• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNOLOGI KESEHATAN YANG DAPAT DIMANFAATKAN OLEH KEPERAWATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKNOLOGI KESEHATAN YANG DAPAT DIMANFAATKAN OLEH KEPERAWATAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS INDIVIDU

TEKNOLOGI KESEHATAN

YANG DAPAT DIMANFAATKAN OLEH KEPERAWATAN

Disusun dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen

Koordinator : Rr. Tutik Sri Hariyati, SKp. MARS

Oleh :

KUSNIAWATI NPM : 0906504820

Program Magister Ilmu Keperawatan

Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah perkembangan teknologi keperawatan sebagai salah satu tugas untuk mata kuliah Sistem Informasi Manajemen.

Tujuan penyusunan makalah ini adalah diharapkan mahasiswa mampu menganalisis perkembangan teknologi keperawatan atau teknologi kesehatan yang dapat dimanfaatkan oleh keperawatan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan krtitik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini.

Makalah ini dapat terselesaikan dengan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Ibu Rr. Tutik Sri Hariyati, SKp. MARS, selaku koordinator mata kuliah. 2. Bapak/Ibu dosen tim pengajar mata kuliah Sistem Informasi Manajemen. 3. Teman-teman MKMB tahun 2009, yang telah memberikan dorongan moril

selama penyusunan proposal ini.

4. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dorongan baik moril maupun material sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Besar harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan dan peningkatan ilmu keperawatan serta bagi peningkatan pelayanan keperawatan yang profesional di masa yang akan datang.

Jakarta, Oktober 2010 Penulis

(3)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...ii ABSTRAK...iii BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG...1 B. TUJUAN PENULISAN...3 C. METODE PENULISAN...3 D. SISTEMATIKA PENULISAN...3

BAB II : TINJAUAN TEORITIS...4

BAB III : PEMBAHASAN...8

BAB IV : PENUTUP…….………10

(4)

ABSTRAK

Perkembangan teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh pasien Diabetes Mellitus tipe II adalah Continous Glucose Monitoring System (CGMS). CGMS merupakan alat monitoring glukosa yang sangat kecil disebut dengan “sensor” dimasukkan di bawah kulit abdomen pasien. Sensor dipasang selama beberapa hari sampai dengan satu minggu. Sensor mengukur glukosa darah dalam jaringan setiap 10 detik dan mengirimkan informasi tersebut melalui kabel yang dihubungkan ke bagian alat sebesar ukuran telepon yang disebut dengan “monitor” yang diletakkan di ikat pinggang. Sistem secara otomatis akan mencatat rerata glukosa setiap lima menit sampai 72 jam. Sensor akan memberikan sinyal dengan cara bunyi alarm saat gula darah turun terlalu rendah atau gula darah meningkat. Penggunaan insulin, aktifitas yang dilakukan, konsumsi makanan, semuanya dimasukkan kedalam data dasar “diary” dan dimasukkan ke dalam monitor. Setelah tiga hari, “sensor” akan dibuka dan data yang disimpan dalam CGMS di download ke dalam komputer. Team kesehatan akan menilai kembali hasil kadar gula darah pasien kemudian membuat perencanaan untuk pasien. Informasi akan disajikan dalam bentuk grafik atau chart agar membantu dalam memperlihatkan pola fluktuasi kadar gula darah.

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam era globalisasi saat ini terus terjadi pergeseran pola penyakit, dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif. Ada beberapa jenis penyakit degeneratif yang terjadi di masyarakat, salah satunya adalah Diabetes Melitus.

Menurut WHO (2006) diperkirakan jumlah penderita diabetes mellitus mencapai lebih dari 180 juta jiwa di seluruh dunia dan kejadian ini akan meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2030. Berdasarkan data yang diperoleh dari National Diabetes Information Clearinghouse (NDIC), 2005, Di Amerika Serikat angka kejadian Diabetes Mellitus mencapai 20,8 juta jiwa atau sekitar 7 persen dari seluruh populasi dan yang terdiagnosa sebanyak 14,6 juta jiwa (Peeples M et al, 2007).

Menurut survey yang dilakukan WHO, Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah penderita Diabetes Mellitus terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat.

Di negara berkembang, angka kejadian kelebihan berat badan dan kegemukan cenderung mengalami peningkatan disebabkan karena menurunnya aktifitas fisik dan pola makan banyak yang merupakan faktor predisposisi timbulnya Diabetes Mellitus tipe II sehingga jumlah penderita diabetes Mellitus tipe II diperkirakan akan meningkat dengan cepat dalam 25 tahun dengan perkiraan peningkatan sebesar 42 persen terjadi di Negara berkembang (Glumer et al, 2003).

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan penyakit hiperglikemi akibat insensivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka Diabetes Mellitus tipe II dianggap sebagai non insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) (Corwin,2001).

(6)

Pasien Diabetes Mellitus tipe II mempunyai risiko terjadinya penyakit jantung koroner dan penyakit pembuluh darah otak 2 kali lebih besar, kematian akibat penyakit jantung 16,5% dan kejadian komplikasi ini terus meningkat.

Dalam rangka meminimalkan terjadinya komplikasi Diabetes Mellitus tipe II, perawat berperan sebagai edukator dengan cara memberikan pendidikan kesehatan (edukasi). Edukasi bagi diabetisi dan keluarganya sangatlah diperlukan. Dengan memberikan pengetahuan seputar diabetes dan pencegahannya, diharapkan informasi mengenai diabetes semakin bertambah. Selain edukasi, monitoring terhadap gula darah secara terpadu juga diperlukan agar komplikasi penyakit dapat dihindari sedini mungkin.

Saat ini monitoring gula darah secara kontinu merupakan salah satu teknologi di bidang kesehatan yang dikembangkan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan self management bagi pasien Diabetes dalam memonitor dan mengontrol kondisi tubuhnya dihubungkan dengan kadar gula darah apakah terjadi peningkatan atau penurunan.

Pemantauan gula darah secara kontinu diciptakan dalam suatu alat yang disebut Continous Glucose Monitoring System (CGMS). CGMS memberikan makna penting dalam meningkatkan kontrol terhadap gula darah. Sistem monitoring gula darah yang digunakan oleh pasien Diabetes Mellitus terdiri dari sensor elektroda kecil yang ditanam di jaringan subkutan dan dihubungkan dengan transmitter yang dapat menganalisa data melalui sebuah monitor kecil yang dapat dimasukkan kedalam kantong (Peeples M et al, 2007).

Arti penting penggunaan teknologi ini yaitu dapat memberikan gambaran pengukuran glukosa dengan angka yang spesifik pada saat itu dan dapat memprediksi kecenderungan kadar glukosa. Selain itu sistem ini memberikan informasi yang mengindikasikan kecenderungan pasien mengalami hipoglikemia atau hiperglikemia.

Dengan adanya informasi yang diberikan oleh sistem tersebut akan memberikan keuntungan bagi pasien yaitu pasien mengetahui kondisi glukosa

(7)

2 darahnya saat ini sehingga pasien dapat melakukan upaya untuk mengatasi masalah yang dialaminya seperti menghindari faktor-faktor yang dapat meningkatkan atau menurunkan glukosa darah serta melakukan tindakan langsung untuk mengatasi keadaan hipoglikemia atau hiperglikemia yang dialaminya sehingga komplikasi lanjut dari penyakit diabetes Mellitus dapat diminimalkan (Peeples M et al, 2007).

B. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah diharapkan mahasiswa mampu menganalisis perkembangan teknologi keperawatan atau teknologi kesehatan yang dapat dimanfaatkan oleh keperawatan.

C. Metode Penulisan

Metode penulisan dalam penyusunan makalah ini adalah studi literature dengan cara mencari sumber-sumber terkait dengan perkembangan teknologi kesehatan yang dapat dimanfaatkan oleh keperawatan dari beberapa journal keperawatan kemudian dianalisis.

D. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari empat bab, meliputi :

Bab I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan pustaka Bab III : Pembahasan Bab IV : Penutup Daftar pustaka

(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan diuraikan tentang tinjauan pustaka berkaitan dengan perkembangan teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh pasien diabetes mellitus dalam melakukan monitoring glukosa darah secara kontinu dengan tujuan untuk memantau kadar glukosa darah pasien saat ini sehingga komplikasi lanjut dari penyakit diabetes mellitus akibat keadaan hipoglikemia atau hiperglikemia dapat dihindari. Perkembangan teknologi yang dimaksud yaitu Continous Glucose Monitoring System (CGMS).

A. Definisi CGMS

Continous Glucose Monitoring System (CGMS) adalah sebuah alat yang sudah di uji oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat, alat yang dipercaya dapat mencatat kadar gula darah sepanjang hari. Terdapat beberapa jenis alat yang biasa digunakan yaitu MiniMed, DexCom dan Navigator, yang dapat menyajikan hasil pengukuran kadar gula darah sampai

(9)

pada tingkat diatas 288 setiap 24 jam. Sistem ini digunanakan untuk mengukur rata-rata kadar gula darah dalam tiga hari saat pasien diabetes melakukan aktifitas sehari-hari di rumah.

B. Aplikasi CGMS

Cara kerja CGMS dalam memonitor kadar gula darah yaitu suatu alat monitoring glukosa yang sangat kecil disebut dengan “sensor” dimasukkan di bawah kulit abdomen pasien. Sensor dipasang selama beberapa hari sampai dengan satu minggu. Sensor mengukur kadar gula darah dalam jaringan setiap 10 detik dan mengirimkan informasi tersebut melalui kabel yang dihubungkan ke bagian alat sebesar ukuran telepon yang disebut dengan “monitor” yang diletakkan di ikat pinggang atau garis pinggang celana panjang. Sistem secara otomatis akan mencatat rata-rata kadar glukosa setiap lima menit sampai dengan 72 jam. Sensor ini juga akan memberikan sinyal/peringatan dengan cara alarm berbunyi pada saat gula darah turun terlalu rendah atau gula darah meningkat (hiperglikemia).

Hasil pengukuran kadar glukosa menggunakan alat glukometer dan waktu pengukuran yang berbeda dicatat ke dalam monitor untuk kalibrasi. Setiap penggunaan insulin, aktifitas yang dilakukan, konsumsi makanan dan makanan ringan semuanya dimasukkan kedalam data dasar “diary” dan dimasukkan kedalam monitor dengan cara menekan tombol untuk menandai waktu makan, obat yang diminum, latihan yang dilakukan atau kegiatan lain yang ingin dicatat. Setelah tiga hari, “sensor” akan dibuka dan data yang disimpan dalam CGMS di download ke dalam komputer.

Pasien, dokter dan team kesehatan yang lain akan menilai kembali hasil kadar gula darah pasien dan dihubungkan dengan data lain yang sudah terkumpul kemudian membuat keputusan untuk perencanaan management untuk pasien. Informasi akan disajikan dalam bentuk grafik atau chart agar membantu dalam memperlihatkan pola fluktuasi kadar gula darah.

(10)

C. Waktu penggunaan CGMS

Penggunaan CGMS tidak bertujuan untuk memonitor self care dari hari ke hari atau untuk jangka panjang dan tidak dapat menggantikan monitoring kadar gula darah standar. Penggunaan CGMS ini hanya untuk menggambarkan kecenderungan kadar gula darah sehingga anggota tim kesehatan dapat menyusun perencanaan yang tepat bagi pasien.

D. Keuntungan

Keuntungan monitoring glukosa secara kontinu ini yaitu : 1. Mudah digunakan.

2. Memberikan data yang berarti. 3. Informasi terus menerus

4. Membantu mengidentifikasi fluktuasi dan kecenderungan kadar gula darah klien.

5. Klien mengetahui kadar gula darahnya saat ini sehingga klien dapat menghindari kegiatan yang dapat meningkatkan gula darah jika terjadi hiperglikemia demikian juga sebaliknya.

6. Mencegah terjadinya komplikasi Diabetes Mellitus.

E. Penelusuran Riset terkait dengan perkembangan teknologi Continue Glucose Monitoring System (CGMS).

F. Beberapa riset yang telah dilakukan berkaitan dengan perkembangan teknologi Continue Glucose Monitoring System (CGMS) antara lain yaitu : 1. Feasibility and acceptability of continous glucose monitoring and

accelerometer technology in exercising individuals with type 2 diabetes by Nancy A Allen, Cynthia S Jacelon and Stuart R Chipkin, tahun 2009. Dalam riset ini disimpulkan bahwa penggunaan CGMS dapat menggambarkan hubungan yang jelas antara aktifitas fisik dengan kadar glukosa darah yang terlihat dalam grafik CGMS, Penggunaan teknologi ini dapat meningkatkan intervensi perilaku pada pasein Diabetes Melitus tipe 2.

(11)

2. The use of information technology to enhance diabetes management in primary care : a literature review by Akuh Adaji, Peter Schattner, Kay Jones Tahun 2008.

Dalam riset ini disimpulkan bahwa perkembangan teknologi dapat digunakan untuk meningkatkan perawatan pasien dengan diabetes mellitus dengan cara meningkatkan informasi dan interaksi antara pasien dan team pelayanan keperawatan.

3. Self monitoring of glucose levels for people with type 2 diabetes by Valerie Holmes, Peter Griffiths tahun 2002.

Dalam riset ini disimpulkan bahwa efektifitas monitoring pengukuran gula darah dan urin pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 dalam meningkatkan glikemik control yang diukur melalui kadar HbA1c masih dipertanyakan.

(12)

BAB III PEMBAHASAN

Perkembangan teknologi di bidang kesehatan sangat diperlukan guna memberikan dukungan kepada pasien, meningkatkan perubahan dalam pemberian pelayanan kesehatan dan secara khusus bagi pasien diabetes mellitus tipe 2 perkembangan teknologi dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan bagi pasien diabetes.

Pemantauan kadar gula darah secara kontinu (Continous Glucose Monitoring System / CGMS) pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 sangat mendukung pelaksanaan self management bagi pasien diabetes dalam mengontrol kadar gula darah secara mandiri. Perawat memfasilitasi pasien dalam penggunaan teknologi tersebut untuk memonitor dan mengontrol kondisi pasien.

Penggunaan Continous Glucose Monitoring System / CGMS sangat bermanfaat bagi pasien karena dengan penggunaan teknologi ini memberikan gambaran pengukuran glukosa darah secara spesifik dan dapat menggambarkan kecenderungan kadar glukosa darah dan dapat memprediksikan keadaan hipoglikemia atau hiperglikemia. Sehingga dengan informasi yang ada, pasien dapat menyesuaikan diri jika terjadi peningkatan kadar gula darah maka pasien harus menghindari faktor-faktor yang dapat meningkatkan kadar gula darah demikian juga sebaliknya.

Alat ini dilengkapi dengan alarm yang suatu saat akan berbunyi jika kadar gula darah pasien tidak normal baik terjdi penurunan maupun peningkatan kadar gula darah sehingga informasi tersebut sangat berguna bagi pasien yang akan memberikan petunjuk terhadap tindakan apa yang harus dilakukan oleh pasien.

Mengingat alat ini mudah untuk digunakan dan memiliki keuntungan yang bermakna bagi pasien maka sangat dianjurkan bagi pasien-pasien yang memiliki penyakit diabetes mellitus atau mengalami keadaan kadar gula darah yang tidak terkontrol, sehingga klien dapat selalu waspada setiap saat terhadap perubahan kadar gula darah yang terjadi dalam tubuhnya.

(13)

Penggunaan continous glucose monitoring system / CGMS sudah banyak dilakukan di luar negeri terutama di Amerika Serikat, akan tetapi di Indonesia penggunaan alat ini belum banyak dilakukan, mengingat biaya yang dibutuhkan cukup besar sehingga pasien-pasien dengan Diabetes Mellitus tipe 2 masih mempertimbangkan penggunaan alat tersebut. Selain itu sebagian besar pasien berada pada golongan ekonomi menengah ke bawah.

(14)

BAB IV PENUTUP

Diabetes Mellitus (DM) Tipe II merupakan penyakit hiperglikemi akibat insensivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap di hasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka diabetes mellitus tipe II dianggap sebagai non insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) (Corwin, 2001).

Diabetes Mellitus tipe II bisa menimbulkan komplikasi, antara lain katarak, retinopaty, serangan jantung, nepropaty. Pasien Diabetes Mellitus tipe II mempunyai risiko terjadinya penyakit jantung koroner dan penyakit pembuluh darah otak 2 kali lebih besar, kematian akibat penyakit jantung 16,5% dan kejadian komplikasi ini terus meningkat.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi adalah dengan cara self management melalui monitoring kadar gula darah secara kontinu. Monitoring tersebut dapat dilakukan menggunakan teknologi kesehatan berupa alat yang disebut Continous Glucose Monitoring System (CGMS.

Continous Glucose Monitoring System (CGMS) adalah sebuah alat yang sudah di uji oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat, alat yang dipercaya dapat mencatat kadar gula darah sepanjang hari, yang terdiri dari sensor dan monitor yang dihubungkan dengan kabel. Sensor ini juga akan memberikan sinyal/peringatan dengan cara alarm berbunyi pada saat gula darah turun terlalu rendah atau gula darah meningkat (hiperglikemia).

Dengan penggunaan CGMS ini memberikan informasi yang akurat tentang kondisi pasien terkait dengan kadar gula darah sehingga pasien dapat hidup lebih nyaman dan tenang karena kondisi kesehatannya terpantau secara adekuat.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Adaji, A., P. Schattner, et al. (2008). The use of information technology to enhance diabetes management in primary care: a literature review. Diunduh dari

http://web.ebscohost.com/ehost/detail?vid=1&hid=8&sid=a8f7e1de-4b3c-

4d88-b0e7-6bdd14255659%40sessionmgr14&bdata=JnNpdGU9ZWhvc3QtbGl2ZQ% 3d%3d#db=rzh&AN=2010144529. Tanggal 10 Oktober 2010

Adler-Milstein, J., D. Bu, et al. (2007). The cost of information technology-enabled diabetes management. Diunduh dari

http://web.ebscohost.com/ehost/detail?vid=1&hid=111&sid=65509b87-

b936-475e-834b-a485bf91f712%40sessionmgr111&bdata=JnNpdGU9ZWhvc3QtbGl2ZQ% 3d%3d#db=rzh&AN=2009618217. Tanggal 30 Oktober 2010.

Allen, N. A., C. S. Jacelon, et al. (2009). Feasibility and acceptability of continuous glucose monitoring and accelerometer technology in exercising individuals with type 2 diabetes. Journal of Clinical Nursing. Diunsud dari

http://web.ebscohost.com/ehost/detail?vid=1&hid=111&sid=91aeba69-

c44b-428a-919b-a62dfd60aa26%40sessionmgr113&bdata=JnNpdGU9ZWhvc3QtbGl2ZQ% 3d%3d#db=rzh&AN=2010169670. Tanggal 30 Oktober 2010.

Anonymous (2010). Blood Glucose; Studies from University College, College of Osteopathic Medicine have provided new information about blood glucose. Medical Devices & Surgical Technology Week. Diunduh dari

http://proquest.umi.com/pqdweb?did=2107664381&Fmt=7&clientId=4562 5&RQT=309&VName=PQD. Tanggal 28 Oktober 2010.

Blake, D. R. and D. M. Nathan (2004). Point-of-care testing for diabetes. Reprinted with permission from Point of Care: The Journal of Near-Patient Testing & Technology, Vol. 1, No. 3, September 2002. Critical Care Nursing Quarterly. Diunduh dari http://www.lww.com/. Tanggal 28 Oktober 2010.

Boyle, M. (2008). Optimizing the Treatment of Type 2 Diabetes Using Current and Future Insulin Technologies. Medsurg Nursing. Diunduh dari

http://proquest.umi.com/pqdweb?did=1626523771&Fmt=7&clientId=4562 5&RQT=309&VName=PQD. Tanggal 26 Oktober 2010

(16)

Cohen, A. S. and E. A. Ayello (2005). Diabetes has taken a toll on your patient's vision: how can you help. Diunduh dari

http://web.ebscohost.com/ehost/detail?vid=1&hid=11&sid=7954b47c-

50b3-4657-a10f-8f74ec580369%40sessionmgr11&bdata=JnNpdGU9ZWhvc3QtbGl2ZQ%3 d%3d. Tanggal 26 oktober 2010.

Carole, M. (2004). Helping Patients Choose the Right Blood Glucose Meter.

Nurse Practitioner. Diunduh dari

http://proquest.umi.com/pqdweb?did=639960881&Fmt=7&clientId=45625 &RQT=309&VName=PQD. Tanggal 26 oktober 2010.

Holmes, V. and P. Griffiths (2002). Self-monitoring of glucose levels for people with type 2 diabetes. British Journal of Community Nursing. Diunduh dari

http://web.ebscohost.com/ehost/detail?vid=1&hid=11&sid=12659153-

468a-468b-8da8-507f49b96e70%40sessionmgr14&bdata=JnNpdGU9ZWhvc3QtbGl2ZQ%3 d%3d#db=rzh&AN=2002045585. Tanggal 26 Oktober 2010.

Lybarger, S. C. and S. L. Thom (1991). Diabetes: Treating Today's Resident.

Nursing Homes. Diunduh dari

http://proquest.umi.com/pqdweb?did=1232670&Fmt=7&clientId=45625& RQT=309&VName=PQD. Tanggal 26 Oktober 2010.

Paul, H., D. Tim, et al. (2003). Economic costs of diabetes in the U.S. in 2002.

Diabetes Care. Diunduh dari

http://proquest.umi.com/pqdweb?did=316432111&Fmt=7&clientId=45625 &RQT=309&VName=PQD. Tanggal 26 oktober 2010.

Peeples Malinda et al. (2007). Diabetes Care : The Need For Change. American Journal of Nursing. Vol. 107

Strayer Darlene A et al. (2010). Diabetes Melitus Type 1. Cinahl Information System. Diunduh dari. Tanggal 26 Oktober 2010.

Turner, J., M. Larsen, et al. (2009). Implementation of telehealth support for patients with type 2 diabetes using insulin treatment: an exploratory study. Informatics in Primary Care. Diunduh dari

http://web.ebscohost.com/ehost/detail?vid=1&hid=11&sid=cc9cc8c7-5667-

41d3-bdea-26b335e8bf68%40sessionmgr13&bdata=JnNpdGU9ZWhvc3QtbGl2ZQ%3 d%3d#db=rzh&AN=2010313190. Tanggal 26 Oktober 2010.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut IOM masalah mutu pelayanan kesehatan dapat dikategorikan sebagai: (1) misuse, dalam hal ini pasien tidak mendapat pelayanan yang memadai karena telah terjadinya

Dari hasil pengujian alat terhadap kadar larutan glukosa dari 20 sampai dengan 180 mg/dL menunjukkan hasil yang baik dengan didapatkannya nilai slope sebesar -0.0022

Elemen maksud yang ada dalam teks berita ini dapat dilihat pada paragraf 17 dalam kalimat “Basuki sudah tidak mau berkompromi untuk memasukan dana tidak jelas.”

b. Tidak mampu berkomunikasi dengan tulisan. Pasien dapat menunjukan pengertian terhadap masalah komunikasi b. Mampu menggunakan bahasa isyarat. Kaji tipe disfungsi misalnya :

Sistem pendukung keputusan yang akan dibuat menggunakan model Fuzzy Multiple Attribute Decision Making (FMADM) dengan menerapkan metode Weighted Product (WP) dan

Hasil bulk density semakin menurun dengan meningkatnya suhu pirolisis, dimana bulk density tertinggi adalah 0,786 gr/cm 3 dan terendah adalah 0,664 gr/cm 3. Kata

1. Daya/kapasitas mesin injeksi kurang. Desain barang plastic injection yang tidak tepat. Ada kesalahan pada desain dan profil dies. Pemilihan material yang tidak tepat. Setting

Berdasarkan hasil tes kemampuan mengubah kalimat aktif menjadi kali- mat pasif yang telah dilakukan pe- nulis terhadap siswa kelas X MAMA Gisting Tahun Pelajaran