapi tetap saja rokok," kata Kartono saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (24/10/20/2014).7

Sementara itu, Technical Officer Tobacco Free Initiative, WHO Indonesia yang bernama Farrukh Qureshi menyampaikan bahwa rokok herbal sama sekali tidak direkomendasikan karena sama seperti rokok biasa yang dapat membahayakan kesehatan."Apapun namanya, kalau rokok pasti berbahaya. Tidak ada studi ilmiah yang menyebutkan rokok herbal itu menyehatkan. Semua produk rokok tembakau pasti mengandung banyak karsinogen yang memicu penyakit."8

Kemudian bagaimana implementasi dari PP No. 109 Tahun 2012 terhadap rokok herbal yang beredar, apakah ada kekosongan hukum yang berdampak melemahkan ketentuan hukum mengenai rokok dan bagaimana hukum islam dari pandangan para ulama mengenai rokok tersebut. Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah di kemukakan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam dengan judul “Rokok Herbal Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam”

7 untuk-kesehatan, (diakses pada 12 Juni 2020, pukul 08.22)

(19)

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Dalam suatu penelitian harus berisi uraian segala aspek yang secara potensial terkait dengan tema yang akan diteliti. Identifikasi mendata, merinci, dan mendaftar segala persoalan yang terkait dengan tema penelitian. Hasil identifikasi yang benar dan baik mampu memperlihatkan bahwa cakupan masalah yang mau diteliti dirasakan terlalu luas, kompleks, sangat rumit, dan berjalin berkelindan sedemikian rupa dengan masalah-masalah lainnya.9 Seperti yang telah di jelaskan dalam latar belakang masalah, ada beberapa permasalahan yang penulis temukan yaitu: a. Bagaimana dampak rokok herbal terhadap kesehatan?

b. Kandungan apa saja yang ada dalam rokok herbal?

c. Bagaimana ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai rokok herbal?

d. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap rokok herbal? e. Apa saja jenis rokok herbal yang telah beredar di Indonesia? f. Apa pengaruh rokok herbal dalam menanggulangi candu perokok? g. Bagaimana pengaruh klaim rokok sehat (herbal) terhadap masyarakat? 2. Pembatasan Masalah

Agar mempermudah pembahasan dalam penelitian ini, penulis akan membatasi masalah agar kirannya tidak meluas dan lebih jelas, fokus dan spesifik sesuai dengan yang diharapkan. Pada penelitian ini penulis hanya akan membahas bagaimana ketentuan hukum terhadap rokok herbal dalam perspektif hukum positif yang ditinjau dari ketentuan peraturan perundang-undangan dan perspektif hukum Islam yang ditinjau dari kajian fikih secara umum dan fatwa lembaga mengenai rokok.

3. Perumusan Masalah

Bagian rumusan masalah merupakan bagian yang menjelaskan permasalahan yang akan dikaji atau diteliti. Rumusan masalah dapat

9 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman Penulisan Skripsi, h. 27.

(20)

dijadikan acuan untuk mengarahkan alur masalah sehingga penulis akan mengetahui apakah penelitian ilmiah ini sesuai dengan apa yang diinginkan atau tidak. Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana ketentuan hukum positif dan hukum Islam terhadap rokok herbal?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan arah dari suatu penelitian. Penelitian ini selain bertujuan untuk memenuhi tugas akademik guna memperoleh Gelar Serjana Hukum Strata 1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, juga di dorong beberapa tujuan yang berkaitan dengan isi pembahasan di dalamnya:

a. Mengetahui ketentuan hukum positif dan hukum Islam terhadap rokok herbal?

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

a. Penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan ilmu pengetahuan serta menambah khazanah pustaka untuk kepentingan akademik.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat dan memperluas wawasan dalam bidang hukum positif maupun dalam bidang hukum Islam.

c. Memberikan karya ilmiah yang bermanfaat bagi Civitas Akademika Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

D. Review Kajian Terdahulu

Mengetahui lebih jelas tentang penelitian ini, ada baiknya mengetahui

(21)

kontribusi keilmuan. Sudah cukup banyak penelitian yang dilakukan untuk membahas rokok, baik dar perspektif kesehatan, pendidikan, psikologi bahkan secara hukum Islam dan hukum positif. Namun kebanyakan membahas tentang rokok secara umum, entah rokok konvensional maupun rokok elektrik, perbedaan yang disajikan adalah sepanjang penulis ketahui belum ada seorang pun yang menulis tentang ketentuan hukum terhadap rokok herbal.

Dalam penelusuran review studi terdahulu, ada beberapa penelitian (skripsi, jurnal, artikel) yang penulis temukan membahas secara umum namun objek berhubungan terhadap penelitian ini:

1. Skripsi Siti Nurfadilah, tahun 2015, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul “Hubungan Intensitas Melihat Label Peringatan Kesehatan Merokok Dengan Peilaku Mahasiswa Perokok Aktif Di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Penelitian ini membahas tentang bagaimana pengaruh label peringatan Kesehatan terhadap kebiasaan merokok. 2. Skripsi Firman Sadri, tahun 2012, UIN Sultan Syarif Kasim Riau,

dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tentang Hukum Merokok.” Penelitian ini membahas tentang bagaimana latar belakang dan dasar hukum munculnya fatwa MUI tentang hukum rokok.

3. Skripsi Edi Saputra, tahun 2018, UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, dengan judul “Hukum Merokok (Study Komperatif Antara Kiyai Ahmad Kuat dan Kiyai Abu Abdillah).” Penelitian ini membahas tentang perbedaan pendapat tentang hukum rokok, bagaimana antara ulama Muhamadiyyah & NU memberikan fatwa hukum merokok serta bagaimana latar belakang masing-masing fatwa tersebut

4. Skripsi Ahmad Rifqi Nubairi, tahun 2012, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul “Analisis Kualitatif Faktor Yang Mempengaruhi Kesulitan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Berhenti Merokok.” Penelitian ini membahas tentang faktor apa saja yang mempengaruhi mahasiswa di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk berhenti merokok

(22)

5. Skripsi Andrey Ansistanto Putro, Universitas Airlangga, tahun 2013, dengan judul “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen atas Label Produk Rokok.” Penelitian ini menggambarkan segala bentuk tindakan hukum yang dapat dilakukan terhadap pelaku usaha rokok atau produsen yang tidak memenuhi ketentuan pelabelan rokok pada PP No. 109 tahun 2012. 6. Skripsi Aldino Siwa Putra, tahun 2015, Universitas Muhamadiyah

Surakarta, dengan judul “Perbandingan Efek Asap Rokok Konvensional & Rokok Herbal Terhadap Kerusakan Histologis Paru Mencit (Mus Musculus).” Penelitian ini membahas tentang bagaimana perbandingan asap rokok konvensional dengan asap rokok herbal terhadap histologis paru mencit.

7. Skripsi Harda Wijaya, tahun 2014, UIN Alaudin Makasar, dengan judul “Faktor-Faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada remaja (Rw 06 Keal. Tamangapa, Kec. Manggala Kota Makassar), penelitian ini membahas tentang faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja, studi kasus remaja di Rw 06 Kel. Tamangapa, Kec. Manggala Kota Makassar.

8. Artikel Rahmat Nur Hidayat, tahun 2016, Universitas Mulawarman, dengan judul “Analisis Kadar Nikotin Rokok Herbal Indonesia.” Artikel ini menganalisis bagaimana perbandingan antara kadar nikotin rokok herbal dengan rokok konvensional Indonesia.

9. Muhbib Abdul Wahab, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul “Darurat Rokok.” Artikel ini membahas Darurat Rokok dalam Perspektif Islam.

10. Ali Trigiyatno, tahun 2011, STAIN Pekalongan, dengan judul “Fatwa Hukum Merokok dalam Perspektif MUI dan Muhammadiyah” jurnal ini membahas perbandingan fatwa hukum rokok dari MUI dan MTT Muhammadiyah.

11. Indis Ferizal, tahun 2016, IAIN Zawiyah Cot Cala, Aceh, dengan judul “Mekanisme Pengujian Hukum Oleh Ulama Dalam Menentapkan Fatwa Haram Terhadap Rokok” jurnal ini membahas bagaimana penetapan

(23)

hukum serta efektifitas fatwa MUI dalam mengharamkan merokok. 12. Warhan Firona & Donant Alananto Iskandar, tahun 2018, UNIAT,

dengan judul “Pengaruh Direct Selling dan Media Sosial Melalui Facebook Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Rokok SIN Herbal” jurnal ini membahas tentang bagaimana pengaruh naik turunnya minat beli dengan sistem direct selling dan media social melalui facebook, dalam hal ini sebagai contohnya yaitu Rokok SIN Herbal.

13. Andrian Liem, tahun 2010, Universitas Gadjah Mada, dengan judul “Pengaruh Nikotin Terhadap Aktivitas dan Fungsi Otak Serta Hubungannya dengan Gangguan Psikologi Pada Pecandu Rokok” jurnal ini membahas secara detail bagaimana pengaruh nikotin terhadap otak dan psikologi seseorang.

14. Sri Herlina, tahun 2018, Universitas Islam Malang, dengan judul “Persepsi Masyarakat Tentang Penggunaan Rokok Herbal Alternatif (Rempah Alami) Sebagai Upaya Mengurangi Kebiasaan Merokok di dalam Rumah” jurnal ini membahas tentang bagaimana pemahaman masyarakat mengenai bahaya rokok dalam rumah dan bagaimana pengaruh penggunaan rokok herbal alternatif sebagai upaya mengurangi kebiasaan rokok dalam rumah

15. Nururrahmah, tahun 2014, Universitas Cokroaminoto Palopo, dengan judul “Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan dan Pembentukan Karakter Manusia” jurnal ini membahas bagaimana rokok dapat mempengaruhi Kesehatan dan pembentukan karakter seseorang.

16. Heri Firmansyah, tahun 2019, UIN Sumatera Utara dengan judul “Kajian Metodologis Terhadap Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang Rokok” jurnal ini mengkaji bagaimana metodologi fatwa MUI tentang rokok secara ilmiah dan secara ajaran agama Islam”

Demikian penjabaran penulis dari beberapa penelusuran review studi terdahulu baik artikel, jurnal ilmiah dan skripsi/tesis, dapat ditinjau semua penelitian sebelumnya, belum ada yang meneliti ketentuan hukum positif dan hukum Islam terhadap rokok herbal.

(24)

E. Metode Penelitian

Penulis menggunakan metode penelitian dengan cara yang disebutkan di

bawah ini:

1. Jenis Penelitian

Penelitian skripsi ini menggunakan penelitian yuridis normatif (penelitian hukum normatif) yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengkaji data primer yang bersumber dari peraturan perundang-undangan, kemudian Al-Quran, Al-Hadist dan Kajian Fikih serta Fatwa ulama yang bertujuan untuk mengeksplorasi dan memahami konsep yang berkaitan dengan tema penulis. Sesuai dengan karakteristik kajiannya, maka penelitian ini menggunakan metode library research (kajian kepustakaan) yakni kajian yang menggunakan literature kepustakaan dengan menggunakan buku-buku yang sudah ada seperti jurnal, artikel, skripsi dan informasi lainnya yang berhubungan dengan ruang lingkup pembahasan, artinya peneliti hanya berhadapan langsung dengan bahan yang tersedia di perpustakaan10

2. Pendekatan

Pendekatan yang dilakukan yaitu pendekatan kualitatif yang merupakan suatu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif. Penelitian kualitatif adalah cara yang menekankan pencarian makna, pengertian, konsep, karakteristik, gejala, symbol, maupun deskripsi tentang suatu fenomena, dengan tujuan untuk menemukan suatu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah secara sistematis dengan menggunakan pendekatan kualitatif.11

3. Sumber Data Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan studi pustaka (library research). Metode kepustakaan digunakan untuk

10 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta, Yayasan Pustaka Obor Indonesia,

2014), h. 1-4.

11 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan (Padang:

(25)

mengeksplorasi teori-teori tentang konsep dan pemahaman khususnya dalam hal yang berkaitan dengan tema penelitian. Sumber data merupakan segala sesuatu yang menjadi sumber dan pedoman dalam penelitian. Adapun sumber data dalam penelitian ini penulis bagi menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Data Primer, yaitu semua sumber data yang berhubungan langsung dengan objek penelitian. Dalam meninjau hukum positif yakni PP No.109 tahun 2012 serta Pasal 113 s.d.114 dan Pasal 199 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 dan dalam meninjau hukum Islam yakni Al-Quran, Hadits, buku-buku, kitab-kitab, dan dalam penelitian ini yang menjadi bahan primernya adalah Fatwa Majelis Ulama Indonesia, Fatwa MTT Muhamadiyah, dan Fatwa LBM NU mengenai hukum rokok. b. Data Sekunder, yaitu semua sumber yang mendukung dan

menjelaskan data-data primer. Data sekunder ini berupa artikel, jurnal, skripsi dan buku-buku yang terkait hubungannya dengan pembahasan mengenai rokok herbal seperti artikel (Analisis Kadar Nikotin Rokok Herbal Indonesia)

c. Data Tersier, yaitu data non hukum, yang dimaksudkan untuk menambah dan memperluas wawasan sepanjang mempunyai korelasi dengan tema penelitian ini seperti, kamus media elektronik, dan ensiklopedia yang berkaitan dengan pembahasan.

4. Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode content analysis (kajian isi) yaitu dengan mengkaji buku-buku serta literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang penulis bahas. Dalam hal ini berkaitan tentang ketentuan hukum positif dan hukum Islam terhadap rokok herbal. Kemudian membandingkan persamaan dan perbedaan dari dua pandangan hukum tersebut untuk dapat menimbulkan sebuah kesimpulan

(26)

yang mampu memberikan gambaran spesifik dan relevan terhadap data yang dikaji.

5. Teknik Penulisan

Dalam penulisan penelitian ini penulis merujuk kepada buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dan memberikan arah serta gambaran materi yang

terdapat dalam skripsi ini, maka penulis menyusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I Dalam bab ini penulis memulai uraian penelitian dengan menjelaskan latar belakang masalah, mengapa penelitian ini dilakukan, kemudian mengidentifikasi, pembatasan dan perumusan masalahnya. Disamping itu juga menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian, kemudian review kajian terdahulu untuk menelaah perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, menentukan metode dan teknik penelitian apa yang digunakan, lalu penulis menjabarkan sistematika penulisan agar terlihat jelas kerangka penulisan dalam skripsi ini, dan itu semua ditempatkan dalam bab ini dengan judul Pendahuluan.

Bab II Dalam bab ini penulis menguraikan hal-hal bersifat umum

yang berkaitan dengan rokok, dan uraian ini dimaksudkan sebagai pintu gerbang pembaca untuk memahami konsep-konsep dasar mengenai rokok. Dimulai dari pengertian, isi kandungan, label rokok, dan bagaimana dampak rokok terhadap Kesehatan. Kemudian penulis juga menjabarkan konsep utama yang dibahas dalam penelitian ini yaitu rokok herbal dari pengertian, sebab mula munculnya rokok herbal, isi

(27)

kandungan, produk rokok herbal apa saja yang beredar di Indonesia dan bagaimana sistem penjualannya.

Bab III Dalam bab ini penulis menguraikan ketentuan hukum

positif & hukum Islam mengenai rokok. Yang terdiri dari dua sub bab, yaitu yang pertama membahas tentang peraturan pemerintah Indonesia terkait rokok, dan yang kedua berisi tentang fatwa-fatwa hukum Islam terhadap hukum rokok dari lembaga-lembaga fatwa yang ada di Indonesia.

Bab IV Dalam bab ini penulis menguraikan pembahasan inti dalam

penelitian ini yaitu analisis ketentuan hukum positif dan hukum Islam terhadap rokok herbal. Hukum positif yang ditinjau dari PP No.109 tahun 2012 serta Pasal 113 s.d.114 dan Pasal 199 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 dan hukum Islam yang ditinjau dari kajian fikih dan fatwa-fatwa mengenai rokok di Indonesia. Kemudian penulis membandingan persamaan dan perbedaan antara hukum positif dan hukum Islam terhadap rokok herbal

Bab V Sebagai bagian akhir dalam penelitian ini. Penulis

memaparkan hasil dari penelitian yang sudah diteliti, kemudian diakhiri dengan kesimpulan dan saran yang berguna untuk perbaikan dimasa akan datang.

(28)

15

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG ROKOK DAN ROKOK HERBAL

A. Rokok

1. Pengertian Rokok

Rokok adalah lintingan atau gulungan tembakau yang digulung atau dibungkus dengan kertas, daun, atau kulit jagung, sebesar kelingking dengan panjang 8-10 cm, biasanya dihisap seseorang setelah dibakar ujungnya.1

Merokok merupakan aktifitas membakar tembakau kemudian menghisap asapnya menggunakan rokok maupun pipa.2 Kemudian definisi yang mirip dikemukakan oleh Sari, Ari, Ramdhani, dkk yang mengatakan bahwa merokok merupakan aktifitas menghirup atau menghisap asap rokok menggunakan pipa atau rokok.3

Sumarno menjelaskan 2 cara merokok yang umum dilakukan, yaitu: (1) menghisap lalu menelan asap rokok ke dalam paru-paru dan dihembuskan; (2) cara ini dilakukan dengan lebih moderat yaitu hanya menghisap sampai mulut lalu dihembuskan melalui mulut atau hidung.4

Berdasarkan dari beberapa definisi rokok yang telah dikemukakan di atas, penulis menyimpulkan bahwa merokok merupakan suatu aktifitas membakar gulungan tembakau yang berbentuk rokok ataupun pipa lalu menghisap asapnya kemudian menelan atau menghembuskannya keluar melalui mulut atau hidung sehingga dapat juga terhisap oleh orang-orang disekitarnya.

1 Warham Firona, Pengaruh Direct Selling Dan Media Sosial Melalui Facebook Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Rokok Sin Herbal (Jakarta: JRMB, 2018), h. 2.

2 Mangku Sitepoe, Kekhususan Rokok Indonesia, (Jakarta, PT Gramedia Widiasarana

Indonesia, 2000), h. 14.

3 Sari, Ari, Ramdhani, dkk, Empati Dan Perilaku Merokok Di Tempat Umum, Jurnal Psikologi,

2003, h. 81.

(29)

2. Isi Kandungan

Telah banyak riset yang membuktikan bahwa rokok sangat menyebabkan ketergantungan, di samping itu juga menyebabkan banyak macam penyakit seperti kanker, penyakit jantung, penyakit pernapasan, penyakit pencernaan, efek buruk bagi kelahiran, dll.

Berikut beberapa zat bahan kimia yang terkandung di dalam rokok:5 a. Nikotin, kandungan yang menyebabkan perokok merasa rileks. b. Tar, yang terdiri dari lebih dari 4000 bahan kimia yang mana 60

bahan kimia di antaranya bersifat karsinogenik.

c. Sianida, senyawa kimia yang mengandung kelompok cyano. d. Benzene, juga dikenal sebagai bensol, senyawa kimia organik

yang mudah terbakar dan tidak berwarna.

e. Cadmium, sebuah logam yang sangat beracun dan radioaktif. f. Metanol (alkohol kayu), alkohol yang paling sederhana yang juga

dikenal sebagai metil alkohol.

g. Asetilena, merupakan senyawa kimia tak jenuh yang juga merupakan hidrokarbon alkuna yang paling sederhana.

h. Amonia, dapat ditemukan di mana- mana, tetapi sangat beracun dalam kombinasi dengan unsur-unsur tertentu.

i. Formaldehida, cairan yang sangat beracun yang digunakan untuk mengawetkan mayat.

j. Hidrogen sianida, racun yang digunakan sebagai fumigan untuk membunuh semut. Zat ini juga digunakan sebagai zat pembuat plastik dan pestisida.

k. Arsenik, bahan yang terdapat dalam racun tikus.

l. Karbon monoksida, bahan kimia beracun yang ditemukan dalam asap buangan mobil.

5 Muchtar A.F, Siapa Bilang Merokok Makruh?, (Jakarta, PT Bhuana Ilmu Populer, 2009), h.

(30)

Dari sekian banyak bahan kimia tersebut ada 3 jenis bahan kimia beracun yang paling mematikan di dalam asap rokok. Bahan tersebut adalah tar, nikotin dan karbon monoksida.6 Tar dapat mengiritasi paru-paru dan menyebabkan kanker. Nikotin adalah racun yang menyebabkan kecanduan. Zat yang dapat bergabung dengan zat beracun lain ini dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Sedangkan karbon monoksida adalah gas beracun yang menghalangi masuknya oksigen ke dalam tubuh.

Rokok berbahan dasar tembakau mengandung nikotin dengan kadar yang cukup tinggi, oleh sebab itu banyak cara dilakukan untuk mengurangi atau meminimalkan kandungan nikotin tersebut. Salah satunya sebuah inovasi terbaru ialah rokok herbal yang diolah dengan bahan dasar rempah-rempah dengan kadar nikotin yang diklaim sangat kecil atau bahkan tidak ada.7

3. Label Rokok

Label rokok adalah keterangan tentang peringatan bahaya rokok yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduannya atau bentuk lain yang disertakan pada kemasan atau bungkus rokok. Dalam menanggulangi kebiasaan merokok pada masyarakat Indonesia yang meningkat, maka pemerintah mengeluarkan kebijakan mengenai pencantuman peringatan pada kemasan rokok yaitu, Peraturan Pemerintah No.109 tahun 2012, pada pasal 14 dan 15 disebutkan bahwa:8

Pasal 14: Setiap orang yang memproduksi dan/atau mengimpor produk tembakau ke wilayah Indonesia wajib mencantumkan peringatan kesehatan. Pasal 15: Setiap 1 (satu) varian produk tembakau wajib dicantumkan

6 Indiz Ferizal, Mekanisme Pengujian Hukum Oleh Ulama dalam menetapkan fatwa haram terhadap rokok, (Aceh, 2016), h. 59.

7 Rahmat Nur Hidayat, Analisis Kadar Nikotin Rokok Herbal Indonesia (Samarinda, 2016),

hlm. 2.

8 Presiden RI, Peraturan Pemerintah No.109 tahun 2012 tentang pengamanan zat adiktif berupa produk tembakau bagi Kesehatan, h. 10-11.

(31)

gambar dan tulisan peringatan kesehatan yang terdiri atas 5 (lima) jenis yang berbeda, dengan porsi masing-masing 20% (dua puluh persen) dari jumlah setiap varian produk tembakaunya.

Pada dua pasal diatas dijelaskan bahwa setiap produsen yang mengedarkan rokok di wilayah Indonesia wajib mencantumkan peringatan Kesehatan, serta mengikuti teknis ketentuan pencantuman gambar dan tulisan pada kemasan rokok yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan.

Adapun berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 28 Tahun 2013 tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan pada kemasan produk tembakau.9 Pada pasal 5 dijelaskan secara detail persyaratan yang harus dipenuhi dalam pencantuman peringatan pada kemasan rokok. Seperti ukuran tulisan, penggunaan huruf, warna tulisan, gambar dan ketentuan lainnya.

Peraturan pencantuman peringatan dan Informasi Kesehatan pada kemasan produk rokok bertujuan untuk memberikan pedoman bagi pelaku industri produk tembakau untuk melaksanakan peraturan tersebut agar dapat bersama-sama membangun Kesehatan masyarakat Indonesia.

B. Dampak Rokok Terhadap Ekonomi Dan Kesehatan 1. Dampak Terhadap Ekonomi

Bagi pemerintahan Indonesia, industri rokok merupakan sumber pendapatan yang sangat penting pada setiap tahunnya karena kas negara mendapatkan banyak pemasukan yang sangat besar dari industri rokok. Berikut peran industri rokok dalam perekonomian diantaranya:

a. Memperluas Lapangan Pekerjaan

Komposisi tenaga kerja yang diciptakan dari industri rokok antara lain, 2 juta petani tembakau, 1,5 juta petani cengkeh, 600 ribu karyawan industri tembakau, dan 2 juta ritel. Sementara itu,

9 Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 28 Tahun 2013 tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan pada kemasan produk tembakau, h. 7.

(32)

dalam 6 tahun terakhir hasil produksi tembakau Indonesia berfluktuasi dengan rata-rata produksi sekitar 170.000 ton per tahun.12 Sehingga jelas bahwa industri rokok menyerap banyak tenaga kerja di Indonesia.

Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI) mengemukakan bahwa industri rokok merupakan salah satu industri yang menciptakan banyak lapangan pekerjaan. Dari total 995 produsen produk tembakau yang terdaftar di Indonesia, setidaknya ada 6,1 juta lapangan kerja yang diciptakan dari industri tersebut.

b. Cukai Tembakau Sebagai Pemasukan Negara

Selama 10 tahun terakhir, penerimaan negara dari cukai semakin meningkat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan sejak 2007 dengan total penerimaan dari cukai sebesar Rp44,68 triliun dan terus bertambah hingga Rp145,53 triliun pada 2016.13

Adapun penerimaan negara dari cukai rokok pada tahun 2015 sebesar 11,3% dari total penerimaan negara dari pajak, atau 9,5% dari total seluruh penerimaan negara. Adapun jumlah cukai hasil tembakau mencapai Rp173,9 triliun

2. Dampak Terhadap Kesehatan

Merokok mempunyai berbagai dampak. Memang merokok bukanlah penyebab suatu penyakit, akan tetapi dapat memicu suatu jenis penyakit sehingga boleh dikatakan merokok merupakan pendorong munculnya penyakit yang menyebabkan kematian.14

Berikut dampak penyakit yang ditimbulkan oleh kebiasaan menghisap rokok yang mungkin tidak terjadi dalam waktu cepat namun memberikan

12 https://ekbis.sindonews.com/berita/1260274/34/industri-rokok-ciptakan-jutaan-lapangan-kerja-di-tanah-air , (diakses pada 7 Agustus 2020, pukul 21.22)

13https://tirto.id/seberapa-banyak-rokok-sumbang-pemasukan-kas-negara-cx7N (diakses pada

7 Agustus 2020, pukul 21.40)

(33)

potensi buruk dikemudian hari. Antara lain: impotensi, oesteoporosis, jantung koroner dan gangguan sistem pernapasan.

Pandangan berbeda dikemukakan Ogden15 menurutnya rokok mempunyai dua dampak yaitu dampak positif dan negatif.

a. Dampak Positif

Apabila ditinjau dari sikap perokok maka menurut pandangan beliau merokok juga menimbulkan dampak positif terhadap seseorang, dengan merokok seseorang dapat menghasilkan mood positif, memacu kreatifitas, produktifitas (menulis, bekerja, diskusi, dan sebagainya) serta dapat membantu menghadapi keadaan-keadaan sulit seperti gelisah, stress, dll.

b. Dampak Negatif

Begitupun juga merokok dapat menyebabkan dampak negatif yang sangat berpengaruh terhadap Kesehatan. Merokok memang bukan penyebab penyakit tetapi dapat memicu suatu penyakit. Adapun penyakit-penyakit yang disebabkan oleh rokok antara lain penyakit kardiovaskular, neoplasma (kangker), penyakit saluran pernafasan, peningkatan tekanan darah, memperpendek umur, penurunan vertilitas (kesuburan) dan nafsu seksual, sakit maag, gondok, gangguan pembuluh darah, penghambat pengeluaran air seni, ambliyopia (penglihatan kabur), kulit menjadi kering, pucat dan keriput, serta polusi udara dalam ruangan (sehingga terjadi iritasi mata, hidung dan tenggorokan).

Apabila ditinjau dari beberapa pandangan di atas mengenai dampak rokok terhadap Kesehatan, memang rokok mempunyai dampak positif bagi para perokok, akan tetapi cenderung lebih banyak dampak negatifnya, maka dari itu seyogyannya lebih baik menghindari kegiatan merokok agar kirannya Kesehatan tetap terjaga.

(34)

C. Rokok Herbal 1. Pengertian

Rokok Herbal adalah sebuah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm yang berisi ramuan tembakau dan beberapa bahan aktif yang memiliki zat dan efek farmakologi yang bermanfaat untuk tubuh.

Dilansir dari National Cancer Institute, rokok herbal adalah jenis rokok yang mengandung campuran bunga, tumbuhan, dan bahan alami lainnya. Sekilas rokok ini terlihat seperti rokok biasa. Bedanya, rokok ini tidak mengandung tembakau atau nikotin seperti rokok pada umumnya.16

Berdasarkan dari beberapa definisi di atas, penulis menyimpulkan rokok herbal adalah suatu aktifitas membakar gulungan yang berisi bahan-bahan herbal lalu menghisap asapnya kemudian menghembuskannya keluar melalui mulut atau hidung.

2. Sebab Munclnya Rokok Herbal

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah, tenaga medis, bahkan Presiden juga turut andil dalam upaya pengendalian Rokok di Indonesia, dari pembentukan PP No.109 tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan yang mengatur secara detail dari produksi sampai dengan promosi rokok, kemudian terbitnya berbagai macam penelitian tentang rokok seperti jurnal, artikel dll yang meneliti dampak bahaya rokok terhadap Kesehatan, bahkan fatwa-fatwa mengenai rokok dari ulama Indonesia, semua dilakukan agar masyarakat Indonesia sadar untuk menghindari aktivitas merokok demi membangun Kesehatan terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar.

Bagi sebagian perokok aktif, banyak yang berkeinginan kuat untuk berhenti merokok tapi gagal karena efek ketergantungan terhadap nikotin

16https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/rokok-damiana-rokok-herbal/#gref, (diakses

(35)

sangatlah kuat. Berbagai upaya dilakukan para perokok aktif agar bisa berhenti rokok dari mengurangi konsumsi rokok setiap harinya, memahami dampak-dampak rokok terhadap Kesehatan, meminta dukungan keluarga agar dapat membantu berhenti merokok, dll.

Sampailah beberapa tahun lalu, muncul sebuah inovasi terbaru dari rokok yaitu rokok herbal yang menawarkan terobosan dapat meneraphy seseorang lepas dari candu rokok, bahkan rokok itu diklaim rokok yang menyehatkan karena diracik dengan bahan-bahan alami.

Rokok herbal diklaim sebagai rokok alternatif dan menjadi perhatian bagi para perkokok aktif yang ingin berhenti merokok, sehingga rokok herbal mulai digemari. Ada beberapa produk rokok herbal yang telah beredar di masyarakat Indonesia, salah satunya yaitu produk rokok herbal yang bernama SIN, dalam paparan ini penulis ingin menjabarkan sejarah dari produk rokok SIN, karena produk ini adalah salah satu produk rokok herbal yang lumayan terkenal dan sangat digemari di kalangan perokok Indonesia.

Pemaparan sejarah rokok herbal SIN dibawah ini, penulis kutip dari website resmi PT. Tridaya Sinergi Indonesia yang mana adalah produsen resmi yang menerbitkan rokok SIN, berikut sejarahnya:17

Dalam website tersebut dijelaskan bahwa Rokok “SIN” diciptakan oleh KH. R. Abdul Malik berdasarkan petunjuk yang didapat dan berdasarkan pengalaman dalam pengobatan alternatif yang telah beliau jalani, ada 17 komposisi jenis bahan ramuan yang diolah menjadi bahan campuran tembakau pada rokok tersebut sehingga mampu menetralkan dampak dari kandungan tar dan nikotin di dalam rokok.

Dengan dilandasi kemampuan beliau dalam pengetahuan di bidang tanaman herbal dan pengobatan non medis, maka KH. Abdul Malik menciptakan rokok SIN tanpa bahan kimia dengan mengganti Sauce kimia (alkohol, pengawet, candu, aroma, pemanis, dan lain-lain) dengan 17

17 Sejarah Rokok Herbal SIN, https://tridayasinergi.com/tsi-produsen.php#, (diakses pada 5

(36)

macam ramuan herbal, sehingga rokok SIN menjadi sebuah rokok herbal yang banyak diminati karena bahan yang terkandung merupakan bahan herbal.

Demikian sejarah singkat dari rokok herbal SIN, sebagian menyakini bahwa rokok herbal ini adalah rokok alternatif karena efeknya lebih sedikit dari rokok pada umumnya dan rokok ini merupakan rokok herbal yang paling terkenal dikalangan perokok herbal, kemudian rokok SIN merupakan rokok herbal yang memicu sebab munculnya produk rokok herbal yang lain di Indonesia.

3. Isi Kandungan

Dalam hal ini penulis ingin memberikan informasi mengenai isi kandungan rokok herbal SIN yang bersumber dari salah satu artikel18 yang mana disitu disebutkan ramuan herbal yang diolah pada rokok tersebut, tanpa bahan kimia maupun candu, sehingga mampu menetralisir efek negatif tar dan nikotin dalam rokok. Adapun beberapa bahan bahan herbal yang dimuat dalam rokok tersebut yaitu:

a. Siwak

Kayu Siwak atau Miswk, berasal dari pohon Salvadore Persica yang tumbuh disekitar kota Mekah dan Timur Tengah mempunyai zat anti bakteri serta enzim yang mampu mengurangi jumlah bakteri didalam mulut sehingga gigi berlubang serta efek disinfektan yang terdepan didalam siwak dapat digunakan untuk menghentikan pendarahan gusi. Mineral yang terdapat didalam siwak seperti Natrium Oksida juga berfungsi membersihkan gigi.

b. Madu

Madu, sudah dikenal baik sebagai “makanan istimewa” untuk kebugaran tubuh serta pengobatan berbagai penyakit. Yakni froktosa 41% glukosa 35% dan sukrosa 1,9%. Serta unsur kandungan sepert vitamin A, B1, B2, antibiotika.

18 http://jamurekangicong.blogspot.com/2014/04/bahan-baku-dan-kandungan-rokok-herbal.html, (diakses pada 2 Agutus 2020, pukul 22.30)

(37)

c. Jinten Hitam

Jinten hitam atau Habbatussauda adalah rempah-rempah yang dapat pula digunakan sebagai tanaman obat yang mengobati berbagai macam penyakit.

d. Cengkeh

Khasiat-khasiat dari buah cengkeh ini, diantarannya mengobati sakit gigi, mengobati penyakit kolera dan menambah denyut jantung dan mengobati penyakit campak

e. Jahe

Jahe juga mengandung ontioksidan yang membantu menetralkan efek merusak yang disebabkan oleh radikal bebas didalam tubuh f. Kapulaga

Kapulaga memiliki aroma bau sedap sehingga orang inggris menyanjungnya sebagai grains of paradiseI. Dari kandungannya kapulaga memiliki khasiat sebagai obat batuk dan untuk mencegah keropos tulang.

g. Kencur

Kencur dapat dipakai sebagai bahan baku jamu (obat tradisional), fitrofarmaka, penyedap makanan dan minuman, rempah. Secara empiric kencur digunakan sebagai penambah nafsu makan, infeksi bakteri, obat batuk, disentri, tonikum, ekspektoran, masuk angin dan sakit perut.

h. Ketumbar

Ketumbar biasannya digunakan pelancar pencernaan, peluruh kentut (carminative), peluruh ASI (lactago), dan penambah nafsu makan (stomachica). Ketumbar juga berguna untuk meredakan pusing, muntah-muntah, influenza, wasir, radang lambung dan payudara, campak, masuk angin, tekanan darah tinggi, dan lemah syahwat.

i. Sirih

(38)

Betle), mengandung ragam senyawa kimia seperti minyak atsiri, cineole, serta zat penyamak, antibiotika yang diperlukan untuk membuat ramuan tradisional

j. Lada Hitam

Lada hitam memiliki banyak khasiat. Diantarannya adalah melancarkan menstruasi, meredakan serangan asthma, meringankan gejala rematik, mengatasi perut kembung, menyembuhkan rasa sakit kepala.

Itulah beberapa bahan herbal yang dimuat dalam rokok tersebut, dan sebenarnya masih ada banyak lagi, akan tetapi produsennya menyimpan karena takut disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Akan tetapi ada sebuah penelitian yang meneliti kadar nikotin dalam 5 rokok herbal yang berbeda (A.B.C.D.E) yang menyebutkan hasil penetapan kadar nikotin rokok herbal B dan D memiliki kandungan nikotin yang hampir sama dengan hasil pengujian salah satu rokok pada umumnya yaitu 0,629 mg. Sementara rokok herbal A, C, dan E memiliki kandungan nikotin yang lebih tinggi dibandingkan rokok pada umumnya. Padahal kadar nikotin yang tertera pada kemasan rokok herbal sangat rendah bahkan mendekati 0.19

4. Produk-Produk Rokok Herbal di Indonesia

Dengan adannya rokok herbal yang dianggap sebagian masyarakat adalah rokok alternatif yang memiliki manfaat Kesehatan, maka para perokok aktif berbondong-bondong mengganti rokoknya dengan rokok herbal. Karena diangggap memiliki komposisi bahan pembuatan yang berbeda dengan rokok biasa. Jika rokok biasa menggunakan daun tembakau dan cengkeh, rokok ini menggunakan bahan kayu siwak, daun sirih, srigunggu, daun green tea, dan madu. Kini rokok herbal mencuat dan banyak dijual di daerah-daerah.

19 Rahmat Nur Hidayat, Analisis Kadar Nikotin Rokok Herbal Indonesia (Samarinda, 2016),

(39)

Adapun Produk rokok herbal yang telah beredar di masyarakat dan lumayan banyak pengemarnya yaitu:

a. Rokok Herbal SIN

Dengan beberapa varian rasa yaitu: (1) SIN Platinum TSI. (2) SIN Platinum Filter. (3) SIN Kujang Mas. (4) SIN Kujang Mas Filter. (5) SIN Provost 19. (6) SIN Trust. (7) SIN Trust Menthol. (8) SIN Sapu Jagat. (9) SIN Sinergi Mind. (10) SIN Sinergi Mind Menthol. (11) SIN Krakatau

b. RH Indonesia

Meluncurkan tiga varian rokok herbal. Yakni, Rokok Herbal Mild, Rokok Herbal Kretek, dan Rokok Herbal Filter

c. Rokok Herbal Rotera

Ada tiga varian yaitu: Rotera Kretek, Rotera Mild, Rotera Filter d. Rokok Herbal Cigarskruie

Ada tiga varian yaitu: Kretek Rempah Cigarskruie, Kretek Rempah Assikha Habbats, Kretek Rempah Assikha Gold

e. Rokok Herbal Cendana

Ada 2 Varian: Cendana Hijau dan Cendana Gloss f. Rokok Herbal Nano

Ada 2 Varian: Herbal Kretek Indonesia dan Herbal Mild 5. Sistem Penjualan Rokok Herbal

Rokok herbal yang telah beredar di Indonesia, rata-rata sistem pemasarannya adalah sistem penjualan langsung.

Adapun terkait dengan perusahaan yang menjalankan sistem DS/MLM harus taat dan patuh terhadap Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2019 Tentang Distribusi Barang Secara Langsung. Adapun pada Bab I Ketentuan Umum disebutkan:20

Pasal 1: (a) Penjualan Langsung (Direct Selling) adalah sistem penjualan Barang tertentu melalui jaringan pemasaran yang dikembangkan

20 Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Nomor 70 Tahun 2019 Tentang Distribusi Barang Secara Langsung, h. 2-3.

(40)

oleh Penjual Langsung yang bekerja atas dasar Komisi dan/atau Bonus berdasarkan hasil penjualan kepada Konsumen di luar lokasi eceran. (b) Penjualan Langsung secara Multi Tingkat (Multi Level Marketing) adalah penjualan Barang tertentu melalui jaringan pemasaran berjenjang yang dikembangkan oleh Penjual Langsung yang bekerja atas dasar Komisi dan/atau Bonus berdasarkan hasil penjualan Barang kepada Konsumen.

Pada pasal yang telah dijelaskan diatas, apabila ada produsen menggunakan sistem pemasaran penjualan langsung (Direct Selling), maka harus mematuhi Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Adapun berdasarkan definisi diatas yang menyebutkan kalimat “diluar lokasi eceran”, maka kita perlu memahami lebih jauh tentang saluran distribusi barang tersebut. Inilah beberapa yang termasuk dalam kategori “lokasi eceran” yaitu Toko, Warung, Mini Market dan sejenisnya. Maka rata-rata rokok herbal tidak bisa kita temui di toko atau warung seperti rokok pada umumnya, karena sistem yang diterapkan merupakan sistem penjualan langsung.

Adapun pada Pasal 21 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2019 Tentang Distribusi Barang Secara Langsung juga menyebutkan bahwa “Perusahaan yang telah memiliki SIUPL dilarang melakukan kegiatan menjual atau memasarkan Barang yang tercantum dalam SIUPL melalui saluran distribusi tidak langsung dan online market place”.21

Market Place adalah sebuah website atau aplikasi online yang memfasilitasi proses jual beli dari berbagai toko. Seperti Tokopedia, Shopee, Bukalapak dan sebagainya. Hal ini pun sebenarnya dilarang oleh Pemerintah karena Market Place adalah saluran Penjualan Tidak Langsung. Akan tetapi masih banyak agen-agen rokok herbal yang tidak mematuhi ketentuan regulasi ini karena kurang tegasnnya peraturan ini sehingga menjadi sebuah aturan yang lemah hukum bagi pada distributor.

(41)

28

BAB III

KETENTUAN HUKUM POSITIF & HUKUM ISLAM TENTANG ROKOK A. Hukum Positif Mengenai Rokok

Pembangunan kesehatan terhadap masyarakat adalah salah satu upaya

pembangunan nasional yang diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap individu penduduk Indonesia, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di Indonesia, diselenggarakanlah berbagai upaya pembangunan kesehatan di mana salah satu upaya tersebut tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan yang diatur dalam PP No.109 tahun 2012 serta Pasal 113 s.d.114 dan Pasal 199 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.1

Dengan adanya PP No.109 tahun 2012 serta Pasal 113 s.d.114 dan Pasal 199 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Sesuai dengan apa yang telah dipaparkan di atas, Indonesia memang darurat akan kesehatan karena pengaruh rokok teradap kehidupan sehari-hari, maka itulah upaya yang memang bisa dilakukan pemerintah agar setidaknya pengaruh rokok terhadap masyarakat Indonesia itu bisa stabil dan tidak berkembang terus menerus dari tahun ketahun.

1. PP No.109 tahun 2012

Dalam PP No.109 tahun 2012 sangat detail dijelaskan peraturan mengenai pengamanan zat adiktif berupa produk tembakau di Indonesia, agar sekiranya penelitian ini lebih spesifik maka penulis hanya menjabarkan peraturan terkait Iklan/Produksi Rokok dalam PP. No.109 tahun 2012, karena peraturan ini berhubungan dengan pembahasan pada skripsi ini, Berikut adalah keterangannya:2

1 https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-36-2009-kesehatan (diakses pada 5 Juli 2020, pukul

11.30)

2 Presiden RI, Peraturan Pemerintah No.109 tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang

(42)

Pasal 14: Setiap orang yang memproduksi dan/atau mengimpor Produk

Tembakau ke wilayah Indonesia wajib mencantumkan peringatan kesehatan.3

Dalam pasal diatas dijelaskan bahwa setiap produsen yang memproduksi rokok di wilayah Indonesia wajib mencantumkan peringatan Kesehatan pada setiap kemasan produk rokok.

Pasal 24: (1) Setiap produsen dilarang untuk mencantumkan

keterangan atau tanda apapun yang menyesatkan atau kata-kata yang bersifat promotif. (2) Setiap orang yang memproduksi dan/atau mengimpor Produk Tembakau yang mencantumkan keterangan atau tanda apapun yang menyesatkan atau kata-kata yang bersifat promotif sebagaimana dimaksud pada ayat (a) dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.4

Dalam keterangan pasal diatas dapat dipahami bahwa produsen rokok dilarang atau tidak boleh mencantumkan kata atau kalimat yang bersifat promotif atau menyesatkan, seperti mempengaruhi orang untuk merokok.

Pasal 27: Pengendalian Iklan Produk Tembakau sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 26, antara lain dilakukan sebagai berikut: 5

(a) Mencantumkan peringatan kesehatan dalam bentuk gambar dan tulisan sebesar paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari total durasi iklan dan/atau 15% (lima belas persen) dari total luas iklan. (b) Mencantumkan penandaan/tulisan “18+” dalam Iklan Produk Tembakau. (c) Tidak memperagakan, menggunakan, dan/atau menampilkan wujud atau bentuk Rokok atau sebutan lain yang dapat diasosiasikan dengan merek Produk Tembakau. (d) Tidak mencantumkan nama produk yang bersangkutan adalah Rokok. (e) Tidak menggambarkan atau menyarankan bahwa

3 Peraturan Pemerintah No.109 tahun 2012, Pasal 14, h. 10. 4 Ibid, Pasal 24, h. 14.

(43)

merokok memberikan manfaat bagi kesehatan. (f) Tidak menggunakan kata atau kalimat yang menyesatkan. (g) Tidak merangsang atau menyarankan orang untuk merokok. (h) Tidak menampilkan anak, remaja, dan/atau wanita hamil dalam bentuk gambar dan/atau tulisan. (i) Tidak ditujukan terhadap anak, remaja, dan/atau wanita hamil. (j) Tidak menggunakan tokoh kartun sebagai model iklan. (k) Tidak bertentangan dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.

Dalam pasal diatas sangat jelas bahwa produsen rokok harus mematuhi teknis dalam promosi produknya yaitu harus mencantumkan peringatan Kesehatan, tidak menyarankan bahwa rokok mempunyai manfaat Kesehatan, tidak menggunakan kata yang menyesatkan dan tidak merangsang atau menyarankan seseorang untuk merokok.

Pasal 39: Setiap orang dilarang menyiarkan dan menggambarkan

dalam bentuk gambar atau foto, menayangkan, menampilkan atau menampakkan orang sedang merokok, memperlihatkan batang Rokok, asap Rokok, bungkus Rokok atau yang berhubungan dengan Produk Tembakau serta segala bentuk informasi Produk Tembakau di media cetak, media penyiaran, dan media teknologi informasi yang berhubungan dengan kegiatan komersial/iklan atau membuat orang ingin merokok. Ketentuan larangan menyiarkan dan menggambarkan produk tembakau ini dimaksudkan antara lain dalam film, sinetron, dan acara televisi lainnya kecuali tayangan/liputan berita.6

Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa setiap orang dilarang menyiarkan atau menayangkan orang yang sedang merokok baik dalam kegiatan iklan atau kegiatan komersial yang membuat orang ingin merokok, ketentuan ini ditujukan untuk film, sinetron, acara televisi dan media televisi lainnya.

(44)

Pasal 40: Setiap orang yang mengiklankan dan/atau mempromosikan

Produk Tembakau tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, Pasal 30, Pasal 31, Pasal 35, Pasal 36, Pasal 37, dan Pasal 39, dikenakan sanksi administratif oleh Menteri dan/atau menteri terkait berupa: a. Penarikan dan/atau perbaikan iklan; b. Peringatan

tertulis; c. Pelarangan sementara mengiklankan Produk Tembakau yang bersangkutan pada pelanggaran berulang atau pelanggaran berat.7

Dalam pasal diatas dijelaskan mengenai sanksi terkait dengan iklan/promosi rokok, apabila ada produsen rokok yang melanggar maka harus siap menerima sangksi yang telah ditetapkan.

2. Pasal 113 -114 dan Pasal 199 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

Berikut keterangan Pasal 113-114 dan pasal 119 UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menjelaskan tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif di Indonesia:8

Pasal 113: (1). Pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat

adiktif diarahkan agar tidak mengganggu dan membahayakan kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat, dan lingkungan. (2). Zat adiktif sebagaimana dimaksud pada ayat (a) meliputi tembakau, produk yang mengandung tembakau, padat, cairan, dan gas yang bersifat adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya dan/atau masyarakat sekelilingnya. (b) Produksi, peredaran, dan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif harus memenuhi standar dan/atau persyaratan yang ditetapkan.9

Dalam pasal 113 tersebut dijelaskan tentang pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif yang mana tidak boleh mengganggu dan membahayakan Kesehatan masyarakat serta produksi dan peredarannya pun harus memenuhi standar yang telah ditetapkan.

7 Ibid, Pasal 40, h. 21.

8 Presiden RI, UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 9 UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 113, h. 42.

(45)

Pasal 114: Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan rokok

ke wilayah Indonesia wajib mencantumkan peringatan Kesehatan.

Dalam pasal 114 sangat jelas bahwa setiap produsen yang mengedarkan rokok di wilayah Indonesia wajib mencantumkan peringatan Kesehatan.10

Pasal 199: Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau

memasukkan rokok ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan tidak mencantumkan peringatan kesehatan berbentuk gambar sebagai mana dimaksud dalam Pasal 114 dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).11

Pada keterangan pasal di atas disebutkan bahwa apabila ada produsen rokok yang mengedarkan rokoknya dalam wilayah Indonesia dan tidak mencantumkan peringatan kesehatan, maka akan mendapat sangksi pidana berupa ketentuan diatas

Demikian ketentuan hukum positif mengenai rokok, ini semua bertujuan untuk menanggulangi peredaran rokok dan membangun kesehatan masyarakat Indonesia

B. Hukum Islam Mengenai Rokok

Di dalam kamus Bahasa Indonesia, definisi hukum Islam adalah

peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang berkenan dengan kehidupan berdasarkan kitab Al-quran: hukum syara. Di samping itu, sumber hukum Islam bukan hanya Al-quran, tetapi juga As-sunnah dan melalui berbagai metode penemuan hukum yang dikenal dalam ilmu ushul fiqh.12 Adapun definisi hukum Islam menurut Amir Syarifuddin adalah seperangkat peraturan

10 Ibid, Pasal 114, h. 43. 11 Ibid, Pasal 119, h. 44.

Referensi

Dokumen terkait

Usaha pemerintah dalam mengadopsi isi perjanjian FCTC sudah terlihat dari pengesahan Peraturan Pemerintah No 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ROKOK ELEKTRIK YANG MENGANDUNG ZAT ADIKTIF YANG BELUM TERSTANDARISASI.. BERDASARKAN

Sedangkan dalam Hukum Positif Indonesia narkoba merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 mengenai Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan yang ditetapkan oleh

membolehkan pernikahan seorang pria muslim dengan wanita ahlulkitab, tidak sebaliknya Seandainya pernikahan seorang wanita muslimah dengan pria non muslim dibolehkan, niscaya

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penyuluhan ini dilakukan agar para peserta dapat memahai dampak negatif rokok serta bagaimana hukum rokok menurut hukum

Meski sudah tahu bah wa rokok mengancam kesehatan tapi tetap saja rokok mendapatdukungan yang besar terutama dari kalangan perokok sendiri.Para perokok bukan tidak tahu dampak

109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan, rokok adalah salah satu Produk Tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar