• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GI DALAM PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GI DALAM PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GI DALAM PENDEKATAN

SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA

Ni Nyoman Oka Budi Sriani

1

, I Nengah Suadnyana

2

, Komang Ngurah Wiyasa

3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja Indonesia

e-mail: ninyomanokabudisriani@yahoo.com1, suadnyananengah@gmail.com2,

komang.wiyasa@yahoo.com 3 Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IVB SD Negeri 29 Pemecutan melalui penerapan model pembelajaran (Group Investigation)GI dalam pendekatan saintifik. Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IVB SD Negeri 29 Pemecutan tahun ajaran 2015/2016, sebanyak 43 siswa. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode tes. Metode tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar IPA, tes yang digunakan adalah tes objektif Pilihan Ganda Biasa (PGB). Data yang didapatkan dari metode tes dianalisis dengan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai hasil belajar IPA siswa pada siklus I yaitu 46,51% atau 20 dari 43 siswa mendapat nilai ≥ 3,51 (A-). Pada siklus II nilai hasil belajar IPA siswa mencapai 76,74% atau 33 siswa dari 43 siswa mendapat nilai ≥ 3,51 (A-). Nilai hasil belajar IPA siswa meningkat dari siklus I ke siklus II = 30,23%. Dengan demikian dapat disimpulkan penerapan model pembelajaran (Group Investigation)GI dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada tema Cita-citaku siswa kelas IVB SD Negeri 29 Pemecutan tahun ajaran 2015/2016.

Kata kunci : model pembelajaran GI, pendekatan saintifik, hasil belajar IPA.

Abstract

This study was aimed to improvethe fourth grade students of SD Negeri 29 Pemecutanachievement in learning Natural Science, or “IPA” school subject, through the implementation of “Group Investigation”, a learning model in the Scientific Approach. This study is a classroom action research which was implemented into two cycles, and consisted of 43 students of the fourth grade students of SD Negeri 29 Pemecutan in the academic year of 2015/2016 as the subject of the study. The data of this study was obtained through Natural Science or “IPA” tests in the form of objective multiple choice test. The data was than analyzed descriptively by using quantitative descriptive analysis method. The result of this study shows that the students’ achievementon Natural Science, or “IPA” school subject in the first cycle was 46.51%, or from the total number of 43 students,20 students got score ≥ 3.51 (A-). On the second cycle the students’ achievement was 76.74%, or 33 students from the total number 43 students got the score ≥3.51 (A-). The two findings above, show an improvement of 30.23% from cycle 1 to cycle 2.Based on the description above, it can be concluded that the implementation of Group Investigation learning model could improve the fourth grade students’, achievement on “IPA” or Natural Science subject

(2)

of learning on the theme of “my future intention”, especially those who sit in class IVB of SD Negeri 29 Pemecutan in the academic year of 2015/2016.

Key Words: group investigation teaching and learning model, scientific approach,

natural science school subject achievement.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam pembangunan bangsa. Karakter bangsa tak pelak menjadi cerminan kualitas pendidikan suatu negara. Pendidikan yang baik tidak hanya memenuhi standar kurikulum semata, namun lebih jauh ialah pemenuhan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan profesionalisme pendidik. Sebab dalam sebuah sistem pendidikan masing-masing komponen kurikulum, sistem pendidikan, tenaga pendidik termasuk peserta didik hendaklah saling mendukung guna mencapai tujuan pendidikan. Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara dinyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar yang berlangsung seumur hidup” (dalam Heri 2010 :147).Pendidikan di Indonesia pada umunya selalu mengalami perubahan yang

sangat dinamis sesuai dengan

perkembangan zaman. Pada jenjang pendidikan sekolah dasar seperti saat ini dapat kita rasakan bersama bahwa sistem pembelajaran tidak terpusat lagi pada guru

(Teacher center) melainkan lebih didominasi oleh siswa (student center).

Pendidikan sekolah dasar

merupakan jenjang pendidikan yang berperan penting dalam membentuk keterampilan serta kemampuan dasar peserta didik dalam berbagai aspek pengatahuan, dan menjadi bagian dari proses dimulainya seseorang dalam menempuh dunia pendidikan. Dikemukakan oleh Mikarsa, dkk bahwa “pendidikan sekolah dasar dimaksudkan sebagai proses pengembangan kemampuan yang paling mendasar setiap siswa, dimana setiap siswa belajar secara aktif karena adanya dorongan dalam diri dan adanya suasana yang memberikan kemudahan (kondusif) bagi perkembangan dirinya secara optimal”

(dalam Ahmad Susanto 2013 : 70). Menyadari begitu pentingnya pendidikan sekolah dasar bagi peserta didik, pemerintah telah berupaya untuk megembangkan sistem pembelajaran yang ideal, khususnya dalam pendidikan di sekolah dasar. Salah satu usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah adalah dengan

melakukan pengembangan serta

penyempurnaan pada kurikulum

pembelajaran.

Kurikulum merupakan acuan dasar dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah yang menjadi tolak ukur tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP, 2006) (dalam Daryanto 2014 : 1) ”kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai

tujuan pendidikan tertentu”.

Penyempurnaan kurikulum terus dilakukan pemerintah agar kualitas pendidikan bisa lebih maju, salah satunya serentetan rangkaian penyempurnaan terhadap kurikulum yang telah dirintis tahun 2004 yang berbasis kompetensi lalu di teruskan dengan kurikulum 2006 (KTSP) dan sekarang diterapkannya kurikulum 2013. Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan dan pengetahuan melalui sebuah pendekatan saintifik.

Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah yaitu melalui tahapan-tahapam mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan

(3)

berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimopulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan, bahwa informasi bisa berasal dari berbagai sumber, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.

Penerapan pendekatan saintifik merupakan salah satu cara pembaharuan yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas tersebut khusunya dalam bidang pendidikan. Untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas merupakan tugas seorang pendidik yang sangat berat, mengingat peserta didik saat ini cenderung lebih senang bermain daripada belajar oleh karena itu peran guru sangatlah berpengaruh terhadap pendidikan yang ada. Seorang guru harus memiliki

kecakapan keterampilan, serta

pengetahuan yang luas agar dapat melaksanakan proses pembelajaran yang ada dan nantinya peserta didik akan termotivasi untuk belajar. Proses pembelajaran dipengaruhi oleh faktor intrinsik dari siswa serta faktor ekstrinsik yang dipengaruhi dari dalam maupun dari luar lingkungan sekolah yang termasuk di

dalamnya peran guru serta

model/pendekatan ataupun metode yang digunakan. Pendidikan di jenjang sekolah dasar terdiri atas beberapa mata pelajaran salah satunya adalah mata pelajaran IPA.

Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang Sekolah Dasar. Menurut Samatowa (2010:3), ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science dapat disebut sebagai ilmu tentang alam atau ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. IPA membahas gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia.

Menurut Susanto (2014:167), pembelajaran sains yang sisefinisikan

sebagai Ilmu Pengetahuan Alam, dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu ilmu pengetahuan alam sebagai produk, proses dan sikap. IPA sebagai produk adalah kumpulan hasil kegiatan dari para ahli saintis sejak berabad-abad, yang menghasilkan berupa fakta, data, konsep, prinsip, dan teori-teori. Jadi hasil yang berupa fakta yaitu dari kegiatan empiric (berdasarkan fakta), sedangkan data, konsep, prinsip dan teori dalam IPA merupakan hasil kegiatan analitik. IPA sebagai proses adalah strategi atau cara yang dilakukan para ahli saintis dalam menemukan berbagai hal tersebut sebagai implikasi adanya temuan-temuan tentang kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa alam. Jadi dalam prosesnya kita bisa berfikir dalam memecahkan suatu masalah yang ada di lingkungan.

Melalui proses ini kita bisa mendapatkan temuan-temuan ilmiah, dan perwujudannya berupa kegiatan ilmiah yang disebut penyelidikan ilmiah. IPA sebagai sikap, maksudnya adalah dalam proses IPA mengandung cara kerja, sikap dan cara berpikir. Dalam memecahkan masalah atau persoalan, seorang ilmuan berusaha mengambil sikap tertentu yang memungkin usaha mencapai hasil yang diharapkan. Sikap ini dinamakan sikap ilmiah. Selanjutnya Trianto (2010:169), menjelaskan sikap ilmiah itu dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan siswa dalam pembelajaran IPA pada saat diskusi, percobaan, simulasi, dan kegiatan proyek di lapangan sehingga dapat mengembangkan sikap ilmuwan pada siswa seperti sikap ingin tahu, sikap kerja sama, mawas diri, bertanggung jawab, dan kedisiplinan diri. Piaget mengemukakan bahwa siswa sekolah dasar yang berusia antara 7 sampai 12 tahun masuk dalam periode operasional konkret. Periode ini tidak hanya memungkinkan anak memecahkan masalah khusus tetapi juga belajar untuk mempelajari keterampilan kecaakapan berpikir logis yang membantu mereka memaknai pengalamannya. Berkaitan dengan tujuan pembelajaran IPA, maka pada siswa sekolah dasar harus diberikan

(4)

pengalaman serta kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan bersikap terhadap alam. Dalam proses pembelajaran IPA, guru dapat dengan tepat memilih serta mengimplementasikan model pembelajaran agar dapat membuat siswa bersemangat untuk mengikuti proses pembelajaran IPA.

Berdasarkan observasi di SD Negeri 29 Pemecutan khususnya di kelas IVB, guru

masih memfokuskan pelaksanaan

pembelajaran IPA di kelas hanya diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal. Dalam proses pembelajaran, guru menjelaskan materi pembelajaran, siswa mendengarkan, adanya tanya jawab, dan sesekali mencatat penjelasan guru tersebut. Hal ini menyebabkan aktivitas belajar siswa belum optimal padahal tujuan pembelajaran IPA adalah menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA melalui pengamatan, diskusi, dan penyelidikan sederhana, mengembangkan pengetahuan konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari. Guru belum sepenuhnya

melaksanankan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam mengkontruksi pengetahuan yang sudah dimilikinya untuk mempelajari suatu pengetahuan yang baru. Hal ini menyebabkan pembelajaran IPA cenderung membosankan karenan pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga motivasi belajar siswa terhadap konsep baru yang dipelajari menjadi berkurang yang akan berdampak pada hasil belajar yang kurang optimal.

Berdasarkan hasil ulangan semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 pada aspek kognitif,adapun hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas IVB yang diperoleh dari nilai rekap rapot semester I, dari siswa yang berjumlah 43, sebanyak 5 siswa mendapat nilai C , 22 siswa mendapat nilai B-, 9 siswa mendapat nilai B , dan 7 orang mendapat nilai A- . Mencermati berbagai permasalahan dan realitas belajar sebagaimana diuraikan tersebut, dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas memerlukan suatu solusi dengan

menggunakan pembelajaran yang disusun secara sistematis dan dapat meningkatkan pemahaman konsep untuk dijadikan

pedoman dalam melaksanakan

pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Kelas yang hidup adalah kelas yang mampu memberdayakan siswa dengan segala kreatifitas dan efektifitas belajarnya untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.

Salah satu kemasan pembelajaran yang dapat membuat pembelajaran menarik dan efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa secara maksimal adalah model pembelajaran Group Investigation (GI).

Model pembelajaran Group Investigation (GI) menitikberatkan pada

interaksi siswa, pemecahan masalah, dan

siswa aktif dalam membangun

pengetahuannya sendiri. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki

kemampuan yang baik dalam

berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (Kurniasih, Sani:2015).

Menurut Kurniasih, Sani (2015:72) model pembelajaran Group Investigation (GI) memiliki tiga konsep utama yaitu, penelitian, pengetahuan, dan dinamika kelompok. Penelitian disini adalah proses siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung.

Sedangkan dinamika kelompok

menunjukkan suasana yang

menggambarkan interaksi dalam kelompok yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melalui proses saling berargumentasi.

Terkait dengan permasalahan tersebut, maka dilakukan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul ”Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation (GI) dalam Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IVB SD Negeri 29 Pemecutan Tahun Ajaran 2015/2016”.

(5)

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang dirancang untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, yang terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan / observasi dan refleksi. Setiap siklus terdiri dari tiga pertemuan, dua kali pelaksanaan pembelajaran dan satu kali untuk tes akhir siklus.

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 29 Pemecutan yang beralamat di jalan Gunung Agung Kecamatan Denpasar Utara. Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IVB SD Negeri 29 Pemecutan tahun ajaran 2015/2016. Siswa kelas IVB ini berjumlah 43 orang yang terdiri dari 20 siswa perempuan dan 23 siswa laki-laki, kelas ini dipilih sebagai subjek penelitian karena mengalami permasalahan dalam hal hasil belajar IPA. Sementara objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA siswa kelas IVB SD Negeri 29 Pemecutan dengan penerapan model pembelajaran (Group

Investigation) GI dalam pendekatan saintifik.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data mengenai hasil belajar IPA siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes untuk hasil belajar IPA.Instrumen tes objektif berupa pilihan ganda biasa digunakan untuk mengukur hasil belajar IPA siswa.

Uji validitas isi dilakukan dengan cara menyesuaikan butir tes dengan cara menyesusikan butir tes dengan indikator, kompetensi dasar dan kompetensi inti. Validitas isi dilakukan dengan cara membuat kisi-kisi soal dan uji validitas isi juga dilakukan dengan mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing dan guru kelas IVB SD Negeri 29 Pemecutan.

Dalam menganalisi data digunakan metodeanalisis statistik deskriptif dan analisis statistik deskriptif kuantitatif. Setelah data dalam penelitian ini terkumpul, maka selanjutnya dilakukan analisi data. Analisis data ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil

belajar IPA siswa kelas IVB. Adapun langkah-langkah untuk menentukan hasil belajar IPA siswa yaitu sebagai berikut.(1) Setelah diperoleh skor hasil belajar IPA , maka ditentukan nilai masing – masing siswa dengan rumus :

Nilai =

𝑆𝑘𝑜𝑟𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛

𝑆𝑘𝑜𝑟𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

× 4

(Permendikbud 104 Tahun 2014)

(2) Menentukan nilai rata – rata kelas dengan menggunakan rumus sebagai berikut.M = ∑fx

N

( Agung , 2014 : 143) Keterangan :

M = Mean ( rata – rata)

Ʃfx = Jumlah nilai seluruh siswa N = jumlah individu

(3) menghitung median menggunakan rumus 𝑀𝑑𝑛 = 𝑢 − ( 1 2𝑁 − 𝐹𝑘𝑎 𝑓𝑖 ) (Sudijono, 2010 : 143) Keterangan : Mdn= median

u = upper limit ( batas atas nyata dari interval yang mengandung median N = Banyaknya data/jumlah sampel Fka = Frekuensi kumulatif yang terletak

diatas interval yang mengandung median

Fkb = Frekuensi kumulatif yang terletak

dibawah interval yangmengandung median

fi = frekuensi kelas median

(4) mencari modus data tunggal dapat dilakukan dengan mencari skor yang memiliki frekuensi yang paling banyak. Skor yang memiliki frekuensi yang paling banyak itulah yang disebut modus. (5) setelah nilai akhir didapatkan, maka hasilnya di konvensikan ke dalam tabel konvensi seperti berikut.

(6)

Skor Penguasaan Kompetensi Pengetahuan

Skor

Siswa Huruf Predikat

3,85 – 4,00 A SB (Sangat Baik) 3,51 – 3,84 A- 3,18 – 3,50 B+ B (Baik) 2,85 – 3,17 B 2,51 – 2,84 B- 2,18 – 2,50 C+ C (Cukup) 1,85 – 2,17 C 1,51 – 1,84 C- 1,18 – 1,50 D K (Kurang) 1,00 – 1,17 D

(Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014:23) (6) selanjutnya data disajikan ke dalam grafik poligon

Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis dengan analisis statistik deskriptif dananalisis deskriptif kuantitatif. Prosedur

penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sampai tercapainya indikator keberhasilan yaitu untuk hasil belajar IPA 75% dari 43 siswa mendapatkan nilai ≥ 3,51 (A-).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data mengenai hasil belajar IPA dengan penerapan model pembelajaran (Group Investigation) GI dalam pendekatan saintifik pada tema Cita-citaku. Selanjutnya data yang telah dikumpulkan dianalisis sesuai dengan teknik analisi data yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dari data hasil belajar IPA pada siklus I yang telah dianalisis bahwa hanya 20 siswa yang mendapat nilai ≥ 3,51 (A-).

Berdasarkan hasil analisis tersebut, diperoleh data hasil belajar IPA siswa kelas IVB SD Negeri 29 Pemecutan sebagai berikut.

Tabel Rekapitulasi Nilai pada Siklus I

Kriteria

Hasil

Keterangan

Hasil Belajar IPA

a. Persentase nilai B-

b. Persentase nilai B

c. Persentase nilai B+

d. Persentase nilai A-

0,86 %

7,74 %

1,29 %

46,51 %

46,51 % dari 43 siswa

telah mencapai nilai

minimal A-

Berdasarkan perolehan data hasil belajar IPA pada siklus I tersebut belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan, maka penelitian ini perlu dilanjutkan ke siklus II dengan melakukan

beberapa penyempurnaan untuk

memperoleh hasil yang lebih optimal dan indikator keberhasilan tercapai.

Pada siklus II ini mengacu pada hasil refleksi siklus I bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran melalui

Penerapan model pembelajaran (Group

Investigation) GI dalam pendekatan saintifik. Hasil penelitian siklus II dapat

dipaparkan sebagai berikut

Data rekapitulasi nilai hasil belajar IPA siswa kelas IVB SD Negeri 29 Pemecutan siklus I dan siklus II juga dapat dilihat pada grafik sebagai berikut

(7)

Tabel Rekapitulasi Hasil Belajar IPA Siswa

Data

Pra Siklus

(%)

Siklus I

(%)

Siklus II

(%)

Peningkatan dari

Siklus I ke Siklus

II

(%)

Persentase

rata-rata nilai hasil

belajar IPA

16,27%

46,51%

76,74%

30,23%

Grafik Rekapitulasi Hasil Belajar IPA Siswa

Berdasarkan data pada grafik, juga meningkat, pada siklus I 46,51% siswa mendapat hasil belajar IPA nilai ≥ 3,51 (A-), di siklus II 76,74% siswa mendapat nilai ≥ 3,51 (A-). Dari siklus I ke siklus II nilai hasil belajar IPA siswa meningkat = 30,23%.

Hasil analisi data hasil belajar IPA pada siklus II sudah memenuhi indikator keberhasilan penelitian yang sudah ditetapkan, maka penelitian ini dihentikan.

PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam siklus ini berdasarkan deskripsi proses dan hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar IPA setelah diterapkannya pembelajaran dengan model pembelajaran GI dalam pendekatan saintifik pada siswa kelas IVB SDN 29 Pemecutan tahun

pelajaran 2015/2016, pada tema Cita-citaku.

Secara umum penelitian yang telah dilakukan sudah dikatakan berhasil dan memenuhi kriteria keberhasilan yang diharapkan.Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh pada siklus I dan siklus II terlihat pencapaian hasil belajar siswa pada muatan materi IPA sudah mengalami peningkatan dari prasiklus.

Adapun data yang diperoleh pada siklus I meliputi data nilai rata-rata Hasil belajar IPA. Adapun persentase nilai hasil belajar IPA pada siklus I yakni 46.51% dimana 3 siswa masih berada pada nilai minimal ketuntasan (2,80) dengan kategori B- , 9 siswa masih berada pada nilai minimal ketuntasan (3,00) dengan kategori B, 11 siswa masih berada pada nilai minimal ketuntasan (3,20) dengan kategori B+ dan 20 siswa sudah berada pada kriteria

0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00%

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Persentase Hasil Belajar IPA

16,27% %

76,74% 46,51%

(8)

ketuntasan minimal pada indikator keberhasilan yaitu 3,51 dengan kategori (A-). Rata-rata hasil belajar IPA ini sudah mengalami peningkatan dari prasiklus yaitu 30,31%..

Meski telah terjadi peningkatan nilai hasil belajar IPA pada siklus I, namun hasil tersebut belum mencapai target indikator keberhasilan. Dari pelaksanaan tindakan yang dilakukan, ditemukan beberapa permasalahan pada siklus 1 yaitu masih kurangnya perhatian siswa dalam mengidentifikasi permasalahan sehingga siswa cenderung mengganggu temannya yang lain. Selain itu proses diskusi yang dilakukan pada tahap berkelompokmasih kurang optimal, hal ini terlihat pada beberapa kelompok masih bekerja secara individu. Kepercayaan diri siswa dalam menyampaikan hasil diskusi di depan kelas perlu ditumbuhkan lagi agar siswa tidak merasa takut dan malu untuk berbicara di hadapan teman-teman di kelas.

Berdasarkan kendala-kendala yang dihadapi pada siklus 1, maka dilakukan refleksi pada pelaksanaan siklus II. Pada pelaksanaan tindakan siklus selanjutnya, penerapan model pembelajaran GI dalam pendekatan saintifik berbantuan lebih dioptimalkan dengan cara memotivasi siswa seperti memberikan apresiasi berupa tepuk tangan, pujian maupun pemberian hadiah pada kelompok yang telah melaksanakan tugasnya dengan baik serta percaya diri dalam menyampaikaan hasil diskusinya, mengemas pembelajaran dengan baik dan memperbanyak sumber materi agar siswa lebih paham dengan materi yang

dibelajarkan, membimbing dan

menyampaikan aturan diskusi kepada masing-masing kelompok, serta memotivasi dan melakukan pendekatan pada kelompok yang masih kurang aktif selama proses pembelajaran.

Setelah perbaikan-perbaikan yang

dilakukan terhadap kukurangan

pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, maka terjadi hasil belajar IPA siswa pada siklus II.Hasil Belajar IPA siswa pada siklus II diperoleh persentase rata-rata sebesar 76,74% . Hal ini menunjukkan adanya

peningkatan dari siklus I yang sebelumnya hanya mencapai 46.51%.Dimana 1 siswa masih berada pada nilai minimal (2,80) dengan kategori B- , 2 siswa masih pada nilai minimal (3,00) dengan kategori B, 7 siswa masih berada pada nilai minimal (3,20) dengan kategori B, dan 33 siswa berada pada kriteria ketuntasan minimal pada indikator keberhasilan yaitu 3,51 dengan kategori (A-).Berdasarkan data penguasaan hasil belajar IPA yang diperoleh, kriteria keberhasilan penguasaan kompetensi pengetahuan siswa sudah tercapai.

Pada siklus II, secara umum kendala atau hambatan yang terjadi pada siklus I tidak lagi terlihat. Siswa sudah mulai

menunjukkan peningkatan dalam

pembelajaran yang diberikan dengan menggunakan model pembelajaran GI dalam pendekatan saintifik . Kemampuan siswa secara individu maupun kemampuan siswa dalam belajar secara berkelompok dapat berkembang dengan baik, serta siswa sudah menunjukkan kepercayaan dirinya untuk berbicara atau menyampaikan hasil diskusi di depan kelas.

Pendekatan saintifik mengutamakan lima kegiatan pokok pembelajaran, diantaranya adalah kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan

mengkomunikasikan. Dari hasil

pengamatan dengan diterapkannya pendekatan ini siswa lebih aktif dalam belajar dalam menemukan pengetahuan

dengan caranya sendiri serta

dikembangkan melalui komunikasi dengan guru dan teman sekelas. Hal itu juga didukung oleh Kosasih (2014:72) yang mengungkapkan bahwa “Pendekatan saintifik merupakan pendekatan di dalam

kegiatan pembelajaran yang

mengutamakan kreativitas dan temuan-temuan siswa. Pengalaman belajar yang mereka peroleh tidak bersifat indoktrinisasi, hafalan, dan sejenisnya. Pengalaman belajar, baik itu yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka peroleh berdasarkan kesadaran dan kepentingan mereka sendiri”. Pada kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik,

(9)

materi yang disajikan dapat berupa fakta atau fenomena tertentu yang dapat diamati oleh siswa, dipertanyakan oleh siswa, dan kemudian siswa mencari jawabannya sendiri dari berbagai sumber yang relevan, dan bermuara pada jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Dari pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik inilah siswa telah dituntut untuk dapat aktif, kreatif dan terampil dalam kegiatan pembelajaran yang nantinya bermuara pada hasil belajarnya.

Model pembelajaran GI adalah salah satu bentuk pembelajaran kooperatif, yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Jika model pembelajaran GI dipadukan dengan pendekatan saintifik dengan lima langkah pembelajarannya akan mampu membangkitkan kreatifitas dan keterampilan siswa karena siswa diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengemukakan pikiran, sikap, perasaan dan pengalamannya dalam memahami, mengidentifikasi, memecahkan masalah, serta mengaplikasikan materi-materi IPA

yang didapatkan dalam proses

pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran GI juga dapat memunculkan pemikiran yang bervariasi dari masing-masing siswa sehingga dapat terjadinya interaksi yang baik antar siswa dengan siswa yang lain.

Penerapan model pembelajaran GI dalam pendekatatan saintifik , dalam upaya peningkatan hasil belajar IPA sangatlah tepat diaplikasikan dalam proses pembelajaran. hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang relevan dari Winarti (2012), menunjukan penelitian pada siklus I sebesar 66,5% dan pada siklus II sebesar 80,4%. dengan demikian penerapan model pembelajaran GI (Group Investigation) dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD No. 2 Dangin Puri. Berdasarkan hal tersebut, maka dengan menerapkan model pembelajaran GI (Group

Investigation) dalam pendekatan saintifik

diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IVB SD Negeri 29 Pemecutan. Pendapat serupa ditemukan oleh Erchynta (2012) menunjukan penelitian pada kelas eksperimen memperoleh persentase nilai rata-rata sebesar 72,30, sedangkan pada kelas kontrol memperoleh persentase nilai rata-rata sebesar 63,49. Dengan demikian pengaruh model pembelajaran GI dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus Dr. Sutomo.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran GI dalam pendekatan saintifik, hasil belajar IPA pada tema cita-citaku siswa kelas IVB SD Negeri 29 Pemecutan tahun ajaran 2015/2016 telah meningkat.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Penerapan model pembelajaran GI dalam pendekatan saintifik dapat meningkatkan Hasil Blajar IPA siswa kelas IV SDN 29 Pemecutan pada tema Cita-citaku. Hal tersebut dapat dibuktikan pada siklus I dan siklus II terlihat pencapaian hasil belajar siswa pada muatan materi IPA sudah mengalami peningkatan dari prasiklus.Persentase nilai hasil belajar IPA pada siklus I yakni 46,51% dengan 20 siswa sudah berada pada kriteria ketuntasan minimal pada indikator keberhasilan yaitu 3,51 dengan kategori (A-).Rata-rata hasil belajar IPA ini sudah mengalami peningkatan dari prasiklus yaitu 30,31%. Hasil Belajar IPA siswa pada siklus II diperoleh persentase rata-rata sebesar 76,74% . Hal ini menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I yang sebelumnya hanya mencapai 46.51%. Dengan33 siswa berada pada kriteria ketuntasan minimal pada indikator keberhasilan yaitu 3,51 dengan kategori (A-).Berdasarkan data hasil belajar IPA yang diperoleh, kriteria keberhasilan penguasaan kompetensi pengetahuan siswa sudah tercapai.

Berdasarkan simpulan di atas, dapat disampaikan beberapa saran kepada (1)

(10)

Bagi siswa, disarankan dalam melakukan kegiatan pembelajaran untuk lebih memperhatikan dan lebih fokus terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga tujuan pembelajaran dapat terpenuhi dengan baik. (2) Bagi guru, diharapkan agar dapat menerapkan model pembelajaran GI dalam pendekatan saintifik untuk meningkatkan hasil belajar IPA di kelas IVB SDN 29 Pemecutan. (3) Bagi kepala sekolah, diharapkan agar hasil penelitian dapat menjadi acuan dalam proses pembelajaran di SDN 29 Pemecutan. Dan dapat memotivasi guru untuk melaksanakaan model pembelajaran GI dalam pendekatan saintifik untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A.A Gede.2010. Penelitian Tindakan

Kelas. Singaraja: Jurusan Teknologi Pendidikan FIP Undiksha.

---. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Jurusan Teknologi Pendidikan FIP Undiksha.

Aly, Abdulah &Rahma, Eny. 2009. Ilmu

Alamiah Dasar Edisi Kelima Belas.

Jakarta : Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-dasar

Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

---, dkk. 2014. Penelitian Tindakan kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Bandung: Yarma Widya

Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran

Saintifik Kurikulum

2013.Yoyakarta:Gava Media.

Erchynta.2012.Pengaruh Model

Pembelajaran GI berbantuan media torso Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Gugus IV Dr. Sutomo.

Singaraja: UNDIKSHA

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan

Pembelajaran. Jakarta : Bumi

Aksara

Kemendikbud. 2014. Peraturan Mentri

Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia Nomor 104 Tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kosasih, E. 2014. Strategi Balajar dan

Pembelajaran.Bandung:Yrama

Widya.

Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan.Singaraja:Universitas

Pendidikan Ganesha Press.

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik.

Jakarta:Rajawali Pers.

Kurniasih, Imas. Berlin Sani. 2014. Sukses

Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Jakarta:Kata Pena.

Sagala, Syaiful. 2012. Konsep dan Makna

Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Samatowa, Usman. 2010. Pembelajaran

IPA Di SekolahDasar.

Jakarta:Indeks

Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan

Jenis Metode dan Prosedur.

Jakarta : Kencana Prenanda Media Group.

Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi

Pendidikan. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Sugiyono.2014. Metode Penelitian Pendidikan . Bandung:Alfabeta.

Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar

Pembelajaran di sekolah dasar.

Jakarta: Kencana.

Winarti. 2012.Penerapan Model

Pembelajaratif Kooperatif Tipe GI

Berbantuan Media Gambar

Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD NO 2 Dangin Puri.

Gambar

Tabel Rekapitulasi Nilai pada Siklus I
Tabel Rekapitulasi Hasil Belajar IPA  Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rumusannya straafbaarfeit itu adalah “tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja oleh seseorang yang dapat

Frekuensi jawaban responden untuk variabel sistem pengendalian intern pemerintah menunjukan bahwa persepsi tentang sistem pengendalian intern pemerintah dalam bentuk

Apabila perkembangan atau pertumbuhan suatu gejala tertentu berpola seperti perubahan nilai-nilai suku sebuah deret, baik deret hitung ataupun deret ukur,

Hasil pengembangan buku ajar berbasis praktek mata kuliah tenis lapangan bagi mahasiswa prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi IKIP Budi Utomo Malang berada

As a starting point, a microkinetic model of NO oxidation based on Langmuir-Hinshelwood mechanism was used to fit the base case of NO oxidation data to yield kinetic

Tahap awal penelitian ini dilakukan dengan cara menonton film Rudy Habibie secara keseluruhan dengan durasi 120 menit. Setiap scene terdiri dari beberapa adegan

Rangking CLV tertinggi pada penelitian ini adalah kluster ke 2 yaitu 0,208 dengan simbol LRFM L ↑R↓F↑M↑ dengan arti bahwa kluster ini memiliki segmen pelanggan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa alasan diajukannya Kasasi Oleh Oditur Militer Tinggi I Medan terkait tindak pidana penelantaran orang lain dalam