• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

4 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Briket Arang

Briket arang adalah arang yang diperoleh dengan membakar biomasa dengan sedikit udara (karbonisasi). Biomasa adalah bahan organik yang berasal dari makhluk hidup baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan. Contoh biomasa adalah dedaunan, rerumputan dan ranting. Beberapa penelitian mengenai biomasa arang telah dilakukan di beberapa daerah lain dimana bahan penyusunnya beraneka ragam.

Bahan-bahan penyusunnya antara lain dari kotoran lembu, sampah pekarangan rumah, ampas tebu dan ilalang. Beberapa kelebihan briket arang dibandingkan dengan arang konvensional adalah :

1. Bentuk ukurannya seragam, karena briket arang dibuat dengan alat penceta khususbentuk dan besar kecilnya bias diatur sesuai dengan yang dikehendaki.

2. Mempunyai panas pembakaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan arang biasa.

3. Jumlah asap sangat sedikit dibandingkan dengan arang biasa yang banyak mengandung asal tebal sehingga dapat mencemarkan lingkungan.

4. Tampak lebih menarik, karena bentuk dan ukurannya bias di buat sesuai keingginan, disamping bentuk dan ukurannya menarik, cara pengemasanya juga sangan mudah.

2.2 Biomassa

Biomasa merupakan sumber energi yang berasal dari sisa tumbuh-tumbuhan atau sering disebut dengan limbah biomassa. Limbah biomassa didapat dari sisa proses produksi atau unit usaha seperti limbah pabrik, sisa pengolahan kayu, sisa pertanian dan lain sebagainya. Energi biomassa atau limbah pertanian memiliki keunggulan seperti lestari tidak akan habis, tersedia secara berlimpah, Ramah lingkungan (rendah atau tidak ada limbah

(2)

5

dan polusi, Sumber energi bisa dimanfaatkan secara cuma-Cuma. Pengembangan biomasa sebagai sumber energi untuk substitusi bahan bakar bisa menjadi solusi untuk mengurangi beredarnya gas rumah kaca di atmosfer karena konsentrasi CO2 dalam atmosfer akan seimbang. Serta keberadaan limbah biomassa dapat memicu terjadinya peningkatan degradasi lahan. Oleh karena itu limbah biomassa suka diolah dan dimanfaatkan sebagai bahan bakar.

Di Indonesia, biomassa merupakan sumber daya alam yang sangat penting dengan berbagai produk primer sebagai serat, kayu, minyak, bahan pangan dan lain-lain yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestic juga diekspor dan menjadi andalan devisa negara.

Keuntungan penggunaan biomassa untuk sumber bahan bakar adalah keberlanjutannya. Keterbatasan dari biomassa adalah banyaknya kendala dalam penggunaan untuk bahan bakar bermotor. Potensi biomassa di Indonesia bersumber dari produk limbah kelapa sawit, jambu mete, penggilingan padi, kayu, pabrik gula, kakao, dan limbah industry lainnya.

2.3 Energi Biomassa

Bioenergi adalah bahan bakar alternatif terbarukan yang prospektif untuk dikembangkan, tidak hanya karena harga minyak bumi dunia yang melonjak naik seperti sekarang ini, tetapi juga karena terbatasnya produksi minyak bumi Indonesia. Terlebih lagi dengan kondisi perenergian Indonesia saat ini, sehingga pengembangan bioenergi semakin mendesak untuk segera dilaksanakan. Ketersediaan energi fosil yang diramalkan tidak akan berlangsung lama lagi memerlukan solusi yang tepat, yakni dengan mencari sumber energi alternatif (Hambali dkk, 2007).

Kelebihan bioenergi, selain bisa diperbaharui, adalah bersifat ramah lingkungan, dapat terurai, mampu mengeliminasi efek rumah kaca, dan kontinuitas bahan bakunya terjamin. Bioenergi dapat diperoleh dengan cara yang sederhana, yaitu melalui budidaya tanaman penghasil biofuel dan memelihara ternak.

(3)

6

Bioenergi diturunkan dari biomassa, yaitu material yang dihasilkan oleh makhluk hidup (tanaman, hewan, dan mikroorganisme). Indonesia memiliki banyak sumber daya alam hayati yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bioenergi. Pengembangan bioenergi sebagai sumber energi alternatif sangat cocok diaplikasikan karena didukung oleh ketersediaan lahan yang mencukupi untuk membudidayakan tanaman penghasil bioenergi.

2.4 Komposisi Bahan Baku

2.4.1 Tandan Kosong Kelapa Sawit

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan salah satu limbah industri minyak sawit yang jumlahnya cukup banyak yang mengandung serat yang cukup banyak serta sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal. TKKS dapat dibuat arang dengan proses yang relatif sederhana. Pemanfaatan sebagai arang TKKS perlu diproses lebih lanjut menjadi briket arang untuk menaikkan densitasnya serta memberikan bentuk yang beraturan.

Perekat diperlukan pada proses pembuatan briket arang. Salah satu jenis perekat yang dapat digunakan adalah tepung kanji. Tepung Kanji adalah tepung yang berasal dari bahan baku ubi kayu dan merupakan salah satu bahan untuk keperluan industri perekat.

Tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan organik memiliki suatu karakteristik dasar berupa sifat fisika dan kimia,sifat fisika dan kimia tandan kosong kelapa sawit dapat dilihat dalam Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 sebagai berikut :

Tabel 2.1 Komposisi kimia tandan kosong kelapa sawit

No Komponen kimia Komposisi (%) 1 Lignin 22,60 2 Selulosa α 45,80 3 Holoselulosa 71,88 4 Abu 1,6 5 Pectin 12,85 (Sumber : Eka, 2000)

(4)

7

Tabel 2.2 Sifat fisika tandan kosong kelapa sawit

No Parameter TKS bagian pangkal TKS bagian ujung 1 Panjang Serat a. minimum (mm) b. maksimum (mm) c. rata-rata (mm) 0,63 1,81 1,20 0,46 0,27 0,76 2 Diameter serat 15,01 14,34 3 Diameter Iumen 8,04 6,99 4 Tebal dinding 3,49 3,68 5 Kadar serat 72,67 52,47 6 Bukan serat % 27,33 37,53 7 Rapat massa tumpukan serpih (campuran) kg/m3 177,98 (Sumber : Mulia, 2007)

Gambar 2.1 Tandan Kosong Kelapa Sawit

2.4.2 Durian

Buah durian bertipe kapsul berbentuk bulat , bulat telur hingga lonjong, dengan panjang hingga 25 cm dan diameter hingga 20 cm. Kulit buahnya tebal, permukaannya bersudut tajam (berduri, walaupun ini bukan duri dalam pengertian botani), berwarna hijau kekuning-kuningan, kecoklatan, hingga keabu-abuan. Buah berkembang setelah pembuahan dan memerlukan waktu 4-6 bulan untuk pemasakan. Pada masa pemasakan terjadi persaingan antarbuah pada satu kelompok, sehingga hanya satu atau beberapa buah yang akan mencapai ke masakan, dan sisanya gugur. Buah akan jatuh sendiri apabila masak. Pada umumnya berat buah durian dapat mencapai 1,5 – 5,0 kilogram.

(5)

8 A. Kandungan Gizi Durian

Daging buah durian dalam 100 gram memiliki kandungan gizi seperti disajikan pada Tabel berikut :

Tabel 2.3 Kandungan gizi buah durian per 100 g bahan

Kandungan Gizi Satuan Jumlah

Energi Kal 134,0 Protein g 2,4 Lemak g 3,0 Karbohidrat g 28,0 Kalsium mg 7,4 Fosfor mg 44,0

Zat Besi (Fe) mg 1,3

Vitamin A si 175,0

Vitamin B1 mg 0,1

Vitamin C mg 53,0

Air g 65,0

Bagian yang dapat

dimakan % 22,0

Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI (1996) dalam Nugraha (2013).

B. Kulit Durian

Kulit durian merupakan limbah yang mengandung minyak atsiri, flavonoid, saponin, selulosa, lignin, serta kandungan pati. Kandungan dalam kulit durian tersebut mempunyai bau yang sangat menyengat dan tidak disukai oleh nyamuk, sebab efek kandungan tersebut bisa mempengaruhi syaraf pada nyamuk dan akibat yang ditimbulkan adalah nyamuk mengalami kelabilan dan akhirnya mati. Kulit durian dalam jumlah besar dapat digunakan sebagai obat dalam dunia farmasi karena kandungan kimianya, perekat kayu dalam olahan kayu dan dari turunan karbohidratnya yang dapat diolah untuk menghasilkan pektin yang merupakan bahan perekat dan pengental yang sangat dibutuhkan dalam jumlah besar oleh industri-industri olahan makanan (Widarto, 2009).

Kulit durian merupakan limbah yang hanya dimanfaatkan sebagai kompos atau pakan ternak, sementara kulit durian tersebut masih mengandung senyawa pektin yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan

(6)

9

selai. Selai durian dibuat dari bahan-bahan sebagai berikut : kulit durian, gula pasir, asam sitrat, natrium benzoate, garam dapur, vanili, air, dan essens durian. Proses pengolahan meliputi tahapan sebagai berikut : pencucian kulit buah, perebusan, pendiaman, penambahan bahan, pemasakan, penambahan bahan, dan pengemasan (Wikipedia, 2011).

C. Komposisi Kimia Kulit Durian

Kulit durian secara proporsional mengandung unsur seperti berikut :

Tabel 2.4 Komposisi Kulit Durian

Komponen Komposisi Selulose 50-60%

Lignin 5%

Pati 5%

Sumber: Hj Violet Hatta, 2007

Limbah kulit durian mengandung berbagai vitamin dan juga mengandung karbohidrat, lemak, protein, serat, kalsium, fosfor, asam folat, magnesium, potasium atau kalium (K), zat besi (Fe), zink, mangan (Mn), tembaga (Cu), karoten, thiamin, niasin, dan riboflavin (Nugraha, 2013).

Jelly durian tidak hanya dapat dibuat dari daging buah yang mahal, tetapi dapat juga dari bagian dalam (albedo) kulit durian karena albedo kulit durian masih mempunyai aroma khas durian dan kandungan pektinnya yang tinggi yaitu 17% (Wijayanti, 2011).

D. Manfaat Kulit Durian

Kulit durian dapat dikeringkan dan digunakan sebagai bahan bakar, terutama untuk mengasapi ikan. Selain itu, kulit juga dapat dimanfaatkan sebagai abu gosok yang bagus. Caranya dengan mengeringkannya dan membakarnya sampai hancur (Napitupulu, 2010).

Kulit durian merupakan limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai obat untuk memudahkan buang air besar dengan cara melumaskannya pada bagian perut, juga untuk mengobati ruam pada kulit (kurap), dan air abu kulit buah

(7)

10

durian dapat digunakan sebagai obat pelancar haid dan juga penggugur kandungan (abortivum). Kulit durian sangat bermanfaat untuk menghilangkan rasa mabuk dan panas setelah banyak makan durian, dan juga untuk menghilangkan bau durian di tangan dan di mulut setelah memegang buah durian. Caranya adalah meminum air dengan menggunakan kulit durian (Maulidina, 2012).

Adapun kandungan kimia kulit durian yang dapat dimanfaatkan adalah senyawa pektin. Secara kimia, pektin merupakan polimer dari asam D-galakturonat yang dihubungkan oleh ikatan ß -1,4 glikosidik. Sebagian gugus karboksil pada polimer pektin telah mengalami esterifikasi dengan metil menjadi gugus metoksil. Senyawa ini termasuk karbohidrat golongan polisakarida. Secara biokimia, karbohidrat adalah senyawa yang menghasilkan polihidroksil aldehida, polihidroksil keton bila dihidrolisis. Karbohidrat mengandung gugus fungsi karbonil dan banyak gugus hidroksil (Herfiyanti, 2010).

1. Pektin

Dalam SNI disebutkan bahwa pektin merupakan zat berbentuk serbuk kasar hingga halus yang berwarna putih kekuningan, tidak berbau, dan memiliki rasa seperti lendir. Pektin kering yang telah dimurnikan berupa kristal yang berwarna putih dengan kelarutan yang berbeda-beda sesuai dengan kandungan metoksilnya. Pektin yang mempunyai kadar metoksil tinggi, larut dalam air dingin sedangkan pektin bermetoksil rendah, larut dalam alkali dan asam oksalat.

Pektin tidak larut dalam aseton dan alkohol (Kirk dan Othmer, 1967 di dalam Betty M. Soebrata, 2011). Pektin merupakan polisakarida diperoleh dari buah-buahan dan biasanya digunakan dalam pembuatan jeli dan sebagai bahan tambahan untuk pengental dalam makanan. Pektin ialah polimer linier dari asam D-galakturonat yang berikatan dengan ikatan 1,4-α-glikosidik. Asam D-galakturonat memiliki struktur yang sama seperti struktur D-galaktosa, perbedaannya terletak pada gugus alkohol primer C6 yang memiliki gugus karboksilat (Hart, dkk., 2003).

(8)

11

Kandungan pektin dalam buah-buahan dipengaruhi oleh tingkat kematangan buah, semakin matang buah maka kandungan pektin yang tidak larut akan menurun, sedangkan kandungan pektin yang larut dalam air akan meningkat, dimana jumlah pektin secara keseluruhan akan menurun (Belitz dan Grosch, 1987 di dalam Fitriani., 2003). Pektin dapat diekstraksi dengan pemanasan selama 4 jam pada suhu 90 C dengan penambahan asam klorida hingga pHnya mencapai 2. Filtrat yang diperoleh diendapkan dengan menggunakan larutan etanol asam dan kemudian dicuci menggunakan larutan etanol 95% beberapa kali. Pektin yang dihasilkan tersebut tidak berbahaya karena pada proses pemisahannya jumlah asam yang ditambahkan telah dicuci menggunakan alkohol yang kemudian dinetralkan hingga layak untuk dikonsumsi (Wong, dkk., 2008).

Pektin berasal dari bahasa latin “pectos” yang berarti pengental atau yang membuat sesuatu menjadi padat atau keras. Pektin merupakan turunan dari gula yang biasanya terdapat pada tanaman dalam jumlah yang sangat kecil dibandingkan karbohidrat lainnya. Pektin dibentuk oleh satuan-satuan gula dan asam galakturonat, dimana jumlah asam galakturonat ini lebih banyak dari pada gula sederhana. Pektin biasanya terdapat pada buah-buahan dan pada sayur-sayuran. Pektin larut air terutama air panas, sedangkan dalam bentuk larutan koloidal akan membentuk pasta. Bila pektin di dalam larutan ditambahkan gula dan asam maka akan terbentuk gel dan prinsip ini digunakan sebagai dasar pembuatan selai dan jeli. Pektin dan gum dapat ditambahkan ke dalam makanan sebagai pengikat dan penstabil (Potter, 1986).

2. Sifat Pektin

Pektin merupakan zat berbentuk serbuk kasar hingga halus yang berwarna putih, kekuningan, kelabu atau kecoklatan dan banyak terdapat pada buah-buahan dan sayuran matang. Pektin kering yang telah dimurnikan berupa kristal yang berwarna putih dengan kelarutan yang berbeda-beda sesuai dengan kandungan metoksilnya. Sifat fisik pektin tergantung dari karakteristik kimia pektin (Guichard, dkk, 1991, di dalam Hariyati., 2006).

(9)

12

Pektin dengan kadar metoksil lebih rendah dari 7% dapat membentuk gel. Pembentukan gel dari pektin dengan derajat metilasi tinggi dipengaruhi juga oleh konsentrasi pektin, persentase gula, dan pH. Pembentukan gel pektin metoksil tinggi terjadi melalui ikatan hidrogen diantara gugus karboksil bebas dan antara gugus hidroksil. Faktor yang mempengaruhi pembentukan gel dengan tingkat kekenyalan dan kekuatan tertentu meliputi pH, konsentrasi pektin, suhu, ion kalsium, dan gula (Chang dan Miyamoto, 1992, di dalam Budiyanto dan

Yulianingsih, 2008).

E. Briket Kulit Durian

Briket adalah gumpalan yang terbuat dari bahan lunak yang dikeraskan. Sedangkan briket kulit durian adalah gumpalan - gumpalan atau batangan - batangan arang yang terbuat dari arang kulit durian. Memanfaatkan limbah kulit durian menjadi briket yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai pengganti substitusi minyak tanah, tentunya dengan metode tersebut masalah pencemaran lingkungan limbah kulit durian juga akan teratasi dengan baik, dengan efektif dan efisien. Disamping itu dengan adanya usaha pemanfaatan pengolahan kulit durian sebagai produk briket bernilai ekonomis akan meningkatkan perekonomian masyarakat pedagang durian.

Ditinjau dari aspek wawasan lingkungan, pemanfaatan produksi briket kulit durian jelas sangat potensial dalam membangun ekonomi negara yang berwawasan lingkungan Kegiatan pemanfaatan kulit durian sebagai bahan bakar berupa briket ini dilakukan oleh kelompok masyarakat yang kesehariannya berprofesi sebagai penjual buah durian. Dengan adanya kegiatan pemanfaatan kulit durian menjadi briket, tentunya akan menambah pengetahuan tentang adanya energi alternatif berupa briket dari limbah kulit durian. Melalui kegiatan pemanfaatan briket berbahan dasar kulit durian ini memberikan sebuah solusi terkait masalah menumpuknya limbah kulit durian khususnya pada saat musim panen durian.

(10)

13

Kulit durian yang merupakan bahan dasar pembuatan briket ini, sebelumnya hanya menumpuk menjadi limbah di lingkungan tempat berjualan dan tidak dapat memberikan nilai ekonomis. Sedangkan setelah melalui proses pengolahan dan menjadi bahan bakar berupa briket, produk ini mempunyai nilai jual yang cukup tinggi .

2.5 Parameter Mutu

Mutu arang yang baik menurut Hendra (1999) adalah mempunyai sifat antara lain warna hitam dengan nyala kebiruan, pecahannya mengkilap, berdenting seperti logam, tidak mengotori tangan, dapat menyala tanpa dikipasi, lama habis terbakar dan tidak memercik serta tidak berasap. Briket yang baik juga harus memenuhi standar yang telah ditentukan, kualitas briket yang dihasilkan menurut standart mutu Jepang, inggris, USA, dan Indonesia sebagai data pembanding, sehingga dapat diketahui kualitas briket yang dihasilkan dalam penelitian ini. Dapat dilihat pada tabel:

Tabel 2.5 Hasil Analisis Briket Arang

Sumber : Pari et al. (1990) dan Hendra (2000)

Briket adalah bahan bakar padat yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternative yang mempunyai bentuk tertentu. Kandungan air pada pembriketan antara (10-20%) berat. Ukuran briket bervariasi dari (20-100)gram. Pemilihan proses pembriketan tentunya harus mengacu pada segmen pasar agar dicapai Sifat Briket Arang Jepang Inggris Amerika Indonesia

Kandungan air (%) 6 – 8 3.6 6.2 8

Kadar zat menguap (%)

15 – 30 16.4 19 – 24 15

Kadar abu (%) 3 – 6 5.9 8.3 8

Kadar karbon terikat (%)

60 – 80 75.3 60 77

Kerapatan (g/cm3) 1 – 1.2 0.46 1 -

Kuat tekan (kg/cm2) 60 – 65 12.7 62 -

(11)

14

nilai ekonomis, teknis dan lingkungan yang optimal. Pembriketan bertujan untuk memperoleh suatu bahan bakar yang berkualitas yang dapat digunakan untuk semua sector sebagai sumber energy pengganti (Sarjono, Dkk, 2013).

2.5.1 Nilai Kalor

Nilai kalor perlu diketahui dalam pembuatan briket arang tankos dan kulit durian, karena untuk mengetahui nilai panas pembakaran yang dapat dihasilkan oleh briket sebagai bahan bakar, pengujian terhadap nilai kalor bertujuan untuk mengetahui sejauh mana nilai panas pembakaran yang dihasilkan oleh briket arang.

Menurut Sutiyono (2010) mengatakan bahwa semakin besar penambahan perekat kanji, maka nilai kalor briket menjadi semakin kecil karena semakin besar perekat yang diberikan menyebabkan semakin besar juga kadar air yang terkandung pada briket karena adanya penambahan air yang berasal dari perekat tersebut.

Suatu bentuk energi yang menyebabkan materi mempunyai suhu disebut kalor. Kalor juga dapat menyebabkan perubahan wujud. Apabila suatu zat menyerap kalor, maka suhu zat itu akan naik sampai tingkat tertentu hingga zat itu akan mencair atau akan menguap. Sebaliknya jika kalor dilepaskan dari suatu zat, maka zat itu akan turun hingga tingkat tertentu hingga zat itu akan mengembun (jika zat gas) atau membeku (jika zat cair). Dan untuk menentukan jumlah kalor reaksi dapat digunakan alat ukur calorimeter. Alat ini digunakan untuk mengukur ΔH reaksi.

Rumus penghitungan nilai kalor :

Nilai kalor = {(T2-T1) – 0,05}...…..(5)

Keterangan :

T1 = Temperatur sebelum pengeboman (°C)

T2 = Temperatur setelah pengeboman (°C)

(12)

15 2.5.2 Kadar Air

Kadar air briket adalah perbandingan air yang terkandung dalam briket dengan berat kering briket tersebut setelah dikeringkan. Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini antara lain oven, cawan kedap udara, timbangan dan desikator (Kardianto,2009).

Hendra dan Darmawan (2000), menyatakan bahwa kadar air briket sangat mempengaruhi nilai kalor atau nilai panas yang dihasilkan. Tingginya kadar air akan menyebabkan penurunan nilai kalor. Hal ini disebabkan karena panas yang tersimpan dalam briket terlebih dahulu digunakan untuk mengeluarkan air yang ada sebelum kemudian mnghasilkan panas yang dapat dipergunakan sebagai panas pembakaran.

2.5.3 Kadar Abu

Semua jenis briket pada umumnya mempunyai kandungan zat anorganik yang dapat ditentukan jumlahnya sebagai berat yang tinggal apabila briket dibakar secara sempurna. Briket dengan kandungan abu yang tinggi sangat tidak menguntungkan karena akan membentuk kerak.

Hubungan antar suhu karbonisasi dengan kadar abu adalah semakin tinggi suhu karbonisasi maka kadar abu semakin meningkat. Hal ini terjadi karena semakin tinggi suhu karbonisasi maka akan mengakibatkan banyaknya bahan yang terbakar menjadi abu, sehingga hubungan antara kenaikan suhu terhadap kadar abu sebanding (Ade Kurniawan, 2013).

2.5.4 Kerapatan

Dilakukan dengan memastikan seberapa rapat massa briket melalui perbandingan antara massa briket dengan besarnya dimensi volumetrik briket. Besarnya kerapatan (ρ) pada suatu bahan dipengaruhi oleh kepadatan bahan tersebut.

(13)

16 2.5.5 Kuat Tekan

Bertujuan untuk mengukur berapa energi yang dapat diserap suatu material sampai material itu patah. Ukuran partikel mempengaruhi kekuatan briket yang dihasilkan karena ukuran yang lebih kecil akan menghasilkan rongga yang lebih kecil pula sehingga kuat tekan briket akan semakin besar.

Sedangkan distribusi ukuran akan menentukan kemungkinan penyusunan (packing) yang lebih baik. Kepadatan dari suatu briket berpengaruh terhadap lama penyalaan dan asap yang dihasilkan oleh briket yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Dari kepadatan ini juga dapat berpengaruh tehadap kerapatan (berat Jenis) dari briket.

2.5.6 Laju Pembakaran

Uji nyala api dilakukan untuk mengetahui berapa lama waktu briket habis sampai menjadi abu. Pengujian lama nyala api dilakukan dengan cara briket dibakar seperti pembakaran terhadap arang. Pencatatan waktu dimulai ketika briket menyala hingga briket habis atau telah menjadi abu. Pengukuran waktu ini menggunakan stopwatch. Laju pembakaran briket adalah kecepatan briket habis sampai menjadi abu dengan berat tertentu.

2.6 Perekat

Perekat adalah suatu zat atau bahan yang memiliki kemampuan untuk mengikat dua benda melalui ikatan permukaan. Beberapa istilah lain dari perekat yang memiliki kekhususan meliputi glue, mucilage, paste, dan cement. Glue merupakan perekat yang terbuat dari protein hewani, seperti kulit, kuku, urat, otot dan tulang yang secara luas digunakan dalam industry pengerjaan kayu. Mucilage adalah perekat yang dipersiapkan dari getah dan air dan diperuntukkan terutama untuk perekat kertas. Paste merupakan perekat pati (starch) yang dibuat melalui pemanasan campuran pati dan air dan dipertahankan berbentuk pasta. Cement adalah istilah yang digunakan untuk

(14)

17

perekat yang bahan dasarnya karet dan mengeras melalui pelepasan pelarut (Ruhendi, dkk, 2007).

2.6.1 Tepung Kanji

Tepung Kanji adalah tepung yang berasal dari bahan baku ubi kayu dan merupakan salah satu bahan untuk keperluan industri perekat. Menurut Sudrajat dan Soleh (1994), perekat tepung kanji dalam penggunaannya menimbulkan asap yang relatif sedikit dibandingkan bahan perekat lainnya. Berikut merupakan komposisi kimia tepung kanji.

Tabel 2.6 Komposisi Kimia Tepung kanji

Komposisi Kadar Kalori 146 kal

Phospor 40 mg

Kalsium 33 mg

Karbohidrat 34 gram Kadar air 62.5 gram

Besi 0.7 mg

Lemak 0.3 gram

Protein 1.2 gram

Sumber : Hasbullah, Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil, 2002)

Tepung kanji juga mengandung 28% amilosa dan 72% amilopektin,apabila dicampur dengan air akan membentuk seperti perekat (Hasanto, 1989). Komponen terbesar dalam tepung kanji adalah pati. Pati tersusun dari dua macam karbohidrat yaitu amilosa dan amilopektin dalam komposisi yang berbeda-beda. Amilosa memberikan sifat keras (pera) sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket.

Referensi

Dokumen terkait

Pernyataan ini diperkuat oleh Amilia (2011) bahwa, unsur hara nitrogen N berfungsi mempercepat pertumbuhan tanaman, menambah tinggi tanaman serta merangsang pertunasan,

Penambahan xanthan gum dilakukan untuk meningkatkan stabilitas koloid dan mencegah terjadinya pengendapan, sedangkan penambahan isolat protein kedelai adalah untuk

Whatever anyone said, whatever the historians might one day write—or had already written—Bonosus had been there: in the Attenine Palace, in the throne room with

Mintalah mereka berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing mengenai strategi untuk dapat membuat sebanyak-banyaknya jenis dan jumlah molekul dengan 5 macam atom unsur yang ada

Tersedia dari :The Prevention of Chronic Postsurgical Pain Using Gabapentin and Pregabalin: A Combined Systematic Review and Meta-Analysis.. Pathophysiology of Peripheral

• Strategi samudra biru menantang perusahaan untuk keluar dari samudra merah persaingan berdarah dengan cara menciptakan ruang pasar yang belum ada pesaingnya, sehingga

Namun perlu disadari bahwa studi mengenai aspek subjektif dari quality of life yang terwujud dalam berbagai bentuk konsep seperti kebahagiaan (happiness), afeksi

Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah artikel berita pada koran online kompas.com yang.. Kategori tersebut adalah berita nasional,