• Tidak ada hasil yang ditemukan

WahanaInformasiPenelitianKehutanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "WahanaInformasiPenelitianKehutanan"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

j

urnal

WASI

Wahana

I

nf

ormasi

Penel

i

t

i

an

AN

Kehut

anan

Pert

umbuhan

Sambungan

Kl

on

Nyampl

ung

dar

i

Tegakan

Beni

h

Pr

ovenans

di

Wonogi

r

i

J

awa

Tengah

Anal

i

si

s

Par

a

Pi

hak

Pada

Impl

ement

asi

Pr

ogr

am

Per

hut

anan

Sosi

al

di

KPH

Tel

awa,

J

awa

Tengah

Anal

i

si

s

Usaha

Budi

d

Anal

i

si

s

Usaha

Budi

daya

Agr

of

or

est

r

i

Akor

(

Ac

ac

i

a

aur

i

c

ul

i

f

or

mi

s

)

Di

KPHP

Bat

ul

ant

eh,

Sumbawa,

Nusa

Tenggar

a

Bar

at

Pert

umbuhan

Semai

Shor

e

a

l

e

pr

os

ul

a

Pada

Si

st

em

Pembi

bi

t

an

Combo

unt

uk

Mendukung

Rekl

amasi

Tambang

Anal

i

si

s

Anal

i

si

s

Konf

l

i

k

Tenur

i

al

Taman

Nasi

onal

Bunaken

(

St

udi

Kasus

Pul

au

Mant

ehage)

Komposi

si

Fl

or

i

st

i

k

dan

Kar

akt

er

i

st

i

k

Tanah

di

Kawasan

Hut

an

Cagar

Al

am

Muar

a

Kaman

Sedul

ang,

Kal

i

mant

an

Ti

mur

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN,PENGEMBANGAN DAN INOVASI

(2)

AlamatRedaksi:

BalaiPenelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manado

Jalan Raya Adipura,Kelurahan Kima Atas,Kecamatan Mapanget,Kota Manado,ProvinsiSulawesiUtara,Indonesia

Telepon:0431-7242949

E-mail:publikasi.bpkmdo@yahoo.com

Website:http://manado.litbang.menlhk.go.id atau http://balithut-manado.org

Medi

a

f

or

I

nf

or

mat

i

on

i

n

For

es

t

r

y

Res

ear

c

h

(3)

VOL. 8 NO. 1, JUNI 2021 e-ISSN: 2502-5198, p-ISSN:2355-9969

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI

BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN MANADO

Jurnal WASIAN VOL. 8

No. 1

Hal 1-74

Manado

Juni 2021

ISSN

e-ISSN: -2502-5198

p-ISSN: 2355-9969

(4)

VOL. 8 NO. 1, JUNI 2021 e-ISSN: 2502-5198, p-ISSN:2355-9969

SUSUNAN REDAKSI

Ketua (Editor in Chief)

Ir. Martina A. Langi, M.Sc., Ph.D. Konservasi dan Restorasi Hutan Universitas Sam Ratulangi

Anggota (Members)

Wawan Nurmawan, S.Hut, M.Si. Ekologi Hutan, Universitas Sam Ratulangi Ir. Josephus I. Kalangi, M.S.

Klimatologi, Universitas Sam Ratulangi Diah Irawati Dwi Arini, S.Hut., M.Sc. Konservasi Keanekaragaman Hayati

Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manado Julianus Kinho, S.Hut., M.Sc.

Silvikultur

Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manado Lis Nurrani, S.Hut., M.Sc.

Ilmu Kayu dan Teknologi Hasil Hutan

Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manado Margaretta Christita, S.Hut, M.Sc.

Mikrobiologi

Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manado Anita Mayasari, S.Hut, M.Si.

Pengelolaan Sumberdaya Hutan

Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manado Ady Suryawan, S.Hut, MIL.

Biologi Konservasi

(5)

VOL. 8 NO. 1, JUNI 2021 e-ISSN: 2502-5198, p-ISSN:2355-9969

SUSUNAN REDAKSI

Mitra Bestari (Peer reviewer)

Prof. Dr. Ir. Budi Leksono, M.P. Pemuliaan Tanaman Hutan

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Ir. J.S. Tasirin, M.Sc.F., Ph.D.

Ekologi Konservasi Sumberdaya Hutan Universitas Sam Ratulangi

Hasnawir, S.Hut., M.Sc., Ph.D. Konservasi Sumber Daya Hutan

Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar

Dr. Ir. Abdul Haris Mustari, M.Sc.

Konservasi Satwa Liar, Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Hengki Walangitan, M.P.

Sosial Ekonomi Kehutanan Universitas Sam Ratulangi Dr. Ir. Mahfudz, M.P. Silvikultur

Pusat Data Informasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Dr. Ir. Terry M. Frans, M.Si.

Entomology Hutan, Universitas Sam Ratulangi Dr. Ir. Irdika Mansur, M.For.Sc.

Silvikultur dan Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang, Institut Pertanian Bogor

Fabiola Baby Saroinsong, S.P., M.Si., Ph.D. Ekologi Lanskap dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, Universitas Sam Ratulangi

Prof. Dr. Ir. Maman Turjaman, DEA

Mikologi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Dr. Ir. Hendra Gunawan, M.Si.

Konservasi Sumber Daya Hutan

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Dr. Haruni Krisnawati, S.Hut., M.Si. Biometrika Hutan

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Dr. Ir. Ronggo Sadono

Biometrika Hutan Universitas Gadjah Mada

Rini Pujiarti, S.Hut., M.Agr., Ph.D. Teknologi Hasil Hutan

Universitas Gadjah Mada

Dr. Ganis Lukmandaru, S.Hut., M.Agr. Teknologi Hasil Hutan

Universitas Gadjah Mada

Dr. Tatang Tiryana, S.Hut., M.Sc.

Inventarisasi Hutan, Biometrika Hutan, Perencanaan Pengelolaan Hutan

Institut Pertanian Bogor

Dwiko B. Permadi, S.Hut., M.Sc., Ph.D. Kebijakan dan Manajemen Hutan

Universitas Gadjah Mada Dr. Ir. Sulistya Ekawati, M.Si.

Kebijakan Kehutanan dan Pemberdayaan Masyarakat, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial, Ekonomi, Kebijakan, dan Perubahan Iklim

Dr. Iwan Saskiawan Mikrobiologi

Pusat Penelitian Biologi LIPI

Ananto Triyogo, S.Hut., M.Sc., Ph.D.

Ilmu Perlindungan Hutan (Hama Hutan/Entomologi) Universitas Gadjah Mada

Mukrimin, S.Hut., MP, Ph.D.

Bioteknologi Hutan, Pemuliaan Hutan, Silvikultur, Ilmu Tanah Hutan, Patologi Hutan, Agroforestri Universitas Hasanudin

(6)

VOL. 8 NO. 1, JUNI 2021 e-ISSN: 2502-5198, p-ISSN:2355-9969

Penanggung Jawab Mochlis, S.Hut.T., M.P.

Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manado Pimpinan Redaksi Pelaksana (Managing editor)

Lulus Turbianti, S.Hut

Kepala Seksi Data, Informasi dan Kerjasama Anggota Redaksi Pelaksana (Members) Hanif Nurul Hidayah, S.Hut.

Rinna Mamonto

Desain Tata Letak (Layout Editor) Hendra Susanto Mokodompit Harwiyadin Kamma

Sekretariat (Secretariat)

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dewan Redaksi JURNAL WASIAN mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya

kepada mitra bestari (peer reviewers) yang telah menelaah naskah yang dimuat pada Jurnal Wasian edisi

Vol. 8 No. 1, Juni 2021:

Prof. Dr. Ir. Budi Leksono, M.P.

(Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan)

Dr. Ir. Hengki Walangitan, M. P.

(Program Studi Kehutanan, Universitas Sam Ratulangi)

Dr. Ir. Sulistya Ekawati, M.Si.

(Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial, Ekonomi, Kebijakan, dan Perubahan Iklim)

Dr. Ir. Irdika Mansur, M.For.Sc.

(Institut Pertanian Bogor)

Dr. Ir. Mahfudz, MP

(Pusat Data dan Informasi KLHK)

Prof. Dr. Ir. Hendra Gunawan, M.Si.

(Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan)

Hasnawir, S.Hut., M.Sc., Ph.D.

(Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemiteraan Lingkungan KLHK)

Mukrimin, S.Hut., MP, Ph.D.

(Universitas Hasanuddin)

(8)

VOL. 8 NO. 1, JUNI 2021 e-ISSN: 2502-5198, p-ISSN:2355-9969

DAFTAR ISI

Pertumbuhan Sambungan Klon Nyamplung

dari Tegakan Benih Provenans di Wonogiri Jawa Tengah

The Growth of Calophyllum Inophyllum Scions Taken From Provenance Seed Stand

in Wonogiri, Central Java

Hamdan Adma Adinugraha, Eritryna Windyarini, Trie Maria Hasnah,

Arif Priyanto, Hendra Firdaus dan Budi leksono ...

01-10

Analisis Para Pihak Pada Implementasi Program Perhutanan Sosial

Di KPH Telawa, Jawa Tengah

Stakeholder Analysis of Implementation of Social Forestry Program

at KPH Telawa, Central Java

Baharinawati W. Hastanti dan S. Agung Sri Raharjo ...

11-24

Analisis Usaha Budidaya Agroforestri Akor Acacia auriculiformis

di KPHP Batulanteh, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat

The Business Analysis of Acacia auriculiformis Agroforestry

in Batulanteh Forest Management Unit, Sumbawa, West Nusa Tenggara

Yonky Indrajaya dan Mohamad Siarudin ...

25-36

Pertumbuhan Semai Shorea leprosula Pada Sistem Pembibitan Combo

untuk Mendukung Reklamasi Tambang

Growth of Shorea leprosula Seedlings Prepared in Combo Nursery Technique

to Support Mine Reclamation

Febrian Ari Nugroho, Irdika Mansur, Arum Sekar Wulandari ...

37-46

Analisis Konflik Tenurial Taman Nasional Bunaken

(Studi Kasus Pulau Mantehage)

Analysis of Tenurial Conflict of the Bunaken National Park

(A Case Study of Mantehage Island)

Ronald Junedie Aneng, Roland A. Barkey dan Muslim Salam ...

47-58

Komposisi Floristik dan Karakteristik Tanah

di Kawasan Hutan Cagar Alam Muara Kaman Sedulang, Kalimantan Timur

Floristic Composition and Soil Characteristics

in Muara Kaman Sedulang Nature Reserve, East Kalimantan

(9)

VOL. 8 NO. 1, JUNI 2021 e-ISSN: 2502-5198, p-ISSN:2355-9969

Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya

UDC: 232.328.1

Hamdan Adma Adinugraha, Erytrina Windyarini, Trie Maria Hasnah, Arif Priyanto, Hendra Firdaus dan Budi Leksono

(Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan)

Pertumbuhan Sambungan Klon Nyamplung

dari Tegakan Benih Provenans di Wonogiri Jawa Tengah

Jurnal WASIAN

Vol.8 No.1, Juni 2021, Hal 01 - 10

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui respon pertumbuhan klon-klon terseleksi di Tegakan Benih Provenan nyamplung di Wonogiri menggunakan teknik sambungan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 22 klon sebagai perlakuan. Pada setiap perlakuan terdiri atas 5 sampel bibit sambungan dan diulang sebanyak 4 kali. Hasil pengamatan diperoleh persentase hidup sambungan berkisar 15 – 100 % pada umur 2 bulan yang menunjukkan variasi cukup tinggi antar klon terseleksi. Peningkatan keberhasilan teknik grafting pada klon nyamplung masih perlu dilakukan agar dapat menyediakan materi vegetatif untuk uji klon maupun pertanaman opersional. Hal tersebut penting dilakukan dalam rangka untuk menghasikan tegakan nyamplung dengan produktivitas buah dan rendemen minyak yang tinggi.

UDC: 928

Baharinawati W. Hastanti dan S. Agung Sri Raharjo (Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai)

Analisis Para Pihak Pada Implementasi Program Perhutanan Sosial di KPH Telawa, Jawa Tengah

Jurnal WASIAN

Vol.8 No.1, Juni 2021, Hal 11 - 24

Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengidentifikasi para pihak dan peranannya pada implementasi IPHPS, dan 2) menganalisis hubungan antar para pihak pada implementasi IPHPS. Penelitian ini dilakukan di areal KPH Telawa Kabupaten Boyolali Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan perpaduan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan untuk mengidentifikasi para pihak dan perannya dalam implementasi IPHPS. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menilai pengaruh dan kepentingan para pihak yang terlibat dalam implementasi IPHPS. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan studi literatur. Data dianalisis berdasarkan tujuan penelitian berupa analisis para pihak yang dilakukan dengan cara

mengidentifikasi para pihak dan peranannya serta hubungan antar para pihak dalam implementasi IPHPS. Para pihak yang terlibat dalam impementasi IPHPS di KPH Telawa antara lain Perhutani (KPH) Telawa, KTH pemegang IPHPS (Wonomakmur 1, Wonomakmur 2, Wonolestari 1, dan Wonolestari 2) LMDH Peserta PHBM, BPKH IX, BPDASHL Pemali Jratun, Pendamping Lapangan, BDK Kadipaten, Yayasan Kehutanan, LSM Rejo Semut Ireng, PSKL, Dinas LHK Provinsi Jateng, BPSKL Jabalnusra, Pusat Pembiayaan Pembangunan Hutan Badan Layanan Umum (P3H-BLU). Masing-masing para pihak tersebut di atas memiliki kekuatan dan kepentingan masing-masing. Hal tersebut mempengaruhi pola hubungan antar para pihak yang pada gilirannya akan menentukan hasil program. Hubungan yang baik akan mendukung kesuksesan implementasi program sementara hubungan yang buruk dapat menghambat implementasi program.

UDC: 892.2

Yonky Indrajaya dan Mohamad Siarudin

(Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Agroforestry)

Analisis Usaha Budidaya Agroforestri Akor

Acacia auriculiformis di KPHP Batulanteh, Sumbawa,

Nusa Tenggara Barat

Jurnal WASIAN

Vol.8 No.1, Juni 2021, Hal 25-36

Tingginya tekanan penduduk di sekitar hutan akan lahan hutan negara menuntut pemegang otoritas pengelola hutan untuk mengajak masyarakat sekitar hutan ikut berpartisipasi dalam pengelolaan hutan melalui pola agroforestri. Pola agroforestri dengan jenis pohon tertentu yang ditentukan oleh pihak pengelola dan tanaman pertanian yang diusahakan petani dapat menjadi titik temu antara kepentingan pengelola hutan dan masyarakat. Salah satu pertimbangan dalam pengembangan agroforestri adalah aspek ekonomi. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis usaha budidaya agroforestri di salah satu wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan Produksi (KPHP) Batulanteh, Sumbawa yang memiliki karakteristik lahan kering dengan jenis pohon akor (Acacia auriculiformis) dan beberapa tanaman pertanian: kacang tanah, lembui, dan jagung. Metode penilain kelayakan usaha budidaya agroforestri yang digunakan adalah NPV (Net Present

Value), IRR (Internal Rate of Return), dan BCR (Benefit Cost Ratio). Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha

agroforestri akor layak untuk diusahakan karena dapat menghasilkan NPV sebesar Rp14.607.837,00; IRR sebesar 53 % dan BCR sebesar 1,51.

(10)

(Institut Pertanian Bogor)

Pertumbuhan Semai Shorea leprosula Pada Sistem Pembibitan Combo untuk Mendukung Reklamasi Tambang

Jurnal WASIAN

Vol.8 No.1, Juni 2021, Hal 37-46

Teknik pembibitan combo merupakan teknik pembibitan yang mengkombinasikan tiga tanaman, yaitu Shorea

leprosula, Gliricidia sepium, dan rumput Brachiaria decumbens ditanam dalam satu polibag. Teknik ini

dimaksudkan untuk mendukung penanaman jenis-jenis pohon lokal semi-toleran di lahan bekas tambang. Persaingan untuk mendapatkan air, unsur hara, dan ruangan dapat mengganggu pertumbuhan ketiga tanaman tersebut. Oleh karena itu, untuk mengurangi persaingan dari ketiga tanaman ini selama dalam polibag, perlu ditentukan ukuran polibag dan komposisi media yang sesuai. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh ukuran polibag dan komposisi media pada pertumbuhan S. leprosula, G. sepium, dan rumput B. decumbens pada teknik pembibitan combo. Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan Rancang Acak Lengkap dalam Faktorial dengan dua faktor, yaitu komposisi media tanam (tanah : kompos (2 : 1, v/v), tanah : kompos (1 : 1, v/v), tanah : kompos (1 : 2, v/v), dan tanah : kompos : sekam padi (7:3:1, v/v/v); serta ukuran polibag (15 x 20 cm, 20 x 20 cm, dan 25 x 25 cm). Setiap perlakuan diulang empat kali dan setiap ulangan terdiri dari empat polibag. Hasil peneltian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi antara komposisi media dan ukuran polibag, tetapi media dengan komposisi tanah: kompos (1:1) dan (1:2) serta ukuran polibag 20 x 20 cm dan 25 x 25 cm secara signifikan dapat mencegah persaingan bahkan meningkatkan pertumbuhan S. leprosula dan penambahan anakan rumput B. decumbens.

UDC: 911

Ronald Junedie Aneng, Roland A. Barkey dan Muslim Salam

(Universitas Hasanuddin)

Analisis Konflik Tenurial Taman Nasional Bunaken (Studi Kasus Pulau Mantehage)

Jurnal WASIAN

Vol.8 No.1, Juni 2021, Hal 47-58

Taman Nasioanl (TN) Bunaken terakhir ditunjuk berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK. 734/Menhut-II/2014. Pada proses penataan batas kawasan TN Bunaken di Pulau Mantehage terjadi penolakan masyarakat disebabkan adanya klaim lahan berupa kebun dan permukiman. Penelitian ini ingin menjawab bagaimana keadaan penutupan dan penggunaan lahan pada Pulau Mantehage serta bagaimana konflik tenurialnya.

kebun campuran, semak belukar, permukiman dan jalan. Konflik terjadi antara masyarakat dengan Panitia Tata Batas Kawasan Hutan Kabupaten Minahasa Utara disebabkan masyarakat belum paham terhadap kegiatan penatan batas serta aturan-aturan yang dapat memberikan penyelesaian permasalahan konflik lahan mereka. Adapun mekanisme resolusi konflik yang dapat ditempuh antara lain penyelesaian hak-hak pihak ketiga pada proses penataan batas, peninjauan kembali rencana tata ruang wilayah (RTRW) dan pemberdayaan masyarakat melalui kemitraan konservasi.

UDC: 181.342

Ulfah Karmila Sari1*, Bina Swasta Sitepu1, Mukhlisi1,

Puji Mulyanto2

(1Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi

Konservasi Sumber Daya Alam; 2Balai Konservasi

Sumber Daya Alam Kalimantan Timur)

Komposisi Floristik dan Karakteristik Tanah di Kawasan Hutan Cagar Alam Muara Kaman Sedulang, Kalimantan Timur

Jurnal WASIAN

Vol.8 No.1, Juni 2021, Hal 59-74

Cagar Alam Muara Kaman Sedulang (CAMKS) di Kalimantan Timur mengalami kerusakan akibat tekanan antropogenik dan kebakaran secara alami. Penelitian ini bertujuan menyediakan informasi komposisi vegetasi dan karakteristik tanah di blok rehabilitasi dan blok perlindungan. Pengumpulan data vegetasi dilakukan dengan membuat petak pengamatan di masing-masing blok dengan luas di blok rehabilitasi 0,36 ha dan di blok perlindungan 0,32 ha. Data karakteristik tanah berupa fisik dan kimia dikumpulkan sebanyak enam sampel tanah tiap blok secara komposit dengan kedalaman antara 0 – 30 cm. Hasil penelitian menunjukkan di blok rehabilitasi terdapat 15 jenis tumbuhan, sedangkan di blok perlindungan terdapat 30 jenis. Grafik sebaran diamater menunjukkan terjadi proses regenerasi setelah beberapa periode kerusakan ekosistem. Indeks keanekaragaman di blok rehabilitasi termasuk rendah (semai : 1,45; pancang : 1,52; pohon : 1,73) sedangkan di blok perlindungan termasuk rendah sampai sedang (semai : 1,96: pancang : 2,22: pohon : 1,90). Berdasarkan besarnya indeks nilai penting setiap jenis, blok rehabilitasi didominasi Mallotus sumatranus, sedangkan Lagerstroemia speciosa mendominasi di blok perlindungan. Kehadiran Lepisanthes alata di seluruh petak pengamatan di kedua blok menunjukkan kesesuaian jenis ini pada berbagai kondisi habitat. Tipe tanah di CAMKS adalah endoaquepts dystrudepts dengan tekstur tanah lempung liat berdebu dan pH yang bersifat asam.

(11)

VOL. 8 No.1, JUNE 2020 e-ISSN: 2502-5198, p-ISSN:2355-9969

The abstract may be reproduced without permission or charge

UDC: 232.328.1

Hamdan Adma Adinugraha, Erytrina Windyarini, Trie Maria Hasnah, Arif Priyanto, Hendra Firdaus dan Budi Leksono (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan)

The Growth of Calophyllum Inophyllum

Scions Taken from Provenance Seed Stand in Wonogiri, Central Java

Jurnal WASIAN

Vol.8 No.1, June 2021, Page 01-10

This study was conducted to determine the growth response of selected clones in Provenance Seed Stand of C. inophyllum in Wonogiri, Central Java propagated using the grafting method. The research used was arranged in Randomized Completely Design with 22 clones as the parent tree treatments. Each treatment consisted of 5 grafted seedlings and repeated in 4 times. The results showed that the survival percentage of grafted seedlings ranges from 15 – 100 % at 2 months of age, which showed a fairly high variation among the selected clones. Increasing the success of the grafting technique on the C. inophyllum clones still needs to be done so that it can provide vegetative material for clone testing and operational planting. It is important to be conducted in order to produce C. inophyllum stands with high fruit productivity and oil yield.

UDC: 928

Baharinawati W. Hastanti dan S. Agung Sri Raharjo (Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai)

Stakeholder Analysis of Implementation of Social Forestry Program at KPH Telawa, Central Java

Jurnal Wasian

Vol.8 No.1, June 2021, Page 11-14

This study aimed to 1) identified stakeholders and their roles in the implementation of IPHPS, and 2) analyzed the relationships between stakeholders in the implementation of IPHPS. This research was conducted in the KPH Telawa area of Boyolali Regency, Central Java. This research uses a combination of qualitative and quantitative approaches. Data collection was done by observation, interviews, and literature studies. Data were analyzed based on the research objectives at stakeholder analysis conducted by identifying stakeholders and their roles as well as the relationships between them in the implementation of IPHPS. They involved in the implementation of IPHPS at the Telawa KPH included

Perhutani (KPH) Telawa, KTH IPHPS holders (Wonomakmur 1, Wonomakmur 2, Wonolestari 1, and Wonolestari 2) LMDH Participants PHBM, BPKH IX, BPDASHL Pemali Jratun, Field Companion, BDK Kadipaten, Forestry Foundation, NGO Rejo Semut Ireng, PSKL, LHK Office of Central Java Province, BPSKL Jabalnusra, Forest Development Financing Center Public Service Agency (P3H-BLU). Each of the above stakeholders has their respective strengths and interests. This affects the pattern of relations between the stakeholders which in turn will determine the results of the program. A good relationship will support the successful implementation of the program while a bad relationship can hamper the implementation of the program.

UDC: 892.2

Yonky Indrajaya dan Mohamad Siarudin

(Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Agroforestry)

The Business Analysis of Acacia auriculiformis Agroforestry in Batulanteh Forest Management Unit, Sumbawa, West Nusa Tenggara

Jurnal WASIAN

Vol.8 No.1, June 2021, Page 25-36

High pressure from people living surrounding the forest land required the forest managers to invite more participation from the people in managing the forest land. Agroforestry pattern with certain tree species chosen by forest managers together with certain crops preferred by the communities may become the solution for all stakeholders’ interests in a high-pressured forest area. One of the considerations in agroforestry development is economic aspect. This study aims to analyze the financial feasibility of agroforestry pattern auri (Acacia

auriculiformis) and peanut, pigeon pea, and corn in

Batulanteh forest management unit (FMU) in Sumbawa, West Nusa Tenggara. The feasibility assessment criteria used in this study were Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) and Benefit Cost Ratio (BCR). The result of this study showed that agroforestry pattern of auri with paddy, peanut, pigeon pea and corn is financially feasible with the NPV, IRR and BCR values are IDR14.607.837.-, 53 % and 1.51 respectively.

(12)

(Institut Pertanian Bogor)

Growth of Shorea Leprosula Seedlings Prepared in Combo Nursery Technique to Support Mine Reclamation

Jurnal WASIAN

Vol.8 No.1, June 2021, Page 37-46

Combo nursery technique is a technique where seedlings/cuttings of Shorea leprosula, Gliricidia sepium, and Brachiaria decumbens grass were planted in one polybag to support mining reclamation. To reduce competition effects among the three species, optimum media and size of polybag need to be investigated. The objective of this experiment is to analyse the effect of size of polybag and media composition on the growth of S. leprosula, G. sepium, and B. decumbens grass in the combo nursery technique. The experiment used Randomised Complete Design in Factorial with two factors, i.e. media compositions (soil : compost (2 : 1, v/v), (1 : 1, v/v), (1 : 2, v/v), and soil : compost : rice husk (7:3:1, v/v/v); and size of polybag (15 x 20 cm, 20 x 20 cm, dan 25 x 25 cm). Each treatment had four replications, and each replication consisted of four polybags. The results showed no significant interaction effects between the composition of media and the size of polybag; however, media compositions of soil: compost (1:1) and (1:2), and the sizes of polybag 20 x 20 cm and 25 x 25 cm significantly eliminated competition and significantly increased the growth of S. leprosula and the number of tiller of B. decumbens grass.

UDC: 911

Ronald Junedie Aneng, Roland A. Barkey dan Muslim Salam

(Universitas Hasanuddin)

The Potency of Some Wild Edible Mushrooms with Economic Value in Belitong Island, The Province of Bangka Belitung

Jurnal WASIAN

Vol.8 No.1, June 2021, Page 47-58

Bunaken National Park was designation based on the Decree of the Minister of Forestry Number: SK. 734/ Menhut-II/2014. Boundary demarcation process of Bunaken National Park in Mantehage Island was rejected by the community due to land claims in the form of gardens and settlements. This study puposes to answer how the state of land cover and use of the Mantehage

(RaTA). The results indicate that land cover and use consisted of primary mangrove forests, dry land agriculture, mixed gardens, scrub, settlements and roads. Conflict occurred between the community and the Forest Area Boundary Committee for North Minahasa Regency because the community did not understand the boundary demarcation activitiess and regulations that could provide a solution to their land conflict problems. Conflict resolution mechanisms that can be taken is the settlement of third-party rights in boundary demarcation process, review of spatial planning and conservation partnerships.

UDC: 181.342

Ulfah Karmila Sari, Bina Swasta Sitepu, Mukhlisi, Puji Mulyanto

(Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam

Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Timur) Floristic Composition and Soil Characteristics in Muara Kaman Sedulang Nature Reserve, East Kalimantan Jurnal WASIAN

Vol.8 No.1, June 2021, Page 59-74

Muara Kaman Sedulang Nature Reserve in East Kalimantan has been damaged due to anthropogenic activities and natural fires. The study aims to explore the floristic composition and soil characteristics in the rehabilitation and protection block to provide plant species information for the restoration activity. Vegetation data were collected in each block with a purposive random sampling method, in a total of 0,36 ha plot sample in rehabilitation block and 0,32 ha in protection block. Soil characteristics samples for physical and chemical measurement were collected in each plot with a composite technique at the soil surface (0 – 30 cm). There are 15 species recorded in rehabilitation block and 30 species in the protection block. The diameter distribution indicated that there are differences in the regeneration process after periods of destruction on each block. The diversity index in the rehabilitation block is low, while in the protection block is low to middle. Mallotus sumatranus is a dominant species in the rehabilitation block, whereas in the protection block is Lagerstroemia speciosa. Lepisanthes

alata always presents in all research plots indicated

suitability for all type of habitat in the area. Soil type is Endoaquepts Dystrudepts with silt clay loam texture and acid soil.

(13)

PERTUMBUHAN SAMBUNGAN KLON NYAMPLUNG

DARI TEGAKAN BENIH PROVENANS DI WONOGIRI JAWA TENGAH

THE GROWTH OF CALOPHYLLUM INOPHYLLUM

SCIONS TAKEN FROM PROVENANCE SEED STAND IN WONOGIRI, CENTRAL JAVA

1

Hamdan Adma Adinugraha*, Erytrina Windyarini, Trie Maria Hasnah, Arif Priyanto, Hendra Firdaus dan Budi Leksono

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Jalan Palagan Tentara Pelajar Km. 15 Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta

*Email: hamdan_adma@yahoo.co.id

Diterima: 11 Desember 2020; Direvisi: 11 Desember 2020; Disetujui: 5 Februari 2021

ABSTRAK

Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) adalah salah satu jenis yang banyak dikembangkan sebagai sumber bahan bakar nabati, kosmetik dan obat. Hingga saat ini, perbanyakan spesies ini menggunakan metode generatif. Dalam program pemuliaan tanaman hutan, setelah ditemukan pohon plus maka teknik perbanyakan vegetatif harus dikembangkan untuk mempertahankan potensi genetik pohon induknya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui respon pertumbuhan klon-klon terseleksi di Tegakan Benih Provenan nyamplung di Wonogiri menggunakan teknik sambungan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 22 klon sebagai perlakuan. Pada setiap perlakuan terdiri atas 5 sampel bibit sambungan dan diulang sebanyak 4 kali. Hasil pengamatan diperoleh persentase hidup sambungan berkisar 15 – 100 % pada umur 2 bulan yang menunjukkan variasi cukup tinggi antar klon terseleksi. Peningkatan keberhasilan teknik grafting pada klon nyamplung masih perlu dilakukan agar dapat menyediakan materi vegetatif untuk uji klon maupun pertanaman opersional. Hal tersebut penting dilakukan dalam rangka untuk menghasikan tegakan nyamplung dengan produktivitas buah dan rendemen minyak yang tinggi.

Kata kunci: Calophyllum inophyllum, perbanyakan vegetatif, pertumbuhan bibit, persemaian

ABSTRACT

Calophyllum inophyllum L. is one of species that has been identified as a source of oil suitable for biofuel, cosmetics and medicine. Until now, the propagation of this species uses generative methods. In the forest tree breeding program, after a plus tree is selected a vegetative propagation technique must be developed to maintain the genetic potential of the parent tree. This study was conducted to determine the growth response of selected clones in Provenance Seed Stand of C. inophyllum in Wonogiri, Central Java propagated using the grafting method. The research used was arranged in Randomized Completely Design with 22 clones as the parent tree treatments. Each treatment consisted of 5 grafted

Editor: Margaretta Christita, S.Hut., MSc.

Korespondensi penulis: Hamdan Adma Adinugraha *(hamdan_adma@yahoo.co.id)

Kontribusi penulis: HAA: kontributor utama, pelaksana penelitian, pengambilan data, analisis data, konseptor tulisan, menulis draft naskah KTI, submit naskah KTI; EW: kontributor utama, pelaksana penelitian, menulis dan mengoreksi draft naskah KTI; TMH: kontributor utama, pelaksana penelitian, menulis dan mengoreksi draft naskah KTI; AP: kontributor anggota, pelaksana penelitian, memelihara bibit di persemaian; HF: kontributor anggota, pelaksana penelitian, memelihara bibit di persemaian dan BL: kontributor utama, koordinator penelitian, mengoreksi dan mengarahkan analisis data dan penyususunan draft naskah KTI

(14)

seedlings and repeated in 4 times. The results showed that the survival percentage of grafted seedlings ranges from 15 – 100 % at 2 months of age, which showed a fairly high variation among the selected clones. Increasing the success of the grafting technique on the C. inophyllum clones still needs to be done so that it can provide vegetative material for clone testing and operational planting. It is important to be conducted in order to produce C. inophyllum stands with high fruit productivity and oil yield.

Keywords: Calophyllum inophyllum, vegetative propagation, seedling growth, nursery

PENDAHULUAN

Nyamplung atau Callophyllum inophyllum L. merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak diteliti pemanfaatannya. Produk utama tanaman ini adalah buahnya yang diolah untuk menghasilkan minyak untuk bahan bakar nabati. Selain buah nyamplung mengandung zat-zat ekstraktif yang bermanfaat untuk keperluan medis dan kosmetik (Shanmugapriya et al., 2016). Pada tahun 2010 – 2019 telah dihasilkan sumber benih unggul nyamplung pada tingkat populasi (provenan terbaik) dan dimulai tahun 2020 akan ditingkatkan membangun sumber benih unggul pada tingkat individu dari pohon-pohon terseleksi (pohon plus) dengan produktivitas buah dan rendemen minyak yang tinggi (Leksono et al., 2016). Melalui uji klon untuk nyamplung dari populasi (provenan) yang unggul diharapkan akan dihasillkan sumber benih dengan produktivitas yang lebih tinggi. Oleh karena itu dalam rangka penyediaan bahan tanaman untuk pembangunan uji klon nyamplung, dilakukan pengembangan teknik perbanyakan vegetatif yang tepat untuk memperbanyak klon-klon yang sudah terseleksi baik secara makro maupun invitro.

Teknik perbanyakan pada tanaman nyamplung secara vegetatif dapat dilakukan dengan teknik mencangkok, stek pucuk dan kultur jaringan (Danu et al., 2011; Putri & Leksono, 2018; Hasnah et al., 2019). Pembibitan nyamplung dengan teknik sambungan telah dilaporkan Adinugraha et al. (2012) dengan tingkat keberhasilan tumbuh bertunas 64 – 100 %. Bibit hasil penyambungan tersebut bahkan telah ditanam pada plot uji pertanaman vegetatif nyamplung di Cilacap dan menujukkan tingkat pertumbuhan yang baik (Yudohartono & Adinugraha, 2015). Oleh karena itu teknik sambungan ini dipilih sebagai salah satu cara untuk memperbanyak klon-klon nyamplung yang sudah diseleksi (tingkat individu) di Tegakan Benih Provenans (TBP) di Wonogiri, berdasarkan produksi buah dan rendemen minyaknya. Diharapkan dengan metode ini maka dapat disediakan bahan tanaman yang

memiliki keunggulan sifat rendemen minyak tinggi dalam jumlah yang memadai untuk membangun sumber benih dengan kualitas genetik yang lebih tinggi. Salah satu keuntungan penggunaan teknik perbanyakan vegetatif maka sifat genetik pohon induk akan diturunkan pada anakan yang dihasilkan (Hartmann et al., 2010).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan beberapa klon terseleksi pada Tegakan Benih Provenan Nyamplung di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Wonogiri, Jawa Tengah dengan menggunakan teknik sambungan. Dari penelitian ini diharapkan dapat tersedia bibit unggul yang cukup untuk kegiatan pemuliaan lanjutan jenis tersebut dan pengembangan tanaman nyamplung dalam skala operasional, sehingga tidak bertarik kepentingan dengan penggunaan biji (bagian generatif) sebagai sumber bahan bakar nabati, kosmetik dan obat. METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Pengambilan scion dilakukan pada Tegakan Benih Provenan (TBP) nyamplung yang dibangun pada bulan Januari 2012 di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Wonogiri di daerah Alas Ketu Wonogiri, Jawa Tengah. Secara geografis lokasi KHDTK Wonogiri terletak pada 7032’LS – 8015’LS

dan 11004’ BT – 111018’ BT. Klasifikasi iklim menurut

Schmitdt dan Ferguson termasuk tipe iklim C dengan

curah hujan 1.878 mm/tahun, hari hujan terbanyak pada

bulan Januari, menurun mulai bulan Maret, suhu

maksimum berkisar 30 °C – 38 °C dan minimum

berkisar 20 °C – 23 °C, dengan rata-rata kecepatan

angin sedang.

Kegiatan penyambungan dilakukan di persemaian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (BBPPBPTH) yang berlokasi di Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Yogyakarta. Penelitian dilakukan sejak bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2020, dimulai dari kegiatan penyiapan bibit

(15)

rootstock, penyiapan bedengan persemaian, penyiapan bedengan sungkup, pengambilan scion, penyambungan, pemeliharaan dan pengamatan pertumbuhan bibit sambungan di persemaian.

Bahan dan Metode

1. Penyiapan bibit rootstock dilakukan dengan memilih nyamplung yang merupakan hasil penyemaian benih nyamplung hasil koleksi dari Tegakan Benih Provenans di Wonogiri, Jawa Tengah. Benih yang tumbuh selanjutnya disapih ke media campuran tanah dan kompos (3:1) dan dipelihara di persemaian. Bibit yang siap digunakan sebagai tanaman batang bawah/rootstock dipilih yang sehat dan relatif seragam yaitu memiliki ukuran tinggi rata-rata 30 – 40 cm dan diameter batang rata-rata 8 – 10 mm. 2. Penyiapan scion

Penyiapan scion atau tanaman batang atas dilakukan dengan beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut diawali dengan melakukan seleksi klon pada TBP nyamplung di Wonogiri (Gambar 1A). Pemilihan klon dilakukan berdasarkan produksi buah dan rendemen minyak nyamplung pada pohon induk yang dilakukan sebelumnya. Kegiatan

dilanjutkan dengan pengambilan scion berupa ranting-ranting yang sehat dari pohon induk yang sudah diseleksi (Gambar 1B). Pengambilan ranting dari tajuk bagian bawah sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya (Adinugraha et al., 2012). Ranting dipotong dengan ukuran 30 – 40 cm dan dipilih yang berdiameter rata-rata ≤ 1 cm. Daun-daun yang terdapat pada ranting selanjutnya dipotong sebagian dengan menggunakan gunting stek. Ranting-ranting tersebut dikelompokan, diikat dan diberi label sesuai dengan nomor pohon induknya (Gambar 1C). Setiap ikatan ranting selanjutnya disusun di dalam ice box berukuran besar yang telah diisi es batu terlebih dahulu untuk menjaga kelembaban scion selama pengangkutan ke persemaian BBPPBPTH di Yogyakarta. Pelaksanaan kegiatan pengambilan scion di lapangan dan pengangkutan ke persemaian memerlukan waktu sekitar 1 hari, maka scion tetap disimpan dalam es box untuk disambung pada hari berikutnya. Untuk menjaga agar es box tetap lembab, maka dilakukan penggantian es batu yang sudah mencair.

Gambar 1. Pengambilan scion di tegakan benih provenans nyamplung di Wonogiri 3. Pembuatan sambungan

Pembuatan sambungan dilakukan dengan menggunakan teknik top clept graft (Adinugraha et al., 2012) akan tetapi pembuatan sayatan pada rootstock dan scion dilakukan dengan menggunakan gunting khusus untuk menyambung

tanaman. Bibit rootstock dipangkas pada tinggi pangkasan 15 – 20 cm dengan menggunakan gunting tersebut sehingga langsung membentuk sayatan berbentuk baji atau “V” (Gambar 2A). Scion disiapkan agar dapat disambung dengan rootstock dan dipilih yang sesuai dengan ukuran

(16)

diameter batang rootstock. Ranting dipotong menjadi beberapa bagian yang panjangnya 8 – 10 cm atau memiliki sekitar 3 ruas dan dibiarkan terdapat 2 helai daun. Bagian pangkal scion dipotong dengan gunting yang sama sehingga dapat disambung dengan rootstock (Gambar 2B). Bagian sambungan diikat dengan mengguanakan parafilm secara hati-hati agar posisi kambium scion tepat menempel pada kambium rootstock (Gambar 2C). Bibit yang sudah disambung selanjutnya disusun dalam bedengan persemaian yang ditutup dengan sungkup plastik menggunakan kerangka dari bambu, untuk

menjaga kelembaban udara yang tinggi pada bedengan tersebut serta diberi naungan paranet dengan intesitas naungan sekitar 55 %. Pembutan sambungan mulai dari pemotongan bagian tanaman rootstock dan scion sampai menyambungan keduanya dilakukan oleh seorang teknisi yang sudah terampil. Selanjutnya untuk mengikat bagian sambungan dengan parafilm dan menyusun bibit pada bedengan dibantu oleh 2 orang teknisi lainnya, sehingga proses penyambungan scion lebih cepat.

Gambar 2. Pembuatan sambungan klon nyamplung di persemaian 4. Rancangan penelitian

Penelitian ini disusun dengan Rancangan Acak Lengkap menggunakan 22 klon nyamplung sebagai perlakuan. Setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali dan pada masing-masing ulangan terdapat 5 sampel bibit sambungan, sehingga jumlah unit pengamatan seluruhnya terdapat 440 bibit sambungan.

5. Pengambilan data dan analisis data

Kegiatan pengamatan dilakukan pertumbuhan bibit sambungan dilakukan setiap minggu sekali. Data yang diamati meliputi persen tumbuh yang dilakukan dengan menginvetarisasi rasio jumlah bibit sambungan yang tumbuh dengan jumlah sambungan yang dibuat. Penilaian tingkat pertumbuhan sambungan dilakukan dengan

menilai kondisi bibit sambungan dengan skor sebagai berikut:

a. Skor 1 = seluruh bagian scion yang disambung busuk/kering

b. Skor 2 = sebagian scion yang disambung busuk/kering

c. Skor 3 = seluruh bagian scion masih hijau segar akan tetapi belum tumbuh tunas

d. Skor 4 = scion telah menumbuhan tunas baru dari bagain ketiak daun

Data hasil pengamatan selanjutnya dianalisis sidik ragam dengan bantuan program excel untuk melihat variasi pertumbuhan sambungan antar klon nyamplung yang diuji. Analisis dilanjutkan dengan melakukan uji jarak Duncan (Duncan Multiple Range Test/DMRT untuk menentukan klon yang memberikan respon pertumbuhan terbaik.

(17)

8 33 36 42 43 49 55 72 75 112 114 192 193 195 196 217 235 252 315 320 348 393 1 bulan 75 65 30 100 60 100 95 85 90 85 95 90 95 80 65 75 85 95 60 70 80 100 2 bulan 45 30 15 30 20 50 40 30 65 60 100 65 90 70 45 65 75 65 25 30 70 70 0 20 40 60 80 100 120 P er sent a se hid up (%) 6. Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan dilakukan secara rutin setiap hari yang meliputi penyiraman secara hati-hati agar siraman air tidak mengenai bagian sambungan. Kegiatan lainnya adalah pembersihan rumput/gulma yang tumbuh dan pengambilan atau pewiwilan tunas-tunas lateral yang tumbuh pada batang bibit rootstock untuk memacu munculnya tunas-tunas baru pada scion yang disambungkan. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa persentase hidup bibit sambungan sampai umur 2 bulan rata-rata sekitar 52,50 % dan menunjukkan adanya variasi kemampuan tumbuh diantara 22 klon nyamplung yang diuji (Gambar 3). Dari 22 klon yang diuji terdapat 12 klon yang menunjukkan persentase hidup 50 – 100 % dan 10 klon lainnya hanya berkisar 15 – 45 %. Berdasarkan hasill pengamatan sebelumnya pada umur 1 bulan diperoleh persentase hidup rata-rata yang relatif

tinggi yaitu 80,68 %. Dengan demikian selama pengamatan pertumbuhan bibit pada bulan kedua masih terjadi kematian sambungan sekitar 28,18 %. Secara umum adanya variasi pertumbuhan bibit sambungan dapat terjadi karena adanya pengaruh faktor genetik, adanya perbedaan kondisi fisiologis bibit rootstock dan scion serta faktor lingkungan (Mng’omba et al., 2010; Chipojola et al., 2013; Goldschmidt, 2014; Albacete et al., 2015). Pengaruh genetik terhadap keberhasilan tumbuh bibit hasil perbanyakan vegetatif telah dilaporkan oleh banyak peneliti. Beberapa diantaranya adalah penelitian Indrioko et al. (2010) serta Adinugraha & Efendi (2018) pada tanaman jati, Iqbal et al. (2016) pada tanaman apel, Junaidi et al., (2014) pada tanaman karet dan Farsi et al. (2018) pada jenis Juglnas regia.

Gambar 3. Persentase tumbuh bibit sambungan 22 klon nyamplung di persemaian Tabel 1. Analisis sidik ragam skor pertumbuhan klon nyamplung umur 2 bulan di persemaian

Sumber Variasi Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung F Tabel (0,05 - 0,01)

Klon 21 851,27 40,54 3,50 ** 1,72 - 2,14

Galat 66 764,50 11,58

Total 87 1615,77

(18)

Berdasarkan hasil analisis varians pada Tabel 1 diketahui bahwa klon-klon yang diuji menunjukkan variasi persentase hidup sambungan yang signifikan dengan penampilan bibit sambungan pada umur 2 bulan secara umum dapat dilihat pada Gambar 4. Dari hasil pengamatan tersebut kondisi pertumbuhan scionnya dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu seluruh bagian scion mati/kering, sebagian scion mulai mongering/membusuk, kondisi scion masih segar tetapi belum tumbuh tunas dan scion sudah menumbuhkan tunas baru. Menurut Hartmann et al. (2010) kematian bibit sambungan dapat terjadi pada salah satu bagian tanaman atau kedua bagian tanaman yang disambung (rootstock dan scion). Pada penelitian ini pun diperoleh hal sama yang menunjukkan adanya variasi kemampuan tumbuh baik scion maupun rootstock meskipun telah dipilih yang memiliki ukuran panjang

dan diameter relatif sama. Adanya variasi tersebut dimungkinkan karena adanya ketidaksesuaian atau inkompatibilitas antara scion dan rootstock (Mahunu et al., 2013) dan perbedaan kondisi fisiologis scion maupun maupun vigoritas bibit rootstock yang digunakan (Alcaraz-lópez et al., 2010 dan Mng’omba et al., 2010). Selain itu upaya menjaga kesegaran scion sangat penting dilakukan karena dengan berkurangnya kelembaban pada wadah penyimpanan dapat menyebabkan scion menjadi layu/tidak segar. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang menggunakan scion nyamplung dari Yogyakarta sehingga dapat segera disambung di persemaian menunjukkan persentase hidup yang tinggi sampai minggu ke-5 sekitar 64 – 100 % (Adinugraha et al., 2012).

Gambar 4. Sambungan nyamplung tumbuh dalam bedengan sungkup umur 2 bulan Dari Tabel 2 nampak adanya variasi kemampuan

tumbuh sambungan yang cukup tinggi diantara klon-klon yang diuji. Berdasarkan kondisinya terdapat 10 klon diantaranya menujukkan persentase hidup kurang dari 50 % (skor 12,25). Oleh karena itu perlu dilakukan upaya meningkatkan persentase hidup sambungan klon-klon agar memilki skor pertumbuhan rata-rata diatas 15 seperti pada klon nomor 114, 193, 393, 195 dan 348. Hal tersebut dilakukan karena seluruh klon

yang diuji akan digunakan untuk bahan penanaman pada kegiatan pemuliaan tingkat lanjut jenis ini. Berdasarkan hasil penelitian Nurtjahjaningsih et al. (2019) bahwa perkawinan tanaman nyamplung cenderung bersilang luar (outcrossing), maka diharapkan dengan tersedianya jumlah klon yang cukup dapat bersilang antar klon-klon terseleksi tersebut dan dapat menghasilkan buah yang berkualitas.

(19)

Tabel 2. Hasil uji DMRT pertumbuhan sambungan klon nyamplung di persemaian

Nomor

urut Klon

Jumlah bibit sambungan

Jumlah skor Skor rata-rata DMRT Busuk Busuk sebagian Segar Tumbuh tunas 1 114 - - 1 19 79 19,75 a 2 193 2 - 11 7 63 15,75 ab 3 393 6 - 1 13 61 15,25 abc 4 195 5 1 3 11 60 15,00 abcd 5 348 6 - 2 12 60 15,00 abcd 6 75 7 - 1 12 58 14,50 abcde 7 112 2 6 4 8 58 14,50 abcde 8 235 5 - 7 8 58 14,50 abcde 9 217 6 - 5 9 57 14,25 abcde 10 252 7 - 4 9 55 13,75 bcde 11 192 7 - 5 8 54 13,50 bcdef 12 49 10 - 2 8 48 12,00 bcdefg 13 196 11 - 2 7 45 11,25 bcdefg 14 55 12 - - 8 44 11,00 bcdefg 15 8 9 2 7 2 42 10,50 bcdefg 16 320 14 - - 6 38 9,50 cdefg 17 33 14 - 1 5 37 9,25 defg 18 42 13 1 2 4 37 9,25 defg 19 72 14 - 2 4 36 9,00 efg 20 315 14 1 - 5 36 9,00 efg 21 43 16 - - 4 32 8,00 fg 22 36 17 - 1 2 28 7,00 g Jumlah 197 11 61 171

Dalam hal ini upaya yang harus dilakukan untuk mengurangi tingkat kematian bibit hasil sambungan antara lain dengan meningkatkan kompatibilitas sambungan dengan lebih teliti lagi dalam memilih dan menyiapkan scion maupun bibit rootstock yang tepat. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa cara penyimpanan scion dalam es box dengan diberi es batu relatif dapat menjaga kesegaran scion selama 1 – 2 hari rata-rata persentase hidup sambungan yang relatif sama yaitu masing-masing 50 % dan 55 %. Namun demikian akan lebih baik sesegera mungkin dilakukan penyambungan scion, Saefudin & Wardiana (2015) melaporkan bahwa penyimpanan scion 2 – 4 hari menurunkan keberhasilan okulasi pada jenis karet karena kandungan air scion semakin rendah. Suharjo & Hasniati, (2017) juga melaporkan hal yang sama pada jenis tanaman durian dan Jawal (2008) pada jenis alpukat. Adapun untuk bibit rootstock yang digunakan sebaiknya dipilih bibit yang sehat dan menunjukkan pertumbuhan tinggi dan diameter yang relatif seragam. Selain itu kegiatan pemeliharaan bibit hasil sambungan haruas dilakukan dengan tepat dan teratur. Setelah penyambungan bibit diletakkan dalam bedengan sungkup untuk menjaga kelembaban udara yang tinggi. Adanya kelembaban udara yang rendah

dapat menyebabkan scion cepat layu sebelum dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Banyak penelitian melaporkan bahwa faktor musim dan kondisi kelembaban udara, suhu dan intensitas cahaya matahari juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan sambungan (Kumar, 2011; Pudjiono & Adinugraha, 2013; Sivudu et al., 2014).

KESIMPULAN

Hasil sambungan pada klon nyamplung dari Tegakan Benih Provenan di Wonogiri menunjukkan variasi cukup tinggi tehadap tingkat pertumbuhan sambungan antar klon terseleksi. Peningkatan keberhasilan teknik grafting pada klon nyamplung masih perlu dilakukan agar dapat menyediakan materi vegetatif untuk uji klon maupun pertanaman opersional untuk menghasikan tegakan nyamplung dengan produktivitas buah dan rendemen minyak yang tinggi. Upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan ketelitian dalam pemilihan dan penyiapan scion dan bibit rootstock sehingga memiliki keseragaman baik secara fisik maupun kondisi fisiologisnya.

(20)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini merupakan salah satu studi pada kegiatan penelitian Pemuliaan Jenis Kayu Penghasil Energi pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan penelitian ini, terutama untuk Mas Didik Indriatmoko dan Bapak Ponimin yang telah membantu pelaksanaan kegiatan sejak dari pengambilan scion, pembuatan okulasi, pemeliharaan dan pengamatan bibit di persemaian. DAFTAR PUSTAKA

Adinugraha, H. A., & Efendi, A. A. (2018). Pertumbuhan bibit hasil okulasi pada beberapa klon jati dari Gunung Kidul dan Wonogiri. Jurnal Pemuliaan

Tanaman Hutan, 12(1), 13–24.

Adinugraha, H. A., Mahfudz, Muchtiary, E. W., & Huda, S. (2012). Pertumbuhan dan perkembangan tunas pada bibit nyamplung hasil pembiakan dengan teknik sambungan. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan, 6(2), 91–102.

Albacete, A., Martínez-Andújar, C., Martínez-Pérez, A., Thompson, A. J., Dodd, I. C., & Pérez-Alfocea, F. (2015). Unravelling rootstock×scion interactions to improve food security. Journal of Experimental

Botany, 66(8), 2211–2226.

Alcaraz-lópez, C., Martínez-ballesta, M. C., Alcaraz-lópez, C., Muries, B., Mota-cadenas, C., & Carvajal, M. (2010). Physiological aspects of rootstock – scion interactions. Scientia Horticulturae, 127, 112–118. Chipojola, F. M., Mwase, W. F., Kwapata, M. B., Njoloma, J.

P., Bokosi, J. M., & Maliro, M. F. (2013). Effect of tree age , scion source and grafting period on the grafting success of cashew nut (Anacardium

occidentale L .). African Journal of Agricultural, 8(46), 5785–5790.

Danu, Subiakto, A., & Abidin, Z. A. (2011). Pengaruh pohon induk terhadap perakaran stek Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.). Jurnal Hutan Tanaman, 8(1), 41–49.

Farsi, M., Fatahi Moghadam, M. R., Zamani, Z., & Hassani, D. (2018). Effects of Scion Cultivar, Rootstock age and hormonal treatment on minigrafting of persian Walnut. International Journal of Horticultural

Science and Technology, 5(2), 185–197.

Goldschmidt, E. E. (2014). Plant grafting : new mechanisms, evolutionary implications. Frontiers in Plant Archive,

5(December), 1–9.

Hartmann, H. T., Kester, D. E., Davies, F. T., & Geneve, R. . (2010). Plant propagation: principles and practices (7th ed.). New Jersey: Prentice Hall, Upper Saddle River.

Hasnah, T. M., Windyarini, E., & Adinugraha, H.A. (2019). Kemampuan tumbuh stek pucuk Nyamplung menggunakan trubusan dari anakan dan pohon induk.

Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan, 13(1), 19–24.

Indrioko, S., Faridah, E., & Widhianto, A. Y. (2010). Keberhasilan okulasi Jati (Tectona grandis L) hasil eksplorasi di Gunung Kidul. Jurnal Ilmu Kehutanan,

4(2), 87–97.

Iqbal, J., Jan, I., Hamad, S., Shah, A., Iqbal, S., Khan, S., Karim, W. (2016). Effect of scion on grafting success and other characteristics of apple fruit.

American-Eurasian Journal of Agriculture and Environmental Science, 16(4), 663–665.

Jawal, M. A. S. (2008). Pengaruh lama penyimpanan entris terhadap keberhasilan sambung pucuk beberapa varietas avokad. Jurnal Hortikultura, 18(4), 402–408. Junaidi, Atminingsih, & Siagian, N. (2014). Pengaruh jenis mata entres dan klon terhadap keberhasilan okulasi dan pertumbuhan tunas pada okulasi hijau di polibeg.

Junal Penelitian Karet, 32(1), 21–30.

Kumar, G. N. M. (2011). Propagation of Plants by Grafting

and Budding. Washington: Washington State University Extension.

Leksono, B., Windyarini, E., & Hasnah, T. M. (2016). Growth, flowering, fruiting and biofuel content of Calophyllum inophyllum in provenance seed stand. In

The Third International Conference of Indonesia Forestry Researchers (The 3rd INAFOR). Bogor,

Indonesia.: Forestry Research, Development and Inovation Agency.

Mahunu, G. K., Osei-Kwarteng, M., & Quainoo, A. K. (2013). Dynamics of graft formation in fruit trees : a review. Albanian Journal of Agricultural Science,

12(2), 177–180.

Mng’omba, S. A., Akinnifesi, F. K., Sileshi, G., & Ajayi, O. C. (2010). Rootstock growth and development for increased graft success of mango (Mangifera indica) in the nursery. African Journal of Biotechnology,

9(9), 1317–1324.

Nurtjahjaningsih, I. L. G., Sulistyawati, P., & Rimbawanto, A. (2019). Sruktur genetik pohon induk Calophyllum

inophyllum di tegakan benih provenan berdasarkan

penanda simple sequence repeats. Jurnal Pemuliaan

Tanaman Hutan, 13(1), 45–51.

Pudjiono, S., & Adinugraha, H. A. (2013). Pengaruh klon dan waktu okulasi terhadap pertumbuhan dan persentase hidup okulasi jati. Wana Benih, 14(3), 103–108. Putri, A. I., & Leksono, B. (2018). In Vitro Growth of

Nyamplung (Callophylum inophyllum): The Future Generation Biofule Plants. In ICUE 2018 on Green

Energy for Sustainable Development (pp. 1–6).

Thavorn Palm Beach Resort Karon, Phuket, Thailand. Saefudin, S., & Wardiana, E. (2015). Pengaruh periode dan media penyimpanan entres terhadap keberhasilan okulasi hijau dan kandungan air entres pada tanaman karet. Jurnal Tanaman Industri Dan Penyegar, 2(1), 13-20

(21)

Shanmugapriya, Chen, Y., Kanwar, J. R., & Sasidharan, S. (2016). Effects of Calophyllum inophyllum fruit extract on the proliferation and morphological characteristics of human breast cancer cells MCF-7.

Asian Pacific Journal of Tropical Disease, 6(4), 291–

297.

Sivudu, B. V, Reddy, M. L. N., Baburatan, P., & Dorajeerao, A. V. D. (2014). Effect of structural conditions on veneer grafting success and survival of mango grafts (Mangifera indica cv . Banganpallli), 14(1), 71–75. Suharjo, & Hasniati. (2017). Optimisation of scion to increase

the success of grafting in durian tree. International

Journal Journal of Innovative Science, Engineering and Technology, 4(8), 184–189.

Yudohartono, T. P., & Adinugraha, H. (2015). Pembangunan plot uji pertanaman Nyamplung hasil sambungan di Cilacap, Jawa Tengah. Informasi Teknis, 13(1), 25– 34.

(22)

ANALISIS PARA PIHAK PADA IMPLEMENTASI PROGRAM PERHUTANAN SOSIAL

DI KPH TELAWA, JAWA TENGAH

STAKEHOLDER ANALYSIS OF IMPLEMENTATION OF SOCIAL FORESTRY

1

PROGRAM

AT KPH TELAWA, CENTRAL JAVA

Baharinawati W. Hastanti* dan S. Agung Sri Raharjo

Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Jl. Ahmad Yani – Pabelan Po Box 295, Surakarta 57105

*Email: baharina_06@yahoo.co.id

Diterima: 26 November 2020; Direvisi: 5 Februari 2021; Disetujui: 17 Juni 2021

ABSTRAK

Perhutanan Sosial di Pulau Jawa atau yang dikenal dengan nama IPHPS (Ijin Pemanfaatan Perhutanan Sosial) adalah bagian dari reforma agraria sektor kehutanan yang diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan tenurial dan perbaikan tata kelola hutan. Keberhasilan implementasi program ini tidak lepas dari peran para pihak yang terlibat. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengidentifikasi para pihak dan peranannya pada implementasi IPHPS, dan 2) menganalisis hubungan antar para pihak pada implementasi IPHPS. Penelitian ini dilakukan di areal KPH Telawa Kabupaten Boyolali Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan perpaduan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan untuk mengidentifikasi para pihak dan perannya dalam implementasi IPHPS. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menilai pengaruh dan kepentingan para pihak yang terlibat dalam implementasi IPHPS. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan studi literatur. Data dianalisis berdasarkan tujuan penelitian berupa analisis para pihak yang dilakukan dengan cara mengidentifikasi para pihak dan peranannya serta hubungan antar para pihak dalam implementasi IPHPS. Para pihak yang terlibat dalam impementasi IPHPS di KPH Telawa antara lain Perhutani (KPH) Telawa, KTH pemegang IPHPS (Wonomakmur 1, Wonomakmur 2, Wonolestari 1, dan Wonolestari 2) LMDH Peserta PHBM, BPKH IX, BPDASHL Pemali Jratun, Pendamping Lapangan, BDK Kadipaten, Yayasan Kehutanan, LSM Rejo Semut Ireng, PSKL, Dinas LHK Provinsi Jateng, BPSKL Jabalnusra, Pusat Pembiayaan Pembangunan Hutan Badan Layanan Umum (P3H-BLU). Masing-masing para pihak tersebut di atas memiliki kekuatan dan kepentingan masing-masing. Hal tersebut mempengaruhi pola hubungan antar para pihak yang pada gilirannya akan menentukan hasil program. Hubungan yang baik akan mendukung kesuksesan implementasi program sementara hubungan yang buruk dapat menghambat implementasi program.

Kata kunci: analisis, para pihak, implementasi, perhutanan sosial

ABSTRACT

Social Forestry at Java island or known as IPHPS (Permit for the Utilization of Social Forestry) is part of the agrarian reform of the forestry sector which expected to solve tenurial problems and improve forest governance. The successful implementation of this program could not be separated of the roles of stakeholder involved. This study aimed to 1) identified stakeholders and their roles in the implementation of IPHPS, and 2) analyzed the relationships between stakeholders in the implementation of IPHPS. This research was conducted in the KPH Telawa area of Boyolali Regency, Central Java. This research uses a combination of qualitative and quantitative approaches. Data collection was done by observation, interviews, and literature studies. Data were analyzed based on the research objectives at stakeholder analysis conducted by identifying stakeholders and their roles as well as the relationships between them in the implementation of IPHPS. They involved in the implementation of IPHPS at the Telawa KPH

Editor: Margaretta Christita, S.Hut, M.Sc

Korespondesi penulis: Baharinawati W. Hastanti* (baharina_06@yahoo.co.id)

Kontribusi penulis: BWH: kontributor utama, pelaksana penelitian dan pengambilan data, konseptor tulisan, analisis data, menulis draft naskah KTI, Submit naskah KTI; SAS: kontributor anggota, pengambilan data, memberi masukan draft naskah KTI

(23)

included Perhutani (KPH) Telawa, KTH IPHPS holders (Wonomakmur 1, Wonomakmur 2, Wonolestari 1, and Wonolestari 2) LMDH Participants PHBM, BPKH IX, BPDASHL Pemali Jratun, Field Companion, BDK Kadipaten, Forestry Foundation, NGO Rejo Semut Ireng, PSKL, LHK Office of Central Java Province, BPSKL Jabalnusra, Forest Development Financing Center Public Service Agency (P3H-BLU). Each of the above stakeholders has their respective strengths and interests. This affects the pattern of relations between the stakeholders which in turn will determine the results of the program. A good relationship will support the successful implementation of the program while a bad relationship can hamper the implementation of the program.

Keywords: analysis, stakeholders, implementation, social forestry PENDAHULUAN

Perhutanan Sosial di Pulau Jawa diatur dengan

Peraturan Menteri LHK No.

39/MenLHK/Setjen/Kum.1/6 2017 tentang Perhutanan Sosial di Wilayah Kerja Perum Perhutani. Setelah adanya UUCK (Undang-undang Cipta Kerja) peraturan menteri tersebut dicabut. Pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan dan merancang Peraturan Menteri LHK tentang Pengelolaan Perhutanan Sosial. Program Perhutanan Sosial ini merupakan Reforma Agraria Sektor Kehutanan dan diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan ketimpangan tenurial dan perbaikan tata kelola hutan. Oleh sebab itu Reforma Agraria, menurut Raharjo et al. ( 2020), harus dipandang sebagai reforma asset dan reforma akses, sebab reforma asset adalah redistribusi atau pembagian lahan di kawasan hutan kepada masyarakat sebagai hak milik. Redistribusi lahan dengan skema Perhutanan Sosial berupa pemberian ijin pengelolaan hutan kepada masyarakat untuk mengelola kawasan hutan melalui skema Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Kemasyarakatan, Hutan Desa, Kemitraan, dan Hutan Adat (Nurfatriani & Alviya, 2019; Murti, 2018). Perhutanan Sosial dan Pengakuan Perlindungan Kemitraan Kehutanan termasuk pada skema Kemitraan. Raharjo, et al. ( 2020) juga mengatakan bahwa hal yang berbeda pada Perhutanan Sosial versi baru ini adalah adanya reforma akses yang memberikan kesempatan pada masyarakat penerima aset untuk mendapatkan akses berupa faktor pendukung kesejahteraan berupa penguatan kelembagaan, peningkatan kapasitas masyarakat, pemupukan modal usaha, penguasaan teknologi serta perluasan jaringan pemasaran. Setelah UUCK diterbitkan, Perhutanan Sosial di Pulau Jawa yang dulunya dikenal dengan IPHPS (Ijin Pemanfaatan Hutan Perhutanan Sosial) tidak ada lagi. Penyebutan IPHPS disamakan dengan program Perhutanan Sosial di luar Pulau Jawa. Sebenarnya kegiatannya masih sama, yaitu program Kemitraan Kehutanan antara Perhutani dengan masyarakat sekitar hutan.

Pulau Jawa dengan tutupan kawasan hutan kurang dari 30 % hanya memungkinkan penerapan Kemitraan Kehutanan dan tidak memungkinkan penerapan TORA (Tanah Obyek Reforma Agraria), karena menurut UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, idealnya dalam suatu daerah atau kesatuan DAS mensyaratkan tutupan lahan lebih dari 30 %. Sebagai implementasi Reforma Agraria dengan skema Perhutanan Sosial di Pulau Jawa, Presiden menyerahkan SK IPHPS kepada 4 Kelompok Tani Hutan (KTH) di areal kerja KPH Telawa, Kabupaten Boyolali untuk mewujudkan pemerataan ekonomi melalui akses kelola masyarakat terhadap hutan (Andani, 2019). Setelah hampir tiga tahun pelaksanaan IPHPS di areal KPH Telawa, progress kegiatan berjalan lambat dan menemui banyak kendala sehingga sejauh ini petani belum bebas mengelola lahan yang didistribusikan melalui IPHPS. Kendala-kendala yang dihadapi antara lain: 1) Kekurangpahaman pemegang IPHPS terhadap hak dan kewajibannya, karena belum adanya sosialisasi menyeluruh dan terpadu tentang IPHPS, 2) Masih tumpang tindihnya areal kerja IPHPS dan PHBM serta belum jelasnya batas-batas lahan garapan antar petani IPHPS maupun peserta PHBM sehingga berpotensi menimbulkan konflik, 3) Belum adanya petunjuk teknis yang dijadikan standar operasi kegiatan-kegiatan IPHPS, 4) Belum adanya sinkronisasi dan kordinasi antar pihak terkait dalam pelaksanaan IPHPS karena belum adanya sistem data informasi terpadu tentang kegiatan-kegiatan IPHPS, 5) Adanya kepentingan politik maupun kepentingan ekonomi pihak-pihak luar terhadap IPHPS (Hastanti et al., 2019).

Keberhasilan maupun kegagalan suatu program pembangunan tidak lepas dari peran para pihak yang terlibat dalam program tersebut. Para pihak merupakan kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan. Para pihak memiliki kekuasaan dan kepentingan langsung atau tidak langsung terhadap lembaga, organisasi atau kelompoknya (Martin & Winarno, 2010; Yeny et al., 2018). Selama ini program seringkali mengandalkan peran pemerintah,

Gambar

Gambar 1. Pengambilan scion di tegakan benih provenans nyamplung di Wonogiri  3.  Pembuatan sambungan
Gambar 2. Pembuatan sambungan klon nyamplung di persemaian  4.  Rancangan penelitian
Gambar 3. Persentase tumbuh bibit sambungan 22 klon nyamplung di persemaian  Tabel 1. Analisis sidik ragam skor pertumbuhan klon nyamplung umur 2 bulan di persemaian
Gambar 4. Sambungan nyamplung tumbuh dalam bedengan sungkup umur 2 bulan  Dari  Tabel  2  nampak  adanya  variasi  kemampuan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penyelenggaraan reforma agraria di Indonesia dalam naungan pemerintahan Joko Widodo perlu menyiapkan sebuah lembaga baru untuk membantu percepatan.. perhutanan sosial

Kerangka kerja ini menunjukkan bagaimana, dalam konteks yang berbeda, penghidupan yang berkelanjutan dapat dicapai melalui akses ke berbagai sumber strategi

Sosial Reforma Agraria Perhutanan Sosial Pendidikan dan Pelatihan Vokasi Berbasis Kerja Sama Industri Penguatan Pendidikan Tinggi Berkualitas Peningkatan Kapabilitas Iptek

Setelah itu wilayah hutan semakin ramai, meskipun masih di bawah naungan perhutani tapi tanah-tanah telah ditumbuhi tanaman warga, masyarakat telah diakui sebagai Warga Desa

Mengingat bahwa klaim hak secara alamiah terjadi karena ada orang atau pihak lain, maka legitimasi sebuah klaim mencakup adanya pengakuan dari pihak lain atas dasar bukti

Dengan model rancangan arsitektur enterprise yang digunakan dalam makalah ini sepenuhnya mengadopsi pada penerapan TOGAF ADM sebagai salah satu metode yang bisa digunakan

Illegal fishing yang terjadi di wilayah yuridiksi Indonesia merupakan pelanggaran kedaulatan yang dilakukan oleh pihak asing, adapun pelaku pencurian ikan tersebut sebagai

Guna mendukung percepatan pengelolaan hutan oleh masyarakat, KLHK mengeluarkan Peta Indikatif Perhutanan Sosial (PIAPS), yang menunjukkan lokasi- lokasi perhutanan sosial seluas