• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi. Oleh : SURYANI NIM. X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2012 to user

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Skripsi. Oleh : SURYANI NIM. X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2012 to user"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASIONAL PENJUMLAHAN PADA BIDANG STUDI MATEMATIKA MELALUI MEDIA GAMBAR

PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS II SDLB NEGERI KEBAKALAN SEMESTER II

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Skripsi

Oleh : SURYANI NIM. X5211001

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012

(2)

commit to user

ii

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASIONAL PENJUMLAHAN PADA BIDANG STUDI MATEMATIKA MELALUI MEDIA GAMBAR

PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS II SDLB NEGERI KEBAKALAN SEMESTER II

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh : SURYANI NIM. X5211001

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Khusus

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(4)

commit to user

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v ABSTRAK

Suryani, PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASIONAL

PENJUMLAHAN PADA BIDANG STUDI MATEMATIKA MELALUI MEDIA GAMBAR PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS II SDLB NEGERI KEBAKALAN SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2012

Tujuan Penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan operasional penjumlahan pada bidang studi matematika melalui media gambar pada anak tunagrahita ringan kelas 2 SDLB Negeri Kebakalan semester 2 tahun pelajaran 2011/2012.

Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyek penelitian ini adalah siswa kelas II/C SDLB Negeri Kebakalan Banjarnegara semester 2 tahun pelajaran 2011/2012. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, dokumentasi, dan tes. Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan awal siswa dalam operasional penjumlahan pada bidang studi matematika yang diambil dari nilai ulangan harian pada semester 2 tahun pelajaran 2011/2012. Sedangkan tes digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan operasional penjumlahan bidang studi matematika pada setiap akhir pembelajaran. Teknik analisis data mengunakan reduksi data, display data, dan mengambil kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari sebanyak lima orang siswa, empat orang atau 80% di antaranya telah mendapat rerata nilai ulangan di atas rerata nilai pada indikator kinerja yang telah ditetapkan yaitu 65. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui media gambar dapat meningkatkan kemampuan operasional penjumlahan bidang studi matematika bagi anak tunagrahita ringan kelas 2 di SDLB Negeri Kebakalan Banjarnegara pada semester 2 tahun pelajaran 2011/2012

Kata kunci: Kemampuan operasional penjumlahan. Media gambar. Anak Tunagrahita Ringan.

(6)

commit to user

vi ABSTRAC

Suryani, INCREASING CAPABILITY OF SUMMATION OPERATIONAL ON MATHEMATICS STUDY FIELD THROUGH PICTURE MEDIA AT CHILD OF TUNAGRAHITA LIGHT, CLASS II SDLB NEGERI KEBAKALAN SEMESTER II SCHOOL YEAR 2011 / 2012. Skripsi, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University Surakarta, June 2012

Purpose this Research is increased capability of summation operational on mathematics through picture media at child of tunagrahita light, class 2 SDLB Negeri Kebakalan Semester 2 School Year 2011 / 2012.

This research use approach of Classroom Action Research. The Subyect of this research is student class II /C SDLB Negeri Kebakalan Banjarnegara semester 2 school year 2011 / 2012. Data collecting technique used in this research is observation method, documentation, and test. Observation is doing to know student activity at the time of study process. Documentation used to get data about student’s early capability of summation operational on mathematics study field is taken from daily exam score on semester 2 School Year 2011 / 2012. While test used to know iincreasing capability of summation operational mathematics study field area in each is final of study. Technique analyse data of mengunakan reduce data, on every final learning. Data analysis technique is using data reduction, data display, and take conclusion.

Result of research show that from five student, four student or 80% among others have got average score exam above average score at performance indicator which have been specified that is 65. Thus it can be concluded that trought picture media can increase capability of summation operational on mathematics study field for child of tunagrahita light class 2 in SDLB Negeri Kebakalan Banjarnegara on semester 2 School Year 2011 / 2012

Keyword: Capability Summation operational. Ficture media. Child of Tunagrahita light.

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii MOTTO

Hidup yang berarti adalah hidup yang bermanfaat bagi orang lain dan lingkungannya.

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kepersembahkan Kepada: Suami dan anak-anakku tersayang.

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul peningkatan kemampuan operasional penjumlahan pada bidang studi matematika melalui media gambar pada anak tunagrahita ringan kelas 2 SDLB Negeri Kebakalan semester 2 tahun pelajaran 2011/2012.

Skripsi ini ditulis guna untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Khusus Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas maret Surakarta.

Selama penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari hambatan dan rintangan yang dihadapi. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya hambatan dan rintangan tersebut dapat teratasi dengan baik. Untuk itu pada kesempatan yang baik ini penulis ingin menguapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. R. Indianto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Hermawan, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Khusus Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. Munawir Yusuf, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I. 5. Drs. R. Indianto, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II.

6. Seluruh Dosen Pengajar Program Studi Pendidikan Khusus Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 7. Atut Yuliarni, S.Pd. selaku Kepala Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri

Kebakalan Banjarnegara.

8. Semua pihak yang tidak disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga amal kebaikan dari semua pihak mendapat imbalan dari Tuhan Yang Mahaesa.

(10)

commit to user

x

Kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan di masa mendatang.

Akhir kata walaupun skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya bagi dunia Pendidikan Khusus.

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user xi DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ... i HALAMAN PENGAJUAN.. ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

HALAM MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR GRAFIK ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian... ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 5

A. Tinjauan Pustaka ... 5

1. Anak Tunagrahita ... 5

a. Pengertian Anak Tunagrahita ... 5

b. Klasifikasi Anak Tunagrahita ... 6

c. Karakteristik Anak Tunagrahita ... 7

d. Penyebab Anak Tunagrahita ... 9

2. Pembelajaran Matematika ... ... 13

a. Pengertian Matematika ... ... 13

b. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika Anak tuna grahita Ringan ... ... 15

(12)

commit to user

xii

c. Materi Pembelajaran Matematika Anak Tunagrahita Ringan... 16

3. Gambar sebagai Media Pembelajaran... ... 16

a. Pengertian Media Pembelajaran ... 17

b. Fungsi Media Pembelajaran ... 17

c. Macam-macam Media Pembelajaran .... ... 18

d. Media Gambar .... ... ... 19

e. Menjumlahkan dengan Media Gambar .. ... 22

B. Kerangka Berpikir... 23

C. Hipotesis Tindakan ... ... ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

1. Tempat Penelitian ... 26

2. Waktu Penelitian ... 26

B. Subyek Penelitian ... ... 27

C. Data dan Sumber Data ... 27

D. Teknik Pengumpulan Data ... 27

1. Observasi ... 28 2. Dokumentasi ... 29 3. Tes ... 30 E. Validitas Data ... 30 1. Cek-ricek ... 31 2. Cross-checking ... 31 3. Mengadakan Membercheck ... 31

F. Teknik Analisis Data ... 31

G. Indikator Kinerja ... 31

H. Prosedur Penelitian ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Pelaksanaan Penelitian ... 35

1. Deskripsi Keadaan Awal ... 35

2. Siklus I ... 36

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user xiii b. Pelaksanaan Tindakan ... 36 c. Observasi (Pengamatan) ... 39 d. Refleksi ... 40 3. Sikus II ... 41 a. Perencanaan ... 41 b. Pelaksanaan Tindakan ... 41 c. Observasi (Pengamatan) ... 44 d. Refleksi ... 45 B. Hasil Penelitian ... 46

C. Pembahasan Hasil penelitian ... 48

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 51

A. Simpulan ... 51

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel: 1 Jadual Penelitian ... 26

Tabel : 2 Nilai Ulangan Harian pada Keadaan Awal ... 35

Tabel: 3 Hasil Tes pada Siklus I ... 40

Tabel: 4 Hasil Tes pada Siklus II ... 45

Tabel:5 Rekapitulasi Nilai Rerata tes pada keadaan Awal, Siklus I, dan Siklus II... 48

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar: 1 Kerangka Berfikir ... 24 Gambar: 2 Siklus Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemmis dan Mc. Taggart.. 32 Gambar: 3 Bagan Perencanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 33

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1 Nilai Ulangan Harian pada Keadaan Awal... 36 Grafik 2 Hasil Tes pada Siklus 1... 40 Gragik 3 hasil Tes pada siklus II ... 45 Grafik: 4 Penbandingan Nilai Rerata pada Keadaan Awal, Siklus I,

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran: 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 54

Lampiran: 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 72

Lampiran: 3 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa pada siklus I ... 89

Lampiran: 4 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa pada siklus II ... 91

Lampiran: 5 Daftar Skor Ulangan pada Siklus I ... 93

(18)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak tunagrahita termasuk salah satu jenis anak berkebutuhan khusus yang mengalami keterlambatan dalam proses perkembangan mentalnya. Menurut Sutratinah Tirtonegoro (1995: 4) “seorang anak dikatakan menyandang tunagrahita bila perkembangan dan pertumbuhan mentalnya dibandingkan anak normal yang sebaya, memerlukan pendidikan khusus, latihan khusus, bimbingan khusus supaya mentalnya dapat berkembang seoptimal mungkin”.

Anak tunagrahita ringan sering disebut dengan istilah debil yang mempunyai karakteristik antara lain fisik seperti anak normal, hanya sedikit mengalami keterlambatan dalam kemampuan sensomotorik, sukar berfikir abstrak dan logis, kurang memiliki kemampuan analisa, asosiasi lemah, fantasi lemah kurang mampu mengendalikan perasaan, mudah dipengaruhi, dan kepribadian kurang harmonis karena tidak mampu menilai baik dan buruk (Mumpuniarti, 2000: 41). “Anak tunagrahita ringan adalah anak yang lancar berbicara tetapi kurang perbendaharaan kata-katanya, mereka mengalami kesukaran berfikir abstrak tetapi mereka masih dapat mengikuti pelajaran akademik baik di sekolah biasa maupun di sekolah khusus”. (Moh Amin, 1995: 57). Anak tunagrahita ringan memiliki karakteristik fisik yang tidak jauh berbeda dengan anak normal, tetapi ketrampilan motoriknya lebih rendah dari anak normal. (Astati: 2001: 5).

Berdasarkan karakteristik tersebut maka dalam proses belajar mengajar anak tunagrahita ringan harus dengan pembelajaran yang sesuai kemampuan anak dan diselingi permainan yang dapat merangsang anak, sehingga anak tersebut tidak merasa bosan dan dapat tercapai tujuan yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Observasi di lapangan anak tunagrahita ringan mengalami kesulitan dalam menulis dan berhitung, hal ini disebabkan oleh motorik halus dan IQ anak yang tidak berkembang secara optimal. Anak yang memiliki kemampuan berfikir lemah ini akan mengalami kesulitan dalam belajar, karena kurang mampu menanggapi

(19)

masalah-perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

masalah dengan keberadaan yang dimiliki. Berarti bahwa keberhasilan pencapaian pendidikan sangatlah kompleks dan hasilnya dipengaruhi beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat digolongkan menjadi dua Faktor-faktor, yaitu: Faktor-faktor intern dan Faktor-faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri yang meliputi: bakat, minat, sikap, intelegensi, perhatian dan motivasi. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu seperti: lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, teman bergaul, status ekonomi orang tua, sarana dan prasarana.

Berdasarkan faktor-faktor di atas diharapkan saling mempengaruhi secara positif dalam proses belajar mengajar siswa, sehingga dapat mencapai prestasi yang optimal. Kenyataan di lapangan kita sering menjumpai ada sebagian siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar, tidak dapat menggunakan bahan pelajaran dengan baik, dan mengakibatkan prestasi belajar menurun atau tidak sesuai dengan prestasi yang diharapkan. Banyak kita jumpai anak tunagrahita ringan di kelas-kelas awal mengalami kesulitan menulis, membaca, dan menghitung. Dengan cara individual diharapkan guru dapat mengetahui perkembangannya dan dalam pengajaran juga mengetahui perkembangan dalam menguasai materi yang telah disampaikan.

Sarana belajar sangatlah berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa. Sarana di sini dapat berupa media pengajaran (alat peraga) yaitu media benda nyata sebagai alat bantu untuk memperjelas, memvisualisasikan suatu konsep, ide atau pengertian tertentu.

Dalam pelajaran matematika seperti halnya pelajaran yang lain, guru sebaiknya menggunakan alat peraga, terlebih lagi di kelas awal. Melalui media diharapkan dapat membawa pesan belajar, kemudian terjadi perubahan tingkah laku atau sifat belajar pada diri siswa sehingga berpengaruh pada prestasi belajar siswa.

Anak tunagrahita ringan memiliki banyak hambatan dalam belajar, antara lain: hambatan memori (ingatan), hambatan dalam kognisi (pengetahuan), hambatan dalam operasi, proses, dan produk.

Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang menuntut peran kognisi, memori, proses, operasi, dan produk. Oleh karena itu dalam pembelajaran

(20)

commit to user

matematika perlu dicari cara dan media yang dapat membantu memudahkan anak tunagrahita ringan mempelajari matematika.

Selama ini penulis sebagai seorang guru mengalami banyak hambatan dalam pembelajaran matematika khususnya dalam hal penjumlahan. Para siswa umumnya mengalami masalah antara lain:

1. Kesulitan dalam mengenal angka. 2. Kesulitan dalam mengenal simbol. 3. Kesulitan dalam mengurutkan bilangan.

4. Kesulitan dalam menjumlahkan lebih dari satu angka.

5. Kesulitan dalam menjumlah ketika tidak ada alat bantu benda konkrit.

Dalam upaya memecahkan kesulitan-kesulitan tersebut, penulis menggunakan media gambar. Dengan media gambar diharapkan dapat menimbulkan daya tarik pada anak. Gambar dengan berbagai warna akan lebih menarik dan dapat membangkitkan minat dan perhatian anak, untuk mempermudah pengertian anak. Suatu penjelasan yang abstrak akan lebih mudah dipahami bila dibantu dengan gambar.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penulis melakukan penelitian dengan judul Peningkatan Kemampuan Operasional Penjumlahan Bidang Studi Matematika Melalui Media Gambar pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas 2 SDLB Negeri Kebakalan Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012.

B. Rumusan Masalah

Apakah melalui media gambar dapat meningkatkan kemampuan operasional pada bidang studi matematika anak tunagrahita ringan kelas 2 SDLB Negeri Kebakalan Banjarnegara semester 2 tahun pelajaran 2011/2012?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan operasional penjumlahan pada bidang studi matematika melalui media gambar pada anak tunagrahita ringan kelas 2 SDLB Negeri Kebakalan Banjarnegara semester 2 tahun pelajaran 2011/2012.

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Menambah khasanah ilmu tentang penerapan media gambar untuk meningkatkan kemampuan operasional penjumlahan bidang studi matematika pada anak tunagrahita ringan kelas 2 SDLB Negeri Kebakalan Banjarnegara semester 2 tahun pelajaran 2011/2012.

2. Manfaat Praktis

a. Menemukan alternatif yang tepat bagi guru dalam menggunakan media pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan operasional penjumlahan bidang studi matematika anak tunagrahita pada umumnya dan khususnya anak tunagrahita kelas 2 SDLB Negeri Kebakalan Banjarnegara semester 2 tahun pelajaran 2011/2012.

b. Mencari solusi pemecahan permasalahan yang dialami siswa tunagrahita ringan kelas 2 SDLB Negeri Kebakalan Banjarnegara semester 2 tahun pelajaran 2011/2012 dalam meningkatkan kemampuan operasional penjumlahan bidang studi matematika.

(22)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Anak Tunagrahita Ringan

a. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan

Anak tunagrahita ringan merupakan salah satu macam dari anak tunagrahita yang sering disebut the sducable mentally retarded child, debil, atau moron dengan IQ sekitar 50/55 – 70/75. Ada beberapa istilah mengenai anak tunagrahita, yaitu terbelakang mental, tuna mental, lemah otak,, lemah pikiran, dan mentaly retarded. Smith, et.all., (2002: 43) mengemukakan bahwa:

People who are mentally retarded overtime have been rejerred to us dumb, stupid, immature defective, deficient, subnormal, incompetent, and dull. Term such as idiot, imbelice, moron and feebleminded were commonly used historically to label this population. Although the word faal referred to those who were mentally ill, and the word idiot was directed toward individuals who were severely retarded, these terms were frequently used interchangeably.

(Di waktu yang lalu orang-orang menyebut retardasi mental dengan istilah dungu (dumb), bodoh (stupid), tidak masuk (immature), cacat (defective), kurang sempurna (deficient), dan tumpul (dull). Istilah lainnya idiot, imbecile, moron dan feebleminded digunakan untuk melabel kelompok menyadang tersebut. Walau pun kata tolol (fool) menunjuk ke orang sakit mental, dan kata idiot, mengarah individu yang cacat berat, keduanya sering digunakan secara bergantian.

Menurut Munzayanah (2000: 13) “Anak tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dalam bidang intelektual serta seluruh kepribadiannya, sehingga mereka tidak mampu hidup dengan kekuatan sendiri di dalam masyarakat”.

Sunaryo Kartadinata (1996: 83) mengemukakan bahwa, “tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata, sukar mengikuti program pendidikan di sekolah umum sehingga membutuhkan layanan pendidikan secara khusus disesuaikan dengan kemampuan anak”.

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Anak tunagrahita ringan pada intinya adalah anak yang mengalami lambat perkembangan tetapi dapat mempelajari ketrampilan akademis misalnya: menulis, berhitung, bahasa dalam kelas khusus. Walaupun anak sudah berusia 12 tahun kemampuan mentalnya hanya setaraf dengan anak normal berusia 7 tahun, ia sukar berpikir abstrak dan sangat tergantung lingkungannya.

Mumpuniarti (2000: 25) menyatakan anak tunagrahita sering disebut juga dengan istilah lemah ingatan, lemah mental, terbelakang mental dan sebagainya. Seorang anak dikatakan menyandang tunagrahita bila perkembangan dan pertumbuhan mentalnya selalu di bawah normal, kalau dibandingkan dengan anak normal yang sebaya membutuhkan pendidikan khusus, bimbingan khusus, supaya mentalnya dapat berkembang dan tumbuh sampai optimal.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka dalam hal ini yang dimaksud dengan anak tunagrahita adalah anak yang mengalami perkembangan mental di bawah normal, mengalami hambatan dan gangguan dalam segala hal sehingga memerlukan bantuan orang lain.

b. Klasifikasi Anak Tunagrahita

Klasifikasi diperlukan untuk memudahkan pemberian bantuan atau pelayanan kepada anak tuna grahita. Dalam pengklasifikasian ini terdapat berbagai cara sesuai dengan sudut pandang disiplin ilmu dan ahli yang mengemukakannya.

Mumpuniarti (2000: 32) klasifikasi anak tunagrahita adalah sebagai berikut: 1) Tunagrahita Ringan

Tingkat Kecerdasan (IQ) mereka berkisar 50 – 70, dalam penyesuaian sosial maupun bergaul. Mampu menyesuaikan diri pada lingkungan sosial yang lebih luas dan mampu melakukan pekerjaan setingkat semi terampil.

2) Tunagrahita Sedang

Tingakat kecerdasan (IQ) mereka berkisar 30 – 50, mampu melakukan ketrampilan mengurus diri sendiri (self-help), mampu mengadakan adaptasi sosial di lingkungan terdekat, dan mampu mengerjakan pekerjaan rutin yang perlu pengawasan atau bekerja di tempat terlindung (shentered work shop). 3) Tunagrahita Berat dan Sangat Berat

Mereka sepanjang kehidupannya selalu bergantung bantuan dan perawatan orang lain. Ada yang masih mampu dilatih mengurus diri sendiri dan berkomunikasi secara sederhana dalam batas tertentu, mereka memiliki tingkat kecerdasan (IQ) kurang dari 30.

(24)

commit to user

Moh.Amin (1995: 23) mengemukakan klasifikasi anak terbelakang sebagai berikut:

“Idiot kecerdasannya sekalipun sudah berusia lanjut tidak lebih dari anak normal seusia 3 tahun. Embisil kecerdasannya maksimal tidak lebih dari kecerdasan anak normal usia 7 tahun. Debil kecepatan perkembangan kecerdasannya antara setengah hingga tiga perempat kecepatan anak normal atau pada usia 12 tahun. Moron kecerdasannya maksimal tak lebih dari kecerdasan anak normal usia 16 tahun”.

Pendapat lain dikemukakan oleh Mohammad Efendi (2006: 90) yang mengklasifikasikan anak tunagrahita untuk keperluan pendidikan yaitu:

“Seorang psikolog dalam mengklasifikasikan anak tunagrahita mengarah kepada aspek indeks mental intelegensinya, indikasinya dapat dilihat pada angka hasil tes kecerdasan, seperti IQ 0 – 25 dikategorikan idiot, IQ 25 – 50 dikategorikan imbecil, dan IQ 50 – 75 kategori debil atau moron. Seorang pedagog dalam mengklasifikasikan anak tunagrahita didasarkan pada penilaian program pendidikan yang disajikan pada anak. Dari penilaian tersebut dapat dikelompokkan menjadi anak tunagrahita mampu didik, anak tunagrahita mampu latih, dan anak tunagrahita mampu rawat”.

Berdasarkan klasifikasi dari beberapa ahli tersebut penulis akan meneliti kasus penyesuaian diri dalam pergaulan siswa penyandang tunagrahita yang tergolong mampu didik yang mempunyai IQ antara 50 – 70 yang biasanya sering disebut debil. “Anak tunagrahita mampu didik (debil) adalah anak tunagrahita yang tidak mampu mengikuti pada program sekolah biasa, tetapi ia masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pendidikan walaupun hasilnya tidak maksimal” (Mohammad Efendi, 2006: 90).

Kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak tunagrahita mampu didik antara lain: 1) membaca, menulis, mengeja, dan berhitung; 2) menyesuaikan diri dan tidak mengantungkan diri kepada orang lain; 3) ketrampilan yang sederhana untuk kepentingan kerja di kemudian hari.

Kesimpulan anak tunagrahita mampu didik adalah anak tunagrahita yang dapat dididik secara minimal dalam bidang-bidang akademis, sosial, dan pekerjaan.

c. Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan

Secara fisik anak tunagrahita ringan tidak berbeda jauh dengan anak normal, tetapi secara psikis mereka sangat berbeda dan mempunyai ciri khas. Adapun

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

karakteristik anak tunagrahita ringan menurut Sutratinah Tirtonegoro ( 1998: 10 – 11) sebagai berikut:

1) Tingkat kecerdasan sekitar 50/55 – 70/75, dengan MA antara 7 – 10 tahun. 2) Sukar berpikir abstrak dan terikat dengan lingkungan.

3) Kurang dapat berpikir secara logis, kurang memiliki kemampuan menganalisa, kurang dapat menghubungkan kejadian yang satu dengan yang lain, kurang dapat membedakan hal-hal yang penting.

4) Daya fantasinya sangat lemah.

5) Kurang dapat mengendalikan perasaan.

6) Dapat mengingat-ingat beberapa istilah tetapi kurang memahami arti istilah tersebut.

7) Sugestible (mudah dipengaruhi).

8) Kepribadian yang kurang harmonis dan sukar menilai baik-buruk. 9) Daya konsentrasinya kurang baik.

Secara garis besar pendapat Samuel A. Kirk (1992: 191) tentang karakteristik anak tunagrahita ringan sebagai berikut:

1) Karakteristik Fisik

a) Berat badan, tinggi badan, dan koordinasi motoriknya hampir sama dengan anak normal.

b) Umumnya disertai dengan beberapa kelaianan seperti kelainan mata, telinga, dan suara.

2) Karakteristik Intelektual

a) Kurang dalam kemampuan verbal dan non verbal dalam tes intelegensi, IQ berkisar antara 50/55 – 70/75.

b) Perkembangan kematangan mengalami hambatan khusus di bidang akademik, ingatan, kemampuan berbahasa, persepsi imajinasi, kreatifitas, dan kemampuan lain yang berkaitan dengan intelektual. 3) Karakteristik Akademik

a) Anak belum siap untuk membaca, menulis, berbahasa, berhitung saat masuk sekolah. Keterlambatan ini berhubungan dengan usia mental bukan usia kronologisnya.

b) Untuk menyelesaikan sekolah formal dapat ditempuh setiap tingkat dua tahun bergantung dari kematangan mental dan kemampuannya.

4) Karakteristik Kepribadian dan Sosial

a) Perhatian mudah beralih, sulit untuk memusatkan perhatian.

b) Rasa toleransi kurang, karena kegagalan yang berulang-ulang dalam hidupnya.

c) Dapat mematuhi nilai-nilai sosial dan dapat bekerja sama dengan lingkungan/masyarakat.

d) Anak tunagrahita ringan lebih sering berhubungan atau bermain dengan anak yang sama usia mentalnya dari pada anak yang sama usia kronologisnya.

e) Sebagian anak tunagrahita ringan mempunyai problem tingkah laku apabila dibandingkan dengan anak yang mempunyai intelegensi

(26)

commit to user

normal. Problem tingkah laku ini terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara kemampuan anak untuk berbuat dan dengan tuntutan masyarakat.

Berdasarkan pendapat di atas dapat ditegaskan karakteristik anak tunagrahita ringan adalah sebagai berikut: 1) anak tunagrahita ringan tidak jauh berbeda dengan anak normal pada umumnya. 2) Kondisi psikis anak tunagrahita ringan terkait dengan pembelajaran meliputi kemampuan berpikir rendah, perhatian dan ingatannya lemah sehingga mengalami hambatan dalam pelajaran di sekolah.

d. Penyebab Anak Tunagrahita Ringan

Penyebab terjadinya tunagrahita ringan sama dengan penyebab tunagrahita jenis yang lainnya, yaitu dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam maupun faktor dari luar diri anak. Sunardi (1994: 30 – 31) mengemukakan bahwa penyebab tunagrahita disebabkan oleh berbagai faktor yaitu:

1) Genetik

Faktor genetik dapat disebabkan oleh kerusakan biokimia dan abnormalitas kromosom.

Kelainan kromosom, dapat berupa:

a) Inverse, ialah kelainan akibat berubahnya urutan gen karena melilitnya kromosom.

b) Delesi, akibat dari kegagalan meiosis yang salah, yaitu satu pasangan tidak membelah sehingga mengakibatkan kurangnya kromosom disalah satu sel.

c) Duplikasi, merupakan kegagalan meiosis karena kromosom tidak berhasil menceraikan diri, sehingga terdapat kelebihan kromosom pada salah satu sel.

d) Translokasi, karena adanya kromosom yang patah kemudian menempel pada kromosom lain.

e) Down’s Syndrome, ialah mengalami trisomi atau kromosom mempunyai tiga ekor pada kromosom 21, ada juga pada kromosom 15. Hal ini akibat kegagalan meiosis sehingga menimbulkan duplikasi dan translokasi.

f) Kinefelter’s Syndrome, yaitu genosom yang seharusnya XY, karena kegagalan menjadi XXY atau XXXY, anak nampak laki-laki dan tunagrahita. Setelah masa puber, tubuhnya panjang, gaya mirip pria, payudara besar, penis dan testisnya kecil, birahinya kurang.

g) Tumer’s Syndrome, yaitu genosomnya XO (atau X menyendiri), anak nampak wanita dan tunagrahita, payudara tidak tumbuh beruterus kecil, tidak datang bulan, bertubuh pendek berlipatan kulit ditengkuk dan mandul.

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

2) Sebab-sebab pada masa prenatal

Penyebab tunagrahita pada masa prenatal dapat disebabkan oleh: a) Infeksi ibu oleh: kuman, virus, toxoplasma.

(1) Kuman: tbc, syphilis, meningitis, karena meningococus.

(2) Virus: rubella, influenza, cytomegalaic inclusion body desease. Selain itu, sewaktu ibu mengandung menderita penyakit: kholera, typhus, malaria tropika kronis, gondok pada waktu mengandung muda, syphilis, gabag atau mazelen, sehingga ada pengaruh yang buruk pada janin. Bayi yang lahir akan menderita toxemia, yaitu peristiwa keracunan darah sehingga terjadi abnormalitas pada sistem syaraf (neuron).

b) Terjadi intoksikasi atau keracunan pada janin karena bilirubin

(kemicterus), timah, karbon monoksida, post imunisasi, toxemia gravidarum. Ketika ibu mengandung muda minum obat-obat penenang beracun, seperti: obat thalidomide dan obat kontraseptif anti hamil yang sangat kuat mengandung racun. Obat tersebut gagal atau tidak bekerja secara efektif, sehingga menyebabkan pertumbuhan bayi dalam kandungan mengalami kerusakan mental dan fisik.

c) Ganguan metabolisme protein (phenylketonuria), metabolisme hidrat arang (galaktosemia), metabolisme lemak (Tay-Sachs disease).

3) Sebab-sebab pada masa Natal

Banyak resiko waktu ibu melahirkan. Resiko tersebut dapat mengancam jiwa ibu atau bayinya. Hal ini biasa terjadi pada kelahiran anak pertama yang berlangsung lama dan sulit. Kelainan yang terjadi waktu melahirkan dapat mengakibatkan anak menjadi terbelakang mental,seperti:

a) Kelahiran dengan bantuan tang (tangverlossing). Hal ini disebabkan bayi dalam kandungan sangat subur atau tulang pinggul ibu terlalu sempit. Cara tersebut dapat beresiko bayi terkena tang dan menimbulkan pendarahan otak sehingga susunan syaraf rusak. Kurang lebih 5% dari jumlah bayi yang lahir dengan bantuan tang mengalami retardasi mental atau terbelakang mental.

b) Anoxia otak karena asphyxia yaitu lahir tanpa nafas, bayi sperti tercekik. Hal ini disebabkan adanya lendir di dalam alat pernafasan bayi atau cairan di dalam paru-parunya. Selain itu, asphyxia bisa terjadi karena ibu mendapat zat pembius terlalu banyak. Bayi yang lahir seperti ini banyak terjadi retardasi mental.

c) Prematuritas, yaitu bayi lahir sebelum masanya. Pertumbuhan jasmani dan jiwanya tertunda atau mengalami kelambatan. Bisa juga bayi mengalami pendarahan pada bagian dalam kepala (intracranial haemorrhage).

4) Sebab-sebab pada masa Postnatal a) Malnutrisi bayi

(28)

commit to user

Perkembangan intelligensi anak dipengaruhi defisiensi protein yang terjadi sejak lahir sampai umur dua tahun. Selain itu, kekurangan thyroxin pada kelenjar gondok juga dapat menyebabkan kretinisme. b) Infeksi pada otak oleh penyakit cerebal meningitis, encephalitis, gabag

(mazelen, campak), dypteri, radang kuping yang mengandung nanah. Pada umumnya anak-anak tersebut mengalami retardasi atau kelambatan pada fungsi intelligensinya.

c) Trauma kapitis, yaitu luka-luka pada kepala atau di kepala bagian dalam karena bayi pernah jatuh, terpukul atau mengalami serangan sinar matahari (zonnesteek), dan bayi pingsan lama.

d) Anoxia otak, karena status epilepticus atau dehydrasi (gas troenteritis berat).

5) Faktor-faktor sosio-kultural

Peran nyata dari lingkungan dalam perkembangan kemampuan intelektual masih belum dapat dipahami dengan jelas, tetapi para psikolog dan pendidik umumnya mempercayai bahwa lingkungan sosial budaya berpengaruh terhadap kemampuan intelektual.

Menurut Moh. Amin (1995: 62) anak tunagrahita dapat disebabkan oleh berbagai faktor yaitu:

1) Faktor keturunan, faktor ini terdapat pada sel khusus yang pada pria disebut spermatozoa dan pada wanita disebut sel telur (ovarium). Kelaianan orang tua laki-laki maupun perempuan akan terwariskan baik kepada anaknya yang laki-laki maupun perempuan. Apakah warisan tersebut akan tampak atau tidak juga tergantung pada dominan resesifnya kelainan tersebut. 2) Gangguan metabolisme dan gizi. Kegagalan dalam metabolisme dan

kegagalan dalam pemenuhan akan kebutuhan akan gizi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan fisik maupun mental dalam individu. 3) Infeksi dan keracunan. Di antara penyebab terjadinya ketunagrahitaan

adalah adanya infeksi dan keracunan yaitu terjangkitnya penyakit-penyakit selama janin masih berada di dalam kandungan ibunya. Penyakit-penyakit tersebut antara lain: rubella, syphilis, toxoplasmosis dan keracunan yang berupa gravidity syndrome yang beracun, kecanduan alkohol dan narkotika. 4) Trauma. Ketunagrahitaan dapat juga disebabkan terjadinya trauma pada beberapa bagian tubuh khususnya pada otak ketika bayi dilahirkan dan terkena radiasi zat radioaktif selama hamil.

5) Masalah pada kelahiran, misalnya kelahiran yang disertai by poxia dapat dipastikan bahwa bayi yang dilahirkan menderita kerusakan otak, menderita kejang, nafas yang pendek, kerusakan otak juga disebabkan oleh trauma mekanis terutama pada kelahiran yang sulit.

6) Faktor lingkungan sosial budaya. Lingkungan dapat berpengaruh terhadap intelek anak, kegagalan dalam melakukan interaksi yang terjadi selama periode perkembangan menjadi salah satu penyebab ketunagrahitaan. Tunagrahita dapat disebabkan oleh lingkungan yang tingkat sosial ekonominya rendah. Hal ini disebabkan ketidak-mampuan lingkungan

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

memberikan rangsangan-rangsangan yang diperlukan anak pada masa perkembangannya

Secara umum anak tunagrahita atau keterbatasan mental biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari dalam (endogen) atau faktor dari luar (eksogen). Menurut waktu kejadiannya tunagrahita dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

1) Masa Prenatal (masa dalam kandungan)

Artinya sebelum anak dilahirkan, jadi selama dalam kandungan di mana ada dua kemungkinan yang dapat menyebabkan kelainan pada masa ini, yaitu yang bersifat endogen dan eksogen. Yang bersifat endogen adalah:

a) Bermacam-macam penyakit yang diderita ibu ketika mengandung, misalnya mempunyai penyakit syphilis (penyakit kelamin).

b) Akibat suatu obat yang diminum ibu ketika mengandung dan yang ditujukan sebernarnya untuk mengurangi penderitaan ibu ketika sedang hamil muda. c) Kelainan pada kelenjar gondok, yang dapat mengakibatkan pertumbuhan

yang kurang wajar, keterbelakangan dalam perkembangan kecerdasan, rambut anak menjadi kasar dan kering, mata anak menjadi bengkak dan lidahnya panjang-lebar, sehingga selalu tampak keluar dari mulut si anak. Yang bersifat eksogen adalah adanya penyinaran dari sinar Rontgen dan

radiasi atom yang mengakibatkan kelainan pada bayi dalam rahim ibunya. 2) Masa Natal (masa kelahiran)

Artinya keterbelakangan mental terjadi ketika bayi itu dilahirkan. Kelainan itu dapat timbul karena adanya:

a) Kekurangan zat asam (walaupun hanya sedikit) dapat mengakibatkan rusaknya sel-sel otak.

Terjadinya pendarahan pada otak karena proses kelahiran bayi yang terlalu sulit, antara lain dengan bantuan alat “tang” untuk membantu melahirkan si bayi.

b) Kelahiran “premature” yaitu bayi lahir belum cukup umur, sehingga tulang-tulang bayi masih sangat lunak dan mudah mengalami perubahan bentuk.

(30)

commit to user 3) Masa Post Natal (masa setelah dilahirkan)

Anak dilahirkan normal dapat menjadi cacat mental karena mendapat kerusakan otak, dan dalam hal ini dapat menimbulkan kemunduran kecerdasan si anak. Peristiwa ini mungkin terjadi karena adanya kecelakaan yang dapat mengakibatkan kerusakan pada tulang tengkorak, dan penyakit yang dapat menyerang otak, umpamanya radang otak (encephalitis).

2. Pembelajaran Matematika a. Pengertian Matematika

Pada kurikulum berbasis kompetensi SDLB (2004: 2) dijelaskan bahwa matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau yang dipelajari. Sedang dalam bahasa belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang semuanya berkaitan dengan penalaran. Unsur utama pekerjaan matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya, sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Namun demikian materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi matematika dipahami melalui penalaran, dan penalaran dipahami dan dilatihkan melalui belajar materi matematika.

Menurut Sumardyono (2004: 28) secara umum definisi matematika dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1) Matematika sebagai alat (tool)

Matematika sering dipandang sebagai alat dalam mencari solusi pelbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.

2) Matematika sebagai pola pikir deduktif, artinya suatu teori atau pernyataan dalam matematika dapat diterima kebenarannya apabila telah dibuktikan secara deduktif (umum). Matematika adalah sebagai ilmu dasar segala bidang ilmu pengetahuan adalah hal yang sangat penting untuk kita ketahui.

Melalui penggunaan penalaran logika dan abstraksi, matematika berkembang dari pencacahan, perhitungan, pengukuran, dan pengkajian sistematis terhadap bangun dan pergerakan benda-benda fisika. Matematika praktis telah

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

menjadi kegiatan manusia sejak adanya rekaman tertulis. Kini matematika digunakan di seluruh dunia sebagai alat penting di berbagai bidang, termasuk ilmu alam, teknik, kedokteran/medis, dan ilmu sosial seperti ekonomi, dan psikologi. Matematika terapan, cabang matematika yang melingkupi penerapan pengetahuan matematika ke bidang-bidang lain, mengilhami dan membuat pengguanaan temuan-temuan matematika baru, dan kadang-kadang mengarah pada pengembangan disiplin-disiplin ilmu yang sepenuhnya baru, seperti statistika dan teori permainan. Para matematikawan juga bergulat di dalam matematika murni, atau matematika untuk perkembangan matematika itu sendiri, tanpa adanya penerapan di dalam pikiran, meskipun penerapan praktis yang menjadi latar munculnya matematika murni ternyata sering kali ditemukan terkemudian.

Berdasarkan pernyataan di atas jelas bahwa matematika dalam jajaran ilmu pengetahuan memiliki peranan sekaligus sebagai bekal bagi para peserta didik dalam menuju kedewasaannya, artinya dalam kehidupan sehari-hari kemampuan menjadi standar untuk menentukan kemampuan dalam beradaptasi dengan lingkungannya selaras dengan perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin pesat seperti sekarang ini.

Jadi matematika adalah ilmu yang tidak dapat didefinisikan, melainkan dapat dibuktikan keakuratannya.

Kurikulum Berbasis Kompetensi (2004: 2) pada pembelajaran matematika SDLB-C dijelaskan pemahaman konsep sebaiknya diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika. Pembelajarannya dimulai dari beberapa contoh atau fakta yang teramati. Misalnya buatlah daftar sifat yang muncul (sebagai gejala), kemudian perkiraan hasil baru yang diharapkan. Kemudian hasil ini kita buktikan secara deduktif. Dengan demikian cara belajar deduktif dan induktif digunakan dan bersama-sama berperan penting dalam matematika. Prinsip mempelajari matematika tersebut diharapkan akan membentuk sikap siswa SDLB-C yang kritis, jujur, dan komunikatif.

(32)

commit to user

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, pembelajaran matematika di SDLB-C bersifat induktif-deduktif, yaitu pembelajaran yang dimulai dari pengalaman kemudian untuk digunakan dalam pembelajaran konsep matematika.

b. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika Anak Tunagrahita Ringan

Fungsi mata pelajaran matematika matematika SDLB-C adalah mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan matematika untuk hidup dalam masyarakat dan bekal dalam dunia kerja. Pada buku Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SDLB-C (2006: 101-102), mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solosi yang diperoleh.

4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan dan masalah.

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Mengingat kemampuan kognitif anak tunagrahita ringan sangat terbatas dan kurang dapat berpikir abstrak, maka dalam pembelajaran matematika media gambar dipandang perlu sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar matematika agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai, yakni anak mampu dan terampil dalam penguasaan kecakapan matematika khususnya penguasaan konsep penjumlahan, yang nantinya dapat dijadikan bekal belajar matematika tahapan berikutnya.

c. Materi Pembelajaran Matematika Anak Tunagrahita Ringan

Kurikulum yang digunakan di SDLB Negeri Kebakalan Banjarnegara pada tahun pelajaran 2011/2012 adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Adapun materi pembelajaran dalam pelajaran matematika pada penelitian ini adalah tentang

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

operasional penjumlahan yang ada pada semester 2, dengan demikian pokok bahasan berdasarkan kurikulum tersebut. Selanjutnya materi tersebut digunakan pada pembelajaran matematika dengan menggunakan media gambar.

Materi pelajaran matematika dalam Kompetensi Dasar adalah meliputi: 1) Melakukan penjumlahan benda sampai 20.

2) Melakukan pengurangan sampai 10. 3) Mencongak dan pengurangan sampai 10.

Dalam pembelajaran untuk penelitian ini dibatasi pada materi penjumlahan sampai dengan 20.

Dalam mengajarkan matematika anak tunagrahita ringan harus memperhatikan kondisi berikut ini yaitu: usia mental (umur kecerdasan), kemampuan berpikir, belajar melalui aktifitas konkrit, memperkaya pengalaman dengan memfungsikan seluruh penginderaan (sensori), dan tingkat kemandirian anak.

Proses pengajaran konsep bilangan bagi anak tunagrahita ringan adalah sebagai berikut: hal pokok yang harus dikuasai anak tunagrahita ringan adalah pengertian bilangan dan mengenal serta dapat menulis angka. Dalam mengerjakan konsep bilangan selalu diajarkan kepada anak didik dapat menentukan apa yang diketahui dan apa yang dinyatakan, sehingga mereka dapat memecahkan soal disertai pemikiran. Untuk menganalisa soal tersebut bagi anak tunagrahita ringan dapat dilakukan dengan cara mengkonkritkan soal-soal tersebut sehingga anak memperoleh pengalaman konkrit tentang konsep bilangan. Pengalaman tersebut dapat diperkuat melalui kegiatan yang diulang-ulang dengan variatif dan dinamis melalui media gambar. Dengan cara ini dapat dihindari hambatan psikologis yang berlangsung terhadap pelajaran matematika.

3. Gambar sebagai Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran memiliki beberapa pengertian dilihat dari sudut pandang para pakar. Banyak para pakar media pendidikan yang telah mendefinisikan

(34)

commit to user

pengertian media pembelajaran. Dari berbagai pendapat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Menurut Oemar Hamalik (1994: 12) “media pembelajaran adalah metode dan teknik yang digunakan untuk mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran”.

Menurut Association for Educational Communications Technology (AECT) di Amerika Serikat yang dikutip oleh Azhar Arsyad (2002: 3) “media pendidikan ialah segala bentuk saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi.” Sementara itu Gagne yang dikutif Arief S, Sadiman, dkk. (2009: 6) “media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar”.

Dari ketiga pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari guru ke siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran terjadi dan berlangsung lebih efisien.

Dalam penelitian ini media pembelajaran yang berupa gambar diharapkan dapat digunakan dalam mengajar siswa lebih efektif artinya media gambar tersebut akan lebih tepat guna dan bermanfaat sesuai dengan yang diharapkan dibandingkan mengajar tanpa mengguanakan media.

b. Fungsi Media Pembelajaran

Media pembelajaran memiliki beberapa fungsi untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa. Arief S. Sadiman dkk. (2009: 17-18) mengemukakan bahwa secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan sebagai berikut:

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera seperti misalnya: a) Obyek terlalu besar – bisa digantikan dengan realitas gambar, film

bingkai, film, dan model.

b) Obyek yang kecil – bisa dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, dan gambar.

c) Gerak yang terlalu cepat atau terlalu lambat dapat dibantu high speed photography atau low speed photography.

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

3) Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik sehingga dalam hal ini media berguna untuk: a) Menimbulkan kegairahan belajar.

b) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan.

c) Memungkinkan anak didik untuk belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

d) Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana latar belakang guru dan siswa sangat berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan.

Dari uraian tersebut di atas media dapat membantu untuk mengatasi berbagai macam hambatan, di antaranya mengurangi sifat verbalisme, mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan tipe belajar siswa karena kelemahan di salah satu indera, mengatasi sifat anak pasif menjadi aktif, membantu mengatasi kesulitan guru dalam memberikan pelayanan belajar kepada siswa, memperingan beban guru dan mempermudah belajar siswa.

c. Macam-macam Media Pembelajaran

Media pembelajaran banyak macamnya, masing-masing ahli media mengelompokkan jenis media sesuai dengan sudut pandangnya dan latar belakangnya sendiri. Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2000: 7) mengklasifikasikan media sebagai berikut: “Beberapa jenis media yang biasa digunakan dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran, dapat digolongkan menjadi media gambar atau grafis, media fotografis, media tiga dimensi, media proyeksi, media audio dan lingkungan sebagai media pengajaran.”

Arief S. Sadiman, dkk. (2009: 29-30) mengutif dari pendapat Rudi Bertz sebagai berikut:

Bertz mengidentifikasikan ciri utama dari media menjadi tiga unsur pokok yaitu suara, visual, dan gerak. Visual sendiri dibedakan menjadi tiga yaitu gambar, grafis (line graphic), dan simbol yang merupakan kontinum dari bentuk yang dapat ditangkap dengan indera penglihatan. Di samping itu Bertz juga membedakan media sinar (telecomunication) dan media rekam (recording) sehingga terdapat delapan klasifikasi media yaitu: 1) media audio visual gerak, 2) media audio visual diam, 3) media audio visual semi, 4) media visual gerak,

(36)

commit to user

5) media visual diam, 6) media visual semi gerak, 7) media audio, dan 8) media cetak.

Pada dasarnya media dipandang dari ciri-cirinya ada tiga jenis yaitu suara, visual, dan gerak. Dari uraian dan klasifikasi di atas dapat penulis kelompokkan menjadi beberapa jenis kelompok media yaitu:

1) Media gambar/grafis. 2) Media fotografis. 3) Media tiga dimensi. 4) Media proyeksi. 5) Media audio. 6) Media lingkungan.

d. Media Gambar

1) Pengertian Media Gambar

Media gambar memiliki beberapa pengertian, dari berbagai literatur dapat dijelaskan sebagai berikut:

Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai 2001: 70), “media gambar adalah gambar mati yang sederhana digunakan oleh guru secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar yang mempunyai makna tertentu, menarik siswa, dan mudah dipahami dari maksud gambar tersebut”.

Menurut Sri Anitah (2010: 7), “media gambar (gambar mati) adalah gambar yang dibuat pada kertas karton atau sejenisnya yang tidak tembus cahaya yang mengandung arti dan mudah dipahami oleh siswa saat melihat gambar tersebut”.

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media gambar (gambar mati) yang sederhana dibuat pada kertas karton atau sejenisnya yang tidak tembus cahaya digunakan oleh guru secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar yang mempunyai makna tertentu, menarik siswa dan mudah dipahami saat melihat dari maksud gambar tersebut.

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Gambar adalah salah satu media pembelajaran yang amat dikenal di dalam setiap kegiatan pembelajaran, karena media gambar memberikan manfaat dalam pembelajaran. Menurut Azhar Arsyad (2002: 43), media gambar memberikan manfaat sebagai berikut:

a) Menimbulkan daya tarik pada anak. Gambar dengan berbagai warna akan lebih menarik dan membangkitkan minat dan perhatian anak.

b) Mempermudah pengertian anak. Suatu penjelasan yang abstrak akan lebih mudah dipahami bila dibantu gambar.

c) Memperjelas bagian-bagian yang penting. d) Menyingkat suatu uraian.

Penemuan-penemuan dari dari hasil penelitian mengenai nilai-guna gambar diam tersebut menurut Bronw yang dikutih Sri Anitah, dkk. (2004: 31) mempunyai sejumlah implikasi bagi pengajaran, yaitu:

a) Bahwa penggunaan gambar dapat merangsang minat atau perhatian anak. b) Gambar-gambar yang dipilih dan diadaptasi secara tepat, membantu anak

memahami dan mengingat isi informasi bahan-bahan verbal yang menyertainya.

c) Gambar-gambar dengan garis sederhana sering kali dapat lebih efektif sebagai penyampaian informasi ketimbang gambar dengan bayangan, atau pun gambar fotografi yang sebenarnya. Gambar-gambar realisme yang lengkap yang membanjiri penonton dengan informasi visual yang terlalu banyak, ternyata kurang baik sebagai perangsang belajar dibanding gambar atau potret yang sederhana saja.

d) Warna pada gambar diam biasanya menimbulkan masalah. Sekali pun gambar berwarna lebih memikat perhatian anak daripada yang hitam putih, namun tidak selalu gambar berwarna merupakan pilihan yang terbaik untuk mengajar atau belajar. Suatu studi menyarankan agar penggunaan warna haruslah realistik dan bukan sekedar demi memakai warna saja. Kalau pada suatu gambar hitam putih ditambahkan hanya satu warna, maka mungkin akan mengurangi nilai pengajarannya. Pengajaran menyangkut konsep warna, maka gambar-gambar dengan warna yang realistik memang lebih disukai.

e) Kalau bermaksud mengajar konsep yang menyangkut soal gerak, sebuah gambar diam (termasuk film rangkai) mungkin akan kurang efektif dibanding dengan sepotong film bergerak yang menunjukkan gaya (action) yang sama. Dalam hal ini, suatu urutan gambar diam, seperti yang dibuat dengan kamera foto 35 mm dapat terlalu banyaknya informasi yang ditampilkan oleh suatu film bergerak.

f) Isyarat yang bersifat non-verbal atau simbol-simbol seperti tanda panah, atau pun tanda-tanda lainnya pada gambar diam dapat memperjelas atau mungkin pula mengubah pesan yang sebenarnya dimaksudkan untuk dikomunikasikan.

(38)

commit to user

Atas dasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media gambar dapat memberikan manfaat merangsang minat atau perhatian anak, membantu anak memahami dan mengingat isi informasi bahan-bahan verbal yang menyertainya, lebih efektif sebagai penyampaian informasi ketimbang gambar dengan bayangan, atau pun gambar fotografi yang sebenarnya. Pengajaran menyangkut konsep warna, maka gambar-gambar dengan warna yang realistik memang lebih disukai. Urutan gambar diam seperti yang dibuat dengan kamera foto 35 mm dapat mengurangi terlalu banyaknya informasi yang ditampilkan oleh suatu film bergerak dan isyarat yang bersifat non-verbal atau simbol-simbol seperti tanda panah, atau pun tanda-tanda lainnya pada gambar diam dapat memperjelas atau mungkin pula mengubah pesan yang sebenarnya dimaksudkan untuk dikomunikasikan.

3) Prinsip-prinsip Penggunaan Media Gambar

Dalam menggunakan media gambar perlu diperhatikan prinsip-prinsip penggunaannya, agar media yang digunakan dapat memberikan kesan yang menarik bagi siswa. “Menggunakan gambar untuk tujuan-tujuan pelajaran yang spesifik, yaitu dengan cara memilih gambar tertentu yang akan mendukung penjelasan inti pelajaran atau pokok-pokok pelajaran”. (Sri Anitah, dkk. 2004: 32). Tujuan khusus itulah yang mengarahkan minat siswa kepada pokok-pokok terpenting dalam pelajaran. Memadukan gambar-gambar kepada pelajaran, sebab kefektifan pemakaian gambar di dalam proses belajar mengajar memerlukan keterpaduan.

Menggunakan gambar-gambar itu sedikit saja, daripada menggunakan banyak gambar tetapi tidak efektif. Guru hendaknya berhemat dalam mempergunakan gambar yaitu gambar yang mengandung makna. Jumlah gambar yang sedikit tetapi selektif lebih baik daripada dua kali mempertunjukkan gambar-gambar yang serabutan tanpa pilih-pilih. Jadi yang terpenting adalah pemusatan perhatian pada gagasan utama.

Mendorong pernyataan yang kreatif, melalui gambar-gambar para siswa akan didorong untuk mengembangkan ketrampilan berbahasa lisan dan tulisan.

Mengevaluasi kemajuan kelas dapat juga dengan memanfaatkan gambar-gambar baik secara umum maupun secara khusus. Jadi guru bisa mempergunakan

(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

gambar datar, slides atau transparan untuk melakukan evaluasi hasil belajar siswa. Pemakaian instrumen tes secara bervariasi akan sangat baik dilakukan guru, dalam upaya memperoleh hasil tes yang komprehensif serta menyeluruh.

e. Menjumlah dengan Media Gambar 1) Pengertian Menjumlah

Menjumlah adalah menggabungkan dua atau lebih anggota himpunan benda atau bilangan sehingga terjadi himpunan benda atau bilangan baku dengan menggunakan lambang (U) atau tanda tambah (+) untuk menggabungkan himpunan benda atau bilangan tersebut (Azhar Arsyad, 2002: 67).

2) Bentuk Kegiatan Menjumlah Benda

Sebelum kegiatan dimulai hendaknya menyiapkan media yang akan digunakan yaitu media benda nyata berupa kelereng atau lidi. Adapun langkah-langkah dalam menjumah sebagai berikut:

a) Mengenalkan himpunan benda.

b) Mengenalkan simbol penjumlahan himpunan benda, Union (U).

c) Mengenalkan gambar benda pada kelompok atau himpunan yang pertama.

d) Mengenalkan gambar benda pada kelompok atau himpunan yang kedua. e) Menghitung kelompok benda yang pertama.

f) Menghitung kelompok benda yang kedua.

g) Menggabungkan atau menjumlah kedua kelompok himpunan benda. h) Menghitung semua benda yang telah digabungkan.

(40)

commit to user 3) Contoh media gambar untuk penjumlahan

a) U + = b) + = B. Kerangka Berpikir

Anak tunagrahita ringan mempunyai karakteristik kesukaran berpikir abstrak, tetapi mereka masih dapat mengikuti pelajaran akademik baik di sekolah umum maupun sekolah khusus. Anak tunagrahita ringan ini walaupun kecerdasan dan adaptasi sosialnya terhambat, namun mereka masih memiliki kemampuan untuk dapat berkembang dalam bidang pelajaran akademik secara optimal.

Anak tunagrahita ringan umumnya mengalami hambatan pada pelajaran matematika, hal ini disebabkan mereka mempunyai IQ di bawah normal sehingga mengakibatkan siswa kurang dapat berkonsentrasi terhadap pelajaran, kurang dapat berpikir abstrak, dan perhatian siswa sering beralih-alih serta mudah merasa bosan dalam pembelajaran. Guru dapat mempelajari hambatan dan kesalahan yang dibuat

... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

oleh siswa dalam pembelajaran matematika, setelah itu memberikan bantuan untuk memperbaikinya.

Peningkatan kemampuan belajar matematika anak tunagrahita ringan, mutlak diperlukan perbaikan-perbaikan dalam penyampaian pelajaran yang konkret, mudah diterima oleh anak, menarik perhatian anak, serta dalam situasi yang menyenangkan dan melibatkan siswa dalam interaksi belajar mengajar. Media yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan kondisi anak tunagrahita ringan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penggunaan media gambar dipandang lebih efektif untuk dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar guna meningkatkan kemampuan operasional penjumlahan bagi anak tunagrahita ringan kelas 2 SDLB Negeri Kebakalan semester 2 tahun pelajaran 2011/2012. Hal ini berdasarkan pada anak tunagrahita yang kurang dapat berpikir abstrak.

Kerangka berpikir dari penelitian ini dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran AWAL

KONDISI

Sebelum Menggunakan Media Gambar

Anak belum mampu operasional

penjumlahan pada bidang studi matematika

TINDAKAN Proses Pembelajarandengan Menggunakan media Gambar

Siklus I Siklus II

KONDISI

AKHIR Kemampuan Siswa dalamOperasional Penjumlahan Meningkat

(42)

commit to user C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, maka penulis mengajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: melalui media gambar dapat meningkatkan kemampuan operasional penjumlahan bagi anak tunagrahita ringan kelas 2 SDLB Negeri Kebakalan Banjarnegara pada semester 2 tahun pelajaran 2011/2012.

(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini memilih tempat di SDLB Negeri Kebakalan Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara. Pemilihan tempat ini didasarkan pada pertimbangan bahwa tempat tersebut adalah tempat di mana peneliti bertugas sehingga lebih efektif dan efisien.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester 2 tahun pelajaran 2011/2012 kurang lebih selama enam bulan dimulai dari bulan Januari sampai dengan Juni 2012. Penelitian ini dibagi menjadi lima tahapan yaitu:

Tabel: 1 Jadual Kegiatan Penelitian

NO RENCANA KEGIATAN

BULAN KE

1 2 3 4 5 6

1. Tahap pengajuan judul skripsi V 2. Tahap penyusunan Proposal PTK V V 3. Tahap pengajuan ijin Penelitian /

penulisan skripsi. V

4. Tahap pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas.

V V

5. Tahap penyusunan Laporan, meliputi:

a. Menyusun konsep laporan. b. Perbaikan laporan

c. Penggandaan laporan d. Pengiriman hasil laporan

V

V V

V V V

(44)

commit to user B. Subyek Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 122), subyek penelitian adalah subyek yang ingin dituju untuk diteliti oleh peneliti. Penentuan subyek penelitian ini menggunakan teknik purposif.

Menurut Tulus Winarsunu (2002: 15) teknik purporsif dikenakan pada subyek yang karakteristinya sudah ditentukan dan diketahui lebih dahulu berdasarkan ciri dan sifat populasinya. Dalam penelitian ini kriteria subyek adalah anak tunagrahita ringan yang mengalami kesulitan dalam operasional penjumlahan.

Untuk meningkatkan kemampuan pengoperasionalan penjumlahan pada bidang studi matematika pada anak tunagrahita ringan dengan menggunakan media gambar, maka pihak yang dijadikan subyek penelitian adalah siswa tunagrahita ringan kelas 2 SDLB Negeri Kebakalan Banjarnegara sebanyak lima orang yang terdiri dari tiga putra dan dua putri.

C. Data dan Sumber Data

Data adalah kumpulan kejadian yang diangkat dari suatu kenyataan. Dalam penelitian ini yang dikumpulkan berupa informasi tentang kemampuan anak tunagrahita kelas 2 SDLB Negeri Banjarnegara dalam bidang studi matematika tentang operasional penjumlahan.

Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data adalah orang-orang yang ada hubungannya dengan subyek penelitian karena merekalah yang dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi subyek penelitian, seperti, orang tua siswa dan guru kelas sebelumnya yaitu guru kelas 1 pada tahun pelajaran 2010/2011

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik dan alat pemgumpulan data merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan oleh peneliti dalam melakukan penelitian, karena hal ini merupakan suatu yang paling mendasar guna keberhasilan dalam penelitian dapat tercapai. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan metode observasi, dokumentasi, dan tes.

(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Observasi memiliki pengertian yang berbeda-beda antara pendapat satu dengan yang lainnya. Dari beberapa literatur arti observasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung mengenal fenomena-fenomena dan gejala psikis maupun psikologi dengan pencatatan (Suharsimi Arikunto, 2006: 229). Menurut Supardi (2008: 127), observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.

Berdasarkan kedua pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa observasi adalah kegiatan pengamatan secara langsung mengenal fenomena-fenomena dan gejala psikis maupun psikologi dengan pencatatan untuk memotret seberapa jauh efek tindakan yang telah mencapai sasaran.

Observasi dilakukan untuk mengamati secara langsung proses dan dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar lebih efektif dan efisien. Dalam melakukan observasi proses, menurut Retno Winarni (2009: 84-85) ada empat metode observasi yaitu: observasi terbuka, observasi terfokus, observasi terstruktur, dan observasi sistematik.

a. Observasi Terbuka

Pengamat tidak menggunakan lembar observasi, melainkan hanya menggunakan kertas kosong merekam pelajaran yang diamati.

b. Observasi Terfokus

Ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari pembelajaran, misalnya: yang diamati kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi.

c. Observasi Terstruktur

Observasi menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap pakai, sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda ( V ) pada tempat yang telah disediakan.

d. Observasi Sistematik

Observasi sistematik lebih rinci dalam kategori yang diamati. Misalnya dalam pemberian penguatan, data dikategorikan menjadi penguatan verbal dan non-verbal.

(46)

commit to user

Dalam penelitian ini jenis observasi yang digunakan adalah observasi terstruktur, yaitu observasi menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap pakai, di mana pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda ( v ) pada tempat yang disediakan pada lembar pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Ada pun alasan penggunaan jenis observasi terstruktur ini adalah untuk mepermudah observer melakukan pengamatan. Selain itu jenis observasi terstruktur ini sesuai dengan masalah yang diteliti.

2. Dokumentasi

Dokumentasi memiliki beberapa pengertian menurut para ahli. Dari literatur yang diperoleh arti dokumentasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 200) “dokumentasi yaitu data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa cacatan, notulen, legger, agenda, dsb”. Menurut Margono (2009: 161), “metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian”.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dokumentasi adalah cara pengumpulan data mengenai hal-hal atau variabel melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, catatan, notulen, legger, agenda, atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan awal siswa dalam operasional penjumlahan pada bidang studi matematika yang diambil dari nilai ulangan harian pada semester 2 tahun pelajaran 2011/2012.

3. Tes

Tes memiliki beberapa pengertian menurut pendapat ahli. Dari literatur yang diperoleh, pengertian tes dapat dijelaskan sebagai berikut:

(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

“tes adalah sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab dan/atau tugas yang harus dikerjakan” (Saifuddin Azwar, 2001: 2). Menurut Suharsimi Arikunto (20006: 223) tes adalah “serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat, berujud pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa baik secara individu atau kelompok.

Tes terdiri dari berbagai bentuk sesuai dengan materi yang akan diberikan. Bentuk-bentuk tes antara lain: 1) tes benar salah, 2) tes pilihan ganda, 3) tes menjodohkan, 4) tes isian atau melengkapi dan 5) tes jawaban singkat (Suharsimi Arikunto, 2006: 223).

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes isian atau melengkapi. Setelah dilakukan tindakan siswa dites dengan menggunakan soal tes isian yang menitikberatkan pada segi penerapan pada akhir pembelajaran setiap siklus. Hasil setiap siklus dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui keefektifan tindakan dengan jalan melihat kembali (merujuk silang) pada indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.

E. Validitas Data

Keberhasilan suatu pengukuran ditunjang dengan adanya alat ukur yang sesuai. Kevalidan dapat diperoleh dari alat ukur jika alat ukur tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Suharsimi Arikunto (2006: 168) menyebutkan bahwa sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.

Uji validitas menurut Saifuddin Azwar (2001: 173) mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Dalam memenuhi keabsahan data, penelitian ini dilakukan trianggulasi data yaitu: 1) Cek-ricek, 2) Cross-checking, dan 3) Mengadakan membercheck.

1. Cek-ricek

Cek-ricek yaitu pengulangan kembali terhadap informasi yang diperoleh melalui berbagai metode, sumber data maupun setting.

Gambar

Gambar adalah salah satu media pembelajaran  yang amat dikenal di dalam setiap  kegiatan  pembelajaran,  karena  media  gambar  memberikan  manfaat  dalam pembelajaran
gambar  datar,  slides  atau  transparan  untuk  melakukan  evaluasi  hasil  belajar  siswa.
Gambar 1. Kerangka PemikiranAWAL
Grafik 1: Nilai Ulangan Harian pada Keadaan Awal
+4

Referensi

Dokumen terkait

Macam kusen bentuk ada dua kusen yaitu kusen bentuk normal yang merupakan perbandingan antara diameter pada ketinggian setengah dari tinggi pohon dengan diameter

Bagian publikasi dan pendaftaran memberikan informasi lowongan kerja kepada pencari kerja seperti para alumni SMK TI Muhammadiyah Cikampek serta alumni dari

Adapun penelitian ini bertujuan untuk iiicndapatkan briket arang dengan kualitas yang sesuai dengan standar SNI dengan mcmvariasikan perbandingan campuran bahan baku dari 1 : 1

protein antara lain adalah protein hewani (daging, telur, susu, dan keju) dan protein nabati (biji-bijian dan kacang-kacangan). Asam amino yang diperlukan tubuh terdiri

2 Berdasarkan model tiga dimensi (3D) diperlihatkan keberadaan Gunung Slamet dibagian barat Purwokerto dan sekitarnya, Provinsi Jawa Tengah ditunjukkan dengan nilai densitas yang

Santri sebagai sumber daya manusia adalah faktor sentral dalam lembaga pesantren. Apapun bentuk serta tujuannya, organisasi pesantren dibuat berdasarkan berbagai

diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai profesionalisme, komitmen organisasi, dan intensitas moral sebagai faktor-faktor yang memengaruhi tindakan akuntan untuk melakukan

Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa Integritas Berperilaku Kudus dalam Menciptakan Pelayan Tuhan yang Tidak Menuruti Hawa Nafsu, Hidup dalam Takut akan Tuhan, dan