• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONVERSI BAHASA DIALEK MESIR DALAM NOMINA BAHASA ARAB FUSHA KLASIK (Suatu Tinjauan Morfologis)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONVERSI BAHASA DIALEK MESIR DALAM NOMINA BAHASA ARAB FUSHA KLASIK (Suatu Tinjauan Morfologis)"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

KONVERSI BAHASA DIALEK MESIR

DALAM NOMINA BAHASA ARAB FUSHA ’KLASIK’

(Suatu Tinjauan Morfologis)

Abu Sufyan sufyanabusuez@yahoo.com

1. Nomina Persona Pelaku (?ism Fā’il ’active participle’)

Persona pelaku dibentuk dari verba ṯulātiy ’trisilabik’, berpola لـعاف [fā’ilun], seperti ملاـع [‘ālimun], مِهاـَف [fāhimun]. Dari verba mudori nāqis ’incomplete verb’ (tak utuh) berubah, menggantinya dengan fonem ي , dan pada verba ?ajwaf ’hollow verb’ fonem vokal panjang yang terletak sesudah vokal panjang /ا / pada bentuk persona pelaku diganti dengan ء, misalnya: فئاـخ [hā?ifun] bentuk madinya فاـَخ [hāfa].

Kosakata persona pelaku yang dibentuk dari selain verba trisilabik dilakukan dengan cara mengganti morfem mudara’ah ’present morpheme’ (awal bentuk verba mudori’) dengan morfem imbuhan ـم [mu-] disertai pemberian vokal kasrah pada konsonan sebelum akhir, مركـم [mukrimun], ثّدـحتـم [mutahaddiṯ], رصتنم [muntaŝir], رـفـغتـسم [mustaġfir], ستكم [muktasin], لـعتـسم [musta’ilin].

Dalam bahasa Arab dialek bentuk persona pelaku (ism fā’il) mengalami beberapa perubahan, diantaranyā

(1) Setiap persona pelaku yang terbentuk dari verba trisilabik ?ajwaf ’hollow verb’ maka fonem ء diganti dengan fonem ي, misalnya:: فئاـخ [hā?ifun] { فياخ } [hāyifun], دئاـع [‘ā?idun] { دياـع } [’āyidun], لئاـم [mā?ilun] {ليام} [māyilun].

(2) Mengganti vokal ḑammah dengan kasrah pada م di awal kata persona pelaku yang dibentukdari setiap verba yang bukan tulāṯy, misalnya:: مّلـعم [mu’allim] { مّلـعم } [mi’allim], حماـسم [musāmih] { حماـسم } [misāmih], dsb.

(3) Mensukunkan ’ayn ism fā’il (S2) tulāṯy dan melesapkan fonem /ا / ketika dijadikan jamak muḏakkar sālim ’suond masculine plural’ (jamak maskulin), misalnya:: لكآ [?ākil] (tunggal) { نيلْكأ } [aklīna] (jamak mudakkar sālim), بتاك [kātib] (tunggal) { نيبْتك } [katbīna] (jamak).

▸ Baca selengkapnya: gemeretak bahasa klasik

(2)

24

|

Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

Ketika jamak ini di-?idāfat-kan kepada pronomina maka vowel like ن senantiasa ada, misalnya:: هنيبْتك [katbīnuh], هنيمـهف [fahmīnuh].

Contoh lain dalam bahasa dialek Mesir: ،ةّيوتلم راكفأ ،ةّيوتـسم ةـهكاف ةّيدن ،ةّينـغم . Fonem /ي/ dalam kata-kata tersebut yang benar menurut bahasa Arab semuanya tidak bertasydid.

Di antara bentukan kata persona pelaku dari verba ṯulāṯy adalah dari nerba rubā’y, misalnya:: باطخلا لـسار [rāsilu’l ḫiṭāb] seharusnya باطخلا لـسرم [mursilu’l ḫiṭāb], كـساـم [māsikun] seharusnya كـّسمم [mumassikun], رـطاف [fāṭirun] seharusnya رّطـفم [mufaṭṭirun], ثئاـغ اي [yā gā?iṯ …] seharusnya ثيـغم اي [yā mugīṯ ….].

Di samping itu, dalam bahasa dialek Mesir terjadi penggabungan ن wiqāyah (penghubung) pada ism fā’il (persona pelaku) sebelum ي mutakallim (pronomina orang ke satu tunggal) sebagai peniruan terhadap verba, misalnya:: ىنلباقـم [muqābilunī], ىنحماـسم [musāmiḥunī], ىنمرـكم [mukrimunī], ىنمـساحم [muḥāsimunī]. Dalam hal ini, antara ism fā’il dengan ي mutakallim terdapat ن wiqāyah sebagaimana terjadi pada verba. Ibnu Malik membolehkan hal itu sebagaimana dijelaskan dalam bukunya (( تلاكـشمل حيحصتلاو حيضوتلا دـهاوـش حيحصلا عماجلا )).

2. Nomina Objek Sasaran (?ism Maf’ūl ‘passive participle’)

Dalam verba ṯulāṯy, ?ism maf’ūl dibentuk dengan pola لوـعـفـم [maf’ūlun], misalnya: دومـحم [maḫmūd], بوتكم [maktūb]. Apabila verba ṯulāṯy ?ajwaf terdiri dari fonem و dalam verba muḑāri’, maka fonem tersebut lesap dalam ?ism maf’ūl, لوـقم [maqūl]; dan apabila dalam verba muḑāri’ berupa fonem ي, maka fonem و ?ism maf’ūl lesap dan fonem ي yang asli tetap, misalnya: بيـغم [maġībun]. Apabila verba nāqis yang berupa fonem و dalan verba muḑāri’ maka fonem tersebut tetap bersama fonem و ?ism maf’ūl, kemudian berassimilasi, misalnya: ّوـعدـم [mad’uwwun]; sedangkan apabila berupa fonem ي dalam verba mudori’nya maka fonem و ?ism maf’ūl diganti dengan fonem ي, kemudian berassimilasi dengan fonem ي asli, misalnya: ّىضرـم [mardiyyun].

(3)

?ism maf’ūl yang terbentuk dari verba yang di luar ṯulāṯy pembentukannya dilakukan dengan mengganti morfem mudara’ah (awal verba muḑāri’} dengan morfem ـ ـم [mu-] sebagaimana pembentukan ?ism fā’il dan memberi vokal fatḥah pada konsonan sebelum akhir, misalnya:: مـهْلم [mulhamun], ف ّرـعم [mu’arrafun], بدتْنم [muntadabun], دـهاـشم [mušāhadun], جرـْختـْسم [mustaḫrajun], ىفطْصم [musṭafā], راتـ ْخم [muḫtārun], دافتـْسم [mustafādun].

(1) Konversi bahasa dialek pada bentuk ?ism maf’ūl a. Terbentuk dari verba ṯulāṯy ?ajwaf ي :

No.

Verba Mudori’

?ISIM MAF’ŪL

BA Standar/Klasik BA Dialek Mesir 1. 2. 3. عـْيبَي [yabī’u] لـْيِكَي [yakīlu] نـْيِدَي [yadīnu] عـْيبَم [mabī’un] لْيـِكَم [makīlun] نْيِدـَم [madīnun] ع ْو يْبَم [mabyū’un] ل ْويـْكَم [makyūlun] ن ْو يْدـَم [madyūnun] Dalam bahasa dialek Kabilah Tamim fonem و dari ?ism maf’ūl yang terbentuk dari verba ?ajwaf ي tidak lesap, tetapi tetap ada, misalnya: بيـعي [ya’ību] (muḑāri’) { بويـعم } [ma’yūbun] (?ism maf’ūl) sebagaimana dalam dialek Mesir.

Adapun verba ?ajwaf و dalam bahasa Tamim diucapkan dengan ?ism maf’ūl sebagaimana dalam bahasa Arab Fuŝḥā/klasik, misalnya:: مولي [yalūmu] (muḑāri’) { مولم }[malūmun] (?ism maf’ūl). b. Terbentuk dari verba ṯulāty bukan Rubā’iy

?ism maf’ūl kadang-kadang dibentuk dari verba rubā’y, padahal sbenarnya dari verba ṯulāṯiy, misalnya: باـهم لجر [rajulun muhābun], باـعم صخـش [šaḫŝun mu’ābun] dibentuk dari verba باـهي [yahābu] dan بيـعي [ya’ību].

Perhatikan beberapa kata yang mengalami konversi dalam dialek:

ناصم بوث ،ساقملا دبـعلا ،ّىغلم دـقـع ،عابم لزنم .

(2) Bentuk ?ism fā’il dari verba yang bukan ṯulāṯy, yaitu diberi vokal kasrah pada konsonan pertama sebagaimana ?ism fā’il yang dibentuk dari verba yang bukan ṯulāṯy, misalnya: طـّسبم [mibassaṭun], ب ّرـجم

(4)

26

|

Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

[mijarrabun], دّمحم [miḥammadun], م ّرـحم [miḥarramun], رـّهزـم [mizahharun], رـّعـسم [misa’’arun], عّيضم [miḑayya’un], dsb.

Konversi bahasa dialek dalan pembentuk ?ism maf’ūl dari verba ṯulāṯy padahal sebenarnya dari verba rubā’y دوـسـفم [mafsūdun], حولصم [maŝlūḥun], قوـسوم [mawsūqun], عودوم [mawdū’un], ةقوزلم [malzūqatun], ةقوصلم [malsūqatun], موـجلم [maljūmun], ةدوـقوم [mawqūdatun], عوـجوم [mawjū’un].

Dalam bahasa dialek terkadang ?ism maf’ūl dibentuk pada posisi ?ism fā’il, misalnya: لـقـعلا لوـهذم [maḏhūlu’l ’aqli] seharusnya لـهاذ [ḏāhilu]; لوـهم لمـع [’amalun mahūlun] seharusnya لئاـه [hā?ilun].

3. Qualificative Ajektive (Ŝifah Mušabbahah)

Ŝifah mušabbahah dibentuk dari verba intransitif, untuk contoh-contohnya tidak ada aturan yang membatasinya, karena itu terjadi dalam banyak bentuk, misalnya: ميرـك [karīm], عاجـس [sujā’un], نـسـح [ḥasanun], نطـف [faṭinun], مخض [ḑaḫmun], ىكز [zakiyun], دـجاس [sājidun], ملاـع [’ālimun], داوـج [jawādun], لـطب [baṭalun], نابـج [jabānun], ناـحرـف [farḥānun].

Pefeminiman semua ajektiva ini ditandai dengan penanda ةـ , dan biasanya dalam bahasa Arab tidak ada pembentukan feminim pada pola bentuk ليـعـف [fa’īl] yang bermakna لوـعـفم [maf’ūl], misalnya: حيرـج [jarīḥun] untuk feminim tidak perlu mengimbuhkan morfem ةـ di akhir, demikian pula pola bentuk لوـعف [fa’ūl] yang bermakna لـعاف [fā’il], seperti رويـغ [ġayūrun], namun dalam bahasa dialek dibubuhi ةـ dalam bentuk feminim (mu?annaṯ). Lembaga Bahasa Arab di Kairo menetapkan dua hal: pertama, boleh dibubuhi morfem ةـ pada pola bentuk ليـعف [fa’īlun] yang bernmakna لوـعـفم [maf’ūl], da, kedua, boleh dibubuhi morfem ةـ pada pola bentuk لوـعف [fa’ūl] yang bermakna لـعاف [fā’il].

Seprti diketahui bahwa pada umumnya sifah mušabbahah ‘Qualificative Ajektive’ ditandai dengan morfem ةـ dalam memfeminimkan bentuk kata tersebut, namun terkadang dengan alif maqsūr (ى) seperti ىشطـع [‘aṭšā] bentuk feminim dari ناـشطـع [‘atšān] namun diperbolehkan dengan bentuk ةناـشطـع [‘aṭšānah]. Pada kata-kata

(5)

‘warna’ dan yang menunjukkan keadaan ‘’aib’ ditandati dengan imbuhan alif mamdūdah ( ءا ـ ), misalnya: ءاضيب [bayḍā?u], ءارـمح [ḥamrā?u], ءاجرـع [‘arjā?u].

Dalam bahasa Arab terdapat sifat yang khusus bagi wanita, karenanya tidak perlu penanda feminim, misalnya: لماـح [ḥāmilun], عضرـم [murḍi’un]; sadangkan dalam bahasa dialek dibubuhi morfem ةـ .

Konversi bahasa dialek dalam ŝifah mušabbahah ’ Qualificative Ajektive’:

(1) Pada dua pola bentuk ليعف [fa’īl] dan لـعف [fa’il] diberi vokal kasrah pada konsonan awal; banyak sekali dalam bahasa dialek kata yang diberi vokal kasrah di awal kata pada ŝifah mušabbahah yang berpola ليعف [fa’īl], misalnya:: ريتـك [kitīr] = ريثـك [kaṯīr] terjadi pergantian fonem /ث/ dengan fonem /ت/, ريبـك [kibīr], حيلم [milīḥ], فيرـش [širīf], نيمـس [simīn], ديعب [bi’īd], ديعـس [si’īd].

Beberapa contoh sifah musabbahah yang berpola لـعف [fa’il] yang diberi vokal kasrah pada konsonan awal: فنإ [?inif], كبر [ribik], ركـع [’ikir], دـكن [nikid].

Nampak jelas bahwa bahasa dialek Mesir diduga mengikuti sebagian bangsa Qois dengan dua bentuk di atas yaitu memberi vokal kasrah pada konsonan pertama, sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Faris dalam bukunya ىبحاصلا .

(2) Dalam masalah ’warna’ dan ’aib’ ŝifah mušabbahah dibentuk atas pola ءلاْعف– لـعفأ [?af’ala – fa’lā?u], misalnya: ضيبأ [?abyaḍ] - ءاضيب [bayḍā?u], لوـحأ [?aḥwal] - ءلاوـح [ḥawlā?u].

Ketika masuk partikel ta’rif pada ajektiva maskulin ( ŝifah muḏakkarah) yang berpola لـعفأ [?af’ala] maka merfem ء (prefiks) pada kata itu dan fonem ء pada partikel ta’rif keduanya lesap sementara fonem ل ta’rifnya diberi vokal fathah, misalanyā ضيْبلأا [?al ?abyaḍ] { ضيْبل } [labyaḍ], رـمْحلأا [?al ?aḥmar] {رـمْحل } [laḥmar], جرـْعلأا [?al ?a’raj] { جرـْعل } [la’raj], لوـْحلأا [?al ?aḥwa ] {لوـحل } [laḥwal]. (3) Dalam ajektiva yang feminim (ŝifah mu?annaṯah) yang berpola bentuk ءلاْعف [fa’lā?u], dalam bahasa dialek alif mamdūdah lesap diganti dengan morfem ةـ bersukun, misalnya:: ءاضيب [bayḍā?u] { ةضيب } [bayḍah], ءلاوـح [ḥawlā?u] { ةلوـح } [hawlah], ءارـمح [ḥamrā?u]

(6)

28

|

Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

{ ةرـمح } [ḥamrah], ءاجرـع [’arjā?u] { ةجرـع} [’arjah], ءاـقمح [ḥamqā?u] { ةقمح } [ḥamqah].

(4) Untuk yang menyatakan ’aib’ yang berpola bentuk ءلاعف [fu’alā?u] untuk feminim dalam bahasa dialek tidak hanya melesapkan alif mamdūdah tetapi juga pada konsonan S1 dan S2 masing-masing vokalnya diganti dengan vokal kasrah, misalnya:: ءاـسـفن [nufasā?u] { ةـسـفن } [nifisah]. Kata ءارـشـع [’ušarā?u] untuk sapi betina hamil maka alif mamdūdah juga lesap, namun tidak dibubuhi/diganti morfem ةـ diakhir, karenanya menjadi رـشـع [‘ušara].

(5) Bahasa dialek mengkonversi kata yang bentuknya sekitar pola bentuk لـعفأ [?af’ala], yaitu kata رـخلآا [?al ?āḫar] { رـخار } [rāhar], yakni dengan meringankan bunyi ء dan mengganti fonem ل ta’rif dengan bunyi fonem ر bervokal fathah disertai dengan pelesapan fonem ا (alif).

4. Nomina Instrumental (?ism’l ?ālah)

Nomina ini dibentuk dari verba ṯulāṯy dengan pola لـعـفم [mif’alun], ةلـعـفم [mif’alatun], لاـعـفم [mif’ālun], yaitu untuk vowel like م S1 semuanya diberi vokal kasrah, misalnya: دربم [mibradun], ةـسنكم [miknasatun], راـسنم [minsārun].

Pada umumnya nomina instrumental jāmid, bukan bentukan/jadian (mustaq). Oleh karena itu bentuknya benar-benar beraneka ragam, misalnya: قيربإ [?ibrīq], ءانإ [?inā?], ةـجّلاث [ṯallājah], ةيـفنـح [hanafiyah], ةياّفد [daffāyah], ريز [zayr], نانـس [sanān], نيّكـس [sikkīn], تـْشط [ṭaštun], ةلاـّسـغ [ġassālah], سأـف [fa?sun], زوـك [kūz], لـخْنم [munḫul], طـْشم [mušṭun], لصْنم [munŝul].

Konversi bahasa dialek pada nomina instrumental:

(1) Diantara yang dikonversikan bahasa dialek pada pola bentuk لـعـْفم [mif’alun] adalah dengan mengganti vokal kasrah bahasa Arab standar/klasik dengan vokal fathah pada vowel lke م, misalnya: دربم [mabradun], عـفدـم [madfa’un], دنـسم [masnadun], طرـشم [mašratun], دـعصم [maŝ’adun], برضم [madrabun], شرـفم [mafrašun].

(7)

(2) Mengganti vokal kasrah pada vowel lke م dengan vokal fathah dalam kata yang berpola bentuk ةلعـفم [mif’alah] pada nomina intrumental berikut: ةرـخبم [mabḫarah], ةّدـخم [maḫaddah], ةنـحدـم [madḥanah], ةـحورـم [marwaḥah], ةلوزـم [mazwalah], ةـقنـشم [mašnaqah], ةديصم [maŝyadah], ةنـحطم [maṭḥanah], ةمرـفم [maframah], ةـقرـطم [maṭraqah], ةـعرـقم [maqra’ah], ةلصـقم [maqŝalah], dengan menganti pula fonem ق dengan ء . Perubahan lain di samping mengganti vokal kasrah di awal juga metatesis, yaitu pertukaran posisi S1 dengan S2, yakni S1 menempati posisi S2 dan sebaliknya S2 menempati posisi S1, misalnya: ةـقـعلم [mil’aqah] { ةـقلـعم } [mi’laqah].

(3) Bahasa dialek mengkonversi pola bentuk لاـعْفم [mif’ālun], yaitu dengan mengganti vokal kasrah pada م dengan vokal dammah, misalnya: حاتـْفم [miftāḥun] { حاتـْفم } [muftāḥun], رامـْسم [mismārun] { رامـْسم } [musmārun].

Di samping itu terjadi penggantian vokal kasrah dengan fathah pada vowel like م disertai pelasapan ة di akhir kata, misalnya: ةاـفـْصم [miŝfāh] { ىـفـْصم } [maŝfā], ةلاـْقم [miqlāh] { ىلـْقم } [maqlā] terkadang هيلاـْقم [maqlāyah] dibubuhi fonem ي dan ـه bersukun di akhir.

Di sampin itu pula konversi bahasa dialek dilakukan dengan melesapkan vokal panjang /ا / sebelum akhir tanpa mengubah vokal م , misalnya: ةلاـْخم [miḫlāh] { ةلـْخم } [miḫlah], ةاوـْسم [miswāh] { ةوـْسم } [miswah], atau mengubah vokal kasah م dengan vokal fathah, misalnya: ةاوْطم [miṭwāh] {ةوْطم } [maṭwah], ةاوـْكم [mikwāh] { ةوـْكم } [makwah]. 5. Konversi Pola Bentuk Berbagai Nomina, Penghilangan dan Penambahan Vokal

5.1 Konversi Nomina Tunggal dan Pola Bentuknya

Nomina tunggal (mufrad) adalah suatu nomina yang menunjukkan atas sesuatu yang tunggal atau makna tunggal, تيب [baytun], دـسأ [?asadun], ةرجـش[šajaratun], لبج[jabalun], ةـفرـغ [ġurfatun], ةرئاط [ṭā?iratun], dsb.

Dalam bahasa Arab dialek banyak kosa kata yang mengalami pergantian konsonan, sebagaimana halnya pergantian sebagian vokal.

(8)

30

|

Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

Terlebih dahulu kita lihat kosa kata yang mengalami pergantian sebagian vokal.

5.1.1 Pola Bentuk ةلاـعف [fu’ālah] Bervokal Dammah S1

Suyuti teham banyak menyajikan pola bentuk ini secara terperinci dalam bukunya ))ةـغـللا مولـع ىف رـهزـملا )) juz 2, dengan mengemukakan berbagai contoh.

Lembaga Bahasa Arab telah mengeluarkan keputusannya dengan menganalogikan pola bentuk ةلاـعف [fu’ālah] untuk menyatakan tetap ada dan tidaknya sesuatu dan segala sesuatu yang berguguran ketika berusaha dan menanganinya.

Dalam bahasa Arab dialek S1 tidak lagi bervokal dammah tetapi bervokal kasrah, misalnya: ةدارب [birādah], ةيارب [birāyah], ةكاكح [hikākah], ةمامك [kimāmah], ةـسانك [kināsah], ةتاـحن [nihātah], ةياـفن [nifāyah], ةراـسك [kisārah].

5.1.2 Pola Bentuk Nomina لوـعف [fa’ūlun] Bervokal Fathah S1 Dalam bahasa arab dialek pola ini tidak bervokal fathah S1 tetapi berfokal dammah; sedangkan dalam bahasa Arab standar/klasik pola bentuk لوـعف [fu’ūl ] merupakan bentuk masdar, seperti عوكر [rukū’], دوجـس [sujūd]. Dalam bahasa Arab dialek, seperti kata روحـسلا [al sahūr] dan روحـسلا [al suhūr]; atau روطـفلا [al faṭūr] dan روطـفلا [al fuṭūr], semuanya diucapkan dengan vokal dammah S1, yaitu روحـسلا [al suhūr] dan روطـفلا [al fuṭūr].

Dalam bahasa Arab dialek kosa kata yang berpolakan seperti ini cukup banyak di antaranya yang terkait dengan obat, misanyā ىوـحبلا [al buhūr], كولدلا [al dulūk], فوـفـسلا [al sufūf], سوبللا [al lubūs], قوصللا [al lusūq], قوـعللا [al lu’ūq], قوـشنلا [al nušūq].

5.1.3 Pola Bentuk Nomina للـْعف [fi’lil]

Pola bentuk ini dalam bahasa Arab standar/klasik tidak banyak. Dalam bahasa dialek terbagi tiga pola bentuk, yaitu yang tidak mengalami perubahan, yakni sama dengan pelafalan bahasa Arab standar/klasik, seperti سدنـح [hindis], مـسمـس [simsim], شمـشم [mišmiš],

(9)

bentuk feminim seperti ةلـسلـس [silsilah], ةمذرـش [širḏimah]; diberi vokal dammah konsonan awal dan konsonan sebelum akhir, seperti مرصـح [husrum], سرـقن [nuqrus]; dan diberi vikal dammah di awal dan vokal fathah pada konsonan sebelum akhir, seperti عدـفد [dufda’].

5.1.4 Pola لولـْعف [fu’lūl]

Dalam bahasa Arab standar/klasik S1 pola bentuk nomina ini selamanya bervokal dammahn sedangkan dalam bahasa Arab dialek S1 bervokal fathah, misalnya:موـع ْرب [bar’ūm], قوـق ْرب [barqūq], موـعْلب [bal’ūm], لولـْهب [bahlūl], روـهْمج [jamhūr], موـقْلح [halqūm], موط ْرـخ [hartūm], بوـق ْرـع [‘arqūb], روتـْسد [dastūr], روبْنز [zanbūr], نونـْعـش [ša’nūn], خورْمـش [samrūh], قودْنص [sandūq], روطرط [ṭarṭūr], نوبرـع [‘arbūn], بوـقرـع [‘arqūb], روـفصـع [‘aŝfūr], dan دوـقنـع [‘anqūd].

Dalam bahasa dialek semua S1 pada nomina tersebut bervokal fathah. Para linguis mengemukakan bahwa semua kata yang berpola bentuk ini bervokal dammah S1 kecuali kata قوـفـْعص [ŝa’fūq] bervokal fathah S1, yaitu nama daerah di Yamamah.

5.1.5 Pola Bentuk ليلْعف [Fi’līl]

Nomina yang berpolakan benuk ini dalam bahasa dialek S1 bervokal fathah, sedangkan dalam bahasa Arab standar/klasik tidak bevokal fathah baik pada nomina maupun ajektiva. Berikut ini beberapa contoh bahasa dialek: ليط ْرب [bartīl], ريج ْرـج [jarjīr], ريز ْنـخ [ḫanzīr], زيلـْهد [dahlīz], خينر ْز [zarnīḫ], ليبْنز [zanbīl], جيرـْهص [ŝahrīj], تيرْـفـع [’afrīt], ريدْصـق [qaŝdīr], ليدْنـق [qandīl].

5.1.6 Pola Bentuk [mif’īl]

Baik dalam bahasa Arab standar/klasik maupun bahasa Arab dialek, bentuk ini kurang populer kecuali tiga kata saja, yaitu نيكـْسم [miskīn], ليدْنم [mindīl], dan قيطْنم [mintīq].

Kata-kata tersebut dalam bahasaArab standar/klasik S1 bervokal kasrah, sedangkan dalam bahasa dialek bervokal fathah.

(10)

32

|

Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

5.2 Konversi pada Bentuk Dual, Jamak, dan Jenis-jenisnya 5.2.1 Bentuk Dual

Dual adalah kata yang menunjukkan bilangan dua, baik maskulin maupun feminim melalui penambahan morfem نا ـ di akhir kata dalam keadaan rafa’ atau morfem ني ـ dalam keadaan nasab dan jarr, misalnya: ناحجانلا لبـْقأ [?aqbala al nājihāni], نيحجانلا تلباـق [qābaltu al nājihayni], نيحجانلا ىلع تمّلـس [sallamtu ’alā al nājihayni]. Vowel like ن selamanya bervokal kasrah, dan konsonan sebelum kedua morfem ini bervokal fathah.

Ini adalah merupakan ?i’rab mutannā (dual) dalam bahasa Arab standar/klasik, hanya saja dalam bahasa dialek mengabaikan ?i’rab. Oleh karena itu kita melihatnya mengabaikan keadaan rafa’ dalam mutannā (dual) sebahagaimana halnya mengabaikan morfem نا ـ, yakni tidak membubuhkannya. Dalam bahasa dialek cukup dengan membubuhkan morfem ني ـ, dan tidak memberinya vokal fathah pada konsonan sebelumnya, tetapi dengan vokal kasrah, serta mensukunkan vowel like ن di akhir kata, tidak memberinya vokal kasrah, misalnya: ْنيلـجر [rajulīn], ْنيترجـش [šajaratīn], ْنيباتك [kitābīn]. Dengan demikian bahasa dialek benar-benar telah mengkonversinya dari bahasa Arab standar/klasik.

Ketika kata dual itu di-?idafat-kan pada yang lain, seperti diketahui dalam bahasa Arab standar/klasik vowel like ن di akhir lesap, sedangka dalam bahasa dialek tidak lesap, misalnya: ىلـع يباتك تأرـق [qara?tu kitābay ‘aliy] (bahasa Arab Standar); ىلـع ْنيباتك تأرـق [qara?tu kitābīn ‘aliy].

Dalam bahasa dialek, apabila nomina dual berupa ?ism maqsūr dengan alif biasanya disambung dengan ت misalnya: اصـع [‘aŝā]{ ْنيتاصـع} [‘aŝātīn], kadang-kadang ْنيتياصـع [‘aŝāyitīn] ditambah fonem ي seperti bentuk tunggal dalam bahasa dialek ةياصـع [‘aŝāyah]. Dalam bahasa Arab standar/klasik pembentukan dual semacam ini dengan mengganti fonem alif dengan و bukan ت, misalanya نيواصـع [‘aŝāwayni].

Kaidah ?ism maqsūr dalam bahasa Arab standar/klasik adalah apabila lebih dari tiga fonem (konsonan) maka fonem alif diganti dengan fonem ي . Hanya saja dalam bahasa dialek diganti dengan fonem ت

(11)

sebagaimana ?ism masūr tuls:tiy wāwiy, misalnya: ىوـعد [da’wā] { ْنيتوـعد } [da’watīn], ىلضـف [fudlā] { ْنيتلضـف} [fuḍlatīn].

5.2.2 Jama’ Al Mudakkar Al Sālim

Jama’ al mudakkar al sālim adalah suatu kata yang menunjukan bilangan tiga ke atas dengan dibubuhi morfem نو di akhir bentuk tunggal (mufrad) dalam keadaan rafa’, atau dibubuhi morfem ني dalam keadaan nasab atau jarr, misalnya: نودـهتجملا ءاج [jā?a ?al mujtahidūna], تْمّلك نيدـهتجملا [kallamtu ?al mujtahidīna], نيدـهتجملا ىلا تثّدـحت [tahaddaṯtu ?ilā ?al mujtahidīna]. Ini adalah ?i’rāb jama’ al mudakkar al sālim (jamak maskulin yang tidak mengubah bentuk tunggal, cukup menambah morfem tesebut di atas).

Dalam bahasa dialek ?i’rāb tersebut diabaikan, karenanya tidak ada rafa’ dalam jamak, demikian pula morfem نو diabaikan dalam bahasa dialek, cukup dengan imbuhan morfem ني hanya saja fonem ن pada morfem itu tidak bervokal fathah, tetapi sukun selamanya, misalnya: نيدـهتجم [mujtahidīn], ْنيمداق [qādimīn], نيلحار [rāhilīn].

Mubarrod mengemukakan bahwa mengabaikan morfem نو dalam jamak ini dan menetapkan morfem ني dengan menyertakan ?i’rāb pada fenem ن adalah satu aliran/madhab bahasa Arab. Suyuti mengemukakan bahwa itu adalah bahasa sebagian Bani Tamim dan Bani Amir sebagaimana diungkapkan dalam buku عمـهلا, juz 1: 159 di mana mereka menjadikan ?i’rāb terletak pada fonem ن seperti dalam bentuk tunggal, sebagai bukti dapat dilihat pada ungkapan syair Jarir:

للاـهلا نم رارـسلا ذخأ امك ّىنم نذخأ ِنينـسلا ّرم ىرأ

Kata (( نينـسلا )) dalam bait syair di atas bervokal kasrah di akhir kata, sedangkan dalam bahasa Arab standar/klasik bervokal fathah pada ن itu sebab imbuhan bagi jama’ mudakkar sālim. Farozadak menyatakan dalam ratapannyā

نيّيبنلا دـعب نم فئلاخلا لاإ اـهّدـسم تيم لاو ّىح ّدـس ام

Dalam syair ini pun jama’ muḏakkar sālim (( نيّيبنلا )) bervokal kasran di akhir kata (ن ). Kedua penyair ini berasal dari kabilah Bani Tamim. Demikian pula seorang penyair Bani Amir, Suhaym bin Wasil al Riyahiy mengatakan:

ىّنم ءارـعـشلا ىغتبي اذامو

(12)

34

|

Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

Dalam syair ini kata (( نيـعبرلأا )) jama’ muḏakkar sālim, penyair memberinya vokal kasrah di akhir kata.

Menurut para linguis paling tidak sekelompok penyair Bani Tamim dan Bani Amir mengharuskan jama’ mudakkar sālim dibubuhi ي dan menjadikan posisi ?i’rāb pada ن di akhir. Sekelompok masyarakat ini tinggal di Mesir setelah kemenangan menguasainya, kemudian berkembanglah dialeknya, sehingga dialek Mesir mengabaikan ?i’rāb dan mensukunkan jamak ini dan ي tetap berlaku secara umum.

Dalam jamak ?ism manqūs seperti ىعادلا dan ىضارلا kaidahnya adalah melesapkan fonem ي dan memberi vokal dammah pada fonem sebelumnya ketika rafa’ dan memberinya vokal kasrah ketika nasab dan jarr, seperti نوـعادلا [al dā’ūna], نوضارلا [al rāḍūna], نيـعادلا [al dā’īna], نيضارلا [alrāḍīna]; sementara dialek Mesir mengabaikan keadaan ketika rafa’ sebagaimana disebutkan di muka. Fonem ن selamanya sukun, misalnya: ْنيـعادلا [al dā’īn], ْنيضارلا [alrāḍīn].

Untuk jamak ?ism maqsūr seperti ىض ْرلأا dalam bahasa Arab standar/klasik aturan pembentukan jama’ mudakkar sālim-nya adalah melesapkan alif dan membiarkan vokal fathah pada konsonan sebelumnya, maka jamaknya adalah نوض ْرلأا [?al ?arḍawna], نيض ْرلأا [?al ?arḍayna], نوـفطْصم [muŝtafawna], نيـفطْصم [muŝtafayna]. Sedangkan dalam bahasa dialek tidak dilafalkan dalam keadaan rafa’, karenanya morfem نو tidak ada, tetapi berlaku secara umum dalam jamak ini morfem ني sebagaimana disebutkan di muka, hanya saja konsonan sebelumnya tidak bervokal fathah, tetapi kasrah, misalnya: ْنيجترملا [?al murtajīn], ْنيـفطصملا [?al muŝtafīn], ْنيضترملا [?al murtaḍīn]. Suyuti mengemukakan dalam bukunya عمـهلا , juz 1:154: orang-orang Kufah memperbolehkan memberlakukan ?ism maqsūr sebagaimana diberlakukannya dalam ?ism manqūs, karenanya memberi vokal dammah pada konsonan sebelum و dan memberi vokal karah pada konsonan sebelum ي, Suyuti mengutip dari Ibnu Walad Al Lugawiy bahwa bahasa itu adalah bahasa sebagian bangsa Arab, Karenanya bagi diri sekelompok Bani Tamim dan Bani Amir yang bertanah air Mesir setelah kemenangan bangsa Arab dan berkembang di Mesir, mereka

(13)

membuat ?i’rāb diabaikan dengan mensukunkan fonem ن dengan memberlakukan aturan secara umum untuk jamak ini.

5.2.3 Jama’ Al Mu?annat Al Sālim

Jama’ al mu?annat al as:lim adalah suatu kata yang menunjukkan bilangan tiga ke atas dengan membubuhkan morfem تا – di akhir kata. Pada umumnya bentuk tunggalnya feminim, misalnya: ىركذ ،ىليل ،بنيز . Ditandai dengan penda ?i’rāb vokal dammah di akhir ketika rafa’, dan vokal kasrah ketika nasab dan jarr, sepertī تاـس ّردم ّنـه تاطـشن [hunna mudarrisatun našīṭātun], تاطيـشنلا تاـس ّردملا تيـقل [laqaytu ?al mudarrisāti ?al našītāti], تاطيـشنلا تاـس ّردملا عم تمّلكن [takallamtu ma’a ?al mudarisāti ?al nasītāti].

Bahasa dialek kesusahan menghadapi pola bentuk ((ةلعـف)) yang terdiri dari tiga ف (S1) dengan vokal yang tiga, aturannya sebagai berikut:

Apabila ف S1 pada pola ةلعـف [fu’lah] bervokal dammah, dan struktur katanya terdiri dari konsonan, tanpa semi vokal atau vokal panjang (bunyi ’illah), seperti ةرـ ْجح [hujrah] maka bentuk jamaknya adalah تارجح [hujurāt] dengan memberi vokal dammah pada konsonan kedua mengikuti vokal konsonan pertama (S1), sedangkan dalam bahasa dialek vokal tersebut dikonversi dengan sukun, karenanya konsonan kedua tersebut menjadi bersukun, misalnya:: ةـهدر [rudhah] (tunggal) {تاـهْدر} [rudhāt] (jamak), ةطلـس [sulṭah] {تاطْلـس} [sulṭāt], ةمْلظ [zulmah] { تامْلظ} [ẓumāt], dsb.

Apabila pola bentuk ini mengandung unsur fonem vokal panjang atau semi vokal (bunyi ’illah) /و/, maka maka konsonan kedua diberi vokal dammah sebagaimana kosa kata tanpa semi vokal atau vokal panjang (bunyi ’illah), sedangkan dalam bahasa dialek mensukunkan konsonan kedua tersebut, misalnya: ةوطخ [ḫuṭwah] {تاوْطخ} [ḫuṭwāt], ةوْدـغ [gudwah] {تاوْدـغ} [ġudwāt], ةودـق [qudwah] {تاوْدـق }[qudwāt].

Apabila salah satu unsur pola bentuk itu vokal panjang atau semi vokal /ي/ maka konsonan kedua disukunkan, misalnya: ةيمد [dumyah] {تاي ْمد }[dumyāt]. Pelafalan dalam bahasa dialek tidak mengalami konversi.

(14)

36

|

Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

Apabila ف S1 bervokal fathah pada pola bentuk ةلعـف [fa’lah] yang tanpa fonem ?’illat, maka dalam bentuk jamak konsonan kedua diberi vokal fathah mengikuti vokal konsonan pertama (S1), misalnya: ةدجـس [sajadah] (tunggal) {تادـجـس }[sajadāt] (jamak), sedangkan dalam bahasa dialek vokal fathah konsonan kedua dikonversi dengan sukun (tanpa vokal), misalnya: ةرـمت [tamrah] {تارْمت} [tamrāt], ةـسلج [jalsah] {تاـسْلج} [jalsāt], ةلـفح [haflaḥ] {تلاـْفح} [haflāt], ةـمحر [rahmah] {تاـم ْحر} [rahmāt], dsb.

Apabila pola bentuk itu, unsur keduanya berupa fonem ’illah , maka dalam bahasa Arab standar/klasik disukunkan, seperti dalam Q.S. al Nur (( مكل تاروـع ثلاث )) yaitu disukunkan fonem /و/-nya, sedangkan dalam bahasa dialek fonem tersebut diberi vokal fathah, maka kata ةرود [dawrah] {تارود} [dawarāt]. Dalam kata ةلود [dawlah] fonem ’illah pada posisi kedua disukunkan تلا ْود [dawlāt].

Apabila ل ( fonem akhir) pola bentuk ini fonem ‘illah maka yang terbaik memberinya vokal fathah pada konsonan kedua, seperti kata تاوـهـشلا [?al šahawāt] pada Q.S. Ali Imron (( تاوـهـشلا ّبح سانلل نّيز )) jamak ةوـهـش [šahwah], namun dalam bahasa dialek dilafalkan تاوـْهـشلا [?al šahwāt] disukunkan bunyi ـه -nya.

Apabila pola bentuk ةلعـف [fi’lah] bervokal kasrah ف S1 maka yang terbaik konsonan kedua pada bentuk jamak disukunkan, baik bentuknya tanpa mengandung fonem ’illah maupun salah satu unsurnya fonem ’illah, yakni mu’tal ’ayn atau mu’tal lām (fonem kedua atau fonem ketiga berupa fonem ’illah), misalnya: ةـعلـس [sil’ah] {تاعْلـس}[sil’āt], ةمـعن [ni’mah] {تامـْعن} [ni’māt], ةميـق [qīmah] {تامْيـق }[qīmāt], ةيـحل [lihyah] {تايـْحل} [lihyāt], ةوـسك [kiswah] {تاوـسك } [kiswāt].

Dalam bahasa dialek kebanyakan kosa kata pola bentuk ini sahih standar, meskipun terkadang dikonversi dengan vokal fathah pada konsonan keduanya, misalnya: ةمدـخ [ḫidmah] {تامدـخ} [ḫadamāt]. 5.2.4 Jama’ Al Taksīr

Jamak ini lebih umum ketimbang dua jamak di muka karena dapat membentuk jamak dari setiap bentuk tunggal baik maskulin

(15)

maupun feminim. Bagi jamak ini tidak ada aturan tertentu yang khusus membentuknya, sebagian linguis menghubungkan pola bentuknya pada 30 atau lebih pola bentuk, di antaranya pola bentuk لـعاـفم [mafā’il], seperti دجاـسم [masājid], فئاحص [saḥā?if], سرادم [madāris], bentuk ini gayr munsarif (tanpa menerima tanwin dan ketika jarr tanpa penanda kasrah), vokal dammah sebagai penanda rafa’, dan vokal fathah sebagai penanda nasab dan jarr serta tidak dapat bertanwin, misalnya: دجاـسم ةرـهاـقلاب ةريثك [masājidu katīratun bi ?al qāhirah], دجاـسم تدـهاـش [šāhidtu masājida], دجاـسم نم اـهـعورأ ام [mā ?arwa’uhā min masājida].

Kaidah ini cukup dikenal hanya saja apabila bentuk tunggalnya bertasydid ’ayn atau lām dari verba muda’af (perulangan), seperti kata ّلـحم [maḥall] dari kata ّلـح [ḥalla] maka jamaknya adalah ّلاـحم [maḥāll] samar dari kebanyakan dan tidak jelas bahwa itu termasuk pola bentuk لـعاـفم [mafā’il] yang gayr munsarif. Dalam bahasa dialek jamak pola bentuk ini bertanwin.

Pola bentuk lain yang ayr munsarif dalam bahsa Aran standar/klasik dan bertanwin dalam bahasa dialek adalah pola bentuk ءلاـعـف [fu’alā?] dan ءلاعـْفأ [?af’ilā?].

Di antara pola bentuk ءلاعـف [fu’alā?] yang bertanwin dalam bahasa dialek adalah: ءابدأ [udabā?un], ءارمأ [?umarā?un], ءاطـسب [busaṭā?un], ءادلب [buladā?un], ءانبج [jubanā?un], ءاـمحر [ruhamā?un], dsb. Beberapa contoh ءلاعـْفأ [?af’ilā?] yang juga bertanwin dalam bahasa dialek: ءايربأ [?abriyā?un], ءايـقْتأ [?atqiyā?un], ءايرْثأ [?aṯriyā?un], ءايـعدأ [?ad’iyā?un], ءايكذأ [?aḏkiyā?un], ءايـقـشأ [?ašqiyā?un], ءايـفصأ [?aŝfiyā?un], dsb.

Jamak taksīr lain yang menyimpang dari bahasa Arab standar/klasik dalam bahasa dialek: ءفك [kafa?un] {ءاـّفكأ} [?akiffā?u] dengan ditasydidkan fonem /ف/ yang dalam bahasa standar/klasik jamaknya ءاـفكأ [?akfā?u]. Kata ءاـّفكأ [?akiffā?] dengan dua fonem / ف / yang berassimilasi seharusnya jamak dari kata فيـفك [kafīf].

Kosa kata lain dalam bahasa dialek yang mengubah pelafalan bahasa Arab standar adalah تْيب [baytun] {تويب} [biyūtun], نيـع [’aynun] {نويـع} [’iyūnun] dengan diberi vokal kasrah di awal menggantikan dammah. Demikian pula kata عارك [kurā’un] عراوك [kawāri’] yang dalam bahasa Arab standar/klasik عراكأ [?akāri’].

(16)

38

|

Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

5.3 Konversi dalam Gender dan ?asmā?u al Hamsah 5.3.1 Gender dalam Nomina

Dari segi gender, nomina terbagi duā 1) muḏakkar (maskulin), yaitu suatu kata nomina yang melipti jenis maskulin; dan 2) mu?annaṯ (feminim), yaitu suatu nomina yang meliputi jenis feminim. Untuk mudakkar tidak ada penanda tertentu, sedangkan mu?annaṯ terdiri dari dua jenis: a) lafziy memiliki penanda yang menunjukkan atas kefeminimannya; dan b) ma’nawiy tidak miliki penanda yang dapat membedakan kefeminimannya.

Penanda mu?annat lafziy ada tiga macam: 1) tā? Ta?nīṯ (ة) yang dibubuhkan di akhir kata, seperti ةرـهز [zahrah], ةمعن [ni’mah]; 2) Alif Ta?nīṯ Maqsūr (ى), sperti ىليل [laylā], ىملـس [salmā], ىوتـف [fatwā]; dan 3) Alif Ta?nīt Mamdūdah (ءا ), seperti ءارضخ [ḫadrā?], ءلايخ [ḫuyalā?], ءايربك [kibriyā?].

Kebanyakan bentuk-bentuk feminim dalam nomina jāmid (asli), alam, dan karakter tidak menggunakan penanda kefeminiman bersifat lafdi yang membedakannya. Untuk mengetahui bahwa nomina-nomina tersebut mnyatakan feminim dengan memperhatikan pronomina yang merujuk kepadanya sebagai feminim dan memperhatikan jamaknya yang dapat dijamak dengan jama’ al mu?annat al sālim serta memperhatikan pensifatannya dengan sifat kefeminiman.

Dalam bahasa dialek kosa kata yang menyangkut anggota badan yang tidak berpasangan/ganda dikategorikan dengan feminim, sekalipun dalam bahasa Arab standar/klasik dianggapnya sebagai maskulin, misalnya: ىنعجوت ىنطب [baṭnī tūji’unī] (dialek). Sementara anggota badan yang berpasangan/ganda dalam bahasa dialek dikategorikan dengan maskulin, sedangkan menurut bahasa Arab standar/klasik kelompok kata itu termasuk feminim, misalnya: دي [yadun], ّنـس [sinnun], نذأ [uḏunun] dsb.

Beberapa kata lain yang dalam bahasa standar/klasik sebagai mu?annaṯ ma’nawiy sementara dalam bahasa dialek diperlakukan sebagai muḏakkar (maskulin): رئب [bi?run] (standar) atau ريب [bīr] (dialek), عرد [dar’un], ولد [dalwun], ميحج [jaḥīm], تـشط [ṭaštun], زاّكـع [’akkāz], ساـف [fās], سأك [ka?s], dan لـعن [na’l].

(17)

5.3.2 Konversi dalam ?asmā?u al Hamsah (lima jenis nomina) ?asmā?u al hamsah adalah هوبأ [abūh], هوخأ [aḫūh], هومح [ḥamūh], هوـف [fūh], dan دـجم وذ [ḏū majd]. Dalam bahasa standar/klasik ketentuannya apabila rafa’ ditandai vokal panjang /و/, nasab ditandai vokal panjang /ا /, dan jarr ditandai vokal panjang /ي /, hendaklah di-?idāfat-kan kepada selain pyonomina pertama ي (mutakallim); apabila di-?idāfat-kan kapadanya maka penanda ?i’rāb tidak berlaku.

Di antara orang Arab menetapkan ?i’rāb nomina ini yang di-?idāfat-kan kapada selain pronomina ي mutakallim ditandai dengan penanda vokal panjang /ا / pada semua keadaan ?i’rāb, baik rafa’, nasab, maupun jarr.

Tiga nomina, yaitu هوبأ [?abūh], هوخأ [?aḫūh], dan هومح [ḥamūh] dibentuk dari dua konsonan saja, yaitu بأ [?ab], خأ [?aḫ], dan مح [ḥam] dalam kondisi seperti ini, rafa’ ditandai penanda vokal dammah, nasab ditandai penanda vokal fathah, dan jarr ditandai penanda vokal kasrah.. Dalam bahasa dialek kata هوبأ [?abūh] dan هوخأ [?aḫūh] dalam berbagai keadaan ?i’rāb, baik rafa’, nasab, maupun jarr ditandai dengan penanda rafa’ vokal panjang /و /, misalnya: مئاـق هوبأ دمحأ [aḥmad abūhu qā?imun], كوبأ ْلباـق [qābil abūk], باتكلا كوبأ دي ىف [fī yadi abūk al kitāb].

Kata هومح [ḥamūh] dalam berbagai keadaan ?i’rāb, baik rafa’, nasab, maupun jarr ditandai dengan penanda nasab vokal panjang /ا /, misalnya: هامح اذـه [hāḏā ḥamāh], مح تيـقلها [laqaytu ḥamāh], هامح ىلا تْثّدحت [tahaddaṯtu ?ilā ḥamāh].

Kata هوـف [fūh] tidak digunakan dalam bahasa Arab dialek Mesir. Orang Mesir hanya menggunakan kat مـف [fam]. Dalam pelafalannya orang Arab melakukannya dengan memberi vokal fathah, atau dammah, atau kasrah pada konsonan /ف /, diucapkan مـف [famun], مـف [fumun], atau مـف [fimun], bahkan juga diberi tasydid pada vowel like /م/ menjadi ّمـف [fammun], sebagai mana ungkapan Al ’Ujjaj dalam penggalan syairnyā هّمـف نم تجرـخ دـق اـهتيلاي . Dalam dialek Mesir dilafalkan همـف [famuh], هّمـف [fammuh], atau هّمـف [fummuh].

Kata وذ [dū] bermakna بـحاص [sāḥib], dalam bahasa dialek Mesir sama sekali kata ini tidak dipergunakan dalam tuturan sehari-hari.

(18)

40

|

Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

5.4 Konversi dalam Sebahagian Nomina Mabniy 5.4.1 Konversi dalam Nomina Penunjuk (?ism ?isārah)

Ada beberapa nomina penunjuk: 1) tunggal maskulin: اذـه [hāḏa], كاذ [ḏāka], dan كلذ [ḏālika]; 2) tunggal feminim: ىذ [ḏī], هذ [ḏihi], dan هت [tihi]; 3) dual maskulin: ناذـه [hāḏāni], dan كناذ [ḏānika]; 4) dual feminim: ناتاـه [hātāni] dan كنات [tānika], 5) jamak maskulin dan feminim: ءلاوأ [?ūlā?i], ءلاؤـه [hā?ulā?i], dan كئلوأ [?ulā?ika].

Dalam bahasa dialek mengganti bunyi konsonan /ذ / deng konsonan /د /, karenanya dilafalkan dalam tunggal maskulin: اد [dā] dan هد[dah]; tunggal feminim: ىد [dī]. Terkadang keduanya dibubuhi ك , misalnya: مويلا كيد ىف [fī dīka al yawm], dimaksudkan مويلا كاذ ىف [fī ḏāka al yawm]. Kadang-kadang sesudah dibubuhi ك dibubuhi pula ـه diakhir disertai penggantian vokal panjang /ا / dengan vokal panjang /و /, misalnya:: مويلا اـهكود [dūkahā al yawm] = مويلا كاذ [ḏāka al yawm], هّيـهكيد [dīkahiyyah] = كلت [tilka], هّمـهْكود [dūkhummah] = كئلوأ [?ulā?ika]. Perlu diketahui bahwa dalam bahasa Arab standar/klasik dalam strukturnya nomina penunjuk mendahului yang ditunjuknya. Dalam bahasa Arab dialek hal itu terkadang dilakukannya seperti dalam bahasaArab standar/klasik, tetapi kadang-kadang kosa kata yang ditunjuknya mendahului nomina penunjuk, misalnya: هد بلاطلا [al ṭālib dihi] dan ىد ةرجـشلا [al šajarah dī].

Dalam bahasa dialek tidak digunakan nomina penunjuk tertentu (khusus) untuk yang ditunjuk dual, tetapi digunakannya nomina penunjuk untuk jamak, dan bukan untuk jamak dalam bahasa Arab standar/klasik, melainkan nomina penunjuk yang benar-benar dikonversi, yaitu kata لود [dūl] untuk dual dan jamak.

5.4.2 Konversi dalam Nomina Interogatif

Nomina interogatif yang bayak berperan dalam bahasa dialek ada lima, yaitū

1) ْنم [man] digunakan untuk menanyakan seseorang 2) نْيأ [?ayna] digunakan untuk mananyakan tempat

(19)

3) ىتم [matā] digunakan untuk menanyakan waktu 4) فْيك [kayfa] digunakan untuk menanyakan keadaan 5) ْمك [kam] digunakan untuk menanyakan jumlah

Kelima kata interogatif tersebut dalam bahasa dialek semuanya dikonversi dengan bentuk sebagai berikut:

Kata ْنم [man] dalam bahasa dialek diubah menjdi ْنيم [mīn], yaitu dibubuhi vokal panjang /ي/ antara vowel like /م/ dan /ن/ serta pergantian vokal fathah pada /م/ dengn vokal kasrah, misalnya: بتك ْنيم [mīn kataba]. Seperti diketahui bahwa kata interogatif dalam bahasa Arab standar/klasik diletakkan pada posisi awal kalimat, sedangkan dalam bahasa dialek diberlakukan di awal atau di akhir kalimat, misalnya: ْنيم برض [ḍaraba mīn] = برض ْنم [man ḍaraba].

Kata نْيأ [?ayna], dalam bahasa Arab dialek dilafalkan ringan dalam pelafalan /ء / atau bunyi itu lesap, kemudian didahului salah satu partikel sambung (‘ataf) ف atau و yang juga diganti vokal fathanya dengan vokal kasrah untuk menyesuaikan dengan vokal panjang /ي /, misalnya: باتكلا نيـف [fīn al kitāb] atau باتكلا نيو [wīn al kitāb]. Kadang-kadang di dahului partikel preposisi ْنم [min], misalnya: تنأ نينم [minīn ?anta ] = تنأ نيأ نم [min ?ayna ?anta], دلب ينينم [minīnī balad] = ىأ نم دلب[min ?ayyi balad].

Kata ىتم [matā], dalam bahasa dialek sebelum kata ini didahului dengan partikel interogatif ء yang diberi vokal kasrah disertai pelesapan vokal panjang alif di akhir, misalnya: تلصو تنمإ [?imta waŝalta]. Sebagian dialek melafalkannya dengan pembubuhan vokal panjang /ي / antara vowel like /م/ dengan konsonan /ت/, misalnya: تلصو ىتيم [mītā waŝalta]. Kata فيك [kayfa], dalam bahasa dialek dilafalkan dengan mengganti vokal fathah pada konsonan /ك / dengan vokal kasrah, dilafalkan فْيك [kīf].

Kata ْْ مك [kam], dalam bahasa dialek dilafalkan dengan pembubuhan vokal panjang /ا / di tengah, dilafalkan ماك [kām], misalnya: ةـعاـسلاا اك [kām al sā’ah], terkadang diucapkan terbalik, yaitu nomina interogatif di akhirkan ماك ةـعاـسلا [al sā’ah kām]. Kebiasaan menghakhirkan nomina interogatif berlaku pada semua kalimat interogatif.

(20)

42

|

Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

5.4.3 Nomina Mawŝūl : ىللا [?allī]

?ism mawŝūl adalah nomina yang menghubungkan antara dua kalimat di mana makna kalimat yang pertama tidak dirasakan sempurna tanpa kehadiran kalimat yang kedua. Nomina ini memiliki kosa kata tertentu, yaitū ىذّلا [?allaḏī] untuk tunggal maskulin; ىتّلا [?allatī] untuk tunggal feminim; ناذللا [?allaḏāni] untuk dual maskulin yang rafa’; نيذللا [?allaḏayni] untuk dual maskulin yang nasab dan jarr; ناتللا [?allatāni] untuk dual feminim yang rafa’; نيتللا [?allatayni] untuk dual feminim yang nasab dan jarr; untuk jamak maskulin digunakan kata نيذّلا [?allaḏīna]; sedangkan untuk jamak feminim digunakan kata ىتلالا [?allātī] dan [?allā?ī].

Dalam bahasa dialek digunakan kata yang menggantikan semua nomina tersebut, baik tunggal maskulin, tunggal feminim, dual maskulin, dual feminim, jamak maskulin, maupun jamak feminim, yaitu kata ىّللا [?allī], misalnya: هتْلباـق ىّللا بلاطلا [?al ṭālibu ?allī qābaltuhu], ىّللا ةبلاطلا ينتلأـس [?al ṭālibah ?allī sa?alatnī], مـهتلباـق ىّللا ةبلطلا [?al ṭalabah ?allī qābaltuhum], dan سردلا اورضح ىّللا تابلاطلا [?al ṭālibāt ?allī hadarū ?al darsa]. Sebagai catatan bahwa dalam bahasa dialek digunakan morfem او sebagai penanda jamak baik maskulin maupun feminim secara sama.

Kata ىّللا [?allī] dipergunakan dalam bahasa dialek pada setiap posisi ?ism mawsul (nomina penghubung). Oleh karena itu para linguis beranggapan bahwa dasar dalam bahasa Arab itu لأ [?al] yang ada di antara nomina-nomina hubung (mawsūl}. Mereka berpendapat bahwa لأ [?al] bermakna ىذّلا [?allaḏī] dan semua cabangnya (semua kata mawsul yang lain), sebagai bukti ungkapan Farozdak dalam bait syairnyā لدجلاو ىأرلا ىذلاو ليصلأالاو هتموكح ىضرتلا مكحلاب تنأ ام , yakni ام

مكحلاب تنأ

هتموكح ىضرت ىذلا . Kata [?al] dalam bait in masuk ke dalam kalimat verbal yang predikatnya verba mudori’. Juga masih banyak bukti bukti lain dalam syair.

Para linguis berbeda pendapat tentang diterimanya penggunaan لأ [?al] dalam prosa sebagaimana dapat digunakan dalam syair, di antara mereka tidak mau menerima, dan yang lain menerimanya sebagaimana dalam muqaddamah Ahfas dan Ibnu Malik.

(21)

Dalam bahasa Arab dialek Mesir bahwa ىّللا [?allī] jelas adal لأ [?al] mawsūl, ditasydidkan ل –nya dalam semua nomina hubung kemudian digabungkan fonem /ي/ pada nomina itu, maka jadilah bentuk ىّللا [?allī].

Dalam bahasa dialek Mesir nampak bahwa penggunaannya sudak sejak lama, karena telah ditemukan secara kuat pada abad ke-8 Hijrah pada masa raja-raja melalui bahasa Muhammad Wafa, sebagaimana terungkap dalam salah satu selempangnyā فاضني ول ىللا ادو , atau yang lainnyā ىلدب ىّللا اوـه تنأو .

5.5 Meringankan dan Melesapkan Bunyi /ء / dalam Nomina 5.5.1 Meringankan Bunyi /ء/ dalam Nomina

Dalam bahasa dialek banyak meringankan bunyi /ء/ dalam nomina sebagaimana juga banyak hal itu dilakukan dalam verba. Dari pola bentuk nomina yang lebih banyak meringankan bunyi itu adalah pola bentuk ?ism fā’il (persona pelaku) yang dibentuk dari verba tulātiy ?ajwaf, yaitū Pertama, bunyi /ء / diganti dengan bunyi /ي/ sebagaimana telah diuraikan di muka, misalnya: 1) ?ajwaf yā?iy: عياب [bāyi’], فياح [ḥāyif], نياح [ḥāyin], dsb. 2) ?ajwaf wāwiy: رياب [bāyir], لياح [ḥāyil], مياد [dāyim], نياص [ŝāyin], dsb. Kedua, bunyi /ء/ yang bersukun diganti dengan bunyi yang sejenis vokal konsonan yang sebelumnya, misalnya: سأر [ra?s] {سار} [rās], رأـف [fa?r] { راـف} [fār], رئب [bi?r] { ريب} [bīr], بئذ [di?b] {بيد} [dīb] disertai penggantian bunyi ذ dengan د , مؤل [lu?m] { مول} [lūm], dsb.

Di samping itu kosa kata yang diringankan bunyi /ء/-nya adalah: (1) Diganti dengan bunyi /ي/ disertai pelesapan vokal panjang /ا /, misalnya: ةرئاد [da?irah] {ةريد} [dayrah].

(2) Diganti dengan bunyi /ي / saja, misalnya: ةءابـع [‘ibā?ah] {ةيابـع} [‘ibāyah]

(3) Diganti dengan bunyi /ي/ bertasydid untuk semua angka, misalnya: ةئام [mi?ah] { هّيم} [miyyah]

(22)

44

|

Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

(4) Diganti dengan bunyi /و/ serta diganti vokal domah yang menyertainya dengan vokal kasrah serta mensukunkan konsonan sesudahnya, misalnya: نذأ [?uḏun] {ندو} [widn].

5.5.2 Pelesapan Bunyi /ء/

Telah dijelaskan di muka pada sifah musabbahah bahwa dalam bahasa dialek alif mamdūdah lesap pada pola bentuk ءلاعـف [fa’lā?] pada kelompok kosa kata yang menyangkut warna dan aib, disamping itu terjadi pula penambahan bunyi ـه bersukun di akhir, misalnya: ءارضخ [haḍrā?] {هرضخ} [haḍrah], عاجرـع [‘arjā?] {هجرـع} [‘arjah].

Dalam bahasa dialek tidak terbatas pada ajektiva feminim yang menyatakan warna atau aib, tetapi meluas sehingga meliputi nomina mamdūdah pada umumnya, namun tidak dibubuhi fonem ـه di akhir, cukup dengan menghilangkan bunyi /ء/, misalnya: ءامـس [samā?] {امـس} [samā], ءاود [dawā?] { اود} [dawā], ءاطـع [’atā?] {اطـع} [‘atā], dsb.

Ketika ajektiva disertai partikel ta’rif لأ [?al] maka bunyi /ء/ pada ajektiva dan partikel ta’rif lesap dua-duanya dan fonem ta’rif diberi vokal fathah, misalnya: رمحلأا [?al ?aḥmar] {رمْحل} [laḥmar], جرـعلأا [?al ?a’raj] {جرـْعل} [la’raj].

Termasuk meringankan bunyi /ء / seperti yang terjadi pada kata interogatif نيأ[?ayna], yaitu نيـف [fīn] dan نينم [minīn].

Dalam bahasa dialek peristiwa meringankan bunyi /ء/ juga terjadi pada pronomina, yaitu melesapkan bunyi /ء/ di awal pronomina, seperti انأ [?ana] {ان} [na], كاّيإ [?iyyāka] { كاي} [yāka], هاّيإ [?iyyāhu] {هاي} [yāhu], مكاّيإ [?iyyākum] {مكاي}[yākum].

Kata yang juga meringankan bunyi /ء / adalah seperti ىبأ اي [yā ?abī] {اباي} [yābā]. Dalam hal ini terjadi pelesapan bunyi /ء / pada [?abī] kemudian ي mutakallim diganti dengan bunyi /ا / dan kasrah sebelumnya diganti dengan fathah disesuaikan dengan bunyi vokal panjang /ا /, menjadi اب [bā]. Hal ini dibenarkan oleh Ibnu al Hambali, menurutnya perubahan ini adalah bahwa ي mutakallim diganti dengan vokal panjang /ا / seperti اترـسح اي [yā ḥasratā]. Dia pun membenarkan

(23)

lesapnya bunyi /ء /, menurutnya hal ini terjadi pada hadis Nabi ketika Rasulullah saw. bersabda di awalnyā ركب اباي[yā bā bakr].

5.6 Pemendekan Melalui Pelesapan Bunyi /ا / dan vokal 5.6.1 Pemendekan Melalui Pelesapan Bunyi /ا /

Seperti diketahui bahwa penghematan/pemendekan dilakukan melalui pelesapan bunyi /ا / dalam bahasa Sihr dan Amman, para linguis mencontohkan itu sepertī الله اـشم [mašā allāh] dalam kalimat الله ءاـش ام [mā šā?a allāh] dengan melesapkan bunyi /ا / dan /ء/ dari ءاـش ام [mā šā?], para linguis menyebut dialek ini ةيناخلـخللا [?al laḫlaḫāniyyah], tampak bahwa mereka menghemat atau melesapkan cukup banyak kata, dan ini terlihat pada dialek mesir cukup meluas meniru apa yang terlihat pada orang-orang Amman dan Sihr yang tinggal di Mesir, misalnya: terlihat pada pola bentuk verba, ?ism fā’il, ?ism mamdūd, dan nomina secara umum.

5.6.1.1 Pola Bentuk Verba

a. Pola Bentuk لـعاـف [fā’ala]

Bahasa dialek melesapkan bunyi /ا / pada pola bentuk لـعاـف [fā’ala] ketika disukunkan konsonan yang mengikutinya karena menggabungkan verba dengan sebagian pronomina, baik verba maḍi, muḍori’, maupun amr, misalnya: هبتاك [kātabahu] {وبْتك} [katbū], هبتاكي [yukātibuhu] {وبْتكي} [yikatbū], هْبتاك [kātibhu] {وبْتك} [katbū]. Dalam ketiga verba tesebut bunyi /ا / lesap juga bunyi /ـه/ lesap diganti dengan bunyi vokal panjang /و/ dan vokal dammah beralih kepada konsonan sebelumnya.

Contoh lain verba yang digabung dengan pronomina jamak: هوبتاك [kātabūhu] {مهوبْتك} [katbūhum], هنوبتاكي [yukātibūnahu] {مهوبْتكي} [yikatbūhum], هوبتاك[kātibūhu] {مهوبْتك} [katbūhum]. Dalam ketiga verba tersebut bunyi /ا / disertai pronomina jamak dan bunyi /ـه/ lesap bahkan pada verba mudori’ bunyi /ن / sebagai penanda rafa’ pun lesap diikuti penambahan bunyi /و / dan pronomina jamak munfasil di akhir.

(24)

46

|

Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

Dari pola bentuk لـعاـفت [tafā’ala] bunyi /ا / lesap ketika digabung dengan pronomina jamak sebagaimana pada pola bentuk لـعاـف [fā’ala] di atas, misalnya: اوبتـعت [ta’ātabū] {ويْتـعت} [ta’atbū], نوبتاـعتي [yata’ātabūna] {وبـعْتي} [yit’atbū], اوبتاـعت [ta’ātabū] {وبـعْتا} [?it’abū].

5.6.1.2 Pola Bentuk ?ism Fā’il ’Persona Pelaku’

Sering terjadi pemendekan dalam pola bentuk ?ism fā’il ketika disukunkan konsonan yang mengikuti bunyi /ا / kerena ada dua bunyi berdampingan bersukun sebagaimana terlihat pada pola bentuk berikut: a. Pola bentuk لـعاـف [fāil] yang dijamakkan, misalnya: نيثحاب [bāhiṯīna] نيثـْحب [bahṯīna], ـعرابني [bāri’īna] {نيـع ْرب} [bar’īna], نيـسلاج [jālisīna] {نيـسْلـج} [jalsīna], نيركاـش [šākirīna] {نيرْكـش} [šakrīna], dsb.

b. Pola bentuk ةلـعاـف [fā’ilah], dalam bahasa dialek bunyi /ا / lesap dan konsonan sesudahnya disukunkan karena sebagai nomina feminim, misalnya: ةيـجار[rājiyah] {ةيـْجر} [rajyah], ةيماـس [sāmiyah] {ةيْمـس} [samyah], ةيداـش[šādiyah] {ةيْدـش} [šadyah], ةمطاـف [fāṭimah] {ةمْطـف} [faṭmah].

c. Pola bentuk لـعاـفم [mufā’il], dalam bahasa dialek bunyi /ا / pada pola ini lesap dan konsonan sesudahnya disukunkan ketika digabung dengan pronomina orang ketiga (gā?ib) atau ketika jamak, misalnya: هـعجارم [murāji’uh] {هعـْجرم} [muraj’uh], راـشمهك [mušārikuh] {هك ْرـشم} [mušarkuh], هـسـفانم [munāfisuh] {هـسـْفنم} [minafsuh]; atau نيـعجارم [murāji’in] {نيـعْجرم}[miraj’īn], نيكراـشم [mušārikīn] {نيك ْرـشم} [mišarkīn], نيـسـفانم [munāfisīn] {نيـسـْفنم} [minafsīn]. Dalam hal ini bunyi vokal dammah pada bunyi /م / diganti dengan vokal kasrah.

d. Pola bentuk لـعاـفتم [mutafā’il], dalam bahasa dialek bunyi /ا / ketika jamak karena konsonan sesudahnya disukunkan, misalnya: نيدـعابتم [mutabā’idīn] {نيدـْعبْتم} [mitba’dīn], نيبتاـعتم [muta’ātibīn] {نيبْتـعْتم} [mit’atbīn], نيمظاـعتم [muta’āẓimīn] {نيمْظـعْتم} [mit’aẓmīn]. Dalam hal ini bunyi vokal dammah pada bunyi /م / diganti dengan vokal kasrah.

(25)

Dalam bahasa dialek Mesir kata ءاـعبرلأاموي [yawmu ?al ?arbi’ā?] {عب ْرلاا موي} [yawmu ?alrba’] juga diringankan bunyi / ء/ pertama dan dilesapkan bunyi alif mamdūdah. Dengan kata setiap kosa kata yang mengandung bunyi alif mamdūdah diringankan dengan melesapkan bunyi tersebut.

5.6.1.3 Pola Bentuk ?ism ?al ?ālah ’Instrumental’ : Pola bentuk لاـعـْفم [mif’āl]

Dalam bahasa dialek memendekkan pola bentuk لاـعـْفم [mif’āl] apabila diakhiri bunyi / ة/, misalnya: ةاحـْسم [misḥāh] { ةحـْسم} [misḥah], ةاـفْصم [misfāh] {ىفْصم} [masfā], ةاوْكم [mikwāh] {ةوْكم} [makwah]. Pada dua kata terakhir juga dilakukan pergantian vokal kasrah dengan vokal fathah.

5.6.1.4 Pola Bentuk Nomina Secara Umum

Dalam bahasa dialek konsonan yang terletak setelah bunyi /ا / pada pola bentuk [fā’ilah] disukunkan sekalipun bukan berupa alam feminim, dan bunyi /ا / lesap karena dua bunyi berdampingan disukunkan, muisalnya: ةرصاخلا [?al hāŝirah] {ةرْصخلا} [?al ḫasrah], ةبقاـعلا [?al ’āqibah] {ةبـْقـعلا} [?al ’aqbah] disertai pergantian bunyi /ق / dengan bunyi /ء / menjadi ةبْئعلا [?al ’?bah], ةطـيسولا [?al wāsiṭah] {ةطـْسولا} [?al wasṭah].

Kata ةلئاـعلا [?al ’ā?ilah] tergabung dalam bahasa dialek yang mengalami konversi, yaitu bunyi /ء/ di tengah setelah bunyi /ا / diganti dengan bunyi vokal panjang /ي/, bunyi /ا / lesap kemudian vokal fathah pada bunyi /ع/ diganti dengan vokal kasrah, maka kata tersebut menjadi ةلْيـعلا [?al ’īlah], demikian pula kata-kata yang sepola dengan kata ini.

Bunyi /ا / dalam bahasa dialek apabila menempati posisi kedua dalam sebagian nomina lesap, dan terkadang konsonan sesudaknya disukunkan karena lesapnya bunyi /ا /, terkadang tidak disukunkan.

Kosa kata yang disukunkan: ةزـعام [mā’izah] {ةزـْعم} [mi’zah] dengan mengubah vokal fathah pada /م/ menjadi vokal kasrah, نيمـس اي

(26)

48

|

Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

[yāsamīn] {نيمـسي} [yasmīn] disertai pelesapan vokal fathah pada bunyi /س / menjadi bersukun.

Kosa kata yang tidak disukunkan: قوزاخلا [?al ḫāzūq] {ءوزـخلا} [?al ḫazū?], نوباص [ŝābūn] {نوبص} [ŝabūn], ناجنذاب [bāḏinjān] {ناجندب} [biḏinjān].

Di antara pemendekan dan pelesapan bunyi /ا / adalah kata ىسوملا [?al mūsā] ْسوملا [?al mūs] dan jamaknya ساومأ [?amwās]. Demikian pula kata ناتـْسراملا [?al mārastān] {ناتـْسرـم} [muristān], yaitu melesapkan bunyi /ا / dan mengganti vokal fathah pada bunyi konsonan pertama dengan vokal dammah serta vokal fathah pada bunyi konsonan kedua dengan vokal kasrah.

5.6.2 Pemanjangan Vokal

Pemanjangan (?al madd) adalah memanjangkan vokal fathah yang kemudian melahirkan bunyi vokal panjang /ا /, vokal dammah melahirkan bunyi vokal panjang /و/, dan pemanjangan kasrah melahirkan bunyi vokal panjang /ي /. Ahmad Teemoor menuturkan di antara pemanjangan fathah kata-kata berikut: ْمك [kam] (interogatif) ْماك [kām], هـعم– كعـم [ma’aka – ma’ahu] { هاـعم– كاـعم} [ma’āka – ma’āhu].

Di antara pemanjangan vokal kasrah: ْنم [man] (interogatif) { ْنيم} [mīn], هب [bih] {هيب} [bīh], اـهراـهن [nahārihā] {اـهيراـهن} [nahārīhā], اـهدـعب [ba’dihā] {اـهيدـعب} [ba’dīhā].

Perlu diperhatikan bahwa pemanjangan ini dalam bahasa dialek menuntut jeda (dimaksudkan konsonan akhir disukunkan) pada kata dengan tujuan untuk menegaskan pelafalan kosa kata. Dalam jeda sama aturannya dengan verba amr ṯulātiy ?ajwaf yā?iy dan wāwiy.

Di antara contoh kosa kata verba ?ajwaf wāwiy: بوت [tūb], قوذ [ḏūq] (konsonan /ذ/ diganti /د/ dan konsonan /ق/ diganti /ء/ dalam bahasa dialek), روز [zūr], غوز [zūġ], موـع [‘ūm], صوـغ [ġūs], لوق [qūl], موق [qūm].

Di antara contoh kosa kata verba ?ajwaf yā?iy: عيب [bī’], حيز [zīh], ديز [zīd], ديص [ŝīd], شيـع [’īš], بيـغ [ġīb], نيل [līn], ليم [mīl].

(27)

Untuk verba amr dalam bahasa dialek: ذـخأ [?aḫada] {ذوـخ} [ḫūḏ], لكأ [?akala] {لوـك} [kūl], رـمأ [?amara] {روـم} [mūr] kadang diucapkan رموأ [?ūmur]. DAFTAR PUSTAKA

. تاكرـحلاو فورـحلاو تاينبلاودـعاوـقلا ىف ىحصـفلل ةيماـعلا تاـفيرـحت

1994

. فيض ىقوـش .د .

فراـعلْا راد : ةرـهاـقلا

لا

. ةيماعلاو ىحصـفلا ةيبرـعلا تاجـهل

2006

( ،

1

2

ورث :دادـعاو عمج .)

عيمـسلا دبـع ت

ةيبرـعلا ةـغللا عمجم : ةرـهاـقلا . رـشب لامك .د : فارـشا . دامح دمـحم .د : ةـعجارم

. ةيبرـعلا تاجـهللا ىف

2003

رـهاـقلا . سينأ ميـهاربا .د .

ةيرصلْا ولجنلْا ةبتكم : ة

(28)

50

|

Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan dalam menentukan alternatif pilihan obyek wisata ini adalah dengan algoritma Genetika, dimana obyek – obyek wisata nanti akan dipilih secara random (dilakukan

Wadah kaleng pada awalnya terbuat dari plat timah ( tin plate ) yang terdiri dari :lembaran dasar baja dilapisi timah putih (Sn) dengan cara pencelupan dalam timah

Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) terhadap cookies kelor menunjukkan bahwa konsentrasi tepung kelor (T) dan suhu pemanggangan (S) berpengaruh nyata

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa aspek-aspek yang belum ideal dalam implementasi sanitasinya adalah penumpukan sampah, lantai dan dinding yang belum terawat, jendela

Berdasarkan pentingnya pengaruh salinitas terhadap mikroalga dalam pertumbuhan, kepadatan, dan senyawa bioaktif (protein, lemak, karbohidrat, dan pigmen)

Secara definitif dapat dikatakan bahwa marketing mix adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari suatu sistem pemasaran

Jumlah persalinan di Propinsi DIY berdasarkan data dari 5 Rumah Sakit Daerah Tingkat II Yogyakarta pada tahun 2010 sebanyak 11.005 persalinan dengan persentase perdarahan

Sehingga akhirnya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “Re-Orientasi Pola Pembinaan Panti Asuhan (Studi Kasus di Panti Asuhan Putri Aisyiyah