LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA
“PENENTUAN KADAR VITAMIN C”DI SUSUN OLEH :
NURFADILAH AMALYA 1413042003
PENDIDIKAN KIMIA
LABORATORIUM KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Lengkap Praktikum Kimia Fisika II yang berjudul “Penentuan Kadar vitamin C ” yang disusun oleh:
Nama : Nurfadilah Amalya
NIM : 1413042003
Kelas : Pendidikan Kimia
Kelompok : V (Lima)
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asistenyang bersangkutan dan dinyatakan diterima.
Makassar, November 2016
Koordinator Asisten, Asisten,
Marwah Karim Hernawati .
Mengetahui, Dosen Penanggung Jawab
Hardin,S.Si,S.Pd,M.Pd NIP:19870807 201504 1 004
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vitamin C atau asam askorbat adalah komponen berharga dalam makanan karena berguna sebagai antioksidan dan mengandung khasiat pengobatan. Vitamin C mudah diabsorpsi secara aktif, tubuh dapat menyimpan hingga 1500 mg vitamin C bila di konsumsi mencapai 100 mg sehari. Jumlah ini dapat mencegah terjadinya skorbut selama tiga bulan. Tanda-tanda skorbut akan terjadi bila persediaan di dalam tubuh tinggal 300 mg. Konsumsi melebihi taraf kejenuhan akan dikeluarkan melalui urin (Almatsier, 2001).
Vitamin C pada umumnya hanya terdapat di dalam pangan nabati, yaitu sayur dan buah seperti jeruk, nenas, rambutan, papaya, gandaria, tomat, dan bawang putih (Allium sativum L) (Almatsier, 2001). Peranan utama vitamin C adalah dalam pembentukan kolagen interseluler. Kolagen merupakan senyawa protein yang banyak terdapat dalam tulang rawan, kulit bagian dalam tulang, dentin, dan vasculair endothelium. Asam askorbat sangat penting peranannya dalam proses hidroksilasi dua asam amino prolin dan lisin menjadi hidroksi prolin dan hidroksilisin. Kebutuhan vitamin dalam tubuh harus terpenuhi. Dalam aktivitas sehari-hari tubuh sangat memerlukan vitamin yang digunakan sebagai pengatur metabolisme dalam tubuh terutama vitamin c (asam askorbat)
Terdapat beberapa metode untuk mengetahui kadar vitamin C pada suatu bahan pangan. Diantaranya adalah metode titrasi dan metode spektrofotometri. Namun pada praktikum kali ini, metode yang digunakan adalah metode titrasai iodin.
B. Rumusan Percobaan
Berdasarkan latar belakang diatas, kami akan melakukan percobaan “Penentuan Kadar Vitamin C dari sebuah tablet vitamin C”.
Adapun tujuan dari percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu menentukan kadar vitamin C dalam sampel dengan menggunakan metode titrasi
D. Manfaat Percobaan
Mahasiswa dapat mengetahui kadar vitamin C dalam sampel yang mengandung vitamin C.
KAJIAN TEORI
Istilah vitamine atau vitamin mula-mula diutarakan oleh seorang ahli kimia Polandia yang bernama Punk, yang percaya bahwa zat penangkal beri-beri yang larut dalam air itu suatu amina yang sangat vital, dan dari kata tersebutlah lahirlah istilah vitamine dan yang kemudian menjadi vitamin. Kini vitamin dikenal sebagai suatu kelompok senyawa organik yang tidak termasuk dalam golongan protein, karbohidrat, maupun lemak, dan terdapat dalam jumlah yang kecil dalam makanan tapi sangat penting peranannya bagi fungsi tubuh untuk menjaga kelangsungan kehidupan serta pertumbuhan (Winarno, 2004: 119).
Vitamin adalah senyawa-senyawa organik tertentu yang diperlukan dalam jumlah kecil dalam diet seseorang tetapi esensial untuk reaksi metabolisme dalam sel dan penting untuk melangsungkan pertumbuhan normal serta memelihara kesehatan tubuh. Kebanyakan vitamin-vitamin ini tidak dapat disintesis oleh tubuh. Beberapa diantaranya masih dapat dibentuk oleh tubuh, namun kecepatan pembentukannya sangat kecil sehingga jumlah yang terbentuk tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Oleh karenanya tubuh harus memperoleh vitamin dari makanan sehari-hari. Jadi vitamin mengatur metabolisme, mengubah lemak dan karbohidrat menjadi energi, dan ikut mengatur pembentukan tulang dan jaringan (Poedjiadi, 2012: 397-398).
Vitamin adalah komponen mikro yang terdapat dalam pangan, baik secara alami maupun ditambahkan secara sengaja untuk memberikan sifat fungsional tertentu (misalnya vitamin C dan tokoferol sebagai abntioksidan). Vitamin adalah senyawa organik pendek yang diperlukan oleh tubuh manusia untuk mempertahankan kesehatan dan kebugaran. Vitamin berfungsi sebagai antioksidan, pencegah timbulnya berbagai penyakit,pembentukan sel darah, atau pembentukan koenzim untuk memfasilitasi reaksi enzimatis. Vitamin dikelompokkan berdasarkan kelarutannya, yaitu vitamin larut air (vitamin B dan C ) dan vitamin larut lemak ( vitamin A, D, E, dan K). Vitamin B sering disebut B kompleks karena terdiri atas berbagai jenis vitamin, yaitu B1 (thamin), B2 (ribiflafin), B3 (niacin,asam nikotinat, atau niasiamida), B4 (kolin ), B5 (asam
pantotenat), B6 (pirodoksin), vitamin B12 (sianokobalamin), serta fiosin dan folasin (asam folat) (Kusnandar, 2010: 11-12).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa vitamin adalah suatu kelompok senyawa organik yang tidak termasuk dalam golongan protein, karbohidrat, maupun lemak, dan terdapat dalam jumlah yang kecil dalam makanan tapi sangat penting peranannya bagi fungsi tubuh untuk menjaga kelangsungan kehidupan serta pertumbuhan. Kebanyakan vitamin-vitamin dapat disintesis oleh tubuh. Beberapa diantaranya masih dapat dibentuk oleh tubuh, namun kecepatan pembentukannya sangat kecil sehingga jumlah yang terbentuk tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Vitamin berfungsi sebagai antioksidan, pencegah timbulnya berbagai penyakit,pembentukan sel darah, atau pembentukan koenzim untuk memfasilitasi reaksi enzimatis.
Menurut (Wariyah, 2010) retensi vitamin C merupakan ketahanan vitamin C dalam sari buah jeruk untuk terdegradasi apabila disimpan pada kondisi tertentu. Retensi vitamin C dapat ditunjukkan dengan perubahan (penurunan) kadar vitamin C selama penyimpanan. Hasil penelitian terhadap stabilitas vitamin C sari buah jeruk selama penyimpanan menunjukkan analisis statistik terhadap kadar vitamin C selama penyimpanan pada suhu 5oC selama 1-6 hari
menunjukkan perbedaan yang nyata (data tidak ditampilkan). Artinya semakin lama penyimpanan, kadar vitamin C sari buah jeruk semakin berkurang atau retensinya semakin kecil. Menurut Faramade (2007), kecepatan degradasi vitamin C dalam sari buah jeruk berlangsung menurut reaksi orde nol atau reaksi berlangsung dengan kecepatan tetap, sehingga semakin lama penyimpanan jumlah vitamin C yang mengalami degradasi semakin besar. Menurut (Fennema, 1985) degradasi vitamin C terjadi akibat reaksi oksidasi menghasilkan dihidroksi - asam askorbat, selanjutnya terpecah menjadi asam diketogulonat dan terakhir menghasilkan asam threonat dan oksalat.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa retensi vitamin C merupakan ketahanan vitamin C dalam sari buah jeruk untuk terdegradasi apabila disimpan pada kondisi tertentu. Retensi vitamin C dapat ditunjukkan dengan perubahan (penurunan) kadar vitamin C selama penyimpanan
yaitu semakin lama penyimpanan, kadar vitamin C sari buah jeruk semakin berkurang atau retensinya semakin kecil. Sedangkan semakin lama penyimpanan jumlah vitamin C yang mengalami degradasi semakin besar. degradasi vitamin C terjadi akibat reaksi oksidasi menghasilkan dihidroksi - asam askorbat, selanjutnya terpecah menjadi asam diketogulonat dan terakhir menghasilkan asam threonat dan oksalat.
Vitamin C (asam askorbat) adalah vital dalam pembentukan kolagen protein struktural. Kekurangan dalam makanan dalam asam askorbat mengakibatkan keadaan yang disebut seriawan usus, yang ditandai dengan gusi nyeri, gigi goyah, kerusakan kapiler, pendarahan, sendi nyeri dan penyembuhan perlahan-lahan dari luka. Baru pada tahun 1757 telah dikenali bahwa buah-buahan dan sayur-sayuran segar melindungi terhadap seriawan usus (Page, 1997: 92-93).
Menurut (Almatsier, 2001) vitamin C adalah salah satu vitamin paling tidak stabil, mudah teroksidasi yang dipercepat dengan kontak dengan udara dan cahaya, katalis logam seperti Fe dan Cu. Reaksi oksidasi vitamin c ditunjukkan pada gambar 1.1 (Ramdani, dkk, 2013).
Gambar 1.1 Reaksi oksidasi vitamin C
Vitamin C dapat berbentuk sebagai asam askorbat dan asam L-dehidroaskorbat keduanya mempunyai keaktifan sebagai vitamin C. Asam askorbat mudah teroksidasi secara reversibel menjadi asam L-dehidroaskorbat. Asam L-dehidroaskorbat secara kimia sangat labil dan dapat megalami perubahan lebih lanjut menjadi asam L-diketogulanat yang tidak memiliki keaktifan vitamin C lagi. Vitamin C disintesis secara alami baik dalam tanaman maupun hewan, dan mudah dibuat secara sintesis dari gula dengan biaya yang sangat rendah. Peranan utama vitamin C adalah dalam pembentukan kolagen interseluler. Vitamin C juga banyak hubungannya dengan berbgai fungsi yang melibatkan respirasi sel dan
kerja enzim yang mekanismenya belum sepenuhnya dimengerti. Diantara peranan-peranan itu adalah oksidasi fenil alanin menjadi tirosin, reduksi ion feri menjadi fero dalam saluran pencernaan sehingga besi lebih mudah terserap, melepaskan besi dari transferin dalam plasma agar dapat bergabung ke dalam feritin jaringan, serta pengubahan asam folat menjadi bentuk yang aktif asam folinat. Diperkirakan vitamin C berperan juga dalam pembentukan hormon steroid dari kolestrol (Winarno, 2004 : 132).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Vitamin C (asam askorbat) adalah vital dalam pembentukan kolagen protein struktural. vitamin C merupakan salah satu vitamin paling tidak stabil. Vitamin C juga banyak hubungannya dengan berbgai fungsi yang melibatkan respirasi sel dan kerja enzim.
Iodometri merupakan titrasi langsung dan merupakan metode penentuan atau penetapan kuantitatif yang pada dasar penentuannya adalah jumlah I2 yang
bereaksi dengan sampel atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion iodide. Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat (lemah) (Riana, 2009).
Iodometri langsung merupakan titrasi terhadap larutan analit dengan larutan iodin sebagai larutan standar yang menggunakan indikator amilum. Oleh karena itu titrasi iodometri langsung disebut titrasi iodometri. Larutan iodin merupakan larutan standar sekundar, sehingga sebelum digunakan untuk menentukan kualitas analit, maka larutan iodin harus di standarisasi terlebih dahulu dengan larutan standar primer (Pursitasari, 2014 : 24-25).
Menurut (Munson, 1991) uji kadar vitamin C dilakukan dengan cara titrasi iodometri. Titrasi iodometri merupakan metode yang sederhana dan mudah dalam pengerjaannya (Ramdani, dkk, 2013).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa titrasi iodometri merupakan metode yang sederhana dan mudah dalam pengerjaannya. Titrasi iodometri juga disebut titrasi langsung dan merupakan metode penentuan atau penetapan kuantitatif yang pada dasar penentuannya jumlah I2 yang bereaksi
dengan sampel atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion iodida.
METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Lumpang dan alu @1 buah
b. Kaca arloji 1 buah
c. Erlenmeyer asah 250 mL 6 buah d. Erlenmeyer biasa 250 mL 6 buah
e. Corong biasa 1 buah
f. Pipet volume 25 mL 1 buah
g. Pipet volume 10 mL 1 buah
h. Pipet tetes 2 buah
i. Gelas kimia 50 mL 1 buah
j. Gelas kimia 100 mL 1 buah
k. Gelas kimia 250 mL 1 buah
l. Gelas ukur 10 mL 2 buah
m. Ball pipet 2 buah
n. Statif dan klem @2 buah
o. Buret 50 mL 2 buah
p. Spatula 1 buah
q. Labu semprot 1 buah
r. Labu ukur 100 mL 1 buah
s. Labu ukur 250 mL 1 buah
t. Kaki tiga dan kasa asbes @1 buah
u. Spiritus 1 buah
v. Lap kasar 1 buah
w. Lap halus 1 buah
1. Bahan
a. Sampel vitamin C b. Aquades (H2O)
c. Asam Sulfat (H2SO4) 2 N
d. Iod (I2) 0,1 N
e. Larutan KIO3 (Kalium Iodat)
f. Larutan Na2S2O3 (Kalium Dikromat)
g. Indikator amilum 2% h. Korek api
B. Prosedur Kerja
1. Standarisasi larutan Na2S2O3 0,1 N
a. Buret diisi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N
b. 10 mL iod dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
c. 30 mL KIO3 0,1 N ditambahkan, lalu dititrasi dengan larutan Na2S2O3
d. Volume titrasi dicatat dan diulangi percobaan hingga dua kali titrasi lalu ditentukan kenormalan Na2S2O3 yang sebenarnya.
a. 0,3 gram sampel vitamin C ditimbang, namun terlebiih dahulu digerus hingga tekturnya halus.
b. 10 mL aquades dingin yang telah didihkan sebelumnya ditambahkan ke dalam Erlenmeyer yang berisi sampel vitamin C.
c. 2,5 mL H2SO4 2 N dan 25 mL larutan iod 0,1 N ditambahkan. Kemudian
dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N sampai warna larutan berubah lalu
ditambahkan amilum dan dititrasi lagi hingga larutan berwarna kuning. d. Titrasi dilakukan sebanyak dua kali titrasi.
e. Langkah tersebut diulang lagi namun dengan perlakuan tanpa amilum f. Volume titrasi dicatat.
3. Penentuan Kadar Vitamin C
a. 0,3 gram sampel vitamin C ditimbang, namun terlebiih dahulu digerus hingga tekturnya halus.
b. 10 mL aquades dingin yang telah didihkan sebelumnya ditambahkan ke dalam Erlenmeyer yang berisi sampel vitamin C.
c. 2,5 mL H2SO4 2 N dan 25 mL larutan iod 0,1 N ditambahkan. Kemudian
dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N sampai warna larutan berubah lalu
dititrasi lagi hingga larutan berwarna kuning. d. Titrasi dilakukan sebanyak dua kali titrasi.
e. Langkah tersebut diulang lagi namun dengan perlakuan tanpa amilum f. Volume titrasi dicatat.
4. Penentuan Blanko
a. 10 mL aquades dingin yang sebelumnya telah dididihkan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
b. 2,5 mL H2SO4 2 N dan 25 mL larutan iod 0,1 N ditambahkan. Kemudian
dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N sampai warna larutan berubah lalu
ditambahkan amilum dan dititrasi lagi hingga larutan berwarna bening c. Titrasi dilakukan sebanyak dua kali titrasi.